Anda di halaman 1dari 30

EFEKTIVITAS TEORI PSIKOLOGI GESTALT PADA

PEMBELAJARAN USIA REMAJA

Bintana Cahya Kamila,1 Denia Septi Dwi Lestari,2 Divani Raniadi3

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

1
bintanacahya02@gmail.com, 2denia.septi21@gmail.com,
3
divaniraniadikiwkiw@gmail.com

Abstrak:

Psikologi gestalt merupakan psikologi yang mempelajari segala adegan atau


phenomenon yang berorientasi pada keseluruhan dan kesatuan data-data
tersebut. Psikologi ini memiliki beragam objek untuk penerapannya, baik
individu sejak usia bayi hingga lansia. Setiap pengelompokkan usia individu,
memiliki karakteristik unik tersendiri untuk diterapkan bersama psikologi
gestalt. Seperti contoh, individu di usia remaja. Remaja merupakan masa di
mana suatu individu mendapati pertumbuhan yang signifikan pada fisik dan
mentalnya. Seorang remaja akan melangkah maju dan mendapati berbagai
kejadian baru di masa hidupnya yang menjadikan diperlukannya pembelajaran
efektif di usianya. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk membahas
tentang definisi, karakteristik remaja, dan penerapannya sebagai bukti
efektivitas teori psikologi gestalt pada pembelajaran usia remaja.
Kata Kunci; Psikologi, Psikologi Gestalt, Usia Remaja.

Abstract:
Gestalt psychology is a psychology that studies all scenes or phenomena that
are oriented towards the whole and unity of each data. This psychology has a
variety of objects for its application, both individuals from infancy to the
elderly. Each age grouping of individuals has its own unique characteristics to
be applied with gestalt psychology. For example, individuals in adolescence.
Adolescence is a time when an individual experiences significant physical and
mental growth. Therefore, this paper aims to discuss the definition,
characteristics of adolescents, and its application as evidence of the
effectiveness of gestalt psychology theory in adolescent learning.
Keywords: Psychology, Gestalt Psychology, Adolescence.

1
Pendahuluan

Dalam ilmu bahasa, istilah psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan.
Alhasil, psikologi sering dianggap sebagai ilmu jiwa atau disingkat jiwa.
Psikologi sebagai ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan
ilmiah, khususnya melalui penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah diartikan sebagai
penelitian yang dilakukan secara terencana, metodis, dan terkontrol, serta
didasarkan pada fakta-fakta empiris dalam psikologi. Psikologi digunakan
untuk menjawab masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengatasi
rasa takut anak pada ketinggian, kegugupan berbicara di depan umum, stres
karyawan, dan sebagainya. Penerapan informasi pada situasi praktis adalah
sebuah seni; ini adalah keterampilan atau ketangkasan untuk melakukan
sesuatu yang dapat dicapai dengan belajar, berlatih, dan pengalaman khusus.
Tentu saja, kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip psikologis adalah
keterampilan yang sulit untuk dikuasai.

Psikologi memiliki objek yang luas. Mulai dari bayi sampai lansia
memiliki karakteristik psikologi yang unk tersendiri. Khususnya pada masa
remaja. Pertumbuhan cukup umur (remaja) diketahui dengan berbagai
perbuatan yaitu baik ataupun buruk. Masalah ini disebabkan cukup umur pada
saat ini merupakan peralihan dari periode anak-anak mendekati cukup umur.
Remaja sering mengalami perbuatan berkelahi, gelisah, dan periode yang tidak
stabil saat ini. Namun, adanya perlakuan lingkungan memberikan dampak yang
signifikan terhadap perkembangan perilaku tersebut.

Menurut psikologis, kebandelan cukup umur yaitu jenis perselisihan


yang tidak teratasi dengan teratur pada periode anak-anak sehingga
menghambat fase cukup umur untuk mengembangkan jiwanya. Mungkin juga
periode anak-anak dan cukup umur sangat pendek dibandingkan dengan
pertumbuhan pesat kondisi tubuh, mental, dan emosional seseorang.
Pernyataan di atas menjadikan bukti bahwa seorang remaja membutuhkan

2
bimbingan dan pembelajaran yang berkualitas. Tidak seluruh metode akan
bekerja pada individu di masa remaja. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
pembelajaran yang penerapannya sesuai terhadap objek yang sedang dikaji.
Dalam penelitian ini, psikologi gestalt dinilai efektif untuk menjadi patokan
suatu pembelajaran pada individu di masa remaja. Pembelajaran ini tidak
hanya berorientasi pada pembelajaran di sekolah, tetapi juga aktivitas-aktivitas
normal remaja di kehidupan setiap harinya. Dengan penerapan yang
bermacam-macam dan berfokus pada satu kesatuan, remaja akan dimudahkan
untuk menghadapi adegan atau peristiwa yang akan datang di masa hidupnya.

Literature Review

A. Pengertian Psikologi

Dalam studi bahasa, psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche dan
logos, yang keduanya merujuk pada kesadaran atau pemahaman. Akhirnya,
psikologi sering disalahpahami sebagai bentuk ilmu jiwa atau disingkat
jiwa. Psikologi sebagai ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
studi pengetahuan, khususnya melalui studi sains. Penelitian ilmiah
diartikan sebagai penelitian yang dilakukan secara on-site, cermat, dan
terkontrol, serta didasarkan pada fakta-fakta empiris dalam psikologi.
Karena psikologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan, maka ia
memiliki sifat-sifat yang sama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan
lainnya, seperti

1. objek tertentu

2. Strategi atau metode penelitian yang berlaku

3. memiliki masa lalu atau riwayat yang berkaitan

4. Sistematika yang tersusun sebagai hasil dari tugas yang diberikan


kepadanya.

3
Komoditas tertentu adalah mutlak di seluruh bidang studi apa pun.
Tanpa adanya objek yang disebutkan di atas, maka tidak akan ada
pembelajaran yang diberikan sudut pandang pemahaman yang diberikan.
Objek yang diberikan objek material dan objek formal dalam ilmu
pengetahuan. Psikologi sebagai body of knowledge berkembang
melampaui perkembangan psikologi itu sendiri dan body of comprehension
lainnya. Psikologi berkembang dari satu hari ke hari berikutnya. Oleh
karena itu, psikologi sebagai sebuah badan ilmu memiliki bahasanya
sendiri. Dalam studi dalam hal pemahaman, objek yang spesifik adalah
sebuah persyaratan. Tanpa adanya objek tersebut, maka tidak akan ada
kesempatan untuk berkembang dari sisi pengetahuan. Objek di lapangan
untuk memahami informasi pengetahuan diklasifikasikan sebagai material
atau formal. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan psikologi dan ilmu pengetahuan lainnya. Psikologi
telah berkembang dari waktu ke waktu. Sebagai hasilnya, psikologi sebagai
ilmu pengetahuan memiliki sejarah yang berbeda.

Definisi psikologi di atas menunjukkan keragaman perspektif para


psikolog. Perbedaan ini berasal dari perbedaan perspektif para profesional
dalam meneliti dan memperdebatkan kehidupan jiwa yang rumit. Itulah
sebabnya mengapa sangat sulit bagi semua pihak untuk menyepakati satu
definisi psikologi.

