Anda di halaman 1dari 16

INTELEGENSI

RNee

A.

Sejarah Tes Intelegensi


Pada awalnya telah dipraktekan oleh negara cina sejak sebelum dinasti Han, yang

dilakukan oleh jenderal cina, untuk menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislatif
berdasarkan pengetahuan menulis klasik, persoalan administratif dan manajerial.
Kemudian dilanjutkan sampai pada masa dinasti Han (200 SM- 200 M), namun
seleksi ini tidak lagi untuk legislatif saja, tetapi mulai merambah pada bidang militer,
perpajakan, pertanian, dan geografi. Meskipun diawali dengan sedikit mencontoh pada
seleksi militer perancis dan Inggris. Sistem ujian telah disusun dan berisi aktivitas yang
berbeda, seperti tinggal dalam sehari semalam dalam kabin untuk menulis artikel atau
puisi, hanya 1 % sampai dengan 7 % yang diijinkan ikut ambil bagian pada ujian tahap
kedua yang berakhir dalam tiga hari tiga malam. Menurut Gregory (1992), seleksi ini
keras namun dapat memilih orang yang mewakili karakter orang Cina yang kompleks.
Tugas-tugas militer yang berat cukup dapat dilakukan dengan baik oleh para pegawai
yang diterima dalam seleksi fisik dan psikologi yang intensif
Tokoh-tokoh yang berperan antara lain adalah Wundt. Beliau merupakan psikolog
pertama yang menggunakan laboratorium dengan penelitiannya mengukur kecepatan
berpikir. Wundt mengembangkan sebuah alat untuk menilai perbedaan dalam kecepatan
berpikir. Sedangkan Cattel menemukan tes mental pertama kali. Yang memfokuskan
pada tidak dapatnya membedakan antara energi mental dan energi jasmani. Meskipun
Pada dasarnya tes mental temuan Cattel ini hampir sama dengan temuan Galton.

Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Alfred Binet. Selain kontribusi nyata
pribadi beliau dengan menciptakan tes intelegensi, beliau juga bekerja sama dengan
Simon untuk membuat instrumen pengukur intelegensi dengan skala pengukuran level
umum pada soal- soal mengenai kehidupan sehari- hari. Perkembangan selanjutnya dua
tokoh ini mengembangkan penggunaan tes intelegensi dengan tiga puluh items
berfungsi mengidentifikasikan kemampuan sekolah anak. Tahun 1912, Stres membagi
mental age dengan cronological age sehingga muncul konsep IQ.
Tokoh selanjutnya yang cukup berperan adalah Spearman dan Persun, dengan
menemukan perhitungan korelasi statistik. Perkembangan selanjutnya dibuatlah suatu
standar internasional yang dibuat di Amerika Serikat berjudul Standards for
Psychological and Educational Test yang digunakan sampai sekarang. Kini tes
psikologi semakin mudah, praktis, dan matematis dengan berbagai macam variasinya
namun tanpa meninggalkan pedoman klasiknya. Psikodiagnostik adalah sejarah utama
dari tes psikologi atau yang juga disebut psikometri.

B.

Tes Intelegensi
Inteligensi adalah perwujudan dari suatu daya dalam diri manusia, yang

mempengaruhi kemampuan seseorang di berbagai bidang. Spearman membuat suatu


rumusan yang dinamai general ability yang berperan dalam menyimpan dan mengikat
kembalisuatu informasi, menyusun konsep-konsep, menangkap adanya hubunganhubungan dan membuat kesimpilan, mengolah bahanbahan dan menyusun suatu
kombinasi baru dari bahan tersebut.
Ada tiga arti mengenai inteligensi, pertama inteligensi adalah kapasitas bawaan
yang diterima oleh anak dari orang tuanya melalui gen yang nantinya akan menentukan

