DOSEN PENGAMPU :
Disusun oleh :
Ferawati 15010115120063
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
1
BAB I
Deskripsi Individu dan Latar Belakang
Subjek (Meimei) adalah seorang remaja putri yang berusia 16 tahun,
Meimei menekuni dunia model sejak kecil karena Meimei berasal dari keluarga
yang berlatar belakang entertainer.
BAB II
Deskripsi Kasus
Sejak kecil Meimei dituntut untuk memiliki badan yang kurus dan tinggi.
Hal ini dikarenakan ia berasal dari keluarga menengah ke atas yang berkecukupan
dan tumbuh dalam lingkungan yang menekankan sisi perfeksionis. Ibunya yang
berprofesi sebagai artis, menuntut Meimei untuk mengurangi porsi makannya di
bawah proporsi normal, agak badan Meimei selalu terlihat ramping, bahkan kurus.
Kedua orang tua Meimei memiliki pengharapan yang berbeda terhadap Meimei.
Ayah Meimei adalah seorang profesor di sebuah kampus ternama dimana ayahnya
menginginkan Meimei untuk fokus ke bidang akademiknya. Di sekolah, Meimei
juga aktif mengikuti olimpiade sains, dan lomba lainnya. Suatu ketika, Meimei
akan mengikuti seleksi covergirl internasional kemudian mentor model nya
menyuruhnya untuk menurunkan berat badannya. Sejak saat itu, Meimei
melakukan diet yang lebih ketat dari biasanya, hingga saat diajak makan siang
oleh ayahnya Meimei menolak untuk makan dengan alasan ingin diet. Kemudian
ketika seleksi telah dilakukan ternyata Meimei gagal karena berat badan Meimei
lebih dari 1kg. Padahal saat itu berat badannya sudah minim, namun dia berpikir
bahwa berat badannya masih kurang kecil, kemudian ia diet lagi. Lalu dia pingsan
kemudian dibawa ke rumah sakit lalu dirawat selama beberapa hari dan sembuh,
namun dia masih enggan untuk makan, sehingga ayahnya merujuk dia ke
psikolog.
2
2.1. Deskripsi Permasalahan
Subjek mengalami anoreksia nervosa karena tuntutan profesionalitasnya
sebagai model.
2.1.1. Hasil Asesmen
a. Wawancara pada orang tua
Menurut ayah klien, klien hanya makan karbohidrat satu kali
dalam tiga hari, di hari lain ia hanya makan apel dan diet coke. Ia juga
menghitung jumlah kalori yang ia konsumsi setiap hari. Selain itu, di
malam hari, subjek akan berolahraga berupa lari diatas treadmill
dalam waktu yang lama. Ayah klien setiap hari menasehati anaknya
untuk makan lebih bayak lagi, tapi klien menolaknya dan mengatakan
bahwa ia sudah kenyang. Sedangkan menurut keterangan dari ibu
klien, ibunya menginginkan anaknya untuk menjadi model go
international. Ibu klien memiliki tuntutan yang besar pada anaknya,
karena saat dulu ibunya masih menjadi artis muda, ibunya ingin sekali
menjadi model. Namun keinginannya tidak dapat tercapai karena tidak
lolos seleksi cover girl dan ajang modelling. Saat muda, ia juga
melakukan diet ketat untuk menjaga berat badan dan proporsi
tubuhnya. Setelah menikah dan punya anak, ia masih melakukan diet
namun tidak ketat seperti dulu. Menurut ibu klien, klien memiliki
bakat modelling dan harus bisa menjadi seorang model go
international, untuk menggantikan keinginan ibunya. Sejak klien
duduk di bangku seolah menengah pertama, ibu klien sudah mengatur
porsi makan klien, sampai terbawa hingga saat ini. Ibu klien tidak
menduga bahwa anaknya bisa sampai mengalami anorexia seperti ini
karena keinginan dan aturan makan yang ia terapkan pada anaknya
(klien).
