Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Model Pembelajaran Latihan Inkuiri


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Matematika

Dosen Pengajar:

Dr. Hidayah Ansori, M.Si.


Rizki Amalia, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Nama : Akhmad Fikriady
NIM : 1710118310002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang di tentukan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di dunia dan akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan penyusunan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika dengan judul
“Model Pembelajaran Latihan Inkuiri” yang mana merupakan terjemahan dari
buku “Models of Teaching”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Banjarmasin, 23 Februari 2020

Penyusun

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................4
Pendahuluan.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
Pembahasan..................................................................................................................6
2.1 Pengertian Model Pembelajaran Latihan Inkuiri............................................6
2.2 Tujuan-tujuan dan Asumsi..............................................................................7
2.3 Gambaran Umum Strategi Mengajar..............................................................8
2.4 Sintaksis Model Pembelajaran Latihan Inkuiri.............................................10
2.5 Sistem sosial.................................................................................................13
2.6 Peran atau Tugas Guru.................................................................................14
2.7 Sistem pendukung........................................................................................14
2.8 Aplikasi........................................................................................................14
2.9 Penyesuaian Tingkat Umur..........................................................................15
2.10 Efek Instruksional dan pengiring..................................................................15
BAB III...........................................................................................................................17
Penutup.......................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................17
3.2 Saran.............................................................................................................17
Daftar Pustaka...............................................................................................................18

iii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu
melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya.
Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan
bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal
inilah suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan model latihan inkuiri
dikembangkan.
Berawal dari asumsi bahwa manusia lahir ke dunia, manusia memiliki
dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang
keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak lahir ke dunia.
Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu yang bisa
diindra.
Model pembelajaran latihan inkuiri merupakan model pembelajaran yang
menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung akan tetapi peran siswa adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing untuk siswa.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari model pembelajaran latihan inkuiri?
2. Apa sasaran dan asumsi dari model pembelajaran latihan inkuiri?
3. Bagaimana gambaran umum strategi mengajar pada model pembelajaran
latihan inkuiri?
4. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran latihan inkuiri?
5. Apa pengertian dari sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung pada
model pembelajaran latihan inkuiri?
6. Bagaiama aplikasi dan adaptasi tingkat usia model pembelajaran latihan
inkuiri?
7. Apa efek instruksional dan pengiring dari model pembelajaran latihan
inkuiri?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari model pembelajaran latihan inkuiri
2. Untuk mengetahui apa sasaran dan asumsi dari model pembelajaran latihan
inkuiri
3. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum strategi mengajar pada model
pembelajaran latihan inkuiri
4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah model pembelajaran latihan
inkuiri
5. Untuk mengetahui apa pengertian dari sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem
pendukung pada model pembelajaran latihan inkuiri
6. Untuk mengetahui bagaiama aplikasi dan adaptasi tingkat usia model
pembelajaran latihan inkuiri
7. Untuk mengetahui apa efek instruksional dan pengiring dari model
pembelajaran latihan inkuiri

