Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Kognitif Selama Tiga Tahun Pertama

A. Perkembangan Kognitif Selama 3 Tahun Pertama


• 6 pendekatan dalam perkembangan kognitif
1. Pendekatan Behaviorisme (Behaviorist approach)
• Pendekatan untuk mempelajari perkembangan kognitif yang berkaitan dengan
mekanisme dasar pembelajaran. Pendekatan ini berkonsentrasi pada bagaimana
tingkah laku berubah sebagai respons terhadap pengalaman.
• Semenjak lahir bayi memiliki kemampuan untuk belajar dari apa yang dilihat,
dengar, cium, rasa dan sentuh. Mereka memiliki sebagian kemampuan mengingat
yang mereka pelajari.
• Dua proses pembelajaran pertama yang diteliti oleh para pakar behaviorisme yaitu
classical conditioning dan operant conditioning.
• Classical Conditioning adalah Pembelajaran berdasarkan pengasosiasian suatu
stimulus yang biasanya tidak menghasilkan respons tertentu dengan stimulus lain
yang menghasilkan respons tersebut.
Contoh :
Ketika sang ayah tertarik untuk menangkap momen-momen yang patut dikenang
tentang anna, sang ayah memfoto anna saat tersenyum, merangkak dan lainnya
yang menunjukkan berbagai pencapaiannya. Tiap kali lampu blitz menyala anna
berkedip bahkan suatu petang ketika anna berusia 11 bulan, ia melihat ayahnya
mengarahkan kamera ke arahnya dan anna langsung berkedip sebelum lampu
menyala. Disini anna telah belajar untuk mengasosiasikan kamera dengan cahaya
terang sehingga melihat kamera saja cukup untuk mengaktifkan refleks
berkedipnya.
• Dalam contoh classical conditioning tentang kedipan anna ketika melihat kamera
adalah dimana seseorang belajar untuk memberikan refleks atau respons involunter
terhadap stimulus (kamera) yang tadinya tidak membangkitkan respons.
• Classical conditioning memungkinkan bayi mengantisipasi suatu kejadian sebelum
terjadinya dengan cara membentuk asosiasi antara berbagai stimulus (seperti
kamera dan lampu blitz) yang terjadi bersama secara rutin.

1|Page
• Pembelajaran yang terjadi berdasarkan prinsip classical conditioning akan meredup
atau punah bila tidak didorong oleh asosiasi yang berulang.

• Operant conditioning adalah pembelajaran berdasarkan dorongan atau hukuman.


Contoh :
Ketika bayi belajar bahwa tersenyum akan mendatangkan perhatian kasih sayang, si
pembelajar bereaksi atau beroperasi terhadap lingkungan. Si bayi belajar untuk
membuat respons tertentu terhadap stimulus lingkungan (tersenyum ketika orang
tuanya terlihat) untuk menghasilkan efek tertentu (perhatian orang tua).
• Reinforcement adalah Meningkatkan perilaku.
• Reinforcement dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Positive → Memberikan Reward
Contoh :
Memberikan permen ke anak setiap selesai mengerjakan tugas sekolah.
b) Negative → Menghilangan sesuatu yang tidak menyenangkan
Contoh :
Tidak ada pekerjaan rumah apabila mendapat A+ di ulangan.
• Punishment adalah Menurunkan Perilaku
• Punishment dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Positive → Menambahan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Contoh :

