Anda di halaman 1dari 10

Sri Purwati's Blog Teknologi Pendidikan

"Berusaha dan Terus Belajar..... Semangat!"


SENIN, 23 DESEMBER 2013

Landasan Teori Psikologi Dalam Teknologi Pendidikan

Landasan Teori Psikologi Dalam Teknologi Pendidikan


Oleh: Sri Purwati

Pendahuluan
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik,
pendidik administror, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu agar tujuan pendidikan dapat tercapai
secara efektif dan efisien maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami
tentang perilaku individu sekaligus menunjukkan perilaku secara efektif. Perilaku individu dipelajari dalam suatu ilmu
yang disebut sebagai psikologi.
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan.
Jadi secara etimologi (menurut arti kata) psikologi artinya Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Proses belajar merupakan orientasi teknologi
pendidikan. aplikasi pengembangan teknologi pendidikan dalam proses belajar sangat dipengaruhi oleh ilmu
perilaku(teori psikologi) adapun yang menjadi landasan teori psikologi antara lain psikologi perkembangan, psikologi
pendidikan dan psikologi sosial yang berkaitan erat dalam proses pengembangan teknologi pendidikan. . Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai definisi landasan teori psikologi sosial dan bagaimana aplikasi
teori psikologi sosial dalam teknologi pendidikan.
Keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh
pemahamannya tentang perkembangan peserta didik. Oleh karena itu agar sukses dalam mendidik, kita perlu
memahami perkembangan, sebab hal ini membantu kita dalam memahami tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri
dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut sebagai psikologi. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia. Psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan.
Terutama dizaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Para ahli berusaha untuk meningkatkan
mengajar itu menjadi suatu ilmu. Teknologi pendidikan memberikan pendekatan sistematis dan kritis tentang proses
pembelajaran.
Di zaman kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi sekarang ini, para ahli berusaha untuk meningkatkan
mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah, diharapkan proses belajar
mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan. Teknologi
pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar. Teknologi
pendidikan memandangnya sebagai suatu masalah yang harus dihadapi secara rasional dengan menerapkan
metode pemecahan masalah. Di samping itu perkembangan teknologi pendidikan didukung oleh perkembangan
yang pesat dalam media komunikasi seperti radio, televisi, video, CCTV, computer, internet dan lain-lain yang dapat
dimanfaatkan bagi tujuan instruksional.
Dengan mamahami landasan psikologis dalam teknologi pendidikan, guru akan memilki pegangan yang
lebih mantap dan pedoman yang lebih dapat dipercaya untuk memberi pengajaran yang efektif. Sikap ilmiah
terhadap proses belajar mengajar akan memberi sikap yang lebih kritis terhadap cara mengajar dan mendorong
untuk mencari cara yang lebih menjamin keberhasilannya. Dengan mendalami teknologi pendidikan, guru dapat
meningkatkan profesinya sebagai guru dan meningkatkan keguruan menjadi suatu profesi dalam arti yang
sebenarnya. Setelah mendalami diharapkan guru mampu menerapkannya dalam pembelajaran karena memiliki nilai
yang sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Hakekat Psikologi
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara
etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar
belakangnya”. Namun pengertian antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut
Gerungan dalam Khodijah : 2006) karena :
¨ Ilmu jiwa adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang jiwa itu.
¨ Ilmu psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah
Beberapa definisi tentang psikologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain :
1. Willhelm Wundt (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang kesadaran manusia (the
science of human consciouness). Definisi ini sangat membatasi tentang garapan psikologi karena tidur dan mimpi
dianggap bukan sebagai kajian psikologi.
2. Woodworth dan Marquis (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktivitas-aktivitas
individu mencakup aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional.
3. Branca (dalam Khodijah, 2006) dalam bukunya yang berjudul Psychology The Science of Behavior, mendefinisikan
psikologi sebagai ilmu tentang perilaku.
4. Sartain dkk (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang perilaku manusia.
5. Knight dan Knight (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi dapat didefinisikan sebagai suatu study
sistematis tentang pengalaman dan perilaku manusia dan hewan, normal dan abnormal, individu dan social.
6. Morgan dkk (dalam Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan hewan,
namun penerapan ilmu tersebut pada manusia (the science of human and animal behavior; it includes the application
of this science to human problems).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang memepelajari gejala kejiwaan yang
ditampakkan dalam bentuk perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan manusia
ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang tidak disadari yang diperoleh melalui suatu
proses atau langkah-langkah ilmiah tertentu.