5
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Latihan Inkuiri


Model pembelajaran latihan inkuri dikembangkan oleh Richard Suchman
(1962) untuk mengajarkan siswa proses dalam meneliti dan mencari penjelasan
tentang fenomena yang jarang terjadi. Model Suchman ini melibatkan siswa
dalam versi-versi kecil tentang jenis-jenis prosedur yang digunakan oleh para
sarjana untuk mengolah pengetahuan dan menghasilkan prinsip-prinsip.
Didasarkan pada konsep metode ilmiah, ia mencoba untuk mengajarkan kepada
siswa beberapa keterampilan dan bahasa penelitian ilmiah.
Suchman mengembangkan modelnya dengan menganalisis metode-
metode yang telah digunakan oleh para peneliti kreatif, khususnya penelitian di
bidang fisika. Saat dia mengidentifikasi unsur-unsur proses penelitian mereka, ia
membentuknya menjadi suatu model pembelajaran yang kemudian kita kenal
dengan model inquiry training.
Model pembelajaran latihan inkuiri dirancang untuk membawa siswa
langsung ke proses ilmiah melalui latihan yang memampatkan proses ilmiah ke
dalam periode waktu yang kecil. Apa pengaruhnya? Schlenker (1976) melaporkan
bahwa latihan inkuiri menghasilkan peningkatan pemahaman sains, produktivitas
dalam berpikir kreatif, dan keterampilan untuk memperoleh dan menganalisis
informasi. Dia melaporkan bahwa itu tidak lebih efektif daripada metode
pengajaran konvensional dalam memperoleh informasi, tetapi itu seefisien
pembacaan atau ceramah yang disertai dengan pengalaman laboratorium. Ivany
(1969) dan Collins (1969) melaporkan bahwa metode ini bekerja paling baik
ketika konfrontasi kuat, membangkitkan kebingungan asli, dan ketika bahan yang
digunakan siswa untuk mengeksplorasi topik yang sedang dibahas bersifat
instruksional. Siswa sekolah dasar dan menengah dapat mengambil manfaat dari
model (Voss, 1982). Dalam sebuah penelitian yang menarik, Elefant (1980)
berhasil melakukan model dengan anak-anak tuli, yang menunjukkan bahwa
metode ini dapat kuat dengan siswa yang memiliki cacat sensorik yang parah.

6
2.2 Tujuan dan Asumsi
Model ini berawal dari sebuah kepercayaan dalam upaya pengembangan
para pembelajar yang mandiri; metodenya mensyaratkan partisipasi aktif siswa
dalam penelitian ilmiah. Siswa sebenarnya memiliki rasa ingin tahu dan hasrat
yang besar untuk tumbuh berkembang; dan latihan inkuiri memanfaatkan
eksplorasi kegairahan alami mereka, memberikan mereka arahan-arahan khusus
sehingga mereka dapat mengeksplorasi bidang-bidang baru secara efektif. Tujuan
umum latihan inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual
dan keterampilan yang mumpuni untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan
pencarian jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan mereka. Dengan
demikian, Suchman tertarik untuk membantu siswa bertanya secara mandiri, tetapi
dengan cara yang disiplin. Dia ingin siswa untuk mempertanyakan mengapa
peristiwa terjadi sebagaimana adanya dan untuk mendapatkan dan memproses
data secara logis, dan dia ingin mereka mengembangkan strategi intelektual umum
yang dapat mereka gunakan untuk mencari tahu mengapa hal-hal terjadi
sebagaimana adanya.
Model pembelajaran latihan inkuiri dimulai dengan menghadirkan kepada
siswa kejadian yang membingungkan. Suchman percaya bahwa individu yang
menghadapi situasi seperti itu secara alami termotivasi untuk memecahkan teka-
teki. Kita dapat menggunakan kesempatan yang disediakan oleh penelitian alami
untuk mengajarkan prosedur disiplin pencarian. Suchman percaya bahwa siswa
dapat menjadi semakin sadar akan proses penelitian mereka dan bahwa mereka
dapat diajarkan prosedur ilmiah secara langsung. Kita semua sering bertanya
secara intuitif; Namun, Suchman merasa kita tidak dapat menganalisis dan
meningkatkan pemikiran kita kecuali kita menyadarinya. Kesadaran metakognitif
dibangun ke dalam prosedur.
Pandangan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Ada empat keyakinan yang mengatur peran siswa dalam proses pembelajaran:
1. Para siswa bertanya secara alami ketika mereka bingung.
2. Mereka dapat menjadi sadar dan belajar untuk menganalisis strategi berpikir
mereka.

7
3. Strategi baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan ke yang sudah
ada.
4. Penelitian kooperatif memperkaya pemikiran dan membantu siswa untuk
belajar tentang sifat tentatif, kemunculan pengetahuan dan untuk menghargai
penjelasan alternatif.

