LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Tafsir dan Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Drs. Rofi’i, M.Ag.
Oleh:
Dahlianti
NIM 1901140033
Purnama Uswatun Khasanah
NIM 1901140027
Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia. Adapun makalah yang
akan dibahas yaitu dengan judul “Lingkungan Pendidikan”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut
berpartisipasi dalam penyusunan dan pengumpulan data makalah ini. Tanpa
bantuan dan dukungan dari teman-teman semua makalah ini tidak akan
terselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya auntuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bnagsa, dan negara. Untuk itu,
kualitas sumber daya manusia (SDM) perlu ditingkatkan melalui berbagai
program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah
berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pegetahuan dan
teknologi (IPTEK). Dan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan (IMTAK).
B. Rumusan Masalah
1. Apa isi hadits tentang pengaruh orang tua?
2. Apa hadits pengaruh lingkungan terhadap kepribadian?
3. Apa hadits pengaruh guru?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa hadits tentang pengaruh orang tua.
2. Untuk mengetahui apa hadits pengaruh lingkungan terhadap
kepribadian.
3. Untuk mengetahui hadits pengaruh guru.
2
BAB II
PEMBAHASAN
( َما ِم ْن َموْ لُوْ ٍد: قَا َل النَّبِ ِى صلى هللا عليه و سلم.ُع ْنه َ ُحديث أَبِى ُه َري َْرةَ َر ِض َي هللا
ُ َك َما ت ُ ْنت َ ُج البَه ْي َمة.سانِ ِه
َ فَأَبَ َوهُ يُ َه ِودَانِ ِه أَوْ يُنَ ِص َرانِ ِه أَوْ يُ َم ِج.علَى ال ِف ْط َر ِة
َ ُإَالَّيُوْ لَد
ِ
:بَ ِه ْي َمة جَمْ عَا َء َه ْل ت ُ ِحسُّوْ نَ فِ ْي َها ِم ْن َج ْدعَا َء ؟) ث ُ َّم يَقُوْ ُل أَبُوْ ُه َري َْرةَ رضي هللاُ عنه
ِ َ ذَا ِلك,ِق هللا
أخرجه-الدي ُْن ال َقيِ ُم ِ علَ ْي َها الَت َ ْب ِد ْي َل ِل َخ ْل َ َّفِ ْط َرةَ هللاِ التِى فَ َط َر الن
َ اس
Artinya :
“Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Tiada bayi yang dilahirkan
melainkan lahir di atas fitrah, maka ayah bundanya yang menjadikannya
Yahudi, Nasrani, dan Majusi, sebagai lahirnya binatang yang lengkap
sempurna. Apakah ada binatang yang lahir putus telinganya ? Kemudian Abu
Hurairah r.a. membaca : Fitrah yang diciptakan Allah pada semua manusia,
tiada perubahan terhadap apa yang dicipta oleh Allah. Itulah agama yang
lurus” (Bukhari Muslim).
3
Artinya:
172.Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
Ini (keesaan Tuhan)",
173. Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua
kami Telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami Ini adalah
anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau
akan membinasakan kami Karena perbuatan orang-orang yang sesat
dahulu?" (QS. Al-A’raf : 172-173)
Maka fitrah adalah seperti yang disampaikan oleh Ibn Abd al-Bar dan
Ibn ‘Athiyah, yaitu karakter ciptaan dan kesiapan yang ada pada diri anak
ketika dilahirkan, yang menyediakan atau menyiapkan untuk
mengidentifikasi ciptaan-ciptaan Allah dan menjadikan dalil pengakuan
terhadap Robb-nya, mengetahui syaritnya dan mengamatinya.
Abu al-‘Abbas menyatakan bahwa Allah Swt. menciptakan hati anak
Adam siap untuk menerima kebenaran seperti menciptakan mata siap untuk
melihat dan telinga siap untuk mendengar. Hanya saja, faktor-faktor berupa
bisikan setan jin maupun setan manusia serta hawa nafsu bisa
meggelincirkannya dari kebenaran. Jadi, ibu-bapaknya dalam hadis di atas
merupakan permisalan dari bisikan setan yang menjadikannya seorang kafir
atau musyrik.
