Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENGUKURAN SKALA PSIKOLOGI

TRAUMA MASA KECIL USIA 3-12 TAHUN PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UKSW
ANGKATAN 2017

Dosen Pengampu: Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi., Psikolog.

Anggota Kelompok :

Bunga Elsharon W 802017167


Sustiyana Maelani A. K 802017168
Abigail Seribuena 802017169
Kho, Susan Raharja 802017170
Umi Supriyanti 802017176
Salsalbillah Ramadhanti 802017180

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACNA

SALATIGA

2019
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat trauma kekerasan fisik masa kecil pada
usia 3-12 tahun pada mahasiswa Psikologi angkatan 2017 di kelas mata kuliah PSP Fakultas
Psikologi UKSW hari Senin dan Selasa. Subjek penelitian terdiri dari 60 orang. Kemudian
dilakukan analisis item dengan mendiskriminasi item yang kolerasinya <0,25, maka dari 39 item
didapat 23 item yang kolerasinya sesuai. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa alat ukur dapat
digunakan dengan tingkat reliabilitas Alpha sebesar 0,889.

Latar Belakang

Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk membuat alat ukur psikologi. Dalam pembuatan
alat ukur ini, variabel yang diambil adalah Trauma, secara khusus Post-Traumatic Stress Disorder
(PTSD) dengan dasar teori pada pembuatan alat ukur ini berasal dari John P Wilson. Menurut
Wilson (2004), Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah sindrom psikobiologis yang terdiri
dari serangkaian gejala yang saling terkait yang membentuk reaksi stres berkepanjangan terhadap
trauma. Dari pengertian itu kemudian menghasilkan empat aspek-aspek yang juga terdapat dalam
DSM-V, yaitu:

1. Intrusion, mengacu pada pengulangan peristiwa traumatis yang dialaminya kembali


dalam berbagai cara, seperti: memiliki ingatan yang berulang, tidak disengaja, dan
mengganggu dari peristiwa tersebut, memiliki mimpi yang berkaitan dengan peristiwa
traumatis, reaksi disosiatif (kilas balik), tekanan psikologis yang intens, dan reaksi
fisiologis.

2. Avoidance (penghindaran), mengacu pada selalu atau hampir selalu menghindari


rangsangan yang berhubungan dengan peristiwa traumatis dimulai setelah peristiwa
traumatis terjadi dan umumnya disengaja untuk menghindari pikiran, kenangan,
perasaan, atau berbicara tentang peristiwa traumatis dan untuk menghindari kegiatan,
benda, situasi, atau orang yang membangkitkan ingatan tentang itu.
3. Negative alteration on cognitive and mood, mengacu pada perubahan negatif dalam
kognisi dan mood yang terkait dengan peristiwa, dimulai atau memburuk setelah
paparan peristiwa dan mengambil berbagai bentuk, seperti: ketidakmampuan untuk
mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis, harapan negatif yang persisten dan
berlebihan tentang aspek penting kehidupan yang diterapkan pada diri sendiri, orang
lain, atau masa depan yang dapat bermanifestasi sebagai perubahan negatif dalam
identitas yang dirasakan sejak trauma, memiliki pengetahuan yang salah tentang
penyebab peristiwa traumatis yang menyebabkan mereka menyalahkan diri sendiri atau
orang lain, mood negatif yang menetap, mengalami penurunan minat atau partisipasi
dalam kegiatan yang sebelumnya dinikmati, perasaan terpisah atau terasing dari orang
lain, dan ketidakmampuan yang terus-menerus untuk merasakan emosi positif.

4. Arousal, mengacu pada perubahan peningkatan aktivitas fisiologis dan psikologis


dalam tubuh dan reaktivitas yang terkait dengan peristiwa traumatis, dimulai atau
memburuk setelah peristiwa traumatis terjadi, seperti: kemungkinan untuk cepat marah
dan bahkan mungkin terlibat dalam agresif verbal dan/atau perilaku fisik dengan sedikit
atau tidak ada provokasi, terlibat dalam perilaku sembrono atau merusak diri sendiri,
meningkatnya sensitivitas terhadap potensi ancaman, termasuk yang terkait maupun
tidak terkait dengan pengalaman traumatis, sangat reaktif terhadap rangsangan yang
tidak terduga, kesulitan dalam berkonsentrasi, dan permasalahan dengan onset dan
pemeliharaan tidur.

Yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat trauma
kekerasan fisik masa kecil pada usia 3-12 tahun pada mahasiswa Psikologi angkatan 2017.
Untuk memudahkan penjaringan data, maka peneliti memilih subjek yang berada di kelas mata
kuliah PSP Fakultas Psikologi UKSW hari Senin dan Selasa sebanyak 60 orang. Peneliti
menyebarkan kuisioner sebanyak 1x. Setelah itu, dilakukan pengolahan data dan diskriminasi
items, maka dapat dihitung reabilitas dan membuat norma untuk mengkategorikan tingkat
trauma kekerasan fisik masa kecil pada usia 3-12 tahun pada makasiswa Psikologi Angkatan
2017.
Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah penelitian Research and
Development. Menurut Sugiyono (2004;297), metode penelitian Research and Development
digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.
Melalui penelitian ini peneliti tidak hanya menghasilkan produk berupa alat ukur, namun alat ukur
tersebut harus sudah diuji terlebih dahulu keefektifannya. Untuk menguji keefektifan dari alat ukur
ini, maka dilakukan penyebaran data untuk mengetahui reliabilitas dari alat ukur ini.

Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak satu kali kepada
subjek penelitian berjumlah 60 orang mahasiswa Psikologi angkatan 2017 yang sedang mengambil
mata kuliah PSP di hari Senin dan Selasa. Dalam penyusunan kuesioner ini peneliti menggunakan
skala likert. Menurut Sumanto (2014: 102) Skala Likert terdapat pernyataan positif yang disebut
favorable dan pernyataan negatif yang disebut unfavorable. Skala ini digunakan untuk menentukan
sikap tertentu terhadap objek sikap mulai dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan model skala empat yang terdiri dari pilihan jawaban SS
(Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai). Selain itu, Riduwan
dan Akdon (2007:12) juga berpendapat bahwa skala likert merupakan skala yang didasarkan pada
ranking yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya.
Oleh sebab itu, skala likert juga merupakan suatu skala psikometri yang umum digunakan dalam
kuesioner dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Dengan
skala likert, maka variabel yang akan dijabarkan menjadi indikator variabel, indikator yang terukur
ini dapat dijadikan titik tolak dalam pembuatan pertanyaan dan pernyataan yang perlu dijawab
oleh responden. Sugiyono (2006:86) mengatakan bahwa jawaban setiap instrumen yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata dengan diberi skor 4, 3, 2, 1 untuk item yang positif dan 1, 2, 3, 4 untuk item
yang negatif, sehingga mempermudah kami dalam melakukan proses skoring.

Setelah dilakukan proses skoring, maka peneliti melakukan analysis aitem dengan
mendiskriminasi aitem menggunakan kriteria Anzwar yang kolerasinya tidak boleh <0,25. Tahap
diskriminasi ini dilakukan sebanyak dua kali putaran, sampai tidak ada lagi aitem-aitem yang
korelasinya <0,25. Setelah itu, diukur reliabilitasnya menggunakan Alpha Cronbach.
Hasil dan Pembahasan

Analysis Item

Setelah dilakukan pengambilan data, peneliti melakukan proses skoring. Kemudian


dilakukan analisis aitem mengunakan SPSS, dengan mendiskriminasi item-item yang di bawah
kriteria. Menurut Azwar, apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah
yang diinginkan, kita dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kritis 0,30
menjadi, misalnya, 0,25 sehingga jumlah aitem yang diinginkan tercapai (Azwar, 1994).
Berdasarkan dari pernyataan tersebut, maka peneliti menggunakan kriteria Azwar untuk
mendiskriminasi item-item yang korelasinya <0,25. Setelah dilakukan diskriminasi dari 39 item
terdapat 16 item yang kolerasinya <0,25 dan didapatkan 23 item yang kolerasinya sesuai.

Reliabilitas

Berdasarkan analysis item yang sudah dilakukan peneliti, maka dapat dicari reliabilitasnya
dengan menggunakan SPSS. Reliabilitas dicari dengan menggunakan Alpha Cronbach dan didapat
reabilitasnya sebesar 0,889. Sehingga alat ukur ini, dinyatakan baik dan reliabel, karena memenuhi
koefisian reliabilitas berdasarkan Kaplan (dalam Saccuco, 1989) yang menyatakan bahwa,
koefisien reliabilitas > 0.70 adalah baik. Hal itu juga diperkuat dengan Azwar (1999) menyatakan
bahwa semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas.

Norma

Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas, maka tahap selanjutnya peneliti membuat norma
dengan perhitungan sebagai berikut:

Xmin = 23 Xmax = 92

Xmax-Xmin = 92-23 = 69

Range = 69/3=23

Menurut Azwar (1999), karena kategori bersifat relatif, maka kita boleh menetapkan secara
subjektif luasnya interval yang mencakup setiap kategori yang kita inginkan selama penetapan itu
berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal (common sense). Maka setelah dilakukan
perhitungan, peneliti membagi menjadi 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, rendah yang dapat dilihat
di tabel sebagai berikut:

No Kategori Norma
1 Tinggi 70-92
2 Sedang 46-69

3 Rendah 23-45

Berdasarkan tabel, kategori tinggi memiliki rentang norma 70-92, kategori sedang
memiliki rentang norma 46-69, dan kategori rendah memiliki norma 23-45.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dalam pengukuran trauma mahasiswa Psikologi


angkatan 2017 pada kelas PSP Senin dan Selasa, alat ukur tersebut dapat digunakan karena alat
ukur dinyatakan reliabel dengan tingkat reliabilitas 0,889 yang tergolong baik. Hal ini didukung
oleh Kaplan (dalam Saccuco, 1989), koefisien reliabilitas > 0.70 adalah baik dan Azwar (1999),
semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Cara
menggunakan alat ukur ini dengan menggunakan skala likert. Pada item-item favorable skor (4)
Sangat Sesuai, (3) Sesuai, (2) Tidak Sesuai, dan (1) Sangat Tidak Sesuai. Sedangkan pada item-
item unfavorable skor (1) Sangat Sesuai, (2) Sesuai, (3) Tidak Sesuai, dan (4) Sangat Tidak Sesuai.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti harus memperhatikan tata bahasa dalam penyusunan aitem
agar lebih jelas dan terperinci. Selain itu, dalam penyusunan aitem agar dilakukan uji coba terlebih
dahulu sebelum disebarkan kepada subjek, agar dapat diketahui aitem-aitem yang tidak sesuai dan
harus diganti.
Daftar Pustaka

Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 1994. Seleksi Aitem Dalam Penyusunan Skala Psikologi. Buletin Psikologi, 2(2),
0854-7106.

Keane, T. M & Wilson, J. P. 2004. Assessing Psychological Trauma and PTSD Second Edition.
New York: The Guilford Press.

Suharsono, Y & Istiqomah. 2014.Validitas dan Reliabilitas Skala Self-Efficacy. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan, 02(01), 2301-8267.

Wibhowo, dkk. 2019. Trauma Masa Anak, Hubungan Romantis, dan Kepribadian Ambang.
Jurnal Psikologi, 46(1), 63-71.

Widyaastuti. 2018. Penyusunan Skala Kecemasan Aspek Sosial Untuk Siswa Kelas IV Sekolah
Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Lampiran

SKALA PSIKOLOGI

DISUSUN OLEH :
Bunga Elsharon Wiyanto 802017167
Sustiyana Maelani A.K 802017168
Abigael Singarimbun 802017169
Kho, Susan Raharja 802017170
Umi Supriyati 802017176
Salsalbillah Ramadhanti 802017180

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS PSIKOLOGI

SALATIGA 2019
IDENTITAS SUBJEK
Nama/Inisial :
Jenis Kelamin : L/P
Fakultas :
Angkatan :

PETUNJUK PENGISIAN SKALA


Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan kondisi yang anda amali
sehari-hari. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan, kemudian anda diminta untuk
menemukan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi anda dengan cara pilih salah satu
jawaban yang sesuai dengan kadaan anda dengan memberi tanda centang ( √ ) pada salah satu
jawaban yang tersedia dikanannya. Tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban adalah
benar. Karena itu pilihlah jawaban yang sesuai dengan diri anda sendiri.
SS : bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan anda
S : bila pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan anda
TS : bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan anda
STS : bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan anda
No PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya sering mengingat kembali


tentang kekerasan fisik (pukulan,
cubitan, jeweran, atau tamparan)
yang pernah saya terima dari orang
tua, orang terdekat, atau orang lain
semasa kecil.

2 Saya sering mengalami mimpi buruk


yang berkaitan dengan kekerasan
fisik yang dialami semasa kecil.

3 Saya pernah seolah-olah kembali


merasakan peristiwa kekerasan fisik
semasa kecil, saat melihat atau
mendengar seseorang menerima
kekerasan fisik.

4 Saya merasa sangat ketakutan dan


tertekan ketika melihat seseorang di
sekitar saya menerima kekerasan
fisik.

5 Saya merasa gemetaran, jantung


berdegup kencang, atau keringat
dingin, saat melihat secara langsung
maupun tidak langsung kekerasan
fisik yang terjadi disekitar saya.
6 Saya melakukan aktivitas yang lain
untuk menghindari ingatan, pikiran,
atau perasaan tentang kekerasan fisik
yang pernah saya alami semasa kecil

7 Saya menghindari hal-hal (orang,


tempat, atau situasi) yang bisa
mengingatkan saya tentang kenangan
buruk dan menyedihkan di masa
kecil.

8 Saya tidak dapat atau kesulitan


mengingat setiap kejadian atau
kenangan baik maupun buruk yang
dialami semasa kecil

9 Saya merasa semua orang akan


melukai atau menyakiti saya dan saya
tidak bisa melakukan sesuatu jika hal
itu terjadi.

10 Kekerasan fisik yang saya alami saat


kecil membuat saya tidak bisa
memaafkan diri saya

11 Saya merasa ketakutan ketika


mengingat kekerasan fisik (pukulan,
cubitan, jeweran, atau tamparan)
yang pernah saya alami semasa kecil.

12 Saya kehilangan minat untuk


melakukani kegiatan yang saya sukai
13 Saya merasa orang-orang disekitar
meninggalkan saya

14 Saya tidak mampu merasakan cinta


dari orang-orang disekitar saya.

15 Saya mudah tersinggung dan marah


ketika seseorang menanyakan
pengalaman masa kecil.

16 Saya melukai diri sendiri saat


mengingat kekerasan fisik (pukulan,
cubitan, jeweran,atau tamparan)
yang pernah saya alami semasa kecil.

17 Saya sangat berhati-hati dalam


situasi apapun.

18 Saya mudah kaget ketika seseorang


menyentuh atau menyenggol saya

19 Saya mudah merasa sangat gelisah


ketika mendengar suara keras berupa
teriakan atau jeritan.

20 Saya sangat mudah terdistraksi


(terganggu) dengan suara-suara
ataupun keadaan sekitar sehingga
saya sulit untuk fokus

21 Saya memiliki kesulitan untuk


tertidur

22 Saya tidak mengingat lagi hal-hal


yang berkaitan dengan peristiwa
kekerasan fisik (pukulan, cubitan,
jeweran, atau tamparan) semasa kecil.

23 Saya lebih sering mengalami mimpi


yang tidak ada kaitannya dengan
peristiwa buruk di masa kecil saya

24 Saya melakukan setiap aktivitas


dengan baik, tanpa ada ingatan,
pikiran, atau perasaan yang berkaitan
dengan kekerasan fisik yang pernah
saya alami semasa kecil.

25 Saya memberanikan diri untuk


menghadapi (orang, tempat, atau
situasi) yang bisa mengingatkan saya
tentang kenangan buruk dan
menyedihkan di masa kecil.

26 Saya selalu atau sering kali


mengingat setiap kejadian atau
kenangan baik maupun buruk yang
dialami semasa kecil

27 Saya tetap optimis dan mencoba


untuk mempercayai orang lain,
walaupun seseorang pernah
menyakiti atau melukai saya

28 Saya dapat berdamai dengan


peristiwa kekerasan fisik yang
pernah saya alami

29 Kekerasan fisik yang saya alami


semasa kecil tidak membuat saya
ketakutan ketika mengingatnya.

30 Saya memiliki minat yang cukup


tinggi dalam berpartisipasi
melakukan kegiatan di dalam dan
luar kampus

31 Saya mudah bergaul dengan orang


lain bahkan dengan orang yang saya
baru kenal

32 Saya merasa bahagia ketika saya


berada didalam lingkungan keluarga
dan teman-teman saya

33 Saya bisa menceritakan pengalaman


masa kecil kepada siapa pun.

34 Saya merawat diri dengan baik

35 Saya menjalani hidup dengan santai

36 Saya merasa nyaman ketika orang


memeluk saya.

37 Saya tetap tenang saat mendengar


suara keras berupa teriakan atau
jeritan.

38 Saya mendengarkan dosen ketika


mengajar dan sering
bertanya/menjawab
39 Saya mudah tertidur ketika
mengantuk

Anda mungkin juga menyukai