b. Wawancara pada subjek
Subjek merasa tidak puas dengan berat badan yang ia miliki
sekarang, dan ia terobsesi untuk terus menerus menurunkan berat
badannya. Subjek menolak keras jika dikatakan bahwa tubuhnya
terllau kurus. Ia bersikeras bahwa ia tampak “hampir pas”, dan setiap
3
hari selalu memeriksa dengan cermat perut, paha, pinggul dan lengan
dan wajahnya untuk melihat semua tanda lemak. Meskipun secara
umum ia senang dengan bayangan dirinya di cermin, ia tetap sangat
takut apabila berat badannya bertambah. Subjek selalu memantau
makanannya dengan sangat terperinci. Ia dapat menyebutkan setiap
jenis makanan yang baru dikonsumsinya dan mendiskusikan
kandungan kalori dan lemaknya dengan ibunya. Ia merasa gagal
ketika ia tidak bisa terpilih dalam perlombaan covergirl Internasional
yang pernah ia ikuti. Ia merasa tidak berhasil dalam membahagiakan
kedua orangtuanya, karena orangtuanya sering bertengkar karena
dirinya. Subjek memang sangat ingin menjadi model go international
sejak dulu, karena ia mengidolakan para model luar negeri yang
memiliki tubuh yang tinggi dan kurus. Saat ibunya mengetahui bahwa
ia gagal dalam seleksi, ia dimarahi oleh ibunya dan mengharuskannya
untuk diet yang lebih ketat lagi. Setelah ia dirawat di rumah sakit dan
bertemu dengan dokter, ia sadar bahwa sebenarnya diet yang ia jalanin
tidaklah baik dan menunjukkan gejala anoreksia. Namun, ketika
diberitahu oleh dokter untuk menambah makanannya, ia menolak dan
takut untuk memakan lebih dari porsi makan biasanya.
Subjek menerima saja aturan makan yang diterapkan oleh
ibunya, karena memang ia ingin memiliki tubuh seperti model-model
yang ia idolakan. Saat ayahnya menasehatinya untuk makan lebih
banyak, ia menolak dan mengatakan ia sudah kenyang, meskipun
sebenarnya ia masih ingin makan yang lain.
c. Tes psikologi : tes grafis (DAP). Interpretasi: citra diri klien terdistorsi.
d. Medical anamnese
Berdasarkan riwayat kesehatan subjek yang didapatkan dari
rumah sakit, tempat subjek pernah dirawat, diketahui bahwa berat
badan subjek di bawah berat badan normal berdasarkan hitungan body
mass index. Berat badan awal klien sebelum diet ekstrim yaitu 60kg.
Selain itu, subjek juga mengalami mal nutrisi dan kekurangan cairan,
4
karena kekurangan asupan gizi, nutrisi, dan cairan yang diperlukan
tubuh.
5
Bawah : tidak ada kelainan, pergerakan bebas.
Tanda-tanda vital
BB = 40kg
TB = 170cm
TD = 90/60mmHg – hipotensi (normal 90-119)
T = 35oC – di bawah normal (normal 36,5-37,9)
P = 90x/menit – normal (normal 60-100)
RR = 24x/menit – takipnea/napas cepat (normal 14-20)
3. Konsep diri
Citra tubuh
Klien ingin memiliki tubuh yang langsing dan kurus, ketika berat
badannya bertambah sedikit, klien merasa tubuhnya menjadi gemuk
dan tidak cantik.
4. Pola nutrisi
Makan dan minuman, diet cola dan buah apel
5. Aktivitas sehari-hari
Aktivitas yang dilakukan klien yaitu olahraga secara berlebihan di
malam hari
6. Mekanisme koping
Maladaptif, ketika ada masalah klien tidak mau makan dan hanya
minum air putih dan buah.
6
Diagnosis Medis
1. resiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan, berhubungan
dengan nutrisi kurang dari kebutuhan
2. perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
koping individu tak efektif
3. koping individu tak efektif; berhubungan dengan gangguan citra tubuh
4. resiko tinggi kekurangan volume cairan; berhubungan dengan aktivitas
dan latihan berlebihan
7
b. Binge-eating/purging, mengurangi berat badan dengan mengeluarkan
kembali makanan dalam tubuh seperti meminum obat diet atau/dan latihan
fisik yang berlebihan.
