Anda di halaman 1dari 12

Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Multidispliner

Daniel Adam
Universitas Qamarull Huda Badaruddin Bagu
Email : lciel727@gmail.com

Abstrak. Psikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis, yang berusaha
untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan secara ilmiah dan fakta-
fakta sekitar tingkah laku manusia. Kebutuhan dunia pendidikan pada psikologi adalah suatu
keharusan yang tidak ada tawar-menawar lagi,tidak ada negosiasi lagi.Akan tetapi yang ada adalah
‘’kompromistrategic”untuk mensukseskan aktifitas pendidikan. Psikologi pendidikan adalah proses
implementasi dan aktualisasi prinsip-prinsip, metode-metode ilmu psikologi sebagai ilmu murni (pure
science) dalam lapangan (field) pendidikan, yang berguna untuk membantu proses transmisi
pengetahuan kepada peserta didik (subjek Belajar) dengan memperhatikan prinsi-prinsip pertumbuhan
fisik maupun non fisik peserta didik artinya bahwa psikologi menjadi instrument primer atau kata
kunci sukses aktifitas pendidikan. Mengapa, karena objek material psikologi adalah manusia.
Pendidikan juga demikian sehingga korelasi ini membentuk satu keterpaduan sinergis dan
integral.Adapun pendekatan multidispliner ilmu yaitu hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu yang
lain, yakni bahwa psikologi juga tidah terlepas dari studi yang lain-lain.

Kata kunci : psikologi,pendidikan,multidispliner ilmu

Pendahuluan
Pendidikan secara luas dapat diinterpretasikan mulai sejak manusia dilahirkan dan
berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Sehingga pendidikan menepati posisi sentral dalam
pembangunan. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia (SDM).
Dari pandangan psikologi, pendidikan mencakup perubahan dan dapat dinyatakan sebagai
suatu proses atau produk. Pendidikan sebagai suatu proses meliputi semua bentukbentuk kegiatan
yang menguntungkan individu dalam kehidupan sosial dan dalam hal itu dapat membantu
pemindahan kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, kepercayaan keagamaan, bahasa, dan lembaga-
lembaga sosial dari suatu generasi kepada generasi yang lain. Hal itu dibangun di atas pengalaman-
pengalaman dari suatu generasi untuk generasi yang akan datang. Melalui dari proses pendidikan ini
individu distimuli untuk berfikir, memberi penghargaan dan berbuat.
Pendidikan sebagai suatu produk, meliputi semua perubahan-perubahan yang berlangsung
sebagai hasil dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman belajar. Tujuan pendidikan
berbeda menurut tuntutan kebudayaan, potensi individu dan cita-cita. Dengan demikian produk
pendidikan yang merupakan hal yang representataif buat seluruh hasil belajar berbeda antara
pendukung kebudayaan dari suatu kelompok dan antara anggota-anggota dari kelompok yang sama.
Psikologi pendidikan dapat di pandang sebagai ilmu pengetahuan praktis, yang berusaha
utnuk menerengkan balajr sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta
sekitar tingkah laku manusia. Psikologi menerangkan bagaimana perkembangan seseorang
berlangsung dalam hubungannya dengan belajar. Pendidikan berusaha untuk mempelajari apa-apa
yang dibutuhkan dan harus dipelajari; psikologi pendidikan memperhatikan mengapa dan kapan
masa-masa yang baik belajar. Tingkat keberhasilan dalam mengajar tergantung pada besar dan
luasnya kesanggupan merangsang kearah tercapainya kemajuan-kemajuan dalam perkembangan,
penampilan kebutuhankebutuhan dan memberi arah potensi-potensi pembawaan para pelajar. Menurut
penulis bahwa studi terhadap psikologi pendidikan menjadi sangat penting, bahkan menempati
prioritas.

Pembahasan
1. Pengertian Psikologi
Dewasa ini, kata psikologi semakin familiar di telinga kita. Psikologi kemudian diartikan
dengan beragam definisi. Ada yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa dan ada pula yang
berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang perilaku. Ilmu ini tidak jarang dipadankan dengan
ilmu dukun, seperti memahami telepati, kemampuan untuk meramalkan masa depan dan kemampuan
memahami masa lalu seseorang. Psikologi juga biasanya tidak hanya diletakkan untuk manusia,
namun juga sering kali kita mendengar psikologi untuk makhluk hidup lainnya misalnya hewan dan
tumbuh-tumbuhan juga memiliki “jiwa” atau setidaknya bertingkah aku. Oleh karena itu, maka
sebaiknya kita berusaha menelaah lebih mendalam bermacam-macam arti psikologi.
Selanjutnya, apa itu psikologi? Dalam hal ini psikologi memiliki beragam definisi. Salah
satunya yaitu psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku. Psikologi dalam istilah
juga disebut sebagai ilmu jiwa. Psikologi berasal dari bahasa Inggris yakni psycology. psycology
merupakan dua akar kata yang berhubungan dari bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa logos
yang berarti ilmu. Berdasarkan uraian tersebut maka psikologi adalah ilmu jiwa, sedangkan kata logos
sering diartikan sebagai logika dan nalar. Jadi secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Berbicara tentang hal jiwa, terlebih dahulu kita harus dapat membedakan antara nyawa dan jiwa.
Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan
perbuatan badaniah (organic behavior), yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar.
Misalnya: instink, refleks, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya.
Sedangkan jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak yang menjadi penggerak dan
pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan
manusia (Ahmadi, 1991).
Gene Zimmer pernah menyatakan bahwa psikologi harus mampu menjelaskan hal-hal seperti
imajinasi, perhatian, intelek, kewaspadaan, niat, akal, kemauan, tanggung jawab, memori dan lain-lain
yang sehari-hari melekat pada diri kita. Tanpa itu, psikologi tidak akan banyak bermanfaat (Sarlito,
2014).
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan harus memiliki beberapa sifat ilmu pengetahuan pada umumnya.
Dengan demikian psikologi memiliki sifat sebagai berikut:
a. Sistematik yang teratur sebagai hasil pendekatan pada objeknya. Hasil pendekatan terhadap
objek itu kemudian disistematisasi sehingga merupakan suatu sistematika yang teratur yang
menggambarkan hasil pendekatan terhadap objek tertentu.
b. Metode penyelidikan tertentu. Sebuah pembahasan kurang dapat dipertanggungjawabkan dari
segi keilmuan. Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu, penyelidikan atau pembahasan
akan kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi keilmuan. Segi metode inilah akan
terlihat ilmiah tidaknya sesuatu penyelidikan atau pembahasan.
c. Objek tertentu. Suatu syarat yang mutlak di dalam suatu ilmu. Objek inilah yang kemudian
menentukan langkah-langkah selanjutnya. Syarat mutlak di dalam suatu ilmu, karena objek
inilah yang akan menentukan langkah-langkah yang lebih lanjut di dalam pengupasan
lapangan ilmu pengetahuan. Tanpa adanya objek dapat diyakinkan tidak akan adanya
pembahasan yang mapan.
Beranjak dari sebuah syarat psikologi menjadi ilmu pengetahuan, maka para ahli merumuskan
pengertian dari psikologi antara lain sebagai berikut:
1. Plato dan Aristoteles
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai
akhir.
2. Hilgert
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
3. Bimo Walgito
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa yang dapat dilihat atau diobservasi perilaku atau
aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau penjelmaan jiwa itu.
4. John Broadus Watson
J. B. Watson yang juga merupakan tokoh pendiri dari Behavioristik meyakini bahwa psikologi itu
tentang perilaku manusia. Kajian dari psikologi sebaiknya mengarah pada perilaku yang nampak.
5. Singgih Dirgagunarsa
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
6. Wilhelm Wundt
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul
dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran, merasa (feeling) dan kehendak.
7. Woodworth dan Marquis
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu dari sejak masih dalam
kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam sekitar.

Dari beberapa tokoh di atas dapat dipahami bahwa adanya beberapa perbedaan dan
persamaan. Wilhelm Wundt menggambarkan psikologi sebagai proses-proses elementer dari
kesadaran dalam diri manusia. Dari batasan tersebut dapat dikemukan bahwa keadaan jiwa
direfleksikan dalam kesadaran manusia. Woodworth dan Marquis menggambarkan bahwa psikologi
sebagai proses aktivitas manusia dalam arti yang luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun
emosional. Istilah yang digunakan oleh Wund adalah kesadaran sedangkan pada Woodworth dan
Marquis digunakan aktivitas-aktivitas yang merupakan refleksi dari kehidupan kejiwaan manusia.
Definisi yang digambarkan kedua tokoh tersebut tampaknya juga dipahami sama oleh Bimo Walgito
bahwa adanya aktivitas manusia baik yang nampak (overt behavior) maupun tidak nampak (innert
behavior).
Psikologi juga dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri kaena memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah.
2. Memiliki struktur keilmuan yang jelas.
3. Memiliki objek formal dan material.
4. Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, sejarah kasus (case history),
pengetesan dan pengukuran (testing dan measurement).
5. Memiliki termonologi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, dan kepribadian.
6. Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.
Psikologi memberikan sumbangan terhadap Pendidikan, karena subjek dan objek pendidikan adalah
manusia (individu), psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami prilaku individu dan
proses pendidikan serta bagaimana membantu individu agar dapat berkembang optimal.
Dan dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari secara ilmiah tentang gejala-gejala jiwa atau tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungan. Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan ilmu tentang tingkah
laku. Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan
manusia merupakan tingkah laku. Semenjak bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh
berbagai tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu psikologi sangat luas.
2. Pengertian Pendidikan
Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata “paedagogie” dari bahasa Yunani, terdiri dari
kata “paes” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Jadi paedagogie berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata “educate” yang berarti
mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam. Sedangkan dalam bahasa Inggris pendidikan
diistilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Bangsa
Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni: membangkitkan
kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan
berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan,
pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian: proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. (Depdiknas, 2013: 326).
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Menurut Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ahmadi dan Uhbiyati (2007: 70) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang
dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak
mencapai kedewasaan yang dicitacitakan dan berlangsung terus menerus. Abdurrahman Saleh
Abdullah (2007: 15) menjelaskan pendidikan sebagai proses yang dibangun masyarakat untuk
membawa generasi-generasi baru kearah kemajuan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan
kemampuan yang berguna untuk mencapai tingkat kemajuan paling tinggi
Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama
manusia”. Dilain pihak Oemar Hamalik (2001: 79) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu
proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani
dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaanya
serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.
3. Pengertian Psikologi Pendidikan
Definisi secara akademis barangkali mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah studi
tentang orang yang belajar, pembelajaran, dan pengajaran (Reynolds & Miller, 2003). Namun, bagi
siswa yang merupakan atau berharap menjadi guru, psikologi pendidikan adalah sesuatu lebih dari itu.
Psikologi pendidikan adalah akumulasi pengetahuan, kebijaksanaan, dan teori yang didasarkan pada
pengalaman yang mestinya dimiliki setiap guru untuk memcahkan masalah pengajaran sehari ‐hari
dengan cerdas. Psikologi pendidikan tidak dapat memberitahukan kepada guru apa yang harus
dilakukan, tetapi hal itu dapat memberi mereka prinsip    untuk digunakan dalam mengambil
keputusan yang lebih baik dan bahasa untuk membahas pengalaman dan pemikiran mereka.
  Tidak satu pun ada di dalam buku teks psikologi pendidikan ini dan semua teks lain
memberitahukan kepada guru dengan tepat    cara mengajarkan penulisan kreatif kepada kelompok
kelas tiga tertentu. Namun, Leah menggunakan konsep psikologi pendidikan untuk
mempertimbangkan cara dia mengajarkan, menafsirkan, dan memecahkan masalah penulisan yang dia
hadapi, dan menjelaskan kepada Ellen apa yang sedang dia lakukan. Pakar psikologi pendidikan
melakukan riset tentang sifat dasar siswa, prinsip pembelajaran, dan metode pengajaran untuk
memberi informasi yang mereka butuhkan kepada pendidik agar berpikir kritis   tentang keahlian
mereka dan agar d mengambil keputusan pengajaran yang akan bermanfaat bagi siswa mereka
(Alexander, 2004)
Pada bagian terdahulu telah dibicarakan tentang pengertian psikologi, baik dalam tinjauan
etimologi maupun secara terminologis sehingga gambaran mengenai psikologi sebagai ilmu menjadi
jelas dan utuh. Di samping itu, juga diuraikan dengan lugas pengertian pendidikan. Pendidikan adalah
aspek penting dalam kehiudpan dan keberlangsungan spesies manusia. mengapa pendidikan menjadi
begitu penting, karena pendidikan membuat manusia, menjadi cerdas, pintar, bermoral, memiliki
etika, berbudaya, berkreasi, bersyukur, berinteraksi, dan memiliki peradaban. Di sini akan dijelaskan
pengertian psikologi pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu.
Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi , bukan psikologi itu
sendiri. Mereka menganggap psikologi pendidikan tidak memiliki teori, konsep, dan metode sendiri.
Hal ini konon terbukti dengan banyaknya hasil-hasil riset psikologi-psikologi lain yang diangkat
menjadi teori, konsep, dan metode psikologi pendidikan.
Salah seorang ahli menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan
(applicable) adalah Arthur S Reber (1998) seorang guru besar psikologi pada Brooklyn college,
University of New York City, University of British of columbia Canada, dan juga pada University of
Innsbruck Austria. Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu
psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Penerapan prinsi-prinsip belajar dalam kelas
2. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan. (M. Ngalim Purwanto, 2007. Hal.8-9)
A. Tujuan studi psikologi Pendidikan
Konsep pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa
(orang-orang yang sedang belajar). Keberadaan psikologi pendidikan pada dasarnya adalah untuk
mempermudah pendidik dalam menrapkan proses belajar mengajar. Dengan mempelajari psikologi
pendidikan, paling tidak para calon guru atau guru telah mendapat gambaran mengenai kondisi dan
situasi keberadaan diri pribadi, peserta didik dan lembaga pendidikan.(Safwan Amin, 2005. Hal.16)
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami manusia dengan tujuan untuk
dapat memperlakukannya dengan lebih tepat. Karena itu pengetahuan psikologi mengenai anak didik
dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik, sehingga seharusnya
adalah kebutuhan bagi setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang psikologi pendidikan.
Maka pada hakikatnya psikologi pendidikan itu dibutuhkan oleh setiap orang.(Safwan Amin,
2005.Hal.25)
Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam
menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan eratnya hubungan antara
psikologi khusus tersebut dengan pendidikan, seerat metodik dengan kegiatan pengajaran.
Psikologi pendidikan memberikan gambaran dan penerapan tentang pengalaman belajar
seoarang individu sejak dilahirkan sampai usia tua. Pokok persoalannya adalah mengenai keadaan-
keadaan yang dapat mempengaruhi belajar. Oleh karena itu para guru, konselor, dan semua personal
dalam sekolah perlu memiliki pengetahuan yang lengkap dari seluk beluk manusia sepanjang yang
dapat di uasahakan, dimana pokok-pokok persoalan dalam psikologi pendidikan adalah merenungkan
bagaimana menambah intensifikasi penyelidikan-penyelidikan di lapangan (Sumardi Suryabrata,
2008:2)
B. Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Di sini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup pembahasan psikologi pendidikan.
Crow&Crow secara eksplisit mengemukakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha
untuk menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai prilaku
manusia yang telah ditentukan secara ilmiah.
Sesuai dengan pendapatnya itu, Crow&Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba
didapatkan dalam psikologi pendidikan, yang dengan demikian merupakan ruang lingkup psikologi
pendidikan, antara lain ialah:
1. Sampai sejauhmana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar
2. Sifat-sifat dari proses belajar
3. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness)
4. Signifikasi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan
belajar.
5. Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi dalam belajar.
6. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar
7. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar
8. Pengaruh atau akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman
belajar insidental dan informal terhadap suatu individu
9. Nilai dan manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah
10. Akibat dan pengaruh psikologi yang ditimbulkan oleh konsidi-kondisi sosiologis sikap para siswa
(Ahmad Fauzi, 2004:14)
C. Psikologi Multidisipliner Ilmu
Seperti telah dikemukakan di atas psikologi merupakan ilmu yang telah mandiri karena
memenuhi beberapa syarat seperti yang disebutkan di atas. Psikologi tidak tergabung dalam ilmu-ilmu
lain. Namun demikian tidak boleh dipandang bahwa psikologi itu sama sekali terlepas dari ilmu-ilmu
yang lain. Dalam hal ini psikologi masih mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut. Psikologi
sebagai ilmu yang meneropong atau mempelajari keadaan manusia, sudah barang tentu psikologi
mempunyai hubungan dengan imu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia.
Hal ini akan memberi gambaran bahwa manusia sebagai mahkluk hidup tidak hanya dipelajari oleh
psikologi saja, tetapi juga dipelajari oleh ilmu-ilmu lain. Manusia sebagai mahkluk budaya maka
psikologi akan mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu kebudayaan, dengan filsafat, dengan
antropologi dengan beberapa ilmu lain. Hubungan antara psikologi dengan ilmu lain itu bersifat
timbal balik. Psikologi memerlukan bantuan ilmu lain dan sebaliknya, ilmu lain juga memerlukan
bantuan psikologi.
1. Psikologi dengan sosiologi
Manusia sebagai mahkluk sosial juga menjadi objek dari sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari manusia di dalam hidup
bermasyarakatnya. Karena itu baik psikologi maupun sosiologi yang membicarakan manusia, tidaklah
mengherankan kalau pada suatu waktu adanya titik-titik pertemuan di dalam meninjau manusia itu,
misalnya soal perilaku. Tinjauan yang paling penting yaitu hidup bermasyarakatnya, sedang tinjauan
psikologi ialah bahwa perilaku sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang didorong oleh motif tertentu
hingga manusia itu berperilaku atau berbuat. Seperti apa yang dikemukakan oleh Bouman: “Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan tentang hidup manusia dalam hubungan golongan. Ia mempelajari
hubungan-hubungan antara sesama manusia, sepanjang hal ini berarti bagi kita dalam memperdalam
pengetahuan kita tentang perhubungan-perhubugan masyarakat. Dalam hal ini yang terutama menarik
perhatian kita ialah bentuk-pentuk pergaulan hidup dimana perhubunganperhubungan ini
menunjukkan sifat yang yang kurang atau lebih kekal: pertama-tama golongan-golongan dan
penggolongan - penggolongan Bagi ahli sosiologi tinggallah suatu persoalan yang tidak dimasukkan
dalam ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, yakni menyelami hakekat kerja sama dan kehidupan bersama
dalam segala macam bentuk yang timbul dari perhubungan antar manusia dengan manusia. Jadi yang
dipersoalankan disini ialah kehidupan yang bergolonggolongan yang sebenarnya” (Bouman 1953:9)
Karena adanya titik-titik persamaan ini maka timbullah cabang ilmu pengetahuan dalam psikologi
yaitu psikologi sosial yang khusus meneliti dan mempelajari perilaku manusia dalam hubungan
dengan situasi-situasi sosial.
Di samping itu Secord & Backman (1964) mengumumkan bahwa perilaku individu dalam
interaksi sosial dapat dianalisis dengan tiga macam sistem yaitu the personality system, the social
system and the cultural system sekaligus. Makin lama orang makin menyadari bahwa perilaku
manusia tidak dapat terlepas dari keadaan sekitarnya, karena itu tidaklah sempurna meninjau manusia
itu berdiri sendiri terlepas dari masyarakat yang melatarbelakanginya.
Adapun perbedaan antara psikologi sosial dengan sosiologi adalah dalam hal fokus studinya.
Jika psikologi sosial memusatkan penelitiamnnya pada prilaku individu, sosiologi tidak
memperhatikan individu. Yang menjadi perhatian sosiologi adalah sistem dan struktur sosial yang
dapat berubah atau konstan tanpa bergantung pada individu-individu.
2. Psikologi dengan ilmu politik
Psikologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern (lingkungan sosial, fisik,
peristiwa, gerakan massa) maupun segi intern (kesehatan fisik perseorangan, semangat, emosi).
Psikologi sosial bisa menjelaskan bagaimana attitude dan expectation masyarakat dapat melahirkan
tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada conformity. Salah satu konsep psikologi sosial
yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum adalah berupa
identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi memilih atas partai yang ada atau keterikatan
emosional pemilih terhadap partai tertentu. Untuk memahami perilaku memilih, bisa digunakan
beberapa pendekatan. Namun selama ini penjelasan teoritis voting behavior didasarkan pada dua
model atau pendekatan, yaitu pendekatan sosiologi dan pendekatan psikologi.
3. Psikologi dengan ilmu komunikasi
Seperti halnya psikologi, ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai ilmu yang berdiri
sendiri kemudian melakukan perkawinan dengan ilmuilmu lainnya yang pada gilirannya melahirkan
berbagai subdisiplin seperti: komunikasi politik (ilmu politik), sosiologi komunikasi massa
(sosiologi), dan psikologi komunikasi (psikologi). Dengan demikian, psikologi komunikasi pun
didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa
mental dan behavioral dalam komunikasi.
4. Psikologi dengan biologi
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup
menjadi objek biologi. Oleh Karena biologi berobjekkan benda-benda yang hidup, maka cukup
banyak ilmu yang tergabung di dalamnya. Oleh karena itu baik itu biologi maupun psikologi sama-
sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu itu meninjau dari sudut yang berlainan,
namun pada segi-segi yang tertentu kadang-kadang kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan. Biologi,
khususnya antropobiologi tidak mempelajari tentang kejiwaan, dan ini yang di pelajari psikologi.
Seperti yang dikemukakan di atas di samping adanya hal-hal yag berlainan tanpak pula
adanya hal-hal yang sama-sama dipelajari atau diperbicagkan oleh kedua ilmu itu, misalnya
membicarakan keturunan. Mengenai soal keturunan baik psikologi maupun antropobiologi juga
membicarakan mengenai hal ini. Soal keturunan di tinjau dari biologi ialah hal-hal yang berhubungan
dengan aspek-aspek kehidupan yang turun-temurun dari generasi ke generasi lain. Soal keturunan
juga dipelajari oleh psikologi antara lain misalnya sifat, inteligensi, bakat. Karena itu kuranglah
sempurna kalau orang mempelajari psikologi tanpa mempelajari biologi khususnya antropobiologi
maupun fisiologi, justru karena ilmu-ilmu ini membantu di dalam orang mempelajari psikologi.
5. Psikologi dengan ilmu alam
Pada awal permulaan abad ke-19, psikologi dalam penelitiannya banyak terpengaruh oleh
ilmu alam. Psikologi disusun berdasarkan hasil eksperimen, sehingga lahirlah antara lain, Gustav
Fechner, Johannes Muller, Watson, dan lain-lain. Namun kemudian psikologi menyadari objek
penyelidikannya adalah manusia dan tingkah lakunya yang hidup dan selalu berkembang, sedangkan
objek ilmu alam adalah benda mati. Oleh sebab itu, metode ilmu alam yang dicoba diharapkan dalam
psikologi, dianggap kurang tepat. Karena itu, psikologi mencari metode lain yang sesuai dengan sifat
keilmuannya sendiri, yaitu antara lain metode “fenomenologi” suatu metode penelitian yang menitik
beratkan gejala hidup kejiwaan.
Sebaliknya, psikologi berusaha mempelajari diri manusia, tidak sebagai “objek” murni, tetapi
dalam bentuk kemanusiaannya, mempelajari manusia sebagai subjek yang aktif dan mempunyai sifat-
sifat tertentu subjek yang aktif itu diartikan sebagai pelaku yang dinamis, dengan segala macam-
macam aktifitas dan pengalamannya.
Dengan demikian, untuk mampu memahami semua kegiatan manusia itu, orang berusaha
dengan melihat partisipasi sosial nya, lalu berusaha menjadikan pengalaman orang lain sebagai
pengalaman dan pemiliknya sendiri.
6. Psikologi dengan filsafat
Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Dalam penyelidikannya, filsafat memang berangkat dari apa yang dialami
manusia, karena tak ada pengetahuan jika tidak bersentuhan lebih dahulu dengan indra, sedangkan
ilmu yang hendak menelaah hasil pengindraan itu tidak mungkin mengambil keputusan dengan
menjalankan pikiran, tanpa menggunakan dalil dan hukum pikiran yang tidak mungkin dialaminya.
Bahkan, ilmu dengan amat tenang menerima sebagai kebenaran dan tidak pernah diselidiki oleh ilmu,
sampai dimana dan bagaimana budi manusia dapat mencapai kebenaran itu.
Sebaliknya, filsafat pun memerlukan data dari ilmu. Jika, ahli filsafat manusia hendak
menyelidiki manusia itu serta hendak menentukan apakah manusia itu, ia memang harus mengetahui
gejala tindakan manusia. Dalam hal ini, ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat sebaik-
baiknya dengan hasil penyelidikannya.
7. Psikologi dengan ilmu Pendidikan
Sebenarnya, psikologi dan ilmu pendidikan tidak bisa dipisahkan satu dengan ang lainnya
lain. Mengapa? Karena keduanya memiliki hubungan timbal balik. Ilmu pendidikan sebagai suatu
disiplin bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak ia lahir sampai mati.
Pendidikan tidak berhasil dengan baik bilamana tidak berdasarkan kepada psikologi
perkembangan. Demikian pula watak dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologi. Karena
begitu eratnya tugas antara psikologi dan ilmu pendidikan, kemudian lahirlah suatu subdisiplin
psikologi pendidikan (education psichology).

Penutup
Psikologi adalah studi tentang tingkah laku dan hubungan antar manusia, kelakuan seorang
individu tidak saja terdiri atas perbuatan-perbuatan yang dapat dilihat, akan tetapi juga semua reaksi
terhadap semua keadaan didalam dan pengaruh dari berbagai faktor lingkungan.
Organisme manusia adalah sangat kompleks, faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi organisme meliputi seluruh manusia, benda-benda, situasi, dan kondisi yang
merupakan dunia luar kehidupan individu. Psikologi pendidikan memberikan gambaran dan
penerangan tentang pengalamanpengalaman belajar seorang individu sejak dilahirkan sampai usia tua.
Pokok persoalannya adalah mengenai keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi belajar.
Oleh karena itu para guru, konselor, dan semua personal dalam sekolah perlu di usahakan, dimana
pokokpokok persoalan dalam psikologi pendidikan adalah merenungkan bagaimana menambah
intensifikasi penyelidikan-penyelidikan dilapangan. Dari studi terhadap psikologi, setidaknya
membawa kita masuk dalam titik bahasan dan fokus dari disiplin psikologi pendidikan sebagai
psikologi khusus yang memperbincangkan banyak hal dan problematika yang melilit dalam dunia
pendidikan. Psikologi pendidikan dalam aktifitasnya dapat mengatasi berbagai karakteristik individu
sebagai peserta didik dalam pembelajaran. Meskipun, pada sisi lain masih banyak hal yang
membutuhkan kontribusi dari ilmu lain. Semoga saja bahasan tentang psikologi pendidikan, menjadi
inspirasi, edukasi, dan menambah wawasan kita semua dalam kehidupan sehari-hari
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Ahmadi, Abu, dkk., 2003. Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta. Jakarta.
Amin, Safwan, 2005. Pengantar psikologi Pendidikan, Yayasan Pena. Banda Aceh.
Bahruddin, 2004. Paradigma Psikologi Islam Studi Tentang Elemen Psikologi Dari Pustaka Belajar.
Yogyakarta.
Departeman Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Asrori. (2020). Psikologi Pendidikan Pendekatan Multidisipliner. Jawa Tengah: Pena Persada.
Runi Fazalani, Nasrullah, Parziyah. (2021). Pengantar Psikologi. mataram: Sanabil.
Saleh, A. A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Aksara Timur.
Sudikan, S. Y. (2018). Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, dan Trandisipliner Dalam Studi
Sastra. 4.

Anda mungkin juga menyukai