Anda di halaman 1dari 3

Psikologi Forensik

Semester 5 kemarin, kebetulan saya mengambil sebuah mata


kuliah yang sedikit aneh menurut saya, dan baru dengar ya waktu
semester 5 akan mengambil KRS itu-Psikologi Forensik.
Awal mengambil mata kuliah itu, dosen PA saya mengalami perdebatan
yang cukup panjang hingga akhirnya membolehkan saya mengambil mata
kuliah ini.
Okeh, dicepetin aja ya ceritanya. Singkatnya, saya sudah masuk kelas
tersebut yang ternyata dosennya adalah dosen dari peminatan Psikologi
Sosial, padahal ini adalah mata kuliah pilihan bagi peminatan Psikologi
Klinis. Whatever lah...banyak kakak senior dari 2008 khususnya yang
peminatan klinis dan sosial bersama dengan angkatan 2009 peminatan
klinis di kelas ini.
Menjelang UAS, dosen kami memanggil praktisi Psikologi Forensik dari
Polda Jatim untuk memberikan kami kuliah tamu. Kurang lebih kaya gini
nih materi yang disampaikan oleh beliau-beliau....
Psikologi Forensik itu ialah aplikasi psikologi ke sistem peradilan
kriminal atau tindak pidana. Dalam menangani perilaku kriminal, ada
istilah criminal profiling yang merupakan analisa tindak kejahatan di
setting TKP (tempat kejadian perkara), jadi bapak-bapak polisi yang
bertitel psikolog itu merupakan lulusan dari sarjana psikologi dan
magister psikologi yang concern di bidang forensik, menangani berbagai
kasus yang gunanya nanti untuk mengungkap fakta di balik kasus yang
terjadi. Psikologi forensik erat kaitannya dengan hukum, tentu saja.
Seorang psikolog forensik, sedikit banyak harus paham dan mengerti
mengenai proses penggalian data dalam bidang psikologi yang meliputi
wawancara, observasi, dan penggunan alat ukur serta mengerti tentang
hukum pidana di Indonesia.
Praktik psikologi forensik dalam kepolisian melipiti pemeriksaan
yang mencakup interogasi dan interviu. Interogasi ialah pemeriksaan
yang dilakukan pada tersangka, sedangkan interviu ialah pemeriksaan

yang dilakukan pada saksi/korban. Menurut pasal 184 (1) KUHAP, alat
bukti yang sah dalam pengadilan ialah: 1) keterangan saksi, 2)
keterangan ahli, 3) surat. Dalam hal ini analisa dari psikolog forensik
masuk pada poin kedua.
Ada yang pernah nonton film Honeyball racing dan lie to me? Nah,
di beberapa bagian di film itu menggambarkan seperti itulah tugas
psikolog forensik dalam mengungkap fakta di suatu kasus.
Perilaku

kriminal

sebenarnya

disebabkan

oleh

berbagai

latar

belakang, bisa karena bakatnya memang begitu (emang ada ya bakat


jadi pembunuh gitu? Hho) maksudnya karena faktor dari genetik yang tak
lain keturunan dari si pelaku, misalnya ayahnya seorang psikopat, bisa
jadi anaknya ini punya bakat menjadi psikopat juga. Faktor lain ialah
keadaan sosial bisa saja karena dikucilkan oleh masyarakat karena ia
berperilaku abnormal, bisa juga karena ingin mendapat pengakuan dari
teman-teman sebayanya di lingkungan sosial, bisa juga karena masalah
dalam keluarganya yang broken home, orang tua yang pilih kasih, dan
sebagainya.

Faktor

ekonomi

merupakan

faktor

berikutnya,

pelaku

kebanyakan mengandalkan motif kekurangan finansial (ekonomi) untuk


menjadi latar belakang dalam menjalankan aksinya. Dan masih ada
beberapa faktor lain yang bisa disearch sendiri di internet.:D
Tentunya
penggalian

jangan

data

pada

melupakan
individu,

rapport

karena

ini

setiap

kali

merupakan

melakukan
kunci

dari

kelengkapan data yang akan diambil. Ada beberapa metode dalam


mengungkap kasus, di antaranya crime scene analysis dan behavioral
evidence analysis.
Dalam kesempatan tersebut, tak lupa para bapak-bapak polisi
tersebut memberikan contoh-contoh kasus yang pernah mereka tangani,
salah satunya adalah kasus jagal Jombang Ryan, siapa yang nggak tahu
kasus ini ayo angkat tangan? Yea, kasus yang terjadi di Jombang ini
diselidiki oleh tim forensik dari Polda, beliau-beliau yang menginterogasi
Ryan ini. Banyak kisah menarik yang diungkapkan oleh mereka saat

menghadapi Ryan. Dan tentunya masih banyak kasus-kasus yang


diceritakan kepada kami, hho.
Anyway, ternyata psikologi forensik di negara ini masih belum
begitu berkembang. Dilihat dari jalur pendidikan akademisnya, masih
hanya 1 perguruan tinggi yaitu UI yang menyediakan magister sains
psikologi forensik, dan ternyata guru besar dari cabang ilmu psikologi
satu ini baru satu saja di Indonesia, yaitu Prof. Dr. Yusti Probowati Psi
yang juga dekan fakultas psikologi universitas Surabaya (ubaya) ini. So,
who wanna be the next generation of forensic psychology?

Anda mungkin juga menyukai