Anda di halaman 1dari 7

TUGAS REVIEW JURNAL

Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikopatologi

Dosen Pengampu:

Dr. Siti Murdiana, S. Psi., M. Psi., Psikolog

Kartika Cahyaningrum, S. Psi., M. Psi., Psikolog

Disusun Oleh :

Nurul Hidayahni Amin

(210701552002)

L/12

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023
Judul On Being Sane in an Insane Place – The Rosenhan
Experiment in the Laboratory of Plautus’ Epidamnus
Jurnal -
Volume& Halaman Vol. 2, No. 1
DOI DOI 10.1007/s12144-013-9188-z
Tahun 2013
Penulis Michael Fontaine
Peringkas Nurul Hidayahni Amin
Tanggal 2 September 2022
Landasan Teori Didalam sebuah majalah terdapat esai yang dimana seorang
psikoterapis Amerika beserta penulis populer yakni
Greenberg (2010) menyebutkan bahwa kewenangan seorang
dokter tergantung pada kemampuannya dalam menyebutkan
penderitaan pasien. Disisi lain, ketika pasien tersebut mampu
menerima diagnosisnya. Mereka harus percaya bahwa dokter
tau cara yang sama seperti fisikawan yang dimana mengetahui
mengenai ashli biologi mengenai penyakit yang mereka idap.
Tetapi hal ini selalu dihindari oleh seorang psikiatri, dan
dimana setiap pertarungan akan mengancan untuk merusak
profesi dengan mengungkapkan sebuah rahasia kotornya
sendiri bahwa psikiater tidak dapat secara ketat membedakan
penyakit dari penderitaan sehari-hari. Oleh karena itu, seorang
psikiatri menuliskan bahwa “ ada rasa malu yang mengerikan
di antara para psikiatri, selalu ingin menunjukkan bahwa
diagnosis kami sama bagusnya dengan diagnosis ilmiah yang
digunakan dalam pengobatan nyata.”
Pada tahun 1972, seorang psikolog bernama Stanford David
L. Rosenhan (1929-2012) berusaha mengungkapkan bahwa
diagnosis penyakit mental itu kurang valid. Dia bisa
mengatakan hal demikian, dikarenakan dia pernah
mengujinya sendiri dengan membawa delapan pasien palsu
untuk masuk dirumah sakit jiwa. Dan setelah dirawat di
duabelas instansi pasien semua dianggap normal. Tapi tetap
dianggap gila oleh seorang psikiater
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis
terhadap adegan-adegan kegilaan yang dibuat-buat dan
pemeriksaan psikiatri menunjukkan bahwa drama tersebut
menawarkan dua refleksi etis yang terkait, satu tentang
validitas diagnosis psikiater, yang lain tentang validitas
keseluruhan medis
Metode Penelitian Dalam penelitian ini awalnya terdapat 8 pasien yang diuji
1. Subjek cobakan, sedangkan untuk penelitian selanjutnya itu terdapat
2. Instrumen 2 saudara kembar identik.
Untuk penelitian diawal, dimulai dengan pasien tersebut
berpura-pura sakit jiwa dan berhasil masuk ke duabelas rumah
sakit jiwa yang berbeda. Mereka membuat halusinasi dari
suara yang mengatakan “kosong” “membosankan”, dan
“bunyi”. Pasien tersebut memberi informasi ke setiap dokter
yang memeriksanya bahwa suara-suara tersebut awalnya
mengganggu mereka, tapi sekarang sudah tidak lagi.
Sedangkan untuk penelitian selanjutnya ialah Rosenhan dan
pasien palsunya berpura-pura mendengar suara untuk masuk
ke rumah sakit, dan begitupun dengan Sosicles harus pula
berpura-pura untuk mendengar suara untuk menyakinkan
lawan bicaranya bahwa dia gila
Metode Analisis Dalam penelitian pertama yang menyatakan bahwa delapan
Data pasien tersebut tidak gila sesuai dengan data dari rumah sakit,
sedangkan menurut psikiatri mereka tetaplah gila.
Menurutnya, ia telah memberi labe kepada pasien yakni
“skizofrenia”, “manikdepresif”, dan “gila”. Yang dimana
menurut kami kata-kata tersebut menangkap esensi
pemahaman. Faktanya pula bahwa telah lama mengetahui
bahwa diagnosis sering kali tidak berguna atau dapat
diandalkan, tetapi kita tetap menggunakannya. Dan sekarang
kita tidak mampu membedakan kewarasan dari kegilaan
Jelas bahwa kita tidak dapat membedakan orang waras dari
orang gila jika rumah sakit itu tidak memberlakukan
lingkungan khusus
Untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan saudara
kembar identik yang mana dimasukkan kedalam rumah sakit
dan disaat dia berbicara dengan dokter mereka akan kembali
normal. Ayahnya pun pergi mencari psikiatri dan
meninggalkannya. Sebelum memasuki panggung, psikiater
memberitahukan bahwa Menaechmus menderita penyakin.
Tapi psikiater yakin akan kemampuannya untuk merawat
pasien yang malang dan mengembalikannya ke kewarasan
Sebenarnya, perlu dicatat bahwa dalam hal ini eksperimen
Plautus bisa dibilang lagi efektif daripada Rosenhan. Dalam
memanfaatkan kembar identik yang dipisahkan saat lahir
tetapi dengan nama yang identik, daripada menggunakan
penipuan yang disengaja untuk menipu dokter, komedian
Romawi itu menghalangi salah satu keberatan yang
berpotensi lebih meyakinkan terhadap eksperimen Rosenhan
Hasil Sebenarnya, jarang dianggap psikiater Plautus tidak
kompeten. Meskipun pandangan itu dengan tegas disangkal
dalam disertasi tahun 1972, karakter tersebut secara teratur
direndahkan sebagai penipu atau dukun dalam kebanyakan
literatur kritis modern tentang Menaechmi. Kathleen Rankin
(1972) telah banyak mendokumentasikan, bagaimanapun,
bahwa pertanyaan psikiater mengungkapkan dia sebagai
model pembelajaran Hippocrates yang solid, dan dengan
demikian bahwa “dia tampak seperti seorang praktisi normal
dan etis yang terperangkap, seperti semua orang dalam drama,
dalam jalinan identitas yang salah. Mereka juga
mengasumsikan sebaliknya adalah fatal bagi pemahaman
yang tepat tentang permainan itu, tetapi kesalahan
karakterisasi dokter Plautus dapat ditelusuri ke perbandingan
umum jika keliru dengan dokter palsu di Menander's
Perikeiromendan dari satu pertanyaan yang diajukan dokter
kepada Menaechmus.
Mungkinkah mereka yang salah mengatakan aku gila
sebenarnya juga gila?” Pertanyaan pembatasan Menaechmus
menyoroti bukan hanya satu tapiduarefleksi etis tentang sifat
kegilaan. Di satu sisi, dengan kata perma ("salah") itu
menantang validitas diagnosis psikiatri. Ini menarik perhatian
pada konteks sosial di mana penilaian semacam itu dibuat,
dan secara dramatis menunjukkan bahwa lingkungan khusus
dapat dikenakan pada individu di mana makna perilaku dapat
dengan mudah disalahpahami. Di sisi lain, dengan kata-kata
opsi gila (“benar-benar gila sendiri") itu menunjukkan jalan
ke kritik yang lebih luas terhadap model medis penyakit
mental itu sendiri, dan terutama bagaimana model itu
berhubungan dengan kekuasaan dan paksaan.
REFERENSI

Psychol, C., & Fontaine, M. (2013). On Being Sane in an Insane Place – The
Rosenhan Experiment in the Laboratory of Plautus ’ Epidamnus. 2010.
https://doi.org/10.1007/s12144-013-9188-z

Anda mungkin juga menyukai