Anda di halaman 1dari 21

SIMULASI ASESMEN DAN INTERVENSI

BIDANG PERKEMBANGAN REMAJA

Mata Kuliah : Asesmen dan Intervensi bidang Perkembangan

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Siswati, M.Si., Psikolog

Disusun oleh :

Isnaeni Anggun Sari 15010115120054

Tiara Herindita Prastanti 15010115120055

Ferawati 15010115120063

Adzkia Ra'ida Salma 15010115130178

Arina Dina Rusyda 15010115140210

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017

1
BAB I
Deskripsi Individu dan Latar Belakang
Subjek (Meimei) adalah seorang remaja putri yang berusia 16 tahun,
Meimei menekuni dunia model sejak kecil karena Meimei berasal dari keluarga
yang berlatar belakang entertainer.
BAB II
Deskripsi Kasus
Sejak kecil Meimei dituntut untuk memiliki badan yang kurus dan tinggi.
Hal ini dikarenakan ia berasal dari keluarga menengah ke atas yang berkecukupan
dan tumbuh dalam lingkungan yang menekankan sisi perfeksionis. Ibunya yang
berprofesi sebagai artis, menuntut Meimei untuk mengurangi porsi makannya di
bawah proporsi normal, agak badan Meimei selalu terlihat ramping, bahkan kurus.
Kedua orang tua Meimei memiliki pengharapan yang berbeda terhadap Meimei.
Ayah Meimei adalah seorang profesor di sebuah kampus ternama dimana ayahnya
menginginkan Meimei untuk fokus ke bidang akademiknya. Di sekolah, Meimei
juga aktif mengikuti olimpiade sains, dan lomba lainnya. Suatu ketika, Meimei
akan mengikuti seleksi covergirl internasional kemudian mentor model nya
menyuruhnya untuk menurunkan berat badannya. Sejak saat itu, Meimei
melakukan diet yang lebih ketat dari biasanya, hingga saat diajak makan siang
oleh ayahnya Meimei menolak untuk makan dengan alasan ingin diet. Kemudian
ketika seleksi telah dilakukan ternyata Meimei gagal karena berat badan Meimei
lebih dari 1kg. Padahal saat itu berat badannya sudah minim, namun dia berpikir
bahwa berat badannya masih kurang kecil, kemudian ia diet lagi. Lalu dia pingsan
kemudian dibawa ke rumah sakit lalu dirawat selama beberapa hari dan sembuh,
namun dia masih enggan untuk makan, sehingga ayahnya merujuk dia ke
psikolog.

2
2.1. Deskripsi Permasalahan
Subjek mengalami anoreksia nervosa karena tuntutan profesionalitasnya
sebagai model.
2.1.1. Hasil Asesmen
a. Wawancara pada orang tua
Menurut ayah klien, klien hanya makan karbohidrat satu kali
dalam tiga hari, di hari lain ia hanya makan apel dan diet coke. Ia juga
menghitung jumlah kalori yang ia konsumsi setiap hari. Selain itu, di
malam hari, subjek akan berolahraga berupa lari diatas treadmill
dalam waktu yang lama. Ayah klien setiap hari menasehati anaknya
untuk makan lebih bayak lagi, tapi klien menolaknya dan mengatakan
bahwa ia sudah kenyang. Sedangkan menurut keterangan dari ibu
klien, ibunya menginginkan anaknya untuk menjadi model go
international. Ibu klien memiliki tuntutan yang besar pada anaknya,
karena saat dulu ibunya masih menjadi artis muda, ibunya ingin sekali
menjadi model. Namun keinginannya tidak dapat tercapai karena tidak
lolos seleksi cover girl dan ajang modelling. Saat muda, ia juga
melakukan diet ketat untuk menjaga berat badan dan proporsi
tubuhnya. Setelah menikah dan punya anak, ia masih melakukan diet
namun tidak ketat seperti dulu. Menurut ibu klien, klien memiliki
bakat modelling dan harus bisa menjadi seorang model go
international, untuk menggantikan keinginan ibunya. Sejak klien
duduk di bangku seolah menengah pertama, ibu klien sudah mengatur
porsi makan klien, sampai terbawa hingga saat ini. Ibu klien tidak
menduga bahwa anaknya bisa sampai mengalami anorexia seperti ini
karena keinginan dan aturan makan yang ia terapkan pada anaknya
(klien).
b. Wawancara pada subjek
Subjek merasa tidak puas dengan berat badan yang ia miliki
sekarang, dan ia terobsesi untuk terus menerus menurunkan berat
badannya. Subjek menolak keras jika dikatakan bahwa tubuhnya
terllau kurus. Ia bersikeras bahwa ia tampak “hampir pas”, dan setiap

3
hari selalu memeriksa dengan cermat perut, paha, pinggul dan lengan
dan wajahnya untuk melihat semua tanda lemak. Meskipun secara
umum ia senang dengan bayangan dirinya di cermin, ia tetap sangat
takut apabila berat badannya bertambah. Subjek selalu memantau
makanannya dengan sangat terperinci. Ia dapat menyebutkan setiap
jenis makanan yang baru dikonsumsinya dan mendiskusikan
kandungan kalori dan lemaknya dengan ibunya. Ia merasa gagal
ketika ia tidak bisa terpilih dalam perlombaan covergirl Internasional
yang pernah ia ikuti. Ia merasa tidak berhasil dalam membahagiakan
kedua orangtuanya, karena orangtuanya sering bertengkar karena
dirinya. Subjek memang sangat ingin menjadi model go international
sejak dulu, karena ia mengidolakan para model luar negeri yang
memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Saat ibunya mengetahui bahwa
ia gagal dalam seleksi, ia dimarahi oleh ibunya dan mengharuskannya
untuk diet yang lebih ketat lagi. Setelah ia dirawat di rumah sakit dan
bertemu dengan dokter, ia sadar bahwa sebenarnya diet yang ia jalanin
tidaklah baik dan menunjukkan gejala anoreksia. Namun, ketika
diberitahu oleh dokter untuk menambah makanannya, ia menolak dan
takut untuk memakan lebih dari porsi makan biasanya.
Subjek menerima saja aturan makan yang diterapkan oleh
ibunya, karena memang ia ingin memiliki tubuh seperti model-model
yang ia idolakan. Saat ayahnya menasehatinya untuk makan lebih
banyak, ia menolak dan mengatakan ia sudah kenyang, meskipun
sebenarnya ia masih ingin makan yang lain.
c. Tes psikologi : tes grafis (DAP). Interpretasi: citra diri klien terdistorsi.
d. Medical anamnese
Berdasarkan riwayat kesehatan subjek yang didapatkan dari
rumah sakit, tempat subjek pernah dirawat, diketahui bahwa berat
badan subjek di bawah berat badan normal berdasarkan hitungan body
mass index. Berat badan awal klien sebelum diet ekstrim yaitu 60kg.
Selain itu, subjek juga mengalami mal nutrisi dan kekurangan cairan,

4
karena kekurangan asupan gizi, nutrisi, dan cairan yang diperlukan
tubuh.

Hasil Tes Medis


1. Keluhan utama
Klien mengalami sakit kepala dan merasa badannya lemas setelah
pulang sekolah.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Terlihat kering
b. Kepala
Rambut bersih, hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
c. Hidung
Tidak ada polip, fungsi penciuman normal
d. Telinga
Tidak ada cairan yang keluar, fungsi pendengaran baik, tidak ada
benjolan
e. Mulut
Tidak ada perdaharan di gusi, gigi masih lengkap, bersih, bibir
kering, lidah pucat.
f. Mata
Konjungtiva an anemis, kondisi penglihatan baik, ukuran mata
simetris
g. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
h. Dada
Bentuk simetris, saat bernafas dada berkembang normal
i. Abdomen
Tidak terasa nyeri, tampak kurus
j. Ekstrimitas
Atas : pergerakan bebas

5
Bawah : tidak ada kelainan, pergerakan bebas.

Tanda-tanda vital
BB = 40kg
TB = 170cm
TD = 90/60mmHg – hipotensi (normal 90-119)
T = 35oC – di bawah normal (normal 36,5-37,9)
P = 90x/menit – normal (normal 60-100)
RR = 24x/menit – takipnea/napas cepat (normal 14-20)

3. Konsep diri
Citra tubuh
Klien ingin memiliki tubuh yang langsing dan kurus, ketika berat
badannya bertambah sedikit, klien merasa tubuhnya menjadi gemuk
dan tidak cantik.
4. Pola nutrisi
Makan dan minuman, diet cola dan buah apel
5. Aktivitas sehari-hari
Aktivitas yang dilakukan klien yaitu olahraga secara berlebihan di
malam hari
6. Mekanisme koping
Maladaptif, ketika ada masalah klien tidak mau makan dan hanya
minum air putih dan buah.

Daftar Masalah Medis


1. Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan
2. Koping individu tak efektif
3. Gangguan konsep diri
4. Resiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
5. Latihan dan aktivitas fisik berlebihan
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan

6
Diagnosis Medis
1. resiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan, berhubungan
dengan nutrisi kurang dari kebutuhan
2. perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
koping individu tak efektif
3. koping individu tak efektif; berhubungan dengan gangguan citra tubuh
4. resiko tinggi kekurangan volume cairan; berhubungan dengan aktivitas
dan latihan berlebihan

2.2. Analisis Masalah


Klien mengalami anorexia nervosa karena klien memenuhi kriteria
diagnostik dari anorexia nervosa dalam DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistic
Manual of Mental Disorder IV-TR):
a. Penolakan untuk mempertahankan berat badan pada atau di atas berat
badan minimal yang normal berdasarkan usia dan tinggi badan (misalnya,
penurunan berat badan menjadi 85 persen di bawah berat badan minimal
yang sehat, atau ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan
yang diharapkan selama periode pertumbuhan, mengakibatkan berat badan
85 persen di bawah berat badan minimal yang sehat)
b. Ketakutan yang berlebihan terhadap berat badan atau menjadi gemuk,
meskipun sebenarnya kurus.
c. Distorsi dalam persepsi berat badan atau bentuk tubuh seseorang,
pengaruh berat badan atau bentuk yang tidak semestinya pada evaluasi
diri, atau penolakan pada keadaan berat badan yang rendah.
d. Pada wanita yang telah mencapai menarche, amenore (tidak adanya
setidaknya tiga siklus menstruasi berturut-turut)
Dalam DSM-IV-TR, anorexia nervosa dibagi menjadi dua tipe:
a. Restricting type merupakan tipe anorexia nervosa yang mengurangi berat
badan dengan membatasi asupan makanan yang parah (severely), individu
tersebut tidak mengalami perilaku purging (muntah) secara regular.

7
b. Binge-eating/purging, mengurangi berat badan dengan mengeluarkan
kembali makanan dalam tubuh seperti meminum obat diet atau/dan latihan
fisik yang berlebihan.
Sedangkan menurut Emery (2013), simtom dari anoreksia adalah:
1. Gangguan dalam mengevaluasi berat atau bentuk badan
Orang dengan ganggguan anoreksia mengalami gangguan dalam cara
mengalami berat atau bentuk badan. Hal ini melibatkan gambaran tubuh
yang terdistorsi, yaitu persepsi tidak akurat dengan ukuran dan bentuk
tubuh. Penderita anoreksia tidak mengakui kekurus-keringannya seperti
apa adanya.
2. Komplikasi medis
Para penderita anoreksia biasanya mengeluhkan tentang konstipasi
(sembelit, nyeri perut atau sulit untuk buang air besar secara teratur),
intoleransi terhadap dingin, dan kelesuan. Keluhan ini berasal dari semi
kelaparan pada tekanan darah da suhu tubuh yang keduanya berada di
bawah normal.
3. Perjuangan untuk mengontrol
Penderita anoreksia nervosa merasa sangat bangga dengan pengingkaran
diri mereka seperti master of control.
4. Gangguan psikologis komorbid
Para penderita nanoreksia nervosa terobsesi dengan makanan dan diet, dan
mereka sering mengikuti ritual makan kompulsif. Hal ini menunjukkan
bahwa perilaku obsesif-kompulsif merupakan reaksi terhadap kelaparan,
bukan sebuah faktor resiko untuk anoreksia.