2|Page
Ditegur atau Dimarahi.
b) Negative → Menghilangkan sesuatu yang menyenangkan.
Contoh :
Kunci mobil hilang atau motor diambil.
2. Pendekatan Psikometri (psychometric approach)
• Pendekatan psikometri adalah pendekatan untuk mempelajari perkembangan
kognitif yang berusaha mengukur kuantitas kecerdasaan yang dimiliki seseorang.
untuk pengetesan perkembangan dan kecerdasan.
• Tujuan pengetesan psikometrik adalah untuk mengukur secara kuantitatif berbagai
faktor yang diduga membangun kecerdasan (pemahaman dan penalaran) dan hasil
pengukuran tersebut untuk meramalkan kinerja dimasa mendatang (prestasi
disekolah).
• Tes IQ (intelligent quotient test) terdiri atas pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas
yang memperlihatkan berapa banyak kemampuan yang terukur yang dimiliki
seseorang dengan membandingkan kinerja orang tersebut dengan kinerja orang
lain yang juga mengambil tes tersebut. Untuk anak usia sekolah, skor tes
kecerdasan dapat meramalkan kinerja dengan akurat dan andal.
• Menguji kecerdasan bayi dan anak adalah hal lain, karena bayi dan anak adalah
berbeda dalam merespon. Bayi tidak dapat memberitahu kita apa yang mereka tahu
dan bagaimana mereka berpikir, cara yang paling cara yang paling jelas dalam
mengukur kecerdasan bayi adalah dengan mengukur apa yang dapat mereka
lakukan. Namun bila mereka tidak menggenggam giring-giring (kelintingan atau
genta atau bel kecil.), sulit untuk memutuskan apakah mereka tidak tahu caranya,
atau enggan melakukannya, atau tidak sadar, atau hanya karena kehilangan minat.
• Pengetesan Perkembangan Bayi dan Anak Walaupun nyaris tidak mungkin untuk
mengukur kecerdasan bayi, adalah mungkin untuk menguji perkembangan
kognitifnya Bila orang tua khawatir karena bayinya tidak melakukan yang
dilakukan bayi-bayi lain seusianya, pengujian perkembangan dapat memastikan
mereka bahwa perkembangan anak normal-atau justru menemukan tanda suatu
masalah. Pengetesan perkembangan membandingkan kinerja seorang bayi dalam
serangkaian tugas dengan norma-norma yang sudah ditetapkan sebelumnya

3|Page
berdasarkan pengamatan terhadap bayi dan anak, apa yang dapat dilakukan pada
usia tertentu.
Misal :
Tes IQ, pengetesan perkembangan bayi dan anak (Baley scale of infant and toddler
development) dirancang untuk mengukur perkembangan bayi 1 bulan hingga 31/2
tahun. Skala in didesain untuk menunjukkan kekuatan, kelemahan, dan kemampuan
dalam tiap domain perkembangan kognitif, bahasa, motorik, sosial emosional dan
tingkah laku adaptif. Membantu orang tua dan ahli secara tepat membuat rencana
bagi anak. Mengukur dampak interaksi awal dalam keluarga. Kecerdasan diduga
sebagai hal yang tetap dan dibawah sejak lahir. Namun beberapa Tokoh
mengemukakan bahwa kecerdasan merupakan faktor bawaan dan pengalaman.
• Untuk melihat melihat dampak interaksi awal dalam keluarga menggunakan Home
Observation for Measurement of the Environment. Home Observation for
Measurement of the Environment adalah instrument untuk mengukur pengaruh
lingkungan rumah terhadap pertumbuhan kognitif anak. Salah satu faktor penting
yang diukur Home adalah ketanggapan orang tua, mengecup anak, memuji anak,
keikutsertaan orang tua bermain dengan anak, buku-buku yang tersedia di rumah.
Intervenssi dini. Bagi individu yang kesulitan, merupakan proses sistimatis
perencanaan dan pemberian pelayanan teraupetik dan edukatif bagi keluarga yang
membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan bayi, anak dan
anak prasekolah.
3. Pendekatan Piagetian : Tahap Sensorimotor
• Pendekatan Piagetian (Piagetian approach) adalah pendekatan untuk mempelajari
perkembangan kognitif yang mendeskripsikan tahap kualitatif kefungsian kognitif.
Pendekatan ini berfokus pada bagaimana pikiran menyusun aktivitasnya dan
beradaptasi dengan lingkungan.
• Tahap pertama dalam perkembangan kognitif Piaget adalah tahap sensorimotor
(sensorimotor stage). Tahap sensorimotor (sensorimotor stage) adalah dalam teori
piaget merupakan tahap pertama dalam perkembangan kogniti, pada masa dimana
bayi belajar melalui pancaindra dan aktivitas motorik.