J. B. Watson, seorang tokoh pendiri Behaviorisme, berpikir bahwa


psikologi berkaitan dengan perilaku manusia. Psikologi harus
menghasilkan perilaku yang nyata. Singgih Dirgagunarsa, seorang profesor
psikologi Indonesia, mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku yang nyata, dapat diamati, dan dapat diukur. Gene
Zimmer sebelumnya mengatakan bahwa psikologi harus dapat menjelaskan
fenomena sehari-hari seperti imajinasi, perhatian, intelek, kesadaran, niat,

4
nalar, kehendak, tanggung jawab, ingatan, dan lain-lain. Psikologi tidak
akan berguna tanpa hal tersebut (Sarlito, 2014).

Wilhelm Wundt mendefinisikan psikologi sebagai proses fundamental


dari kesadaran manusia. Keadaan jiwa tercermin dalam kesadaran manusia,
menurut batasan ini. Woodworth dan Marquis mendefinisikan psikologi
sebagai proses aktivitas manusia yang sangat luas, termasuk aktivitas fisik,
kognitif, dan emosional. Wund menggunakan istilah kesadaran, sedangkan
Woodworth dan Marquis menggunakan aktivitas yang mencirikan
kehidupan psikis manusia. Bimo Walgito nampaknya memahami definisi
yang dikemukakan oleh kedua tokoh tersebut, bahwa ada aktivitas manusia
baik yang tampak maupun yang tidak tampak (inner conduct).1

Psikologi merupakan bidang yang cukup luas untuk dipelajari.


Akibatnya, pekerjaan para psikolog sangat beragam. Para psikolog tidak
hanya berbeda dalam hal minat perilaku yang mereka pelajari, tetapi juga
dalam jumlah keterlibatan mereka dalam penerapan psikologi pada situasi
dunia nyata:

1. Psikologi manusia adalah studi yang mempelajari dan meneliti


manusia.
2. Psikologi hewan adalah cabang psikologi yang menganalisis
dan mempelajari hewan.

Pada materi ini membahas secara rinci tentang psikologi hewan.


Psikologi manusia dibagi menjadi dua kategori: psikologi umum dan
psikologi khusus, psikologi umum menyelidiki dan mengeksplorasi
aktivitas psikologis manusia yang terwujud dalam perilaku umum, dewasa,
dan normal. Psikologi khusus menyelidiki dan meneliti bidang-bidang
tertentu dari aktivitas psikologis manusia. Metode lain untuk
memanfaatkan karya psikolog adalah dengan membahas berbagai bidang

1
No Title.

5
psikologi. Dalam psikologi, ada berbagai bidang studi atau penyelidikan.
Sebagai contoh:

1. Psikologi forensic
2. Psikologi konseling
3. Psikologi perkembangan
4. Psikologi pedagogis
5. Psikologi kepribadian
6. Psikologi biologi
7. Psikologi kognitif
8. Psikologi industri dan organisasi
9. Psikologi eksperimental
10. Psikologi sosial
11. Psikologi criminal
12. Psikometri dan psikopatologi

Sejarah psikologi dapat dibagi menjadi empat periode: periode Yunani


Kuno, periode pra-modern, dan kondisi kontemporer.2

1. Periode Yunani: Para filsuf Yunani memberikan kontribusi yang


signifikan terhadap perkembangan psikologi, Socrates, yang menaruh
perhatian pada kelahiran kembali jiwa, adalah salah satu kontributor
utama.
2. Periode modern: Para behavioris seperti JB WASTON, Ivan Pavlov,
dan BF Skinner dengan cepat menentang kaum strukturalis dan
fungsionalis. Para behavioris merekomendasikan agar psikologi
meneliti perilaku yang terlihat yang dapat dirasakan dan dilihat secara
objektif. Menurut Malik (2012), psikologi adalah ilmu pengetahuan
tentang perilaku.
3. Periode pra-modern: Pada tahun 1800-an, psikologi menjadi subjek
yang independen, berkat karya Wilhelm Wundt yang menciptakan

2
Kata Pengantar, ‘No Title’.

6
laboratorium psikologi pertama di Leipzig, Jerman, dan menyelidiki
berbagai pengalaman sadar di laboratorium.

Sejak saat itu, psikologi memantapkan dirinya sebagai sebuah disiplin


ilmu. Dapat dikatakan bahwa psikoanalisis konvensional Freud, serta ide-
ide Neo-Freud dan psikolog humanistik, memiliki dampak yang signifikan
terhadap budaya abad ke-20. Sebenarnya, semua model teoritis, dari id-
ego-superego Freud hingga hirarki kebutuhan manusia dari Maslow, tidak
lebih dari "khayalan" yang dibuat untuk membuat orang berjalan, seperti
wortel yang disebutkan oleh Maria Lapoujade. Model-model ini bukanlah
ilmu pengetahuan karena tidak didasarkan pada fakta dan tidak dapat
dibantah oleh fakta, observasi, atau eksperimen (Irina, 2018).

Singkatnya, perbedaan antara psikologi kuno (kuno) dan psikologi modern


adalah sebagai berikut (Kasiram, 1983).

1. Psikologi Kuno .
a) Psikologi yang bersifat elemental, yaitu psikologi yang
didasarkan pada konsep unsur dan elemen yang berdiri sendiri
dan dipelajari secara terpisah.
b) Psikologi ini mencari aturan sebab-akibat, hukum-hukum
akrual, dan bersifat mekanis dalam penilaiannya.
c) Memisahkan kehidupan psikologis dari subjeknya, yaitu
manusia. Akibatnya disebut sebagai kehidupan mental yang
pasif.
2. Psikologi Kontemporer
a) Didasarkan pada psikologi keutuhan, yang berlandaskan pada
psikofisis keutuhan.
b) Dalam mengevaluasi kehidupan psikologis, melihat hubungan
psikologis, melihat hubungan psikologis sebagai bagian dari
kehidupan manusia, melihat hubungan psikologis sebagai

7
kehidupan psikologis manusia sebagai makhluk hidup yang
memiliki tujuan tertentu.
c) Setiap kajian psikologi didasarkan pada tinjauan kehidupan
psikologis dalam hubungannya dengan subjeknya, yaitu
manusia. Jadi, kehidupan yang aktif secara psikologis.

Wilhem Wundt mendirikan Laboratorium yang membahas tentang


Psikologi pertama yang ada di dunia di Leipzing pada tahun 1879, yang
menetapkan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mandiri.
Sebelumnya, akar psikologi sosial telah ditaburkan ketika Lazarus dan
Steindhal menyelidiki bahasa, tradisi, dan organisasi masyarakat pada
tahun 1860 dalam rangka menemukan "jiwa umat manusia" (human mind),
yang berbeda dengan "jiwa individu" (Bonner, dalam Sarwono, 1997).
Herman Ludwing Ferdinand von Helmholtz (1821-1894) merupakan tokoh
awal lain dalam perkembangan psikologi sebagai ilmu tersendiri, di
samping Fachener. Helmoltz terkenal dengan pengetahuannya di bidang
ilmu pengetahuan alam, fisika, dan psikologi. Di Potsdam, ia dilahirkan di
dekat berlian. Ayahnya adalah seorang tentara yang kemudian mengajar
filsafat dan bahasa (filologi).

