Anda di halaman 1dari 109

A.

MATERI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 (TENTANG PSIKOLOGI


INDUSTRI PERKEMBANGAN) (MATERI PERTEMUAN MINGGU KE
2)

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
A. Pengertian Psikologi
 Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “psyche” (psukhe) yang maknanya “berdarah
panas” yang berarti Hidup, jiwa, hantu dan Logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah
psikologi berarti ilmu kejiwaan, prilaku dan tingkah laku manusia.
 Dapat dikatakan psyche ialah sesuatu yang abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur
bagi segala tingkah laku seseorang, baik tingkah laku yang termasuk perbuatan, maupun
tingkah laku yang termasuk penghayatan, tingkah laku perbuatan ialah tingkah laku yang
dapat diamati secara langsung, misalnya berlari, berjalan, bercakap-cakapdan tingkah laku
motorik yang lain, sedangkan tingkah laku penghayatan ialah tingkah laku yang tidak dapat
secara langsung dapat diamati, misalnya perasaan, pikiran, motivasi, reaksi berbagai
kelenjar, dan sebagainya.
 Menurut Santrock yang menyebutkan bahwa psychology is the scientific study of behavior
and mental processes.( psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental).
 Menurut Chaplin (1972) psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan
hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika
mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang
mengubah lingkungan.
 Menurut Muhibin Syah (2001) Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok
dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku terbuka
adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk,
berjalan dan lain sebagainya. tingkah laku tertutup meliputi berfikir, keyakinan, berperasaan
dan lain sebagainya.
 Menurut Poerbakawatja & Harahap (Ensklopedi Pendidikan, 1981) psikologi adalah
Pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala dan kegiatan jiwa respon organisme
dan hubungannya dengan lingkungan.
 Menurut Muhibbin Syah (1995) memberikan pengertian psikologi sebagai ilmu yang
mengenai kehidupan mental (the science of life), ilmu mengenai pikiran (the science of
mind) dan ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior).
 Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah sebagai ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara melakukan
sesuatu dan juga memahami cara makhluk tersebut berpikir dan berperasaan.

B. Pengertian Psikologi Perkembangan


 Psikologi Perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi
Perkembangan terdiri dari dua kata Psikologi dan Perkembangan.
 Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses tertentu, yaitu suatu
proses yang menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan
manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat
diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang
bersifat tetap dan maju.
 Alice Crow dan Robert M. Liebert menyebut psikologi perkembangan ini menggunakan
istilah genetic pyshycology, sementara kata genetic berasal dari genese yang artinya
pertumbuhan.
 Sedangkan R.M.Liebert dalam bukunya developmental pyshycology,1974, untuk menyebut
psikologi perkembangan kadang-kadang menggunakan istilah psikologi anak atau psikologi
genetic.
 Asal Mulanya kata perkembanagn berasala dari biologi, kemudian pada abad 20 ini kata
perkembangan dipergunakan oleh psikologi. Kata penggunaannya pertama-tama dalam
biologi, pada masa berikutnya ada ahli-ahli yang menyebut pertumbuhan disamping kata
perkembangan, bahkan ada orang yang menyebut kedua istilah itu untuk maksud yang sama.
 Psikologi perkembangan dirumuskan sebagai ilmu yang membahas jiwa dan tingkah laku
manusia yang sedang dalam taraf perkembangan, mulai konsepsi sampai tua dan
selanjutnya, berdasarkan pertumbuhan, kematangan, belajar, dan pengalaman.
 Menurut Reni Akbar Hawadi, perkembangan secara luas menunjuk pada secara keseluruhan
proses perubahan dan potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan,
sifat dan cirri-ciri yang baru.dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang
diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.
 Menurut Elizabeth B. Hurlock istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
 Seperti yang dikatakan oleh Van den Daele (III), perkembangan berarti perubahan secara
kualitatif, ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter
pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu
proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi komplek.
 Menurut Aliah B. Purwakania, perkembangan menunjukkan adanya tahapan pola, prinsip,
aspek dan faktor yang terlibat dalam perkembangan manusia.
 Menurut Siti Partini Suadirman dalam bukunya “Psikologi Perkembangan”: Psikologi
perkembangan adalah cabang dari psikologi yang mempelajari perubahan pada individu,
baik perubahan fungsi fisik, mental dan sosial yang terjadi sepanjang rentang kehidupan,
semenjak konsepsi sampai akhir hayat atau meninggal dunia
 Menurut Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers, dan Prof. Dr. Siti Rahayu Haditoro
dalam buku psikologi perkembangan: “Psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang
mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi
dalam diri pribadi seseorang dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan
perkembangan”.
 Menurut Dra. Kartini Kartono dalam buku psikologi anak: psikologi perkembangan adalah
suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan masa bayi, anak
pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai masa dewasa.
 Dalam encyclopedia international : psikologi perkembangan adalah suatu cabang dari
psikologi yang mengetengahkan pembahasan tentang perilaku anak. Secara historis titik
berat pembahasannya pada penganalisisan elemen-elemen prilaku anak yang dimungkinkan
akan menjadi sarat terbentuknya perilaku dewasa yang kompleks.
 Menurut Carter V. Good dalam dictionary of education: psikologi perkembangan adalah
cabang dari psikologi yang membahas tentang arah atau tahapan kemajuan dari prilaku
dengan mempertimbangkan phylogenetic dan ontogenetic, termasuk semua fase
pertumbuhan dan penurunan. Hal ini berarti adanya pembatasan yang lebih luas dari
pengertian ilmu jiwa keturunan, walaupun bentuk dan polanya ada persamaanya serta dapat
dipertukarkan.
 Psikologi Perkembangan adalah Ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang perkembangan
manusia dimana perkembangan itu bersifat sistematis, adaptif dan berlangsung sepanjang
rentang kehidupan (papalia, olds & feldman 2009).
 Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan tersebut kiranya dapat diambil pemahaman
yang lebih sederhana tentang pengertian psikologi perkembangan, sebagi suatu ilmu
psikologi yang membahas tentang masalah masalah perkembangan manusia mulai dari usia
awal pembentukan sampai usia akhir.

C. Objek Psikologi Perkembangan


 Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun, tidak dapat dibalik bahwa kumpulan
pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu apabila memiliki
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek
formal.
 Objek material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari, atau diselidiki atau suatu unsur  yang
ditentukan, sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran. Objek material mencakup apa saja,
baik hal-hal yang konkret (misalnya kerohanian, nilai-nilai, ide-ide). Gerungan merinci
Objek material pada fakta-fakta, gejala-gejala, atau pokok-pokok  yang nyata dipelajari dan
diselidiki oleh ilmu pengetahuan.
 Objek formal adalah cara memandang, meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti
terhadap objek materialnya serta prinsip-prnsip yang digunakannya. Jadi sudut dari mana
objek material itu disoroti disebut objek formal. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan
bahwa objek formallah yang membedakan antara ilmu yang satu dengan yang lain.
 Jadi intinya, objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagi person.
Disamping itu para psikolog juga tertarik akan masalah sampai seberapa jauhkah
perkembangan masyarakatya.
 Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan
yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang
menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan “
secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.

D. Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan


Jika dipahami secara cermat dari penjelasan pengertian tentang psikologi
perkembangan sebagaimana telah dibicarakan di muka, maka dapatlah dimengerti tentang
ruang lingkup dari pembahasan ilmu ini bahwa psikologi perkembangan merupakan:
1. Cabang ilmu psikologi.
2. Objek pembahasannya ialah perilaku atau gejala jiwa seseorang.
3. Tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa.
Psikologi perkembangan, yaitu psikologi yang membicarakan perkembangan psikis
manusia dari masa bayi sampai tua yang mencakup :
a) Psikologi Anak (mencakup masa bayi)
Sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan
manusia, masa ini merupakan fase pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi
pertumbuhan/perkembangan. Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
1) Periode ini merupakan masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh periode
perkembangan.
2) Periode ini merupakan saat penyesuaian diri untuk kelangsungan hidup/ perkembangan
janin.
3) Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
4) Di akhir periode ini bila si bayi selamat maka merupakan awal perkembangan lebih lanjut.
Dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun disebut dengan masa bayi. Masa
bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan
periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan. Dimulai
dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun disebut dengan masa bayi. Masa bayi ini dianggap
sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana
dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
Setelah itu berlanjut dengan masa kanak-kanak. Awal masa kanak-kanak berlangsung
dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini
anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial
yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD.
b) Psikologi Puber dan Addolesensi (psikologi pemuda)
Masa Puber merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun
akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11,0 atau 12,0
sampai umur 15,0 atau 16,0.
Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan permulaan masa puber adalah haid
yang pertama kali pada anak perempuan dan basah malam pada anak laki-laki. Ada empat
perubahan tubuh yang utama pada masa puber, yaitu:
1) Perubahan besarnya tubuh.
2) Perubahan proporsi tubuh.
3)  Pertumbuhan ciri-ciri seks primer.
4) Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder.
c) Psikologi Orang Dewasa
Masa dewasa adalah periode yang paling penting dalam masa kehidupan, masa ini
dibagi dalam 3 periode yaitu: Masa dewasa awal dari umur 21,0 sampai umur 40,0. Masa
dewasa pertengahan, dari umur 40,0 sampai umur 60,0. dan masa akhir atau usia lanjut, dari
umur 60,0 sampai mati.
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu
suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial,
periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kemudian dilanjutkan dengan masa dewasa
madya.
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh
tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
1) Masa dewasa madya  merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan
manusia.
2) Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-
ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan
dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
3) Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang
akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
4) Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan
masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi
kebutuhan pribadi dan sosial.     
d) Psikologi Orang Tua.
Usia lanjut atau usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dri umur enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan
yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.

E. Manfaat dan Tujuan Mempelajari Psikologi Perkembangan


Banyak manfaat seseorang mempelajari psikologi perkembangan dalam mendeskripsi,
memahami serta meramalkan prilaku diri sendiri maupun orang lain. Terutama akan terasa
sangat perlu penguasaan ilmu ini bagi seseoarang yang perlu penguasaan ilmu ini bagi
seorang yang selalu mengadakan komunikasi dengan orang lain. Berikut adalah manfaat
mempelajari psikologi perkembangan antara lain:
a. Untuk memahami garis besar, pola umum perkembangan, dan pertumbuhan anak pada tiap-
tiap fasenya.
b. Dapat munculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak, remaja
dengan penuh perhatian kepada mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
c. Dapat mengarahkan seseoarng untuk berbuat dan beprilaku yang selaras dengan tingkat
perkembangan orang lain.
d. Khususnya bagi pendidik dapat memahami dan memberikan bimbingan kepada anak sesuai
dengan taraf perkembangan anak didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan
dengan sukses dalam mencapai tujuannya.
Dalam psikologi perkembangan juga memiliki tiga tujuan yang sangat berguna, yaitu :
a. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari
mereka pada usia usia tertentu.seperti orang tua dapat dibimbing dalam mengajari anak anak
mereka yang masih kecil untuk menguasai berbagai keterampilan.dengan pengertian bahwa
masyarakat mengharapkan anak anak menguasai keterampilan tersebut pada usia usia
tertentu dan bahwa penyesuaian diri mereka dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka berhasil
melakukannya.
b. Dalam member motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari
mereka oleh kelompok social pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka.dan
akhirnya,menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan
tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkatan perkembangan
berikutnya.
c. Penyesuaian diri kepada situasi baru selalu sulit dan selalu disertai dengan bermacam
macam tingkat ketegangan emosional,tetapi,sebagaian besar kesulitan dan ketegangan ini
dapat dihilankan kalau individu sadar akan apa yang terjadi kemudian dan secara bertahap
mempersiapkan diri.anak anak yang menguasai keterampilan keterampilan social diperlukan
untuk menghadapi kehidupan social remaja yang baru,akan lebih mudah menyesuaikan diri
dengan lawan jenisnya  bila menginjak dewasa akan lebih mudah melewatkan masa
peralihan kemasa pertengahan.dan tidak terlampau mengalami ketegangan kalau mereka
secara bertahap menciptakan kegiatan kegiatan waktu sengang dengan berkurangnya
tangung jawab sebagai orang tua.

F. Tujuan Psikologi Perkembangan


Menurut Papalia dkk (2009) mempelajari perkembangan manusia memiliki 4 (empat)
tujuan, yaitu :
1) Gambaran (Deskripsi)
Menggambarkan tingkah laku menurut norma tertentu.
Contoh : kapan kebanyakkan anak normal mengatakan kata mereka atau seberapa banyak
biasanya kosakata mereka pada usia tertentu,
2) Menjelasan (Explain)
Menjelaskan mengapa tingkah laku terjadi, melihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi,
menjelaskan cara anak-anak mendapatkan dan belajar menggunakan bahasa.
Contoh : Bagaimana anak-anak belajar dan menggunakan bahasa?
3) Meramalkan (To Predict)
Meramalkan tingkah laku
Contoh : Apakah perkembangan bahasanya tertunda?
4) Memodifikasi (To Modify)
Memodifikasi perilaku melalui terapi atau training
Contoh : Melakukan terapi untuk keterlambatan bicara (speech delays)?

G. Proses-Proses Perkembangan : Perubahan dan Stabilitas


Para ilmuwan perkembangan mempelajari dua jenis perubahan, yaitu :
a) Perubahan Kuantitatif (Quantitative Change)
Perubahan kuantitatif dapat diartikan sebagai perubahan dalam hal angka, dan jumlah
Misalnya : bertambah atau menurunnya berat badan dan tinggi badan, perolehan kosakata,
atau peningkatan atau penurunan frekuensi perilaku agresif atau interaksi sosial.
b) Perubahan Kualitatif (Qualitative Change)
Perubahan kualitatif dapat diartikan sebagai perubahan dalam jenis atau tipe, struktur atau
organisasi.
Misalnya : perubahan telur menjadi ulat, kepompong kemudian menjadi kupu – kupu,
perubahan anak yang nonverbal ke anak yang memahami kata-kata dan dapat berkomunikasi
secara verbal, perubahan karier, atau pembelajaran keterampilan baru (penggunaan
computer).

H. Aspek-Aspek Perkembangan
Menurut Papalia aspek-aspek perkembangan terdiri dari, yaitu :
1) Perkembangan Fisik (Physical development)
Pertumbuhan tubuh, otak, kapasitas sensoris, keterampilan-keterampilan motorik, serta
kesehatan merupakan dan dapat mempengaruhi ranah perkembangan yang lain.
Misalnya : seorang anak yang sering mengalami infeksi pada kuping bisa lebih lambat
perkembangan bahasanya dibanding anak-anak yang tanpa masalah seperti itu.
2) Perkembangan kognitif (Cognitive Development)
Perubahan dan stabilitas di dalam kemampuan-kemampuan mental seperti : proses belajar,
memperhatikan, mengingat, menggunakan bahasa, berpikir, menalar, dan kreatif.
Peningkatan dan kemunduran kognitif sangat terkait dengan faktor fisik, emosional, dan
sosial.
Misalnya : Kemampuan bicara bergantung pada perkembangan fisik mulut dan otak
(seorang anak yang perkembangan bahasanya cepat matang cenderung memuculkan reaksi
positif dari orang lain dan memperoleh penghargaan diri), perkembangan ingatan
mencerminkan perolehan atau kehilangan pada hubungan fisik di dalam otak (orang dewasa
yang mengalami kesulitan mengingat nama-nama orang (masalah yang umum terjadi)
mungkin merasa canggung dan grogi pada situasi-situasi sosial.
3) Perkembangan psikososial (Psychosocial Development)
Perubahan dan stabilitas di dalam emosi, kepribadian dan hubungan sosial bersama-sama
membentuk dan hal ini dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan fisik.
Misalnya : kecemasan mengerjakan tes dapat menganggu kinerja, dukungan sosial dapat
membantu orang-orang mengatasi stress yang negative pada fisik dan kesehatan mental.

Periode Perkembangan Manusia Sepanjang Rentang Kehidupan


I. Berbagai Pengaruh Terhadap Perkembanagan Manusia
Beberapa pengaruh terhadap perkembangan, yaitu :
1) Hereditas (heredity)
Trait-trait atau karakteristik bawaan yang diturunkan dari orang tua biologis.
2) Lingkungan (Environment)
Sebagian besar pengaruh bukaan dari bawaan atau pengalaman pada perkembangan, akan
tetapi berasal dari lingkungan dalam dan luar, dunia diluar diri dimulai dari dalam
kandungan dan pembelajaran dari pengalaman.
3) Kematangan (maturation)
Pengembangan urutan alamiah perubahan fisik dan pola perilaku, termasuk kesiapan untuk
menguasai berbagai kemampuan baru.

J. Berbagai Lingkungan Perkembangan


a. Keluarga (Family)
Keluarga bisa memiliki arti dan pengertian yang berbeda-beda, tergantung pada tempat dan
masanya. Keluraga dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Merupakan sebuah unit kekeluargaan, ekonomi dan rumah tangga dua generasi yang terdiri
atas satu atau dua orang tua dan anak-anak kandungnya, anak-anak angkatnya atau anak-
anak tirinya.
2) Keluarga Besar (Extended Family)
Jaringan kekeluargaan dengan banyak generasi dari kakek-nenek, bibi, paman, sepupu dan
kerabat yang lain, yang terkadang tinggal bersama-sama di dalam sebuah rumah tangga
keluarga besar.
b. Status Sosial Ekonomi dan Lingkungan Di Sekitar Tempat Tinggal
1) Status Sosial Ekonomi (Sosioeconomic status SSE)
Gabungan faktor-faktor sosial dan ekonomi yang menggambarkan seorang individua tau
keluarga.
Meliputi pendapatan, pendidikan dan pekerjaan.
2) Faktor Risk (Risk Factor)
Kondisi-kondisi yang meningkatkan kemungkinan dampak perkembangan yang negatif.
Misalnya : kurangnya akses pelayanan kesehatan dan kesempatan mendapatkan pendidikan
Anak – anak yang dibesarkan dalam lingkungan miskin, memiliki kecenderungan
permasalahan:
- Pengendalian emosi & perilaku.
- Potensi kognitif kurang optimal.
- Menampilkan prestasi yang buruk di sekolah
c. Budaya dan etnis
1) Budaya (Culture)
Keseluruhan cara hidup sebuah masyarakat atau kelompok, termasuk adat istiadat, tradisi,
keyakinan, nilai, bahasa, dan produk-produk fisik, dari perkakas sampai karya seni semua
perilaku dan sikap yang dibelajari, dibagi dan ditularkan diantara para anggota kelompok
sosial. Budaya berubah-ubah secara terus -menerus, sering kali melalui kontak dengan
budaya lain.
Contoh : ketika orang-orang eropa merapat di pantai amerika, mereka dengan segera
mempelajari dari orang-orang Indian asli cara menanam jagung.
2) Kelompok Etnis (Ethnic Group)
Sebuah kelompok yang dipersatukan oleh budaya, leluhur, agama, bahasa, dan asal-usul
suku bangsa yang khusus yang seluruhnya memberikan kontribusi pada sebuah pemahaman
identitas serta berbagai nilai sikap, keyakinan dan nilai yang dibagi bersama.
Contoh : Anak-anak kaum imigran di AS hamper 2 kali sebanyak anak-anak asli AS
memiliki kecenderungan hidup tinggal dengan keluarga besar dan tidak terlalu cenderung
memiliki ibu yang bekerja diluar rumah.
d. Konteks Sejarah
1) Pengaruh Sejarah Normatif
Peristiwa-peristiwa yang berarti (seperti depresi hebat atau peran dunia II) yang membentuk
perilaku dan sikap-sikap.
- Generasi bersejarah (historical generation)
Kelompok orang yang mengalami peristiwa pada waktu formatif dalam hidup mereka.
Contoh : generasi-generasi yang sudah dewasa selama masa depresi dan perang dunia II
cenderung menunjukkan saling ketergantungan sosial dan percaya yang kuat yang telah
menurun diantara generasi yang lebih baru.
- Cohort
Sekelompok orang yang lahir pada masa yang sama.
2) Pengaruh Non-Normatif (Nonnormative)
Adalah karakteristik-karakteristik sebuah peristiwa luar biasa yang memiliki dampak besar
dan yang terjadi pada orang tertentu atau sebuah peristiwa biasa yang terjadi pada masa
kehidupan yang tidak biasa.
Contoh : pernikahan di usia remaja awal atau meninggalnya orang tua saat masih kecil, atau
memiliki cacat bawaan/mengalami kecelakaan pesawat terbang.

K. Saat Datang Berbagai Pengaruh/Pengaruh waktu (Masa-Masa


Kritis atau sensitif)

1. Imprinting
Bentuk naluriah pembelajaran dimana, selama masa kritis pada awal perkembangan,
seorang hewan membentuk sebuah kelekatan pada objek bergerak pertama yang dilihatnya
biasanya induknya. Menurut Lorenzo imprinting merupakan akibat dari kecenderungan
terhadap belajar.
2. Periode Kritis dan Sensitif
a) Masa Kritis (Critical Period)
Merupakan waktu spesifik ketika sebuah peristiwa yang diberikan atau ketiadaannya
memiliki dampak spesifik terhadap perkembangan.
b) Masa Sensitif (Sensitive Period)
Masa-masa dalam perkembangan ketika seseorang terutama terbuka terhadap berbagai
pengalaman tertentu.

L. Pendekatan Perkembangan Rentang Kehidupan Dari Batles


Paul B. Baltes dan rekan-rekan sejawatnya (1987) mengidentifikasi enam prinsip utama
pendekatan perkembangan rentang kehidupan yang menyimpulkan banyak konsep yang
dibahas. Secara bersamaan prinsip-prinsip ini berfungsi sebagai kerangka kerja konseptual
yang diterima secara luas, yaitu :
1) Perkembangan Sepanjang Hayat
Perkembangan yang merupakan proses perubahan seumur hidup dalam kemampuan untuk
beradaptasi terhadap berbagai situasi yang dipilih atau yang dihadapi seseorang. Masing-
masing rentang kehidupan dipengaruhi oleh apa yang terjadi sebelumnya dan akan
mempengaruhi apa yang akan terjadi. Masing- masing tahapan memilki karakteristik dan
nilai yang unik.
Contoh : perbedaan pengambilan keputusan anatara anak pertama , tengah , dan terakhir.
Anak pertama biasanya lebih independent dalam mengambil suatu keputusan sedangkan
anak terakhir lebih tergantung pada orang tua.
2) Perkembangan Mencakup Pemerolehan dan Kehilangan
Perkembangan merupakan hal yang multidimensional dan banyak arah. Hal ini muncul
sepanjang banyak banyak dimensi saling berinteraksi biologis, psikologis dan sosial masing-
masing mungkin berkembang dengan kecepatan yang bervariasi. Perkembangan juga
berlangsung lebih dari satu arah. Sebagaimana orang-orang menguasai satu bidang, mereka
bisa saja kehilangan bidang yang lain.
Contoh : kosata yang biasanya terus meningkat selama kebanyakan masa dewasa,
kemampuan menyelesaikan berbagai masalah yang tidak dikenal.
3) Pengaruh-Peengaruh Biologi dan Budaya yang relative berubah sepanjang rentang
kehidupan
Proses perkembangan dipengaruhi oleh biologi dan budaya, tetapi kesimbangan antara
pengaruh-pengaruh ini berubah. Pengaruh biologis, seperti ketajaman sensoris serta
kekuatan dan koordinasi otot, melemah seiring bertambahnya usia, tetapi dukungan-
dukungan budaya seperti pendidikan, hubungan dan lingkungan ramah teknologi yang tidak
bergantung usia, dapat membantu mengimbanginya.
4) Perkembangan Melibatkan Sebuah Perubahan Alokasi Berbagai Sumber Daya
Individu memilih untuk mengalokasikan berbagai sumberdaya. Seperti waktu, tenaga, bakat,
uang dukungan sosial dengan berbagai cara untuk pertumbuhan mempertahukan atau
memuliakan atau berhadapan dengan kehilangan.
5) Perkembangan Menunjukkan Plastisitas
Banyak kemampuan manusia seperti ingatan, kekuatan dan daya tahan dapat ditingkatkan
secara signifikan dengan pelatihan dan larihan bahkan ketika sudah menua. Namun
demikian, sebagaimana yang sudah dipelajari oleh itard, bahkan pada anak-anak, plastisitas
memiliki batas. Salah satu tugas penelitian perkembangan adalah menemukan seberapa jauh
jenis perkembangan tertentu dapat diubah pada berbagai usia.
6) Perkembangan Dipengaruhi Oleh Konteks Sejarah & Budaya
Masing-masing orang berkembang dalam banyak konteks, berbagai keadaan, atau kondisi
yang ditentukan sebagaian oleh kematangan dan sebagian oleh waktu dan tempat. Sebagai
tambahan pada pengaruh tingkat usia dan nonnormatif, manusia tidak hanya mempengaruhi
tapi juga dipengaruhi oleh konteks sejarah dan budaya mereka. Sejarah dan budaya juga
sangat mempengaruhi tiap generasi perkembangan , ketahanan emosi.
B. MATERI TEORI DAN RISET (MATERI PERTEMUAN MINGGU KE
3)

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
(Teori dan Riset)
A. Pengertian Teori dan Riset
 Para ilmuwan perkembangan telah menghasilkan banyak teori mengenai mengapa
manusia berkembang.
 Teori adalah Seperangkat konsep atau pernyataan yang saling berhubungan secara logis
dimana konsep tersebut berusaha untuk menggambarkan dan menjelaskan
perkembangan serta meramalkan bentuk-bentuk perilaku yang mungkin muncul pada
kondisi-kondisi tertentu.
 Teori bukanlah sebuah tebakan. Teori merupakan sebuah cara untuk mengelola data,
informasi yang dikumpulkan oleh penelitian dan suatu sumber.
 Dalam suatu teori terdapat dasar pemikiran (groundwork) yaitu pembuatan hipotesis.
 Merupakan penarikan kesimpulan sementara yang dapat diuji atau diteliti kembali
kebenarannya pada penelitian – penelitian selanjutnya.