4|Page
• Selama tahap ini (dari lahir hingga kira-kira usia 2 tahun), bayi belajar tentang diri
dan dunia mereka dengan mengembangkan aktivitas sensori dan motor mereka.
Bayi berubah dari mahkluk yang berespons terutama melalui refleks dan tingkah
laku acak, menjadi anak yang tingkah lakunya berorientasi pada tujuan. Dalam
catatan harian Darwin, kita melihat Doddy berkembang dari sekadar ekplorasi
sederhana mengisap benda-benda potensial seperti jari ayahnya, hingga percobaan
penuh tujuan untuk memecahkan misteri cermin dan bayangan.
• Sub tahap-tahap sensorimotor terdiri dari enam sub tahap. Schema bayi berjalan
bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya pola yang terelaborasi dari tingkah
laku. Selama lima sub tahap pertama bayi belajar mengordinasi input dari panca
indra mereka dan mengorganisasi aktivitas mereka sehubungan dengan lingkungan
mereka. Selama sub tahap ke enam (terakhir) mereka berkembang menggunakan
pembelajaran trial and error ke penggunaan dari berbagai simbol dan konsep untuk
memecahkan masalah sederhana. Kebanyakan dari pertumbuhan kognitif ini
muncul melalui reaksi sirkuler (circular reactions) dimana bayi belajar
memproduksi peristiwa yang menyenangkan atau menarik yang awalnya hanya
kebetulan. Aktivitas yang menghasilkan suatu sensasi yang menyenangkan
sehingga bayi ingin mengulanginya.
• Dalam tahap sensorimotor terdiri atas 6 subtahap yaitu :
a) Pada subtahap pertama (lahir hingga sekitar 1 bulan)
Bayi baru lahir mulai berlatih dengan mengendalikan refleks-refleks yang
mereka bawa sejak lahir, melibatkan diri dalam tingkah laku walaupun
stimulus normalnya sedang tidak hadir. Contoh, anak baru lahir mengisap
secara refleks ketika bibir mereka disentuh. Namun, secepatnya mereka belajar
mencari puting walaupun bibir mereka tidak disentuh, dan mereka kadang
mengisap saat tidak lapar. Tingkah laku-tingkah laku baru ini mengilustrasikan
bagaimana bayi memodifikasi dan memperluas skema untuk mengisap.
b) Pada subtahap kedua (sekitar 1 hingga 4 bulan)
Bayi belajar mengulang sensasi tubuh yang menyenangkan yang awalnya
diperoleh kebetulan (misalnya, mengisap. seperti pada tahap pertama. Mereka

5|Page
mulai beralih pada suara, dan mulai menunjukkan kemampuan mengoordinasi
berbagai informasi sensorik (penglihatan dan pendengaran).
c) Pada Subtahap ketiga (sekitar 4 hingga 8 bulan)
Bersamaan dengan ketertarikan baru dalam memanipulasi objek dan belajar
tentang berbagai properti dari berbagai objek.. Bayi bermaksud mengulang
tindakan bukan hanya karena bisa, seperti pada subtahap dua, tapi untuk
mendapatkan hasil melampaui tubuh bayi sendiri. Contoh, seorang bayi usia ini
akan berulang-ulang mengguncang giring-giring untuk mendengarkan
suaranya, yang mengeluarkan bunyi tanpa arti sama sekali ketika satu wajah
bersahabat muncul, untuk mempertahankan wajah tersebut.
d) Pada saat bayi mencapai subtahap keempat, (sekita 8 hingga 12 bulan)
Mereka belajar menggeneralisasi dari pengalaman lalu untuk memecahkan
masalah. Mereka akan merangkak untuk mendapatkan sesuatu yang mereka
inginkan, menggenggamnya, atau menjauhkan halangan dari objek tersebut
(misalnya tangan orang lain). Mereka memodifikasi dan mengoordinasi skema-
skema sebelumnya, seperti skema-skema untuk merangkak, mendorong,
menggenggam, untuk menemukan cara yang bisa berhasil. Subtahap ini
menandakan perkembangan tingkah laku bertujuan yang kompleks.
e) Pada subtahap kelima (sekitar 12 hingga 18 bulan)
bayi akan memvariasikan suatu tingkah laku untuk mendapatkan hasil serupa.
Contoh : seorang anak mungkin meremas bebek karet yang berkowek ketika
terinjak, untuk melihat apakah si bebek akan berkowek lagi.
f) Subtahap keenam (sekitar 18 bulan hingga 2 tahun)
Merupakan transisi ke tahap praoperasional masa kanak awal. Kemampuan
representasional (representational ability) Kemampuan secara mental
menghadirkan kembali objek dan tingkah laku dalam ingatan, cukup banyak
melalui simbol seperti kata, angka, dan gambar mental. Mereka bisa berpura-
pura dan kemampuan representasional mereka memengaruhi kemampuan
mereka berpura- pura. Mereka dapat memikirkan tindakan mereka sebelum
melaksanakannya. Mereka tidak lagi harus bersusah payah melalui trial- error
untuk memecahkan masalah.