Psikologi digunakan untuk menjawab masalah dalam kehidupan sehari-


hari. Misalnya, mengatasi rasa takut anak pada ketinggian, kegugupan
berbicara di depan umum, stres karyawan, dan sebagainya. Penerapan
informasi pada situasi praktis adalah sebuah seni; ini adalah keterampilan
atau ketangkasan untuk melakukan sesuatu yang dapat dicapai dengan
belajar, berlatih, dan pengalaman khusus. Tentu saja, kemampuan untuk
menerapkan prinsip-prinsip psikologis adalah keterampilan yang sulit
untuk dikuasai. Mendengarkan ceramah atau membaca buku tidak
membuat seseorang menjadi ahli. Diperlukan pengetahuan khusus. Namun,

8
setelah membaca buku-buku psikologi, orang harus dapat menerapkan ide-
ide psikologi pada beberapa aspek kehidupan sehari-hari.3

B. Pengertian Psikologi Pada Pembelajaran Usia Remaja


Secara umum, ketidakdewasaan dicirikan sebagai tahap sesaat atau
perubahan dari masa muda menjadi dewasa. Untuk wanita muda, masa
muda berlangsung dari dua belas hingga 21 tahun, dan untuk pria muda
dari tiga belas hingga 22 tahun. Perkembangan dewasa muda sebenarnya
berbeda-beda pada setiap orang. Tahapan remaja sebenarnya dibagi
menjadi beberapa tahap, tahap pertama untuk remaja laki-laki berusia dua
belas hingga empat belas tahun, bagi cukup umur perempuan berumur tiga
belas tahun (Tinggi et al., 2018).4
Pertumbuhan cukup umur (remaja) diketahui dengan berbagai
perbuatan yaitu baik ataupun buruk. Masalah ini disebabkan cukup umur
pada saat ini merupakan peralihan dari periode anak-anak mendekati cukup
umur. Remaja sering mengalami perbuatan berkelahi, gelisah, dan periode
yang tidak stabil saat ini. Namun, adanya perlakuan lingkungan
memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan perilaku
tersebut.5
Abu ahmadi dan Munawar Sholeh (1991:87) menambahkan bahwa
selain ditandai dengan kematangan fisik primer dan sekunder, prapubertas
juga ditandai dengan kematangan tersier antara lain munculnya perasaan
negatif, hendak mandiri dari kontrol ayah dan ibu, pertarungan wilayah,
kecemasan dan pesimisme. Soal ini ditujukan oleh ananda selaku wujud
sebenarnya di menyelaraskan kedudukannya dengan orang berumur
(dewasa).6
Menurut psikologis, kebandelan cukup umur yaitu jenis perselisihan
yang tidak teratasi dengan teratur pada periode anak-anak sehingga

3
IS.
4
Yorasaki Puti Najira, ‘Psikologi Pendidikan Anak Remaja’, June, 2022.
5
Ļĩõňîëŕĺ Įį, ‘No Title’.
6
Riryn Fatmawaty, ‘Fase-Fase Masa Remaja’, VI.02, 55–65.

9
menghambat fase cukup umur untuk mengembangkan jiwanya. Mungkin
juga periode anak-anak dan cukup umur sangat pendek dibandingkan
dengan pertumbuhan pesat kondisi tubuh, mental, dan emosional
seseorang.7
Berikut ini setidaknya 4 perkara yang dihadapi mayoritas cukup umur:
1. Perkara penggunaan narkotika dan obat/bahan berbahaya
2. Perkara kebandelan remaja
3. Perkara seksualitas
4. Perkara yang berhubungan dengan tempat menempuh pendidikan

Orang-orang muda yang sangat terancam yaitu orang-orang yang


mempunyai lebih dari satu perkara ini.8 Para peneliti berangsur-angsur
sampai pada kesimpulan bahwa perilaku bermasalah yang dilakukan remaja
berhubungan. Apabila, penggunaan narkotika dan obat/bahan berbahaya
yang berat dihubungkan melalui kegiatan seksualitas sejak kecil, skor
pendidikan yang lebih kurang, berhenti menempuh pendidikan, dan
perilaku kriminal.9

Padahal, pendidikan adalah faktor terpenting dalam situasi ini.


Sehubungan dengan penataran resmi di tempat pendidikan, ini bisa menjadi
salah satu argumen akibat bimbingan di Indonesia lebih menitikberatkan
pada kemajuan keilmuan atau mental saja, sedangkan anggota dari
kapabilitas lembut, atau idealnya non-skolastik, umumnya akan diabaikan.
Proses pendidikan karakter masih sulit dilaksanakan akibat kecenderungan
tambahan tujuan pembelajaran yang tengah mewujudkan arah unggul
akibat pembelajaran, semacam Ujian Nasional (UN).10

7
Sayyid Muhammad Az-Za’Balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa,
(Jakarta, Gema Insani, 2007), h. 7.
8
John W. Santrock, Remaja, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002), Ed.11. Jilid 2. h.269.
9
Psikologi Remaja and D A N Permasalahannya, ‘No Title’, 1.1 (2018), 116–33.
10
Zubaidi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan.,op.cit., h.2-3

10
Metodologi mental masuk akal bahwa pembelajaran lesu pada remaja
dapat dipicu oleh faktor-faktor batin, seperti keadaan, karakter, inspirasi,
dan perasaan. Masalah kemalasan ini bahkan mungkin memerlukan
pendekatan neurologis. Hipotesis menyinggung Brofenbener Sungguh,
seperti yang saya lihat variabel utama yang berdampak langsung adalah
pada kerangka miniatur, terutama dari keluarga / wali, sekolah, pendidik,
teman dekat. Maka dalam hal ini para wali, instruktur dan sekolah harus
dapat memahami, mendidik, mendidik dan mempengaruhi siswa-siswa
muda dengan pelatihan yang menyeluruh. Secara bersamaan membantu
anak-anak dan remaja untuk belajar dengan baik. Selain itu, yang
terpenting adalah berdoa terus menerus. Sejujurnya, mengajar anak-anak
dan remaja bukan hanya masalah yang pasti. Yaitu, akan menjadi apa
sebenarnya anak-anak kita, tidak ada yang tahu. Alhasil, orang tua harus
selalu “berdialog” dengan Allah SWT, Sang Maha Perencana, yang
mengatur kehidupan.11

C. Pengertian Teori Psikologi Gestalt


Teori psikologi gestalt adalah salah satu teori psikologi tentang segala
sesuatu sebagai adegan (phenomena) yang berorientasi pada keseluruhan
atau totalitas data-data tersebut. Teori ini pertama kali dirintis oleh
Christian Von Ehrenfels dengan salah satu karyanya tentang teori gestalt
yang berjudul Uber Gestaltqualitation (1980). Kata gestalt merupakan suatu
kata yang berasal dari bahasa Jerman, yang memiliki arti bermacam-macam
seperti form atau shape (dalam bahasa Inggris) yang juga berarti bentuk,
hal, peristiwa, esensi, dan totalitas.12
Terdapat tiga tokoh utama pendiri teori psikologi gestalt, yakni:
a) Max Wertheimer
Max Wertheimer lahir pada 15 April 1880 dan wafat pada 12
Oktober 1943 di New York. Sebelum mendapatkan gelar psikolog,
11
‘Classical Conditioning , Cognitive Learning , Social Learning.’, 129–44.
12
Bing Bedjo Tanudjaja, Dosen Jurusan, and Desain Komunikasi, ‘APLIKASI PRINSIP
GESTALT PADA MEDIA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL’, 7.1 (2005), 56–66.