Sedangkan menurut Emery (2013), simtom dari anoreksia adalah:
1. Gangguan dalam mengevaluasi berat atau bentuk badan
Orang dengan ganggguan anoreksia mengalami gangguan dalam cara
mengalami berat atau bentuk badan. Hal ini melibatkan gambaran tubuh
yang terdistorsi, yaitu persepsi tidak akurat dengan ukuran dan bentuk
tubuh. Penderita anoreksia tidak mengakui kekurus-keringannya seperti
apa adanya.
2. Komplikasi medis
Para penderita anoreksia biasanya mengeluhkan tentang konstipasi
(sembelit, nyeri perut atau sulit untuk buang air besar secara teratur),
intoleransi terhadap dingin, dan kelesuan. Keluhan ini berasal dari semi
kelaparan pada tekanan darah da suhu tubuh yang keduanya berada di
bawah normal.
3. Perjuangan untuk mengontrol
Penderita anoreksia nervosa merasa sangat bangga dengan pengingkaran
diri mereka seperti master of control.
4. Gangguan psikologis komorbid
Para penderita nanoreksia nervosa terobsesi dengan makanan dan diet, dan
mereka sering mengikuti ritual makan kompulsif. Hal ini menunjukkan
bahwa perilaku obsesif-kompulsif merupakan reaksi terhadap kelaparan,
bukan sebuah faktor resiko untuk anoreksia.
8
menghadapi berbagai macam tuntutan dan tekanan dalam hidup, seperti tuntutan
dalam dunia modeling, serta tuntutan mengenai prestasi akademik dari Ayah klien
dapat menjadi faktor yang mempengaruhi munculnya simtom anorexia nervosa.
Selain itu, sebagian besar penderita anorexia nervosa berasal dari keluarga
yang berpendidikan baik, berpenghasilan menengah atas dan berprestasi baik
(Schmidt dalam Santrock, 2012). Mereka menetapkan standar yang tinggi,
sehingga menimbulkan stres ketika tidak mampu meraih standar yang ditetapkan,
dan sangat memperhatikan pandangan orang lain terhadap dirinya. Jika tidak
mampu memenuhi harapan yang tinggi, mereka beralih ke sesuatu yang dapat
mereka kendalikan yakni berat tubuhnya. Gambaran ini sesuai dengan hasil
asesmen yang dilakukan terhadap klien.
Teori kepribadian A-B-C yang dikemukakan Ellis merupakan pusat teori
dan praktik REBT. Teori A-B-C menjelaskan bahwa A merupakan antecedent,
yaitu suatu kondisi, kejadian, tingkah laku, atau sikap individu saat ini. C adalah
konsekuensi emosi dan tingkah laku atau reaksi individu. Reaksi ini dapat berupa
reaksi yang patut maupun tidak patut. A bukan penyebab utama terjadinya C,
namun B yang merupakan kepercayaan atau nilai yang dianut individu yang lebih
mendasari terjadinya C. Pokok REBT adalah menunjukan bagaimana indvidu
dapat merubah nilai atau kepercayaan irasional yang dianut, sehingga dapat
merubah C (Corey, 1996). Analisis dalam kasus ini menggunakan teori A-B-C
yang menunjukan sebagai berikut:
A = Meimei ditolak ketika mengikuti audisi cover girl salah satu majalah
B = Meimei merasa bahwa dirinya kurang kurus sehingga ditolak
C = Perilaku eating disorders
Bulik dkk (dalam Santrock, 2012), menyebutkan penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa terapi keluarga seringkali merupakan pengobatan yang
paling efektif bagi anak perempuan anorexia nervosa.
2.3. Diagnosa
Aksis 1 : Anorexia Nervosa
Aksis 2 : -
Aksis 3 : malnutrisi, berat badan di bawah batas normal.
9
Aksis 4 : -
Aksis 5 : GAF=60
2.4. Prognosa
GAF=60. Sesi yang akan diberikan kepada klien adalah 10 sesi dengan
terapi REBT (Rational Emotive Behavior Teraphy) dan Terapi Keluarga.
10
BAB III
Pelaksanaan Intervensi
3.1 Sasaran
Peserta yang menjadi sasaran dalam intervensi kali ini yaitu Meimei yang
didiagnosa mengalami gangguan makan yaitu Anorexia Nervosa.