Ibn al-Atsir mengomentari hadis di atas: Fitrah adalah ciptaan atau
kreasi. Fitrah di antaranya adalah kondisi seperti berdiri atau duduk. Hadis
tersebut bermakna bahwa setiap insan dilahirkan di atas suatu jenis dari
jibillah (ciptaan) dan tabiat yang siap-sedia untuk menerima agama. Hal
senada diungkapkan oleh Zamakhsyari. (Al-Fâ’iq, 3/128).
4
Berdasarkan nash-nash di atas, maka makna fitrah adalah karakteristik
ciptaan, yaitu karakteristik bawaan yang melekat dalam diri setiap manusia sejak
dilahirkan.
Jika kita analisis, karakteristik bawaan itu tidak lain adalah potensi
kehidupan manusia berupa hajât al-‘udhâwiyah (kebutuhan untuk tetap hidup) dan
gharâ’iz—jamak dari gharîzah—(naluri/insting). Tabiat yang berupa kesiapan
menerima agama dan kelurusan itu tidak lain adalah gharîzah at-tadayyun (naluri
beragama). Jadi, kesaksian dalam surat al-A'raf tersebut adalah kesaksian
naluriah/instingtif (syahâdah ghâriziyyah atau syahâdah fithriyyah) dan bukan
kesaksian imani (syahâdah îmâniyyah). Kesaksian itu tidak akan bisa dilupakan
oleh manusia karena melekat dalam dirinya dan tidak akan hilang sampai
Setelah anak itu di didik oleh kedua orang tuanya, maka pendidik
selanjutnya adalah lingkungan. Tetapi, Allah menciptakan manusia itu mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
maka itu hanya pengaruh lingkungan.
Maka, lingkungan itu penting sekali untuk perkembangan anak. Maka kita
harus berhati-hati dalam memilih lingkungan. Kalau lingkungan itu bagus, maka
perkembangan jiwa anak itu akan bagus. Tapi bisa sebaliknya. Kalau manusia itu
di dalam akal atau pikirannya sudah tahu yang benar dan yang salah, maka itu
dirinci oleh al qur’an. Memang, manusia perlu dan butuh al qur’an. Dan manusia
harus:
a. Baca al qur’an
b. Memahami isi al qur’an
c. Melaksanakan isi al qur’an
d. Menyiarkan atau mengamalkan al qur’an sampai akhir zaman.
5
َ ام ُل ْال ِمس ِْك إِمَّا أ َ ْن ي ُْح ِذيَكَ َوإِمَّا أ َ ْن ت َ ْبتَا
ع ِم ْنهُ َوإِ َّما أ َ ْن ِ ير فَ َح ِ ام ِل ْال ِمس ِْك َونَافِخِ ْال ِك
ِ َك َح
ير إِمَّا أ َ ْن ي ُْح ِرقَ ثِيَابَكَ َوإِمَّا أ َ ْن ت َ ِجدَ ِريحا َخ ِبيثَة ِ ت َ ِجدَ ِم ْنهُ ِريحا َط ِيبَة َونَافِ ُخ ْال ِك
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al 'Ala`] telah
menceritakan kepada kami [Abu Usamah] dari [Buraid] dari [Abu Burdah]
dari [Abu Musa] radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
beliau bersabda: "Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang
buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual
minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli
darinya atau kamu akan mendapatkan bau wanginya sedangkan pandai
besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau tidak
sedapnya." (HR. Bukhari: 5108).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap mental dan kepribadian
seseorang. Pertama, faktor keluarga. Rasulullah Saw bersabda:
َ يُنَ ِص َرانِ ِه أَوْ يُ َم ِج. رواه البخارى عن أبى هريرة
سانِ ِه
6
Ketiga, faktor pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal,
pendidikan agama maupun pendidikan keagamaan. Para pakar pendidikan
dan psikologi telah sepakat, pengaruh keturunan, pengaruh pendidikan masih
kalah kuat dibanding dengan pengaruh pergaulan. Tentang mahalnya arti
sebuah lingkungan sebagaimana yang difirmankan Allah, dalam surah
Ibrahim (14) : 37
َججعَ ۡل أَ ۡفد مَة ِمن َّ غ ۡي ِر ذِي َز ۡرعٍ ِعندَ بَ ۡيتِكَ ۡٱل ُمحَرَّ ِم َربَّنَا ِليُ ِقيمُواْ ٱل
ۡ صلَ ةوةَ َف َ َنت ِمن ذُ ِريَّتِي بِ َوا ٍدُ رَّ بَّنَا ٓ إِنِ ٓي أ َ ۡسك
ِ اس ت َ ۡه ِو ٓي إِلَ ۡي ِهمۡ َو ۡٱر ُز ۡقهُم ِمنَ ٱلث َّ َم ة َر
َت لَعَلَّهُمۡ يَ ۡش ُك ُرون ِ َّٱلن
7
orang tua yang tidak mempertautkan hati anak-anaknya dengan masjid,
sehingga Baitullah menjadi tempat yang asing bagi mereka.
C. Pengaruh Guru
1. HR. MUSLIM: 5327
ع ْب ِد الرَّ ْح َم ِن ب ِْن أَبِي لَ ْيلَى
َ ت ع َْنٌ ِسلَ َمةَ َحدَّثَنَا ثَاب َ َحدَّثَنَا َهدَّابُ ب ُْن َخا ِل ٍد َحدَّثَنَا َحمَّادُ ب ُْن
َسلَّ َم قَا َل كَانَ َم ِل ٌك فِي َم ْن كَانَ قَ ْبلَ ُك ْم َوكَان
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ ُاَّلل َّ ب أ َ َّن َرسُو َل
َ ِاَّلل ُ ع َْن
ٍ ص َه ْي
8
غ ََلما أُعَلِمْ هُ الس ِْح َر فَبَعَ َ
ث إِلَ ْي ِه ت فَا ْبعَ ْث إِلَ َّي ُاح ٌر فَلَمَّا َك ِب َر قَا َل ِل ْل َم ِل ِك إِنِي قَ ْد َك ِبرْ ُ
س ِلَهُ َ
س ِم َع ك َََل َمهُ فَأ َ ْع َجبَهُ فَكَانَ إِذَا
سلَكَ َراهِبٌ فَقَعَدَ إِلَ ْي ِه َو َ غ ََلما يُعَ ِل ُمهُ فَكَانَ فِي َط ِري ِق ِه إِذَا َ ُ
9
علَى ِج ْذعٍ ث ُ َّم ُخ ْذ َ صلُبُنِيْ َ اح ٍد َوت
ِ ص ِعي ٍد َو َ اس فِي َ ََّما آ ُم ُركَ بِ ِه قَا َل َو َما ُه َو قَا َل ت َ ْج َم ُع الن
ب ْالغُ ََل ِم ث ُ َّم ارْ ِمنِي َّ س ْه َم فِي َك ِب ِد ْالقَوْ ِس ث ُ َّم قُ ْل بِاس ِْم
ِ اَّللِ َر َّ س ْهما ِم ْن ِكنَانَتِي ث ُ َّم ضَعْ ال َ
َعلَى ِج ْذعٍ ث ُ َّم أ َ َخذَ ُصلَبَهَ اح ٍد َو
ِ ص ِعي ٍد َو َ اس فِي َ َّفَ ِإنَّكَ ِإذَا فَ َع ْلتَ ذَ ِلكَ قَت َ ْلتَنِي فَ َج َم َع الن
ب ْالغُ ََل ِم ث ُ َّم َر َما ُه َّ س ْه َم فِي َك ْب ِد ْالقَوْ ِس ث ُ َّم َقا َل ِباس ِْم
ِ اَّللِ َر َ س ْهما ِم ْن ِكنَانَتِ ِه ث ُ َّم َو
َّ ض َع ال َ
ُ َّس ْه ِم َف َماتَ فَقَا َل الن
اس َّ ص ْد ِغ ِه فِي َموْ ِض ِع ال ُ ض َع يَدَهُ فِي َ ص ْد ِغ ِه َف َوُ س ْه ُم فِي َّ َف َوقَ َع ال
َب ْالغُ ََل ِم فَأُتِ َي ْال َم ِل ُك فَ ِقي َل لَهُ أ َ َرأ َ ْيتَ َما ُك ْنت
ِ ب ْالغُ ََل ِم آ َمنَّا ِب َر
ِ ب ْالغُ ََل ِم آ َمنَّا ِب َر ِ آ َمنَّا ِب َر
ِ اس فَأ َ َم َر ِب ْاْل ُ ْخدُو ِد فِي أ َ ْف َوا ِه
السك َِك فَ ُخدَّ ْت ُ َّاَّللِ نَ َز َل ِبكَ َحذَ ُركَ قَ ْد آ َمنَ الن
َّ ت َ ْحذَ ُر قَ ْد َو