Dalam kasus ini, klien mengalami anorexia dengan tipe restricted.


Dimana perilaku memuntahkan kembali makanan tidak terjadi. Namun klien
cenderung membatasi makanan yang ia makan secara berlebihan.
Anorexia nervosa biasanya dimulai di awal hingga pertengahan masa
remaja, seringkali diikuti oleh episode diet serta beberapa tipe stress hidup. Selain
itu, gambaran tubuh seorang penderita anorexia nervosa menjadi terdistorsi dan
seringkali terjadi konflik dalam keluarga (Santrock, 2012). Dalam hal ini klien

8
menghadapi berbagai macam tuntutan dan tekanan dalam hidup, seperti tuntutan
dalam dunia modeling, serta tuntutan mengenai prestasi akademik dari Ayah klien
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi munculnya simtom anorexia nervosa.
Selain itu, sebagian besar penderita anorexia nervosa berasal dari keluarga
yang berpendidikan baik, berpenghasilan menengah atas dan berprestasi baik
(Schmidt dalam Santrock, 2012). Mereka menetapkan standar yang tinggi,
sehingga menimbulkan stres ketika tidak mampu meraih standar yang ditetapkan,
dan sangat memperhatikan pandangan orang lain terhadap dirinya. Jika tidak
mampu memenuhi harapan yang tinggi, mereka beralih ke sesuatu yang dapat
mereka kendalikan yakni berat tubuhnya. Gambaran ini sesuai dengan hasil
asesmen yang dilakukan terhadap klien.
Teori kepribadian A-B-C yang dikemukakan Ellis merupakan pusat teori
dan praktik REBT. Teori A-B-C menjelaskan bahwa A merupakan antecedent,
yaitu suatu kondisi, kejadian, tingkah laku, atau sikap individu saat ini. C adalah
konsekuensi emosi dan tingkah laku atau reaksi individu. Reaksi ini dapat berupa
reaksi yang patut maupun tidak patut. A bukan penyebab utama terjadinya C,
namun B yang merupakan kepercayaan atau nilai yang dianut individu yang lebih
mendasari terjadinya C. Pokok REBT adalah menunjukan bagaimana indvidu
dapat merubah nilai atau kepercayaan irasional yang dianut, sehingga dapat
merubah C (Corey, 1996). Analisis dalam kasus ini menggunakan teori A-B-C
yang menunjukan sebagai berikut:
A = Meimei ditolak ketika mengikuti audisi cover girl salah satu majalah
B = Meimei merasa bahwa dirinya kurang kurus sehingga ditolak
C = Perilaku eating disorders
Bulik dkk (dalam Santrock, 2012), menyebutkan penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa terapi keluarga seringkali merupakan pengobatan yang
paling efektif bagi anak perempuan anorexia nervosa.

2.3. Diagnosa
Aksis 1 : Anorexia Nervosa
Aksis 2 : -
Aksis 3 : malnutrisi, berat badan di bawah batas normal.

9
Aksis 4 : -
Aksis 5 : GAF=60

2.4. Prognosa
GAF=60. Sesi yang akan diberikan kepada klien adalah 10 sesi dengan
terapi REBT (Rational Emotive Behavior Teraphy) dan Terapi Keluarga.

10
BAB III
Pelaksanaan Intervensi
3.1 Sasaran
Peserta yang menjadi sasaran dalam intervensi kali ini yaitu Meimei yang
didiagnosa mengalami gangguan makan yaitu Anorexia Nervosa.

3.2 Pihak yang dilibatkan


Pihak yang dilibatkan dalam intervensi kali ini adalah Meimei yang
mengalami gangguan, selain itu juga significant other (pribadi dalam lingkungan
dekat yang memberikan pengaruh psikologis pada individu) dari Meimei, yaitu
orangtua Meimei.

3.3 Target Perubahan


Target perubahan yang diharapkan setelah dilakukan intervensi adalah :
a. Citra tubuh yang dimiliki Meimei dapat berubah menjadi baik
b. Meimei dapat makan sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan gizi yang
diperlukan
c. Berat badan Meimei dapat naik menjadi normal

Target perubahan yang diharapkan dalam setiap sesi intervensi adalah :


Sesi 3-5 ( Cognitive Therapy)
a. Klien menyadari bahwa keyakinan akan citra tubuhnya tersebut salah.
c. Klien mulai menentang pemikirannya yang tidak rasional dan mau untuk
memperbaiki citra tubuhnya secara normal

Sesi 6-7 ( Shame attacking exercise)


a. Klien meyakini dengan memakan makanan karbohidrat tidak akan
menimbulkan penilaian negatif.
b. Klien bersedia untuk memakan makanan karbohidrat

Sesi 8-10 ( Behavior therapy dan family therapy)

11
a. Klien mulai makan dengan rutin dan menu makanan yang sehat atas
anjuran ahli gizi, dengan bantuan kontrol orangtua di rumah.
b. Klien mengalami kenaikan berat badan atau mencapai berart badan yang
normal.
c. Klien mampu mengontrol pola makannya secara normal sendiri tanpa
kontrol orangtua lagi.
e. Klien menjaga pola makanannya demi kelangsungan tugas perkembangan
remaja dengan baik.

3.4 Metode yang digunakan


Dalam kasus ini intervensi yang akan diberikan kepada peserta sasaran
yaitu terapi rational emotive behavior dan terapi Family Based Treatment (FBT).
Rational emotive behavior therapy dicetuskan oleh Albert Ellis yang
mengkombinasikan antara humanistik, filosofi, dan terapi behavior. Teori A-B-C
merupakan poin utama dalam terapi ini. Setelah A-B-C terdapat D yang berarti
disputing. D merupakan pengaplikasian metode ilmiah dalam membantu klien
untuk mengubah pikiran atau kepercayaan irasioanl yang dimiliki. Ellis dan
Bernand (dalam Corey, 1996) menyebutkan tiga komponen yang terdapat dalam
disputing process yaitu, detecting, debating, dan discriminating.
REBT dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik kognitif, afektif,
dan perilaku, bergantung pada individu klien. Berikut ini teknik-teknik kognitif,
afektif, dan perilaku menurut Ellis (dalam Corey, 1996) :
a. Metode kognitif, pada metode ini REBT bertumpu pada berpikir,
membantah, mendebat, melawan, menginterpretasi, menjelaskan, dan
mengajarkan.
1) Disputing irrational beliefs
Pada teknik ini, terapis membantu klien untuk melawan kepercayaan
atau pikiran irasional yang dimiliki dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan mengenai pikiran irasional tersebut.
2) Cognitive homework
Klien diminta untuk menuliskan masalah-masalah yang dihadapi,
mencari kepercayaan absolut, dan menbantah kepercayaan tersebut.

12
Klien akan diminta untuk mengisi REBT self-help form yang terdiri
dari aplikasi teori A-B-C terhadap masalah yang mereka hadapi.
3) Changing one’s language
REBT menyatakan bahwa bahasa yang tidak tepat merupakan salah
satu penyebab terdistorsinya proses berpikir. Bahasa dapat membentuk
pikiran dan begitu pula dengan pikiran dapat membentuk bahasa. Oleh
karena itu klien diminta untuk mengganti bahasa yang biasa digunakan
dari “harus” dapat diganti dengan sebaiknya.
4) Penggunaan humor
Pemberian humor diberikan untuk melawab pikiran-pikiran berlebihan
klien yang menuntun klien pada permasalahan.
b. Metode emotif
1) Rational-emotive imagery
Bentuk dari praktik intens untuk menstabilkan bentuk emosi baru pada
klien. Klien diminta untuk membayangkan diri mereka berpikir,
merasakan, dan berperilaku sesuai dengan apa yang mereka inginkan
di kehidupan nyata.
2) Role-play
Terapis menunjukkan kepada klien gangguan apa yang mereka buat,
dan bagaimana mengubah perasaan tidak menerima menjadi
menerima.
3) Shame-attacking exercise
Teknik ini dilakukan untuk menghilangkan rasa malu pada klien
dengan memberitahu klien bahwa apabila seseorang menganggap diri
klien bodoh bukanlah sesuatu yang berbahaya. Sehingga klien merasa
tidak malu lagi apabila orang lain tidak menerima mereka.
4) Use of force and vigor
c. Teknik behavior
Pada sesi ini dapat dilakukan, modifikasi perilaku, self-management,
desensisasi sistematik, relaksasi, dan modellig. Selain itu skill training dan
asertiviness training dapat pula dilakukan.

13
Menurut Warren dan McLellarn (dalam Corey, 1996) REBT dapat
digunakan pada gangguan-gangguan klinis, seperti kecemasan, depresi, kesulitan
untuk menikah, kemampuan interpersonal yang buruk, gangguan kepribadian,
gangguan makan, gangguan psikosomatik, dan gangguan psikotik.

Family based treatment (penanganan basis keluarga) dikembangkan di


Maudsley Hospital di London, sehingga kemudian dikenal sebagai pendekatan
Maudsley. Beberapa studi menemukan bahwa FBT lebih efektif untuk membantu
remaja dengan Anorexia Nervosa untuk menaikkan berat badan. Gangguan makan
tidak dilihat sebagai sebuah ekspresi dari disfungsi keluarga atau upaya untuk
menerapkan kontrol atas lingkungan yang kacau. FBT melihat keluarga sebagai
sumber daya dalam kesembuhan remaja dan menekankan pentingnya kembali
sehat dengan cepat, terkhususnya di dalam fase pertama penanganan. Pendekatan
Maudsley dibagi menjadi tiga fase, yaitu sebagai berikut:
a. Fase pertama
Orangtua ditempatkan sebagai pemimpin untuk memulihkan berat badan
anaknya. Dengan bantuan terapis, orangtua mengarahkan anaknya kepada
usaha refeeding, terlepas dari penolakan dari anak yang cukup keras.
Orangtua diberi tugas memilih makanan yang harus dimakan anaknya,
kapan anaknya makan, dan seberapa banyak makanan yang harus dimakan
oleh anaknya. Fokus utama dalam fase pertama merupakan pemulihan
berat badan dan pola makan yang sehat. Orangtua diberi tahu bahwa tidak
ada yang lebih penting daripada mengembalikan selera makan anak.
b. Fase kedua
Fase ini dimulai ketika peserta sasaran terus menerus menambah berat
badan secara konstan dan makan tanpa banyak resistensi. Orangtua
dibantu untuk secara gradual mengembalikan tanggungjawab untuk makan
pada remaja yang bersangkutan, sesuai umurnya.
c. Fase ketiga
Fase ini dimulai ketika peserta sasaran mencapai berat badan sehat. Pada
fase ini, terapi beralih fokus pada hal tentang perkembangan remaja dan
bagaimana perkembangan tersebut dapat berdampak pada gangguan

14
makan mereka. Penanganan selama fase ketiga dapat memfokuskan pada
meningkatkan otonomi pribadi, hubungan dengan sebaya, atau bersiap-
siap untuk meninggalkan rumah untuk pertama kalinya.

Dalam intervensi kali ini, psikolog juga menjalin kerjasama dengan ahli gizi.
Kerjasama tersebut dilakukan guna memperbaiki pola makan yang tepat untuk
klien. Berdasarkan hasil kerjasama tersebut, ahli gizi menyarankan bahwa klien
harus meperbaiki nutrisi dalam tubuhnya. Hal-hal yang harus dilakukan klien
untuk memperbaiki nutrisi sebagai berikut :
a. Mengikuti jadwal pola makan yang sesuai.
b. Berhenti makan jika sudah merasa cukup, bukan kenyang.
c. Makan makanan yang sehat, makanan yang seimbang. Kebutuhan kalori
yang sangat tinggi untuk menaikkan bobot tubuh dan memeliharanya
setelah bobot tubuh yang diinginkan. Sekali bobot tubuh yang diinginkan
dicapai, kalori akan secara bertahap menurun sampai tingkat
pemeliharaan, yaitu kira – kira 50 kcal/ kg setiap hari.
d. Mengkonsumsi vitamin dan suplemen mineral terutama kalsium, kalium,
dan besi.
e. Latihan fisik secara teratur, tapi tidak berlebihan.
f. Mengkonsumsi nutrisi enteral. Data anthropometric dan biokimia telah
dikumpulkan dari 9 pasien anoreksia nervosa sebelum dan setelah
mengkonsumsi enteral nutrisi melalui rute nasogastric. Konsumsi nutrisi
ini ternyata menaikkan bobot badan sebesar 8.22 kg/bulan. Nilai ini
tidaklah berbeda dari tingkatan yang dicapai oleh pokok anorectic
mengenakan total parenteral ilmu gizi. Lagipula, suatu kenaikan yang
penting beberapa index biokimia, yaitu prealbumin dan total zat besi telah
dicapai.
g. Mengkonsumsi sayur-sayuran hijau karena banyak mengandung klorofil.
Dr. Ann Wigmore menuliskan "hal yang paling terpenting dalam
memulihkan kembali kesehatan adalah mengambil asupan klorofil dalam
jumlah seimbang dan secara terus-menerus setiap hari." Klorofil
mempunyai bentuk nukleat dan asam amino yang sesuai yang dibutuhkan

15
otak manusia, untuk membentuk neuropeptida yang diperlukan untuk
berpikir kreatif dan positif, sehingga membantu penderita depresi seperti
yang dialami pasien anoreksia.
h. Pemberian liquid oral nutrition dengan nilai kalori yang terus ditingkatkan
tiap minggu.

3.6 Materi yang diberikan


Target
No Sesi Langkah-langkah
Perubahan
1. Asesmen awal Melakukan assemen berupa
wawancara, observasi, dan
psikotes
- Wawancara dilakukan
kepada kedua orangtua,
serta klien Meimei, untuk
melihat apakah terjadi
tekanan dari orangtua
dalam hal pembatasan
makanan
- Selain itu dilakukan pula
observasi ketika
mewawancarai orangtua
Meimei dan klien Meimei
itu sendiri
- Dilakukan serangkaian
psikotes berupa tes grafis
untuk melihat kepribadian
Meimei
2. Mengkomunikasikan Menegakkan diagnosis
akar masalah dan berdasarkan hasil integrasi
inform consent asesmen dan memberikan inform
kepada klien consent kepada klien berupa

16
konsekuensi-konsekuensi dalam
mengikuti terapi
- Mengkomunikasikan
kepada klien Meimei dan
kedua orangtuanya bahwa
diagnosis dari hasil
asesmen adalah Anorexia
Nervosa
- Mengkomunikasikan
kepada klien Meimei dan
kedua orangtuanya bahwa
prognosis dari rancangan
intervensi yang telah
dibuat yakni klien akan
diintervensi selama 10
sesi, serta menjelaskan
GAF hasil asesmen
- Menjelaskan kepada klien
dan kedua orangtua klien
mengenai konsekuensi
yang akan terjadi jika
klien mengikuti ataupun
tidak mengikuti sesi terapi
- Jika terjadi kesepakatan
untuk menjalani terapi,
klien dan kedua orangtua
klien diminta untuk
menyetujui informed
consent yang berisi
kesanggupan mengikuti
sesi terapi hingga akhir
3. Sesi 3-5 Disputing Irrational Beliefs a. Klien