11
a. Klien mulai makan dengan rutin dan menu makanan yang sehat atas
anjuran ahli gizi, dengan bantuan kontrol orangtua di rumah.
b. Klien mengalami kenaikan berat badan atau mencapai berart badan yang
normal.
c. Klien mampu mengontrol pola makannya secara normal sendiri tanpa
kontrol orangtua lagi.
e. Klien menjaga pola makanannya demi kelangsungan tugas perkembangan
remaja dengan baik.
12
Klien akan diminta untuk mengisi REBT self-help form yang terdiri
dari aplikasi teori A-B-C terhadap masalah yang mereka hadapi.
3) Changing one’s language
REBT menyatakan bahwa bahasa yang tidak tepat merupakan salah
satu penyebab terdistorsinya proses berpikir. Bahasa dapat membentuk
pikiran dan begitu pula dengan pikiran dapat membentuk bahasa. Oleh
karena itu klien diminta untuk mengganti bahasa yang biasa digunakan
dari “harus” dapat diganti dengan sebaiknya.
4) Penggunaan humor
Pemberian humor diberikan untuk melawab pikiran-pikiran berlebihan
klien yang menuntun klien pada permasalahan.
b. Metode emotif
1) Rational-emotive imagery
Bentuk dari praktik intens untuk menstabilkan bentuk emosi baru pada
klien. Klien diminta untuk membayangkan diri mereka berpikir,
merasakan, dan berperilaku sesuai dengan apa yang mereka inginkan
di kehidupan nyata.
2) Role-play
Terapis menunjukkan kepada klien gangguan apa yang mereka buat,
dan bagaimana mengubah perasaan tidak menerima menjadi
menerima.
3) Shame-attacking exercise
Teknik ini dilakukan untuk menghilangkan rasa malu pada klien
dengan memberitahu klien bahwa apabila seseorang menganggap diri
klien bodoh bukanlah sesuatu yang berbahaya. Sehingga klien merasa
tidak malu lagi apabila orang lain tidak menerima mereka.
4) Use of force and vigor
c. Teknik behavior
Pada sesi ini dapat dilakukan, modifikasi perilaku, self-management,
desensisasi sistematik, relaksasi, dan modellig. Selain itu skill training dan
asertiviness training dapat pula dilakukan.
13
Menurut Warren dan McLellarn (dalam Corey, 1996) REBT dapat
digunakan pada gangguan-gangguan klinis, seperti kecemasan, depresi, kesulitan
untuk menikah, kemampuan interpersonal yang buruk, gangguan kepribadian,
gangguan makan, gangguan psikosomatik, dan gangguan psikotik.
14
makan mereka. Penanganan selama fase ketiga dapat memfokuskan pada
meningkatkan otonomi pribadi, hubungan dengan sebaya, atau bersiap-
siap untuk meninggalkan rumah untuk pertama kalinya.
Dalam intervensi kali ini, psikolog juga menjalin kerjasama dengan ahli gizi.
Kerjasama tersebut dilakukan guna memperbaiki pola makan yang tepat untuk
klien. Berdasarkan hasil kerjasama tersebut, ahli gizi menyarankan bahwa klien
harus meperbaiki nutrisi dalam tubuhnya. Hal-hal yang harus dilakukan klien
untuk memperbaiki nutrisi sebagai berikut :
a. Mengikuti jadwal pola makan yang sesuai.
b. Berhenti makan jika sudah merasa cukup, bukan kenyang.
c. Makan makanan yang sehat, makanan yang seimbang. Kebutuhan kalori
yang sangat tinggi untuk menaikkan bobot tubuh dan memeliharanya
setelah bobot tubuh yang diinginkan. Sekali bobot tubuh yang diinginkan
dicapai, kalori akan secara bertahap menurun sampai tingkat
pemeliharaan, yaitu kira – kira 50 kcal/ kg setiap hari.
d. Mengkonsumsi vitamin dan suplemen mineral terutama kalsium, kalium,
dan besi.
e. Latihan fisik secara teratur, tapi tidak berlebihan.
f. Mengkonsumsi nutrisi enteral. Data anthropometric dan biokimia telah
dikumpulkan dari 9 pasien anoreksia nervosa sebelum dan setelah
mengkonsumsi enteral nutrisi melalui rute nasogastric. Konsumsi nutrisi
ini ternyata menaikkan bobot badan sebesar 8.22 kg/bulan. Nilai ini
tidaklah berbeda dari tingkatan yang dicapai oleh pokok anorectic
mengenakan total parenteral ilmu gizi. Lagipula, suatu kenaikan yang
penting beberapa index biokimia, yaitu prealbumin dan total zat besi telah
dicapai.
g. Mengkonsumsi sayur-sayuran hijau karena banyak mengandung klorofil.