Aplikasi landasan teori psikologi dalam pendidikan


Aplikasi landasan teori psikologi dalam pendidikan ditekankan pada dua kajian dalam psikologi yaitu
psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya sedangkan psikologi belajar merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan
teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar.
A. Psikologi Perkembangan
Secara umum periodisasi (tahapan) perkembangan peserta didik dibagi menjadi tiga aspek yaitu tahapan
perkembangan Fisik, Tahapan perkembangan psikis dan tahapan perkembangan paedagogis (Baharuddin.
2009:103).
1) Periodisasi perkembangan berdasarkan fisik.
Perkembqngan fisik (phsycal) adalah perubahan kualitatif terhadap fungsi jasmani. Proses perkembangan fisik anak
terkadang sejak ia lahir hingga umur 21 atau 22 tahun. Ada bermacam-macam tahapan perkembangan fisik menurut
Feud ada 6 perkembangan fisik, menurut Montessori ada 4 macam dan menurut Charles Buhler ada 5 tahap
perkembangan fisik manusia.
2) Periodisasi perkembangan berdasarkan Psikis.
Perkembangan psikis (psychology) adalah perubahan kulitatif terhadap fungsi-fungsi jiwa. Keadaan psikis adalah khas
dialami oleh setiap anak dalam masa-masa perkembangan itu dan bahwa anak selama masa perkembangan itu
mengalami masa-masa keguncangan. Perkembangan psikis pribadi manusia dimulai sejak masa hingga dewasa.
Perkembangan psikis melalui pertumbuhan tertentu yang berbeda dengan perkembangan fisik, berbicara tentang
psikis, maka yang dipakai sebagai landasan juga sebagai keadaan psikis anak.
3) Periodisasi Perkembangan berdasarkan Paedagogis.
Dasar didaktis yang digunakan para ahli disi ada beberapa kemungkinan yaitu: apa yang harus diberikan kepada
anak-anak didik pada masa tertentu dan bagaimana caranya mengajar atau mendidik peserta didik pada masa-masa
tertentu. Menurut Sigmund Freud (dalam Djaali, 2011:22) mengemukakan ada enam tahap perkembangan fisiologis
manusia, yaitu sebagai berikut: tahap oral (umur 0 sampai sekitar 1 tahun), tahap anal (antara umur 1 sampai 3
tahun), tahap falish (antara umur 3 sampai 5 tahun), tahap latent (antara umur 5 tahun samapai 12-13 tahun), tahap
pubertas (antara 5 tahun samapai 12-13 tahun), tahap pubertas (antara umur 12-13 tahun sampai 20 tahun), tahap
genital (setelah umur 20 tahun dan seterusnya)
Aspek-aspek Perkembangan Peserta Didik.
Setiap orang tidak terkecuali anak-anak oatau orang dewasa dan seorang diri atau kelompok itu disebut
individu, individu menunjukkan kedudukan seseorang atau perorangan. Ciri atau sifat yang berbeda antara orang
satu dengan orang lainnya disebut perbedaan individual. Perbedaan individu menyangkut parias pada aspek pisik
maupun psikologis. Berikut ini akan dijelaskan perbdaan pisik serta psikis anak dan remaja kaitannya dengan
perkembangan fisik, intelektual, bahasa, social, moral, emosi, riligi, tapi yang dibahas hanya fisik dan intelektual saja.
Karena dua ini yang dominan dapat diamati dalam proses pendidikan.
1) Perkembangan Fisik Anak dan Remaja, terdiri dari:
a) Periode Pra-Lahir
Periode pra-lahir ini merupakan awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan syaraf yangm
embentuk system yang lengkap. Perkembangan dan pertumbuhan janin berakhir saat kelahiran.
b) Periode Pasca- Lahir
Sesudah bayi lahir pertumbuhan dan perkembangan fisik (biologis) yang dimilikinya mempunyai pola urutan yang