2.3 Gambaran Umum Strategi Mengajar


Mengikuti keyakinan Suchman bahwa individu-individu memiliki
motivasi alamiah untuk melakukan penelitian, model latihan inkuiri ini dibangun
berdasarkan pertentangan-pertentangan intelektual. Siswa dihadapkan pada situasi
yang membingungkan dan diminta untuk menelitinya. Segal hal yang misterius,
tak terduga, dan tak dikenal merupakan salah satu karakteristik dari peristiwa
yang membingungkan tersebut. Oleh karena itu tujuan inti dari pembelajaran ini
dalah memberikan siswa pengalaman dalam membangun pengetahuan baru,
pertentangan-pertentangan yang dimunculkan seharusnya didasarkan pada
gagasan-gagasan yang dapat diteliti.
Pada contoh berikut, bengkoknya strip logam di atas nyala api. Strip
terbuat dari laminasi logam (baja dan kuningan) yang telah dilas untuk
membentuk pisau tunggal. Dengan pegangan di satu ujung, ia memiliki bentuk
seprti pisau atau spatula. Ketika peralatan ini dipanaskan, logam di dalamnya
mengembang, tetapi lajunya tidak sama. Akibatnya, ketebalan strip laminasi ini
berbeda satu sama lain, tekanan didalam memaksa pisau menjadi lengkung yang
lingkar luarnya ditempati oleh logam dengan pengembangan paling besar.
(Suchman, 1981, p 28)
Suchman sengaja memilih kejadian yang mengejutkan sehingga
menyulitkan siswa untuk tetap tak acuh terhadap kejadian itu. Biasanya hal-hal
yang dipanaskan tidak membengkok menjadi kurva besar. para siswa tentu ingin
tahu alasannya. Peserta didik tidak dapat mengabaikan jawabannya; mereka harus
bekerja untuk menjelaskan situasi, dan hasil dari kegiatan itu adalah wawasan,
konsep, dan teori baru.
Setelah menghadirkan situasi yang membingungkan, para siswa
mengajukan pertanyaan kepada guru. Namun, pertanyaan-pertanyaan itu harus
dijawab ya atau tidak. Mereka harus fokus dan menyusun penelitian untuk

8
menyelesaikan masalah. Dalam pengertian ini, setiap pertanyaan menjadi
hipotesis terbatas. Dengan demikian, siswa mungkin tidak bertanya, "Bagaimana
panas memengaruhi logam?" tetapi harus bertanya, "Apakah panasnya lebih besar
dari titik leleh logam?" Pertanyaan pertama bukanlah pernyataan spesifik tentang
informasi apa yang diinginkan; itu meminta guru untuk melakukan
konseptualisasi. Pertanyaan kedua mengharuskan siswa untuk menyatukan
beberapa faktor — panas, logam, perubahan, cairan. Siswa harus meminta guru
untuk memverifikasi hipotesis yang dia kembangkan (panas menyebabkan logam
berubah menjadi cairan).
Penting bagi siswa dan guru untuk mengenali perbedaan antara pertanyaan
yang berusaha memverifikasi “apa itu” dan pertanyaan atau kegiatan yang
bereksperimen dengan hubungan antar variabel. Keduanya penting untuk
pengembangan teori, tetapi pengumpulan fakta harus mendahului hipotesis.
Kecuali jika informasi mencukupi tentang sifat dan unsur-unsurnya telah
diverifikasi, siswa cenderung kewalahan oleh banyak hubungan sebab akibat yang
mungkin.
Jika si anak segera mencoba membuat hipotesis hubungan yang kompleks
di antara semua variabel yang tampaknya relevan baginya, ia dapat melakukan
pengujian tanpa batas tanpa adanya kemajuan yang nyata, tetapi dengan
mengisolasi variabel dan mengujinya secara tunggal, ia dapat menghilangkan
variabel yang tidak relevan dan menemukan hubungan yang ada antara masing-
masing variabel independen yang relevan (seperti suhu blade) dan variabel
dependen (yang dalam hal ini adalah pembengkokan blade). (Suchman, 1962,
hlm. 15–16)
Akhirnya, para siswa mencoba mengembangkan hipotesis yang akan
sepenuhnya menjelaskan apa yang terjadi. (Misalnya, "Lajur itu terbuat dari dua
logam yang diikat menjadi satu sama lain. Mereka mengembang dengan
kecepatan yang berbeda, dan ketika dipanaskan, yang melebarkan tekanan yang
paling banyak diberikan pada yang lain sehingga keduanya membengkok
bersama-sama.”) Bahkan setelah kegiatan verifikasi dan eksperimen yang panjang
dan kaya, banyak penjelasan dimungkinkan, dan para siswa didorong untuk tidak
puas dengan penjelasan pertama yang tampaknya sesuai dengan fakta.