11
dia mempelajari hukum. Sebelum pergi ke Amerika, dia mengajar
ke beberapa universitas yang berada di Jerman. Max Werheimer
mencetuskan suatu gejala bernama Phi Phenomenon yang menjadi
ketertarikannya untuk meneliti persepsi. Kemudian penelitian ini
terus berkembang menjadi teori yang kita kenal saat ini, teori
psikologi gestalt.13
b) Wolfgang Kohler
Wolfgang Kohler lahir pada 21 Januari 1887 di Estonia. Dalam
beberapa tahun, dia menjadi ahli antropologi dan menerbitkan buku
yang memiliki judul The Mentality of Apes (1924). Buku ini berisi
eskperimennya tentang kera dengan ayam sebagai bahan tes belajar.
Berdasarkan eskperimen tersebut, Wolfgang akhirnya mengambil
kesimpulan bahwa dalam belajar adanya peristiwa trial and error
yang kemudiam proses perlibatan dala serangkaian solusi ini adalah
insight atau pengetahuan.14
c) Kurt Koffka
Kurt Koffka lahir pada 18 Maret 1886 di Berlin. Koffka, Kohler,
dan Wertheimer bekerja bersama untuk kurun waktu tiga semester.
Di sana mereka mulai menulis yang menjadi dasar dan sebab
populernya teori psikologi gestalt. Salah satu karya tulis kreatifnya
adalah Grown of The Mind yang isinya berkaitan dengna psikologi
gestalt. Dan dia juga merupakan seseorang yang pertama kali
menuliskan artikel berbahasa Inggris tentang psikologi gestalt yakni
berjudul Perception: An Introduction to Gestalt Theories.

Pembahasan

A. Karakteristik Usia Remaja


Masa remaja adalah usia transisi antara masa pertumbuhan dan masa
dewasa. Remaja berasal dari kata adolescere, yang memiliki arti
13
Amalia Rizki Pautina, ‘BELAJAR PADA ANAK’, 6 (2018), 14–28.
14
Pautina.

12
pendewasaan.15 Fase usia remaja terjadi ketika fase anak-anak bertransisi
ke fase dewasa. Pertumbuhan fisik dan hormonal terjadi pada remaja laki-
laki dan perempuan selama fase ini. Perkembangan penanda seks sekunder,
terjadinya percepatan pertumbuhan, dan perubahan perilaku serta hubungan
sosial dengan lingkungan sekitar mereka adalah perubahan fisik yang
nyata.
Perilaku dan hubungan sosial mereka dengan lingkungannya. Selain itu,
anak juga mengalami perubahan secara psikologis dalam hal perilaku,
hubungan dengan lingkungan sekitar, dan ketertarikan terhadap lawan
jenis. Jika orang tua tidak memahami proses tersebut, perubahan-perubahan
ini dapat membuat interaksi antara anak dan orang tua menjadi bermasalah.
Jika kita menganalisa evolusi seorang anak menjadi dewasa, kita dapat
mengatasi perubahan-perubahan dalam perkembangan remaja ini.
Perubahan fisik terjadi selama fase pubertas, yang memungkinkan seorang
remaja untuk bereproduksi. Masa pubertas ditandai dengan lima perubahan
yang berbeda: peningkatan tinggi badan yang cepat (growth spurt),
perkembangan seks sekunder, perkembangan organ reproduksi, perubahan
komposisi tubuh, dan perubahan sistem peredaran darah dan pernapasan.
Kekuatan dan stamina tubuh berhubungan dengan sistem sirkulasi dan
pernapasan. Anak laki-laki tumbuh sekitar 10 cm setiap tahun, sedangkan
anak perempuan tumbuh sekitar 9 cm per tahun. Rata-rata pertambahan
tinggi badan pada anak perempuan hampir 25 cm dan 28 cm pada anak
laki-laki. Anak perempuan memperoleh tinggi badan dua tahun lebih awal
daripada anak laki-laki. Anak perempuan mencapai puncak kecepatan
pertumbuhan tinggi badan sekitar usia 12 tahun, sedangkan anak laki-laki
mencapainya sekitar usia 14 tahun. Pertumbuhan anak perempuan akan
berhenti pada usia 16 tahun, sementara pertumbuhan anak laki-laki akan
berhenti pada usia 18 tahun. Setelah usia tersebut, pertambahan tinggi
badan biasanya sudah selesai.
15
Dayne Trikora Wardhani, ‘PERKEMBANGAN DAN SEKSUALITAS REMAJA
(Deevelopment and Adolescent Sexuality)’, 17.03 (2012).

13
Hormon steroid jenis kelamin juga memengaruhi pertumbuhan tulang
pada lempeng epifisis. Lempeng epifisis menutup dan pertumbuhan tinggi
badan berhenti setelah masa remaja berakhir. Pertambahan berat badan
sebagian besar disebabkan oleh perubahan komposisi tubuh, dengan anak
laki-laki mengalami peningkatan massa otot dan anak perempuan
mengalami peningkatan massa lemak sebagai akibat dari pengaruh hormon
steroid pubertas. Pertambahan berat badan terutama disebabkan oleh
perubahan komposisi tubuh, dengan anak laki-laki mengalami peningkatan
massa otot dan anak perempuan mengalami peningkatan massa lemak
sebagai akibat dari pengaruh hormon steroid jenis kelamin.
Perkembangan seksual sekunder dihasilkan oleh fluktuasi hormon
dalam tubuh yang terjadi selama masa pubertas. Pada anak perempuan,
perubahan hormon menghasilkan pertumbuhan rambut kemaluan dan
menarche; pada anak laki-laki, perubahan hormon menyebabkan
pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan
wajah, serta peningkatan produksi minyak tubuh, peningkatan aktivitas
kelenjar keringat, dan timbulnya jerawat. Dimulainya masa pubertas pada
anak laki-laki ditandai dengan peningkatan volume testis, ukuran testis
yang mendekati 3 mL, dan pengukuran testis dengan menggunakan Prader
orchidometer.
Pembesaran testis biasanya terjadi pada usia sembilan tahun, diikuti
dengan pembesaran penis. Pada anak perempuan, dimulainya masa
pubertas ditandai dengan munculnya mekarnya payudara atau kuncup
payudara sekitar usia 10 tahun, diikuti dengan perkembangan payudara
yang lambat menjadi payudara matang sekitar usia 13-14 tahun. Area
kemaluan mulai tumbuh sekitar usia 11-12 tahun dan menjadi matang pada
usia 14 tahun.16
Masa remaja adalah tahap penting dalam perkembangan seorang anak
menjadi dewasa. Masa remaja ditandai dengan serangkaian perubahan

16
Jose R L Batubara, ‘Adolescent Development’, 12.1 (2010), 21–29.

14
hormonal, fisik, psikologis, dan sosial. Anak perempuan mencapai pubertas
pada usia delapan tahun, sedangkan anak laki-laki mencapai pubertas pada
usia sembilan tahun. Pubertas diasumsikan dipengaruhi oleh faktor genetik,
pola makan, dan variabel lingkungan lainnya. Pematangan fisik diikuti oleh
pematangan emosional dan psikologis selama masa pubertas. Secara
psikososial, pertumbuhan remaja dibagi menjadi tiga tahap: pra-remaja,
remaja awal, dan remaja akhir. Setiap tahap memiliki ciri khasnya masing-
masing.17 Masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap berikut:
1. Masa pra-remaja
Pra-remaja, yang terjadi antara usia 11 dan 14 tahun, hanya berlangsung
sekitar satu tahun untuk pria berusia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14
tahun. Fase ini kadang-kadang disebut sebagai fase negatif karena
menunjukkan perilaku negatif.
2. Masa Remaja pada Tahap Awal
Perubahan terjadi cukup cepat dan mencapai klimaksnya selama fase
ini, yang terjadi antara usia 14 dan 17 tahun. Pada usia ini, ada banyak
ketidakseimbangan dan ketidakstabilan emosi. Ia mencari identitas diri
karena situasinya tidak menentu saat ini. Pola hubungan sosial mulai
bergeser. Remaja, yang menyerupai orang dewasa muda, sering kali
percaya bahwa mereka memiliki hak untuk membuat keputusan sendiri.
Selama tahap perkembangan ini, pengejaran kemandirian dan
individualitas menjadi dominan, pemikiran menjadi lebih logis, abstrak,
dan idealis, dan lebih banyak waktu dihabiskan di luar keluarga.
3. Masa remaja akhir
Masa remaja lanjut ini terjadi antara usia 18 dan 21 tahun; ia ingin
menjadi pusat perhatian; ia ingin menonjol; pendekatannya berbeda
dengan remaja awal. Ia optimis, memiliki cita-cita yang tinggi, antusias,
dan memancarkan energi yang tak terbatas. Ia berusaha membangun

17
Miftahul Jannah and others, ‘REMAJA DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGANNYA
DALAM ISLAM ADOLESENCE ’ S TASK AND DEVELOPMENT IN ISLAM’, 1.April
(2016), 243–56.