6|Page
7|Page
• Skema (schema) adalah dari piaget untuk pola teratur dari tingkah laku yang
digunakan dalam situasi tertentu.
• Reaksi sirkuler (circular reactions) adalah istilah piaget untuk proses-proses dimana
bayi belajar menghasilkan kejadian yang diinginkan yang sebelumnya diperoleh
kebetulan.
• Imitasi tidak terlihat (invisible imitation) adalah imitasi menggunakan bagian tubuh
seseorang yang tidak bisa dilihat orang lainnya.
• Imitasi terlihat (visible imitation) adalah imitasi menggunakan bagian tubuh
seseorang yang bisa dilihat orang lainnya.
• Imitasi tertunda (clerefed imitation) adalah istilah piaget untuk reproduksi suatu
tingkah laku yang diamati setelah beberapa saat dengan memanggil kembali simbol
yang sebelumnya disimpan.
• Elicited imitation adalah metode penelitian dimana bayi atau anak dibuat
mengimitasi serangkaian tindakan khusus yang mereka telah lihat tapi belum tentu
pernah lakukan sebelumnya.
• 4 faktor yang tampaknya menentukan kemampuan mengingat anak yaitu :

8|Page
a) Banyak urutan peristiwa yang telah dialami.
b) Apakah anak secara aktif berpatisipasi atau sekedar mengamati.
c) Apakah anak diingatkan secara verbal tentang pengalaman tersebut.
d) Apakah urutan peristiwa terjadi menurut urutan logis dan kausal.
• Permanensi objek (object permanence) adalah pemahaman bahwa suatu objek atau
seseorang terus-menerus tetap ada walaupun tidak terlihat. Perkembangan konsep
ini di banyak budaya terlihat dari permainan cilukba.
• Permanensi objek berkembang bertahap semasa tahap sensori motor. Mulanya bayi
tidak memiliki konsep seperti ini yaitu :
a) Pada subtahap ketiga sekitar 4 sampai 8 bulan
Mereka akan mencari sesuatu yang mereka jatuhkan tapi bila mereka tida bisa
melihatnya, mereka berlagak seakan benda tersebut sudah tidak ada lagi.
b) Pada subtahap keempat sekitar 12 sampai 18 bulan
Kesalahan ini tidak lagi mereka lakukan. Mereka akan mencari objek ditempat
terakhir objek tersebut bersembunyi. Namun, mereka tidak akan mencari
ditempat yang mereka tidak lagi disembunyikan
c) Pada subtahap keenam usia 18 sampai 24 bulan
Permanensi objek sudah dicapai secara penuh, anak akan mencari objek
walaupun ia tidak melihatnya disembunyikan.
• Hipotesis representasi dual (dual representation hypothesis) adalah menyatakan
bahwa anak dibawah usia kesulitan memahami hubungan spasial karena kebutuhan
untuk menyimpan lebih dari satu representasi mental secara bersamaan.
4. Pendekatan pemrosesan informasi
• Pendekatan pemrosesan informasi (information processing approach) adalah
pendekatan untuk mempelajari perkembangan kognitif dengan menganalisis proses-
proses yang terlibat dalam pembuatan persepsi dan penerimaan informasi.
• Berfokus pada berbagai proses yang terlibat dalam persepsi, pembelajaran, ingatan
dan pemecahan masalah. Pendekatan ini mencoba untuk menemukan apa yang
dilakukan oleh orang dengan informasi sejak saat mereka berhadapan dengan
informasi hingga mereka menggunakannya.