9
Penekanan dalam model ini jelas pada kesadaran dan menguasai proses
penelitian, bukan pada konten situasi masalah tertentu. Meskipun model tersebut
juga harus sangat menarik dan efektif sebagai cara untuk memperoleh dan
menggunakan informasi, guru tidak boleh terlalu peduli dengan cakupan materi
pelajaran atau "mendapatkan jawaban yang benar."

2.4 Sintaksis Model Pembelajaran Latihan Inkuiri


Model pembelajaran latihan inkuiri memiliki lima fase :
Fase satu:
Menghadapkan pada  Jelaskan prosedur penelitian
masalah  Hadirkan kejadian/peristiwa yg
membingungkan
Fase Dua:
Pengumpulan Data —  Memverifikasi sifat objek dan kondisi
Verifikasi  Memverifikasi peristiwa dari keadaan
permasalahan
Fase Tiga:
Pengumpulan Data —  Memisahkan variabel yang relevan.
Eksperimen  Munculkan hipotesis (dan menguji) hubungan
sebab akibat.
Fase Empat:
Mengolah, Merumuskan  Merumuskan aturan atau penjelasan.
Penjelasan
Fase Lima:
Analisis Proses  Menganalisis strategi penelitian dan
Penelitian mengembangkan strategi yang lebih efektif.
1. Mengonfrontasikan Siswa Dengan Situasi Yang Membingungkan
Tahap ini mengharuskan guru untuk menyajikan situasi permasalahan
dan menjelaskan prosedur-prosedur penelitian pada siswa (objek-objek dan
prosedur pertanyaan Ya/Tidak). Rumusan tentang perbedaan-perbedaan,
seperti masalah strip dengan logam, juga mengharuskan guru untuk memiliki
pengetahuan atau pemikiran yang memadai meskipun strateginya dapat
didasarkan pada masalah-masalah sederhana.
Ciri pembeda dari kesenjangan ini adalah bahwa ia melibatkan
peristiwa-peristiwa yang bertentangan dengan gagasan kita tentang realitas.

10
Dalam hal ini, tidak setiap situasi membingungkan adalah (discrepant event).
Mungkin membingungkan karena kita tidak tahu jawabannya, tetapi kita tidak
perlu konsep baru untuk memahaminya, dan karena itu kita tidak perlu
melakukan penelitian. Kami menyebutkan ini karena kadang-kadang guru
tidak memilih masalah yang benar-benar membingungkan bagi siswa. Dalam
kasus ini, aktivitas pembelajaran tidak berkembang melampaui format "20
Pertanyaan". Meskipun kegiatan tanya jawab memiliki nilai untuk
kepentingannya sendiri, kegiatan tersebut tidak boleh dikacaukan dengan
gagasan penelitian ilmiah.
2. Pengumpulan Data - Verifikasi:
Fase dua, verifikasi, adalah proses dimana siswa mengumpulkan
informasi tentang suatu peristiwa yang mereka lihat atau alami.
3. Pengumpulan Data - Eksperimentasi:
Siswa memperkenalkan elemen-elemen baru ke dalam situasi
permasalahan untuk mengetahui mungkinkah terjadi hal lain ketika data
penelitian mereka ujicoba dengan cara yang berbeda. Walaupun verifikasi
dan eksperimentasi digambarkan sebagai tahap yang terpisah dari model ini,
pemikiran siswa dan jenis pertanyaan yang mereka utarakan biasanya
bergantian dan bergiliran antara dua tahap pengumpulan tersebut.
Eksperimentasi memiliki dua fungsi: eksplorasi dan pengujian
langsung (direct testing). Eksplorasi - mengubah sesuatu untuk melihat apa
yang akan terjadi – tidak semestinya dibimbing oleh sebuah teori dan
hipotesis, tapi bagaimana eksperimentasi tersebut dilaksanakan untuk
menawarkan gagasan-gagasan baru pada suatu teori. Sedangkan direct testing
terjadi ketika siswa menguji coba suatu teori atau hipotesis. Proses konversi
hipotesis ke dalam ujicoba tidak mudah dan membutuhkan banyak praktik.
Untuk meneliti suatu teori, kita perlu mengajukan banyak pertanyaan
verifikasi dan ekperimentasi. Oleh karena itu salah satu tugas sebagai guru
adalah berusaha mengendalikan siswa kapan pun mereka berasumsi bahwa
sebuah variabel tidak dapat dibuktikan meskipun kita tahu sebenarnya
variabel tersebut bisa dibuktikan.