15
identitas diri dan memperoleh kemandirian emosional G. Stanly Hall,
seorang psikolog Amerika, menerbitkan buku ilmiah pertama tentang
sifat remaja pada tahun 1904. G. Stanly Hall menyelidiki masalah
"badai dan stres". Masa remaja, menurut Hall, adalah fase yang mudah
berubah yang penuh dengan konflik dan juga berubahnya suasana hati
yang mana ide, perasaan, dan perilaku terombang-ambing antara sebuah
kebanggaan dan juga sifat kerendahan hati, kasih sayang dan godaan,
serta sukacita dan rasa kesedihan.
Pada kenyataannya, untuk sebagian besar pada abad ke dua puluh,
remaja di implementasikan sebagai tidak normal dan menyimpang daripada
normal dan tidak menyimpang, yang merupakan inti dari analisis Hall
tentang badai dan stres. Rebel Without a Cause pada akhir 1950-an dan
Easy Rider pada 1960-an menggambarkan remaja sebagai pemberontak,
berkonflik, modis, menyimpang, dan berpusat pada diri sendiri.
Bandingkan dengan penggambaran remaja yang khawatir dan gelisah
dalam film Sixteen The Candles dan The Breakfast Club di tahun 1980-an.
Pada tahun 1990-an, Boyz N the Hood.18
Masa remaja, seperti halnya semua periode waktu penting lainnya,
memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari periode sebelum dan
sesudahnya. Masa remaja merupakan masa yang sangat menegangkan bagi
remaja dan orang tua. Menurut Sidik Jatmika, tantangan tersebut berasal
dari fenomena perilaku remaja, khususnya:
1. Remaja mulai mengekspresikan kebebasan dan haknya untuk
menyuarakan pendapatnya. Tak pelak, hal ini dapat menimbulkan
konflik dan pertengkaran, serta keterasingan remaja dari keluarganya.
2. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman sekelasnya daripada anak-
anak. Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh orang tua semakin
berkurang. Remaja berperilaku dan menikmati kesenangan yang
berbeda, bahkan bertentangan dengan orang tua mereka. Contoh yang

18
Remaja and Permasalahannya.

16
umum termasuk gaya pakaian, potongan rambut, dan pilihan musik,
yang semuanya dituntut untuk menjadi kekinian.
3. Remaja mengalami banyak perubahan tubuh, baik dalam hal
pertumbuhan maupun seksualitas. Perasaan seksual yang muncul dapat
menakutkan, membingungkan, dan menyebabkan kecemasan dan
kemarahan.
4. Remaja terlalu sering menjadi memiliki sifat terlalu percaya diri yang,
bersama dengan perasaan mereka yang biasanya meningkat, membuat
mereka sulit untuk menerima nasihat dan arahan dari orang tua.
5. Dalam definisi ini, status pernikahan mempengaruhi apakah seseorang
masih dianggap sebagai remaja atau tidak. Apakah Anda seorang
remaja atau bukan.19
B. Efektivitas Teori Psikologi Gestalt terhadap Usia Remaja

1. Penggunaan Terapi Kelompok Gestalt di Sekolah

Eksistensialisme berfungsi sebagai dasar untuk terapi Gestalt.


Bimbingan Gestalt dapat membuat hubungan kualitas yang kuat antara
sekelompok perintis dan individu dari nasihat yang bermanfaat. Anak-
anak dan remaja adalah kandidat ideal untuk konseling Gestalt.
Pengarahan dengan pendekatan gestalt memiliki kualitas yang baik
karena dalam sistem pengarahan terdapat kontak antar manusia dan
kelompok. Lederman (dalam Corey. 2010). Intervensi kesadaran Gestalt
yang dia gambarkan dapat berhasil diadaptasi untuk bertugas dengan
anak-anak dan cukup umur (remaja) di sekolah lain juga. Dia
memberikan contoh bagaimana menerapkan teknik Gestalt dengan
anak-anak di lingkungan pendidikan khusus.

Keterbatasan terapi gestalt untuk anak-anak dan remaja termasuk


fakta bahwa anggota kelompok tidak secara sukarela mengungkapkan
masalah mereka, dan siswa SMP dan SMA sering menganggap teknik
19
Khamim Zarkasih Putro, ‘Memahami Ciri Dan Tugas Perkembangan Masa Remaja’, 17
(2017), 25–32.

17
gestalt aneh sehingga membuat mereka enggan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan. Tim konseling akibatnya, pemimpin kelompok
pendekatan gestalt perlu mahir memperkenalkan intervensi role play
dan mampu menginspirasi anggota kelompok untuk berpartisipasi atau
bekerja sama sehingga mereka bersedia untuk melakukan sendiri
konseling kelompok berbasis terapi gestalt.
Kualitas dan Kekurangan Hipotesis Gestalt
1. Kapasitas Hipotesis Gestalt
a) Anak muda dapat mengurus perkara yang ada,
b) Pembelajaran lebih bermanfaat mengingat fakta bahwa murid
melihatnya sebagai pemahaman mereka seorang diri, dan
c) Anak muda menggambarkan lebih dinamis (Hidayati, 2011).
2. Kekurangan Hipotesis Gestalt
Pengalaman pembacaan yang berkembang tidak dapat disebabkan
alasan untuk semua kajian penataran akibat ada sebagian realitas
atau standar. Bagaimanapun, belajar dengan pembacaan benar-
benar berharga dalam kajian spesifik dan kita mampu memperoleh
pemahaman dengan asumsi bahwa kita dapat mengatasi suatu
masalah (Hidayati, 2011).20

2. Konseling Gestalt untuk Remaja dengan Gejala Stres

Individu yang mempunyai sentimen yang tidak bisa


dikomunikasikan, misalnya kekecewaan, kemurkaan, penghinaan,
terpukul, kegugupan, posisi, kesalahan, perasaan diabaikan, dan lain-
lain disebut bisnis yang tidak lengkap. Konseling Gestalt dapat
menyelesaikan masalah dengan bisnis yang masih perlu dilakukan.
Gestalt mengarahkan lampu sorot mengenai sentimen masalah,
keakraban dengan saat ini, pesan tubuh, dan blok kebangkitan (Corey,
2013). Salah satu arah dari pengarahan gestalt yaitu demi
20
Algebra Jurnal Pendidikan and others, ‘Algebra : Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Sains’, II
(2022).

18
menghidupkan topik untuk menumbuhkan perhatian penuh, untuk
memahami secara konsisten, seluruh pengalaman yang muncul
(Trijayanti, Nurihsan, & Hafina, 2018).
Teknik kursi kosong digunakan dalam konseling gestalt. Teknik
kursi kosong adalah metode bermain peran di mana subjek
membayangkan berdiam atau bertempat di bangku hampa dan
memainkan perseorangan diri dan karakter individu lain atau bagian
dari sifatnya sendiri (Supriadi, Suarni, Arum, 2014). Metode kursi
kosong digunakan dalam beberapa penelitian sebelumnya untuk
membantu siswa yang di-bully menjadi lebih asertif, mengatasi isolasi,
mengurangi kekasaran, dan mengatasi perilaku agresif,
mengintensifkan keterikatan kesedihan, dan mengurangi intensitas
kemurkaan yang tidak teratasi (Lestari, 2015; Ramadhani, 2018;
Rahmah, 2014; Dyastuti, 2012; Narkiss-Guez, Zichor, Guez, &
Diamond, 2015; Trijayanti, Nurihsan, & Hafina, 2018).21

3. Menggabungkan Metode Intervensi Paradoksal dengan Pendekatan


Gestalt untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya rasa percaya


diri, salah satunya adalah siswa tunggal yang merasa dirinya tidak hadir
dalam kelompok temannya. Hal ini juga terlihat dalam penilaian
Hurlock (2004) mengungkapkan dua cara bagaimana teman sebaya
mempengaruhi pola kepribadian remaja: Remaja berada di bawah
tuntutan untuk meningkatkan tanda-tanda karakter yang ditanggapi
melalui kelompok, dan terutama, prinsip perseorangan mereka adalah
contoh dari asumsi mengenai prinsip diri yang dipegang oleh teman-
teman mereka. Karena orang yang percaya diri dapat terlihat pada
mereka yang lebih produktif serta dalam bahasa tubuh mereka, yang

21
Rizki Wira Paramita and Universitas Muhammadiyah Malang, ‘Konseling Gestalt Untuk
Menyelesaikan Gejala Stres’, 8.September (2020), 135–44
<https://doi.org/10.22219/procedia.v8i3.14306>.

19
membantu meningkatkan mengalami keras hati yang muncul, inidividu
yang keras hati biasanya menarik perhatian banyak orang yang ada di
sekitarnya (Liputan6, 2015).
Siswa diajarkan untuk mengenali cara menekankan emosi
(ketidaknyamanan) yang mereka alami dalam pengobatan dengan
menggunakan konseling kelompok intervensi paradoks untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa. Hal ini dilakukan untuk
menyadarkan siswa bahwa reaksi yang mereka lakukan terhadap emosi
yang mereka rasakan tidak rasional (Hardiyanti, 2016). Dengan kata
lain, siswa didorong untuk memberi makna pada tantangan yang
mereka hadapi agar mereka dapat menyampaikan perasaan mereka
kepada konselor. Hasilnya, siswa menyadari bahwa mereka memiliki
potensi yang selama ini disangkal. Meskipun intervensi paradoksal
dianggap mampu mengubah kepercayaan diri siswa, namun akan lebih
efektif jika digunakan bersama dengan sejumlah metode lain,
menggunakan waktu yang lebih efisien, dan lebih intens dalam setiap
perlakuan.22

4. Kemampuan Konseling Gestalt untuk Meningkatkan Harga Diri


Remaja Korban Bullying: Tinjauan Teks

Setiap remaja perlu memiliki rasa penerimaan diri yang kuat agar
dapat menghargai dan menerima kelebihan dan kekurangannya, merasa
percaya diri, dan berinteraksi dengan orang lain. Harga diri remaja
dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satunya melalui
konseling gestalt. Beberapa teknik konseling gestalt memiliki tahapan
dan tujuan yang berbeda berdasarkan fungsi dan penerapannya dalam
kaitannya dengan masalah klien. Rasa rendah diri pada remaja tidak
hanya terjadi sekali saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti penampilan fisik, harga diri dan penerimaan dari orang lain,

22
Untuk Meningkatkan and others, ‘No Title’, 4 (2019), 81–87.

20
serta perasaan rendah diri. Rasa rendah diri akan berkembang pada
remaja yang merasa tidak puas dengan tubuhnya, baik secara spesifik
maupun secara keseluruhan (Fitra, 2021).
Sementara itu, temuan penelitian ini menyoroti korban perundungan
Lestari et al. (2021) bahwa remaja dengan martabat rendah yang pernah
diintimidasi dan mempunyai martabat yang rendah dapat memperoleh
manfaat dari konseling gestalt kursi kosong. Pada awalnya, remaja
dengan harga diri rendah tersebut sering mengalami perasaan lelah,
stres, depresi, dan keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Namun,
setelah mengikuti pengarahan yang dipimpin oleh Gestalt di
sekolahnya, ia dapat memeriksa kembali tujuan-tujuannya dan berpikir
lebih tegas tentang setiap masalah yang dihadapinya. Hal ini konsisten
dengan penelitian Jufri & Karneli (2021) bahwa siswa akan lebih jarang
melakukan perilaku perundungan ketika mereka memiliki harga diri
yang lebih tinggi, dan hal yang sebaliknya juga berlaku. Oleh karena
itu, korban perundungan membutuhkan dukungan dari keluarga, teman
sebaya, dan bahkan guru untuk membantu mereka meningkatkan harga
diri mereka. Hal ini dikarenakan remaja korban perundungan umumnya
akan merasa sendirian dan tidak memiliki tempat untuk berbagi cerita.
Akibatnya, remaja korban perundungan akan mendapatkan banyak
manfaat dari dukungan sosial dalam meningkatkan rasa harga diri
mereka. Berpartisipasi dalam konseling gestalt adalah salah satu pilihan
untuk meningkatkan harga diri remaja yang diintimidasi.23
Korban perundungan diharapkan dapat mengalami peningkatan rasa
harga diri melalui metode kursi kosong, yang mendorong konseling
untuk mengekspresikan perasaannya, menemukan kembali jati dirinya
yang sebelumnya dikaburkan oleh perasaan negatif, dan membantu
konseling untuk menyadari potensinya secara penuh (Yori, 2016).24

23
Jurnal Realita Bimbingan and others, ‘No Title’, 7 (2022).
24
Alensio Nico Hidroar and Abdul Muhid, ‘Efektivitas Teknik Empty Chair Dalam Layanan
Bimbingan Konseling Untuk Rehabilitasi Korban Bullyinging’, 02.1 (2022).