B. Issue Utama Dalam


 Sebagian para ahli teori menjelaskan perkembangan bergantung pada cara mereka
memandang dua persoalan yaitu :
a) Apakah teori perkembangan bersifat aktif atau Pasifkah (reaktif)?
Kontroversi ini membawa kita kembali kepada pada abad ke 18 John Locke,
seorang filsuf inggris, menyatakan bahwa anak kecil seperti sebuah tabula rasa sebuah
batu tulis yang kosong yang dimana masyarakat menulisnya. Pandangan filsafat john
locke merupakan pelopor model perkembangan mekanistik (mechanistic model of
development) pada model ini, manusia seperti mesin yang bereaksi terhadap masukan
lingkungan. Jika kita cukup mengetahui tentang bagaimana merakit “mesin” manusia
serta daya internal dan eksternal yang beraksi, kita dapat meramalkan hal yang akan
dilakukan manusia. Penelitian mekanistik berusaha mengidentifikasi dan mengasingkan
faktor-faktor yang membuat manusia berperilaku seperti yang mereka lakukan.
Misalnya, dalam usaha untuk menjelaskan mengapa beberapa mahasiswa meminum
alkohol terlalu banyak, ahli teori mekanistik mungkin melihat berbagai pengaruh
lingkungan seperti iklan dan apakah teman mereka minum berlebihan.
Rousseau adalah perintis model perkembangan organismik (Organismic model of
development). Model ini memandang manusia sebagai organisme yang aktif dan
tumbuh yang melakukan proses perkembangan mereka sendiri. Mereka memulai
berbagai peristiwa tidak sekedar bereaksi. Dorongan perubahan bersifat internal.
Pengaruh lingkungan tidak menyebabkan perkembangan, meskipun hal tersebut dapat
mempercepat atau memperlambatnya. Perilaku manusia merupakan suatu keseluruhan
organik, tidak dapat diramalkan dengan memecah-mecahnya ke dalam respon-respon
sederhana terhadap rasangan lingkungan.
b) Apakah Perkembangan Dihasilkan Secara Berkesinambungan atau Muncul Dalam
Bentuk Tahapan?
Para ahli teori mekanistik memandang perkembangan sebagai hal yang
berkesinambungan seperti berjalan atau merangka naik. Perkembangan dalam model-
model mekanistik selalu dikendalikan oleh berbagai proses yang sama,
memungkinkannya untuk meramalkan berbagai perilaku sebelumnya dari perilaku
sesudahnya. Para ahli teori mekanistik memusatkan pada perubahan kuantitatif, seperti
berbagai perubahan dalam frekuensi respons yang dimunculkan dibandingkan
perubahan dalam jenis respons.
Para ahli teori organismik menekankan perubahan kualitatif. Mereka memandang
perkembangan muncul dalam serangkaian tahapan yang berbeda seperti tangga. Pada
masing-masing tahapan, manusia mengatasi berbagai macam masalah dan
mengembangkan berbagai macam kemampuan yang berbeda. Masing-masing tahap
terbentuk dari tahapan sebelumnya dan mempersiapkan untuk melanjutkan ke tahapan
berikutnya.

C. Berbagai Sudut Pandang Teoritis


 Lima sudut pandang utama yang mendasari banyak teori dan penelitian yang
berpengaruh terhadap perkembangan manusia, yaitu :
1) Psikoanalisis (memusatkan pada berbagai emosi dan dorongan yang tidak disadari)
2) Belajar (mempelajari perilaku yang teramati)
3) Kognitif (menganalisis berbagai proses berpikir)
4) Evolusioner/sosiobiologis (mempertimbangkan dasar evolusioner dan biologis pada
perilaku).
5) Kontekstual (menekankan dampak konteks sejarah, sosial dan budaya).

D. Biografi Sigmund Freud (1856-1939)


Sigmund Freud lahir di Freiberg, Austria 6 Mei 1856 Kemudian meninggal di
London, 23 September 1939 pada umur 83 tahun adalah seorang Austria keturunan
Yahudi. Pendidikan formalnya ialah kedokteran dan setelah lulus memperdalam bidang
neurologi dan melakukan penyelidikan dalam bidang ini. Pada tahun 1885 freud pergi
ke paris dan selama setahun ia belajar pada piere janet dan jean Charcot dalam teknik
menyembuhkan para penderita hysteria yakni dengan cara hypnosa. Sekembalinanya ke
Wina freud bekerja pada joseph Breuer dalam menyembuhkan penyakit hysteria.
Freud merumuskan sudut pandang psikoanalisis (psychoanalytic perspective)
yang memandang perkembangan hal yang dibentuk oleh daya-daya tidak sadar yang
memotivasi perilaku manusia. Psikoanalisis pendekatan terapi yang dikembangkan
freud, berupaya untuk memberikan para pasien wawasan (insight) ke dalam konflik-
konflik emosional yang tidak sadar dengan menanyakan mereka berbagai pertanyaan
yang dirancang untuk mengungkap ingatan-ingatan yang terkubur.

E. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud (1856-1939)


Sigmund Freud merupakan tokoh pendiri psikoanalisa atau disebut juga aliran
psikologi dalam (depth psychology) ini secara skematis menggambarkan jiwa sebagai
gunung es. Bagian yang muncul di permukaan air adalah bagian terkecil, yaitu puncak
dari gunung es situ, yang dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran (conscious-ness).
Agak dibawah permukaan air adalah bagian yang di sebutnya prakesaadaran atau
subconsciousness atau preconsciousness. Ketidaksadaran ini berisi dorongan dorongan
yang ingin muncul ke permukaan atau ke kesadaran. Bagian yang terbesar dari gunung
es itu berada dibawah permukaan air sama sekali dalam hal jiwa merupakan dalam
ketidaksadaran (unconsciousness).
Ketidaksadaran ini berisi dorongan dorongan yang ingin muncul ke permukaan
atau kesadaran. Dorongan dorongan ini mendesak ke atas, sedangkan tempat diatas
sangat terbatas sekali. Tinggallah “Ego” (Aku) yang memang menjadi pusat dari pada
kesadaran yang harus mengatur dorongan dorongan mana yang harus tetap tinggal di
ketidaksadaran. Sebagian besar dari dorongan –dorongan yang berasal dari
ketidaksadaran itu memang harus tetap tinggal dalam ketidaksadaran, tetapi mereka ini
tidak tinggal diam, melainkan mendesak terus dan kalau “Ego” tidak cukup kuat
menahan desakan ini akan terjadilah kelainan-kelainan kejiwaan . Dorongan dorongan
yang sudah ada sejak manusia lahir yaitu dorongan seksual dan dorongan agresi
sebagian lagi berasal dari pengalaman masa lalu yang pernah terjadi pada tingkat
kesadaran dan pengalaman itu bersifat traumatis (kegoncangan jiwa) sehingga perlu
ditekankan dan dimasukkan dalam ketidaksadaran.
Contoh Gambar Fenomena gunung es

3 karakteristik atau struktur kepribadian menurut freud yaitu:


4. Id yaitu gudang semua dorongan atau tenaga yang sifaynya primitive. Dorongan
primitif ini mempunyai sidat yang disebut prinsip kenikmatan. Ia menghendaki segera
memperoleh kenikmatan, bilamana dorongannya sudah sampai pada tingkat tingkat
dorongan untuk minta disalurkan.
Contoh : Seorang bayi menangis terus bila timbul keinginan untuk menyusu ibunya,
tanpa dapat ditunda dan baru berhenti , setelah ia mulai menyusu.
5. Ego yaitu berkembang dari id yang berhadapan dengan realitas. Freud mengatakan
bahwa ego adalah bagian dari id yang telah diubah oleh pengaruh pengaruh langsung
dari dunia luar melalui persepsi kesadaran. Ego melaksanakan prinsip realitas. Ia
mengatur dorongan dorongan id dengan menunda atau menahan, agar mencapai tujuan
secara realistik . secara umum dapat dikatan bahwa ego melaksanakan fungsi-fungsinya
sesuai dengan prinsip proses sekunder, yaitu harus realistis di satu pihak, di pihak yang
lain melaksanakan dorongan dorongan yang ada dari id. Dalam perkembangan tingkah
laku anak melakukan proses sekunder ini jelas berhubungan erat dengan perkembangan
intelek anak.
Contohnya : Saja ketika batita menangis karena lapar kemudian di hidangkan batu
sama roti tentu yang akan di pilih adalah roti.
6. Super ego yaitu struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian.
Perhatian utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah.
Contohnya : Ketika anak sudah bisa memilih mana yang benar dan salah dimanapun
tempatnya ia akan selalu memegang norma norma itu. Misalnya ketika ada kantin
kejujuran dia mengambil makanan tentu dia akan membayar sesuai yang dia ambil.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa id, ego dan superego adalah suatu
konsep yang dikembangkan Freud untuk menjelaskan komponen komponen
perkembangan biologis (id), psikologis (ego) dan sosial (superego). Ketiga komponen
kepribadian ini berkembang melalui tahap tahap perkembangan psikoseksual. Freud
menggunakan istilah seksual untuk segala tindakan dan pikiran yang member
kenikmatan atau kepuasan dan istilah psikoseksual digunakan untuk menunjukkan
bahwa proses perkembangan psikologis ditandai dengan adanya libido (energy seksual)
yang dipusatkan pada daerah daerah tubuh tertentu yang berbeda beda Freud yakin
bahwa perkembangan manusia melewati lima fase tahapan perkembangan psikoseksual
dan bahwa setiap tahap perkembangan tersebut individu mengalami kenikmatan pada
satu bagian tubuh lebih dari pada bagian tubuh lainnya.
Freud menyatakan bahwa kepribadian yang terbentuk melalui masa kanak-kanak
yang tidak disadari menimbulkan konflik antara berbagai dorongan id bayi dan tuntutan
hidup yang beradab. Berbagai konflik ini muncul dalam rangkaian yang selalu sama
dari lima tahapan perkembangan psikoseksual (psychosexual development) adalah
rangkaian yang selalu sama dari tahapan-tahapan perkembangan kepribadian selama
masa bayi, kanak-kanak dan remaja. Dimana kepuasan bergeser dari mulut ke anus dan
kemudian ke alat kelamin.
Tahap-tahap perkembangan psikoseksual menurut Freud yaitu oral, anal, phallik,
laten dan genital. Berikut dibawah penjelasannya :
e) Tahap Oral (Oris = Mulut)
Fase oral adalah fase perkembangan yang terjadi pada tahun pertama dari
kehidupan individu. Pada fase ini daerah organ yang paling peka adalah mulut, yang
berkaitan dengan pemuasan kebutuhan pokok seperti makanan dan air. Yang merupakan
sumber kenikmatan pada bayi. Rangsangan yang terjadi pada mulut adalah pada saat
menghisap makanan atau minumannya. Fase oral berakhir saat bayi tidak lagi
memperoleh asupan gizi secara langsung dari ibunya.
f) Tahap Anal (Anus = Dubur)
Tahap ini berada pada usia kira-kira 2 sampai 3 tahun. Pada tahap ini libido
terdistribusikan ke daerah anus. Anak akan mengalami ketegangan, ketika duburnya
penuh dengan ampas makanan dan peristiwa buang air besar yang dialami oleh anak
merupakan proses pelepasan ketegangan dan pencapaian kepuasan, rasa senang atau
rasa nikmat. Peristiwa ini disebut erotic anal.
Setelah melewati masa penyapihan, anak pada tahap ini dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan orang tua (lingkungan), seperti hidup bersih, tidak
mengompol, tidak buang air (kecil atau besar) sembarangan. Orang tua mengenalkan
tuntutan tersebut melalui latihan kebersihan (toilet training), yaitu usaha sosialisasi
nilai-niai sosial pertama yang sistematis sebagai upaya untuk mengontrol dorongan-
dorongan biologis anak.
g) Tahap Phallik (Phallus = Dzakar)
Tahap ini berlangsung kira-kira usia ini anak mulai memperhatikan atau senang
memainkan alat kelaminnya sendiri. Dengan kata lain, anak sudah mulai bermasturbasi,
mengusap-usap atau memijit-mijit organ seksualnya sendiri yang menghasilkan
kepuasan atau rasa senang.
Pada masa ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama yang
terkait dengan iklim kehidupan sosiopsikologis keluarga atau perlakuan orang tua
kepada anak. Pada tahap ini, anak masih bersikap “selfish”  sikap memementingkan diri
sendiri, belum berorientasi keluar, atau memperhatikan orang lain.
h) Tahap Latensi
Tahap latensi berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun (masa sekolah dasar). Tahap
ini merupakan masa tenang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan seks
dihambat atau didepres (ditekan). Dengan kata lain masa ini adalah periode tertahannya
dorongan-dorongan seks dan agresif. Selama masa ini, anak mengembangkan
kemampuannya bersublimasi (seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah, bermain olah
raga dan kegiatan-kegiatan lainnya) dan mulai menaruh perhatian untuk berteman
(bergaul dengan orang lain).

Mereka belum mempunyai perhatian khusus kepada lawan jenis (bersikap netral)
sehingga dalam bermainpun anak laki-laki akan berkelompok dengan anak laki-laki
lagi, begitupun anak wanita. Bahkan anak merasa malu apabila anak disuruh duduk
sebangku dengan teman lawan jenisnya (seperti anak laki-laki sebangku dengan wanita
dan sebaliknya).
Tahap ini dipandang sebagai masa perluasan kontak sosial dengan orang-orang di
luar keluarganya. Oleh karena itu proses identifikasi pun mengalami perluasan atau
pengalihan objek. Yang semula objek identifikasi anak adalah orang tua, sekarang
meluas kepada guru, tokoh-tokoh sejarah atau para bintang (seperti film, musik dan olah
raga).
i) Tahap Genital
Tahap ini dimulai sekitar usia 12 atau 13 tahun. Pada masa ini anak sudah masuk
usia remaja. Masa ini ditandai dengan matangnya organ reproduksi anak. Pada periode
ini, instink seksual dan agresif menjadi. Anak mulai mengembangkan motif untuk
mencintai orang lain atau mulai berkembangnya motif altruis (keinginan untuk
memperhatikan kepentingan orang lain).
Motif-motif ini mendorong anak (remaja) untuk berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan dan persiapan untuk memasuki dunia kerja, pernikahan dan
berkeluarga. Masa ini ditandai dengan proses pengalihan perhatian, dari mencari
kepuasan atau kenikmatan sendiri (yang bersifat kekanak-kanakan atau selfish) kepada
kehidupan sosial orang dewasa dan berorientasi kepada kenyataan (prinsip realitas) atau
sikap altruis.

F. Biogragi Erik Erson (1902-1994)


Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankurt, Jerman pada tanggal 15 juni
1902. Sangat sedikit yang bisa diketahui tentang asal usulnya. Ayahnya adalah seorang
laki-laki berkebangsaan Denmark yang tidak dikenal namanya dan tidak mau mengaku
Erikson sebagai anaknya sewaktu masih dalam kandungan dan langsung meninggalkan
ibunya. Ibunya bernama Karla Abrahamsen yang berkebangsaan Yahudi. Saat Erikson
berusia tiga tahun ibunya menikah lagi dengan seorang dokter bernama Theodore
Homburger, kemudian mereka pindah kedaerah Karlsruhe di Jerman Selatan. Nama
Erik Erikson dipakai pada tahun 1939 sebagai ganti Erik Homburger. Erikson menyebut
dirinya sebagai ayah bagi dirinya sendiri, nama Homburger direduksi sebagai nama
tengah bukan nama akhir. Dia adalah ahli analisa jiwa dari Amerika, yang membuat
kontribusi-kontribusi utama dalam pekerjaannya di bidang psikologi pada
pengembangan anak.
Waktu kecil Erikson tidak menyenangi sekolah yang formal. Ia pun tidak sempat
menyelesaikan program diploma. Perjalanan Erikson ke beberapa negara dan
perjumpaannya dengan ahli analisa jiwa dari Austria yaitu Anna Freud, menjadikannya
seorang ilmuwan sekaligus seniman yang diperhitungkan. Ia mulai mempelajari ilmu
tersebut di Vienna Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan diri dalam
psikoanalisa anak. Terakhir pada tahun 1960 ia dianugerahi gelar profesor dari
Universitas Harvard.
Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan panjangnya di Eropa Pada tahun
1933 ia kemudian berpindah ke USA dan ditawari untuk mengajar di Harvad Medical
School. Selain itu ia memiliki pratek mandiri tentang psiko analisis anak. Terakhir, ia
menjadi pengajar pada Universitas California di Berkeley, Yale, San Francisco
Psychoanalytic Institute, Austen Riggs Center, dan Center for Advanced Studies of
Behavioral Sciences.
Kemudian pada tanggal 1 April 1930 Erikson menikah dengan Joan Serson,
seorang sosiologi Amerika yang sedang penelitian di Eropa. Pada tahun 1933 Erikson
pindah ke Denmark dan di sana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa
(psychoanalytic training center). Pada tahun1939 Erikson pindah ke Amerika Serikat
dan menjadi warga Negara tersebut, selain itu secara resmi pun dia telah mengganti
namanya menjadi Erik Erikson. Tidak ada yang tahu apa alasannya memilih nama
tersebut. Kemudian dia meninggal di usia 91 tahun pada tanggal 12 Mei 1994 di
Massachusett, Amerika Serikat.
Buku pertamanya adalah Childhood dan Society (1950), yang menjadi salah satu
buku klasik di dalam bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya dengan anak-anak
muda, Erikson mengembangkan konsep krisis perasaan dan identitas sebagai suatu
konflik yang tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Buku-buku karyanya antara lain
yaitu: Young Man Luther (1958), Insight and
Responsibility (1964), Identity (1968), Gandhi's Truth (1969): yang menang pada
Pulitzer Prize and a National Book Award dan Vital Involvement in Old Age (1986).

G. Teori Psikososial Erik Erikson (1902-1994)


Salah satu sumbangan tersebsar Erikson dan psikologi perkembangan adalah
psikososial yang berarti bahwa tahap tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati
dibentuk oleh pengaruh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang
menjadi matang secara fisik dan psikologis (Hall & Lindzey. 1993). Menurut teori ini
kepribadian terbentuk kerika seseorang melewati tahap psikososial sepanjang hidupnya.
Masing masing tahap memiliki tugas perkembangan yang khas, dan
mengharuskan individu menghadapi dan menyelesaikan krisis . Erikson melihat bahwa
krisis tersebut sudah ada sejak lahir, tetapi pada saat saat tertentu pada siklus kehidupan
krisis menjadi dominan. Baginya krisis bukanlah bencana, tetapi suatu titik balik
peningkatan dan potensi. Pemecahan yang positif dapat membentuk jiwa yang sehat
namun jika pemecahannya negatif akan membentuk penyesuaian diri yang buruk.
Semakin berhasil seseorang menghadapi krisis akan semakin sehat perkembangannya.
(Santrock, 1998).
Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan
sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap bergantung pada hasil tahapan sebelumnya, dan
resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah pentingnya bagi individu untuk dapat
tumbuh secara optimal. Ego harus mengembangkan kesanggupan yang berbeda untuk
mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari masyarakat. Berikut adalah delapan tahapan
perkembangan psikososial menurut Erik Erikson :
5) Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
Kepercayaan dan ketidak percayaan, yaitu tahap psikososial yang terjadi selama
bertahun tahun pertama kehidupan. Dalam tahap ini, bayi berusaha keras untuk
mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan
anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan
mengembangkan asa (hope).
6) Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)
Rasa malu dan ragu yaitu tahap kedua perkembangan yang berlangsung pada
akhir masa bayi. Dalam tahap ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol
atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk
mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang
kasar. Mereka melatih kehendak, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman
awal mereka mengenai otonomi, inilah resolusi yang diharapkan.
7) Tahap III : Initiative versus Guilt (3-6 tahun)
Prakarsa dan rasa bersalah yaitu pada tahap ini berlangsung selama tahun tahun
pra sekolah. Pada periode inilah anak belajar bagaimana merencanakan dan
melaksanakan tindakannya. Resolusi yang tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat
sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat salah.
Anak memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-
harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka
keterampilan ego yang diperoleh adalah memiliki tujuan dalam hidupnya.
8) Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun)
Kerajinan dan rendah diri yaitutahap perkembang akira kira berlangsung pada
tahun tahun sekolah dasar pada saat ini, anak-anak belajar untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik.
Penyelesaian yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat
memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh. Keterampilan ego yang
diperoleh adalah kompetensi. Di sisi lain, anak yang tidak mampu untuk menemukan
solusi positif dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman sebaya akan merasa
inferior.
9) Tahap V : Identity versus Identity Confusion (12-20 tahun)
Identitas dan kekacauan identitas yaitu perkembangan yang terjadi selama tahun
tahun masa remajaPada tahap ini, terjadi perubahan pada fisik dan jiwa di masa
biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain
pihak anak dianggap dewasa tetapi di sisi lain dianggap belum dewasa. Tahap ini
merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual,
umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai
menurun. Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Apabila anak tidak sukses
pada fase ini, maka akan membuat anak mengalami krisis identitas, begitupun
sebaliknya.
10) Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun)
Keintiman dan isolasi yaitu perkembangan yang terjadi pada awal awal masa
dewasa. Dalam tahap ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan
orang lain secara lebih mendalam. Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sosial
yang kuat akan menciptakan rasa kesepian. Bila individu berhasil mengatasi krisis ini,
maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.
11) Tahap VII: Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah, 30-65 tahun)
Generativitas dan stagnanisasi yaitu tahap perkembangan yang dialami pada
masa dewasa Pada tahap ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai
balasan dari apa yang telah dunia berikan untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang
dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan. Ketidakmampuan
untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak
berharga dan membosankan. Bila individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka
ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila individu tidak sukses
melewatinya maka akan merasa bahwa hidupnya tidak berarti.
12) Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun ke atas)
Integritas dan keputusasaan yaitu tahap perkembangan yang dialami pada akhir
masa dewasa.Pada tahap usia lanjut ini, mereka juga dapat mengingat kembali masa lalu
dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa
menyenangkan dan pencarian saat ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang
telah dikejar selama bertahun-tahun. Apabila individu sukses melewati faase ini maka
akan timbul perasaan puas akan diri, sedangkan apabila mengalami kegagalan dalam
melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa.

H. Perbandingan Antara Kedua Teori


No Freud Erikson
Peranan faktor Id sangant Peranan fungsi ego lebih
ditonjolkan, yang
1. penting
berhubungan dengan
tingkah laku yang nyata.
2. Hubungan Segitiga antara Hubungan-hubungan yang
anak, ibu dan ayah menjadi
penting lebih luas, karena
landasan penting dalam
perkembangan kepribadian. mengikutsertakan pribadi
pribadi lain yang ada dalam
lingkungan sosial yang
langsung pada anak.
3. Hanya memuat 5 tahap Membagai tahap
perkembangan manusia pada perkembangan menjadi 8
masa kanak kanak saja dari anak anak sampai
dewasa
4. menekankan bahwa Perkembangan Ego bersifat
pengalaman di awal masa seumur hidup.
kanak-kanak membentuk
kepribadian secara permanen
5. Landasan pemikirannya yaitu Landasan pemikirannya
perkembangan individu dari menggunakan pengaruh
psikis berupa libido yang pengaruh yang timbul oleh
bersifat seksual masyarakat serta
kebudayaan terhadap
perkembangan kepribadian
6. Menggunakan fase fase Menggunakan fase saling
kenikmatan seksual sebagai kontra (berlawanan) untuk
penentu tahap menggambarkan setiap
perkembangannya tahap dalam perkembangan
7. Hambatan perkembangan Hambatan Perkembangan
karena faktor psikis karena ego dengan
karenakonflik antara id dan lingkungan sosial.
superego

C. MATERI TEORI & RISET (TEORI PSIKOLOGI BELAJAR & TEORI


PSIKOLOGI KOGNITIF) (MATERI PERTEMUAN MINGGU KE 4)

TEORI DAN RISET


(Psikologi Belajar, Psikologi Kognitif)
A. Sudut Pandang Psikologi Belajar
Sudut pandang belajar (Learning Perspective) menyatakan bahwa perkembangan
merupakan hasil belajar, perubahan yang bertahan lama atas perilaku yang didasarkan pada
pengalaman atau adaptasi terhadap lingkungan.
Para ahli teori belajar berusaha menemukan hukum-hukum obyektif yang mengatur
berbagai perubahan dalam perilaku yang bisa diamati. Mereka memandang perkembangan
sebagai hal yang berkesinambungan (tidak muncul dalam bentuk tahapan) dan menekankan
perubahan kuantitatif.
Para ahli teori telah membantu kajian perkembangan manusia menjadi lebih ilmiah.
Istilah-istilah mereka didefinisikan secara akurat, dan teori-teori mereka dapat diuji dalam
laboraturium. Dua teori belajar yang adalah behaviorisme (behaviorism) dan teori belajar sosial
(Social Learning Theory).

B. Teori Belajar Behaviorime (Behaviorisme)


Behaviorisme (Behaviorism) adalah teori mekanistik atau teori belajar yang menekankan
pada peran lingkungan yang dapat diramalkan dalam memunculkan perilaku yang teramati.
Kaum behaviorieme meyakinin bahwa manusia segala usia belajar mengenai dunia dengan cara
yang sama seperti organisme yang lain dengan bereaksi terhadap berbagai aspek lingkungan
yang menurut mereka menyenangkan, menyakitkan atau mengancam. Kaum behaviorisme
mencari berbagai peristiwa yang menentukan apakah perilaku tertentu akan diulang.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu.
Penelitian perilaku berfokus pada belajar mengasosiasikan (associative learning) yaitu
dimana hubungan mental dibentuk antara dua rangsangan atau peristiwa sensoris. Dua bentuk
belajar mengasosiasikan adalah classical conditioning dan operant conditioning.
c) Classical Conditioning
Teori pembiasan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil
eksperimen yang dilakukan oleh ivan pavlov (1849-1936), seorang ilmuwan besar rusia yang
berhasil menggondol hadiah nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical conditioning
adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut. Classical conditioning adalah pembelajaran yang didasarkan pada
asosiasi sebuah stimulus yang biasanya tidak memunculkan suatu respon khusus dengan
stimulus lain yang memunculkan respons tersebut.
Dalam eksperimennya, pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-
hubungan antara conditioned stimulus (CS), Unconditioned stimulus (UCS), Conditioned
response (CR), dan Unconditioned-response (UCR). CS adalah rangsangan yang mampu
mendatangkan respons yang dipelajari, sedangkan respons yang dipelajari itu sendiri disebut
CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari dan
respons yang tidak dipelajari adalah disebut UCR.
Anjing percobaan itu mula-mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar
air liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil (tube). Perlu
diketahui bahwa sebelum dilatih (dikenai eksperimen), secara alami anjing itu selalu
mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel dibunyikan secara
alami pula anjing itu menunjukkan reaksinya yang relevan, yakni tidak mengeluarkan air liur.
Kemudian dilakukan berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama-
sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Setelah latihan yang
berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS) diperdengarkan lagi tanpa disertai makanan
(UCS). Apa yang terjadi? Ternyata anjing percobaan tadi mengeluarkan air liur juga (CR),
meskipun hanya mendengar bunyi bel (CS). Jadi, CS akan menghasilkan CR apabila CS dan
UCS telah berkali-kali dihadirkan bersama-sama. Berdasarkan eksperimen diatas maka
semakin jelas bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan hubungan stimulus dan
respons.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-
hukum belajar, diantaranya, yaitu :
1) Law of Respondent Conditioning
Hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya
akan meningkat.
2) Law of Respondent Extinction
Hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui
Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka
kekuatannya akan menurun.
Seorang tokoh behaviorisme dari AS bernama John B. Watson (1878- 1936)
merupakan teori rangsangan respon (stimulus response) kepada anak-anak, mengklain bahwa
ia dapat membentuk bayi mana pun dengan cara yang dipilihnya, dalam salah satu
demonstrasi classical conditioning terhadap manusia yang paling terkenal dan pertama
(Watson & Rayner, 1920), Watson berusaha mengajari bayi bernama “Little Albert” yang
berusia 11 bulan untuk takut pada objek-objek putih berbulu. Pada penelitian ini, Albert
dipaparkan dengan sebuah suara keras sesaat sebelum ia akan membelai seekor tikus putih
berbulu. Suara itu menakutkannya dan ia mulai menanggis. Setelah tikus dengan suara keras
dipasangkan berulang-ulang, Watson melaporkan bahwa Albert mengerang ketakutan kapan
pun ia melihat tikus. Meskipun sekarang akan dianggap tidak etis penelitian seperti ini
menunjukkan bahwa seorang bayi dapat dikondisikan untuk takut pada hal-hal yang tidak ia
takuti sebelumnya.
Classical conditioning merupakan bentuk belajar alamiah yang muncul bahkan tanpa
adanya intervensi. Dengan belajar mengenai berbagai peristiwa yang berkaitan anak-anak
dapat mengantisipasi hal yang akan terjadi dan pengetahuan ini menjadikan dunia mereka
tempat yang lebih teratur dan dapat diramalkan.
d) Operant Conditioning
Seorang bayi bernama terrel berbaring dengan tenang diranjangnya. Ketika kebetulan
ia tersenyum ibunya menghampiri ranjang terrel dan bermain dengannya. Kemudian,
ayahnya melakukan hal yang sama. Sebagaimana urutan ini diulang-ulang, Terrel belajar
bahwa perilakunya (tersenyum) dapat menghasilkan akibat yang menarik (perhatian cinta
kasih dari orang tuannya) dan ia terus tersenyum untuk menarik perhatian orang tuannya.
Suatu perilaku tidak sengaja yang asli (tersenyum) telah menjadi sebuah respons yang
terkondisi. Bentuk pembelajaran seperti ini disebut operant conditioning, karena individu
belajar dari akibat-akibat yang “beroperasi” dilingkungan. Seperti classical conditioning,
operant conditioning melibatkan belajar mengasosiasikan, tetapi dalam operant conditioning
hubungannya adalah antara perilaku dengan akibatnya. Tidak seperti classical conditioning,
operant conditioning pun melibatkan perilaku yang sukarela (voluntary) seperti senyuman
terrell.
Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) ini merupakan teori belajar
yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi
belajar masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang
penganut behaviorisme yang dianggap kontraversial. Karya tulisnya yang mansyur berjudul
about behaviorism diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya
adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan
oleh tingkah laku itu sendiri.
Dalam eksperimennya, skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam
sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama “Skinner Box”. Peti sangkar ini terdiri atas
dua macam komponen pokok yakni manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang
antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat di
manipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas
tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara
lari ke sana kemari, mencium benda-benda yang ada di sekitarnya, mencakar dinding dan
sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut “emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar),
yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus tertentu.
Kemudian pada gilirannya secara kebetulan salah satu emitted behavior menekankan
pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke
dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforce bagi penekanan
pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut tingkah laku operant yang akan terus
meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-butir
makanan yang muncul pada wadah makanan.
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1) Law of Operant Conditining
yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan meningkat.
2) Law of operant extinction
yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu
tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan
musnah.
Skinner menemukan bahwa suatu organisme akan cenderung mengulang sebuah
respons yang telah diperkuat (reinforced) dengan akibat-akibat yang menarik dan akan
menekan sebuah respons yang dihukum. Dengan demikian penguatan (reinforcement) adalah
merupakan proses dimana suatu perilaku diperkuat dan meningkatkan kecenderungan
perilaku tersebut akan diulang. Contohnya : Pada kasus Terrell perhatian orang tua Terrell
menguatkan senyumannya. Hukuman (punishment) adalah merupakan proses dimana suatu
perilaku diperlemah dan mengurangi kemungkinan penggulangannya. Contohnya : jika orang
tua terrell mengeryitkan dahi ketika ia tersenyum, makai a cenderung akan mengurangi
frekuensi senyumannya. Entah sebuah akibat memperkuat atau menghasilkan hukuman
bergantung pada orang itu. Apa yang memperkuat bagi satu orang mungkin saja hukuman
bagi yang lain. Bagi seorang anak yang senang sendirian, orang tua yang menyuruhnya
berdiam di kamar bisa jadi suatu hal yang memperkuat dari pada sebuah hukuman.
Penguatan bisa positif atau negative. Penguatan positif terdiri atas pemberian ganjaran
seperti makanan, bonus atau pujian atau bermain dengan bayi. Penguatan negative terdiri atas
menghilangkan sesuatu yang tidak disukai seseorang (dikenal dengan kejadian aversif),
seperti mengganti popok basah bayi. Penguatan negative terkadang dikacaukan dengan
hukuman. Hukuman menekankan suatu perilaku dengan memberikan kejadian yang aversif
(seperti memukul seorang anak atau memenjarakan seorang pelanggar hukum) atau
mencabut kejadian positif (misalnya, melarang seorang remaja menggunakan mobil
keluarga). Penguatan negatif mendorong pengulangan suatu perilaku dengan menghilangkan
atau menghindari suatu peristiwa aversif. Seorang pengemudi yang mengambil sisi jalan
untuk mengindari jalan raya yang ramai cenderung mengulanginya jika rute itu
memperpendek perjalanan.
C. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 4 Desember 1925.
Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada
tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, pada jurusan
psikologi. Dia memperoleh gelar master dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan pada tahun
1952 ia juga meraih gelar doctor (Ph.D) pada bidang klinis di universitas of lowa. Dan di
university of lowa lah bandura mulai tertarik dengan learning dan behaviorism. Pada tahun 1953,
bandura mulai mengajar di Stanford university sampai sekarang. Beliau banyak terjun dalam
pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai
eksperimen. Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan pada tahun 1973
beliau menjabat sebagai presiden APA, dan atas kontribusinya beliau mendapatkan anugerah
award dari American Psychological Association (APA) pada tahun 1980.
Pada saat di University of Lowa,Bandura membaca buku Social Learning and Imitation
karya Miller dan Dollard (1941). Penjelasan tentang belajar sosial dan imitative Miller dan
Dollard mendominasi literature psikologi selama lebih dari dua decade. Baru pada tahun 1960-an
Bandura mulai menulis serangkaian artikel dan buku yang menentang penjelasan lama tentang
belajar imitative dan memperluas topik itu kearah yang kini dinamakan belajar observasional.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh
keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai
meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang
pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip
belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran
behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan
evaluasi.
Sebagian buku menyebut bandura sebagai tokoh behaviorisme dengan modeling dan social
learning theorynya dan sebagiannya menyebut sebagai tokoh psikologi kognitif, karena teori-
teorinya yang sudah melibatkan aspek kognitif dalam menjelaskan perilaku. Bandura juga
disebut merupakan tokoh yang berpengaruh dalam menjembatani transisi dari behaviorism ke
psikologi kognitif.
Walaupun tertarik dengan behaviorisme dan sepakat bahwa perilaku itu terbentuk melalui
proses belajar, bandura mengkritik terhadap behaviorisme, khusus behaviorisme yang radikal.
Menurut bandura (1971), behaviorisme tidak lengkap dalam menjelaskan perilaku manusia.
Penjelasan bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh stimulus dan penguatan merupakan
penjelasan yang lemah dan bertentangan dengan kenyataan bahwa manusia memiliki kepribadian
yang mempengaruhi perilaku manusia secara konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungan
(Bandura, 1971).
Selain itu Bandura telah menjadi penulis produktif buku dan artikel jurnal selama 60 tahun
terakhir dan merupakan psikolog hidup yang paling banyak dikutip. Beberapa buku dan artikel
jurnal terkenal Bandura telah menjadi karya klasik dalam psikologi dan terus dikutip secara luas
hingga saat ini. Publikasi profesional pertamanya adalah makalah 1953 berjudul “ ‘Primary’ and
‘Secondary’ Suggestibility” yang dimuat dalam Journal of Abnormal and Social Psychology.
Pada tahun 1973, Bandura menerbitkan Aggression: A Social Learning Analysis, yang berfokus
pada asal-usul agresi. Bukunya di tahun 1977, Social Learning Theory menyajikan dasar-dasar
teorinya tentang bagaimana orang belajar melalui observasi dan pemodelan. Artikel Bandura
tahun 1977 yang berjudul “Self-Efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change”
diterbitkan dalam Psychological Review dan memperkenalkan konsepnya tentang self-efficacy.
Artikel itu juga menjadi karya klasik dalam psikologi.
Bagi bandura, faktor personal seperti kepribadian, lingkungan dan perilaku satu sama lain
saling berinteraksi. Hubungannya tidak satu arah atau unidirectional causation, seperti yang di
yakini oleh behaviorisme radikal. Pandangannya tersebut kemudian disebut dengan triadic
reciprocal determination (Bandura, 1989).
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social Learning Teory)
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari
fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social
atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo
Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
Teori Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi penekanan
tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran melalui peneguhan
(reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), dan cara berfikir yang kita
miliki terhadap sesuatu maklumat dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita
mempengaruhi persekitaran dan menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang untuk
diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity). Pembelajaran dengan pengamatan
(observational learning) adalah pembelajaran melalui menonton perilaku orang lain. Misalnya :
orang tua atau atlet olahraga yang terkenal. Peniruan model merupakan unsur terpenting dalam
cara anak untuk mempelajari suatu bahasa, menangani agresi, mengembangkan kesadaran moral,
dan belajar berbagai perilaku yang sesuai dengan gendernya. Orang dewasa belajar dengan
mengamati dan meniru para pelatih, mentor dan rekan-rekan sejawat. Pembelajaran dengan
pengamatan dan muncul, bahkan jika seseorang tidak meniru perilaku yang teramati.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning). Pertama,
pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau
vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh
gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang
tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan
melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement. Kedua, pembelajaran
melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan
penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu
mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan
mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model
tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan
seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M., 1998:43).
Teori belajar sosial (Social learning theory) dari bandura, didasarkan pada konsep saling
menentukan (determinism reciprocal), tanpa penguatan/tanpa reinforcemen (beyond
reinforcement), dan pengaturan diri/berfikir (self-regulation/cognition). Penjelasannya sebagai
berikut :
1) Determinis reciprocal
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-
balik yang terus-menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang
menentukan/mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol kekuatan lingkungan,
tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.
Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial bandura,
menjadi pijakan bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai
saling determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di
berbagai tingkat kompleksitas dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku
interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan system sosial.
2) Tanpa Penguatan/Tanpa reinforcemen
Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung kepada reinforcemen.
Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direinforce satu
persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurut bandura reinforcemen penting
dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan
satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan
mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa
ada reinforcemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi,
itu merupakan pokok teori belajar sosial.
3) Kognisi dan Regulasi Diri
Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri
sendiri (Self Regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
Kemampuan mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan
kecerdasan untuk berfikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan,
misalnya dengan menyimpan pengalaman (dalam ingatan) dalam wujud verbal dan
gambaran imaginasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa yang akan datang.
Kemampuan untuk menggambarkan secara imaginatif hasil yang diinginkan pada masa
yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan
jangka panjang.
Berdasarkan teori observational learning ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu
meniru secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang
kertas dan pelajar meniru secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh
tingkah laku. Contohnya anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah
laku bersorak merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak
bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan
memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi
tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang
seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang
lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan
dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku
apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.

D. Eksperimen Albert bandura


Penelitian eksperimen bandura yang cukup terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
experiment. Eksperimen ini dilakukan pada tahun 1950an dengan tujuan untuk menguji hipotesis
bahwa perilaku agresi bisa diperoleh melalui belajar sosial atau modelling. Dalam
eksperimennya, bandura meminta Sebagian anak untuk menonton film yang menunjukkan
perilaku agresi yang ditunjukkan oleh orang dewasa terhadap boneka, sedangkan Sebagian anak
lainnya menonton film yang menunjukkan perilaku tidak agresi. Penelitian bandura
menunjukkan bahwa anak yang menonton perilaku agresi menunjukkan perilaku agresi yang
bahkan lebih tinggi terhadap boneka yang disediakannya.

Albert Bandura menyatakan bahwa proses pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan
lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan dan permodelan. Beliau menjelaskan bahwa
aspek pemerhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan juga
aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada kefahaman
pelajar.
E. Teori Kognitif Sosial
Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari Teori
Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Albert
Bandura lahir di kanada pada tahun 1925. Ia memperoleh gelar doktornya dalam bidang
psikologi klinis dari University of lowa di mana arah pemikirannya di pengaruhi oleh tulisan
Miller dan Dollard (1941) yang berjudul Social Learning And Imitation. Penamaan baru dengan
nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok dari
pemikiran Bandura juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar
meniru (imitative learning). Pada beberapa publikasinya, Bandura telah mengelaborasi proses
belajar sosial dengan faktor-faktor kognitif dan behavioral yang memengaruhi seseorang dalam
proses belajar sosial.
Teori kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar
pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan mengamati orang lain,
manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategistrategi,
keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap. Individu-individu juga melihat model-model atau contoh-
contoh untuk mempelajari kegunaan dan kesesuaian prilaku-prilaku akibat dari prilaku yang di
modelkan, kemudian mereka bertindak sesuai dengan keyakinan tentang kemampuan mereka
dan hasil yang diharapkan dari tindakan mereka.
Bandura mengembangkan teorinya untuk mebahas cara-cara orang memiliki kendali atas
peristiwa dalam hidup mereka melalui pengaturan diri atas pikiran-pikiran dan tindakan mereka.
Proses dasarnya meliputi menentukan tujuan, menilai kemungkinan hasil dari tindakan-tindakan,
mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan, dan pengaturan diri atas pikiran, emosi, dan
tindakan. Bandura menjelaskan bahwa karakteristik khas lainnya dari teori kognitif sosial adalah
peran utama yang di berikannya pada fungsi-fungsi pengaturan diri. Orang berprilaku bukan
sekedar untuk menyesuaikan diri dengan kecendrungankecendrungan orang lain. Kebanyakan
perilaku mereka dimotivasi dan diatur oleh standard internal dan reaksi-reaksi terhadap tindakan
meraka sendiri yang terkait dengan penilaian diri.

F. Landasan Teori Kognitif Sosial


Teori sosial kognitif yang dikemukakan oleh Bandura berawal dari berbagai gagasan teori
seperti berikut ini :
a) Model penyebab – model of causation
Adaptasi yang dilakukan oleh manusia dijelaskan dalam istilah “triadic reciprocal causation”
atau “timbal balik triadik”. Model penyebab ini menggambarkan adanya interaksi yang
berlangsung secara terus menerus antara faktor lingkungan, perilaku, dan pribadi.
b) Melambangkan kemampuan – symbolizing capability
Kapasitas manusia untuk melambangkan kebebasan dari proses belajar “trial and error”.
Simbolisasi memungkinkan pemikiran abstrak dimana individu dapat
mengkonseptualisasikan pengalaman yang mungkin dan mengujinya dengan pemikiran
rasional.
c) Kemampuan perwakilan – vicarious capability
Seseorang dapat mempelajari perilaku dengan mengamati tindakan orang lain dan
konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Kemampuan manusia untuk belajar secara
turun temurun dapat menghalangi kebutuhan akan pendekatan trial and error, “belajar sambil
melakukan” untuk mencapai perilaku. Manusia mempelajari berbagai kegiatan penting
dengan memodelkan atau meneladani bahasa perilaku yang diamati, misalnya mengendarai
mobil. Kemampuan manusia untuk pengalaman perwakilan ditumbuhkembangkan dengan
memperluas gerai komunikasi massa yang menyediakan lingkungan simbolis yang kaya dan
memperluas kesempatan peneladanan.
d) Kemampuan berpikir – forethought capability
Sebagian perilaku manusia bersifat purposif atau memiliki tujuan dan karenanya diatur oleh
pemikiran sebelumnya. Pemikiran mungkin memerlukan konsekuensi tindakan, menetapkan
tujuan, dan merencanakan tindakan. Melambangkan adalah alat untuk melakukan pemikiran
sebelumnya. Hal ini memungkinkan individu untuk mengkonseptualisasikan perilaku dan
hasilnya serta menciptakan motivasi atau hambatan untuk memandu pemilihan tindakan.
e) Kemampuan mengatur diri sendiri – self-regulatory capability
Individu menggunakan kombinasi standar pribadi dan masyarakat untuk mengevaluasi
perilaku mereka dan mengubahnya sesuai kebutuhan. Pengawasan diri ini dapat memiliki
dampak motivasi atau penghambatan ketika seseorang mempertimbangkan tindakan.
f) Kemampuan refleksi diri – self-reflective capability
Melalui refleksi diri, orang mengevaluasi perilaku mereka dan melakukan penyesuaian
terhadapnya sesuai dengan konsekuensi perilaku dan kepatuhannya terhadap standar internal
dan eksternal. Kegiatan metakognitif ini merupakan bagian integral dari persepsi individu
tentang self-efficacy atau kompetensi mereka. Bandura menekankan bahwa refleksi diri
dapat menghasilkan pola pikir yang salah.
g) Sifat manusia – human nature
Faktor genetik dapat mempengaruhi potensi perilaku. Tindakan manusia adalah kombinasi
antara kemampuan kognitif yang dipelajari dengan faktor psiko-fisiologis bawaan.

G. Sudut Pandang Kognitif


Sudut pandang kognitif (cognitive perspective) memusatkan pada berbagai proses dan
perilaku yang mencerminkan proses tersebut. Sudut pandang ini terdiri atas teori-teori yang
dipengaruhi oleh organismic dan mekanistik. Hal ini termasuk dalam teori tahapan kognitif dari
piaget dan teori sosial budaya perkembangan kognitif dari Vygotsky. Hal ini juga termasuk
dalam pendekatan pemrosesan informasi dan teori-teori neo-Piagetian yang menggabungkan
teori pemrosesan informasi dan teori piaget.

H. Teori Kognitif Dari Jean Piaget


Jean Piaget lahir pada tahun seorang pakar psikologi perkembangan yang paling
berpengaruh dalam sejarah psikologi. Lahir di Swiss tahun 1896-1980. Ayahnya adalah seorang
profesor dengan spesialis ahli sejarah abad pertengahan, ibunya adalah seorang yang dinamis,
inteligen dan takwa. Waktu mudanya Piaget sangat tertarik pada alam, ia suka mengamati
burung-burung, ikan dan binatang-binatang di alam bebas. Itulah sebabnya ia sangat tertarik pada
pelajaran biologi di sekolah. Pada waktu umur 10 tahun ia sudah menerbitkan karangannya yang
pertama tentang burung pipit albino dalam majalah ilmu pengetahuan alam. Piaget juga mulai
belajar tentang moluska dan menerbitkan seri karangannya tentang moluska, karena karangan
yang bagus, pada umur 15 tahun ia ditawari suatu kedudukan sebagai kurator moluska di
museum ilmu pengetahuan alam di Geneva. Ia menolak tawaran tersebut ia harus menyelesaikan
sekolah menengah lebih dahulu. ( Paul Suparno, 2006:11).
Perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel Cornut sebagai bapak
pelindungnya, seorang ahli dari Swiss. Cornut mengamati bahwa Piaget selama masa remaja
sudah terlalu memusatkan pikirannya pada biologi, menurutnya ini dapat membuat pikiran Piaget
menjadi sempit. Oleh karena itu Cornut ingin mempengaruhi Piaget dengan memperkenalkan
filsafat. Ini semua membuat Piaget mulai tertarik pada bidang epistimologi, suatu cabang filsafat
mempelajari soal pengetahuan, apa itu pengetahuan dan bagaimana itu pengetahuan diperoleh.
Piaget berkonsentrasi pada dua bidang itu: biologi dan filsafat pengetahuan. Biologi lebih
berkaitan dengan kehidupan sedangkan filsafat lebih pada pengetahuan. Biologi menggunakan
metode ilmiah, sedangkan filsafat menggunakan metode spekulatif. Pada tahun 1916 Piaget
menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang biologi di universitas Neuchatel. Dua tahun
kemudian, pada umur 21 tahun Piaget menyelesaikan disertasi tentang moluska dan memperoleh
doktor filsafat. (Paul Suparno, 2006:12).
Setelah mempelajari dan tertarik dengan ilmu biologi, lalu kemudian ia mengalihkan
fokusnya ke perkembangan intelektual (termasuk tahap perkembangan anaknya sendiri ) dan
mulai pengaruh besar pada konsep kognitif dalam perkembangan kepribadian. Piaget, ahli
biologi yang memperoleh nama sebagai psikolog anak karena mempelajari perkembangan
inteligensi, menghabiskan ribuan jam mengamati anak yang sedang bermain dan menanyakan
mereka tentang perilaku dan perasaannya. Ia tidak mengembangkan teori sosialisasi yang
komprehensif, tetapi memusatkan perhatian pada bagaimana anak belajar, berbicara, berfikir,
bernalar dan akhirnya membentuk pertimbangan moral. Bersama dengan istrinya yang bernama
Valentine Catenay yang menikah pada tahun 1923, ia awal mulanya meneliti anaknya sendiri
yang lahir pada tahun 1925, 1927 dan 1931 dan hasil pengamatan tersebut di publikasikan dalam
the origins of inteligence in children dan the construction of reality in the child pada bab yang
membahas tahap sensorimotor. (Loward S. Friedman & Miriam W. Schhuctarc, 2006:259).
Dalam dekade hidup Piaget hingga akhirnya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan
ratusan artikel. Jean Piaget meninggal di Genewa pada tangggal 16 September 1980. Ia adalah
salah satu tokoh psikologi penting di abad ke-20. (Ladius Naisaban, 2006:324).
Piaget mempelajari mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah lama-kelamaan.
Bagi Piaget, perkembangan bergantung sebagian besar pada manipulasi anak terhadap interaksi
aktifnya dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan. Teori
perkembanga kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau kemampuan kognisi anak
mengalami kemajuan melalui empat tahap yang jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh
munculnya kemampuan dan cara mengolah informasi baru. Banyak di antara pokok teori Piaget
ditantang oleh sejumlah riset di kemudian hari. Khususnya, banyak perubahan fungsi kognisi
yang dia jelaskan kini diketahui berlangsung lebih dini, dalam lingkungan tertentu. Namun
demikian, karya Piaget menjadi dasar penting untuk memahami perkembangan anak.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget berarti kemampuan
untuk lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi
konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya
schemata yaitu pola mental yang menuntun perilaku, skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan saat seseorang memperoleh
cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Skema Piaget percaya bahwa semua
anak dilahirkan dengan kecendrungan bawaaan untuk berinteraksi dengan lingkungan untuk
memahaminya.

Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses
mental. Piaget mengambil perspektif organismik yang memandang perkembangan kognitif
sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget,
bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayibayi
mewarisi reflek-reflek seperti reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan
pertama kehidupan mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan
selanjutnya.
Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling
berhubungan, yaitu:
1) Organisasi (Organization)
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan
kedalam sistem-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah sistem pengetahuan atau cara
berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat. Contoh: anak laki-laki
yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan menggenggam objek. Setelah itu dia
berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini (menatap dan menggenggam) dengan
menggenggam objek-objek yang dilihat.
Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur
kognitif menjadi semakin kompleks. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi yaitu
gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.
2) Adaptif/adaptasi
Merupakan cara anak untuk meyesuaikan skema sebagai tanggapan atas lingkungan.
Adaptasi ini dilakukan dengan dua langkah, yaitu asimilasi dan akomodasi.
a) Asimilasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada memahami
pengalaman baru berdasarkan skema yang sudah ada. Seorang individu dikatakan
melakukan proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan
informasi baru yang dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada. Contoh
asimilasi kognitif: ketika anda memberi kepada bayi sebuah objek kecil yang tidak
pernah dia lihat sebelumnya tetapi menyerupai objek yang sudah tidak asing lagi, dia
mungkin akan memegangnya, menggigitnya, dan membantingnya. Dengan kata lain dia
menggunakan skema yang ada untuk memelajari benda yang belum dikenal ini.
b) Akomodasi
Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada mengubah skema
yang telah ada agar sesuai dengan situasi baru. Jadi, dikatakan akomodasi jika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi ini, struktur kognitif yang
sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan sesuai dengan rangsangan-
rangsangan dari objeknya. Contoh : jika anda memberikan telur pada bayi yang
mempunyai skema dengan membanting objek kecil, apa yang akan terjadi dengan telur
tersebut sudah nampak jelas, yaitu akan pecah. Karena konsekuensi yang tidak terduga
dari membanting telur tersebut, bayi itu mungkin akan mengubah skema tadi. Pada masa
mendatang, bayi itu mungkin akan membanting objek dengan keras dan objek lain
dengan lembut.
3) Ekuilibrasi (Equilibration)
Yaitu proses memulihkan keseimbangan antarapemahaman sekarang dan pengalaman
baru. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur dalam diri individu agar ia
mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
Ketika ekuilibrium terganggu, anak mempunyai kesempatan untuk tumbu dan berkembang.
Pada akhirnya muncul cara yang baru secara kualitatif untuk berpikir tentang dunia ini, dan
anak melangkah ke tahap perkembangan baru. Piaget percaya bahwa pengalaman fisik dan
manipulasi lingkungan sangat berperan penting agar terjadi perubahan perkembangan.
Namun, dia juga percaya bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya
perdebatan dan diskusi, membantu memperjelas pemikiran dan pada akhirnya
menjadikannya lebih logis. Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu
ataupun botol, kemudian diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas).
Ketika bayi menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah
yang berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan
mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu, maka si
bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam situasi baru
yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk menghasilkan
ekuilibrium dan pertumbuhan.

Teori perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak
seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif sebagai proses yang di mana anak secara aktif membangun sistem
pengertian dan pemahaman tentang realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka Untuk
pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat
periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia, yaitu:
sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi formal. Dia percaya bahwa semua anak
melewati tahap-tahap tersebut dalam urutan seperti ini dan bahwa tidak seorang anak pun dapat
melompati satu tahap, walaupun anak-anak yang berbeda melewati tahap-tahap tersebut dengan
kecepatan yang agak berbeda. Berikut adalah tahap-tahap perkembangan kognisi menurut Piaget,
yaitu :
1) Tahap Sensorimotor
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan
fisik. Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan
melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan
siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya. Piaget membagi tahap sensori motor ini
kedalam 6 periode, yaitu:
a) Periode 1:
Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan) Refleks yang paling jelas pada periode ini
adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh)
dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah.
Misalnya : jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala ke arah
kanan.
b) Periode 2:
Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan) Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi
sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya.
Contoh: menghisap jempol. Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai
mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi
penglihatan untuk melihat jempol.
c) Periode 3:
Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan) Reaksi sirkuler primer terjadi karena
melibatkan koordinasi bagianbagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler
sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik
diluar dirinya.
d) Periode 4:
Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan) Pada periode ini bayi belajar untuk
mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari
Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya
ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha
menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika
Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul
kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan
mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari
mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan
ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil
mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk
kotak mainan.
e) Periode 5:
Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan) Pada periode 4, bayi memisahkan dua
tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen
dengan tindakantindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda.
Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia
memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut
untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
f) Periode 6:
Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan) Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi
terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi
secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai
bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat
menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi
juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.
2) Tahap Pemikiran Pra-Operasional.
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai
melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget,
walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka
masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation” (operasi) , yaitu tindakan mental
yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang
sebelumnya dilakukan secara fisik. Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “
kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini
tampak dalam lima gejala berikut:
a) Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang
bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang
dan tidak pula dibatasi oleh tindakan- tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat
bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
b) Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang
pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan
bonekanya adalah adiknya
c) Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental.
Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang
sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak
untuk memulai meniru sesuatu yang nyata”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu
dengan pensil atau alat tulis lainnya.
d) Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau.
Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai
kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang
ia amati. Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
e) Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui
bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
3) Tahap Operasi berfikir Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan
perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah
mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
a) Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda
yang paling besar ke yang paling kecil
b) Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak
lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup
dan berperasaan).
c) Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi
pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
d) Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali
ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e) Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan
tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
f) Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang
tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di
dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke
dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit
akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak
walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim
4) Tahap Operasi berfikir Formal.
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan
ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif,
penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang
tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap
operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa
memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu
saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang
masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis.
Ia hanya menghubungka sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang
berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang
menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya mati, atau karena platinanya, dll.
Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia dapat
bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang kompleks.
Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsure dan kemungkinan yang
ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat pemikiran mana yang cocok
untuk persoalan yang dihadapi.

I. Teori Sosial Budaya Dari Lev Vygotsky (1896-1934)


Vygotsky lahir di Orsha Rusia pada 17 November 1896 dengan nama lengkap Lev
Semyonovich Vygotsky. Ia adalah anak dari keluarga keturunan yahudi yang tinggal di daerah
terpencil. Perguruan tinggi pertama yang dimasukinya adalah Moscow State of University
melalui seleksi yang sangat ketat karena hanya ada kuota 3% untuk anak dari keturunan Yahudi.
Vygotsky adalah seorang jenius dari Rusia. Ia tertarik pada psikologi pada saat berusia 28 tahun.
Sebelumnya, Vygotsky lebih menyukai dunia sastra.
Awal mula perjalanan karirnya, Vygotsky adalah seorang guru sastra di sebuah sekolah di
Rusia. Namun pihak sekolah juga memintanya untuk mengajarkan psikologi, padahal Vygotsky
sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan formal di fakultas psikologi sebelumnya. Inilah
jalan pembuka yang membawanya nya menjadi tertarik untuk menekuni ilmu psikologi, hingga
akhirnya Vygotsky melanjutkan kuliah di program studi psikologi Moscow Institute of
Psychology pada tahun 1925. Judul disertasinya adalah “psychology of art”. Pada karis
selanjutnya Vygotsky memilih fokus pada psikologi klinis dan psikologi perkembangan.
Vygotsky terkenal karena melakukan kritik terhadap teorinya Piaget. Perbedaan
pandangan antara Vygotsky dan Piaget yaitu bahwa Piaget berpendapat bahwa perkembangan
mempersiapkan belajar, sementara menurut Vygotsky belajarlah yang mempersiapkan
perkembangan. Dalam menyalurkan pemikiranpemikirannya di dunia psikologi, Vygotsky kerap
menghadapi rintangan dari pemerintah Rusia saat itu. Perkembangan pemikirannya baru meluas
setelah Vygotsky wafat pada tahun 1934. Vygotsky dikenal sebagai The Mozart of Psychology
di Rusia. Vygotsky meninggal dunia pada usia 37 tahun karena menderita penyakit TBC.
Lev Vygotsky (1896-1934) merupakan tokoh penting dalam perspektif kontekstual,
khususnya ketika perspektif tersebut diaplikasikan dalam konteks perkembangan anak. Berbeda
dengan Brofenbrenner yang memandang sistem kontekstual sebagai pusat perhatian seseorang,
fokus utama Vygotsky justru pada kompleks sosial, kultural, dan sejarah dimana seorang anak
menjadi bagian dari konteks tersebut. Ia berpendapat, untuk memahami perkembangan kognitif
anak, haruslah mempertimbangkan proses sosial yang mungkin menjadi sumber pikiran anak
(Papalia, 2008).
Vygotsky adalah sosok kontekstual. Ia berpendapat bahwa perilaku seseorang ada karena
situasi tertentu atau konteks-konteks keseluruhan yang ada pada saat perilaku tersebut terjadi.
Mengapa harus sesuai konteks? Karena tidak mungkin seseorang bereaksi atau berperilaku
terlepas dari konteks, pengetahuan yang ada dalam otak manusia berasal dari luar atau dari orang
lain.
Perkembangan kognitif terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru
dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang muncul. Dalam
upaya mendapatkam pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun pengertian baru. Perkembangan
kognitif dalam pandangan Vygotsky diperoleh melalui dua jalur, yaitu proses dasar secara
biologis dan proses psikologi yang bersifat sosiobudaya.
Vygotsky percaya bahwa perkembangan anak mencakup perubahan kualitatif dan
kuantitatif. Saat perubahan kualitatif terjadi, seluruh sistem fungsi mental mengalami
restrukturisasi besar, yang berakibat pada munculnya bentuk kognitif dan sosial-emosional baru
atau pencapaian perkembangan. Demikian juga dengan adanya periode dimana tidak ada
pembentukan baru yang terjadi, tapi anak-anak masih mengembangkan kemampuan mereka
yang ada. Selama periode ini, pertumbuhan terjadi sebagai perubahan kuantitatif dalam jumlah
hal yang bisa diingat dan diproses oleh anak (Roopnarine dalam Papalia, 2008).
Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari
pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vigotsky,
fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks
budaya. Vigotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat anak bekerja menangani tugas-
tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya
atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development. Berkaitan dengan
pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat konsep, yaitu:
a) Konsep Sosiokultural
Teori belajar vgotsky, merupakan pandangan yang mampu mengakomodasi
sociocultural-revolution dalam teori belajar dan pembelajaran. Lev vgotsky mengatakan
bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya.
Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di
balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari
interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental
seseorang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, bukan dari individu (Budiningsih,
2003: 42-43) . Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan
individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-
anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir
dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan
memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih
tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih
tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal
dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggotaanggota kebudayaan yang
lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain
secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang
dunia.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun
level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan
menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi
seperti sekolah, penemuan seperti komputer, dan melek huruf. Interaksi institusional
memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas untuk membimbing
hidupnya. Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada
keberfungsian mental anak. Menurut Vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam
keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-
alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan
melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-
pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini,
perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Studi Vygotsky fokus pada hubungan antara manusia dan konteks sosial budaya di
mana mereka berperan dan saling berinteraksi dalam berbagi pengalaman atau pengetahuan.
Oleh karena itu, teori Vygotsky yang dikenal dengan teori perkembangan sosiokultural
menekankan pada interaksi sosial dan budaya dalam kaitannya dengan perkembangan
kognitif. Perkembangan pemikiran anak dipengaruhi oleh interaksi sosial dalam konteks
budaya di mana ia dibesarkan (Danoebroto, 2015: 194).
Menurut Vygotsky (Salkind dalam Danoebroto, 2015: 194), setiap fungsi dalam
perkembangan budaya anak akan muncul dua kali yaitu pada mulanya di tingkat sosial dalam
hubungan antarmanusia atau interpsikologi, kemudian muncul di tingkat personal dalam diri
anak atau intrapsikologi. Hal ini berarti, perlu mengetahui proses sosial dan budaya yang
membentuk anak untuk memahami perkembangan kognitifnya. Kemajuan perkembangan
kognitif anak diperoleh sebagai hasil interaksi sosial dengan orang lain. Orang lain di sini
tidak selalu orangtua, melainkan bisa orang dewasa lain atau bahkan teman sebaya yang lebih
memahami tentang sesuatu hal. Menurut Slavin (Danoebroto, 2015: 194). Interaksi sosial ini
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Konsep ini
oleh Vygotsky dinamakan pemagangan kognitif (cognitive apprenticeship). Pemagangan
kognitif mengacu pada proses di mana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap
memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan pakar. Pakar yang dimaksud di sini adalah
orang yang menguasai permasalahan yang dipelajari.
Menurut Vygotsky, setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Semua
perkembangan intelektual yang mencakup makna, ingatan, pikiran, persepsi, dan kesadaran
bergerak dari wilayah interpersonal ke wilayah intrapersonal. Mekanisme yang mendasari
kerja mental tingkat tinggi itu merupakan salinan dari interaksi sosial. Dalam pandangan
Vygotsky, semua kerja kognitif tingkat tinggi pada manusia mempunyai asal-usul dalam
interaksi sosial setiap individu dalam konteks budaya tertentu. Kognisi merupakan
internalisasi dari interaksi sosial. Teori kognisi sosial dari Vygotsky ini mendorong perlunya
landasan sosial yang baru untuk memahami proses pendidikan (Yohanes, 2010: 129).
Vygotsky membedakan proses mental menjadi 2, yaitu :
1) Elementary.
Masa praverbal, yaitu selama anak belum menguasai verbal, pada saat itu anak
berhubungan dengan lingkungan menggunakan bahasa tubuh.
2) Higher.
Masa setelah anak dapat berbicara. Pada masa ini, nak akan berhubungan dengan
lingkungan secara verbal
b) Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Vygotsky juga mengemukakan konsepnya tentang zona perkembangan proksimal
(zone of proximal development) atau dapat diartikan sebagai daerah perkembangan terdekat
(DPT). Menurutnya, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua
tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat
perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas
atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Ini disebut sebagai kemampuan
instrumental, sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang
untuk meyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimingan orang
dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut
sebagai kemampuan intermental. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual
dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal (Budiningsih,
2003:44).
Vygotsky (Taylor dalam Budiningsih, 2003:44) mendefinisikan Zone of Proximal
Development (ZPD) sebagai berikut :
“Zone of proximal development is the distance between the actual developmental level
as determined through independent problem solving and the level of potential
development as determined through problem solving under adult guidance or in
collaboration with more capable peers”.
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara kemampuan siswa untuk
melakukan tugas di bawah bimbingan orang dewasa dan atau dengan kolaborasi teman
sebaya dan pemecahan masalah secara mandiri sesuai kemampuan siswa. Dalam definisi di
atas, batas bawah dari Zone of Proximal Development (ZPD) adalah tingkat keahlian yang
dimiliki anak yang bekerja secara mandiri (perkembangan aktual). Batas atas adalah tingkat
tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur
(taraf perkembangan potensial). Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada
interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak (Danoebroto, 2015:195).
Vygotsky juga mencatat bahwa dua anak yang mempunyai taraf perkembangan aktual sama,
dapat berbeda taraf perkembangan potensialnya. Jadi ZPD (DPT) mereka masing-masing
berlainan meskipun berada dalam situasi belajar yang sejenis (Jones & Thornton, 1993:20
dalam Danoebroto, 2015:195).
Kunci utama dari teori ini adalah peran guru atau orang lain yang lebih
berpengalaman. Ide Vygotsky adalah peran penting guru dalam menyediakan bimbingan
kepada siswa, memberikan masukan dan saran serta menawarkan berbagai macam strategi
dalam memecahkan masalah Oakley (2004:41). Vygotsky menciptakan konsep Zone
Proximal Development (ZPD) sebagai cara psikolog untuk pendidik untuk memikirkan
pengembangan anakanak dan bagaimana mereka belajar dan mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah diperlukan untuk melaksanakan bidang tugas kaitannya dengan
pengembangan. ZPD mengembangan suatu hubungan perspektif psikologis umum pada
pengembangan anak dengan suatu perspektif bersifat pendidikan pada instruksi. Istilah ini
sebenarnya mengacu kepada proses dengan mana seseorang yang sedang belajar secara tahap
demi tahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang pakar, pakar itu bisa
orang dewasa atau orang yang lebih tua atau kawan sebaya yang telah menguasai
permasalahannya. (Mappalotteng, 2008 dalam Trianto, 2011:39).
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-
kemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan. Ibaratnya
sebagai embrio, kuncup atau bunga, yang belum menjadi buah. Tunas-tunas perkembangan
ini akan menjadi matang melalui interaksinya dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan
teman sebaya yang lebih kompeten. Untuk menafsirkan konsep zona perkembangan
proksimal ini dengan menggunakan scaffolding interpretation, yaitu memandang zona
perkembangan proksimal sebagai perancah, sejenis wilayah penyanggah atau batu loncatan
untuk mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi. Gagasan Vygotsky tentang zona
perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Beberapa konsep
kunci yang perlu dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat independen atau
saling terkait, perkembangan seseorang bersifat context dependent atau tidak dapat
dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai bentuk fundamental dalam belajar adalah
partisipasi dalam kegiatan sosial (Budiningsih, 2003:44).
Menurut Tharp & Gallimore (Yohanes (2010:131-132) tingkat perkembangan ZPD
(DPT) terdiri atas empat tahap, yaitu:
1) Tahap Pertama: More Dependence to Others Stage
Tahapan dimana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain, seperti teman-
teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain- lain. Dari sinilah muncul
model pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak
secara konstruktif.
2) Tahap Kedua: Less Dependence External Assistence Stage
Tahap dimana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak
lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.
3) Tahap Ketiga: Internalization and Automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan
pentingnya pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan
arahan yang lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum
mencapai kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam upaya
mencapai kapasitas diri yang matang.
4) Tahap Keempat: De-automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan
emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap ini,
keluarlah apa yang disebut dengan de automatisation sebagai puncak dari kinerja
sesungguhnya.
c) Scaffolding
Konsep ini menekankan dukungan tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan
masalah sebagai suatu hal penting dalam pemikiran konstruktivitas modern. Menurut
Horowitz (2005) yang dikutip oleh Santrok (2009:64), scaffolding berhubungan erat dengan
ZDP. Scaffolding berarti mengatur tingkat dukungan. Di sepanjang sesi pengajaran,
seseorang yang lebih terampil (seorang guru atau teman sebaya yang lebih ahli)
menyesuaikan jumlah bimbingan sesuai dengan kinerja anak yang ada. Ketika siswa sedang
mempelajari sebuah tugas baru, orang yang lebih terampil dapat melakukan pengajaran
langsung. Seiring meningkatnaya kompetensi siswa, bimbingan yang diberikan lebih sedikit.
Scaffolding sering kali digunakan untuk membantu siswa mencapai batas atas dari zona
perkembangan proksimal mereka.
Bruner dalam Oakley (2004:42) mengembangkan ide Vygotsky lebih jauh. Ia
menyarankan agar guru menggunakan scaffolding dalam pembelajaran. Scaffolding adalah
bantuan atau support kepada seseorang anak dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih
kompeten dengan maksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal
yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif yang actual
dari anak yang bersangkutan.
Selanjutnya Winataputra, dkk (2008:6.21) menambahkan bahwa Scaffolding
merupakan proses memberikan tuntunan atau bimbingan kepada siswa untuk mencapai apa
yang harus dipahami dari apa yang sekarangsudah diketahui. Berdasarkan pemahaman guru
terhadap kemampuan siswa, siswa didorong dan ditugaskan untuk mengerjakan tugas yang
sedikit lebih sulit, dan selangkah lebih tinggi dari kemampuan yang saat ini dmiliki dengan
intensitas bimbingan yang semakin berkurang. Dengan cara ini, kemampuan berpikir siswa
akan berkembang, di samping sesuai dengan perkembangan intelektual siswa, juga
dipengaruhi oleh tantangan berpikir dalam penugasan oleh guru.
Dialog adalah sebuah alat scaffolding yang penting dalam zona perkembangan
proksimal. Dalam pandangan Vygotssky, anak-anak memiliki konsep-konsep yang kaya,
tetapi tidak sistematis, tidak terorganisasi, da spontan. Dalam sebuah dialog, konsep tersebut
bertemu dengan konsep pembimbing yang lebih sistematis, logis, dan rasional. Hasilnya,
konsep anak menjadi lebih sistematis, logis, dan rasional (Santrock, 2009: 64)
d) Bahasa dan Pikiran
Penggunanan dialog sebagai alat scaffolding hanyalah satu contoh dari peran penting
bahasa dalam perkembangan anak. Menurut Vygotsky, anak-anak menggunakan percakapan
tidak hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka memecahkan
tugas. Vygotsky lebih percaya bahwa anak-anak menggunakan bahasa untuk merencanakan,
membimbing, dan membantu perilaku mereka. Penggunaan bahasa untuk pengaturan diri
(self-regulation) ini dinamakan private speech. Bagi Piaget, private speech adalah egosentris
dan tidak dewasa, tetapi bagi Vygotsky, hal ini merupakan sebuah alat penting dari
pemikiran selama tahun-tahun pada masa kanak-kanak awal. Ketika anak-anak berbicara
kepada diri sendiri, mereka menggunaka bahasa untuk mengatur perilaku mereka dan
membimbing diri sendiri. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada awalnya
berkembang secara independen satu sama lain dan kemudian bergabung. Ia menekankan
bahwa semua fungsi mental memiliki asalusul eksternal atau sosial. Anak-anak harus
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat
berfokus pada pemikirann-pemikiran mereka sendiri (Santrock, 2009: 65).
Vygotsky mengemukakan bahwa bahasa berperan penting dalam proses
perkembangan kognitif anak. Menurutnya pula, ada hubungan yang jelas antara
perkembangan bahasa dan perkembangan kognitif. Ia menyatakan bahwa ada tiga tahap
perkembangan bahasa. Tiga tahap perkembangan tersebut dideskripsikan sebagai berikut :
a) Social speech (samapi usia 3 tahun)
Bicara biasanya dilakukan untuk mengontrol tingkah laku, dan untuk mengekspresikan
pemikiran sederhana seperti emosi.
b) Egocentric speech (3-7 tahun)
Anak-anak lebih sering berbicara dengan diri mereka sendiri, mereka membicarakan apa
yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya
c) Inner speech (di atas usia 7 tahun sampai dewasa)
Inner speech atau pembicaraan batin, merupakan proses hubungan antara pikiran dan
bahasa, pada tahap ini setiap individu telah sampai pada tipe fungsi mental yang lebih
tinggi.

J. Pendekatan Proses Informasi


Pendekatan Pemrosesan Informasi (Information processing approach) adalah Berusaha
menjelaskan perkembangan kognitif dengan menganalisis berbagai proses yang tercakup dalam
persepsi dan penanganan informasi. (persepsi, storage, dan retrieval). Membantu anak menyadari
berbagai proses mentalnya, dalam peningkatan strategi Digunakan untuk menguji,
mendiagnosis, dan menyelesaikan masalah belajar.

K. Pendekatan Proses Informasi: Teori Neo-Piagetian


 Menanggapi kritik terhadap teori Piaget
 Fokus pada konsep tertentu, strategi, dan keterampilan yang spesifik

D. MATERI TEORI & RISET (EVOLUSIONER, KONTEKSTUAL DAN


METODE PENELITIAN) (MATERI PERTEMUAN MINGGU KE 5).
TEORI DAN RISET
(Evolusioner, Kontekstual & Metode Penelitian)
A. Sudut Pandang Evolusioner/Sosiobiologis
Sudut pandang evolusioner/sosiobiologis (evolutionary/sociobiological perspective)
yang di ajukan oleh E.O Wilson (1975) adalah pandangan perkembangan manusia yang berpusat
pada perilaku sosia berbasis evolusioner dan biologis. Sudut pandang ini melihat lebih jauh pada
perilaku terhadap fungsinya dalam mendukung kelompok atau spesies untuk bertahan hidup.
Dipengaruhi oleh teori Darwin, sudut pandang ini membantu hasil-hasil antropologi, ekologi,
genetika, etologi dan psikologi evolusioner untuk menjelaskan nilai adaptif atau kelangsungan
hidup perilaku bagi seseorang individu atau spesies.
Menurut Darwin, semua spesies hewan telah berkembang melalui berbagai proses yang
berkaitan dengan yang paling bisa beradaptasilah yang akan bertahan hidup (survival of the
fittest) dan seleksi alam (natural selection). Natural Selection (seleksi alam) adalah Individu yang
trait-nya lebih baik akan bertahan, sedangkan yang kurang tidak akan bertahan.
Etologi (ethology) adalah merupakan kajian berbagai perilaku adaptif yang berbeda pada
spesies hewan yang telah berkembang untuk meningkatkan peluang bertahan hidup. Para ahli
etologi menyatakan bahwa untuk tiap-tiap spesies beberapa perilaku bawaan seperti tupai
menimbun kacang pada musim gugur dan laba-laba memintal jaring. Contoh lainnya adalah
penelitian oleh ahli etologi berkebangsaan Austria, kontrad Lorenz dengan insting anak bebek
yang baru lahir untuk mengikuti ibunya.
Psikologi evolusioner (evolutionary psychology) adalah penerapan berbagai prinsip
yang paling bisa beradaptasi yang akan bertahan hidup (survival of the fittest) dan seleksi alam
(natural selection) dari Darwin. Menurut teori ini, manusia secara tidak sadar berjuang tidak
hanya untuk kelangsungan hidup pribadi, tetapi juga melanggengkan warisan genetic mereka.
akibat bagi spesies adalah perkembangan mekanisme untuk menyelesaikan masalah.

B. Sudut Pandang Kontekstual


Sudut pandang kontekstual (contextual persepective) adalah pandangan mengenai
perkembangan manusia yang melihat bahwa individual tidak terpisahkan dari konteks sosial.
Teori sosial budaya dari Vygotsky yang kita bahas sebagai bagian dari sudut pandang kognitif
dapat juga dikelompokkan sebagai kontekstual.
Teori bioekologi (bioecological theory) adalah menjelaskan cakupan berbagai proses yang
saling berinteraksi yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Setiap organisme biologis
berkembang dalam konteks sistem ekologi yang mendukung atau mengekang perkembangannya.
Sama seperti ketika perlu memahami ekologi laut atau hutan jika ingin memahami
perkembangan seekor ikan atau sebatang pohon, kita juga perlu memahami ekologi lingkungan
manusia untuk memahami bagaimana manusia berkembang.
Menurut Bronfenbrenner perkembangan muncul melalui berbagai proses rutin yang makin
rumit, aktif, interaksi dua arah antara dua orang yang berkembang dan lingkungan sehari-
harinya. Berbagai proses yang dipengaruhi oleh konteks yang lebih terpisah dimana individu
bahkan mungkin tidak menyadarinya. Teori Bronfenbrenner memberikan sebuah pemahaman
penting pada berbagai proses yang mendasari gejala yang beragam, seperti perilaku antisosial
dan prestasi akademik. Urie Bronfenbrenner ( biological Theory) Menjelaskan berbagai cakupan
yang saling berinteraksi dan saling memengaruhi
Bronfenbrenner mengidentifikasi lima sistem kontekstual yang saling terkait mulai yang
paling dekat sampai yang paling luas yaitu :
a) Mikrosistem (microsystem)
Adalah merupakan sebuah pola kegiatan, peran, dan hubungan dalam sebuah lingkungan
seperti rumah, sekolah, tempat kerja, atau lingkungan tempat tinggal dimana seseorang
berfungsi dengan dasar rutinitas dan langsung memahaminya. Sebagai contoh suatu
mikrosistem dapat mencakup pribadi, hubungan tatap muka dan pengaruh dua arah yang
mengalir bolak-balik. Mempelajari mikrosistem dapat memberikan pencerahan, tidak hanya
pada bagaimana seorang bayi mempengaruhi perasaan dan sikap orang tua, tetapi juga pada
bagaimana perasaan dan sikap mereka mempengaruhi bayi. Contoh yang lainnya
mikrosistem dapat mengungkapkan bagaimana perlakuan seorang pemilik perusahaan
terhadap karyawan mereka mempengaruhi produktivitas karyawan dan bagaimana
produktivitas mereka mempengaruhi perlakukan pemilik perusahaan terhadap mereka.
b) Mesosistem (mesosystem)
Adalah merupakan interaksi dua atau lebih mikrosistem yang mengendalikan orang yang
berkembang. Mesosistem bisa mencakup kaitan antara rumah dan sekolah (seperti pertemuan
orang tua dan guru) atau antara keluarga dan kelompok teman bermain seusia. Perhatian pada
mesosistem dapat memberitahu kita mengenai berbagai perbedaan dalam cara-cara orang
yang sama bertindak pada lingkungan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, seorang anak
yang menyelesaikan tugas sekolah dirumah dengan hasil yang memuaskan bisa menjadi
terdiam dan sulit menjawab ketika ditanya mengenai tugas tersebut dikelas. Seorang dewasa
yang mudah bergaul dan senang berteman mungkin terobsesi dan suka termenung dirumah.
c) Ekosistem (exosystem)
Seperti mesosistem, terdiri atas kaitan antara dua dua atau lebih lingkungan. Namun
demikian, ekosistem tidak seperti mesosistem paling tidak salah satu dari lingkungan ini,
seperti tempat kerja orang tua atau jaringan kerja sosial orang tua, tidak mengendalikan orang
yang berkembang dan dengan demikian mempengaruhi mereka secara tidak langsung.
Sebagai contoh, seorang ibu yang atasannya mendorong untuk menyusui dengan
menyediakan pompa dan fasilitas penyimpanan susu lebih mungkin untuk terus merawat
bayinya.
d) Makrosistem (macrosystem)
Terdiri atas keseluruhan budaya, seperti pada apa yang diteliti Margaret : berbagai nilai,
keyakinan, kebiasaan dan ekonomi yang dominan dan sistem sosial suatu budaya atau
subbudaya yang menyaring kehidupan sehari-hari individu dengan cara-cara yang tidak
terbilang. Entah tinggal dalam keluarga inti atau keluarga besar, seseorang sangat
dipengaruhi oleh makrosistem suatu budaya.
e) Kronosistem (choronosystem)
Mempresentasikan kadar stabilitas atau perubahan dalam dunia seseorang. Hal ini dapat
mencakup berbagai perubahan dalam komposisi keluarga tempat atau pekerjaan orang tua
serta peristiwa-peristiwa yang lebih besar seperti perang, aur ekonomi, dan gelombang
migrasi. Berbagai perubahan dalam pola keluarga (seperti meningkatnya, ibu-ibu yang
bekerja pada masyarakat industri barat dan menurunya keluarga besar pada negara-negara
berkembang) merupakan berbagai faktor kronosistem.
Menurut Bronfenbrenner, seseorang bukan sekedar hasil dari perkembangan tetapi
pembentuk perkembangan. Manusia mencapai perkembangannya sendiri melalui karakteristik
biologis dan psikologis, bakat dan keterampilan, ketidakmampuan dan tempramen. Kontribusi
utama sudut pandang kontekstual adalah penekanannya pada komponen sosial dari
perkembangannya. Sudut pandang kontekstual juga mengingatkan kita bahwa hasil-hasil
penelitian mengenai perkembangan manusia dalam satu budaya atau kelompok pada suatu
budaya (seperti, orang amerika berkulit putih dan golongan menengah) bisa jadi tidak berlaku
sama pada mereka yang berada dalam masyarakat atau kelompok budaya lain.

C. Berbagai Model Penelitian


Dua persoalan utama pada awal penelitian ilmiah adalah bagaimana subyek penelitian dipilih
dan data dikumpulkan. Keputusan-keputusan ini sering kali bergantung pada pertanyaan yang
ingin dijawab oleh peneliti. Seluruh persoalan ini memainkan peranan dalam rancangan atau
rencana penelitian.
Para peneliti perkembangan manusia bekerja dalam tradisi 2 metodologi yaitu :
1) Penelitian Kuantitatif (quantitative research)
Adalah penelitian yang memusatkan pada data yang objektif dan pengukuran statistik atau
angka. Penelitian kuantitatif berhubungan denganb pengukuran data secara objektif. Para
peneliti kuantitatif bisa mempelajari misalnya, seberapa besar rasa takut atau kecemasasan
yang dirasakan pasien sebelum pembedahan, sebagaimana diukur melalui tes yang
terstandarisasi, perubahan fisiologis atau analisis statistik.
2) Penelitian Kualitatif (qualitative research)
Penelitian yang melibatkan atau memusatkan interpretasi data yang bukan angka, seperti
hakikat atau kualitas pengalaman subjektif, perasaan atau keyakinan subjek peneliti. Para
peneliti kualitatif bisa mempelajari bagaimana pasien menggambarkan emosi mereka
sembelum pembedahan atau seperti pada penelitian Magaret Mead : Bagaimana anak
perempuan di kepulauan laut selatan menggambarkan pubertas mereka.
Penelitian kuantitatif di dasarkan pada metode ilmiah (scientific method) yaitu sistem prinsip
dan proses penelitian yang umumnya dicirikan dengan penyelidikan ilmiah dalam bidang apapun
meliputi, pengidentifikasian sebuah masalah untuk diteliti, perumusan hipotesis yang dapat di uji
oleh penelitian, pengumpulan dan penganalisisan data dan penyebarluasan hasil penelitian.
Langkah-langkah umumnya yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif yang didasarkan pada
metode ilmiah yaitu :
1) Mengidentifikasi masalah untuk diteliti, seringkali berdasarkan sebuah teori atau penelitian
terdahulu.
2) Merumuskan hipotesis yang dapat diuji oleh penelitia.
3) Mengumpulkan data.
4) Menganalisis data untuk menentukan apakah data mendukung hipotesis.
5) Membentuk kesimpulan sementara.
6) Menyebarkan hasil penelitian sehingga peneliti yang lain dapat mengujinya,belajar darinya,
menganilisis mebngulangi dan membangun teori berdasarkan hasilnya.
Pemilihan metode kualitatif atau kuantitatif bergantung pada pokok bahasan penelitian,
seberapa banyak yang sudah diketahui mengenainya , keahlian peneliti dan orientasi teoritis dan
lingkungan. Penelitian kuantitatif sering kali dilakukan dalam lingkungan laboraturium di bawah
kondisi yang terkontrol. Penelitian kualitatif dilakukan pada lingkungan sehari-hari untuk
meneliti pokok bahasan yang sedikit diketahui.

D. Sampling
Meneliti seluruh populasi (suatu kelompok dimana hasil penelitian dapat diterapkan)
biasanya terlalu mahal dan memakan waktu. Para peneliti memilih sebuah sample (sampling).
Sample (sampling) adalah kelompok subjek penelitian yang dipilih untuk mewakili populasi
yang diteliti atau kelompok yang lebih kecil dalam populasi. Sample harus memadai sehingga
mewakili populasi yang dituju yaitu harus menunjukkan karakteristik yang relevan dalam
proporsi yang sama seperti dalam populasi. Jika tidak hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasikan secara tepat atau diterapkan pada populasi secara keseluruhan. Untuk menilai
seberapa jauh hasil penelitian mungkin bisa digeneralisasikan, peneliti perlu membandingkan
karakteristik orang-orang di dalam sampel dengan mereka yang ada si populasi sebagai
keseluruhan.
Peneliti sering kali berusaha mencapai keterwakilan melalui pemilihan acak (random
selection/random smpling). Pemilihan acak (random selection/random sampling) adalah dimana
setiap orang dalam suatu populasi memiliki peluang yang sama dan bebas untuk terpilih. Jika
kita ingin meneliti pengaruh program pendidikan, salah satu cara untuk memilih sampel secara
acak adalah dengan memasukkan seluruh nama anak yang akan dijadikan subyek penelitian ke
dalam mangkok yang besar, lalu mengaduk-aduknya, dan kemudian menarik sejumlah nama.
Sampel yang acak terutama yang besar cenderung mewakili populasi dengan baik. Namun,
sayangnya smpel populasi besar yang acak sering kali sulit didapatkan. Bahkan banyak
penelitian yang menggunakan sampel yang dipilih karena mudah diakses atau didapat (misalnya,
anak-anak yang lahir pada rumah sakit tertentu atau pasien pada rumah perawatan). Hasil-hasil
penelitian pada sampel seperti itu tidak dapat diterapkan pada populasi secara keseluruhan.
Pada penelitian kualitatif sampel cenderung kecil dan tidak perlu diacak. Para subjek
penelitian dalam penelitian jenis ini bisa dipilih berdasarkan kemampuan mereka untuk
mengkomunikasikan hakikat pengalaman tertentu, seperti bagaimana perasaan mereka menjalani
jenis pembedahan tertentu.
E. Berbagai Bentuk Pengumpulan Data
Cara-cara pengumpulan data yang lazim dapat dilakukan denga cara sebagai berikut, yaitu
meliputi :
1) Lapor diri (laporan verbal oleh subjek penelitian)
Subjek penelitian ditanyakan beberapa aspek kehidupannya, pertanyaan mungkin sangat
terstruktur atau lebih fleksibel. Kelebihannya dalam lapor diri yaitu dapat memberikan
informasi langsung mengenai kehidupan, sikap dan pendapat seseorang. Namun ada pula
kekurangan dari jenis pengumpulan data dalam bentuk lapor diri yaitu subjek penelitian
mungkin tidak mengingat informasi secara akurat atau mendistorsikan respons dengan cara
yang diterima oleh masyarakat. Cara menanyakan pertanyaan atau siapa yang menanyakan
bisa mempengaruhi jawaban.
Bentuk lapor diri dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Buku harian atau catatan harian
Para subjek penelitian bisa diminta, misalnya untuk mencatat apa yang mereka
makan setiap hari atau saat-saat mereka merasa sedih. Dalam mempelajari anak-anak,
lapor diri orang tuas sering kali dibarengi dengan metode lain yaitu seperti merekam
dengan video atau audio. Orang tua bisa saja direkam dengan video ketika bermain
dengan bayi mereka dan kemudian mungkin ditunjukkan rekamannya dan diminta untuk
menjelaskan mengapa mereka bereaksi seperti yang terlihat pada rekaman.
b) Wawancara (tatap muka atau melalui telepon)
Peneliti menanyakan berbagai pertanyaan mengenai sikap, pendapat atau perilaku.
Dalam wawancara terstruktur masing-masing subjek penelitian ditanyakan dengan
serangkaian pertanyaan yang sama. Wawancara terbuka sering kali digunakan dalam
penelitian kualitatif lebih fleksibel, pewawancara dapat memvariasikan berbagai pokok
bahasan dan urutan pertanyaan serta dapat menanyakan pertanyaan lanjutan berdasarkan
jawaban yang diberikan.
c) Kuisioner
Untuk menanggapi lebih banyak orang dan melindungi rahasia pribadi mereka,
terkadang peneliti menyebarkan kuisioner yang tercetak, dimana subjek penelitian
mengisi dan mengembalikannya. Dengan menanyakan banyak orang peneliti dapat
memperoleh gambaran yang luas paling tidak apa yang responden katakan mereka
percayai atau lakukan atau telah dilakukan. Namun demikian orang-orang yang bersedia
untuk ikut serta dalam wawancara atau mengisi kuisioner cenderung merupakan yang
tidak mewakili populasi.
2) Pengamatan Subjek Penelitian dalam Lingkungan Yang Alami atau Laboraturium
Pengamatan memiliki dua bentuk, yaitu
a) Pengamatan Naturalistik (naturalistic observation)
Pada pengamatan naturalistic (naturalistic observation) peneliti mengamati orang-orang
dalam lingkungan kehidupan yang nyata. Peneliti tidak berupaya mengubah perilaku
atau lingkungan. Mereka sekedar mencatat apa yang mereka lihat.
b) Pengamatan Laboraturium (laboratory observation)
Pada pengamatan laboraturium (laboratory observation) peneliti mengamati dan
mencatat perilaku dari subjek penelitian didalam lingkungan yang terkontrol, seperti
sebuah laboraturium. Dengan mengamati semua subjek penelitian dalam kondisi yang
sama, peneliti dapat mengidentifikasi lebih jelas berbagai perbedaan dalam perilaku
yang tidak disebabkan oleh lingkungan.
3) Pengukuran Perilaku atau Kinerja
Subjek penelitian diuji pada berbagai kemampuan, keterampilan, pengetahuan,
kompetensi atau respons fisik. Kelebihan dari jenis pengumpulan data pengukuran perilaku
atau kinerja yaitu memberikan informasi yang dapat diukur secara objektif. Menghindari
distorsi subjektif. Namun kelemahan dari jenis pengumpulan data pengukuran perilaku atau
kinerja yaitu tidak dapat mengukur sikap atau gejala lain yang tidak berbentuk perilaku.
Hasilnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar.
Definisi operasional (operational definition) adalah suatu pernyataan yang hanya
berkaitan dengan berbagai operasi dan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan atau
mengukur suatu gejala. Neurosains kognitif (cognitive neuroscience) adalah mengaitkan
pemahaman kita mengenai fungsi kognitif dengan apa yang terjadi dalam otak.

F. Berbagai Desain Penelitian Dasar


Desain penelitian merupakan suatu rencana untuk melaksanakan penelitian ilmiah, apa saja
pertanyaan yang ingin dijawab, bagaimana subjek penelitian dipilih, bagaimana data
dikumpulkan dan diinterpretasikan serta bagaimana kesimpulan yang valid dapat ditarik. Empat
desain dasar yang digunakan dalam penelitian perkembangan yaitu :
h) Studi Kasus (Case Study)
Adalah penelitian pada subjek tunggal seperti seorang individua tau sebuah keluarga
secara mendalam, seperti pada penelitian yang dilakukan dengan genie anak perempuan
berusia 13 tahun yang dikurung dikamarnya dan tidak pernah belajar berbicara. Studi kasus
juga bisa menggunakan pengukuran perilaku atau neuropsikologis serta bahan-bahan
biografi,otobiografi atau dokumenter. Kelebihan menggunakan studi kasus (case study) yaitu
fleksibelitas, memberikan gambaran detail mengenai perilaku dan perkembangan seseorang,
dan dapat menghasilkan hipotesis. Kelemahan dari menggunakan studi kasus (case syudy)
adalah tidak bisa digeneralisasikan kepada orang lain, kesimpulannya tidak bisa diuji secara
langsung dan tidak dapat membangun hubungan sebab-akibat.
i) Studi Etnografi (ethnographic study)
Adalah penelitian yang berusaha mengambarkan pola hubungan, adat istiadat,
keyakinan, teknologi, seni, dan tradisi yang membentuk cara hidup suatu masyarakat.
Penelitian etnografi bisa berbentuk kualitatif, kuantitatif ataupun keduanya. Studi etnografi
ini menggunakan kombinasi berbagai metode, termasuk participant observation. Participant
observation adalah bentuk pengamatan naturalistic dimana peneliti tinggal atau turut serta
dalam masyarakat atau kelompok yang lebih kecil yang mereka amati. Kelebihannya dari
studi etnografi yaitu dapat membantu mengatasi bias-bias berdasarkan budaya dalam teori
dari penelitian, dan dapat menguji keuniversalaan gejala perkembangan. Sedangkan
kelemahan dari studi etnografi yaitu dipengaruhi oleh bias pengamat.
j) Studi Korelasi (correlational study)
Adalah desain penelitian mendalam yang merupakan upaya untuk menemukan suatu
korelasi atau hubungan secara statistic diantara variable. Gejala yang berubah atau bervariasi
antara manusia atau dapat divariasikan untuk tujuan penelitian. Kelebihan dari studi korelasi
yaitu memungkinkan peramalan satu variabel lainnya, dapat mengajukan hipotesis mengenai
hubungan sebab-akibat. Sedangkan kelemahan dari studi korelasi yaitu tidak dapat
membangun sebab akibat.
k) Eksperimen (experiment)
Adalah suatu prosedur terkontrol dimana eksperimenter memanipulasi berbagai variabel
untuk mempelajari bagaimana satu variabel mempengaruhi yang lain. Eksperimen ilmiah
yang harus dilakukan dan dilaporkan dengan cara tertentu, dimana eksperimenter yang lain
dapat mereplikasinya yaitu mengulang eksperimen tersebut dengan cara yang benar-benar
sama dengan subyek penelitian yang berbeda untuk menguji kebenaran hasil dan
kesimpulannya. Kelebihan dari eksperimen adalah membangun hubungan sebab akibat,
sangat terkontrol dan dapat diulangi oleh peneliti lain, kadar kontrol terbesar dalam
eksperimen laboraturium. Sedangkan kelemahan dari eksperimen adalah hasil-hasilnya
terutama ketika berasal dari eksperimen laboraturium , tidak bisa digeneralisasikan pada
situasi diluar laboraturium.
Cara yang lazim untuk melaksanakan sebuah eksperimen adalah membagi ke dalam dua
bentuk kelompok yaitu :
1) Kelompok Eksperimental (experimental group)
Adalah terdiri dari orang-orang yang dipaparkan dengan memanipulasi eksperimen atau
perlakuan tentang gejala yang ingin diteliti oleh peneliti. Setelah itu pengaruh perlakuan akan
diukur sekali atau lebih pada masing-masing kelompok untuk mendapatkan perubahan yang
terjadi jika ada yang disebabkannya.
2) Kelompok Kontrol (control group)
Adalah sekelompok orang yang serupa dengan kelompok eksperimen, tetapi tidak menerima
perlakuan eksperimental atau menerima perlakuan yang berbeda. Jika eksperimenter ingin
membandingkan pengaruh perlakuan yang berbeda-beda (misalnya, dua metode pengajaran),
sampel keseluruhan bisa dibagi ke dalam kelompok perlakuan yang masing-masing
menerima satu perlakuan dalam satu penelitian.
Pada eksperimen ini, jenis pendekatan cara membaca dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Independent Variabel
Adalah variabel dimana eksperimenter memiliki kontrol langsung.
2) Dependent Variabel
Adalah variabel yang dapat atau tidak dapat berubah sebagai akibat perubahan independent
variabel.

G. Berbagai Desain Penelitian Perkembangan


Dua strategi penelitian yang paling lazim digunakan untuk meneliti perkembangan adalah
penelitian longitudinal dan cross-sectional. Penelitian longitudinal mengungkapkan bagaimana
orang-orang berubah atau tetap sama seiring bertambahnya usia, penelitian cross-sectional
menunjukkan kesamaan dan perbedaan diantara berbagai kelompok usia. Karena masing-masing
desain memiliki kelamahan, para peneliti juga menggunakan desain sequential. berikut
penjelasan dari tiga strategi penelitian yang biasanya lazim digunakan untuk meneliti
perkembangan, yaitu :
1) Penelitian Cross-Sectional (cross-sectional study)
Penelitian yang dirancang untuk mengukur perbedaan yang berkaitan dengan usia dimana
orang-orang diukur pada satu waktu atau diwaktu yang sama. Kelebihan dari cross-sectional
adalah dapat menunjukkan persamaan dan perbedaan diantara berbagai kelompok usia, cepat,
ekonomis, tidak ada masalah atrisi atau pengetesan berulang-ulang. Kelemahan dari cross-
sectional adalah tidak bisa membangun dampak usia, menutupi perbedaan individual, dapat
dibinggungkan oleh dampak cohort.
2) Penelitian Longitudinal
Penelitian yang dirancang untuk mengukur berbagai perubahan dalam sampel disepanjang
waktu. Data dikumpulkan dari orang atau sekelompok orang yang sama pada satu waktu.
Kelebihan dari penelitian longitudinal adalah dapat menunjukkan perubahan atau
kesinambungan yang berkaitan dengan usia, menghindari kebingungan usia dengan dampak
cohort. Kelemahan dari penelitian longitudinal adalah memakan waktu, mahal, munculnya
masalah atrisi, bias dalam sampel dan dampak pengetesan berulang-ulang, hasil bisa valid
hanya untuk cohort yang diuji atau sampel yang diteliti.
3) Penelitian Sequential (sequential study)
Desain penelitian yang menggabungkan teknik cross-sectional dan longitudinal. Data
dikumpulkan dari sampel cross-sectional dan longitudinal secara berturut-turut. kelemahan
utama penelitian sequential membutuhkan waktu dan usaha yang banyak serta analisis data
yang sangat rumit. Kelebihan dari penelitian sequential adalah dapat menghindari kelemahan
desain cross-sectional dan longitudinal.

H. Etika Penelitian
Dalam menyelesaikan dilemma etika penelitian, para peneliti diharapkan dipandu oleh tiga
prinsip. Tiga prinsip di dalam etika penelitian, yaitu :
1. Kemanfaatan (benefit)
Kewajiban memaksimalkan potensi manfaat untuk subjek penelitian dan meminimalkan
kemungkinan bahaya.
2. Menghormati
Kemandirian subjek penelitian dan perlindungan kepada mereka yang tidak mampu
melakukan penilaian sendiri.
3. Keadilan
Penyertaan berbagai kelompok yang beragam bersama dengan kesensitifan terhadap dampak
khusus apa pun yang mungkin diakibatkan oleh penelitian.

E. MATERI PEMBENTUKAN HIDUP BARU (MATERI PERTEMUAN


MINGGU KE 6).
PEMBENTUKAN HIDUP BARU
A. Bagaimana Pembuahan Terjadi
 Pembuahan (Fertilisasi) atau disebut juga konsepsi adalah Proses dimana bertemunya
sperma dan ovum (sel seks laki-laki dan perempuan) bersatu untuk menciptakan sel
tunggal yang disebut zigot. Yang kemudian menggandakan diri berulang kali dengan
pembelahan sel untuk membuat semua sel yang membentuk bayi.
 Zygot adalah organisme satu sel hasil dari pembuahan.
 Saat seorang anak perempuan dipercaya memiliki 2 juta ovum yang belum matang dalam
dua indung telurnya dan setiap sel telur berada dalam sebuah kantung kecil (sac) atau
folikel.
 Pada perempuan dewasa yang sudah matang secara seksual, ovulasi seluruhnya folikel
matang di salah satu indung telur dan hilangnya ovum, terjadi 28 hari sekali sampai
menopause. Ovum dibawa melalui tuba falopi oleh sel rambut kecil yang disebut cilia,
menuju uterus atau Rahim. Pembuahan biasanya terjadi selama dua tiga hari dimana ovum
melewati tuba falopi.
 Sperma diproduksi oleh testis atau kelenjar reproduksi dari laki-laki dewasa sebanyak
beberapa ratus juta sehari dan dikeluarkan dalam bentuk mani saat klimaks hubungan
seksual. Setelah berada divagina, sperma akan berusaha untuk berenang melalui serviks
(mulut rahim) dan menuju tuba falopi tetapi hanya sebagian kecil yang berhasil mencapai
sejauh itu.
 Pembuahan paling mungkin terjadi jika sperma masuk ke dalam vagina pada saat ovulasi
atau pada lima hari sebelumnya. Jika pembuahan tidak terjadi, ovum dan sel sperma yang
masuk ke dalam tubuh seorang perempuan akan mati. Sperma diserap oleh sel darah putih
perempuan dan ovum melintasi rahim dan keluar melalui vagina.
B. Kelahiran Ganda/ Kelahiran Kembar
 Kelahiran ganda terjadi melalui dua cara, cara yang paling umum terjadi adalah tubuh ibu
memproduksi dua ova dalam jangka waktu yang berdekatan (atau terkadang satu ovum
yang belum dibuahi membelah jadi dua) lalu kedua ovum tersebut dibuahi. Hasilnya adalah
disebut kembar dizigot.
 Kembar dizigot (dizygotic twins) adalah kembar yang dihasilkan dari bersatunya dua ova
yang berbeda (satu ovum yang membelah) dengan dua sel sperma yang berbeda disebut
juga kembar fraternal.
 Cara kedua adalah saat satu ovum yang sudah dibuahi terbelah menjadi dua. Bayi-bayi
yang dihasilkan dari pembelahan sel ini disebut kembar monozigot.
 Kembar monozigot (monozygotic twins) (mono artinya satu) adalah kembar yang
dihasilkan dari pembelahan satu zigot setelah pembuahan dan disebut juga kembar identik.
 Kembar monozigot memiliki karakteristik bawaan yang sama dan berjenis kelamin sama,
tetapi karena perbedaan pengalaman masa prenatal dan setelah kelahiran, mereka berbeda
dalam beberapa hal. Mereka mungkin tidak memiliki tempramen yang sama
(kemcenderungan atau gaya memandang dan bereaksi terhadap suatu situasi). Dalam
beberapa karakteristik fisik seperti rambut keriting, pola gigi dan penggunaan tangan,
mereka bisa jadi bertolak belakang. Salah satu bertangan kidal sementara yang lain kanan.
 Faktor yang menyebabkan kelahiran kembar atau kelahiran ganda yaitu :
1. Meningkat dikarenakan tren dalam menunda kehamilan.
2. Meningkatnya penggunaan atau pemakaian obat-obatan kesuburan yang meningkatkan
ovulasi dan membantu teknik reproduksi.
C. Mekanisme Bawaan/ Mekanisme Herediter
 Faktor yang diteruskan dari orang tua biologis akan berpengaruh pada perkembangan. Saat
ovum dan sperma bersatu, kemudian menjadi bayi , menurunkan stuktur genetika yang
akan memengaruhi berbagai karakteristik. Seperti: fisik (warna rambut, mata),
kecerdasan, dan kepribadian.
 Dasar dari bawaan atau Dasar dari herediter adalah unsur kimia yang disebut
deoxyribonucleic acid (DNA).
 Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah zat kimia yang membawa intruksi turunan bagi
perkembangan semua bentuk sel hidup. Struktur ulir rangkap dari DNA mirip tangga
panjang berbentuk spiral yang anak tangganya terbuat dari sepasang unit kimiawi yang
disebut basa. Basa terdiri atas 4 unit kimia yaitu A (Adenine) – T (thymine) – C
(Cytosine). - G (Guanine). 4 unit kimia tersebut adalah “huruf” dari kode genetika (genetic
code) yang dibaca oleh mesin sel.
 Kode genetika (genetic code) adalah urutan basa dalam molekul DNA yang menentukan
pembentukan protein yang menentukan struktur dan fungsi dari sel hidup. Manusia
memiliki sekitar 3 milyar pasang dalam DNA.
 Kromosom merupakan gulungan DNA yang terdiri atas segmen yang lebih kecil yang
disebut gen.
 gen (genes) adalah bagian kecil dari DNA yang terletak diposisi tertentu dalam kromosom
articular yang merupakan unit fungsional dari bawaan. Setiap gen terletak diposisinya di
masing-masing kromosom dan mengandung ribuan basa.
 Urutan dari basa dalam satu gen menjelaskan kepada sel bagaimana membuat protein yang
membuatnya dapat melakukan fungsi-fungsi spesifik.
 Setiap sel dalam tubuh manusia kecuali sel kelamin (sperman & oyum), memiliki 23
pasang kromosom totalnya 46. Melalui jenis pembelahan sel yang disebut meiosis, yang
dialami oleh sel seks saat mereka berkembang, setiap sel seks akhirnya terdiri atas 23
kromosom. Maka, sperma dan ovum bersatu ketika konsepsi, mereka menghasilkan zigot
dengan 46 kromosom, 23 dari ayah dan 23 dari ibu.
 Pada saat konspesi, 23 kromosom dari sperma dan 23 kromosom dari ovum membentuk 23
pasang. Sebanyak 22 pasang kromosom merupakan autosom (autosomes), kromosom yang
tidak berelasi atau tidak berkaitan dengan ekspresi seksual dan perbedaan jenis kelamin.
Pasangan yang ke-23 merupakan kromosom seks (sex chromosomes) yaitu pasangan
kromosom yang menentukan jenis kelamin : XX dalam manusia perenpuan normal dan XY
dalam manusia laki-laki normal.
 Kromosom seks terdiri atas 2 jenis, yaitu kromosom X dan kromosom Y. Seks kromosom
dari setiap ovum adalah kromosom X, tetapi sperma bisa terdiri atas kromosom X atau
kromosom Y. Kromosom Y mengandung mengandung gen laki-laki disebut gen SRY. Saat
ovum (X) dibuahi oleh sperma yang mengandung X, zigot yang berbentuk adalah XX,
secara genetika perempuan. Saat ovum (X) dibuahi oleh sperma yang mengandung Y,
maka zigot yang dihasilkan adalah XY secara genetika laki-laki.
D. Berbagai Pola Transmisi Genetika
 Genetik merupakan faktor yg ditransmisikan oleh keturunan atau bawaan: seperti cacat
bawaan. Salah satu orang tua memiliki gen abnormal, dan satunya gen normal resesif,
akan memiliki kecenderungan mewarisi 50:50% gen abnormal dominan.
 Gen dominan adalah gen yang kuat dan menutupi ekspresi dari gen lainnya sehingga
ekspresi gen akan nampak pada keturunannya. Dalam persilangan dua individu, gen
dominan dilambangkan dengan huruf besar.
 Sedangkan gen resesif adalah gen yang lemah dan tertutupi oleh ekspresi gen lainnya.
Dalam persilangan dilambangkan dengan huruf kecil.  
 Jika gen dominan bersama-sama dengan gen resesif, maka sifat dari gen dominan akan
menutupi sifat dari gen resesif. Mengingat gen dominan adalah gen yang kuat sehingga
sifat dari gen resesif akan tertutupi.
 Alel adalah gen yang memproduksi ekspresi alternatif dari sebuah karakteristik
(Kemampuan/ketidakmampuan untuk melipat lidah). Setiap orang menerima sepasang alel
untuk sebuah karakteristik., satu dari setiap orang tua.
 Homozigot (homozygous) adalah memiliki dua alel yang identik atau sama untuk sebuah
trait. Heterozigot (heterozygous) adalah memiliki alel yang berbeda untuk sebuah trait.
 Pola yang sederhana dalam perpindahan genetika yaitu pewarisan dominan (dominant
inheritance) adalah pola pewarisan yang terjadi saat seorang anak menerima alel yang
berbeda, hanya yang dominan yang akan muncul. Pewarisan resesif (recessive inheritance)
adalah pola pewarisan yang terjadi saat seorang anak menerima 2 alel, masing-masing 1
dari setiap orang tua.
 Hampir semua karakteristik manusia merupakan hasil dari polygenic transmission dan
multifactorial transmission.
 Pewarisan polygen (polygenic inheritance) adalah pola pewarisan saat berbagai gen di
berbagai titik dalam kromosom mempengaruhi trait kompleks. Transmisi multifactorial
(multifactorial transmission) adalah kombinasi dari faktor genetika dan lingkungan untuk
menghasilkan trait kompleks tertentu.
 Cacat resesif adalah hanya jika seorang anak menerima gen resesif yang sama dari orang
tua biologis. Contoh, (penyakit,talasemia, hemofilia).
 Kromosom abnormal biasanya terjadi karena kesalahan dalam pembelahan sel (kelebihan
atau kekurangan). Kesalahan pembelahan sel biasanya sering terjadi pada perempuan
dengan usia 35 tahun ke atas.
 Pengetesan & konseling genetika dilakukan untuk membantu calon orang tua untuk
mengurangi resiko melahirkan anak dengan gangguan genetika atau kromosom.
 Konseling genetika (genetic counseling) adalah layanan klinis yang memberikan informasi
kepada pasangan suami istri tentang kemungkinan mereka untuk memilki anak dengan
kondisi cacat bawaan. Kromosom yang abnormal juga dapat menyebabkan lahirnya bayi
dengan gangguan tertentu seperti gangguan down syndrome.
 Down syndrome adalah gangguan kromosom yang ditandai dengan keterbelakangan
mental sedang sampai parah dan adanya tanda-tanda fisik seperti turunnya kulit disudut
dalam mata. Kondisi ini juga disebut trismomi 21 karena biasanya disebabkan oleh
kromosom ekstra ke 21 atau berpindah lokasi dari kromosom ke 21 kromosom lain.
Kromosom yang paling jelas dari gangguan ini adalah kulit yang melipat ke bawah pada
sudut dalam mata.
 Otak dari anak-anak penderita down syndrome terlihat normal saat kelahiran tetapi
volumenya mengalami penyusutan saat dewasa muda terutama di daerah hipokampus yang
mengakibatkan disfungsi kognitif.
 Dominasi tak sempurna (incomplete dominance) adalah pola pewarisan saat seorang anak
menerima dua alel yang berbeda mengakibatkan ekspresi sebagian dari trait.
 Pewarisan terkait (sex linked inheritance) adalah pola pewarisan dimana beberapa
karakteristik dibawa dalam kromosom X diwariskan dari ibu dan diwariskan secara
berbeda ke anak laki-laki dan anak perempuan.
 Mutasi (mutations) adalah perubahan permanen dalam gen atau kromosom yang dapat
memunculkan karakteristik yang berbahaya.
 Seleksi alam (natural selection) adalah proses dimana karakteristik yang dapat
meningkatkan keberlangsung hidup spesies direproduksi dalam beberapa generasi secara
berturut-turut dan karakteristik yang tidak mendukung keberlasungan hidup akan mati.

E. Pengaruh Hereditas dan Lingkungan


 Salah satu pendekatan untuk meneliti herediter dan lingkungan melalui pendekatan
kuantitatif yang disebut genetika perilaku (behavioral genetics).
 Genetika perilaku (behavioral genetics) adalah penelitian kuantitatif tentang pengaruh
lingkungan dan herediter terhadap tingkah laku.
 Pengukuran terhadap pengaruh herediter disebut keterwarisan (heritability) adalah
perkiraan statistik kontribusi dari herediter terhadap perbedaan individual mengenai trait
yang spesifik dari populasi yang ada atau tertentu.
 Karena heritability tidak dapat langsung diukur, peneliti biasanya melalui pengukuran
melalui tiga jenis penelitian korelasi, yaitu :
1) Penelitian Keluarga  bila ada korelasi yang kuat dari hubungan biologis keluarga
atau kedekatan hubungan keluarga dengan derajat kemiripan trait tertentu atau yang
sama, maka dapat diartikan adanya pengaruh gen.
2) Penelitian Adopsi  Melihat kemiripan atau kesamaan antara anak adopsi dengan
keluarga yang mengadopsinya dan juga antara anak adopsi dengan keluarga
biologisnya.
3) Penelitian Tentang Orang Kembar  Membandingkan antara pasangan monozygotic
kembar dengan dizygotic kembar yang sama jenis kelamin.
 Saat ini peneliti tidak hanya melihat secara tunggal pengaruh gen/herediter dan
pengalaman/lingkungan, mereka juga melihat perkembangan manusia sebagai sistem
perkembangan sebagai hal yang kompleks. Sehingga ada beberapa cara untuk melihat
pengaruh lahiriah/herediter dan lingkungan secara bersamaan. Cara-cara tersebut antara
lain, yaitu :
1) Rentang Reaksi (Reaction Range)
Adalah variabilitas potensial, bergantung pada kondisi lingkungan dalam ekspresi trait
hereditas atau rentang ekspresi potensial dari trait herediter. Ukuran tubuh tergantung
secara biologis (genetika), namun dapat juga krn kesempatan dan reaksi orang tersebut
(gizi baik).
Contoh : Anak yang lahir dengan keterbelankangan ringan, akan lebih baik respon
terhadap lingkungan dibandingkan anak dengan ketebelakangan yang parah.
2) Kanalisasi (Canalization)
Menggambarkan bagaimana hereditas membatasi rentang dari perkembangan untuk
beberapa trait.
3) Interaksi genotype lingkungan (Genotype-Environment Interaction)
Biasanya menggambarkan efek kondisi lingkungan yang serupa pada individu yang
secara genetika berbeda. Sebagai contoh mudah, banyak orang yang terekspos sari
bunga dan debu tetapi orang dengan predisposisi genetika lebih mungkin
memunculkan reaksi alergi.
4) Korelasi Genotipe Lingkungan (Genotype-Environment Correlation)
Kencenderungan pengaruh genetik dan lingkungan tertentu yang saking memperkuat,
bisa pasif, reaktif (evokatif) atau aktif. Disebut juga kovarian genotype lingkungan,
Hal ini bekerja melalui 3 caa untuk memperkuat ekspresi fenotipik dari kecenderungan
genotipik, yaitu :
1) Korelasi pasif
Orang tua menurunkan trait yang sama, juga cenderung menyediakan lingkungan
yang mendorong perkembangan trait tersebut. Misalnya, orang tua musical
kemungkinan akan menciptakan tempat tinggal dimana musik diperdengarkan
secara teratur mengajarkan musik dan mengajak anak menonton pertunjukkan
musik. Jika anak mewarisi bakat bermusik orang tuanya musikalitas anak akan
mencerminkan kombinasi dari pengaruh genetika dan lingkungan.
2) Korelasi reaktif atau evokatif
Anak dengan karakteristik yang genetika yang berbeda memicu respons yang
berbeda-beda dari orang dewasa. Misalnya, orang tua yang tidak tertarik pada
bidang music mungkin berusaha untuk menyediakan pengalaman bermusik kepada
anak yang menunjukkan minat dan kemampuan dalam bidang musik yang tidak
bisa mereka sediakan.
3) Korelasi Aktif
Saat anak dewasa memiliki kebebasan untuk memilih aktivitas dlm lingkungan,
dan konsisten dengan genetika mereka (bakat). Misalnya, anak yang dengan bakat
music kemungkinan akan mencari teman yang suka musik, mengambil kelas
musik, dan menonton konser jika ada kesempatan, anak yang pemalu lebih
mungkin daripada anak yang terbuka untuk menghabiskan waktu sendirian.
 Beberapa karakteristik yang dipengaruhi oleh herediter & lingkungan, yaitu :
1) Obesitas/Kelebihan Berat Badan (Obesity)
Biasanya di definisikan pada masa anak-anak sebagai yang memiliki indeks masa
tubuh (body mass index (BMI)) yaitu perbandingan antara berat badan dan tinggi
badan diatas persentil ke 95 dari usia dan jenis kelamin serta pada orang dewasa
sebagai memiliki BMI 30 atau lebih. Kriteria lain adalah persentase lemak tubuh lebih
dari 25 persen untuk laki-laki dan lebih dari 30 persen untuk perempuan.
2) Kecerdasan & Prestasi Sekolah
Walaupun tidak ada gen spesifik yang telah dikenali secara pasti untuk kecerdasan,
hereditas sepertinya memiliki pengaruh kuat terhadap kecerdasan umum (yang diukur
dengan tes inteligensi) dan juga untuk inteligensi spesifik. Akan tetapi pengalaman
juga berpengaruh, lingkungan yang baik atau buruk dapat secara mendasar
mempengaruhi perkembangan dan ekspresi dari kemampuan alamiah. Bukti dari peran
hereditas dalam kecerdasan berasal dari penelitian adopsi dan kembar. Skor IQ anak-
anak yang diadopsi lebih dekat dengan skor IQ ibu biologis mereka disbanding dengan
orang tua angkat atau saudara angkat dan kembar monozigot lebih serupa dalam
kecerdasan dibandingkan dengan kembar dizigot.
3) Kepribadian
Ilmuwan telah mengidentifikasi gen yang secara langsung berhubungan dengan trait
kepribadian spesifik seperti neuroticism yang mengakibatkan depresi dan kecemasan.
Keterwarisan dari trait kepribadian adalah 40 sampai 50 persen dan terdapat sedikit
bukti dari pengaruh lingkungan.
4) Schizophrenia
Gangguan mental yang ditandai oleh hilangnya kontak dengan realita; termasuk
simptom halusinasi dan delusi
5) Autism
Gangguan perkembangan otak, ditandai oleh kurangnya interaksi sosial yang normal,
kurang mampu berkomunikasi dan berimajinasi, serta tidak melakukan aktifitas dan
memiliki minat.
F. MATERI PEMBENTUKAN HIDUP (PERKEMBANGAN PRENATAL)
(MATERI PERTEMUAN MINGGU KE 7)

PEMBENTUKAN HIDUP BARU


(Perkembangan Prenatal)
A. Tahapan Perkembangan Prenatal
 Prinsip sefalokaudal (cephalocaudal principle) adalah prinsip bahwa perkembangan
berlangsung dari kepala ke ekor yang menyebutkan bahwa perkembangan berlangsung dari
kepala menuju ke bagian bawah tubuh.
 Prinsip proximodistal (proximosdital principle) adalah prinsip bahwa perkembangan
berlangsung dari bagian-bagian tubuh yang dekat dengan bagian tengah tubuh menuju
keluar. Kepala dan dada embrio terbentuk sebelm tungkai dan lengan serta kaki terbentuk
sebelum jari tangan dan jari kaki.
 Tahapan perkembangan prenatal terjadi dalam tiga tahapan yaitu :
1. Tahapan Germinal (Sejak pembuahan sampai 2 minggu)
Tahapan germinal terjadi sejak pembuahan sampai 2 minggu. Zigot membelah
diri dan menjadi lebih kompleks kemudian menempel pada dinding rahim menjadi
tanda awal masa kehamilan. Dalam waktu 36 jam setelah pembuahan, zigot memasuki
masa pembelahan dan duplikasi sel cepat (mitosis). 72 jam setelah pembuahan, zigot
membelah diri menjadi 16 dan kemudian 32 sel, sehari kemudian menjadi 64 sel.
Pembelahan ini terus berlangsung sampai satu sel pertama berkembang menjadi 800
juta atau lebih sel khusus yang membentuk tubuh manusia.  Saat itu sel sperma
bergabung dengan sel telur yang kemudian menghasilkan satu bentuk sel baru yang
disebut zigot. Zigot ini kemudian membelah menjadi sel-sel yang disebut blastokis.
setelah sekitar 3 hari blastokis mengandung sekitar 60 sel. Pada saat terjadinya
embelahan, blastokis ini mengapung dan berpsoses di sepanjang tuba falopi.
Blastokis berisi cairan yang cepat mengalami perubahan penting. Blastokis ini
dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan atas (ectoderm), lapisan tengah
(mesoderm), dan lapisan bawah (endoderm). Dari ectoderm berkembang rambut, gigi
dan kuku, kulit ari dan kelenjar kulit, panca indera dan system saraf. Dari mesoderm
berkembang otot, tulang, system pembuangan kotoran, system peredaran darah dan
kulit lapisan dalam. Kemudian dari endoderm berkembang system pencernaan, hati,
pancreas, kelenjar ludah, dan system pernapasan. Dalam waktu singkat plasenta, tali
pusar, dan kantong amniotic juga akan terbentuk dari sel-sel blastokis. Blastokis yang
telah tertanam dalam dinding Rahim inilah yang disebut embrio dan menjadi akhir dari
tahap germinal.

2. Tahapan Embrionik (embryonic stage) (2 minggu sampai 8 minggu)


Tahapan kedua masa kehamilan ini dimulai dari 2-8 minggu. Organ dan sistem
tubuh utama berkembang pesat. Ini adalah masa kritis, saat embrio paling rentan
terhadap pengaruh destruktif dari lingkungan pranatal. Sistem atau struktur organ yang
masih berkembang pada saat terpapar lebih mungkin untuk terkena efeknya. Cacat
yang terjadi pada saat kehamilan tahapan selanjutnya tidak lebih serius.
Janin laki-laki lebih memiliki kemungkinan untuk mengalami keguguran secara
spontan atau dilahirkan dalam keadaan meninggal daripada janin perempuan.
Walaupun sekitar 125 lakilaki di konsepsi untuk 100 perempuan, fakta yang fakta
yang dihubungkan dengan mobilitas sperma dalam membawa kromosom Y yang lebih
kecil, hanya 105 anak laki-laki yang dilahirkan untuk setiap 100 perempuan.
Kerentanan laki-laki berlanjut setelah dilahirkan, lebih banyak dari mereka yang
meninggal di awal kehidupan, dan di setiap tahapan kehidupan mereka lebih rentan
terhadap berbagai macam penyakit. Hasilnya, hanya ada 96 laki-laki untuk setiap 100
perempuan di AS.

3. Tahapan Fetal/ Janin (8 Minggu sampai kelahiran)


Tahapan ketiga masa kehamilan ini dimulai dari 8 minggu sampai dengan masa
kelahiran. Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat sekitar 20 kali lebih besar
daripada ukuran panjangnya dan organ sekaligus sistem tubuh menjadi lebih
kompleks. Sentuhan akhir seperti kuku jari tangan dan kaki tumbuh serta kelopak mata
terbuka.
Tingkat aktivitas dan pergerakan janin menunjukkan perbedaan individual yang
ditandai dengan kecepatan jantung mereka yang berubah-ubah. Janin lakilaki, terlepas
dari besar dan ukurannya, lebih aktif dan cenderung lebih semangat saat bergerak
selama masa kehamilan. Dengan demikian, kecenderungan bayi laki-laki untuk lebih
aktif dibandingkan bayi perempuan mungkin merupakan bagian dari pembawaan sejak
lahir.
Berawal dari sekitar minggu ke12 masa kehamilan, janin menelan dan
menghirup cairan ketuban tempatnya hidup. Cairan ketuban mengandung zatzat yang
melewati plasenta dari aliran darah ibu dan memasuki aliran darah bayi. Mengonsumsi
zat ini dapat merangsang indera pengecapan dan penciuman yang sedang berkembang
dan berkontribusi terhadap perkembangan organ yang dibutuhkan untuk bernapas dan
mencerna. Sel perasa yang matang muncul sekitar 14 minggu usia masa kehamilan.
Janin melakukan respons terhadap suara dan detak jantung serta getaran dari
tubuh ibunya, menujukkan bahwa mereka bisa mendengar dan merasa. Respons
terhadap bunyi dan getaran nampaknya berawal pada minggu ke-26 dari masa
kehamilan, meningkat dan mencapai puncaknya pada sekitar inggu ke-32.
Janin sepertinya belajar dan mengingat. Dalam satu eksperimen, bayi berusia 3
hari menghisap putting susu ibunya lebih sering saat mendengar rekaman cerita yang
sering dibacakan keras-keras oleh ibunya selama 6 minggu terakhir dari kehamilan
dibandingkan dengan saat mereka mendengar dua cerita lain. Sepertinya bayi
mengenali pola bunyi yang mereka dengar di dalam kandungan. Kelompok kontrol di
mana para ibu tidak membacakan cerita sebelum kelahiran bayi mereka, melakukan
respons secara sama terhadap ketiga rekaman. Eksperimen serupa menemukan bahwa
bayu berusia 2-4 hari memilih musik dan suara yang mereka dengar sebelum lahir.
Mereka juga memilih suara ibu mereka dibandingkan dengan suara perempuan lain,
suara perempuan dibandingkan lakilaki, dan bahasa yang digunakan ibu mereka
dibandingkan bahasa lain.
Saat 60 janin mendengar perempuan membaca, detak jantung mereka
meningkat. Jika suara tersebut adalah suara ibu mereka, dan detak jantungnya akan
menurun jika merupakan suara orang yang tidak dikenal. Dalam penelitian lain, bayi
baru lahir menghisap susu ibunya diberikan pilihan apakah ia akan memilih rekaman
suara ibunya atau suara yang telah “di filter” sehingga terdengar seperti di dalam
rahim. Bayi baru lahir mengisap lebih sering saat mendengar suara yang di filter,
menunjukkan bahwa janin telah mengembangkan preferensi terhadap bunyi yang
mereka dengar sebelum lahir.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal
1. Teratogen
Unsur-unsur yang menyebabkan adanya kelainan pada kelahiran akibat dari proses
kehamilan yang tidak optimal. Bila teratogen beraksi pada awal kehamilan saat proses
pembuahan dan organogenesis, bisa jadi berdampak negatif pada janin yang
mengakibatkan kelainan anatomis. Namun, apabila teratogen beraksi pada saat
organogenesis sudah lengkap dan matang di usia kehamilan tua, kemungkinan tidak
menyebabkan kelainan anatomis.
2. Faktor ibu
Ibu menjadi kunci utama yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin.
Sehingga kondisi fisik dan psikis ibu harus dijaga agar janin berkembang dengan
sempurna. Selain itu, penyakit dan kondisi ibu selama kehamilan bisa mengakibatkan
infeksi, kelainan dan kerusakan selama proses kehamilan yang mengakibatkan bayi lahir
kurang sempurna. Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi janin, di antaranya,
campak rubella, sifilis, herpes alat kemaluan, dan AIDS. Selain dari penyakit, usia ibu juga
mempengaruhi janin. Ibu yang hamil di usia beresiko yaitu saat remaja (dibawah 18 tahun)
dan saat usia ibu sudah memasuki dewasa tengah (di atas 35). Bayi yang lahir dari ibu
remaja, kebanyakan mengalami prematur dan keguguran. Pada ibu yang berusia paruh
baya, kehamilan bisa berakibat keguguran, keterbelakangan mental pada bayi, dan
komplikasi penyakit.
3. Faktor ayah.
Ayah juga berperan penting dalam perkembangan optimal janin. Perhatian dan
kasih sayang seorang ayah kepada ibu akan membuat emosi ibu akan stabil, tenang dan
bahagia. Stimulasi ayah pada janin dan sering mengajak bicara janin dalam kandungan
juga dapat menenangkan janin, membangun ikatan emosional bayi dengan ayah dari suara
dan sentuhan bayi, bisa berdampak pada perkembangan bahasa bayi. Selain itu, usia ayah
yang sudah terlalu tua mengakibatkan anak kekurangan kalsium sehingga tinggi badannya
kurang dan bisa mengakibatkan anak mengalami keterbelakangan mental seperti down
syndrome.
4. Lingkungan
Polusi dan bahan-bahan beracun yang semakin banyak di suatu lingkungan dapat
membahayakan kondisi janin dalam kandungan dan berakibat keterbelakangan mental pada
anak. Terkontaminasi polusi dan bahan-bahan beracun dapat mengakibatkan
keterbelakangan mental pada anak. Ibu yang sedang mengandung sebaiknya sangat
berhatihati dengan lingkungan dan apa yang akan di konsumsinya, karena jika ia
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bahan-bahan beracun dapat mengganggu
perkembangan janin.

C. Komplikasi Pranatal
1. Kemandulan
Kemandulan terjadi apabila tidak terjadi pembuahan setelah 1 tahun melakukan
hubungan suami istri secara teratur. Kemandulan dapat terjadi dari ayah maupun ibu.
Beberapa penyebab yang terjadi dari faktor ibu adalah sel telur yang dihasilkan tidak
normal, adanya hambatan dalam saluran telur, memiliki penyakit yang dapat menghambat
penanaman sel telur dalam rahim. Sedangkan faktor ayah adalah bisa jadi sedikit
menghasilkan sperma, kualitas sperma rendah, salurannya terhambat, atau spermanya
abnormal. Menurut Bracken, laki-laki pengguna kokain berdasar penelitian menghasilkan
sperma dengan jumlah dan kualitas yang rendah serta abnormal.
2. Kehamilan beresiko tinggi
Beberapa ibu mengalami kehamilan beresiko ketika mengandung yang
mengharuskan mereka bedrest dan perlu minum banyak obat penguat rahim. Hal ini dapat
disebabkan karena faktor ibu maupun faktor janinnya. Kehamilan 15 tahun ke bawah atau
kehamilan di atas 35, berat ibu kurang dari 40kg atau obesitas, tinggi badan kurang dari
140cm, riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya, riwayat pendarahan, hamil dengan
miom, hipertensi, kelainan jantung, ketidak cocokkan rhesus ibu dan janin, riwayat operasi
besar, kelainan darah, infeksi vagina dan rahim, TORCH dan penyakit ginjal. Sedangkan
faktor dari janin bisa karena kehamian kembar, kelainan pertumbuhan janin ataupun
adanya kelainan pada janin.
3. Hamil anggur
Mola Hidatidosa atau hamil anggur adalah kehamilan dengan kondisi rahim yang
berisi gelembung-gelembung cairan yang bentuknya seperti buah anggur. Selsel yang
seharusnya tumbuh menjadi plasenta atau ari-ari yang banyak berisi pembuluh darah tidak
terbentuk melainkan membentuk sel-sel muda yang menyerupai gelembung-gelembung
seperti anggur dan berisi cairan. Sedangkan sel-sel yang seharusnya berkembang menjadi
janin berhenti berkembang. Jenis hamil anggur ada tiga, mola komplit (janin tidak
berkembang sama sekali karena tidak ada makanan), mola parsial (janin sempat tumbuh
tapi tidak sempurna, hanya segumpal daging tanpa tulang dan organ), dan janin tumbuh
namun disertai jaringan mola.
4. TORCH
TORCH, atau Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Toksoplasma
disebabkan parasit toxoplasma gondi yang hidup di organisme lain sebagai induk seperti
kelinci, kucing, anjing, kambing, atau babi. Parasit tersebut bisa bertahan selama setahun
pada tinja hewan tersebut.
Rubella atau campak Jerman disebabkan virus rubella dan bisa menular melalui
urine dan udara. Bila terjadi di trisemester pertama bisa mengakibatkan keguguran,
sindrom rubella bawaan seperti tuli dan katarak, mikorsefalus, retadasi mental dan kelainan
jantung. Begitu pula bila terjadi di kehamilan lebih dari 20 minggu.
CMV disebabkan oleh virus cytomegalo yang merupakan golongan virus keluarga
herpes, sering disebut sebagai virus paradox. Penularan CMV bisa melalui kontak langsung
sumber infeksi bukan melalui makanan, minuman, atau hewan. Janin bisa beresiko tertular
melalui darah atau plasenta dan dapat menyebabkan cacat bawaan seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, pengapuran otak, pembesaran hati dan tuli.
Herpes simpleks disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 di sekitar mulut yang
umumnya terjadi pada anak-anak atau herpes simpleks tipe 2 di sekitar vagina yang umum
terjadi pada orang dewasa terkait dengan aktivitas seksualnya. Bila janin terinfeksi bisa
menyebabkan kematian karena virus sampai ke sirkulasi darah menuju plasenta. Kelainan
yang terjadi bisa radang selaput otak, radang di mata dan hati.
5. Kehamilan kosong
Kehamilan kosong terjadi apabila sel telur yang telah dibuahi tidak berkembang
sempurna melainkan membentuk plasenta berisi cairan. Plasenta tetap ada sehingga seolah-
olah ada janin padahal kosong. Bisa disebabkan karena kromosom ibu, TORCH, diabetes
melitus, usia suami istri tua sehingga kualitas sperma dan ovum menurun.
6. Miom dan kista
Miom adalah sel otot dinding rahim yang berubah menjadi tumor.
Perkembangannya ada yang perlahan dan ada yang cepat, tidak berbahaya dan jarang
berubah menjadi kanker. Sedang kista adalah kantong berisi cairan. Biasanya terdapat pada
ovarium atau indung telur selain di paru-paru, otak maupun kulit. Pertumbuhannya sangat
pelan. Kista bisa berubah menjadi kanker ganas di usia 45 tahun ke atas.
7. Hamil di luar kandungan
Hamil ektopik atau hamil di luar kandungan adalah kondisi di mana janin tidak
berkembang di dalam rahim melainkan di luar rahim seperti di saluran telur. Pada kondisi
ini janin tidak berkembang dan akan menimbulkan pendarahan yang berbahaya bagi janin
maupun ibu. Penyebabnya bisa karena ibu pernah mengalami radang panggul, pernah
operasi di saluran telur yang membuat salurannya sempit dan menghambat perjalanan zigot
dan terdapat tumor yang menekan dinding saluran telur.
8. Mual dan muntah berlebihan
Saat kehamilan terjadi terkadang beberapa ibu mengalami gejala hyperemesis
gravidarum seperti morning sickness atau muntah di pagi hari. Namun muntahnya ini tidak
biasa melainkan berlebihan dan terus menerus sepanjang hari yang bisa menyebabkan berat
badan ibu turun dan mengalami dehidrasi. Biasanya, dapat menyebabkan kondisinya
lemas. Beberapa penyebabnya bisa karena peningkatan hormon HCG pada kehamilan
kembar, stress atau kehamilan anggur.
9. Pra-eklampsia
Pra-eklampsia terjadi dengan gejala tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmhg,
kaki bengkak, bahkan seluruh tubuh, ada kadar protein di urine akibat gangguan ginjal.
Disebabkan oleh hamil bayi kembar, kehamilan pertama, riwayat hipertensi, hamil di atas
usia 35, diet buruk, gangguan ginjal. Bisa menyebabkan stroke, kejang bahkan kematian.
Untuk kasus ini biasanya persalinan dilakukan dengan Caesar.
10. Anemia zat besi
Anemia akibat kekurangan zat besi dapat dilihat tanda-tandanya seperti letih, lesu,
dan lemah. Anemia bisa disebabkan karena jarak kehamilan yang dekat, mengandung janin
kembar, pola makan buruk, mual muntah berlebihan, dan menderita tuberkulosis. Anemia
bisa berbahaya saat hamil, saat persalinan dan sesudah persalinan karena kurangnya suplai
oksigen yang membuat ibu lesu, lemah dan tidak berdaya.

D. Bahaya Fisik pada Masa Pranatal


1. Periode zigot:(Hurlock 1980).
a) Kelaparan.
Zigot akan mati kelaparan apabila hanya sedikit kuning telur yang mempertahankan
kehidupannya sampai zigot itu dapat menempelkan diri pada uterine atau bila zigot
terlalu lama tinggal di tuba falopi.
b) Kurangnya persiapan uterine.
Implantasi tidak dapat terjadi bila pada waktunya dinding uterine belum siap
menerima zigot karena adanya ketidakseimbangan kelanjar.
c) Implantasi di tempat yang salah.
Kalau zigot menjadi terikat pada jaringan tiroid yang kecil di dalam dinding uterine,
atau pada dinding tuba falopi, zigot tidak mendapat makanan dan akan mati.
2. Periode embrio
a) Keguguran.
Jatuh, stres, kekurangan gizi, gangguan kelenjar, kekurangan vitamin, dan penyakit-
penyakit bahaya seperti pneumonia dan diabetes, dapat menyebabkan embrio keluar
dari tempatnya di dinding uterine, yang mengakibatkan keguguran. Keguguran yang
disebabkan karena kondisi yang kurang baik pada masa pranatal cenderung terjadi
antara minggu kesepuluh dan kesebelas setelah pembuahan.
b) Ketidakteraturan Perkembangan.
Malturasi ibu, kekurangan vitamin dan kelenjar, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan
tembakau yang berlebihan dan penyakit seperti diabetes dan cacar Jerman,
mengganggu perkembangan yang normal, khususnya otak embrio.
3. Periode Janin
a) Keguguran.
Keguguran selalu mungkin terjadi sampai kehamilan bulan kelima, waktu yang paling
peka adalah periode datangnya haid secara normal. Ada dua sebab terjadinya
keguguran yaitu fisik dan psikis. Sebab fisik misalnya, kecelakan tertentu yang dialami
ibu, jatuh atau yang lainnya. Sebab psikis misalnya, tekanan batin yang luar biasa yang
dialami ibu hamil.
b) Prematur.
Janin yang beratnya kurang dari 2 pon 3 ons mempunyai kesempatan hidup yang lebih
kecil daripada janin yang lebih berat dan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
mengalami perkembangan salah bentuk.
c) Komplikasi pada saat melahirkan.
Tekanan yang dialami ibu mempengaruhi kontraksi uterine dan cenderung
mengakibatkan komplikasi dalam melahirkan.
d) Ketidakteraturan perkembangan.
Setiap kondisi yang tidak baik selama periode embrio juga akan mempengaruhi
perkembangan anggota-anggota tubuh janin dan memperlambat seluruh pola
perkembangan janin.
G. MATERI PERKEMBANGAN KOGNITIF SELAMA 3 TAHUN
PERTAMA (MATERI PERTEMUAN MINGGU KE 9)

Perkembangan Fisik Selama Tiga Tahun Pertama


A. Melahirkan dan Budaya
 Sebelum abad ke 20 melahirkan di eropa dan di AS merupakan ritual sosial perempuan.
Seorang perempuan dikelilingi oleh saudara-saudara dan para tetangga perempuan duduk
ditempat tidurnya sendiri. Tubuhnya ditutupi oleh kain seadanya. Perempuan bisa berdiri,
berjalan-jalan, atau berjongkok di bangku melahirkan. Calon ayah tidak hadir hanya dokter
yang hadir diproses kelahiran sejak abad ke 15 dan hanya bagi perempuan-perempuan kaya
yang mengalami komplikasi.
 Bidan yang mengawasi jalannya proses kelahiran tidak memiliki pelatihan formal. Bidan
tersebut hanya menawarkan nasihat, pijatan, ramuan, air dan jimat. Setelah bayi muncul
bidan memotong dan mengikat tali pusar serta membersihkan dan memeriksa bayi tersebut,
memeriksa refleks dan pergelangan tubuh. Perempuan lain membantu ibu baru ini untuk
membersihkan diri dan berganti pakaian, mengganti sepraui dengan yang baru dan
menyiapkan makanan untuk membantu memulihkan staminannya.
 Melahirkan di masa-masa tersebut merupakan perjuangan hidup dan mati bagi ibu dan
bayi. Di perancis pada abad ke 17 dan 18 perempuan memiliki 1 dari 10 peluang untuk
meninggal selama atau setelah melahirkan. Ribuan bayi meninggal saat dilahirkan dan 1
dari 4 4 bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup akan meninggal ditahun pertama.
Angka kematian ibu dan bayi tinggi.
 Pada abad modern pengurangan dramatis dalam resiko kehamilan dan kelahiran terutama
selama 50 tahun terakhir, sebagian besar karena tersediannya antibiotik, transfusi darah,
bius aman, dan obat-obatan untuk induksi serta adanya peningkatan kondisi kesehatan.
Sebagai tambahan, perbaikan dalam proses assessment dan perawatan prenatal makin
meningkatkan kemungkinan bayi untuk lahir dalam keadaan sehat.
 Rumah sakit juga mencari berbagai cara untuk “memanusiakan” kelahiran. Proses
kelahiran dapat dilakukan dikamar melahirkan seperti rumah, dengan cahaya lembut,
dengan ayah bayi atau pasangan hadir sebagai pelatih dan saudara-saudara kandung yang
lebih tua diundang untuk berkunjung setelah kelahiran.
 Peraturan roomingin mengizinkan bayi untuk tinggal dikamar ibunya dalam jangka waktu
yang tidak terbatas, jadi sang ibu dapat menyusui bayinya saat lapar dan tidak berdasarkan
jadwal yang telah ditetapkan rumah sakit.

B. Proses Melahirkan
 Kelahiran terjadi karena beberapa perubahan dalam rahim, serviks dan bagian lain yang
disebut dengan parturisi (parturition). Parturisi biasanya terjadi sekitar dua minggu
sebelum melahirkan, yaitu saat estrogen meningkat sehingga merangsang rahim untuk
berkontraksi dan serviks jadi lebih fleksibel.
 Kontraksi rahim yang mengeluarkan janin biasanya dimulai 266 hari setelah konsepsi.

C. Tahapan Proses Kelahiran


 Proses kelahiran terdiri dari 3 tahapan yang saling tumpang tindih yaitu :
1. Tahapan pertama
Yang paling lama biasanya terjadi selama 11 jam – 12 jam atau lebih untuk perempuan
yang melahirkan anak pertama. Dikelahiran berikutnya tahapan pertama cenderung
lebih pendek. Selama tahapan ini, kontraksi rahim yang teratur dan makin sering
menyebabkan serviks terbuka dan melebar.
2. Tahapan kedua
Yang biasanya berlangsung selama 1 jam – 2 jam kontraksi jadi makin kuat dan
sering. Tahapan kedua dimulai ketika kepala bayi mulai bergerak melalui serviks
menuju saluran vagina dan berhenti saat bayi keluar sempurna dari tubuh ibunya. Jika
tahapan ini berlangsung lebih dari dua jam yang berarti menunjukkan bayi
membutuhkan bantuan, dokter biasanya dapat menjepit kepala bayi dengan pinset atau
yang lebih sering dilakukan adalah menggunakan vacuum extraction dengan dengan
suction cup untuk menarik bayi dari dalam tubuh ibunya.
3. Tahap ketiga
Selama tahap ketiga yang terjadi selama 5 sampai 30menit plasenta dan tali pusar
keluar dari dalam tubuh ibunya.

D. Metode-Metode Kelahiran
 Metode-metode kelahiran dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Kelahiran Vaginal Versus Operasi Caesar
 Metode kelahiran yang biasa adalah kelahiran melalui vagina.
 Operasi Caesar (caesarean delivery) adalah prosedur bedah untuk mengeluarkan
bayi dari rahim dengan membuat sayatan diperut ibu.
 Di tahun 2003 menurut data awal sebanyak 27,6% kelahiran di AS terjadi melalui
operasi ini, sebuah angka yang tinggi dan terjadi peningkatan 31% sejak tahun
1990-an.
 Operasi biasanya dilakukan ketika proses kelahiran lambat, terjadinya pendarahan
melalui vagina atau bermasalahnya posisi bayi seperti sungsang (kaki keluar
duluan), transverse (melintang di rahim) atau kepala bayi terlalu besar untuk
melewati panggul ibunya. Kelahiran dengan operasi lebih mungkin untuk
kelahiran anak pertama. Ukuran bayi yang besar, ibu yang berusia lanjut, atau ibu
yang pernah menjalani operasi caesar.
 Meningkatnya jumlah kelahiran melalui induksi dan penggunaan electronic fetal
monitoring untuk melacak detak jantung janin selama proses kelahiran dan saat
dilahirkan untuk menyiagakan dokter bahwa janin membutuhkan bantuan.

2. Kelahiran dengan obat versus tanpa obat


 Kelahiran alamiah
Kelahiran alamiah (natural child birth) adalah metode melahirkan bayi yang
bertujuan untuk mencegah rasa sakit dengan menghilangkan ketakutan ibu melalui
pendidikan mengenai fisiologi reproduksi dan pelatihan bernapas serta relaksasi
selama melahirkan.
 Kelahiran terencana (prepared childbirth) adalah metode melahirkan bayi dengan
menggunakan instruksi, latihan bernapas dan dukungan sosial untuk memicu
respons fisik terkontrol terhadap kontraksi rahim serta mengurangi rasa takut dan
sakit.
 Pendukung metode alamiah berargumentasi bahwa penggunaan obat beresiko bagi
bayi dan menghalangi ibu untuk mengalami pengalaman yang dapat menguatkan
dan mengubah hidupnya.
 Namun, kemajuan dalam kelahiran dengan obat telah membuat banyak ibu
memilih penghilang rasa sakit. Saat ini sekitar 60% dari perempuan yang
melahirkan memilih suntikan lokal (epidural atau kombinasi spinal-epidural).
Perawatan kombinasi menyediakan kelegaan langsung serta membuat perempuan
bebas bergerak dan berpartisipasi penuh dalam proses kelahiran tanpa peningkatan
resiko yang membahayakan janin.
 Dalam percobaan acak terhadap 750 perempuan mereka yang meminta dan
menerima epidural diawal proses kelahiran menjalani kelahiran yang lebih singkat
dan tidak mengalami resiko lebih besar untuk operasi caesar dibandingkan dengan
yang terlambat mendapatkan penghilang rasa sakit.
 Dalam banyak budaya tradisional perempuan yang akan melahirkan didampingi
oleh doula, seorang pembantu professional yang dapat memberikan dukungan
emosional dan mendampingi perempuan tersebut sepanjang proses kelahiran.
 Dalam sebelah penelitian acak terkontrol, perempuan yang didampingi oleh doula
mengalami kelahiran yang lebih singkat, membutuhkan bius yang lebih sedikit
dan berkurangnya kelahiran caesar dan dengan forsep dibandingkan perempuan
yang tidak didampingi doula.

E. Ukuran dan Penampilan Bayi Baru Lahir


 Periode prenatal (neonatal period) adalah empat minggu pertama dari kehidupan, yang
merupakan waktu transisi dari rahim dimana janin didukung sepenuhnya oleh ibu ke
kebardaan mandiri.
 Neonatus (neonate) adalah bayi baru lahir sampai usia 4 minggu.
 Rata-rata bayi yang baru lahir di amerika serikat memiliki panjang 20 inci atau sekitar 50
cm dan berat 7,5 pon atau sekitar 3,4 kg. Saat lahir, 95% bayi yang lahir pada waktunya
memiliki berat 5,5 sampai 10 pon dan panjang antara 18 sampai 22 inci. Anak laki-laki
cenderung lebih panjang dan berat dibandingkan anak perempuan dan seorang anak sulung
cenderung memiliki berat yang lebih kecil anak berikutnya.
 Bayi yang baru lahir (Neonatus) memiliki karakteristik khas, termasuk kepala berukuran
besar (seperempat dari panjang tubuhnya), dagunya yang menonjol ke belakang
(memudahkan proses menyusui). Awalnya, kepala bayi yang baru lahir (neonatus)
mungkin berbentuk panjang dan aneh karena “molding” yang memudahkan bayi melewati
panggul ibunya. Molding sementara ini dimungkinkan karena tulang tengkorak bayi belum
mengeras. Tulang-tulang tengkorak ini baru akan menyatu pada usia 18 bulan.
 Banyak bayi yang baru lahir (neonatus) memiliki kulit merah muda. Kulit mereka sangat
tipis sehingga memperlihatkan pembuluh dimana darah memgalir. Selama beberapa hari
pertama, beberapa bayi yang baru lahir (neonatus) sangat beramnut karena bebrapa lanugo,
rambut lebat masa prenatal belum rontok. Semua bayi yang baru lahir diselimuti verniks
kaseosa (lapisan seperti keju), minyak pelindung infeksi yang mongering dalam beberapa
hari pertama.

F. Sistem Tubuh Pada Bayi Baru Lahir


 Sebelum lahir peredaran darah, pernapasan, pencernaan, pembuangan kotoran dan
pengarturan suhuu tubuh dilakukan oleh ibu. Setelah lahir, semua sistem dan fungsi tubuh
bayi harus beroperasi sendiri. Sebagian besar proses transisi ini berlangsung selama 4
sampai 6 minggu pertama setelah kelahiran.
 Janin mendapatkan oksigen melalui tali pusar yang juga membawa karbondioksida. Bayi
baru lahir membutuhkan oksigen yang lebih banyak dibandingkan sebelumnya dan
sekarang harus mendapatkannya sendiri. Kebanyakkan bayi lahir mulai bernafas segera
setelah terpapar udara, bila tidak akan mengalami cedera otak yg disebabkan oleh anoxia
(kekurangan oksigen). Karena paru-paru bayi hanya memiliki sepersepuluh kantung udara
yang dimiliki oleh orang dewasa, bayi terutama yang dilahirkan premature sangat rentan
mengalami masalah pernapasan.
 Anoksia (Anoxia) adalah kekurangan oksigen yang dapat menyebabkan kerusakan otak.
 Selama beberapa hari pertama, bayi mengeluarkan meconium yaitu kotoran yang
berbentuk seperti tali berwarna hitam kehijauan yang terbentuk dalam saluran pencernaan
janin.
 3 atau 4 hari setelah kelahiran sekitar setengah dari jumlah bayi yang dilahirkan (dan lebih
banyak lagi untuk bayi yang dilahirkan prematur) mengalami jaundis neonatal (neonatal
jaudince).
 jaundis neonatal (neonatal jaudince) adalah kondisi yang dialami oleh banyak bayi yang
baru lahir, yang disebabkan oleh ketidakmampuan hati dan ditandai dengan bola mata serta
hati yang tampak kuning, dapat menyebabkan kerusakan otak jika tidak segera ditangani.

G. Asesmen Medis dan Perilaku


1. Skala Apgar

 Pada satu menit dan 5 menit setelah kelahiran kebanyakan bayi diperiksa
menggunakan skala apgar (Apgar Scale).

 Skala apgar (Apgar Scale) adalah standar pengukuran untuk melihat kondisi bayi yang
baru lahir (Denyut nadi, tangisan bayi, aktivitas, dan system pernapasan).

 Nama skala ini di ambil dari pengembangannya yaitu Dr. Virginia Apgar dan skala ini
membantu kita mengingat lima subtesnya yaitu : appearance (warna kulit), pulse
(detak jantung), grimace (refleks saat merasa terganggu), activity (bentuk otot), dan
respiration (pernapasan).
 Bayi baru lahir di nilai 0, 1 atau 2 untuk setiap pengukuran dengan nilai maksimal 10.
Penilaian 5 menit dengan nilai 7 sampai 10 dicapai 98,6% dari bayi yang dilahirkan di
AS menandakan bahwa kondisi bayi baik sampai sangat baik. Nilai dibawah 7 berarti
bayi membutuhkan bantuan untuk bernapas. Skor dibawah 4 berarti bayi
membutuhkan pertolongan segera untuk menyelamatkan nyawanya. Jika resusitasi
berlangsung sukses serta membawa bayi pada nilai 4 atau lebih dalam waktu 10 menit
tidak aka nada kerusakan jangka panjang.

 Secara umum nilai apgar dapat diandalkan untuk memperkirakan pertahanan hidup
selama bulan pertama kehidupan.
2. Skala Brazelton Brazeton Neonatal Behavioral Assesment Test (NBAS)

 Brazeton Neonatal Behavioral Assesment Test (NBAS) adalah Pemeriksaan


neurologis dan perilaku yang mengukur respon bayi baru lahir terhadap lingkungan.

 Tes yang berlaku untuk bayi sampai usia dua bulan dinamai berdasarkan perancangnya
yaitu Dr. T. Berry Brazelton.

 Tes ini menilai organisasi motorik yang ditunjukkan Koordinasi motorik, reflex,
kapasitas interaksi dan perhatian, ketidakstabilan CNS.
3. Keadaan Arousal (Infant Arousal States)
 Bayi memiliki jam biologis yang mengatur siklus harian makan, tidur, pembuangan
bahkan mungkin mood mereka.

 Keadaan arousal (state of arousal) adalah status fisiologis dan perilaku bayi pada
waktu-waktu tertentu dalam siklus harian periodik pada bayi seperti terjaga, tidur dan
aktivitas.

 Kebanyakan bayi baru lahir menghabiskan 75% dari waktu mereka mencapai 18 jam
sehari untuk tidur, tetapi terjaga setiap tiga sampai empat jam sekali siang dan malam
untuk menyusu.

 Beberapa bayi mulai tidur sepanjang malam pada usia 3 bulan. Pada usia 6 bulan bayi
biasanya membutuhkan tidur selama 6 jam penuh pada malam hari, tetapi terjaga
sesaat pada waktu malam merupakan hal normal bahkan selama masa bayi akhir dan
balita. Anak usia 2 tahun pada umumnya tidur sekitar 13 jam sehari, termasuk tidur
siang biasanya di sore hari.

 Table Keadaan arousal pada masa bayi

H. Perkembangan Fisik Awal


 Terdapat dua prinsip dalam pertumbuhan dan perkembangan, yaitu

a) Prinsip Sefalokaudal  adalah proses perkembangan dari arah kepala menuju bawah,
bagian atas tubuh lebih dahulu berkembang sebelum bagian bawah tubuh.
contoh : bayi belajar menggunakan lengan untuk menggapai sesuatu sebelum
menggunakan kaki untuk berjalan
b) Prinsip proximodistal  adalah proses perkembangan dari pusat (dalam) tubuh ke luar
tubuh, bagian yang berkembang adalah pusat tubuh sebelum menggunakan bagian luar
tubuh. contoh : bayi belajar mengontrol lengan sebelum menggunakan tangan.

I. Perkembangan Fisik
 Nutrition menyusui, secara gizi ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Satu-satunya
alternatif yang dapat diterima adalah susu formula yang diberitambahan zat besi dengan
bahan dasar susu sapi atau protein kedelai dan mengandung tambahan vitamin dan mineral.

 American academy of prediatrics section on breastfeeding (2005) merekomendasikan agar


bayi secara eksklusif mengonsumsi ASI selama enam bulan. (jika pemberian ASI secara
langsung tidak dimungkinkan bayi harus menerima ASI hasil perahan dari ibu).

 Menyusui harus dimulai segera setelah kelahiran dan harus berlangsung secara terus-
menerus untuk setidaknya setahun pertama atau lebih lama jika ibu dan bayi
menginginkannya. Bayi yang disapih di tahun pertama harus mendapatkan susu formula
dengan tambahan zat besi. Pada satu tahun bayi dapat beralih ke susu sapi.

 Manfaat kesehatan dari ASI sangat besar (AAP Section on Breastfeeding, 2005). Beberapa
penyakit yang dapat dicegah atau diminimalkan dengan ASI adalah daire, infeksi
pernapasan (seperti, pneumonia dan bronkitis),otitis media (infeksi telinga tengah)serta
staphylococcal, infeksi bakteri dan saluran kencing.

 ASI dapat mengurangi resiko SIDS dan kematian postneonatal (kematian yang terjadi
antara 28 hari sampai 1 tahun).

 Konsumsi ASI seoertinya memiliki keuntungan terhadap ketajaman pengelihatan,


perkembangan neurologis dan kesehatan kardiovaskular jangka panjang. ASI juga dapat
mencegah obesitas, asma, diabetes, limfoma, leukemia, dan penyakit Hodgkin. Penelitian
juga menunjukkan terdapat sedikit keuntungan mengkonsumi ASI yaitu dapat membantu
perkembangan kognitif bahkan hingga masa dewasa muda.

J. Otak dan Perilaku Refleks


 Sistem saraf pusat (central nervous system) adalah otak dan saraf tulang belakang
(kumpulan saraf sepanjang tulang belakang) dan jaringan saraf sekunder yang sedang
tumbuh berkembang keseluruh bagian tubuh. Melalui jaringan ini, informasi sensorik
berjalan dari otak dan komando gerak berjalan keluar otot melalui seluruh tubuh.

 Otak pada saat lahir hanya memiliki berat sekitar 25% dari berat otak orang dewasa
nantinya, yaitu 3,5 pon. Otak mencapai 90% dari berat tersebut pada usia 3 tahun. Pada
usia 6 tahun otak hamper seukuran orang dewasa, tetapi pertumbuhan dan perkembangan
fungsionalnya bergantung pada gizi yang benar, termasuk zat seperti protein, zat besi,
iodine, zinc, vitamin A, vitamin B6 dan asam folat. Pertumbuhan otak terjadi dalam
lonjakan, letupan dan bagian-bagian dari otak yang berbeda-beda tumbuh lebih cepat di
waktu yang berbeda-beda.

 Lonjakan pertumbuhan otak (brain growth spurts) adalah periode perkembangan dan
pertumbuhan otak secara cepat, terjadi secara bersamaan dengan perubahan perilaku
kognitif kognitif.
 Sereblum adalah bagian dari otak yang mempertahankan keseimbangan dan koordinasi
motorik. Tumbuh paling cepat selama satu tahun pertama kelahiran.

 Serebrum adalah bagian otak yang paling besar, dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu kiri
dan kanan atau hemisfer yang masing-masing memiliki fungsi sendiri. Spesialisasi dari
hemisfer adalah lateralisasi (lateralization).

 Lateralisasi (lateralization) adalah kecenderungan setiap belahan otak untuk memiliki


fungsi khusus.

 Hemisfer kiri tertarik pada bahasa dan pemikiran logis, sedangkan hemisfer kanan
mengatur fungsi spasial dan visual seperti membaca peta dan menulis. Lateralisasi bahasa
meningkat seiring bertambahnya usia dengan puncak sekitar usia 25 tahun sampai 35
tahun.

 Korpus kalosum (corpus callosum) adalah jaringan karet yang lentur dan kuat
menghubungkan dua hemisfer, yang membuat keduanya dapat berbagai informasi dan
berkoordinasi mengenai tuntutan.

 Korpus kalosum (corpus callosum) tumbuh secara dramatis selama masa kecil dan
mencapai ukuran orang dewasa pada usia sekitar 10 tahun.

 Setiap belahan otak memiliki 4 lobus atau bagian, yaitu : Occipital (Fungsi penglihatan),
Parietal (Berperan penting dalam menemukan lokasi spasial, atensi, kendali motorik),
Temporal (Pendengaran, pemrosesan bahasa, dan memori), Frontal (Terlibat dengan
gerakan disengaja, Berfikir, personalitas, niat dan tujuan)
K. Sel Otak (Brain Cells)
 Otak terdiri atas dua jenis sel yaitu neuron dan sel glial.

 Neuron (neurons) atau sel saraf adalah mengirim dan menerima informasi.

 Sel glial adalah mendukung dan melindungi neuron.

 Pada dasarnya, neuron adalah sel tubuh dengan neklues yang terdiri dari atas
deoxyribonucleic acid (DNA) yang mengandung program genetic sel tersebut.

 Neurotransmitters adalah tugas mengirim zat kimia.

 Integrasi (integration) adalah proses dimana neuron yang mengendalikan berbagai


kelompok otot mengoordinasikan aktivitas-aktivitas mereka.

 Diferensiasi (differentiation) adalah proses dimana sel membutuhkan struktur dan fungsi
terspesialisasi.

 Sel mati (cell death) adalah pada perkembangan otak proses normal menghilangkan
kelebihan sel-sel otak untuk mencapai kerja yang lebih efisien.

 Mielinasi (myelination) adalah proses melindungi jalur saraf dengan zat lemak (myelin)
yang membuat komunikasi antarsel lebih cepat atau membantu mempercepat pengiriman
signal.

L. Awal Refleks Manusia


 Perilaku refleks (reflex behaviors) adalah respons otomatis, tidak direncanakan dan
merupakan bawaan terhadap rangsang stimulus.
Contoh : jika anda berkedip saat melihat lampu terang, kelopak mata anda beraksi tanpa
dapat ditahan.

 Perilaku refleks dikendalikan oleh pusat otak yang lebih rendah yang mengelola proses
tidak dapat ditahan lainnya, seperti bernapas dan detak jantung. Semua ini adalah bagian
dari otak yang telah mengalami paling banyak mielinasi pada saat lahir. Perilaku refleks
berperan penting dalam merangsang perkembangan dini dari sistem saraf pusat dan otak.

 Bayi manusia diperkirakan memiliki 27 macam refleks utama, banyak diantaranya yang
ada saat lahir atau segera sesudahnya.
 Refleks primitif seperti mengisap rooting untuk puting dan refleks moro (respons saat
terkejut atau hampir jatuh) terkait dengan kebutuhan instingtif untuk untuk bertahan hidup
dan perlindungan atau dapat mendukung hubungan dini bayi dengan pengasuhnya.
Contohnya : refleks menggenggam yang membuat bayi monyet berpegangan pada bulu
ibunya.

 Seiring dengan makin aktifnya pusat otak yang lebih tinggi selama dua sampai empat bulan
bayi mulai menunjukkan refleks postural.

 Refleks postural adalah reaksi terhadap perubahan posisi maupun keseimbangan.

Contoh : bayi yang disorongkan kebawah merentangkan lengan mereka dalam refleks
parasut, usaha instingtif untuk mencegah jatuh.

 Refleks locomotor seperti berjalan, dan berenang menyerupai gerakan tidak disadari yang
tidak akan muncul sampai beberapa bulan setelah refleks hilang begitu saja.
M. Kemampuan Sensorik Dini
1. Sentuhan dan Rasa Sakit

 Sentuhan tampaknya adalah indera pertama yang berkembang. Tanda-tanda awal dari
refleks rooting terjadi dua bulan setelah konsepsi. Pada usia kehamilan riga puluh dua
minggu semua anggota tubuh sensitif terhadap sentuhan. Bayi dapat merasakan rasa
sakit sejak awal kelahiran
2. Penciuman dan Perasa atau Pengecap

 Indera penciuman dan perasa mulai berkembang di dalam rahim. Rasa dan bau dari
makanan yang dikonsumsi oleh calon ibu dapat berpindah ke bayinya melalui cairan
amniotik.

 Preferensi terhadap aroma menyenangkan tampaknya dipelajari sejak dalam rahim dan
selama beberapa hari setelah kelahiran dan bau dipindahkan dari ASI dapat
berkontribusi terhadap proses belajar ini.
 Bayi usia 6 hari yang diberi ASI oleh ibunya memlih bau alas menyusui ibunya
dibandingkan dengan alas dari perempuan menyusui lain, tetapi bayi berusia dua hari
tidak memiliki preferensi membuktikan bahwa bayi membutuhkan waktu beberapa hari
untuk mempelajari bau ibunya.

 Preferensi terhadap rasa tertentu tampaknya memang meruakan faktor bawaan. Bayi
baru lahir lebih memilih rasa manis dibandingkan rasa asam atau rasa pahit.

 Air yang dibeli gula menenangkan bayi yang sedang menanggis, apakah bayi tersebut
cukup bulan atau dua sampai tiga minggu premature bukti bahwa mekanisme yang
memproduksi efek menenangkan ini berfungsi sebelum periode normal.

 Penolakan bayi baru lahir terhadap rasa pahit barangkali adalah salah satu jenis
mekanisme pertahanan diri, karena banyak zat pahit yang beracun.

 Preferensi terhadaprasa berkembang di masa bayi dapat bertahan hingga masa anak-
anak awal.
3. Pendengaran

 Pendengaran juga berfungsi sebelum melahirkan. Bayi kurang dari 3 hari berespons
secara berbeda-beda terhadap cerita yang diperdengarkan saat ia berada dalam
kandungan dengan cerita lain. Dapat membedakan suara ibu dengan suara orang yang
tidak dikenal dan memilih bahasa asli dibanding dengan bahasa asing. Pengenalan dini
terhadap suara dan bahasa yang didengar dirahim dapat menjadikan dasar bagi
hubungan yang baik antara orang tua dan anak.

 Diskriminasi auditori berkembang pesat setelah kelahiran. Bayi usia 3 hari dapat
membedakan bunyi kata baru dengan yang mereka sudah dengar sebelumnya. Pada usia
1 bulan bayi dapat membedakan suara sedekat bad an pa.
4. Pengelihatan

 Pengelihatan adalah indra yang paling sedikit berkembang saat lahir.

 Mata dari bayi yang baru lahir berukuran lebih kecil dibandingkan orang dewasa,
struktur retinannya belum komplit dan saraf optiknya tidak berkembang.
 Fokus mata pada bayi yang baru lahir paling baik dalam jarak kurang dari satu kaki,
jarak biasa antara wajah dari orang yang mengendong dengan bayi. Ini mungkin cara
adaptif untuk mendorong kelekatan dengan ibu.

 Bayi baru berkedip saat melihat cahaya terang. Pengelihatan periferal mereka sangat
sempit, lebih dari dua kali antara 2 dan 10 minggu.

 Kemampuan untuk mengikuti target bergerak juga berkembang cepat pada bulan-bulan
pertama, seperti persepsi warna.

 Bayi 4 bulan dapat membedakan warna hijau, merah, biru, dan kuning.

 Ketajaman pandangan disaat kelahiran kira-kira 20/400 tetapi membaik secara cepat,
mencapai level 20/20 saat berusia 8 bulan (ini berarti orang dapat membaca huruf pada
garis tertentu di bagan mata dari jarak 20 kaki).

 Pengelihatan binocular adalah penggunaan kedua mata untuk memfokuskan pandangan,


memungkinkan persepsi kedalaman dan jarak biasanya tidak berkembang sampai usia 4
atau 5 bulan.

N. Perkembangan Motorik
 Bayi tidak perlu diajarkan untuk melakukan keterampilan motorik dasar seperti, merangkak
dan berjalan. Mereka hanya perlu ruang untuk bergerak dan kebebasan untuk melihat apa
yang mereka bisa lakukan.

 Jika system saraf pusat, otak dan tulang sudah siap, serta lingkungan menawarkan
kesempatan yang tepat untuk eksplorasi dan latihan, bayi akan berkembang

 Sistem tindakkan (system of action) adalah kombinasi dari keterampilan motoric yang
makin kompleks dapat memunculkan rentang gerakan yang lebih luas atau lebih tepat dan
lebih ada control terhadap lingkungan.
Misalnya : pertama kali bayi mencoba untuk mengambil benda-benda dengan selurih tangan,
jari dan menutup telapak tangan.

 Denver development screening test adalah test pemindaian digunakan untuk mencatat
kemajuan antara anak usia 1 bulan sampai 6 tahun untuk mengidentifikasi anak-anak yang
tidak berkembang secara normal.
 Keterampilan motoric kasar (gross motor skill) adalah keterampilan fisik yang melibatkan
otot besar.
Seperti : berguling, dan menangkap bola.

 Keterampilan motorik halus (fine motor skill) adalah keterampilan fisik yang melibatkan
otot halus dan koordinasi mata tangan.
Seperti : meraih mainan, dan menyalin gambar lingkaran.

Anda mungkin juga menyukai