11
Tugas berikutnya dari seorang guru adalah memperluas peneltian
siswa dengan cara mengembangkan jenis informasi yang mereka peroleh.
Selama verifikasi, mereka mungkin mengajukan pertanyaan-pertanyaan
tentang objek, sifat/ karakteristik, kondisi dan kejadian. Pertanyaan tentang
objek dimaksudkan untuk menentukan sifat atau identitas objek. (Apakah
pisau terbuat dari besi baja? Apakah yang mencair selalu air?) Pertanyaan
tentang peristiwa berusaha untuk memverifikasi terjadinya atau sifat suatu
tindakan. (Apakah pisau bisa bengkok dalam beberapa detik?). Pertanyaan
tentang kondisi berhubungan dengan situasi objek atau sistem pada waktu
tertentu. (Saat pisau itu bengkok, apakah ia memiliki temperatur yang lebih
panas dari pada temperatur di ruangan ini? Apakah warna akan berubah
ketika cairan ditambal?) Pertanyaan tentang sifat/karakteristik bertujuan
untuk memverfikasi perilaku objek di bawah kondisi-kondisi tertentu sebagai
cara memperoleh informasi baru untuk membantu membangun suatu teori.
(Apakah tembaga selalu bengkok ketika ia dipanaskan?) Oleh karena siswa
cenderung tidak memverifikasi seluruh aspek dari suatu masalah, guru bisa
tahu jelas informasi apa yang dibutuhkan dan mulai mengubah pola
pertanyaan.
4. Siswa Mengelola Informasi Yang Mereka Dapatkan Selama
Pengumpulan Data dan Mencoba Menjelaskan Ketidaksesuaian dan
Perbedaan
Guru meminta siswa mengolah data dan merumuskan suatu
penjelasan. Beberapa siswa mungkin memiliki kesulitan dalam membuat
lompatan intelektual (the intellectual leap) antara memahami informasi yang
telah mereka kumpulkan dengan membangun penjelasan yang jelas mengenai
informasi itu. Mereka mungkin memberikan penjelasan yang tidak sesuai,
meninggalkan rincian-rincian yang sebenarnya esensial. Terkadang beberapa
teori atau penjelasan bisa didasarkan pada data yang sama. Dalam beberapa
kasus, kondisi ini acap kali berguna untuk meminta siswa mengutarakan
penjelasan mereka sehingga jangkauan hipotesis-hipotesis yang mungkin ada
bisa menjadi lebih jelas. Begitu pula dengan mengelompokan teori-teori

12
tersebut, siswa dapat lebih mudah memberikan penjelasan yang seluruhnya
bisa merespon situasi permasalahan.
5. Menganalisis Proses Penelitian Untuk Memperoleh Prosedur Yang
Lebih Efektif
Siswa diminta untuk menganalisis pola dari penelitian yang
dilakukan. Mereka menentukan pertanyaan yang lebih efektif, cara bertanya
yang produktif dan informasi yang mereka butuhkan dan tidak mereka
peroleh. Tahap ini penting seandainya kita ingin membuat proses penelitian
sebagai suatu kesadaran dan mulai mencoba untuk mengembangkannya
secara sistematis.