Dr. Ann Wigmore menuliskan "hal yang paling terpenting dalam
memulihkan kembali kesehatan adalah mengambil asupan klorofil dalam
jumlah seimbang dan secara terus-menerus setiap hari." Klorofil
mempunyai bentuk nukleat dan asam amino yang sesuai yang dibutuhkan
15
otak manusia, untuk membentuk neuropeptida yang diperlukan untuk
berpikir kreatif dan positif, sehingga membantu penderita depresi seperti
yang dialami pasien anoreksia.
h. Pemberian liquid oral nutrition dengan nilai kalori yang terus ditingkatkan
tiap minggu.
16
konsekuensi-konsekuensi dalam
mengikuti terapi
- Mengkomunikasikan
kepada klien Meimei dan
kedua orangtuanya bahwa
diagnosis dari hasil
asesmen adalah Anorexia
Nervosa
- Mengkomunikasikan
kepada klien Meimei dan
kedua orangtuanya bahwa
prognosis dari rancangan
intervensi yang telah
dibuat yakni klien akan
diintervensi selama 10
sesi, serta menjelaskan
GAF hasil asesmen
- Menjelaskan kepada klien
dan kedua orangtua klien
mengenai konsekuensi
yang akan terjadi jika
klien mengikuti ataupun
tidak mengikuti sesi terapi
- Jika terjadi kesepakatan
untuk menjalani terapi,
klien dan kedua orangtua
klien diminta untuk
menyetujui informed
consent yang berisi
kesanggupan mengikuti
sesi terapi hingga akhir
3. Sesi 3-5 Disputing Irrational Beliefs a. Klien
17
Cognitive Therapy - Terapis berusaha untuk menyadari
merubah keyakinan yang bahwa
irrasional dengan berbagai keyakinan
ekspresi verbal. Terapis akan citra
melontarkan banyak tubuhnya
pertanyaan untuk tersebut
mematahkan keyakinan salah.
irrasional klien Meimei b. Klien mulai
Cognitive homework berupa menentang
REBT self-help form pemikirannya
- Terapis memberikan form yang tidak
mengenai keyakinan- rasional dan
keyakinan dalam diri mau untuk
individu klien yang harus memperbaiki
diisi. citra
- Terapis mengajarkan dan tubuhnya
membantu klien apabila secara normal
klien kesulitan dalam
mengisi form tersebut
- Terapis memberikan form
itu untuk diisi di rumah
4. Sesi 6-7 Shame-atttacking - Klien
Emotive Therapy - Klien Meimei didorong meyakini
untuk melawan rasa malu dengan
dan takutnya kepada memakan
penambahan berat badan, makanan
supaya klien melakukan karbohidrat
sesuatu tanpa memandang tidak akan
rasa malu menimbulkan
- Klien diminta makan penilaian
sedikit demi sedikit di negatif.
tempat umum - Klien
18
- Klien juga diminta untuk bersedia
makan karbohidrat yang untuk
sebelumnya ia sangat memakan
hindari makanan
karbohidrat
19
Orangtua dibantu untuk secara
secara gradual normal
mengembalikan sendiri tanpa
tanggungjawab untuk kontrol
makan pada remaja yang orangtua
bersangkutan, sesuai lagi.
umurnya. - Klien
- Fase ketiga: ketika peserta menjaga
sasaran mencapai berat pola
badan sehat. Terapi makanannya
beralih fokus pada hal demi
tentang perkembangan kelangsunga
remaja dan bagaimana n tugas
perkembangan tersebut perkembang
dapat berdampak pada an remaja
gangguan makan mereka. dengan baik.
Meningkatkan otonomi
pribadi, hubungan dengan
sebaya, atau bersiap-siap
untuk meninggalkan
rumah untuk pertama
kalinya
20
Daftar Pustaka
21