perkembangan mentalnya. Kedua, istilah inteligensi mengacu pada pandai, cepat dalam
bertindak, bagus dalam penalaran dan pemahaman, serta efisien dalam aktifi tas mental.
Arti ketiga dari inteligensi adalah umur mental atau IQ atau skor dari suatu tes
inteligensi.
Inteligensi A dan inteligensi B pertama sekali diformulasikan oleh Donald Olding
Hebb sebagai faktor yang berhubungan dengan genotype dan phenotype. Faktor
genotype (A) merupakan faktor bawaan termasuk yang berhubungan dengan fisik
misalnya otak dan susunan saraf yang tidak dapat diamati secara langsung, yang diamati
adalah perilakunya (phenotype), yaitu bagaimana seseorang bertingkah, cara berbicara
dan berpikir. Phenotype ini tergantung pada interaksi gene dengan lingkungan prenatal
maupun postnatalnya. Inteligensi B tidak statis selama hidup, namun berubah sesuai
dengan pendidikan dan pengalaman yang diperoleh individu. Inteligensi C adalah hasil
suatu tes inteligensi, yang pada umumnya mengukur inteligensi B, karena dianggap
inteligensi A hampir tidak dapat diukur.
Tes intelegensi merupakan tes yang mengungkapkan intelegensi untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan umum seseorang untuk memperkirakan apakah suatu pendidikan atau
pelatihan tertentu dapat diberikan kepadanya. Nilai tes intelegensi seringkali dikaitkan dengan
umur dan menghasilkan IQ untuk mengetahui bagaimana kedudukan relative orang yang
bersangkutan dengan kelompok orang sebayanya.

C.

Jenis-jenis Tes Intelegensi


Jenis-jenis tes intelegensi :

1.

Tes Inteligensi Individual

a.

Skala Stanford-Binet

Tes Stanford-Binet merupakan tes inteligensi yang paling populer di dunia dan
seringkali digunakan sebagai standar untuk menguji validitas tes inteligensi lain yang
dikembangkan setelahnya. Tes Stanford-Binet edisi tahun 1916 memiliki banyak
kelemahan sehingga dilakukan revisi pada tahun 1937, yang menghasilkan dua format
yang paralel (L dan M). Revisi berikutnya dilakukan pada tahun 1960 dan kemudian
distandardisasi pada tahun 1972 sehingga mencakup norma-norma yang memadai bagi
populasi masyarakat Amerika saat itu.
Skala Binet edisi keempat disusun pada tahun 1986. Penyusunnya berusaha untuk
mempertahankan kelebihan edisi sebelumnya sebagai tes inteligensi individual,
ditambah dengan kelebihan tambahan dari perkembangan teori dan riset terbaru dalam
psikologi kognitif. Selain itu, pada edisi revisi keempat ini ditambahkan variasi lainnya,
khususnya jenis tes nonverbal. Edisi keempat terdiri dari 15 jenis tes yang berbeda yang
mencakup empat area: (1) verbal reasoning, (2) abstract/visual reasoning, (3)
quantitative reasoning, dan (4) short-term memory. Sebagian dari kelimabelas jenis tes
tersebut dapat digunakan untuk segala umur, dan sebagian lainnya hanya dapat
digunakan untuk umur-umur tertentu.
Sebagaimana edisi sebelumnya, pada tes edisi 1986, testi diberikan tugas-tugas
yang sesuai dengan kemampuannya. Tes pertama-tama dimulai dari level yang dapat
dijangkau oleh testi dan kemudian dilanjutkan ke level yang lebih tinggi. Jawaban yang
diberikan oleh testi pada tes kosakata (sesuai dengan usia kronologisnya) dapat
digunakan untuk menentukan tes mana selanjutnya yang pertamakali akan digunakan.
Tes kemudian berlanjut sampai setidaknya tiga dari empat item tidak dapat dijawab
dengan benar, di mana hal itu menunjukkan batas kemampuan maksimal konseli
(biasanya tes-tes berikutnya juga akan sulit dijawabnya dengan benar).

Pada sebagian besar tes, setiap item hanya memiliki satu jawaban benar. Raw
score setiap tes kemudian dikonvensi ke dalam skor standard age dengan mean 50 dan
standar deviasi 8. Skor standar juga disediakan untuk masing-masing dari empat bidang
kognitif bersama dengan skor total komposit yang mencerminkan kemampuan mental
umum. Masing-masing memiliki mean 100 dan standar deviasi 16. Tes edisi keempat
ini memerlukan waktu sekitar satu jam 15 menit. Tidak seluruh kelimabelas tes
dilancarkan pada testi. Biasanya hanya delapan hingga 13 tes saja yang diberikan,
tergantung pada entry level masing-masing testi.
Edisi keempat ini telah distandardisasi dengan lebih dari 5000 orang dari seluruh
Amerika Serikat yang di dalamnya telah mewakili sampel berdasarkan gender, umur,
kelompok etnis, dan masyarakat luas. Reliabilitas konsistensi internal tes secara
keseluruhan sangat tinggi (di atas .95), begitu pula reliabilitas masing-masing area
kognitif (di atas .93). Uji reliabilitas dengan metode test-retest terhadap bagian-bagian
tes dan tes secara keseluruhan menunjukkan hasil yang lebih tinggi bagi testi usia
dewasa. Penyusun tes Binet juga telah menguji validitas edisi keempat ini dengan
menggunakan (1) validitas konstruk terhadap penelitian terkini dalam bidang inteligensi
kognitif, (2) konsistensi internal dan metode analisis faktor, dan (3) uji korelasi dengan
tes inteligensi lain.
b.

Skala Wechsler
Tes Wechsler edisi terakhir terdiri dari tiga jenis, yaitu: WPPSI-R untuk umur 3-7

tahun, WISC-R untuk umur 6-16 tahun, dan WAIS-R untuk umur 16-74 tahun. WPPSIR merupakan hasil revisi pada tahun 1989. Modifikasi dan restandardisasi berikutnya
yang dilakukan pada tahun 1990an menghasilkan tes baru yang dinamakan WISC III
(pengganti WISC-R). Namun dalam subbab ini hanya akan dibahas mengenai WPPSI

dam WISC-R karena edisi penggantinya tersebut masih belum beredar saat buku ini
naik cetak.
Tiga tes tersebut memiliki kesamaan pola, dengan lima atau enam subtes yang
menghasilkan skor Verbal (selanjutnya disingkat V) dan skor Performansi (selanjutnya
disingkat P). Kedua skor tersebut kemudian menghasilkan skor skala total. Subtessubtes itu hampir mirip namun tidak identik antara satu sama lain (untuk masing-masing
tingkat usia).
Anak Kecil
(WPSSI-R)
VERBAL
Informasi
Pemahaman
Aritmatika
Persamaan
Kosakata
(Kalimat)

Anak Usia Sekolah


(WISC-R)

Usia 16 Tahun Ke Atas


(WAIS-R)

Informasi
Pemahaman
Aritmatika
Persamaan
Kosakata
(Selisih Digit)

Informasi
Pemahaman
Aritmatika
Persamaan
Kosakata
(Selisih Digit)

PERFORMANSI
Mendesain Balok
Menyempurnakan
Gambar
Merangkai Obyek
(Memasang Hewan)
Jaringan
Desain Geometrik

Mendesain Balok
Menyempurnakan
Gambar
Menata Gambar
Merangkai Obyek
Koding
Jaringan

Mendesain Balok
Menyempurnakan Gambar
Menata Gambar
Merangkai Obyek
Simbol Digit

Tes Wechsler dilancarkan oleh tester terlatih dan memerlukan waktu sekitar satu
jam. Subtes Verbal dan Performansi biasanya diberikan secara berseling. Tester
memulai dengan item yang paling mudah misalnya menyusun balok- atau item yang
menengah namun diperkirakan cukup mudah untuk testi. Tester kemudian melanjutkan
pada tes subtes berikutnya jika testi telah selesai dengan satu tes sebaik yang ia bisa.

2.

Tes Inteligensi Kelompok

Tes kelompok diklaim lebih efisien dalam hal waktu pengadministrasian dan
skoringnya. Material-material yang digunakan juga lebih simpel, biasanya berupa:
booklet, lembar jawaban pilihan ganda, pensil, dan kunci jawaban. Tes jenis ini
biasanya juga memberikan informasi yang lebih normatif, karena data jenis ini lebih
mudah dikumpulkan dalam seting kelompok.
Pengembangan tes kelompok didorong oleh kebutuhan untuk mengklasifikasikan
hampir dua juta tentara Amerika yang direkrut selama Perang Dunia I. Tes Army Alpha
(untuk tentara yang dapat membaca) dan Army Beta (untuk tentara yang tidak dapat
membaca) saat itu dikembangkan untuk keperluan militer. Berikutnya, dikembangkan
pula tes inteligensi kelompok untuk keperluan pendidikan dan personalia, dengan
memodel kedua tes tersebut. Sekarang, beberapa jenis tes kelompok telah digunakan di
setiap tingkat pendidikan, dari TK hingga pascasarjana. Tes kelompok juga digunakan
secara luas oleh industri, militer, dan dalam penelitian-penelitian. Supaya tidak kabur
dengan istilah tes inteligensi, karena istilah inteligensi seringkali disalahpahami dan
disalahartikan, tes-tes kelompok tersebut lebih sering disebut dengan tes kematangan
mental, tes kecakapan kognitif, tes kesiapan sekolah, atau tes kecakapan mental.
a.

Tes Henmon-Nelson
Tes Kecakapan Mental Henmon-Nelson terdiri dari empat level yang didesain

untuk memenuhi kebutuhan taman kanak-kanak hingga kelas XII, di mana setiap
levelnya dapat digunakan untuk tiga atau empat tingkat. Tes berisikan item jenis verbal
dan numerikal, dan kemudian menghasilkan raw score yang akan dikonversikan ke
dalam IQ deviasi dan persentil.
b.

Tes Kecakapan Kognitif (Cognitive Abilities Tests)

Tes Kecakapan Kognitif merupakan versi modern dari Tes Inteligensi LorgeThorndike. Tes ini terdiri dari tiga peruntukan yang berbeda, yaitu: (1) untuk TK dan
kelas 1, (2) untuk kelas 2 dan kelas 3, serta (3) untuk multilevel yang dapat digunakan
di kelas 3 hingga kelas 12. Tes Kecakapan Kognitif terdiri dari tiga bagian yang
masing-masing mengukur hal yang berbeda: verbal, kuantitatif, dan nonverbal. Bagian
nonverbal mengukur tidak menggunakan bahasa ataupun angka, namun menggunakan
gambar-gambar geometrik yang harus diklasifikasikan, dianalogikan, dan disintesakan.
Dalam porsi ini, pengaruh dari sekolah formal, ketidakmampuan membaca, atau bukan
berbahasa asli Inggris, dapat diminimalkan. Raw score masing-masing bagian kemudian
dikonversikan ke dalam skor stanin dan persentil untuk setiap umur dan kelas. Tiga skor
yang dihasilkan oleh tiga bagian tersebut kemudian dapat dikomparasikan dengan
norma kelompok ataupun dikomparasikan dengan masing-masing peserta lainnya.
Sebagai tambahan, untuk menghasilkan skor deviasi IQ, skor juga dapat dikonversikan
ke dalam skor standar yang memiliki mean 100 dan standar deviasi 16. Tes Kecakapan
Kognitif ini telah distandardisasi bersama dengan Tes Keterampilan Dasar Iowa (Iowa
Tests of Basic Skills) untuk tingkat TK hingga kelas IX dan Tes Prestasi dan Profisiensi
untuk kelas IX hingga kelas XII.
c.

Tes Kuhlmann-Anderson
Tes Kuhlmann-Anderson terdiri dari delapan level untuk tingkat TK hingga kelas

XII, di mana setiap level berisi beberapa tes. Tes Kuhlmann-Anderson merupakan versi
terbaru dari dari salah satu tes inteligensi terpopuler yang pernah digunakan di sekolah.
Dibandingkan tes sejenis, tes ini tidak terlalu bergantung pada bahasa, namun akan
menghasilkan skor verbal, skor kuantitatif, dan skor total. Skor disajikan dalam bentuk
persentil (condidence interval) dan skor deviasi IQ.

d.

Tes Keterampilan Kognitif (Test of Cognitive Skills)


Tes Keterampilan Kognitif (Test of Cognitive Skills) merupakan versi terkini dari

California Test of Mental-Maturity-Short Form. Dalam format aslinya, instrumen tes ini
didesain seperti tes Stanford-Binet versi kelompok. Skor yang dihasilkanpun mirip
dengan skor yang didapat dari tes Stanford-Binet. Tes ini terdiri dari empat subtes yang
masing-masing memiliki lima battery untuk kelas dua hingga kelas XII. Umur dan
tingkat stanin, persentil, dan norma skor standar tersedia untuk setiap subtes. Indeks
Keterampilan Total akan menghasilkan skor IQ deviasi
e.

Tes Kesiapan Sekolah Otis-Lennon (Otis-Lennon School Ability Test)


Tes Kesiapan Sekolah Otis-Lennon (Otis-Lennon School Ability Test) berisi lima

level tes untuk kelas satu hingga kelas XII. Tes terbagi dalam dua bentuk R dan S. Tes
ini merupakan revisi terkini dari seri tes Otis terdahulu. Norma Tes Kesiapan Sekolah
Otis-Lennon sama dengan the Metropolitan Achievement Tests dan the Stanford
Achievement Test.
f.

Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan Tinggi (School and College Ability Tests)
Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan Tinggi (School and College Ability Tests)

terdiri dari tiga level dan diperuntukkan bagi siswa kelas III hingga kelas XII. Dua di
antaranya (X dan Y) dapat digunakan untuk semua tingkatan. Tes Kesiapan Sekolah dan
Perguruan Tinggi berisi tes lisan mengenai analogi verbal dan tes kuantitatif mengenai
perbandingan numerik. Tes ini akan menghasilkan tiga skor: verbal, kuantitatif, dan
skor total. Skor standar, stanin, dan persentil juga tersedia untuk setiap tingkatan level.
Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan Tinggi diberi norma secara konkuren dengan the
Sequential Tests of Educational Progress (STEP). Karena Tes Kesiapan Sekolah dan
Perguruan Tinggi dikembangkan oleh Educational Testing Service yang juga

mengembangkan the College Entrance Examination Boards Scholastic Aptitude Test


(SAT), skor verbal dan kuantitatif dalam Tes Kesiapan Sekolah dan Perguruan Tinggi
dapat digunakan untuk memprediksi skor verbal dan kuantitatif SAT.
g.

Wonderlic Personnel Test


Wonderlic Personnel Test merupakan tes kecakapan mental singkat untuk orang

dewasa yang berdurasi 12 menit. Tes inteligensi dengan kertas dan pensil ini terdiri dari
lima bentuk, dengan norma yang ekstensif. Tes ini banyak digunakan dalam bisnis dan
industri untuk seleksi dan penempatan karyawan. Validitas data mengenai kesuksesan
kerja tentu dapat ditemukan di banyak perusahaan, namun memang jarang ditemukan
dalam literatur penelitian. Namun demikian, validitas tes masih dipertanyakan dalam hal
seleksi posisi-posisi tertentu di mana golongan minoritas memperoleh skor lebih rendah.
h.

Multi-Dimensional Aptitude Battery


Multi-Dimensional Aptitude Battery dikembangkan oleh Douglas Jackson pada

tahun 1984 sebagai sebuah tes tulis kelompok untuk menghasilkan skor yang sama
dengan yang akan diperoleh dari Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Tes ini
berisi lima tes skala verbal dan lima tes skala performansi yang bentuknya sangat mirip
dengan subtes-subtes skala WAIS, namun dalam format tulis. Skor pada subtes-subtes
tersebut memiliki mean 50 dan standar deviasi 10, sedangkan skor total dari bagian
verbal, performansi dan skala penuh memiliki mean 100 dan standar deviasi 15.
Kelebihan tes ini adalah kemudahan dalam pengadministrasian dan skoringnya. Untuk
menjadi tester, juga tidak diperlukan keterampilan tingkat tinggi seperti yang diperlukan
pada skala WAIS dan Stanford-Binet. Sebagai alat tes kelompok, tes ini tentu saja tidak
bertujuan untuk memperoleh data observasional seperti yang diperoleh pada instrumeninstrumen individual.

D.

Prosedur Tes Intelegensi


Pelaksanaan tes intelegensi memberikan beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi untuk menjamin adanya hasil dari sebuah pelaksanaan tes yang reliabel dan
valid. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam prosedur pelaksanaan tes intelegensi
antara lain sebagai berikut.
1.

Menciptakan Suasana Testing


Kegiatan menciptakan sebuah kondisi dan situasi testing memiliki tujuan pokok

agar testi dapat menunjukkan dan memberikan performance- yang dimilikinya dengan
sebaik mungkin. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu diperhatikan beberapa hal
diantaranya terkait dengan kondisi fisik bangunan yang digunakan dalam pelaksanaan
sebuah tes intelegensi. Misalnya, penerangan ruangan, ventilasi ruangan, dan besarnya
ruangan yang digunakan tersebut. Sebagai contoh, testi akan mengalami kesulitan
memahami pengarahan yang diberikan sebelum tes intelegensi dilaksanakan jika tidak
ditunjang dengan sound system yang memadai.
Selain kondisi fisik bangunan yang digunakan dalam pelaksanaan tes, hal lain
yang perlu diperhatikan yakni keadaan atau kondisi orang yang akan dites. Hasil tes
yang ditunjukkan dari testi yang mengalami kelelahan dan mengalami masalah-masalah
yang lain bukan merupakan sampel yang representatif dari tingkah laku yang
diharapkan muncul dalam kondisi dan situasi tes. Hal ini dikarenakan, tes intelegensi
secara umum menghendaki kondisi fisik dan mental yang serasi dalam diri seorang
individu. Jika tes intelegensi dilaksanakan dalam kondisi testi yang kurang mendukung,
maka dalam interpretasinya nanti harus disertakan kondisi-kondisi testi yang kurang
mendukung pelaksanaan tes intelegensi ini.

2.

Memberikan Motivasi dan Menciptakan Rapport dalam Testing


Motivasi merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian, karena motivasi

testi yang mendasari pelaksanaan tes intelegensi akan mempengaruhi skor testi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami motivasi dalam testing antara
lain: reinforcement yang dapat meningkatkan skor, motivasi-motivasi yang dapat
mengurangi skor, ketakutan dalam menghadapi tes, membentuk rapor dalam testing.
3.

Memberikan Pengarahan kepada Testi


Memberikan

pengarahan

apa

yang harus

dilakukan

oleh

testi

dalam

menyelesaikan tes intelegensi merupakan salah satu tanggungjawab yang penting dalam
prosedur pelaksanaan tes intelegensi. Tester dalam memberikan pengarahan apa yang
harus dilakukan oleh testi harus sesuai dengan yang tercantum dalam manual book tes
intelegensi. Tester mengikuti semua petunjuk yang ada dalam manual book, seperti
nama, umur, tanggal pengetesa, dan lain sebagainya secara jelas, membacakannya kata
demi kata, tidak menambah dan atau merubah sedikit pun petunjuk penyelesaian suatu
tes, hingga dapat dipahami dengan baik oleh testi dan tidak terjadi kesalahfahaman dari
pengarahan yang diberikan tersebut.
Tester harus tegas dalam menyampaikan petunjuk kepada testi, selain juga
menentukan waktu yang tepat dalam menyampaikan petunjuk tersebut, sehingga
petunjuk yang disampaikan kepada testi tidak diulang berkali-kali. Hal lain yang juga
diperhatikan yakni pengarahan dilakukan secara sederhana, jelas, dan tahap demi tahap.
Sebagai contoh, tester memberikan perintah ambillah buku tesmu, disaat yang
bersamaan tester juga mengambil satu buku tes pula sebagai contoh sembari memeriksa
apakah perintah yang disampaikannya tersebut telah dilakukan oleh testi sebelum
melanjutkan perintah berikutnya. Penyampaikan perintah ini harus bersifat formal,

dapat didengarkan dengan jelas tetapi tetap dengan nada yang sopan dan tidak
menyebabkan testi merasa tidak bebas dan tertekan. Sesekali dalam situasi yang formal
tersebut diiiringi dengan suara yang santai semisal saat menyampaikan arti dan tujuan
tes yang akan diselesaikan.
4.

Mengontrol Cara Kerja Testi


Setelah kegiatan pemberian pengarahan selesai, tester memberikan aba-aba bahwa

tes mulai dapat dikerjakan. Tester mengawasi dan menjaga batas waktu sesuai dengan
yang ditetapkan tes. Batas waktu dalam penyelesaian tes intelegensi ini harus dijaga
ketat. Hal yang lain yang dapat dilakukan oleh tester yakni melakukan kontrol apakah
testi telah mengerjakan sesuai dengan petunjuk, tetapi perlu diperhatikan dalam hal ini
hendaknya kegiatan tester ini tidak sampai mengganggu testi yang sedang
menyelesaikan tes. Sebagai contoh, berlama-lama melihat dan mengamati pekerjaan
testi
5.

Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Testi


Jika sebuah pengarahan testing telah diberikan biasanya akan diikuti oleh berbagai

macam pertanyaan dari testi. Menyikapi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari testi
ini, tester menjawab pertanyaan yang disampaikan dengan tidak menambahi hal-hal
atau pengertian-perngertian baru sebagaimana yang telah tercantum dalam manual
book. Hal ini perlu mendapat perhatian yang lebih karena penyampaian pengarahan
merupakan bagian dari dalam situasi tes. Dalam pelaksanaannya, pengarahan yang tidak
dapat dimengerti dan dipahami dengan baik dapat mempengaruhi skor yang diperoleh
testi sebagai hasil tes.
6.

Menskor hasil tes dan mentfansformasian ke dalam norma

Jika tes telah selesai dilakukan, kegiatan berikurnya yakni menskor hasil tersebut.
Kegiatan ini cukup sederhana, yang dilakukan yakni mencocokkan jawaban testi dengan
kunci jawaban yang telah tersedia. Biasanya setiap jawaban yang benar diberi skor 1,
dan secara keseluruhan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total, yang kurang
sederhana ialah kunci jawaban tersebut berupa petunjuk yang memberikan berbagai
kategori dengan gradasi skor yang berbeda-beda.
Skor total yang dihasilkan biasanya disebut skor mentah karena belum diolah
lebih lanjut. Untuk menjadikan skor mentah ini memiliki lebih banyak makna, maka
skor mentah ini harus dibandingkan dengan patokan tertentu. Dapat dilakukan melalui
membandingkannya dengan suatu norma tertentu untuk melihat kedudukan relatif dari
individu pemilik skor tersebut, lebih tinggi atau lebih rendah dari umum. Untuk tes
intelegensi, norma yang lazim digunakan ialah yang didasarkan pada pengelompokan
umur. Hal yang dapat dilakukan agar skor mentah ini lebih bermakna yakni dengan
mentransformasikannya ke dalam IQ, hal ini akan menjadikan skor mentah tersebut
berubah menjadi self expalining yang dapat langsung menerangkan kedudukannya
sendiri. Cara yang paling banyak digunakan yakni dengan menggunakan tabel
transformasi, yakni dengan mencocokkan skor mentah dengan nilai IQ yang telah
tercantum dalam tabel untuk kelompok umur yang diperlukan.
7.

Menafsirkan dan melaporkan hasil tes


Dalam melaporkan hasil tes harus dituliskan identitas testi secara lengkap dan

jelas, jenis tes yang digunakan juga harus disebutkan, termasuk tanggal pengetesan. Hal
ini dikarenakan nilai IQ yang diperoleh dari suatu tes hampir tidak pernah sama antara
satu tes dengan tes lainnya. Melaporkan nilai IQ, baik itu tinggi maupun rendah, akan
membawa risiko masing-masing dari pencantuman nilai IQ tersebut. Pencantuman nilai

IQ yang rendah akan membawa risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan
pencantuman nilah IQ yang tinggi. Dalam melaporkannya, nilai IQ tinggi lebih reliabel
jika dibandingkan dengan nilai IQ rendah, karena nilai IQ rendah dapat berarti macammacam, seperti kurang percaya diri, kurang motivasi, tidak ada minat mengerjakan tes,
dan lain sebagainya, oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk menggunakan tes
yang lain. Hal terakhir terkait pelaporan hasil tes ialah laporan hasil tes tersebut harus
ditandatangani dengan mencantumkan tangga pembuatan laporan.

E.

Penggunaan Tes Intelegensi dalam Layanan Bimbingan Konseling


Kegiatan konseling memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan

kegiatan bimbingan yang lain, dan dalam praktiknya ada yang menggunakan hasil tes
untuk mengawali sebuah proses konseling. Hasil tes intelegensi dapat

digunakan

sebagai bahan diagnosa. Hasil tes belum tentu perlu disampaikan dalam proses
konseling, tetapi konselor maupun konseli memerlukan gambaran yang menyeluruh dari
diri seorang konseli. Dengan menggunakan hasil tes intelegensi, konselor dapat
melakukan diagnosa terkait perkembangan konseli selama dan setelah proses konseling
berlangsung. Selain itu, Hasil tes intelegensi dapat digunakan sebagai data penunjang.
Jika tes yang digunakan tidak hanya tes atau tes intelegensi, maka hasil tes intelegensi
dapat digunakan untuk menunjang data yang telah diperoleh dan diperlukan dalam
kegiatan konseling.
Penggunaan tes intelegensi perlu memperhatikan beberapa prinsip dalam
pelaksanaannya di sekolah. Diantaranya sebagai berikut.

a.

Diberikan untuk seluruh siswa, jika hanya diberikan kepada sekelompok siswa
saja, dikhawatirkan kesimpulan yang diambil nantinya tidak mencakup atau
mewakili siswa secara keseluruhan.

b.

Diberikan dengan pertimbangan waktu yang baik, tes yang diselenggarakan


dengan rencana yang matang akan memiliki manfaat yang cukup besar dari hasil
yang diberikan tersebut.

c.

Dilakukan dengan cara yang benar, tes harus dilakukan dengan cara yang benar
dan tidak disalahgunakan agar dapat memberikan manfaat kepada siswa dan juga
pada sekolah.

d.

Proses skoring harus dilakukan dengan tepat dan teliti.

e.

Hasil tes harus diinterpretasikan berdasarkan norma yang wajar.

f.

Hasil tes hendaknya disajikan dengan cara yang mudah dimengerti oleh siswa,
orang tua, kepala sekolah, guru dan konselor. Dapat disertai dengan keteranganketerangan yang menunjang.

Anda mungkin juga menyukai