2.5 Sistem sosial


Suchman ingin menciptakan sistem sosial yang bersifat kooperatif dan
ketat. Meskipun model pembelajaran latihan inkuiri dapat disusun dengan baik,
dengan sistem sosial yang dikontrol penuh oleh guru, lingkungan intelektual
haruslah tetap terbuka bagi semua gagasan yang relevan; guru dan siswa
berpartisipasi secara sederajat di mana akan ada banyak gagasan yang nanti bisa
saling didiskusikan bersama. Selain itu, guru harus mendorong siswa untuk
mengambil inisiatif untuk mulai mengawali, memprakarsai, dan menjalankan
penelitian sebisa mungkin. Saat siswa belajar prinsip-prinsip penelitian, struktur
pengajaran dapat diperluas hingga pada penggunaan materi-materi sumber, dialog,
dengan siswa lain, eksperimentasi, dan diskusi dengan guru.
Setelah satu periode praktik dalam sesi latihan inkuiri yang dikontrol oleh
guru, siswa dapat praktik dalam sesi latihan inkuiri yang dikontrol oleh mereka
sendiri. Suatu peristiwa yang merangsang keingintahuan mulai bisa dirancang
dalam kelas, dan siswa menelitinya sendiri atau dalam bentuk kelompok,
bergiliran antara sesi penelitian yang berjalan terus menerus dengan sesi
pengumpulan data berdasarkan materi-materi sumber. Dengan cara ini, siswa
dapat bergerak mundur dan maju antara sesi penelitian dengan kajian yang
dilakukannya secara mandiri. Penggunaan model latihan inkuiri dengan kajian
yang dilakukannya secara mandiri. Penggunaan model latihan inkuiri seperti ini
khususnya cocok pada suasana kelas yang terbuka, dimana peran guru adalah
mengendalikan dan memantau pengajaran saja.

13
Dalam tahap-tahap awal penelitian, peran guru adalah memilih (atau
membangun) situasi permasalahan, menengahi penelitian menurut prosedur-
prosedur penelitian, merespons penjajakan penelitian siswa dengan informasi
yang penting, membantu para peneliti pemula untuk fokus dalam penelitian
mereka, dan memfasilitasi diskusi atara siswa tentang permasalahan tersebut.
2.6 Peran atau Tugas Guru
Tugas penting dari seorang guru berada selama tahap kedua hingga ketiga.
Selama tahap kedua, tugas guru adalah membantu siswa untuk meneliti, bukan
melakukan penelitian untuk mereka. Jika guru ditanyai pertanyaan yang tidak bisa
dijawab dengan kata ya atau tidak, dia harus meminta siswa untuk menyusun
kembali pertanyaan mereka agar mereka bisa melanjutkan upayanya untuk
mengumpulkan data dan menghubungkannya dengan situasi permasalahan. Jika
perlu, guru bisa menjaga pergerakan penelitan dengan membuat informasi baru
tersedia pada kelompok dan memfokuskan diri pada peristiwa-peristiwa
permasalahan tertentu atau dengan mengajukan pertanyaan. Selama tahap
terakhir, tugas guru adalah menjaga penelitian untuk tetap diarahkan pada proses
penelitian itu sendiri.

2.7 Sistem pendukung


Model ini memerlukan dukungan yang optimal, yakni seperangkat
bahan/materi yang mengonfrontasi, seorang guru yang memahami proses
intelektual dan strategi penelitian, materi-materi sumber yang menopang suatu
permasalahan.

2.8 Aplikasi
Walaupun latihan inkuiri pada awalnya dikembangkan untuk ilmu alam,
prosedur-prosedurnya dapat pula digunakan dalam semua bidang; semua topik
yang dapat dirumuskan menjadi situasi yang membingungkan (puzzling situation)
dapat menjadi calon data untuk latihan inkuiri ini. dalam kesusastraan, misteri
pembunuhan dan cerita-cerita atau plot-plot fiksi sains dapat menjadi situasi yang
benar-benar membingungkan. Artikel-artikel koran tentang situasi-situasi yang
aneh atau mustahil dapat digunakan untuk membangun peristiwa-peristiwa yang
merangsang. Ilmu sosial juga menekan beragam kemungkinan untuk latihan
inkuiri ini.