17
Cognitive Therapy - Terapis berusaha untuk menyadari
merubah keyakinan yang bahwa
irrasional dengan berbagai keyakinan
ekspresi verbal. Terapis akan citra
melontarkan banyak tubuhnya
pertanyaan untuk tersebut
mematahkan keyakinan salah.
irrasional klien Meimei b. Klien mulai
Cognitive homework berupa menentang
REBT self-help form pemikirannya
- Terapis memberikan form yang tidak
mengenai keyakinan- rasional dan
keyakinan dalam diri mau untuk
individu klien yang harus memperbaiki
diisi. citra
- Terapis mengajarkan dan tubuhnya
membantu klien apabila secara normal
klien kesulitan dalam
mengisi form tersebut
- Terapis memberikan form
itu untuk diisi di rumah
4. Sesi 6-7 Shame-atttacking - Klien
Emotive Therapy - Klien Meimei didorong meyakini
untuk melawan rasa malu dengan
dan takutnya kepada memakan
penambahan berat badan, makanan
supaya klien melakukan karbohidrat
sesuatu tanpa memandang tidak akan
rasa malu menimbulkan
- Klien diminta makan penilaian
sedikit demi sedikit di negatif.
tempat umum - Klien

18
- Klien juga diminta untuk bersedia
makan karbohidrat yang untuk
sebelumnya ia sangat memakan
hindari makanan
karbohidrat

5. Sesi 8-10 Self-management - Klien mulai


Behavior Therapy - Klien Meimei diajarkan makan
dan Family Therapy dan diberi tugas untuk dengan rutin
meregulasi pola makannya dan menu
sendiri makanan
- Self-management ini yang sehat
nantinya akan dipadukan atas anjuran
dengan family therapy ahli gizi,
yang diberikan kepada dengan
kedua orangtuanya untuk bantuan
mengatur pola makan kontrol
Meimei orangtua di
Penugasan rumah bersama rumah.
keluarga - Klien
- Bentuk dari family therapy mengalami
- Fase pertama: orangtua kenaikan
mengarahkan anaknya berat badan
kepada usaha refeeding, atau
terlepas dari penolakan mencapai
dari anak yang cukup berart badan
keras yang normal.
- Fase kedua: ketika peserta - Klien
sasaran terus menerus mampu
menambah berat badan mengontrol
secara konstan dan makan pola
tanpa banyak resistensi. makannya

19
Orangtua dibantu untuk secara
secara gradual normal
mengembalikan sendiri tanpa
tanggungjawab untuk kontrol
makan pada remaja yang orangtua
bersangkutan, sesuai lagi.
umurnya. - Klien
- Fase ketiga: ketika peserta menjaga
sasaran mencapai berat pola
badan sehat. Terapi makanannya
beralih fokus pada hal demi
tentang perkembangan kelangsunga
remaja dan bagaimana n tugas
perkembangan tersebut perkembang
dapat berdampak pada an remaja
gangguan makan mereka. dengan baik.
Meningkatkan otonomi
pribadi, hubungan dengan
sebaya, atau bersiap-siap
untuk meninggalkan
rumah untuk pertama
kalinya

20
Daftar Pustaka

Corey, G. (1996). Theory and practice of counseling and psychotherapy (ed.5).


California: Brooks/Cole Publishing Company.
Corsini, J. R., dan Wedding, D. (2011). Current psychotherapies (ed.9).
California: Brooks/Cole Publishing Company.
Emery, Robert E., Oltmans, Thomas F. (2013). Abnormal Psychology. New
York:Pearson Education.
Santrock, J. W. (2012). Life-span development: perkembangan masa hidup
(ed.13). Jakarta: Penerbit Erlangga
Treasure, J., Schmidt, U., & Furth E.V. (Eds.). (2003). Handboof of eating
disorders (ed 2). West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.

21

Anda mungkin juga menyukai