21
5. Cara Gestalt untuk menangani Merokok di Masa Remaja

Perilaku merokok pada remaja dipelajari dengan menggunakan


Pendekatan Gestalt. Karena Pendekatan Gestalt setidaknya dapat
mengurangi perilaku merokok, Gestalt memandang bahwa setiap
individu secara positif memiliki kapasitas untuk memikul tanggung
jawab pribadi dan dapat bertindak atas dirinya sendiri. Merokok
merupakan perilaku maladaptif yang dapat membahayakan kesehatan
diri sendiri dan juga kesehatan orang lain karena asap rokok dapat
membuat orang lain sulit untuk merasa nyaman.25

6. Kecukupan Pengarahan Penggalangan Pendekatan Gestalt dalam `


Mengupayakan Perubahan Diri Peserta Didik Kelas VII SMP

Meskipun awalnya merasa malu, kelompok eksperimen berpikiran


terbuka. Hal ini dikarenakan, segera setelah sesi konseling pertama, para
siswa merasa bahwa kegiatan ini tidak membosankan. Karena mengajarkan
kita untuk memahami diri sendiri dan orang lain, kegiatan ini, menurut
salah satu siswa, menyenangkan dan bermanfaat. Di sisi lain, kelompok
kontrol tidak memiliki karakteristik perkembangan. Dengan tujuan agar
perkembangan korespondensi dalam pertemuan tersebut terlihat biasa.
Dalam hal mengkondisikan sampel untuk perlakuan, waktu pelaksanaan
memainkan peran penting. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Pada saat pelaksanaan, sistem pemandu ini selesai setelah
ilustrasi terakhir selesai. Para siswa pada awalnya menunjukkan ekspresi
lesu dan kesan bahwa kegiatan ini membosankan, yang merupakan efek
dari pelaksanaan di akhir pelajaran. Namun demikian, hal ini berangsur-
angsur menghilang.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini adalah bahwa
penyesuaian diri siswa kelas tujuh dapat ditingkatkan melalui konseling
kelompok berbasis Gestalt. Telah dibuktikan bahwasanya bantuan

25
Oriza Nabila Putri and others, ‘PENDEKATAN GESTALT TERHADAP PERILAKU’.

22
pengarahan grup berbasis Gestalt mampu meluaskan penyesuaian individu
murid kelas tujuh dengan menggunakan teknik kursi kosong.26
C. Penerapan Teori Psikologi Gestalt dalam Pembelajaran
Teori psikologi gestalt merupakan teori psikologi yang menggunakan
elemen-elemnen lingkungan sebagai media belajar secara keseluruhan. Hal
ini tentu mempermudah seluruh pihak di kalangan, baik bagi guru maupun
siswa remaja dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran sehari-hari.
Perlu diingat bahwa teori ini memiliki kelebihan dan kekurangannya
tersendiri. Meskipun pada awalnya terciptanya teori ini adalah untuk
menyempurnakan teori yang ada sebelumnya (strukturalisme) dan terus
menunjukkan bukti perkembangan dalam belajar pada objek yang dijadikan
suatu penelitian. Terlebih lagi, objek yang digunakan adalah target remaja
yang cederung memiliki sifat belum matang untuk menuju dewasa dan
sedang mengalami perubahan sifat-sifat baik fisik maupun psikis di
kehidupannya. Kelebihan dan kekurangan tersebut meliputi:
a. Kelebihan: seorang remaja dengan sifat cenderung ingin tahu akan
melalui dan memaknai setiap peristiwa yang dialaminya. Dan ketika
ada peristiwa atau masalah serupa terjadi padanya, seorang remaja
tersebut tidak akan gegabah. Karena adanya estimasi dalam
menghubungkan peristiwa yang sedang terjadi dengan pengalaman
sebelumnya, juga dapat melalui perantara lingkugan.
b. Kekurangan: setiap perkara yang dipelajari oleh seorang remaja, tidak
dapat terus menyelesaikan masalah yang lain. Bukan karena tidak
serupa, tetapi polanya yang tidak berhubungan. Sehingga pemahaman
yang telah dimiliki oleh seorang remaja akan seringkali tidak tepat
digunakan untuk menyelesaikan perkara di masa sekarang atau yang
akan datang. Karena pada dasarnya setiap situasi harus diambil makna

26
Effectiveness Of and others, ‘EFEKTIFITAS KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN
GESTALT’, 1–15.

23
pembelajaran yang baru lagi kemudian seorang remaja akan tetap
memulai dan menemukan ilmu yang lebih luas lagi.27
Setelah memahami kelebihan dan kekurangan yang ada dalam teori
psikologi gestalt, sudah waktunya untuk menyesuaikan keduanya terhadap
penerapannya dalam dunia pembelajaran anak usia remaja. Seperti yang
kita tahu, anak usia remaja adalah anak di mana sedang mengalami
perubahan yang cukup signifikan baik fisik maupun psikisnya. Hal ini tentu
harus menjadi pokok perhatian sebagai seorang pendidik dalam
memberikan anak-anak tersebut bahan dan metode yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Tidak lain bertujuan untuk kenyamanan dan
mengangkat atmosfir pembelajaran agar anak di usia mereka tidak
kemudian bosan menghadap materi-materi yang diberikan. Materi-materi
ini kemudian telah dipertimbangkan oleh pihak yang berwenang dalam
menyusun materi di sekolah, dan disesuaikan dengan perkembangan
pertumbuhan siswa di usianya. Penerapan-penerapan ini dapat diuraikan
dengan contoh seperti ketika seorang siswa remaja telah memiliki
pengetahuan akan tatanan surya, maka akan adanya pemikiran yang
menjulurkannya ke pada materi di sekolah tersebut, bersamaan dengan
kegunaannya di kehidupan sehari-hari. Yakni di pagi hari hingga sore,
matahari akan terbit dan menyinari bumi. Matahari akan mengeluarkan
radiasi dan pada saat ini, sehingga anak usia remaja dapat berpikir dan
mengambil fungsinya seperti menjemur baju, mengambil tenaga listrik, dan
sebagai kesehatan tubuh seperti olah raga di pagi hari.
Hal di atas merupakan contoh dari penerapan psikologi gestalt pada
anak usia remaja yang memiliki hubungan erat dengan kehidupannya di
sekolah dan dimanifestasikan di rumah. Namun, psikologi gestalt di
sekolah tidak hanya berputar di ruang lingkup akademik saja, tetapi juga
mental anak usia remaja. Hal ini menjadi tugas seorang guru untuk
menunjukkan perilaku-perilaku melenceng yang dapat merusak mental
27
Lala Nilawanti, Gramedia blog: “Teori Gestalt, Ini Penjelasan Lengkapnya”,
https://www.gramedia.com/literasi/teori-gestalt/, diakses pada tanggal 27 Mei 2023.

24
siswa, sehingga mereka mengambil pembelajaran tersebut tanpa harus
mengalaminya. Baik menjadi pelaku ataupun korban.
Psikologi gestalt merupakan psikologi yang berorientasi pada
kecakapan suatu individu dalam menyelesaikan masalah (problem solving).
Aliran psikologi ini membantu seseorang dalam menemukan pusat dirinya
dan menyadarkannya bahwa dia memiliki potensi yang dapat
dikembangkan dari pengalaman-pengalaman di masa lalu yang telah dia
jalani.28 Terlebih objek yang sedang dikaji merupakan para remaja yang
mana masih di tahap pertumbuhan yang signifikan, utamanya pada
pertumbuhan psikologisnya. Selain itu, memahami seorang remaja tidak
begitu mudah. Selain kecakapan dari lawan bicaranya, para remaja juga
perlu dibimbing untuk mengetahui cara berkomunikasi dan
mengekspresikan perasaan mereka dengan baik.29 Hal ini dapat
dipraktekkan dengan cara:
a) Menatap remaja ketika berkomunikasi
b) Mendengarkan remaja dengan aktif ketika berkomunikasi
c) Memberikan bahasa tubuh untuk menambah antusiasme remaja ketika
berkomunikasi. Hal ini membantu remaja dalam menunjukkan bahwa
kita memiliki ketertarikan terhadap perkataan mereka

Pada akhirnya, langkah-langkah tersebut kembali ke pada teori gestalt


yang bertujuan untuk menjadikan adegan di atas menjadi pelajaran bagi
anak remaja untuk digunakannya di adegan yang akan dihadapinya di masa
depan. Selain itu, teori psikologi gestalt juga bertujuan untuk menambah
kesadaran ke pada para remaja tentang pribadi seseorang, perilaku
seseorang, dan menambah kemampuannya dalam menjalin ikatan.30

Kesimpulan

28
Jurnal Ilmiah and Pekerjaan Sosial, ‘PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17
No.2,Desember 2018’, 17.2 (2018), 281–93.
29
Memperoleh Gelar, Sarjana Pendidikan, and Islam Islam, ‘TEORI BELAJAR GESTALT
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB’, 2016.
30
Kebiasaan Merokok and Pada Remaja, ‘No Title’, 2019.

25
Istilah psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa,
dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan. Alhasil, psikologi sering
dianggap sebagai ilmu jiwa atau disingkat jiwa.

Psikologi memiliki kualitas atau sifat-sifat seperti ilmu disiplin lainnya.


Pertumbuhan cukup umur (remaja) diketahui dengan berbagai perbuatan yaitu
baik ataupun buruk. Masalah ini disebabkan cukup umur pada saat ini
merupakan peralihan dari periode anak-anak mendekati cukup umur. Remaja
sering mengalami perbuatan berkelahi, gelisah, dan periode yang tidak stabil
saat ini. 

Fase usia remaja terjadi ketika fase anak-anak bertransisi ke fase dewasa.
Pertumbuhan fisik dan hormonal terjadi pada remaja laki-laki dan perempuan
selama fase ini. Perkembangan penanda seks sekunder, terjadinya percepatan
pertumbuhan, dan perubahan perilaku serta hubungan sosial dengan
lingkungan sekitar mereka adalah perubahan fisik yang nyata. 

Psikologi gestalt adalah aliran psikologi yang menggunakan keseluruhan


gelaja/peristiwa sebagai perantara. Gejala ini juga disebut sebagai phenomenon
yang menjadikan psikologi gestalt sependapat dengan filsafat phenomenon.
Teori psikologi ini menggunakan konsep penjelasan komponen-komponen
melalui pengorganisasian dan memiliki suatu hubungan sehingga dilihat
menjadi suatu kesatuan.

Bimbingan Gestalt dapat membuat hubungan kualitas yang kuat antara


sekelompok perintis dan individu dari nasihat yang bermanfaat. Anak-anak dan
remaja adalah kandidat ideal untuk konseling Gestalt. Pengarahan dengan
pendekatan gestalt memiliki kualitas yang baik karena dalam sistem
pengarahan terdapat kontak antar manusia dan kelompok. Konseling Gestalt
dapat menyelesaikan masalah remaja, seperti yang dirasakan remaja pada
umumnya yaitu amarah, kekesalan, sakit hati. 

26
Psikologi gestalt merupakan psikologi yang berorientasi pada kecakapan
suatu individu dalam menyelesaikan masalah (problem solving). Aliran
psikologi ini membantu seseorang dalam menemukan pusat dirinya dan
menyadarkannya bahwa dia memiliki potensi yang dapat dikembangkan dari
pengalaman-pengalaman di masa lalu yang telah dia jalani.  Terlebih objek
yang sedang dikaji merupakan para remaja yang mana masih di tahap
pertumbuhan yang signifikan, utamanya pada pertumbuhan psikologisnya.
Selain itu, memahami seorang remaja tidak begitu mudah. Selain kecakapan
dari lawan bicaranya, para remaja juga perlu dibimbing untuk mengetahui cara
berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan mereka dengan baik.

Daftar Pustaka

Abdullah, A. (2016). Aplikasi teori gestalt dalam mewujudkan pembelajaran


bermakna (meaningful learning). Jurnal Edukasi, 2(2), 117-124.

27
Abdurrahman, A. (2015). Teori belajar aliran psikologi Gestalt serta
implikasinya dalam proses belajar dan pembelajaran. Jurnal Al-Taujih:
Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, 1(2), 14-21.

ISO 690

Batubara, Jose R L, ‘Adolescent Development’, 12.1 (2010), 21–29

Bimbingan, Jurnal Realita, Edisi Oktober, Konseling Fipp, and Universitas


Pendidikan, ‘No Title’, 7 (2022)

‘Classical Conditioning , Cognitive Learning , Social Learning.’, 129–44

Fatmawaty, Riryn, ‘Fase-Fase Masa Remaja’, VI.02, 55–65

Gelar, Memperoleh, Sarjana Pendidikan, and Islam Islam, ‘TEORI


BELAJAR GESTALT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB’,
2016

Hidroar, Alensio Nico, and Abdul Muhid, ‘Efektivitas Teknik Empty Chair
Dalam Layanan Bimbingan Konseling Untuk Rehabilitasi Korban
Bullyinging’, 02.1 (2022)

Įį, Ļĩõňîëŕĺ, ‘No Title’

Ilmiah, Jurnal, and Pekerjaan Sosial, ‘PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan


Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018’, 17.2 (2018), 281–93

IS

Jannah, Miftahul, Dosen Fakultas, Psikologi Universitas, Islam Negeri,


Banda Aceh, and Miftahul Jannah, ‘REMAJA DAN TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGANNYA DALAM ISLAM ADOLESENCE ’ S TASK
AND DEVELOPMENT IN ISLAM’, 1.April (2016), 243–56

Meningkatkan, Untuk, Rasa Percaya, Diri Siswa, and Euis Mayangsari, ‘No

28
Title’, 4 (2019), 81–87

Merokok, Kebiasaan, and Pada Remaja, ‘No Title’, 2019

Najira, Yorasaki Puti, ‘Psikologi Pendidikan Anak Remaja’, June, 2022

No Title

Of, Effectiveness, Group Counseling, Gestalt Approach, T H E


Improvement, Self Adjustment, O F Class, and others, ‘EFEKTIFITAS
KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN GESTALT’, 1–15

Pahliwandari, R. (2016). Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam


Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan
Olah Raga, 5(2), 154-164.

Paramita, Rizki Wira, and Universitas Muhammadiyah Malang, ‘Konseling


Gestalt Untuk Menyelesaikan Gejala Stres’, 8.September (2020), 135–
44 <https://doi.org/10.22219/procedia.v8i3.14306>

Pautina, Amalia Rizki, ‘BELAJAR PADA ANAK’, 6 (2018), 14–28

Pendidikan, Algebra Jurnal, Sosial D A N Sains, Pembelajaran Siswa, and D


I Sekolah, ‘Algebra : Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Sains’, II (2022)

Pengantar, Kata, ‘No Title’

Putri, Oriza Nabila, Universitas Islam Negeri Ar-raniry, Fakultas Tarbiyah, D


A N Keguruan, Prodi Bimbingan, and D A N Konseling,
‘PENDEKATAN GESTALT TERHADAP PERILAKU’

Putro, Khamim Zarkasih, ‘Memahami Ciri Dan Tugas Perkembangan Masa


Remaja’, 17 (2017), 25–32

Remaja, Psikologi, and D A N Permasalahannya, ‘No Title’, 1.1 (2018),


116–33

S-, Buku Perkuliahan Program, Program Studi, Psikologi Fakultas, Dakwah

29
Iain, Sunan Ampel, Surabaya Tim, and others, No Title

Tanudjaja, Bing Bedjo, Dosen Jurusan, and Desain Komunikasi, ‘APLIKASI


PRINSIP GESTALT PADA MEDIA DESAIN KOMUNIKASI
VISUAL’, 7.1 (2005), 56–66

Wardhani, Dayne Trikora, ‘PERKEMBANGAN DAN SEKSUALITAS


REMAJA (Deevelopment and Adolescent Sexuality)’, 17.03 (2012)

30

Anda mungkin juga menyukai