14
Penciptaan situasi yang membingungkan merupakan tugas yang sangat
penting karena ia mentransformasi isi kurikulum ke dalam masalah-masalah untuk
dieksplorasi. Namun, jika suatu materi pelajaran ternyata tidak menyediakan suatu
peristiwa yang cocok untuk dijadikan situasi permasalahan, kami menyarankan
agar guru membuat pernyataan permasalahan (problem statement) bagi siswa dan
lembar fakta/bukti bagi diri mereka sendiri. Pernyataan masalah ini harus
menggambarkan adanya suatu kejadian yang berbeda, yang lain, atau yang tidak
biasa, sekaligus menyediakan informasi yang dapat didiskusikan dengan dan oleh
siswa. Sedangkan lembar fakta/bukti memberikan informasi lebih lanjut pada guru
tentang masalah tersebut, dan guru menggambarkannya untuk merespons
pertanyaan siswa.
2.9 Penyesuaian Tingkat Umur
Latihan inkuiri dapat digunakan dengan anak-anak dari seluruh tingkatan
umur, tetapi setiap kelompok umur membutuhkan penyesuaian. Bagi siswa yang
masih sangat muda, hal yang paling baik adalah menjaga isi kesederhanaan
masalah – boleh jadi dengan lebih menekankan pada penemuan dari pada prinsip
sebab-akibat. Masalah situasi seperti "Apa yang ada di dalam kotak ini?" atau
"Apa hal yang tidak biasa ini?" atau "Mengapa satu telur menggelinding berbeda
dari yang lain?" adalah contoh masalah yang sesuai. Cara lain untuk mengadaptasi
latihan inkuiri untuk anak-anak adalah dengan menggunakan bahan visual, alat
peraga yang memberikan petunjuk, yang menyederhanakan rangsangan dan
mengurangi persyaratan untuk mengingat.

2.10 Efek Instruksional dan pengiring


Model ini menawarkan strategi penelitian, nilai-nilai dan sikap yang
penting pada ranah penelitian, yang meliputi:
 Keterampilan mengelola (mengobservasi, mengumpulan, dan
mengorganisir data; mengidentifikasi dan mengontrol variable-
variable; merumuskan dan menguji hipotesis dan penjelasan; menarik
kesimpulan.
 Pembelajaran aktif dan mandiri
 Ekspresi verbal
 Toleransi ambiguitas, kegigihan

15
 Pemikiran logis
 Sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentatif
Hasil pembelajaran utama dari latihan inkuiri adalah proses-proses yang
melibatkan – aktivitas observasi, mengumpulkan data dan mengolah data,
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, membuat dan menguji hipotesis,
merumuskan penjelasan dan menggambarkan kesimpulan.
Format dari model ini menawarkan pembelajaran aktif dan otonom,
utamanya saat siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menguji gagasan-
gagasan. Model ini meningkatkan keberanian siswa dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, tetapi diharapkan jenis resiko ini menjadi sifat kedua
siswa. Mereka juga akan menjadi lebih terampil dalam ekspresi verbal seperti
dalam mendengarkan pendapat orang lain dan mengigat apa yang telah diutarakan

Gambar 10.1 Efek instruksional dan pengiring dari model latihan inkuiri

16
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Latihan Inkuiri adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh
seorang tokoh yang bernama Schuman. Schuman meyakini bahwa anak-anak
merupakan individu yang penuh dengan rasa ingin tahu akan segala sesuatu.
strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh rasa percaya diri.
Srategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan, Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, dan tujuan dari
penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Secara umum proses pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut yakni: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.

3.2 Saran
 Dalam pembelajaran inkuiri siswa dituntut untuk aktif
 Inkuiri dapat digunakan dalam berbagai kurikulum
 Inkuiri akan lebih baik jika digunakan dalam kelas kecil
 Waktu yang dibutuhkan pada pembelajaran inkuiri, jadi guru atau pendidik
seharusnya dapat menguasai kelas

17
Daftar Pustaka
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2015). MODELS OF TEACHING (9nd ed.).
New Jersey: Pearson Education, Inc.

18

Anda mungkin juga menyukai