Anda di halaman 1dari 4

REVIEW JURNAL

ON BEING SANE IN INSANE PLACES

Disusun Oleh :

Alifia Rissa Amalia

210701501117

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
Judul On Being Sane in Insane Places
Jurnal American Association for the Advancement
of ScienceStable
Volume & Vol.179, No.4070 (Jan. 19, 1973),pp.250-
Halaman 258
Penulis D. L. Rosenhan
Tahun 1973
Reviewer Alifia Rissa Amalia
Tujuan Dalam On Being Sane in Insane Places, D.
Penelitian L. Rosenhan membahas serangkaian
eksperimen yang ia ikuti dengan melibatkan
institusi psikiatris dan efek kesalahan
diagnosis gangguan psikologis pada pasien
yang dirawat di rumah sakit. Menguji
apakah psikiater dapat membedakan antara
pasien yang benar-benar menderita
gangguan jiwa dengan yang tidak.
Penelitian Rosenhan ini juga bertujuan
untuk menunjukkan kepada kita bahwa
label yang terkait dengan penyakit mental (
Terutama skizofrenia) memiliki dampak
signifikan pada cara pasien dirawat. Dan
juga apakah psikiater membedakan antara
pasien yang benar-benar dapat menderita
gangguan jiwa dengan yang tidak.
Subjek 8 orang pasien palsu, perawat, dan anggota
Penelitian staff di 12 Rumah Sakit berbeda yang
terletak di 5 Negara bagian yang berada di
pantai Timur dan Barat.
Metode Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian observasi.
Langkah Percobaan ini terdiri dari dua bagian. Pada
Penelitian bagian pertama, delapan orang yang waras
mencoba masuk ke rumah sakit jiwa dengan
berpura-pura mendengar suara-suara asing.
Para pasien palsu ini merupakan orang biasa
yang berprofesi antara lain sebagai
mahasiswa psikologi, psikolog, dokter anak,
psikiater, pelukis, dan ibu rumah tangga. Di
antara para pasien palsu tersebut, tiga orang
adalah wanita dan lima orang adalah lelaki.
Mereka menggunakan nama samaran dan
mengaku memiliki profesi yang berbeda
ketika berbicara dengan perwakilan dari
rumah sakit jiwa. Setelah berhasil masuk ke
rumah sakit tersebut, mereka berlaku
normal, melakukan observasi terhadap
keadaan di rumah sakit, dan menunggu
dikeluarkan Namun, yang terjadi adalah
semua pasien palsu tersebut tidak dianggap
waras oleh para staff rumah sakit
Sebaliknya mereka di diagnosa mengalami
skizofrenia. Para pasien palsu akhirnya
harus berada di rumah sakit selama 7 hingga
52 hari sedangkan rata-rata mereka berada
di sana selama 19 hari. Walaupun para staff
tidak dapat membedakan mereka, 35 dari
118 pasien sesungguhnya di rumah
sakit tersebut menyuarakan kecurigaan
mereka terhadap pasien palsu.
Pada bagian yang kedua, staff dari sebuah
rumah sakit yang mengetahui mengenai
percobaan ini diberitahu bahwa selama tiga
bulan kedepan akan ada pasien palsu yang
berusaha masuk ke sana walaupun
sebenarnya tidak. Para staff diminta untuk
menilai kemungkinan seorang pasien yang
datang adalah pasien palsu. Hasilnya dari
193 pasien, 41 orang dengan yakin
dinyatakan sebagai pasien palsu oleh
setidaknya seorang staff. Secara rata-rata,
sekitar 10 persen dari pasien yang datang
tiap harinya dianggap sebagai pasien palsu.
Hasil Penelitian Penelitian ini membuktian bahwa beberapa
orang gila lebih dapat mengetahui yang
mana sebenarnya yang benar-benar gila dari
pada staff rumah sakit. Rumahsakit itu
sendiri juga memaksakan lingkungan
khusus dimana artinya perilaku dapat
dengan mudah disalahpahami. Konsekuensi
pada pasien dirawat di lingkungan seperti
itu ketidakberdayaan, depersonalisasi,
segregasi, penyiksaan, dan pelabelan
diri nampaknya tidak diragukan lagi.
Kelebihan Kekuatan pada penelitian ini terletak pada
hasilnya yang membuktikan bahwa perawat
dan staff rumah sakit tidak dapat
membedakan mana pasien waras dan mana
pasien tidak waras, serta pelabelan yang
diberikan kepada pasien dari awal akan
melekat terus menerus meskipun pasien
tersebut sudah menunjukkan tidak adanya
gejala ketidakwarasan yang ia alami. Dan
pada penelitian kedua membuat para
perawat dan staff rumah sakit lebih berhati-
hati lagi dalam menangani serta
mendiagnosa pasien yang masuk kedalam
rumah sakit jiwa tersebut.
Kelemahan Banyak bahasa yang ambigu
Analisis Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang
Psikopatologi dimana pasiennya berhalusinasi mendengar
suara-suara yang tidak jelas dan asing.
Gejala-gejala tersebut diduga muncul dari
kekhawatiran yang menyakitkan tentang
ketidakbermaknaan yang dirasakan dari
hidup seseorang. Seolah-olah orang yang
berhalusinasi itu berkata “Hidupku kosong
dan hampa”. Pasien yang dilabeli
skizofrenia akan terus terjebak dalam label
bahwa mereka mengalami skizofrenia

Anda mungkin juga menyukai