teratur. Bayi mampu mengerakkan kepalanya setelah umur satu bulan mampu memutarkan badannya, umur tiga
bulan bayi dapat duduk, dengan sediki dapat duduk sendiri (tanpa bantuan). Berdiri dan melangkah satu dua
langkah. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan pisik anak menunjukkan keteraturan.
c) Pekembangan Fisik remaja
Remaja dikenal dalam bahasa Inggris Puberty disebut pula dalam istilah pubertas. Pubertas sering artikan sebagai
masa kematangan seksual ditinjau dari aspek biologis. Selain istilah purbertas Adalah adolescence yang mempunyai
kesamaan arti yaitu masa remaja yang menunjukkan masa tercepat antara usia 12–22 tahun dengan mengikuti
urutan- urutan tertentu.
2) Perkembangan Intelektual Peserta didik.
Istilah Intelektual menujukkan kata benda intelek yang mengandung arti cendikiawan atau cerdik pandai. Intelektual
Menunjukkan suatu aspek berfikir. Menurut kamusWebster New World Dictionary of The American
Language (Baharuddin, 2009:115) istilah intelek berarti; (a) kecakapan berfikir, mengamati, atau mengerti:
kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya; (b) kecakapan mental
yang besar; dan (c) berfikir atau intelegensi.
Intelegensi sebagai keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secarah terarah, serta
kemampuan menguasai lingkungan secara efektif. Intelegensi mengandung arti yang sama dengan intelek
menggambarkan kemampuan seorang dalam berfikir dan bertindak.
a) Tahap-Tahap Perkembangan Intelektual.
Menurut teori Piaget, perkembangan intelektual melalui tahapan sebagai berikut:
1) Tahap sensoriotor (sejak lahir s.d 2 tahun), yaitu tahap sikuensial tatanan operasi mental yang progresif.
Karakteristiknya meliputi: meniru, mengingat, berfikir, mulai mengenal dunia luar, aktivitas gerak refleks.
2) Tahap praoperasional (usia 2 s.d 7 tahun ) urutan yang hierarki yang membentuk suatu tatanan operasi mental yang
makin mantap dan terpadu. karakteristiknya: mengembangkan kecakapan berbahasa, mempunyai kemampuan
berfikir dalam bentuk simbol, dan berfikir logis.
3) Tahap operasi nyata (usia 7 s.d 11 tahun) pencapaian bervariasi dengan keterbatasan tertentu yang
menggabungkan pengaruh pembawaan dengan lingkungan. Karakteristiknya: mampu memecahkan masalah yang
nyata dan mengerti hukum dan mampu membedakan yang baik dan buruk.
4) Tahap operasi Formal (usia 11 – dst) yaitu memasukkan pengalaman baru ke dalam pola yang ada. Karakteristiknya:
mampu memecahkan masalah yang absrak, dapat berfikir ilmiah, mengembangkan keperibadian.
Dalam proses pendidikan intelektual menentukan perkembangan berfikir seseorang dalam hal belajar.
b) Perbedaan Perkembangan Intelektual Individu
Perbedaan intelegensi manusia berbeda satu sama lain. Jika diukur dengan tes IQ maka akan didapat
orang-orang yang sangat cerdas sama banyaknya dengan orang terbelakang, orang yang superior sama
banyaknya dengan orang tergolong perbatasan. Sedangkan yang terbanyak adalah orang yang intelegensinya rata
atau normal. Seperti pada tabel dibawah ini:

Diantara Penduduk Dunia


IQ Klasifikasi
(%)
0-67 Terbelakang 2,2
68-79 Perbatasan 6,7
80-90 Kurang dari rata-rata 16,1
91-110 Rata-rata (Normal) 50,0
110-119 Diatas rata-rata 16,1
120-127 Superior 6,7
128 Sangat superior 2,2

Tabel .Pengukuran IQ Wechaler dan Bellevue.


B. Psikologi Belajar
Belajar dapat definisikan sebagai suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang yang memungkinkan
orang tersebut memperoleh dan membentuk kompetensi, keterampilan dan sikap yang baru dari hasil interaksinya
dengan lingkungan (Khodijah, 2009:46). Dimana proses belajar melibatkan proses mental internal yang terjadi
berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial, dan hasil belajar ditunjukan oleh terjadinya perubahan perilaku
(kognitif, afektif, psikomotorik). Yang mana hasil belajar tersebut bersifat permanen.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar.
Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu
lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari
pengembangan teknologi pendidikan.
Oleh sebab itu, dalam pengembangan teknologi pendidikan yang senantiasa berhubungan dengan program
pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses
pengembangan teknologi pendidikan. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh
melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan cara/ metode yang lebih baik untuk
melaksanakan proses pembelajaran guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran
mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar.
Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (dalam Pidarta 2007:206) sebagai berikut:
a. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang
diharapkan beberap kali secara berturut-turut.
b. Pengulangan situasi dan respons anak diulang-ulang atau di praktikkan agar lebih sempurna, dan lebih lama diingat.
c. Penguatan respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.
d. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
e. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.
f. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar Seperti aperspsi dalam mengajar.
g. Ada staretegi yang tepat untuk mengaktipkan anak-anak dalam belajar.
h. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor Dalam pengajaran.
Tiga butir pertama sebagai faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, sedangkan sisanya adalah
faktor-faktor intern. Faktor ekstern lebih banyak dapat ditangani oleh pendidik, sementara faktor intern dikembangkan
sendiri oleh anak-anak dibawah arahan dan strategi mengajar atau mendidik. Ada beberapa teori–teori belajar
dimana teori belajar memiliki empat fungsi menurut Bell Gredler (dalam khodijah, 2009:61), yaitu: menjadi kerangka
kerja bagi pelaksana penelitian, memberikan pengorganisasian kerangka kerja item informasi tertentu,
mengungkapkan kompleksitas peristiwa-peristiwa sederhana secara jelas dan mengorganisasi ulang pengalaman
sebelumnya.
Adapun teori-teori belajar menurut Bell Gredler (dalam Khodijah, 2009) yang dimaksud teori belajar adalah
sebagai berikut:
1. Teori Behavioristik (tingkah laku/ perilaku) : Menekankan proses belajar sebagai perubahan relative permanen
pada prilaku yang dapat diamati dan timbul sebagai hasil pengalaman.
Ada tiga teori Behavioristik, yaitu:
a. Teori Connectionisme
Menurut E>L Thorndik (1874-1949) seluruh kegiatan belajar adalah didasarkan pada jaringan asosiasi atau
hubungan yang dibentuk antara stimulus dan respon.
b. Teori Clasikal Conditioning
Menurut Ivan Pavlov (1849-1936) dalam eksprimennya Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui bagaimana
reflex bersyarat terbentuk dengan adanya hubungan antara Conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus
(UCS), dan conditionedrespon (CR).
c. Teori Operant Conditioning
Teori ini dikembnagkann oleh BF.Skinner pada tahun 30-an. Berbeda dua teori sebelumnya, Skinner lebih
menekankan pada respondent response yang timbul dan berkembang diikuti oleh stimulus tertentu.
2. Teori Kognitif (akal fikiran/ otak)
Teori ini menjelaskan belajar dengan berfokus pada perubahan-perubahan proses mental internal yang
digunakan dalam Upaya memahami dunia ekternal. Proses tersebut dimulai tugas-tugas Yang sederhana hingga
tugas yang komplek. Pada Teori ini berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimana orang berfikir. Oleh karena itu
didalam teori kognitif lebih mementingkan Proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri, karena menurut teori ini
belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks.
3. Teori Konstruktivitis
Menurut teori kunstruktivitas yang menjadi darsar bahwa Siswa memperoleh pengetahuan adalah karena
keaktifan siswa itu sendiri. Pembelajaran menurut konstruktifitas adalah suatu proses Pembelajaran yang
mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru dan pengetahuan baru berdasarkan
data, oleh karena itu proses pembelajaran harus yang mempelajari segala sesuat yang berkaitan dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan
yang bermakna.
Menurut para ahli seperti Bednar, Fosnot (dalam Khodijah, 2009:76) mengatakan bahwa kustruktivitas
adalah teori tentang pengetahuan belajar yang menguraikan tentang apa itu pengetahuan, (knowing) dan bagaimana
seorang menjadi tahu (came it know). Konstruktif memandang ilmu pengetahuan bersifat non objektif, temporer, dan
selalu berubah.
4. Teori Konstruktivitis
Menurut teori kunstruktivitas yang menjadi darsar bahwa Siswa memperoleh pengetahuan adalah karena
keaktifan siswa itu sendiri. Pembelajaran menurut konstruktifitas adalah suatu proses Pembelajaran yang
mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru dan pengetahuan baru berdasarkan
data, oleh karena itu proses pembelajaran harus yang mempelajari segala sesuat yang berkaitan dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan
yang bermakna.
Menurut para ahli seperti Bednar, Fosnot (dalam Khodijah, 2009:76) mengatakan bahwa kustruktivitas
adalah teori tentang pengetahuan belajar yang menguraikan tentang apa itu pengetahuan, (knowing) dan bagaimana
seorang menjadi tahu (came it know). Konstruktif memandang ilmu pengetahuan bersifat non objektif, temporer, dan
selalu berubah.

Beberapa teori dalam psikologi yang berhubungan dengan pengembangan teknologi pendidikan.
Aplikasi psikologi pendidikan dalam teknologi pendidikan adalah yang menyangkut dengan aspek-aspek
perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar. Secara psikologis, manusia adalah mahluk individual namun juga
sebagai makhluk social dengan kata lain manusia itu sebagai makhluk yang unik. Maka dari itu kajian teori dalam
psikologi dalam Teknologi pendidikan seharusnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu baik
ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu
lainnya. Dan strategi belajar seperti itu terdapat dalam kajian ilmu Teknologi Pendidikan.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya
diharapkan dapat:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat
b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
c. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
d. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
e. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
f. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
g. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil
belajar dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu,
pengembang program pembelajaran selalu menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh
informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan
kegiatan belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan
belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian teori psikologi (baik psikologi pendidikan maupun psikologi
belajar) terhadap teknologi pendidikan sangat erat karena dalam membuat strategi belajar dan untuk mengetahui
teknik belajar yang baik maka terlabih dahulu kita sebagai guru harus mengerti ilmu jiwa atau ilmu perilaku.
Menurut Lumsdaine (dalam Miarso 2009), ilmu perilaku merupakan ilmu yang utama dalam perkembangan
teknologi pendidikan terutama ilmu tentang psikologi belajar, sedangkan menurut Deterline (dalam miarso 2009)
berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan pengembangan ataupun aplikasi dari teknologi perilaku yang
digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan perilaku tertentu dari pebelajar secara sitematis guna pencapaian
ketuntasan hasil belajar itu sendiri. Sedangkan Harless (1968) menyebutnya dengan “front-end analysis”, sedangkan
Mager dan Pape (1970) menyebutnya “performance problem analysis”. Dan Romizwoski (1986) mengistilahkan
kegitan tersebut sebagai “performance technology”.
Belajar berkaitan dengan perkembangan psikologis peserta didik, pengalaman yang perlu diperoleh,
kemampuan yang harus dipelajari, cara atau teknik belajar, lingkungan yang perlu menciptakan kondisi yang
kondusif, sarana dan fasilitas yang mendukung, dan berbagai faktor eksternal lainnya. Untuk itu, Malcolm Warren
(1978) mengungkapkan bahwa diperlukan teknologi untuk mengelola secara efektif pengorganisasian berbagai
sumber manusiawi. Romizowski (1986) menyebutnya dengan “Human resources management
technology”. Penanganan berbagai pihak yang diperlukan dan memiliki perhatian terhadap pengembangan program
belajar dan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memerlukan satu teknik tertentu yang dapat mengkoordinir dan
mengakomodasikannya sesuai dengan potensi dan keahlian masing-masing.
Kajian ahli-ahli psikologi dan sosial psikologi dalam pendidikan berlangsung selama masa dan pasca
perang dunia ke II, terutama menjadi fokus kajian di lingkungan pengajaran militer (Lange, 1969). Hasil kajiannya
membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran, terutama dalam menetapkan tujuan pengajaran,
memahami peserta didik, pemilihan metode mengajar, pemilihan sumber belajar, dan penilaian.
Kemudian berkembang beberapa kajian yang berkaitan dengan hubungan antara media audiovisual dengan
pembelajaran yang difokuskan pada persepsi peserta didik, penyajian pesan, dan pengembangan model
pembelajaran. Studi masa itu kebanyakan diwarnai oleh aliran psikologi behavior, sebagai contoh operant behavioral
conditioning yang ditemukan BF Skinner (1953). Teori belajar dan psikologi behavior ini mempengaruhi teknologi
pendidikan pada masa itu dalam tiga hal, yaitu:
1. pengembangan dan penggunaan teaching machine dan program pembelajaran;
2. spesifikasi tujuan pendidikan ke arah behavioral objectives; dan
3. pencocokan konsep operant conditioning dengan konsep model komunikasi (Ely, 1963).
Dalam dunia pendidikan begitu banyak teori tingkah laku diantaranya yang sangat dikenal adalah
teori “Classical Conditioning” dari Ivan Pavlov, “Connectionism: dari E. L. Thorndike, “Hypothetic Deductive” dari
Clark L. Hull dan “Operant Conditioning” dari BF. Skinner

1. Classical Conditioning (Ivan Pavlov)


Teori tingkah laku diawali oleh Ivan Pavlov dalam tahun-tahun akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
dengan teorinya “Classical Conditioning” yang menyatakan bahwa stimulus baru dapat dibuat untuk menimbulkan
refleks tertentu. Dalam penelitiannya yang dilakukan pada seekor anjing, ia memperhatikan perubahan tingkah laku
pada waktu tertentu. Dalam ekperimennya, menunjukkan bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang
selama ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan.

2. Connectionism (E. L. Thorndike)


Dalam studi Thorndike, ia memandang perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dan
lingkungan, artinya stimulus-stimulus dapat memberikan respons sehingga teorinya dikenal dengan teori S-R
(Stimulus-Respons). Thorndike menghubungkan perilaku pada rekleks-refleks fisik, sehingga ia menyatakan
bahwaperilaku ditentukan secara refleksif oleh stimulus yang ada dan lingkungan, dan bukan oleh pikiran yang sadar
atau tidak sadar.
Dalam eksperimennya yang dilakukan pada kucing yang dimasukkan kedalam kotak. Dari eksperimennya
mengembangkan tiga hukumnya, yaitu : “Law of Effect” yang menyatakan “prnsip senang tidak senang. Suatu respon
akan diperkuat apabila diikuti oelh suatu perasaan senang terhadap sesuatu, dan respon akan diperlemah jika diikuti
oleh suatu rasa tidak senang”, “Law of Exercise” yang menyatakan bahwa “semakin sering suatu respon yang
berasal dari suatu stimulus tertentu maka akan semakin besar kemungkinan respon tersebut untuk dicamkan atau
diingat dalam suatu long term memory” dan “Law of Readiness” yang menyatakan bahwa “perkembangan system
syaraf akan menyebabkan unit perilaku tertentu akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan unit perilaku yang
lainnya dengan kata lain pembelajaran yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik”.
Sedangkan menurut Saettler peranan ataupun kontribusi yang cukup besar oleh Thorndike dalam Teknologi
Pembelajaran adalah dengan rumusannya tentang prinsip-prinsip 1) aktivitas diri, 2) minat / motivasi, 3) kesiapan
mental, 4) individualisasi dan 5) sosialisasi. Adapun contoh penerapan teori Thorndike adalah Apabila hal yang
dipelajari kemudian mempunyai banyak persamaan dengan hal yang dipelajari terdahulu, maka akan terjaid transfer
yang positif di mana hal yangbaru itu tidak akan terlalu sulit dipelajari. Misalnya orang yang sudah pernah belajar
menunggang kuda, tidak akan terlalu sulit belajar mengemudikan kereta berkuda. Sebaliknya, kalau antara hal yang
dipelajari kemudian dan hal yang dipelajari terdahulu terdapat banyak perbedaan, maka akan sulitlah mempelajari
hal yang kemudian itu, dan di sini terjadi transfer yang negatif. Misalnya, seorang yang sudah biasa menulis dengan
tangan kiri, karena menulis dengan tangan kiri sama sekali lain caranya daripada menulis dengan tangan kanan.
3. B. F. Skinner
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi
langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat
mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar.
Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik. Gaya mengajar guru
dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.
Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan
proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun
pada perilaku yanag tidak tepat.Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan
keinginan.
Asas-asas Skinner tentang kondisioning operan memberikan pengaruh baru pada studi dan analisa tingkah
laku. Landasan bagi asas-asas Skinner tantang kondisioning operan adalah kepercayaannya tentang sifat hakekat
ilmu perilaku dan cirri-ciri tingkah laku hasil belajar. Sehingga ia mendefinisikan belajar itu merupakan tingkah laku
dimana ketika subjek belajar, responnya meningkat dan bila terjadi sebaliknya responnya menurun.
Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan(reinforcement). Maksudnya
adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Jenis Penguatan: Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai
stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat
mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari
adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya
jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Teori dan prinsip Skinner ini diaplikasikan dalam bentuk “mesin pengajar” (teaching machine). Skinner
mengungkapkan bahwa teaching machine sangat mendasar dalam proses pembelajaran, terutama dalam
memperkuat (reinforcement) pembelajaran. Menurutnya bahwa teaching machine adalah instrumen yang simpel dan
menyatu dengan usaha penguatan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperkuat perolehan pengalaman
belajarnya. Prinsip Teaching Mesin ini hingga sekarang masih banyak dipakai dalam membuat Pembelajaran
Berbantuan Komputer (PBK) atau Computer Assisted Instruction (CAI). Konsep reinforcement dalam pengajaran ini
banyak diwarnai oleh hukum operant conditioning yang mengikuti Thorndike’s law effect.
Menurut Skinner untuk mengendalikan belajar pada manusia secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan pembelajaran dan Mastery Learning diperlukan bantuan peralatan, yang akan bertindak selaku mekanisme
penguatan supaya stimulus yang diberikan kepada pembelajar dapat bertahan dalam waktu yang lama dan dapat
lebih mudah diterima dan dipahami. Keterkaitan teori belajar ini terus dikaji oleh para ahli teknologi pendidikan,
sehingga tidak hanya psikologi behavior saja yang memiliki kontribusi terhadap teknologi pendidikan akan tetapi
bergeser ke arah psikologi kognitif sebagaimana dikembangkan oleh Robert M Gagne.

Teori Perkembangan Kognitif,


Teori perkembangan kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikologSwiss yang hidup
tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsepkecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih
tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata(skema) tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikaninformasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teorinativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini
berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema
yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia:
 Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
 Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
 Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
 Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Kedudukan teori belajar dijadikan sumber inspirasi di dalam pengembangan model pembelajaran, terutama
di dalam penetapan tingkah laku yang harus dikuasai peserta didik, karakteristik peserta didik, kondisi-kondisi
pembelajaran yang harus dirancang, beserta berbagai fasilitas belajar yang dapat memperkuat pengalaman belajar
peserta didik. Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media
dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
Simpulan :
Landasan teori psikologi yang memiliki pengaruh dalam pendidikan diantaranya ialah: Teori psikologi
perkembangan, Teori Psikologi Belajar, dan lain sebagainya. Teori Psikologi sangat penting dipelajari dan dipahami
oleh guru, karena membantu guru dalam kelancaran proses pembelajaran agar situasi dan kondisi pembelajaran
menyenangkan, membantu guru dalam memilih metode mengajar agar diperoleh hasil belajar yang memuaskan dan
membantu guru dalam mengenali perilaku dan karakteristik siswanya.
Pemahaman guru terhadap teori psikologi menjadi bahan pertimbangan guru dalam memilih materi pelajaran
dan media pembelajaran dan perlu memahami kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran dapat diindikasikan
dengan kesiapan kognitif (Head), afektif (Heart), psikomotor (Hand) dan interpersonal (human). Maka dari itu,
pendidik wajib memahami psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan
perkembangannya. Adapun psikologi perkembangan meliputi perkembangan fisik, psikis dan intelektual. Sedangkan
Psikologi belajar ialah psikologi yang berhubungan dengan belajar. Teori Psikologi Belajar terdiri dari
teori behaviorisme menyatakan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya perilaku baru yang lebih baik. Hal ini
menjadi landasan teori bagi guru untuk merumuskan tujuan instruksional (tujuan yang menghendaki siswa dapat
melakukan sesuatu, atau tingkah laku yang ingin dicapai) dalam Rencana Persiapan Pembelajaran yang dibuat guru,
teori belajar konstruktivitas yang menggabungkan bagian-bagian dari beberapa materi pelajaran menjadi suatu ilmu
baru yang bermanfaat menjadi landasan teori bagi guru untuk menyampaikan tujuan utama (target yang hendak
dicapai) pada awal pertemuan saat proses pembelajaran.

Daftar Pustaka
Baharuddin, 2006. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jakarta: Ar-Russ
media.
Djaali, 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dirgagunarsa, Singgih, 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara
Khadijah, Nyayu, 2009. Psikologi Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
Miarso, Yusufhadi, 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta : Kencana
Pidarta, Made, 2007. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, Jakarta, Rieneka Cipta
Indonesia.
Purwanto, M.Ngalim, 1983. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya CV.
Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan.Jakarta : Kencana

Diposkan oleh sri purwati di 20.21


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
ARSIP BLOG

 ► 2014 (8)
 ▼ 2013 (31)
o ▼ Desember (19)
 ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIS (PERENCANAAN PENDID...

 ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIS (PERENCANAAN PENDID...


 ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIS (PERENCANAAN PENDID...
 ANALISIS PERENCANAAN STRATEGIS (PERENCANAAN PENDID...
 Revisi Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam Pemerat...
 Landasan Kebijakan Pendidikan terhadap Teknologi P...
 Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam Meningkatkan ...
 Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam Peningkatan Ke...
 Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam Peningkatan Mu...
 Landasan Teori & Pendekatan Sistem Dalam Teknologi...
 Landasan Teori Komunikasi & Informasi Teknologi Pe...
 Kawasan dan Bidang Garapan Teknologi Pendidikan
 Landasan Teori Psikologi Dalam Teknologi Pendidika...
 Landasan Kebijakan Pendidikan Dalam Kaitannya Deng...
 Landasan Ilmiah dan Penelitian Teknologi Pendidika...
 Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam Pemerataan Pen...
 Landasan Kebijakan Pendidikan
 Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam Pemerataan Pen...
o ► November (10)
o ► September (2)

HALAMAN PROFIL SRI


PURWATI
 home
 downl
oad
 tentan
g penulis
 materi sri purwati
 materi Lihat profil
kulaih lengkapku
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai