Anda di halaman 1dari 23

Hubungan Self Esteem dan Romantic Jealousy

Pada Wanita Dewasa Awal yang Menjalin Hubungan Romantis

Proposal Isu-Isu Kontemporer Psikologi Klinis

Dosen Pengampu:

Rahayu Hardianti Utami, S. Psi., M. Psi., Psikolog

Oleh:

Rahmi Saputri

19011056

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................9


A. Dewasa Awal.............................................................................................................................9

1. Pengertian Dewasa Awal.......................................................................................................9


2. Ciri-Ciri Masa Dewasa Awal.................................................................................................9
B. Romantic Jealous.....................................................................................................................10

1. Pengertian Romantic Jealousy.............................................................................................10


2. Faktor-faktor Romantic Jealousy.........................................................................................10
3. Aspek-Aspek Romantic Jealousy.........................................................................................11
C. Self Esteem...............................................................................................................................12

1. Pengertian Self Esteem.........................................................................................................12


2. Faktor yang Mempengaruhi Self Esteem..............................................................................12
3. Aspek-Aspek Self Esteem....................................................................................................12
4. Dinamika Hubungan Self Esteem dan Romantic Jealousy pada Wanita Dewasa Awal.......13
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................................15
A. Metode Penelitian....................................................................................................................15

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasioanal.........................................................................15

C. Instrumen Penelitian................................................................................................................16

D. Populasi dan Sampel................................................................................................................17

E. Analisis Data...........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................19

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam proses kehidupannya pasti mengalami perkembangan
melingkupi aspek fisik, intelektual, sosial, moral, bahasa, emosi, perilaku, skill, minat,
dan kreatifitas. Sebelum memasuki masa dewasa awal, manusia melalui masa yang
panjang pada fase kanak-kanak dan remaja. Pada masa yang panjang itu, manusia
menghadapi masa di mana harus menyelesaikan masa perkembangannya dan
mengharuskannya untuk berhubungan dengan masyarakat bersama dengan orang
dewasa lainnya. Masa dewasa merupakan masa yang paling panjang dan lama dalam
perjalanan kehidupan manusia, dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Pada
masa dewasa ini manusia juga mengalami semua perubahan dalam dirinya, baik itu
perubahan biologis, fisik, sosial, kognitif, emosional, serta diiringi berbagai
permasalahan dalam perkembangannya (Jahja, 2011).

Masa dewasa menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam Jahja, 2011) terbagi


menjadi tiga bagian yaitu masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa dewasa
lanjut. Masa dewasa awal merupakan masa menemukan jati diri dan masa reproduktif
yaitu era yang penuh dengan permasalahan dan ketergantungan emosional, masa
isolasi sosial, masa komitmen dan ketergantungan, adanya perubahan kualitas, masa
yang seharusnya penuh kreativitas dan penyesuaian diri karena memasuki kehidupan
baru masa dewasa yang kompleks (Jahja, 2011). Masa dewasa awal merupakan masa
yang dimana mereka merasa emosinya tidak stabil, khawatir akan masa depan terkait
pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan hubungannya dengan orang lain sehingga
membuatnya merasa tidak berdaya (Robbins & Wilner, 2001).

Istilah "emerging adult" telah diusulkan secara ilmiah oleh Arnett (2000),
merujuk antara remaja dan dewasa muda, yang mendapatkan popularitas dalam waktu
singkat di kalangan peneliti, dan istilah "emerging adult" telah mulai digunakan selain
dalam komunitas ilmiah (Arnet, 2000). Pada masa ini seseorang akan merasa
kesulitan dalam menjalani kehidupannya, kesulitan dalam mengatur emosi, sehingga
mulai mempertanyakan apakah kehidupan yang ia jalani sekarang berjalan dengan
semestinya sebagaimana tujuan masa depan yang diinginkannya (Herawati & Hidayat

4
2020). Menurut Alwisol (2019) fase dewasa awal merupakan fase yang termasuk
dalam tahap krisis mengenai intimacy vs isolation (20-30 tahun) seseorang yang
dimana ia memiliki keinginan mampu untuk membentuk hubungan positif dengan
lawan jenis.

Ada beberapa hal umum yang terjadi pada masa krisis dewasa awal seperti
permasalahan pada karir, tidak bekerja, dan permasalahan dalam hubungan percintaan
(Robinson, 2019). Selain itu pada fase dewasa awal individu mulai menjalani
kehidupan secara mandiri, menjalani karir, keinginan untuk memilih pasangan hidup,
menjalani relasi yang intim dengan lawan jenis dan keinginan untuk memulai
kehidupan baru sebagai pasangan dan orang tua dari anak (Santrock dalam Marpaung,
2021). Dalam menjalin hubungan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih emosional
dan ketika dihadapi permasalahan, wanita akan memberikan respon-respon yang lebih
emosional pada permasalahan yang terjadi (Dharmawijayati, 2015). Menurut Meizara
& Basti (2008) wanita lebih sering memperlihatkan tanda-tanda emosional
dibandingkan pria, hal ini dapat dilihat wanita lebih cepat bertindak dengan hati yang
penuh dengan ketegangan, lebih sering berkecil hati, khawatir, takut dan curiga.

Hubungan romantis merupakan hubungan yang adanya ikatan emosional


antara dua orang serta adanya trust dan commitment dalam hubungan tersebut (Olson
et al., 2013). Menurut Santrock (dalam Marpaung, 2021) pada dewasa awal dimensi
dalam mengekspresikan keintiman diantaranya dengan hasrat (passion), keintiman
(intimacy), komitmen atau keputusan (Commitmen or desscion). Hubungan romantis
pada dewasa awal biasanya didasari oleh rasa sayang dan komitmen yang merupakan
sesuatu yang positif dalam membentuk hubungan intimate sebelum menuju ke jenjang
pernikahan (Siniwi, 2018). Apabila mereka yang menjalani hubungan romantis tidak
dapat mengoptimalkan intimasinya, maka akan berisiko terisolasi yang membuat
mereka tidak mampu dalam bekerja sama dengan pasangannya dan sulit untuk
membangun hubungan baik (Mardoni & Rozali, 2022).

Menurut Stenberg (1997) intimasi dapat memotivasi seseorang melahirkan


kelekatan dan keterikatan yang membuat hubungan nyaman dan hangat. Namun
kenyataannya banyak orang sulit untuk mengembangkan intimasinya sehingga
hubungannya menimbulkan permasalahan (Mardoni & Rozali, 2022).Pada dasarnya
hubungan romantis mempunyai arti penting yang dapat melahirkan kebahagiaan dan

5
mengurangi penderitaan (Siniwi, 2018). Tetapi tak jarang pula banyak pasangan yang
tidak menjaga hubungannya dengan baik sehingga mudah untuk menimbulkan
permasalahan yang dapat berujung kandasnya suatu hubungan (Siniwi, 2018). Salah
satu permasalahan umum dalam hubungan percintaan orang dewasa adalah romantic
jealousy atau kecemburuan. Romantic jealousy merupakan rangkaian pikiran, emosi
dan perbuatan kompleks yang timbul dari kehilangan atau ancaman dari harga diri
seseorang dari hubungan percintaan (White, 1999).

Akhir-akhir ini banyak kasus kekerasan bahkan pembunuhan yang didasari


oleh cemburu. Kasus yang akhir-akhir ini terjadi salah satunya yaitu seoarang pria di
Semarang melakukan kekerasan dan membunuh istrinya akibat cemburu karena
menuduh istrinya selingkuh (Detik.com, 2022). Tidak hanya pada pasangan suami
istri, cemburu juga bisa terjadi pada pasangan yang sedang berpacaran atau belum
menikah. Salah satu kasusnya yaitu seorang pria membunuh pacarnya dengan
terencana karena cemburu kekasihnya mempunyai kekasih baru (Kompas.tv, 2022).
Dari kasus diatas dapat dikatakan cemburu tidak mengenal usia atau status pada
seseorang. Cemburu menjadi eskstrim ketika berubah menjadi kekerasan (Lecuro,
2014). Ketika cemburu seseorang berubah menjadi posesif yang dapat mengganggu
keseharian pasangan maka jealousy tersebut dapat dikatakan kekerasan (Marazziti,
2003).

Selain itu ketika seseorang merasakan cemburu ia akan sulit mengontrol emosi
dan dirinya dan kesulitan menyelesaikan masalah dengan baik (Ayu, 2022). Penelitian
perbedaan kecemburuan pada laki-laki dan perempuan sudah dibuktikan berkali-kali
dari sisi psikologis, fisiologis dan konteks budaya. Menurut teori evolusioner secara
psikologis ada perbedaan tanda-tanda yang dapat melahirkan kecemburuan antara
laki-laki dan perempuan (Symons dalam Buss et al., 2002). Dalam penelitian
Shackelford, Buss, & Bennett (2002) dan Fernandez et al (2007) menunjukkan bahwa
ketika terjadi perselingkuhan seksual, laki laki akan lebih tertekan daripada wanita,
sedangkan pada perselingkuhan emosional, perempuan akan lebih tertekan daripada
laki-laki.

Salah satu faktor perasaan cemburu pada pasangan adalah rasa rendah diri
yang mempersepsikan dirinya, kebingungan dalam menilai dirinya pantas dicintai
atau tidak (Rayani, 2022). Jadi perasaan cemburu ditimbulkan dari rasa rendah diri

6
seseorang. Hal ini didukung oleh pendapat White (1999) bahwa romantic jealousy
timbul karena rendahnya self esteem seseorang. Bagaimana seseorang menilai dirinya
sendiri dapat dikatakan sebagai self esteem atau harga diri. Self esteem merupakan
penilaian obejektif mengenai diri sendiri (Orth dan Robins, 2018).

Dalam menjalani hubungan romantis dengan lawan jenis harus memiliki harga
diri yang tinggi agar dalam menjalani hubungan menjadi nyaman dan berhasil.
Apabila individu menilai buruk citra dirinya maka akan menimbulkan perasaan cemas
dalam menjalani hubungan karena takut ditinggalkan oleh pasangan. Dalam menjalani
hubungan dengan pasangan, haruslah mempercayai diri sendiri, menjadi diri sendiri,
dan terbuka apa adanya (Arif, 2016). Dapat dikatakan individu yang mempunyai
harga diri yang baik maka dirinya pun berharga dan dapat menghargai dan menerima
kritik dari pasangannya. Sebaliknya orang yang menilai harga dirinya rendah maka ia
merasa dirinya tidak mampu dan merasa ditolak oleh orang lain.

Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Marpaung (2021) terdapat


pengaruh negatif self esteem terhadap romantic jealousy pada dewasa awal yang
dimana sebanyak 11% self esteem berpengaruh pada romantic jealous dan 89%
lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Stieger (2012) bahwa harga diri yang buruk paling tinggi dalam kecemburuan lebih
banyak dikalangan wanita daripada kalangan pria, orang yang memiliki tingkat
kecemburuan yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat percaya diri dan harga dirinya
rendah sehingga ketika mereka kurang mempercayai pasangannya. Selain itu
penelitian yang dilakukan Jeuken (2022) menunjukkan terdapat hubungan antara
harga diri dan kecemburuan pada dewasa awal, semakin rendah harga diri seseorang
maka semakin tinggi tingkat kecemburuannya, dan penelitian ini juga menunjukkan
wanita yang usianya lebih tua mempunyai tingkat kecemburuan yang rendah.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penelitian ini penting diangkat


karena masih sangat sedikit penelitian yang membahas self esteem dengan romantic
jealousy pada wanita dewasa awal yang menjalin hubungan romantis. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada subjek yang akan diteliti.
Minimnya penelitian ini menjadi celah bagi peneliti untuk menggunakan topik ini.
Nantinya hasil dari penelitian dapat menjadi solusi potensi intervensi bagi wanita
dewasa awal yang sedang menjalin hubungan romantis.

7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan penelitian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:

1. Bagaimana tingkat self esteem pada dewasa awal wnita yang menjalin
hubungan romantis?
2. Bagaimana tingkat romantic jealousy pada dewasa awal wanita yang menjalin
hubungan romantis?
3. Bagaimana hubungan self esteem dengan romantic jealousy pada dewasa awal
wanita yang menjalin hubungan romantis?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan tingkat self esteem pada pada dewasa awal wanita yang menjalin
hubungan romantis?
2. Menjelaskan tingkat romantic jealousy pada dewasa awal wanita yang
menjalin hubungan romantis?
3. Menjelaskan hubungan self esteem dengan romantic jealousy pada dewasa
awal wanita yang menjalin hubungan romantis?

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengalaman
bagi peneliti kedepannya serta mengimplementasikan teori yang telah
dipelajari.
2. Bagi Subjek
Penelitian ini diharapkan dapat membantu subjek dalam membentuk
self esteem pada dewasa awal wanita yang menjadi hubungan romantis.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan bagi
penelitian selanjutnya.

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Dewasa Awal

1. Pengertian Dewasa Awal


Masa dewasa awal menurut Hurlock (dalam Jahja 2011) masa kehidupan yang
dipenuhi konflik dan krisis emosional, isolasi sosial, fase komitmen serta fase
keterikatan, dan berubahnya nilai-nilai kreativitas, serta penyesuaian diri pada
kehidupan yang baru.

Dalam menjalin hubungan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih emosional


dan ketika dihadapi permasalahan wanita akan memberikan respon-respon yang lebih
emosional pada permasalahan yang terjadi (Dharmawijayati, 2015). Menurut Meizara
& Basti (2008) wanita lebih sering memperlihatkan tanda-tanda emosional
dibandingkan pria, hal ini dapat dilihat wanita lebih cepat bertindak dengan hati yang
penuh dengan ketegangan, lebih sering berkecil hati, khawatir, takut dan curiga.

2. Ciri-Ciri Masa Dewasa Awal


Ada beberapa ciri-ciri masa dewasa awal menurut Jahja (2011), diantaranya:

a. Masa pengaturan
Pada fase ini, individu akan mencoba beberapa hal dalam hidupnya sebelum
memilih mana yang cocok dan memberikan kepuasan permanen dalam
hidupnya. Ketika menemukan pilhan yang sesuai dengan apa yang
dibutuhkannya, maka ia akan mengubah pola perilaku, nilai-nilai yang dalam
kehidupannya menjadi kekhasannya.
b. Masa usia produktif
Pada masa ini merupakan masa yang sesuai untuk memilih pasangan hidup,
menikah dan membentuk keluarga baru. Organ reproduksi akan sangat
produktif pada masa ini untuk menghasilkan keturunan.
c. Masa bermasalah
Pada dewasa awal merupakan masa yang penuh dengan masalah karna
peralihan dari remaja ke dewasa awal dan harus mengadakan penyesuaian diri
pada peran barunya seperti memasuki masa pernikahan atau pekerjaan.

9
Apabila individu tersebut tidak dapat mengatasinya maka akan menimbulkan
masalah.
d. Masa ketegangan emosional
Pada masa ini individu cencerung emosinya tidak terkendali sehingga merasa
gelisah dan labil. Mereka juga akan takut dengan status pekerjaan yang ia
miliki belum sesuai dengan keinginannya dan peran barunya sebagai pasangan
serta orang tua.
e. Masa komitmen
Pada masa ini, dewasa awal berfikir bahwa komitmen sudah mulai penting,
dan mereka akan membentuk aturan baru dalam hidup seperti pola, komitmen,
dan tanggung jawab.
f. Masa keterasingan sosial
Krisis isolasi akan dialami oleh beberapa orang pada masa ini. Ia akan merasa
terasing dari lingkungannya. Dan aktivitas sosial mulai terbatas karena karir
dan keluarga. Relasi dengan teman sebaya akan mulai menjauh.

B. Romantic Jealous

1. Pengertian Romantic Jealousy


Menurut White (1999) Romantic jealousy merupakan rangkaian pikiran, emosi
dan perbuatan kompleks yang timbul dari kehilangan atau ancaman dari harga diri
seseorang dari hubungan percintaan. Menurut Brehm (dalam Ilmi, 2018) romantic
jealousy merupakan reaksi seseorang terhadap ancaman pada hubungan
percintaannya. Menurut Muscanell et al (2013) kecemburuan merupakan adanya
ancaman pada suatu hubungan romantis atau adanya perasaan akan kehilangan
seseorang akibat adanya respon emosional.
Menurut teori evolusioner secara psikologis ada perbedaan tanda-tanda yang
dapat melahirkan kecemburuan antara laki-laki dan perempuan (Symons dalam Buss
et al., 2022). Dalam penelitian Buss et al (2022) dan Fernandez et al (2007)
menunjukkan bahwa ketika terjadi perselingkuhan seksual, laki laki akan lebih
tertekan daripada wanita, sedangkan pada perselingkuhan emosional, perempuan akan
lebih tertekan daripada laki-laki

2. Faktor-faktor Romantic Jealousy


Faktor-faktor romantic jealousy menurut Damayanti (2010), diantaranya:

10
a. Faktor eksternal
Mengarah pada bagaimana sikap pasangan yang melekat, yang dapat diartikan
sebagai:
1) Kelekatan secara seksual atau emosional pada orang lain.

2) Kurangnya kelekatan emosional atau seksual pada pasangan.

b. Faktor Internal
Menurut Kanchandani (dalam Damayanti) faktor internal romantic jealousy,
diantaranya:

1) Ketidakpercayaan (Mistrust)
Seseorang yang pernah diselingkuhi sebelumnya, kemungkinan besar
akan kurang mempercayai orang kembali.
2) Harga Diri Rendah (Low self-esteem)
Seseorang yang mempunyai harga diri yang rendah memungkin adanya
kontribusi pada kecurigaan seseorang ketika menjalin hubungan
romantis.
3) Anxiety (Kecemasan)
Kemungkinan tingginya kecemasan seseorang akan memungkinkan
terjadi kecumburuan yang tinggi.
4) Lack of Perceived Alternatif
Individu yang memiliki pasangan lain akan memungkinkan adanya
perasaan cemburu.
5) Insecurity
Seseorang yang merasa tidak aman dengan pasangannya akan
memungkinkan terjadinya kecemburuan yang tinggi.

3. Aspek-Aspek Romantic Jealousy


White (1999) aspek-aspek romantic jealousy terbagi tiga, diantaranya:
a. Cognitif jealousy, pemikiran yang membuat kekhawatiran atau kecurigaan
seseorang mengenai hubungannya, meliputi curiga, membandingkan diri
dengan orang yang dicurigai, keingin untuk diperlakukan khusus, dan
menyalahkan diri sendiri.
b. Emotional jealousy, meliputi marah, khawatir, kecewa, sakit hati, frustasi,
perasaan tidak aman,dan perasaan tidak nyaman.

11
c. Behavioral jealousy, meliputi menanyakan, memeriksa, mencari kegiatan
pasangan.

C. Self Esteem

1. Pengertian Self Esteem


Menurut Coopersmith (1967) self esteem merupakan penilaian diri yang dibuat
individu pada dirinya sendiri dan umumnya kesan yang diperoleh seseorang dari
lingkungannya seperti penghargaan, penerimaan, dan perlakukan yang didapatkannya.
Self esteem merupakan penilaian pada diri sendiri yang biasaya berkaitan dengan
apresiasi pada diri sejauh mana ia mengaggap dirinya berhasil dalam hal apapun
(Patria, 2020).

2. Faktor yang Mempengaruhi Self Esteem


Ada beberapa hal yang mempengaruhi self esteem seseorang menurut
Coopersmith (1967).

a. Lingkungan Sosial
Self esteem seseorang akan meningkat apabila tinggal dilingkungan sosial yang
baik, sebaliknya jika lingkungan sosial seseorang buruk maka self esteem nya
akan ikut tidak baik.
b. Jenis Kelamin
Pola pikir, sudut pandang, dan tindakan seorang laki-laki maupun perempuan
dapat mempengaruhi self esteemnya.
c. Psikologis
Ketika berinteraksi dilingkungan luar, self esteem seseorang dapat menentukan
kemana arah dirinya.
d. Lingkungan Kerja
Self esteem akan meningkat ketika mengasihi kesempatan pada orang lain
secara adil dengan saling mendukung dan menghargai.

3. Aspek-Aspek Self Esteem


Menurut Coopersmith dalam (1967) ada empat aspek self esteem, diantaranya:

a. Power
Kesanggupan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dan dirinya sendiri
sehingga berpengaruh pada wibawanya.

12
b. Virtue
Ketaatan seseorang dengan nilai moal, sikap, dan ketentuan-ketentuan yang
ada dalam masyarakat
c. Significance
Keberartian seseorang pada lingkungan sekitar. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana pengakuan dan ketertarikan seseorang.
d. Competence
Upaya seseorang untuk meraih apa yang diinginkan atau diharapkan.

4. Dinamika Hubungan Self Esteem dan Romantic Jealousy pada Wanita Dewasa
Awal
Menurut Alwisol (2019) fase dewasa awal merupakan fase yang termasuk
dalam tahap krisis mengenai intimacy vs isolation (20-30 tahun) seseorang yang
dimana ia memiliki keinginan mampu untuk membentuk hubungan positif dengan
lawan jenis. Dalam menjalin hubungan, dibandingkan dengan pria, wanita lebih
emosional dan ketika dihadapi permasalahan wanita akan memberikan respon-respon
yang lebih emosional pada permasalahan yang terjadi (Dharmawijayati, 2015).
Menurut Meizara & Basti (2008) wanita lebih sering memperlihatkan tanda-tanda
emosional dibandingkan pria, hal ini dapat dilihat wanita lebih cepat bertindak dengan
hati yang penuh dengan ketegangan, lebih sering berkecil hati, khawatir, takut dan
curiga.

Menurut White (1999) Romantic jealousy merupakan rangkaian pikiran, emosi


dan perbuatan kompleks yang timbul dari kehilangan atau ancaman dari harga diri
seseorang dari hubungan percintaan. Apabila mereka yang menjalani hubungan
romantis tidak dapat mengoptimalkan intimasinya, maka akan berisiko terisolasi yang
membuat mereka tidak mampu dalam bekerja sama dengan pasangannya dan sulit
untuk membangun hubungan baik (Mardoni & Rozali, 2022). Ketika seseorang
merasakan cemburu ia akan sulit mengontrol emosi dan dirinya dan kesulitan
menyelesaikan masalah dengan baik (Ayu, 2022). Salah satu faktor perasaan cemburu
pada pasangan adalah rasa rendah diri yang mempersepsikan dirinya, kebingungan
dalam menilai dirinya pantas dicintai atau tidak (Rayani, 2022).

13
Apabila individu menilai buruk citra dirinya maka akan menimbulkan
perasaan cemas dalam menjalani hubungan karena takut ditinggalkan oleh pasangan.
Dalam menjalani hubungan dengan pasangan, haruslah mempercayai diri sendiri,
menjadi diri sendiri, dan terbuka apa adanya (Arif, 2016). Penelitian yang dilakukan
oleh Stieger (2012) bahwa harga diri yang buruk paling tinggi dalam kecemburuan
lebih banyak dikalangan wanita daripada kalangan pria, orang yang memiliki tingkat
kecemburuan yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat percaya diri dan harga dirinya
rendah sehingga ketika mereka kurang mempercayai pasangannya. Selain itu
penelitian yang dilakukan Jeuken (2022) menunjukkan terdapat hubungan antara
harga diri dan kecemburuan pada dewasa awal, semakin rendah harga diri seseorang
maka semakin tinggi tingkat kecemburuannya, dan penelitian ini juga menunjukkan
wanita yang usianya lebih tua mempunyai tingkat kecemburuan yang rendah.

5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan dugaan awal pada rumusan penelitian yang akan diteliti
dengan memeriksa batas penolakan atau penerimaan taraf signifikansi (Winarsunu,
2017). Hipotesis dalam penelitian adalah:
 Ho: Semakin tinggi self esteem maka semakin rendah romantic Jealousy pada
wanita dewasa awal yang menjalin hubungan romantis.
 H1: Semakin rendah self esteem maka semakin tinggi romantic Jealousy pada
wanita dewasa awal yang menjalin hubungan romantis.

Maka apabila hipotesis “Ho” diterima dan “H1” ditolak maka dapat
disimpulkan, semakin tinggi self esteem maka akan semakin rendah tingkat romantic
jealousy seseorang. Tetapi apabila “Ho” ditolak dan “H1” diterima maka dapat
disimpulkan, semakin rendah self esteem maka akan semakin tinggi romantic jealousy
seseorang.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian
kuantitatif deskriptif merupakan penelitian yang dibuat untuk menentukan tingkat
hubungan variabel-variabel yang berkaitan dengan masalah dan unit yang akan
dijadikan penelitian (Abdullah, 2015).

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasioanal


Berikut klarifikasi variabel-variabel dalam penelitian ini:
1. Variabel
Menurut (Ridha, 2017) variabel merupakan suatu atribut yang memiliki
banyak keberagaman tertentu antara satu dengan yang lain yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan ditarik kesimpulannya. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang memberikan pengaruh atau
yang menjadi alasan munculnya variabel terikat (Ridha, 2017). Pada
penelitian ini, variabel bebasnya adalah Self Esteem.
b. Variabel Terikat (Y)
Menurut Nasution (2017) variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Romantic Jealousy.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penetepan konstruk penelitian sehingga
dapat diukur (Kulon, 2017). Pada penelitian ini, definisi operasional yang
diambil diataranya:
a. Romantic Jealousy merupakan rangkaian emosi yang kompleks
sehingga memunculkan perasaan kecewa, marah, curiga.
b. Self Esteem merupakan merupakan penilaian diri yang dibuat individu
pada dirinya sendiri.

15
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat dalam penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data (Ayu, 2022). Pada penelitian ini instrumen penelitian yang
digunakan adalah kuesioner. Kuesioner merupakan suatu alat pengambilan data
dengan cara pemberian beberapa pertanyaan atau pernyataan tertulis yang dituju
untuk responden (Ridha, 2017). Pengumpulan data keusioner ini menggunakan skala
Self Esteem menurut Coopersmith, dan skala Romantic Jealousy menurut White.

Tabel 1 Skala Self Esteem

Item
No Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable

1 Power 1, 3, 5, 7, 10 9, 2, 4, 6, 8 10

2 Virtue 13, 15 20, 27 4

3 Significance 11, 21, 25, 12, 14, 22, 26, 13, 16, 18 11
27

4 Competence 17, 24, 30 19, 29 5

Jumlah 16 14 30
Keseluruhan

Tabel 2 Skala Romantic Jealousy

Item
No Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable

1 Cognitive 1, 3, 5, 7, 10 9, 2, 4, 6, 8 10
Jealousy

2 Behavioral 13, 15 20, 27 4


Jelaousy

16
3 Emotinal 11, 21, 25, 12, 14, 22, 26, 13, 16, 18, 11
Jealousy 27, 17, 24, 30 19, 29

Jumlah 16 14 30
Keseluruhan

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan sekelompok unit yang akan diteliti
karakeristiknya. Teknik yang digunakan adalah dengan random sampling yang
dimana pengambilan samplena dengan menggabungkan subjek didalam
populasi sehingga semua subjek itu sama (Abdullah, 2015). Maka dari itu,
populasi yang digunakan dalam penelitian adalah wanita dewasa awal yang
menjalin hubungan romantis.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi penelitian yang dilakukan
dengan menyeleksi bagian elemen-elemen populasi (Abdullah, 2015).
Menurut (Abdullah, 2015) jika subjek kurang dari 100, sebaiknya diambil
semua, sehingga penelitiannya merupakn penelitian populasi. Namun, apabila
jumlah populasi sangat besar, maka dapat diambil 10-25%.

E. Analisis Data
1. Uji Instrumen
a. Uji validitas instrumen
Uji validitas instrumen merupakan seberapa jauh data yang didapat
melalui isntrumen, sehingga keusioner akan mengukur apa yang akan
diukur (Ridha, 2017).
b. Uji reliabilitas instrumen
Uji reliabilitas instrumen merupakan seberapa jauh reliabel alat
pengukuran memberikan hasil yang konsisten (Abdullah, 2015).
2. Uji statistik
a. Uji statistik deskriptif
Uji statistik deskriptif merupakan pengolahan data ke dalam list atau
grafik yang tidak berhubungan dengan penarikan kesimpulan
(Winarsunu, 2017).

17
b. Statistik inferensial
Statistik inferensial merupakan pengolahan statistik dengan
menganalisis data, sampek, dan hasil akhirnya untuk melihat populasi
(Santoso, 2010).
c. Uji hipotesis
Uji hipotesis merupakan dugaan awal pada rumusan penelitian yang
akan diteliti dengan memeriksa batas penolakan atau penerimaan taraf
signifikansi (Winarsunu, 2017). Maka hipotesis dalam penelitian
adalah:
 Ho: Semakin tinggi self esteem maka semakin rendah romantic
Jealousy pada wanita dewasa awal yang menjalin hubungan
romantis.
 H1: Semakin rendah self esteem maka semakin tinggi romantic
Jealousy pada wanita dewasa awal yang menjalin hubungan
romantis.

18
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. R. (2015). Metode penelitian kuantitatif.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM Press.

Arnett, J. J. (2000). A theory of development from the late teens through the twenties.
American psychologist, 55(5), 469-480.

Ayu, F. D. (2022). Hubungan Self Esteem dengan Kecemburuan pada Mahasiswa BPI yang
Berpacaran (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).

Buss, D. M. (2000). The dangerous passion: Why jealousy is as necessary as love and sex.
Simon and Schuster.

Coopersmith, The Antecedents of Self Esteem, (Sun Francisco, Freeman and Campeny,
1967)

Damayanti, Nenden. 2010. Hubungan antara tipe kelekatan (Attachment Style) dengan
Kecemburuan romantis pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi: UIN Syarif
Jakarta.

Dharmawijayati, R. D. (2015). Komitmen dalam berpacaran jarak jauh pada wanita dewasa
awal. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(3).

Detik.com. (2022). Sederet Fakta Suami Bunuh Istri di Semarang gegara Cemburu. Diakses
pada 31 Oktober 2022, dari https://www.detik.com/jateng/hukum-dan-kriminal/d-
6364802/sederet-fakta-suami-bunuh-istri-di-semarang-gegara-cemburu.

Fakhrunnisa, F. (2018). Kepercayaan Diri dan Kecemasan Memperoleh Pasangan Hidup


Pada Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah
Psikologi, 6(1).

Fernandez, A. M., Vera-Villarroel, P., Sierra, J. C., & Zubeidat, I. (2007). Distress in
response to emotional and sexual infidelity: Evidence of evolved gender differences
in Spanish students. The Journal of psychology, 141(1), 17-24.
Habibie, A., Syakarofath, N. A., & Anwar, Z. (2019). Peran religiusitas terhadap quarter-life
crisis (QLC) pada mahasiswa. Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 5(2),
129-138.

Ilmi, L. (2018). Hubungan antara ketergantungan emosional dengan romantic jealous pada
pasangan menikah (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Kencana.

Jeuken, L. (2022). Infidelity, self-esteem, and jealousy: the moderating role of relationship-
contingent selfesteem in young adulthood (Master's thesis).

Kompas.tv. (2022). Karena Cemburu, Pemuda Ini Bunuh Pacar Secara Terencana. Diakses
pada 31 Oktober, dari https://www.kompas.tv/article/271880/karena-cemburu-
pemuda-ini-bunuh-pacar-secara-terencana

Kulon, K. M., & Barat, K. M. K. M. J. (2017). Metodologi penelitian.

Marpaung, Y. A. N., & Rozali, Y. A. (2021). PENGARUH SELF ESTEEM TERHADAP


ROMANTIC JEALOUSY PADA INDIVIDU DEWASA AWAL. JCA of Psychology,
2(03).

Maradoni, M., & Rozali, Y. A. (2022). Komunikasi Interpersonal sebagai Pembentuk


Intimacy pada Dewasa Awal yang Berpacaran. JCA of Psychology, 3(01).

Muscanell, N. L., Guadagno, R. E., Rice, L., & Murphy, S. (2013). Don't it make my brown
eyes green? An analysis of Facebook use and romantic jealousy. Cyberpsychology,
Behavior, and Social Networking, 16(4), 237-242.

Nash, R. J., & Murray, M. C. (2009). Helping college students find purpose: The campus
guide to meaning-making. John Wiley & Sons.

Nasution, S. (2017). Variabel penelitian. Jurnal Raudhah, 5(2).

Olson, D. H., DeFrain, J., & Skogrand, L. (2013). Marriages and families. McGraw-Hill US
Higher Ed USE.

Orth, U., & Robins, R. W. (2018). Development of self-esteem across the lifespan. Handbook
of Personality Development; McAdams, DP, Shiner, RL, Tackett, JL, Eds, 328-344.
Patria, T. M., & Silaen, S. M. J. (2020). Hubungan Self Esteem dan Adversity Quotient
dengan Kemandirian Belajar pada Siswa Kelas X di MAN 20 Jakarta Timur. IKRA-
ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial dan Humaniora, 4(1), 24-37.

Putri, J. E., Suhaili, N., Marjohan, M., Ifdil, I., & Afdal, A. (2022). Konsep self esteem pada
wanita dewasa awal yang mengalami perceraian. Jurnal EDUCATIO: Jurnal
Pendidikan Indonesia, 8(1), 20-25.

Rayani, D., & Psi, S. (2022). MASALAH EMOSI DAN PERILAKU DALAM KONTEKS
SOSIAL. Kesehatan Mental (Teori dan Penerapan), 279.

Ridha, N. (2017). Proses penelitian, masalah, variabel dan paradigma penelitian. Hikmah,
14(1), 62-70.

Robbins, A., & Wilner, A. (2001). Quarterlife crisis: The unique challenges of life in your
twenties. Penguin.

Robinson, O. C. (2019). A longitudinal mixed-methods case study of quarter-life crisis during


the post-university transition: Locked-out and locked-in forms in combination.
Emerging adulthood, 7(3), 167-179.

Santoso, S. (2010). Statistik parametrik. Elex Media Komputindo.

Shackelford, T. K., Buss, D. M., & Bennett, K. (2002). Forgiveness or breakup: Sex
differences in responses to a partner's infidelity. Cognition & Emotion, 16(2), 299-
307.

Siniwi, N., & Lestari, S. B. (2018). Proses komunikasi untuk mempertahankan hubungan
berpacaran. Interaksi Online, 7(1), 1-9.

Sternberg, R. J. (1997). The concept of intelligence and its role in lifelong learning and
success. American psychologist, 52(10), 1030.

Stieger, S., Preyss, A. V., & Voracek, M. (2012). Romantic jealousy and implicit and explicit
self-esteem. Personality and Individual Differences, 52(1), 51-55.

Utami, R. D., & Novianti, L. E. (2018). Hubungan kecemburuan dengan kualitas hubungan
romantis remaja pengguna instagram usia 15-18 tahun yang berpacaran. Journal of
Psychological Science and Profession, 2(1), 83-92.
White, G.L. 1999. Handbook Of Interpersonal Commitment And Relationship Stability. New
York: Plunem Publishers

Winarsunu, T. (2017). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan (Vol. 1).
UMMPress.

Anda mungkin juga menyukai