b. Mua’ad yaitu suatu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi
dalam waktunya untuk menambah kesempurnaan, contoh melaksanakan
shalat secara berjama’ah dalam waktunya setelah melaksanakannya secara
munfarid atau sendirian pada waktu yang sama.
e. Mutlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh syara’
dengan waktu yang terbatas, seperti membayar kaffarat, sebagai hukuman bagi
yang melanggar sumpah.
f. Muwassa’ yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti shalat lima
waktu. Maksudnya seseorang diberikan hak mengerjakan shalatnya diawal waktu,
pertengahan, dan akhir, asalkan setelah selesai melaksanakannya belum berakhir
waktunya.
g. Mu’ayyan yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara’ seperti
kewajiban atas perintah shalat, sehingga tidak boleh digantikan dengan ibadah lain
sebagai alternatif pilihannya.
h. Mudayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sepanjang dan sebanyak yang
di fardhukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam puasa ramdhan, hanya
dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak dibolehkan mengerjakan puasa
yang lain pada waktu itu.
i. Mukhayyar, yaitu suatu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang
diperintahkan. Seperti kebolehan memilih antara beristinja dengan air atau
batu, kemudian atau memilih kaffarat sumpah dengan memberi makan
orang miskin atau memerdekakan hamba sahaya.
a. Tidak Syirik
Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik.
Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari
segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.
b. Memiliki ketakwaan
Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia
setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia
melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah
kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena
manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan
sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu
kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan
balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankankewajiban.
c. Terhindar dari kemaksiatan
Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan,
tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju
yang harus selaludipakai dimanapun manusia berada.
d. Berjiwa sosial
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena
dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan
ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan.
Sehingga mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
e. Tidak kikir
Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya
diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap
keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah
SWT, senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah
bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai bekal di akhirat
yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan hartauntuk keperluan umat.
Thank You