يرانَ َوقَا َل َم ْن لَ ْم يَرْ ِجعْ ع َْن دِينِ ِه فَأ َ ْح ُموهُ ِفي َها أَوْ ِقي َل لَهُ ْاقت َ ِح ْم فَفَ َعلُوا َحتَّى َ الن
ِ ض َر َم ْ َ َوأ
ْ س ْت أ َ ْن تَقَ َع ِفي َها فَقَا َل لَ َها ْالغُ ََل ُم َيا أ ُ َّم ْه ا
ص ِب ِري َ َجا َء ْت امْ َرأَةٌ َو َمعَ َها
َ ص ِب ٌّي لَ َها فَتَقَا
َ ع
ِ علَى ْال َح
ق َ فَ ِإنَّ ِك
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah telah menceritakan
kepada kami Tsabit dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Shuhaib
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Dulu, sebelum
kalian ada seorang raja, ia memiliki tukang sihir, saat tukang sihir sudah
tua, ia berkata kepada rajanya: 'Aku sudah tua, kirimlah seorang
pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir.' Lalu seorang pemuda datang
padanya, ia mengajarkan sihir kepada pemuda itu. (Jarak) antara
tukang sihir dan si raja terdapat seorang rahib. Si pemuda itu
mendatangi rahib dan mendengar kata-katanya, ia kagum akan kata-
kata si rahib itu sehingga bila datang ke si penyihir pasti dipukul,
Pemuda itu mengeluhkan hal itu kepada si rahib, ia berkata: 'Bila tukang
sihir hendak memukulmu, katakan: 'Keluargaku menahanku, ' dan bila
kau takut pada keluargamu, katakan: 'Si tukang sihir menahanku.' Saat
seperti itu, pada suatu hari ia mendekati sebuah hewan yang besar yang
menghalangi jalanan orang, ia berkata, 'Hari ini aku akan tahu, apakah
tukang sihir lebih baik ataukah pendeta lebih baik.' Ia mengambil batu
lalu berkata: 'Ya Allah, bila urusan si rahib lebih Engkau sukai dari pada
10
tukang sihir itu maka bunuhlah binatang ini hingga orang bisa lewat.' Ia
melemparkan batu itu dan membunuhnya, orang-orang pun bisa lewat.
Ia memberitahukan hal itu kepada si rahib. Si rahib berkata: 'Anakku,
saat ini engkau lebih baik dariku dan urusanmu telah sampai seperti
yang aku lihat, engkau akan mendapat ujian, bila kau mendapat ujian
jangan menunjukkan padaku.' Si pemuda itu bisa menyembuhkan orang
buta dan berbagai penyakit. Salah seorang teman raja yang buta lalu ia
mendengarnya, ia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah
yang banyak, ia berkata: 'Sembuhkan aku dan kau akan mendapatkan
yang aku kumpulkan disini.' Pemuda itu berkata: 'Aku tidak
menyembuhkan seorang pun, yang menyembuhkan hanyalah Allah, bila
kau beriman padaNya, aku akan berdoa kepadaNya agar
menyembuhkanmu.' Teman si raja itu pun beriman lalu si pemuda itu
berdoa kepada Allah lalu ia pun sembuh. Teman raja itu kemudian
mendatangi raja lalu duduk didekatnya. Si raja berkata: 'Hai fulan, siapa
yang menyembuhkan matamu? ' Orang itu menjawab: 'Rabbku.' Si raja
berkata: 'Kau punya Rabb selainku? ' Orang itu berkata: 'Rabbku dan
Rabbmu adalah Allah.' Si raja menangkapnya lalu menyiksanya hingga
ia menunjukkan pada pemuda itu lalu pemuda itu didatangkan, Raja
berkata: 'Hai anakku, sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta,
sopak dan kau melakukan ini dan itu.' Pemuda itu berkata: 'Bukan aku
yang menyembuhkan, yang menyembuhkan hanya Allah.' Si raja
menangkapnya dan terus menyiksanya ia menunjukkan kepada si rahib.
Si raja mendatangi si rahib, rahib pun didatangkan lalu dikatakan
padanya: 'Tinggalkan agamamu.' Si rahib tidak mau lalu si raja meminta
gergaji kemudian diletakkan tepat ditengah kepalanya hingga
sebelahnya terkapar di tanah. Setelah itu teman si raja didatangkan dan
dikatakan padanya: 'Tinggalkan agamamu.' Si rahib tidak mau lalu si
raja meminta gergaji kemudian diletakkan tepat ditengah kepalanya
hingga sebelahnya terkapar di tanah. Setelah itu pemuda didatangkan
lalu dikatakan padanya: 'Tinggalkan agamamu.' Pemuda itu tidak mau.
11
Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya, raja berkata:
'Bawalah dia ke gunung ini dan ini, bawalah ia naik, bila ia mau
meninggalkan agamanya (biarkanlah dia) dan bila tidak mau,
lemparkan dari atas gunung.' Mereka membawanya ke puncak gunung
lalu pemuda itu berdoa: 'Ya Allah, cukupilah aku dari mereka
sekehendakMu.' Ternyata gunung mengguncang mereka dan mereka
semua jatuh. Pemuda itu kembali pulang hingga tiba dihadapan raja.
Raja bertanya: 'Bagaimana kondisi kawan-kawanmu? ' Pemuda itu
menjawab: 'Allah mencukupiku dari mereka.' Lalu si raja
menyerahkannya ke sekelompok tentaranya, raja berkata: 'Bawalah dia
ke sebuah perahu lalu kirim ke tengah laut, bila ia mau meninggalkan
agamanya (bawalah dia pulang) dan bila ia tidak mau meninggalkannya,
lemparkan dia.' Mereka membawanya ke tengah laut lalu pemuda itu
berdoa: 'Ya Allah, cukupilah aku dari mereka sekehendakMu.' Ternyata
perahunya terbalik dan mereka semua tenggelam. Pemuda itu pulang
hingga tiba dihadapan raja, raja bertanya: Bagaimana keadaan teman-
temanmu? ' Pemuda itu menjawab: 'Allah mencukupiku dari mereka.'
Setelah itu ia berkata kepada raja: 'Kau tidak akan bisa membunuhku
hingga kau mau melakukan yang aku perintahkan, ' Raja bertanya: 'Apa
yang kau perintahkan? ' Pemuda itu berkata: 'Kumpulkan semua orang
ditanah luas lalu saliblah aku diatas pelepah, ambillah anak panah dari
sarung panahku lalu ucapkan: 'Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.'
Bila kau melakukannya kau akan membunuhku.' Akhirnya raja itu
melakukannya. Ia meletakkan anak panah ditengah-tengah panah lalu
melesakkannya seraya berkata: 'Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini.'
Anak panah di lesakkan ke pelipis pemuda itu lalu pemuda meletakkan
tangannya ditempat panah menancap kemudian mati. Orang-orang
berkata: 'Kami beriman dengan Rabb pemuda itu.' Kemudian
didatangkank kepada raja dan dikatakan padanya: 'Tahukah kamu akan
sesuatu yang kau khawatirkan, demi Allah kini telah menimpamu.
Orang-orang beriman seluruhnya.' Si raja kemudian memerintahkan
12
membuat parit di jalanan kemudian disulut api. Raja berkata: 'Siapa pun
yang tidak meninggalkan agamanya, pangganglah didalamnya.' Mereka
melakukannya hingga datanglah seorang wanita bersama anaknya,
sepertinya ia hendak mundur agar tidak terjatuh dalam kubangan api
lalu si bayi itu berkata: 'Ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau
berada diatas kebenaran." (HR. Muslim: 5327)
إنما أنا لكم مثل الوالد: عن أبي هريرة عن النبي صلى هللا عليه و سلم قال
13
SAW. yang mengajar ilmu hanya karena Allah, sehingga dengan mengajar
itu ia dapat bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Demikian
pula seorang guru tidak dibenarkan minta dikasihani oleh muridnya,
melainkan sebaliknya ia harus berterima kasih kepada muridnya atau
memberi imbalan kepada muridnya apabila ia berhasil membina mental dan
jiwa. Murid telah memberi peluang kepada guru untuk dekat pada Allah
SWT.
14
Keenam, seorang guru yang baik juga harus memiliki prinsip mengakui
adanya perbedaan potensi yang dimiliki murid secara individual dan
memperlakukannya sesuai dengan tingkat perbedaan yang dimiliki muridnya
itu. Dalam hubungan ini, Al-Ghazali menganjurkan agar guru membatasi diri
dalam mengajar sesuai dengan batas kemampuan pemahaman muridnya, dan
ia sepantasnya tidak memberikan pelajaran yang tidak dapat dijangkau oleh
akal muridnya, karena hal itu dapat menimbulkan rasa antipati atau merusak
akal muridnya.
Ketujuh, seorang guru yang baik menurut Al-Ghazali adalah guru yang
di samping memahami perbedaan tingkat kemampuan dan kecerdasan
muridnya, juga memahami bakat, tabiat dan kejiawaan muridnya sesuai
dengan tingkat perbedaan usianya. Kepada murid yang kemampuannya
kurang, hendaknya seorang guru jangan mengajarkan hal-hal yang rumit
sekalipun guru itu menguasainya. Jika hal ini tidak dilakukan oleh guru, maka
dapat menimbulkan rasa kurang senang kepada guru, gelisah dan ragu-ragu.
Kedelapan, seorang guru yang baik adalah guru yang berpegang teguh
kepada prinsip yang diucapkannya, serta berupaya untuk merealisasikannya
sedemikian rupa. Dalam hubungan ini Al-Ghazali mengingatkan agar seorang
guru jangan sekali-kali melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
prinsip yang dikemukakannya. Sebaliknya jika hal itu dilakukan akan
menyebabkan seorang guru kehilangan wibawanya. Ia akan menjadi sasaran
penghinaan dan ejekan yang pada gilirannya akan menyebabkan ia
kehilangan kemampuan dalam mengatur murid-muridnya. Ia tidak akan
mampu lagi mengarahkan atau memberi petunjuk kepada murid-muridnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam hadits LM:1702 bahwa peran orang tua dalam mendidik anak
sangat lah penting. Karena anak sendiri adalah fitrah yang diberikan
oleh Allah swt.
2. Ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap mental dan kepribadian
seseorang, yaitu faktor keluarga, faktor masyarakat, dan faktor
pendidikan.
3. Untuk menjadi seorang pendidik yang baik, Imam Al-Ghazali
menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang
guru.Al-Ghazali berpendapat bahwa guru yang dapat diserahi tugas
mendidik adalah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga
guru yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, penulis menyadari tentunya masih
banyak kekurangan dalam penulisannya, maka dari itu kami mengharapkan
kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari teman-teman, tak
terkecuali dari bapak dosen pembimbing yang membawakan mata kuliah
ini. Dan kami harap makalah ini dapat bermanfaat dengan menjadikannya
salah satu referensi baca untuk teman-teman dan banyak orang.
19
DAFTAR PUSTAKA
20