9|Page
• Seperti pendekatan psikometrik, teori pemrosesan informasi memperhatikan
perbedaan; individual pada tingkah laku cerdas. Tidak seperti pendekatan
psikometrik, pendekatan ini bertujuan mendeskripsikan berbagai proses mental
yang terlibat ketika seseorang memperoleh dan mengingat informasi atau
memecahkan masalah, dibanding sekedar menyimpulkan perbedaan pada fungsi
mental dari jawaban-jawaban yang diberikan atau masalah - masalah yang
dipecahkan.
• Penelitian pemrosesan informasi menggunakan metode metode baru untuk menguji
berbagai ide tentang perkembangan kognitif yang muncul dari pendekatan -
pendekatan sebelumnya. Contoh, penelitian-penelitian pemrosesan informasi
menganalisis berbagai-bagian terpisah dari suatu tugas yang rurnit, seperti tugas
pencarian objek Piaget, untuk mencari tahu kemampuan-kemampuan apa saja yang
dibutuhkan bagi tiap tugas dan pada usia berapa kemapuan-kemampuan ini
berkembang. Para peneliti pemrosesan informasi juga mengukur, dan menarik
kesimpulan dari, apa yang bayi perhatikan, dan berapa lama.
• Habituasi (habituation) adalah suatu jenis pembelajaran dimana familiaritas
terhadap stimulus mengurangi, memperlambat atau menghentikan respons.
Contoh :
Pada usia 6 bulan Stefani berbaring tenang dikeranjangnnya dekat jendela dan
mengisap dot. Hari itu berawan, tetapi tiba-tiba matahari menguak, dan cahaya
jatuh keranjang tidurnya. Sesaat kemudian, Stefan berhenti mengisap, menatap pola
cahaya dan bayangan tersebut. berikutnya, ia berpaling dan mulai mengisap lagi.
Kita tidak tahu apa yang terjadi dalam pikiran Stefan ketika ia melihat curahan
cahaya tapi kita dapat mengatakannya melalui tingkah laku mengisap dan melihat
ia mulai memberikan perhatian dan berhenti memberikan perhatian.
• Penelitian-penelitian yang mengkaji habituasi pada bayi baru lahir dengan cara
berulang-ulang memberikan suatu stimulus (biasanya suatu suara atau pola visual)
memonitor respons-respons seperti detak jantung, mengisap, gerakan mata, dan
aktivitas otak.
• Dishabituasi (dishabituation) adalah peningkatan keresponsifan setelah presentasi
stimulus baru atau gambar dan suara yang baru akan menarik perhatian bayi. Ketika

10 | P a g e
bayi sedang mengisap ia akan berhenti disebabkan ada stimulus yang baru yang
menarik perhatian.
Contoh :
Bayi yang sedang mengisap biasanya berhenti ketika stimulus diberikan pertama
kali, bayi mengarahkan perhatiannya pada stimulus baru tersebut. Setelah suara
atau sight diberikan lagi dan lagi, stimulus tersebut akan kehilangan kebaruannya
tidak lagi membuat bayi berhenti mengisap,
• Preferensi visual (visual preference) adalah kecenderungan bayi memandang
sesuatu lebih lama dari pada memandang yang lain atau yang didasari oleh
kemampuan untuk melakukan pembedaan-pembedaan visual.
• Ingatan pengenalan visual (visual recognition memory) adalah kemampuan untuk
membedakan stimulus visual yang familiar dari yang tidak familiar ketika
keduanya diperlihatkan secara bersamaan.
• Transfer lintasmodal (cross-modal transfer) adalah kemampuan untuk
menggunakan informasi yang diperoleh melalui satu pamcaindera untuk memandu
indra yang lain.
5. Pendekatan neurosains kognitif (cognitive neuroscience approach)
• Pendekatan Neurosains Kognitif (cognitive neurosience approach) adalah
pendekatan untuk mempelajari perkembangan kognitif yang mengaitkan proses
otak dengan proses kognitif.
• Menelaah “peranti keras” sistem syaraf pusat. Pendekatan ini berupaya ini berupaya
untuk mengidentifikasi struktur-struktur otak yang terlibat aspek kognitif tertentu.
• Beberapa peneliti telah mendokumentasikan perpindahan aktivitas otak
menentukan struktur otak yang memengaruhi fungsi kognitif dan mencatat ahan-
perubahan perkembangan terjadi. Penelitian- penelitian terhadap orang dewasa
normal dengan yang mengalami kerusakan otak mengarahkan pada dua sistem
ingatan jangka panjang yang terpisah. eksplisit dan implislit-yang memperoleh dan
menyimpan jenis informasi yang berbeda.
• Ingatan eksplisit (explicit memory) bersifat sadar atau ingatan yang disengaja,
biasanya terdiri berbagai fakta, nama, peristiwa, dan hal lain yang seseorang dapat
utarakan, dan menyatakan.

11 | P a g e
• Ingatan implisit (implicit memory) mengacu pada ingatan yang terjadi tanpa usaha
atau bahkan kesadaran, secara umum menyimpan informasi tentang berbagai
kebiasaan dan keterampilan, seperti tahu bagaimana melempar bola atau
mengendarai sepeda.
• Ingatan kerja (working memory) adalah penyimpanan jangka panjang dari
informasi yang sedang secara aktif diproses.
• Pada masa bayi awal, ketika struktur yang bertanggung jawab terhadap simpanan
ingatan belum utuh terbentuk, ingatan secara relative bersifat sementara.
• Korteks prefrontal (porsi besar lobus frontal yang terletak langsung di balik dahi)
dipercaya mengatur berbagai aspek kognisi. Bagian otak ini berkembang lebih
lambat daripada bagian lain. Selama setengah tahun pertama, korteks prefrontal dan
jaringan sirkuit yang berkaitan dengannya mengembangkan kapasitas ingatan kerja
(working memory), yaitu penyimpanan jangka pendek terhadap informasi yang
diolah, atau kerjakan, secara aktif oleh otak. Di dalam ingatan kerjalah representasi
mental disiapkan untuk, atau diingat kembali dari, temp at penyimpanan.
• Pemunculan ingatan kerja yang relatif telat bisa jadi menjadi penyebab
perkembangan yang lambat dari permanensi objek, yang sepertinya berada di arah
belakang korteks prefrontal Walaupun sistem ingatan terus berkembang melampaui
masa bayi, pemunculan struktur otak untuk ingatan pada periode tersebut
menggaris bawahi pentingnya rangsangan lingkungan pada bulan-bulan awal usia
bayi. Ahli-ahli teori dan peneliti¬- peneliti sosial kontekstual memberikan perhatian
istimewa terhadap berbagai pengaruh lingkungan.
6. Pendekatan Sosial-Kontekstual: Pembelajaran melalui Interaksi dengan Pengasuh
• Penelitian-penelitian yang dipengaruhi oleh teori sosial budaya Vygotsky mengkaji
bagaimana konteks budaya memengaruhi interaksi sosial yang mungkin mendorong
perkembangan kompetensi kognitif.
• Guided participation adalah partisipasi orang dewasa dalam aktivitas anak dengan
cara yang membantu struktur aktivitas serta menjadikan pemahaman anak terhadap
aktivitas itu mendekati pemahaman si orang dewasa.
• Konsep ini diinspirasi oleh pandangan pembelajaran Vygotsky sebagai proses
kolaboratif. Guided participation sering terjadi pada bermain dengan berbagi dan

12 | P a g e
aktivitas biasa sehari - hari di mana anak belajar secara informal mengenai berbagai
keterampilan, pengetahuan, dan nilai penting dalam budaya mereka.
• Pendekatan Sosial-Kontekstual (social contextual approach) adalah pendekatan
untuk mempelajari perkembangan kognitif dengan berfokus pada pengaruh
lingkungan khususnya orang tua dan pengasuh lainnya. Menelaah aspek-aspek
lingkungan dari proses pembelajaran khususnya peran orang tua dan pengasuh
lainnya.
• Dalam sebuah penelitian lintasbudaya, peneliti-peneliti mengunjungi rumah empat
belas anak berusia satu hingga dua tahun di tiap tempat; kota bangsa Maya di
Guatemala, suku pedesaan di India, dan masyarakat urban kelas menengah di Salt
Lake City dan Turki. Para peneliti mewawancarai orang tentang praktik
pengasuhan anak mereka serta mengamati mereka dalam membantu anak belajar
berpakaian dan bermain dengan mainan asing. Perbedaan budaya memengaruhi
jenis guided participation yang diamati oleh para peneliti. Di kota masyarakat
Guatemala, di mana anak biasanya melihat ibu mereka menjahit dan menyulam di
rumah untuk membantu keluarga mereka, dan perkampungan India, di mana
mereka menemani ibu mereka bekerja di ladang, anak terbiasa bermain sendiri atau
dengan saudara kandung mereka sementara ibu mereka bekerja dekat mereka.
• Konteks budaya, dengan demikian, memengaruhi cara pengasuh memberikan
kontribusi terhadap perkembangan kognitif. Keterlibatan langsung orang tua dalam
tingkah laku bermain dan pembelajaran anak mungkin lebih adaptif bagi komunitas
urban kelas menengah, di mana orang tua atau pengasuh memiliki lebih banyak
waktu, keterampilan verbal yang lebih meluas, dan mungkin minat lebih besar
terhadap tingkah laku bermain dan belajar anak, daripada pada komunitas rural di
negara berkembang, di mana anak sering mengamati dan berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas orang tua. Penelitian-penelitian yang dipengaruhi oleh teori
sosial budaya.
• Vigotsky menkaji bagaimana konteks budaya mempengaruhi interaksi sosial yang
mungkin mendorong perkembangan kompetensi kognitif, yaitu :
a) Interaksi-interaksi dengan orang dewasa dalam memberikan guided.
b) Membantu menjembatani jurang antara pemahaman anak dan orang dewasa

13 | P a g e
c) Perbedaan budaya: Anak –anak Amerika lebih banyak aktivitas bermain
dirumah Anak Guatemala lebih banyak aktivitas pekerjaan

B. Perkembangan Bahasa
• Sebelum menggunakan kata, bayi mengusahakan agar kebutuhan dan perasaan mereka
diketahui.
• Bicara pralinguistik (prelinguistik speech) adalah melalui suara-suara yang bergerak maju,
mengeluarkan bunyi tanpa arti sama sekali ke celoteh, kemudian imitasi yang tidak
disengaja, dan imitasi yang disengaja.
• Bayi mengucapkan kata pertama pada usia akhir tahun pertama dan mulai dapat berbicara
dalam kalimat pada delapan bulan sampai satu tahun kemudian.
• Vocalisasi dini ( menangis, babbling )
➢ Mengenali suara bahasa. (sejak dari kandungan). Usia 6 bulan mulai mengenali basic
suara. Usia 9 bulan, bayi menunjuk objek terkadang bersuara. 9-12 bulan telah belajar
gesture sosial (melambaikan tangan, mengangguk kepala, mengeleng kepala).
• Kata pertama
➢ Rata-rata bayi dapat mengucapkan kata pertama pada usia antara 10 – 14 bulan.
➢ Bicara linguistik (linguistic speech) adalah ekspresi verbal di desain untuk
menyampaikan makna atau Ekspresi verbal yang mengantaran makna. Awal kosa kata
anak hanya”mama” atau “dada” bisa juga kosa katanya hanya suku kata sederhana
yang memiliki lebih dari satu makna, bergantung pada konteks dimana anak
mengucapkannya.
➢ Holofrasa (holophrase) adalah satu kata yang menyampaikan satu pikiran lengkap.
➢ “ da” mungkin berarti seperti saya ingin itu, atau saya ingin keluar. Kata seperti ini
yang mengungkapkan pikiran disebut dengan holofrasa (holophrase).
➢ Pada usia 16- 24 bulan “ ledakan penamaan” anak bergerak dari bisa mengucapkan 50
kata menjadi 400 kata).
• Kalimat pertama
➢ Terbosan linguistik penting beriktnya ketika anak menggabungkan dua kata untuk
mengungkapkan satu ide. (“Dolly jatuh”). Secara umum anak melakukan ini pada usia
18-24 bulan setelah mereka mengucapkan kata pertama mereka. Namun rentang usia
ini bervariasi sekali.

14 | P a g e
➢ Awalnya anak biasanya menggunakan bicara telegrafik (telegraphic speech). Ketika si
anak mengucap “nek dur” sepertinya yang dimaksudkan “Nenek sedang tidur dilantai”.
Penggunaan anak terhadap bicara telegrafik, serta bentuknya, variasinya, bergantung
pada bahasa yang sedang dipelajarinya. Urutan kata umumnya mengikuti yang anak
dengar.
➢ Bicara telegrafis (telegraphic speech) adalah bentuk dini kalimat yang digunakan terdiri
atas sedikit kata esensial.
➢ Sintaks (syntax) adalah aturan untuk membangun kalimat dalam bahasa tertentu.
➢ Pada usia 20-30 bulan, anak meningkatkan kempetensi dalam “syntax’ anturan-aturan
untuk merangkai kalimat dalam bahasa mereka. Pada usia 3 tahun biasanya anak sudah
lancar dalam berbicara, lebih panjang dan makin rumit, walupun anak sering
menghilangkan bagian-bagian bicara, dan mereka memahami artinya dengan baik.
• Teori Klasik Pemerolehan Bahasa: Debat Nature – Nurture
➢ Menurut Skinner, pembelajaran bahasa seperti pembelajaran yang lainnya berdasarkan
pengalaman. Teori pembelajaran klasik , anak mempelajari bahasa melalui operant
conditionng. Observasi, imitasi dan dorongan ingin tahu berperaqn terhadapap
perkembangan bahasa.
➢ Nativisme (nativism) adalah teori bahwa manusia memiliki kapasitas bawaan untuk
memperoleh bahasa.
➢ Alat pemeroleh bahasa (language acquisition device – LAD) adalah mekanisme
bawaan bayi yang mengampu anak untuk menyimpulkan aturan linguistic dari bahasa
yang mereka dengar.
• Berbagai pengaruh terhadap perkembangan bahasa, yaitu
➢ Faktor neurologis.
Pertumbuhan dan penataan ulang yang mengagumkan semasa bulan-bulan dan tahun-
tahun awal pertumbuhan anak dikaitkan sangat erat dengan perkembangan bahasa.
Penelitian terhadap anak yang mengalami kerusakan otak menunjukkan bahwa periode
sensitif yang terjadi lateralisasi bahasa bersifat menetap.
➢ Interaksi sosial
Peran orang tua dan pengasuh. Bahasa merupakan tindakan sosial. Orang tua dan
pengasuh memiliki peran yang penting dalam tiap perkembangan bahasa.

15 | P a g e
➢ Child- directed Speech.
Bentuk bicara yang sering digunakan pada bayi dan anak. Berbicara perlahan dan
disederhanakan, dengan nada bicara yang tinggi, suara vocal yang dilebih-lebihkan dan
banyak repetisi. Juga disebut “parentese”.
➢ Mempersiapkan Literasi : keuntungan membaca lantang
▪ Bagi bayi dan anak membaca memberikan keintiman emosional serta membina
komunikasi diantara mereka dan orang tua. Frekuensi orang tua atau pengasuh
dalam membaca serta cara meeka melakukannya dapat mempengaruhi
perkembangan literasi (literacy), kemampuan membaca dan menulis pada bayi.
▪ Anak yang belajar membaca sejak dini biasanya adalah mereka yang orang tuanya
sering membacakan mereka, ketika mereka masih kecil.
▪ Orang dewasa atau orang tua cenderung memiliki 3 jenis gaya membaca yaitu :
a) Gaya penggambar (describer style)
Seorang penggambar berfokus pada menggambarkan apa yang terjadi pada
gambar dan mengundang anak untuk juga melakukannya (“Apa yang sang ibu
dan ayah makan untuk sarapan?”).
b) Gaya Pemaham (comprehender style)
Seorang pemaham mendorong anak untuk melihat lebih dalam pada makna
cerita serta membuat berbagai penyimpulan dan prediksi (“Apa yang kira-kira
akan dilakukan sang singa sekarang, ya?”).
c) Gaya orientasi pertunjukan (performance oriented style)
Seorang pembaca orientasi pertunjukan membaca cerita dengan tuntas,
mengenalkan tema utama sebelumnya dan memberikan berbagai pertanyaan
setelahnya. Gaya membaca lantang orang dewasa atau orang tua sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan keterampilan anak.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai