Anda di halaman 1dari 12

TEORI DAN RISET

(Evolusioner, Kontekstual & Metode Penelitian)


A. Sudut Pandang Evolusioner/Sosiobiologis
Sudut pandang evolusioner/sosiobiologis (evolutionary/sociobiological perspective)
yang di ajukan oleh E.O Wilson (1975) adalah pandangan perkembangan manusia yang berpusat
pada perilaku sosia berbasis evolusioner dan biologis. Sudut pandang ini melihat lebih jauh pada
perilaku terhadap fungsinya dalam mendukung kelompok atau spesies untuk bertahan hidup.
Dipengaruhi oleh teori Darwin, sudut pandang ini membantu hasil-hasil antropologi, ekologi,
genetika, etologi dan psikologi evolusioner untuk menjelaskan nilai adaptif atau kelangsungan
hidup perilaku bagi seseorang individu atau spesies.
Menurut Darwin, semua spesies hewan telah berkembang melalui berbagai proses yang
berkaitan dengan yang paling bisa beradaptasilah yang akan bertahan hidup (survival of the
fittest) dan seleksi alam (natural selection). Natural Selection (seleksi alam) adalah Individu yang
trait-nya lebih baik akan bertahan, sedangkan yang kurang tidak akan bertahan.
Etologi (ethology) adalah merupakan kajian berbagai perilaku adaptif yang berbeda pada
spesies hewan yang telah berkembang untuk meningkatkan peluang bertahan hidup. Para ahli
etologi menyatakan bahwa untuk tiap-tiap spesies beberapa perilaku bawaan seperti tupai
menimbun kacang pada musim gugur dan laba-laba memintal jaring. Contoh lainnya adalah
penelitian oleh ahli etologi berkebangsaan Austria, kontrad Lorenz dengan insting anak bebek
yang baru lahir untuk mengikuti ibunya.
Psikologi evolusioner (evolutionary psychology) adalah penerapan berbagai prinsip
yang paling bisa beradaptasi yang akan bertahan hidup (survival of the fittest) dan seleksi alam
(natural selection) dari Darwin. Menurut teori ini, manusia secara tidak sadar berjuang tidak
hanya untuk kelangsungan hidup pribadi, tetapi juga melanggengkan warisan genetic mereka.
akibat bagi spesies adalah perkembangan mekanisme untuk menyelesaikan masalah.

B. Sudut Pandang Kontekstual


Sudut pandang kontekstual (contextual persepective) adalah pandangan mengenai
perkembangan manusia yang melihat bahwa individual tidak terpisahkan dari konteks sosial.

1|Page
Teori sosial budaya dari Vygotsky yang kita bahas sebagai bagian dari sudut pandang kognitif
dapat juga dikelompokkan sebagai kontekstual.
Teori bioekologi (bioecological theory) adalah menjelaskan cakupan berbagai proses yang
saling berinteraksi yang mempengaruhi perkembangan seseorang. Setiap organisme biologis
berkembang dalam konteks sistem ekologi yang mendukung atau mengekang perkembangannya.
Sama seperti ketika perlu memahami ekologi laut atau hutan jika ingin memahami
perkembangan seekor ikan atau sebatang pohon, kita juga perlu memahami ekologi lingkungan
manusia untuk memahami bagaimana manusia berkembang.
Menurut Bronfenbrenner perkembangan muncul melalui berbagai proses rutin yang makin
rumit, aktif, interaksi dua arah antara dua orang yang berkembang dan lingkungan sehari-
harinya. Berbagai proses yang dipengaruhi oleh konteks yang lebih terpisah dimana individu
bahkan mungkin tidak menyadarinya. Teori Bronfenbrenner memberikan sebuah pemahaman
penting pada berbagai proses yang mendasari gejala yang beragam, seperti perilaku antisosial
dan prestasi akademik. Urie Bronfenbrenner ( biological Theory) Menjelaskan berbagai cakupan
yang saling berinteraksi dan saling memengaruhi
Bronfenbrenner mengidentifikasi lima sistem kontekstual yang saling terkait mulai yang
paling dekat sampai yang paling luas yaitu :
a) Mikrosistem (microsystem)
Adalah merupakan sebuah pola kegiatan, peran, dan hubungan dalam sebuah lingkungan
seperti rumah, sekolah, tempat kerja, atau lingkungan tempat tinggal dimana seseorang
berfungsi dengan dasar rutinitas dan langsung memahaminya. Sebagai contoh suatu
mikrosistem dapat mencakup pribadi, hubungan tatap muka dan pengaruh dua arah yang
mengalir bolak-balik. Mempelajari mikrosistem dapat memberikan pencerahan, tidak hanya
pada bagaimana seorang bayi mempengaruhi perasaan dan sikap orang tua, tetapi juga pada
bagaimana perasaan dan sikap mereka mempengaruhi bayi. Contoh yang lainnya
mikrosistem dapat mengungkapkan bagaimana perlakuan seorang pemilik perusahaan
terhadap karyawan mereka mempengaruhi produktivitas karyawan dan bagaimana
produktivitas mereka mempengaruhi perlakukan pemilik perusahaan terhadap mereka.
b) Mesosistem (mesosystem)
Adalah merupakan interaksi dua atau lebih mikrosistem yang mengendalikan orang yang
berkembang. Mesosistem bisa mencakup kaitan antara rumah dan sekolah (seperti pertemuan

2|Page
orang tua dan guru) atau antara keluarga dan kelompok teman bermain seusia. Perhatian pada
mesosistem dapat memberitahu kita mengenai berbagai perbedaan dalam cara-cara orang
yang sama bertindak pada lingkungan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, seorang anak
yang menyelesaikan tugas sekolah dirumah dengan hasil yang memuaskan bisa menjadi
terdiam dan sulit menjawab ketika ditanya mengenai tugas tersebut dikelas. Seorang dewasa
yang mudah bergaul dan senang berteman mungkin terobsesi dan suka termenung dirumah.
c) Ekosistem (exosystem)
Seperti mesosistem, terdiri atas kaitan antara dua dua atau lebih lingkungan. Namun
demikian, ekosistem tidak seperti mesosistem paling tidak salah satu dari lingkungan ini,
seperti tempat kerja orang tua atau jaringan kerja sosial orang tua, tidak mengendalikan orang
yang berkembang dan dengan demikian mempengaruhi mereka secara tidak langsung.
Sebagai contoh, seorang ibu yang atasannya mendorong untuk menyusui dengan
menyediakan pompa dan fasilitas penyimpanan susu lebih mungkin untuk terus merawat
bayinya.
d) Makrosistem (macrosystem)
Terdiri atas keseluruhan budaya, seperti pada apa yang diteliti Margaret : berbagai nilai,
keyakinan, kebiasaan dan ekonomi yang dominan dan sistem sosial suatu budaya atau
subbudaya yang menyaring kehidupan sehari-hari individu dengan cara-cara yang tidak
terbilang. Entah tinggal dalam keluarga inti atau keluarga besar, seseorang sangat
dipengaruhi oleh makrosistem suatu budaya.
e) Kronosistem (choronosystem)
Mempresentasikan kadar stabilitas atau perubahan dalam dunia seseorang. Hal ini dapat
mencakup berbagai perubahan dalam komposisi keluarga tempat atau pekerjaan orang tua
serta peristiwa-peristiwa yang lebih besar seperti perang, aur ekonomi, dan gelombang
migrasi. Berbagai perubahan dalam pola keluarga (seperti meningkatnya, ibu-ibu yang
bekerja pada masyarakat industri barat dan menurunya keluarga besar pada negara-negara
berkembang) merupakan berbagai faktor kronosistem.

3|Page
Menurut Bronfenbrenner, seseorang bukan sekedar hasil dari perkembangan tetapi
pembentuk perkembangan. Manusia mencapai perkembangannya sendiri melalui karakteristik
biologis dan psikologis, bakat dan keterampilan, ketidakmampuan dan tempramen. Kontribusi
utama sudut pandang kontekstual adalah penekanannya pada komponen sosial dari
perkembangannya. Sudut pandang kontekstual juga mengingatkan kita bahwa hasil-hasil
penelitian mengenai perkembangan manusia dalam satu budaya atau kelompok pada suatu
budaya (seperti, orang amerika berkulit putih dan golongan menengah) bisa jadi tidak berlaku
sama pada mereka yang berada dalam masyarakat atau kelompok budaya lain.

C. Berbagai Model Penelitian


Dua persoalan utama pada awal penelitian ilmiah adalah bagaimana subyek penelitian dipilih
dan data dikumpulkan. Keputusan-keputusan ini sering kali bergantung pada pertanyaan yang

4|Page
ingin dijawab oleh peneliti. Seluruh persoalan ini memainkan peranan dalam rancangan atau
rencana penelitian.
Para peneliti perkembangan manusia bekerja dalam tradisi 2 metodologi yaitu :
1) Penelitian Kuantitatif (quantitative research)
Adalah penelitian yang memusatkan pada data yang objektif dan pengukuran statistik atau
angka. Penelitian kuantitatif berhubungan denganb pengukuran data secara objektif. Para
peneliti kuantitatif bisa mempelajari misalnya, seberapa besar rasa takut atau kecemasasan
yang dirasakan pasien sebelum pembedahan, sebagaimana diukur melalui tes yang
terstandarisasi, perubahan fisiologis atau analisis statistik.
2) Penelitian Kualitatif (qualitative research)
Penelitian yang melibatkan atau memusatkan interpretasi data yang bukan angka, seperti
hakikat atau kualitas pengalaman subjektif, perasaan atau keyakinan subjek peneliti. Para
peneliti kualitatif bisa mempelajari bagaimana pasien menggambarkan emosi mereka
sembelum pembedahan atau seperti pada penelitian Magaret Mead : Bagaimana anak
perempuan di kepulauan laut selatan menggambarkan pubertas mereka.
Penelitian kuantitatif di dasarkan pada metode ilmiah (scientific method) yaitu sistem prinsip
dan proses penelitian yang umumnya dicirikan dengan penyelidikan ilmiah dalam bidang apapun
meliputi, pengidentifikasian sebuah masalah untuk diteliti, perumusan hipotesis yang dapat di uji
oleh penelitian, pengumpulan dan penganalisisan data dan penyebarluasan hasil penelitian.
Langkah-langkah umumnya yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif yang didasarkan pada
metode ilmiah yaitu :
1) Mengidentifikasi masalah untuk diteliti, seringkali berdasarkan sebuah teori atau penelitian
terdahulu.
2) Merumuskan hipotesis yang dapat diuji oleh penelitia.
3) Mengumpulkan data.
4) Menganalisis data untuk menentukan apakah data mendukung hipotesis.
5) Membentuk kesimpulan sementara.
6) Menyebarkan hasil penelitian sehingga peneliti yang lain dapat mengujinya,belajar darinya,
menganilisis mebngulangi dan membangun teori berdasarkan hasilnya.
Pemilihan metode kualitatif atau kuantitatif bergantung pada pokok bahasan penelitian,
seberapa banyak yang sudah diketahui mengenainya , keahlian peneliti dan orientasi teoritis dan

5|Page
lingkungan. Penelitian kuantitatif sering kali dilakukan dalam lingkungan laboraturium di bawah
kondisi yang terkontrol. Penelitian kualitatif dilakukan pada lingkungan sehari-hari untuk
meneliti pokok bahasan yang sedikit diketahui.

D. Sampling
Meneliti seluruh populasi (suatu kelompok dimana hasil penelitian dapat diterapkan)
biasanya terlalu mahal dan memakan waktu. Para peneliti memilih sebuah sample (sampling).
Sample (sampling) adalah kelompok subjek penelitian yang dipilih untuk mewakili populasi
yang diteliti atau kelompok yang lebih kecil dalam populasi. Sample harus memadai sehingga
mewakili populasi yang dituju yaitu harus menunjukkan karakteristik yang relevan dalam
proporsi yang sama seperti dalam populasi. Jika tidak hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasikan secara tepat atau diterapkan pada populasi secara keseluruhan. Untuk menilai
seberapa jauh hasil penelitian mungkin bisa digeneralisasikan, peneliti perlu membandingkan
karakteristik orang-orang di dalam sampel dengan mereka yang ada si populasi sebagai
keseluruhan.
Peneliti sering kali berusaha mencapai keterwakilan melalui pemilihan acak (random
selection/random smpling). Pemilihan acak (random selection/random sampling) adalah dimana
setiap orang dalam suatu populasi memiliki peluang yang sama dan bebas untuk terpilih. Jika
kita ingin meneliti pengaruh program pendidikan, salah satu cara untuk memilih sampel secara
acak adalah dengan memasukkan seluruh nama anak yang akan dijadikan subyek penelitian ke
dalam mangkok yang besar, lalu mengaduk-aduknya, dan kemudian menarik sejumlah nama.
Sampel yang acak terutama yang besar cenderung mewakili populasi dengan baik. Namun,
sayangnya smpel populasi besar yang acak sering kali sulit didapatkan. Bahkan banyak
penelitian yang menggunakan sampel yang dipilih karena mudah diakses atau didapat (misalnya,
anak-anak yang lahir pada rumah sakit tertentu atau pasien pada rumah perawatan). Hasil-hasil
penelitian pada sampel seperti itu tidak dapat diterapkan pada populasi secara keseluruhan.
Pada penelitian kualitatif sampel cenderung kecil dan tidak perlu diacak. Para subjek
penelitian dalam penelitian jenis ini bisa dipilih berdasarkan kemampuan mereka untuk
mengkomunikasikan hakikat pengalaman tertentu, seperti bagaimana perasaan mereka menjalani
jenis pembedahan tertentu.

6|Page
E. Berbagai Bentuk Pengumpulan Data
Cara-cara pengumpulan data yang lazim dapat dilakukan denga cara sebagai berikut, yaitu
meliputi :
1) Lapor diri (laporan verbal oleh subjek penelitian)
Subjek penelitian ditanyakan beberapa aspek kehidupannya, pertanyaan mungkin sangat
terstruktur atau lebih fleksibel. Kelebihannya dalam lapor diri yaitu dapat memberikan
informasi langsung mengenai kehidupan, sikap dan pendapat seseorang. Namun ada pula
kekurangan dari jenis pengumpulan data dalam bentuk lapor diri yaitu subjek penelitian
mungkin tidak mengingat informasi secara akurat atau mendistorsikan respons dengan cara
yang diterima oleh masyarakat. Cara menanyakan pertanyaan atau siapa yang menanyakan
bisa mempengaruhi jawaban.
Bentuk lapor diri dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a) Buku harian atau catatan harian
Para subjek penelitian bisa diminta, misalnya untuk mencatat apa yang mereka
makan setiap hari atau saat-saat mereka merasa sedih. Dalam mempelajari anak-anak,
lapor diri orang tuas sering kali dibarengi dengan metode lain yaitu seperti merekam
dengan video atau audio. Orang tua bisa saja direkam dengan video ketika bermain
dengan bayi mereka dan kemudian mungkin ditunjukkan rekamannya dan diminta untuk
menjelaskan mengapa mereka bereaksi seperti yang terlihat pada rekaman.
b) Wawancara (tatap muka atau melalui telepon)
Peneliti menanyakan berbagai pertanyaan mengenai sikap, pendapat atau perilaku.
Dalam wawancara terstruktur masing-masing subjek penelitian ditanyakan dengan
serangkaian pertanyaan yang sama. Wawancara terbuka sering kali digunakan dalam
penelitian kualitatif lebih fleksibel, pewawancara dapat memvariasikan berbagai pokok
bahasan dan urutan pertanyaan serta dapat menanyakan pertanyaan lanjutan berdasarkan
jawaban yang diberikan.
c) Kuisioner
Untuk menanggapi lebih banyak orang dan melindungi rahasia pribadi mereka,
terkadang peneliti menyebarkan kuisioner yang tercetak, dimana subjek penelitian
mengisi dan mengembalikannya. Dengan menanyakan banyak orang peneliti dapat

7|Page
memperoleh gambaran yang luas paling tidak apa yang responden katakan mereka
percayai atau lakukan atau telah dilakukan. Namun demikian orang-orang yang bersedia
untuk ikut serta dalam wawancara atau mengisi kuisioner cenderung merupakan yang
tidak mewakili populasi.
2) Pengamatan Subjek Penelitian dalam Lingkungan Yang Alami atau Laboraturium
Pengamatan memiliki dua bentuk, yaitu
a) Pengamatan Naturalistik (naturalistic observation)
Pada pengamatan naturalistic (naturalistic observation) peneliti mengamati orang-orang
dalam lingkungan kehidupan yang nyata. Peneliti tidak berupaya mengubah perilaku
atau lingkungan. Mereka sekedar mencatat apa yang mereka lihat.
b) Pengamatan Laboraturium (laboratory observation)
Pada pengamatan laboraturium (laboratory observation) peneliti mengamati dan
mencatat perilaku dari subjek penelitian didalam lingkungan yang terkontrol, seperti
sebuah laboraturium. Dengan mengamati semua subjek penelitian dalam kondisi yang
sama, peneliti dapat mengidentifikasi lebih jelas berbagai perbedaan dalam perilaku
yang tidak disebabkan oleh lingkungan.
3) Pengukuran Perilaku atau Kinerja
Subjek penelitian diuji pada berbagai kemampuan, keterampilan, pengetahuan,
kompetensi atau respons fisik. Kelebihan dari jenis pengumpulan data pengukuran perilaku
atau kinerja yaitu memberikan informasi yang dapat diukur secara objektif. Menghindari
distorsi subjektif. Namun kelemahan dari jenis pengumpulan data pengukuran perilaku atau
kinerja yaitu tidak dapat mengukur sikap atau gejala lain yang tidak berbentuk perilaku.
Hasilnya mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar.
Definisi operasional (operational definition) adalah suatu pernyataan yang hanya
berkaitan dengan berbagai operasi dan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan atau
mengukur suatu gejala. Neurosains kognitif (cognitive neuroscience) adalah mengaitkan
pemahaman kita mengenai fungsi kognitif dengan apa yang terjadi dalam otak.

F. Berbagai Desain Penelitian Dasar


Desain penelitian merupakan suatu rencana untuk melaksanakan penelitian ilmiah, apa saja
pertanyaan yang ingin dijawab, bagaimana subjek penelitian dipilih, bagaimana data

8|Page
dikumpulkan dan diinterpretasikan serta bagaimana kesimpulan yang valid dapat ditarik. Empat
desain dasar yang digunakan dalam penelitian perkembangan yaitu :
1) Studi Kasus (Case Study)
Adalah penelitian pada subjek tunggal seperti seorang individua tau sebuah keluarga
secara mendalam, seperti pada penelitian yang dilakukan dengan genie anak perempuan
berusia 13 tahun yang dikurung dikamarnya dan tidak pernah belajar berbicara. Studi kasus
juga bisa menggunakan pengukuran perilaku atau neuropsikologis serta bahan-bahan
biografi,otobiografi atau dokumenter. Kelebihan menggunakan studi kasus (case study) yaitu
fleksibelitas, memberikan gambaran detail mengenai perilaku dan perkembangan seseorang,
dan dapat menghasilkan hipotesis. Kelemahan dari menggunakan studi kasus (case syudy)
adalah tidak bisa digeneralisasikan kepada orang lain, kesimpulannya tidak bisa diuji secara
langsung dan tidak dapat membangun hubungan sebab-akibat.
2) Studi Etnografi (ethnographic study)
Adalah penelitian yang berusaha mengambarkan pola hubungan, adat istiadat,
keyakinan, teknologi, seni, dan tradisi yang membentuk cara hidup suatu masyarakat.
Penelitian etnografi bisa berbentuk kualitatif, kuantitatif ataupun keduanya. Studi etnografi
ini menggunakan kombinasi berbagai metode, termasuk participant observation. Participant
observation adalah bentuk pengamatan naturalistic dimana peneliti tinggal atau turut serta
dalam masyarakat atau kelompok yang lebih kecil yang mereka amati. Kelebihannya dari
studi etnografi yaitu dapat membantu mengatasi bias-bias berdasarkan budaya dalam teori
dari penelitian, dan dapat menguji keuniversalaan gejala perkembangan. Sedangkan
kelemahan dari studi etnografi yaitu dipengaruhi oleh bias pengamat.
3) Studi Korelasi (correlational study)
Adalah desain penelitian mendalam yang merupakan upaya untuk menemukan suatu
korelasi atau hubungan secara statistic diantara variable. Gejala yang berubah atau bervariasi
antara manusia atau dapat divariasikan untuk tujuan penelitian. Kelebihan dari studi korelasi
yaitu memungkinkan peramalan satu variabel lainnya, dapat mengajukan hipotesis mengenai
hubungan sebab-akibat. Sedangkan kelemahan dari studi korelasi yaitu tidak dapat
membangun sebab akibat.
4) Eksperimen (experiment)

9|Page
Adalah suatu prosedur terkontrol dimana eksperimenter memanipulasi berbagai variabel
untuk mempelajari bagaimana satu variabel mempengaruhi yang lain. Eksperimen ilmiah
yang harus dilakukan dan dilaporkan dengan cara tertentu, dimana eksperimenter yang lain
dapat mereplikasinya yaitu mengulang eksperimen tersebut dengan cara yang benar-benar
sama dengan subyek penelitian yang berbeda untuk menguji kebenaran hasil dan
kesimpulannya. Kelebihan dari eksperimen adalah membangun hubungan sebab akibat,
sangat terkontrol dan dapat diulangi oleh peneliti lain, kadar kontrol terbesar dalam
eksperimen laboraturium. Sedangkan kelemahan dari eksperimen adalah hasil-hasilnya
terutama ketika berasal dari eksperimen laboraturium , tidak bisa digeneralisasikan pada
situasi diluar laboraturium.
Cara yang lazim untuk melaksanakan sebuah eksperimen adalah membagi ke dalam dua
bentuk kelompok yaitu :
1) Kelompok Eksperimental (experimental group)
Adalah terdiri dari orang-orang yang dipaparkan dengan memanipulasi eksperimen atau
perlakuan tentang gejala yang ingin diteliti oleh peneliti. Setelah itu pengaruh perlakuan akan
diukur sekali atau lebih pada masing-masing kelompok untuk mendapatkan perubahan yang
terjadi jika ada yang disebabkannya.
2) Kelompok Kontrol (control group)
Adalah sekelompok orang yang serupa dengan kelompok eksperimen, tetapi tidak menerima
perlakuan eksperimental atau menerima perlakuan yang berbeda. Jika eksperimenter ingin
membandingkan pengaruh perlakuan yang berbeda-beda (misalnya, dua metode pengajaran),
sampel keseluruhan bisa dibagi ke dalam kelompok perlakuan yang masing-masing
menerima satu perlakuan dalam satu penelitian.
Pada eksperimen ini, jenis pendekatan cara membaca dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Independent Variabel
Adalah variabel dimana eksperimenter memiliki kontrol langsung.
2) Dependent Variabel
Adalah variabel yang dapat atau tidak dapat berubah sebagai akibat perubahan independent
variabel.

G. Berbagai Desain Penelitian Perkembangan

10 | P a g e
Dua strategi penelitian yang paling lazim digunakan untuk meneliti perkembangan adalah
penelitian longitudinal dan cross-sectional. Penelitian longitudinal mengungkapkan bagaimana
orang-orang berubah atau tetap sama seiring bertambahnya usia, penelitian cross-sectional
menunjukkan kesamaan dan perbedaan diantara berbagai kelompok usia. Karena masing-masing
desain memiliki kelamahan, para peneliti juga menggunakan desain sequential. berikut
penjelasan dari tiga strategi penelitian yang biasanya lazim digunakan untuk meneliti
perkembangan, yaitu :
1) Penelitian Cross-Sectional (cross-sectional study)
Penelitian yang dirancang untuk mengukur perbedaan yang berkaitan dengan usia dimana
orang-orang diukur pada satu waktu atau diwaktu yang sama. Kelebihan dari cross-sectional
adalah dapat menunjukkan persamaan dan perbedaan diantara berbagai kelompok usia, cepat,
ekonomis, tidak ada masalah atrisi atau pengetesan berulang-ulang. Kelemahan dari cross-
sectional adalah tidak bisa membangun dampak usia, menutupi perbedaan individual, dapat
dibinggungkan oleh dampak cohort.
2) Penelitian Longitudinal
Penelitian yang dirancang untuk mengukur berbagai perubahan dalam sampel disepanjang
waktu. Data dikumpulkan dari orang atau sekelompok orang yang sama pada satu waktu.
Kelebihan dari penelitian longitudinal adalah dapat menunjukkan perubahan atau
kesinambungan yang berkaitan dengan usia, menghindari kebingungan usia dengan dampak
cohort. Kelemahan dari penelitian longitudinal adalah memakan waktu, mahal, munculnya
masalah atrisi, bias dalam sampel dan dampak pengetesan berulang-ulang, hasil bisa valid
hanya untuk cohort yang diuji atau sampel yang diteliti.
3) Penelitian Sequential (sequential study)
Desain penelitian yang menggabungkan teknik cross-sectional dan longitudinal. Data
dikumpulkan dari sampel cross-sectional dan longitudinal secara berturut-turut. kelemahan
utama penelitian sequential membutuhkan waktu dan usaha yang banyak serta analisis data
yang sangat rumit. Kelebihan dari penelitian sequential adalah dapat menghindari kelemahan
desain cross-sectional dan longitudinal.

H. Etika Penelitian

11 | P a g e
Dalam menyelesaikan dilemma etika penelitian, para peneliti diharapkan dipandu oleh tiga
prinsip. Tiga prinsip di dalam etika penelitian, yaitu :
1. Kemanfaatan (benefit)
Kewajiban memaksimalkan potensi manfaat untuk subjek penelitian dan meminimalkan
kemungkinan bahaya.
2. Menghormati
Kemandirian subjek penelitian dan perlindungan kepada mereka yang tidak mampu
melakukan penilaian sendiri.
3. Keadilan
Penyertaan berbagai kelompok yang beragam bersama dengan kesensitifan terhadap dampak
khusus apa pun yang mungkin diakibatkan oleh penelitian.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai