Anda di halaman 1dari 97

lOMoARcPSD|14921556

Psikologi Dalam Paradigma Psikopatologi

- John Bucklew -
Pendalaman Klinis Dewasa
lOMoARcPSD|14921556

PARADIGMA PSIKOPATOLOGI
(PARADIGSM FOR PSYCHOPAHOLOGY)

A CONTRIBUTION TO CASE HISTORY ANALYSIS

DISADUR OLEH :

dra. Ny. Sawitri Supardi

Cetakan Kedua

HANYA DIPERGUNAKAN DALAM

1
lOMoARcPSD|14921556

KATA PENGANTAR

Paradigm for Psychopathology, <Paradigma Psikopatologi= terdiri dari contoh-contoh


riwayat kasus psikopatologi. John Bucklew telah melakukan sistematisasi, menganalisa,
menginterpretasikan serta menuliskannya dengan singkat, padat dan mudah dipelajari.

Dalam pengantarnya, John Bucklew, mengatakan bahwa usaha membuat paradigma


psikopatologi ini didasarkan pada pendapat bahwa bentuk visual juga cukup efektif bagi
usaha mengintegrasikan Ilmu Pengetahuan, seperti halnya bentuk ungkapan kata-kata dan
angka-angka.

Dengan membaca buku ini, John Bucklew berharap agar para mahasiswa lebih
diransang untuk menjadi pembaca yang aktif, serta memiliki daya analisa yang kritis.

Setelah saya membaca dan menelaah isi buku ini, saya berpendapat bahwa buku ini
akan sangat membantu mahasiswa Fakultas Psikologi untuk lebih memahami dinamika psikis
dasar daripada gejala psikopatologi, sehingga memudahkan mereka mempelajari cara
pembuatan laporan pemeriksaan psikologi.

Dengan mencoba mengambil inti sari serta menterjemahkannya kedalam bahasa


Indonesia, mudah-mudahan saya dapat membantu para mahasiswa yang masih kesulitan
dalam mengerti bahasa Inggris.

Usaha saya ini tidak akan terlaksana dengan lancar tanpa bantuan dari Sdr. Irenewati
dan Sdr. Rosalina, sebagai asisten saya. Untuk itu bagi mereka berdua saya ucapkan banyak
terima kasih.

Bandung, Agustus 1982

Dra. Ny. Sawitri Sunardi

2
lOMoARcPSD|14921556

I
POSTULAT DASAR PSIKOLOGI UMUM

A. PENGANTAR

Karya ilmiah dalam banyak lapangan khusus dari psikologi, selalu didasarkan pada
asumsi mengenai hakekat fakta-fakta psikologis, dan berkaitan dengan fakta-fakta dari
ilmu lainnya. Asumsi dinyatakan sejalan mungkin, namun tanpa usaha yang khusus untuk
membuktikannya, asumsi seperti itu hanya disebut sebagai suatu postulat saja.
Bila seorang Psikologis Industri menggunakan test yang berhubungan dengan trait
kepribadian dari calon pegawai, ia mempunyai asumsi bahwa kepribadian itu tersusun dari
trait, dan trait ini dapat dianalisa serta diukur secara terpisah.

Lapangan psikopatologi mempunyai kedudukan yang sama dalam kaitannya


dengan psikologi umum, antara lain memiliki konsep-konsep tertentu seperti misalnya
konsep Ego, Repressi, akan tetapi konsep-konsep ini dapat lebih berarti bila dihubungkan
dengan postulat umum yang bersumber dari psikologi itu sendiri. Antara psikopatologi
dan psikologi umum terdapat suatu kontinuitas.

B. KONSEPSI PSIKOLOGI UMUM

Diagram tertulis yang dipakai dalam menganalisa case history, berhubungan


langsung dengan construct-construct yang akan dibicarakan dalam bab berikutnya.
Construct ini berasal dari postulat umum yang tertentu mengenai hakekat psikologi
sebagai suatu ilmu pengetahuan. Yang sering dipergunakan untuk meng-interpretasikan
data psikologis adalah dengan menggunakan pola Stimulus – Respons (S – R Formula).
Psikologi, mempelajari tingkah laku yang mempunyai karakteristik yang tertentu, dan
tingkah laku yang dilakukan organisme dalam kaitannya dengan bermacam-macam
stimulusnya.
Suatu respons terkadang didefinisikan dalam istilah phatologis, juga sering didefinisikan
dalam istilah <fungsi=.
Sedangkan stimulus terkadang didefinisikan sebagai <energi fisik= yang mengenai organ
sensasi, juga sering dimaksudkan sebagai <makna= (yang mempunyai nilai fungsional)
yang dikaitkan dengan pengalaman masa lalu.

Definisi stimulus dan respons menurut istilah-istilah fisika dan physiologis, akan
memperoleh kegunaan yang besar, bila ahli-ahli psikologi berusaha untuk saling
menghubungkan antara fakta-fakta psikologis dan physiologisnya.
Kegunaan dari istilah-istilah ini akan sangat berguna didalam mempelajari fungsi-fungsi
kepribadian yang kompleks. Pengertian akan simptom abnormalitan, membutuhkan suatu
pengetahuan mengenai apa artinya stimulus bagi oang yang abnormal dan bagaimana
hubungannya dengan responsnya. Kita harus memahami arti dari respons tersebut sebagai
suatu simbol, ataukah sebagai cara yang tidak disadari untuk menyelesaikan konfliknya.

Pandangan yang reductionistic, menyatakan bahwa tugas dari satu ilmu


pengetahuan adalah mengembalikan keterangan-keterangan mengenai kejadian-kejadian
ke dalam ilmu pengetahuan yang berdekatan yang dianggap lebih mendasar, misalnya
psikologi dikembalikan pada physiologi, anatomi, dll.
Suatu pandangan yang bertentangan dengan pandangan diatas, menyatakan bahwa
kejadian-kejadian itu berada pada tingkat yang berbeda, dan kejadian- kejadian yang

3
lOMoARcPSD|14921556

berada dalam satu tingkat pun, tidak dapat seluruhnya dibahas dengan cara yang sama
seperti kejadian-kejadian pada taraf yang lebih mendasar. Psikologi dinamik, memberikan
penjelasan yang bersifat causal yang dapat diterapkan pada taraf fungsi psikologis itu
sendiri. Pandangan yang demikian ini, tidak berarti bahwa penjelasan psikologis seolah-
olah menganggap bahwa fakta-fakta lain itu tidak ada sama sekali. Pandangan tersebut
diatas disebut pandangan non reductionistic.

Pola hubungan stimulus terhadap respons menunjukkan hubungan yang exact.


Pandangan psikologi Reductionistic, menyatakan bahwa stimulus itu hanya bersifat fisik,
sedangkan respons hanya bersifat physiologis, sehingga diartikan bahwa tindakan
stimulus merupakan penyebab dari munculnya respons atau dapat juga dianalogikan
dengan suatu mesin yang sedang bekerja, ini yang disebut pandangan yang <mekanistik=.
Pandangan ini merupakan suatu pandangan yang disederhanakan dan kaku di dalam
memandang hubungan sebab – akibat, karena stimulus dan respons itu merupakan suatu
kejadian yang berkorelasi. Jadi para ahli ilmu pengetahuan berusaha menerangkan dengan
mempergunakan hubungan fungsional.

Psikologi mempelajari tingkah laku yang rapat dianalisa dalam pengertian stimulus
dan respons. Dalam psikopatologi stimulus dan respons diuraikan dalam pengertian
fungsional, dan dipandang sebagai dua faktor yang berhubungan satu sama lain dalam
riwayat kehidupan individu. Jadi penyebab daripada suatu tingkah laku dicari pada taraf
psikologisnya, bukan pada taraf fisik atau physiologisnya.

Pada konsep-konsep psikopatologi yang digunakan untuk menginterpretasikan


data, ternyata deskripsi S – R sangat jarang dipergunakan. Yang dimaksud dengan konsep
psikopatologi itu, misalnya tentang <ego= ; <ego alien= ; <role=, dll.
Keterangan-keterangan yang digunakan dalam psikopatologi, merupakan bagian dari
kerangka kerja teoritis dari psikologi umum, bukan merupakan suatu tipe deskripsi ilmiah
dengan sejumlah asumsi-asumsi yang dipunyainya, melainkan adanya suatu kontinuitas di
antara konsep-konsep tersebut diatas. Ego merupakan suatu kesatuan yang mendasar yang
berperan sebagai penyebab timbulnya simptom abnormal. Disini ego dapat dianalisa
dalam bentuk respons terhadap stimulus, tanpa melupakan hakekatnya yang terintegrasi.
Jadi disini memperlihatkan adanya suatu kontinuitas dengan memperhatikan hubungan
antara faktor psikologis dengan faktor-faktor lainnya.

Suatu tingkah laku yang abnormal, dapat disebabkan oleh bermacam- macam
faktor, antara lain berhubungan dengan kesehatan fisik (sistem syaraf, peredaran darah,
pencernaan) juga dengan fakta sosial dan kultural, ekonomi dan politik.

Kejadian-kejadian psikologis yang membentu suatu kepribadian, merupakan suatu


kontinum dengan kejadian-kejadian lainnya, dimana kesemuanya ini saling
mempengaruhi dan dipengaruhi pula oleh kejadian-kejadian lainnya.

Pengaruh yang timbal bali dari kejadian-kejadian psikologis dan kejadian-kejadian


physiologis, kadang-kadang merupakan suatu pendapat yang agak sulit untuk diterima.
Penyakit atau kerusakan fisik, dapat mempengaruhi tingkah laku psikologis secara
langsung yangmengarah ke abnormalitas, sebaliknyapun, trait kepribadian seperti emosi,
motive dsb, dapat juga mempengaruhi kesehatan. Hal ini terlihat dari sejumlah bukti-bukti
mengenai pengobatan psikosomatik, yaitu berbagai-bagai fungsi physiologis yang kurang
baik (misalnya lambung, darah tinggi, kulit, pernafasan, dsb), dapat ditimbulkan oleh
fungsi yang abnormal pada segi kepribadian.

4
lOMoARcPSD|14921556

C. POSTULAT PSIKOPATOLOGI

Postulat-postulat di bawah ini dapat dipergunakan untuk membuat construct


tertentu dala menganalisa anamnesa dalam menjelaskan psikopatologi.
1. Psikologi mempelajari tentang tingkah laku dari organisme yang dapat dianalisa dalam
pengertian S – R. Tingkah laku yang dipelajari dalam psikologi adalah tingkah laku
yang diperoleh selama kehidupan individu tersebut sebagai akibat dari pada
pengalaman. Suatu stimulus mempunyai arti fungsional bagi individu dan responsnya
menunjukkan fungsi adaptasi terhadap situasi stimulusnya, karena stimulus itu
bermacam-macam.

2. Postulat Reductionistic, menyatakan bahwa tingkah laku dapat di mengerti dan dapat
diterangkan secara ilmiah pada taraf ilmu pengetahuan itu sendiri. Postulat ini
mempunyai pengertian Psikologi Dinamis. Simptom-simptom abnormal dapat
dipahami berdasarkan konsep-konsep psikologi, seperti konflik motif, represi, regresi,
dll.
Anamnesa merupakan dokumen dasar dari psikopatologi, dan fakta-fakta yang
mencatat perkembangan kepribadian individu tersebut, tidak dapat diredusir sebagai
deskripsi dasar daripada ilmu pengetahuan Biologi, agar kita dapat mencapai prediksi
ilmiah mengenai tingkah laku manusia.
Kepribadian manusia dewasa belum ada sewaktu ia dilahirkan, tetapi ia merupakan
hasil dari sejarah perkembangan tingkah lakunya yang panjang. Biografi reaksional,
merupakan penjumlahan total dari perkembangan tingkah laku individu. Jadi
kepribadian adalah sebagian/ cross section dari riwayat hidup reaksional pada suatu
waktu tertentu.

3. Kepribadian adalah unit tingkah laku yang berada dalam aneka taraf yang kompleks.
Unit dasar dari suatu kegiatan adalah stimulus dan respon.
Sebagian besar dari tingkah laku pada waktu bayi, diperoleh melalui proses belajar
untuk membuat differensiasi respon terhadap berbagai stimulus. Kemudian tingkah
laku seorang anak menjadi lebih terorganisir dan terintegrasi menjadi sistem yang
lebih kompleks.
Motif dari seseorang individu merupakan hal yang lebih rumit daripada hubungan
stimulus, respon. Motif dapat dipandang sebagai bagian tingkah laku yang tersusun
dari berbagai macam elemen. Beberapa elemen dari macam tingkah laku itu adalah
skill dan pengetahuan, respon yang ditunda, feeling dan emotion dan sikap-sikap yang
khusus.
Adanya postulat mengenai unit tingkah laku yang kompleks dalam riwayat hidup
reaksional, merupakan suatu penghubung diantara konsep-konsep yang dipakai di
dalam menerangkan proses-proses dan konsep-konsep psikologis yang sederhana,
yang biasanya dipergunakan untuk menganalisa sebab dari keabnormalan.

4. Tingkah laku itu berhubungan timbal bali dengan bermacam-macam kejadian.


Kegiatan-kegiatan psikologis dapat mempengaruhi pula keadaan physiologisnya,
seperti juga fakta sosial, ekonomi atau juga fakta-fakta lainnya dalam kehidupan
individu. Postulat ini membantu kita supaya kita tidak membuat dinamika psikologis
terlepas dari fakta-fakta lainnya dalam membicarakan masalah keabnormalan.
Tipe tertentu daripada kejadian dalam kehidupan yang ditemukan dalam anamnesa
yang abnormal, nampaknya mempunyai arti yang rumit dalam menjelaskan sebab-
sebab terjadinya keruntuhan kepribadian. Tetapi dengan pengungkapan anamnesa

5
lOMoARcPSD|14921556

dalam bentuk diagram, seperti mengungkapkan dinamika kepribadian, akan lebih


memudahkan untuk mencoba mengerti mengenai simptom-simptom
abnormal. Kadang-kadang juga satu kejadian sangat berarti, sehingga mengarah pada
timbulnya keabnormalan yang tidak akan terjadi dalam keadaan yang lain.

D. RINGKASAN

- Dalam bab ini dibicarakan dasar pemikiran dibuatnya construct pada bab yang
selanjutnya.

- Konsepsi psikopatologi ini, banyak bertumpu dan berdasarkan pada hal-hal yang
berhubungan dan perkembangan psikoanalisa.

- Sesudah itu muncul aliran lain yang bertentangan dengan psikoanalisa, tetapi
kemudian terjadi penyesuaian antara kedua aliran tersebut.
Jadi tingkah laku itu dapat dianalisa dalam bentuk S – R, tetapi juga harus dianalisa
sebagai bentuk fungsional pula (bukan bentuk fisik atau physiologis saja).

- Untuk mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya tingkah laku, dapat


diuraikan pada taraf tingkah laku itu sendiri, tidak perlu dikembalikan pada taraf
physiologis atau fisik.

6
lOMoARcPSD|14921556

II
RIWAYAT KHUSUS SEBAGAI DUKUMEN

A. RIWAYAT KASUS SEBAGAI PROTOKOL :

Dalam anamnese, yang perlu dicatat adalah fakta-fakta tentang individu dan
tentang lingkungannya. Dalam menanyakan fakta-fakta tersebut sebelumnya kita harus
memiliki konsep teoritis. Berdasarkan konsep-konsep tersebut kita dapat memilih dan
menekankan hal-hal yang perlu ditanyakan. Dengan demikian pengambilan data
anamnese dapat lebih terarah.
Misalnya, konsep teori yang dipergunakan adalah psikoanalisa. Dalam teori ini yang
diutamakan adalah masa kanak-kanak, terutama masa kritis dalam perkembangan
seseorang, karena masa kritis dalam perkembangan adalah masa yang paling peka,
sehingga hal-hal pasa masa tersebut akan lebih berkesan.

Dalam anamnese, data-data perlu dicatat secara obyektif, gunanya untuk mencek
dengan kenyataan. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana persepsi klien terhadap
data obyektif tersebut.

Anamnese merupakan pengganti kejadian yang dialami individu dari dulu hingga
sekarang yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata. Untuk lebih mudah menyaring data,
maka diperlukan protokol yaitu daftar pertanyaan berupa point-point.
Protokol ini juga dibutuhkan untuk membuat konstruksi dan validasi dari data. Jadi
menanyakan klien dan pihak-pihak lain yang terlibat dan kemudian pernyataan-pernyataan
tersebut dibandingkan. Kelemahan dengan adanya protokol yaitu terlalu terpaku pada
pertanyaan-pertanyaan tersebut sehingga tidak lagi peka terhadap kejadian-kejadian yang
significant untuk masalah tersebut, sedangkan tiap-tiap individu tidak sama persoalannya.
Jadi kreativitas dan kepekaan terhadap masalah dibatasi. Disamping itu dengan protetus,
karena protokol yang dibuat sering melupakan kerangka teori yang dipergunakan, karena
terpaku pada keingintahuan mengenai persoalan individu tersebut.
Namun dengan adanya kerangka teoripun, sering membuat orang hanya menanyakan
seperlunya saja. Jadi dalam anamnese, data dan persepsi klien digunakan untuk
menambah menginterpretasikan data yang ada.

Untuk menyusun anamnese yang diperlukan adalah :


1. Data yang diperoleh dicatat secara mendetail yang beralasan.
- Tidak boleh mengambangkan jawaban klien. Jadi bila tidak pasti maka harus
disertai catatan bahwa terdapat keraguan dari klien tentang data yang
dinyatakannya tersebut. Jadi bukan data yang meragukan yang dicatat, tetapi
pernyataan keraguan klien tersebut.
- Harus diungkapkan dengan konotasi yang tidak memiliki arti ganda. Misalnya
cerdas, harus mempunyai pengertian yang seragam bagi semua orang.
2. Dalam mengambil anamnese, kita harus mempunyai konsep teoritis yang cukup
eksplisit, sehingga dengan demikian kita akan peka untuk menangkap data-data dan
langsung dapat menempatkan data itu dalam kerangka teori kita, sehingga interpretasi
kita tidak semrawut, tapi terarah.

Kelemahan Protokol yang lain :


- Membatasi untuk mendapat data yang lebih dari protokol (spontanitas terhambat).
- Dibutuhkan teknik interview (probing). Jadi mengubah bentuk pertanyaan, namun inti
yang ingin diketahui dapat tercapai, selain itu, ketajaman observasi perlu juga.

7
lOMoARcPSD|14921556

- Perlu ketrampilan dalam mencatat data, yaitu menuliskan inti masalahnya. Dalam
menuliskan kembali perlu ketrampilan untuk mengembangkan data tersebut.
- Untuk memperpeka data anamnese, maka perlu pertanyaan-pertanyaan tersebut
diperbandingkan, yaitu dengan menanyakan pendapat orang lain, misalnya dari dokter,
guru, dan sebagainya.
- Anamnese yang bebas dan teori yang berupa dogmatis-dogmatis, harus saling
melengkapi.

Protokol sebaiknya terdiri dari :


1. Dalam pertemuan pertama, klien dibiarkan menguraikan keluhannya. Psikolog pada
waktu itu harus mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan komentar yang
perlu, sehingga ia merasa diperhatikan, dipercaya bahwa misalnya ia sakit.
Sehubungan dengan keluhan-keluhan tersebut harus dicatat pula kondisi kehidupan
sehari-harinya yang berkaitan terutama dengan masalahnya, usia, status perkawinan,
jabatan, pekerjaan, kondisi fisik dan lain sebagainya yang tercakup dalam identitas dan
status present.

2. Keluhan ditanyakan secara lebih mendetail dan perlu ditambahkan observasi yang
bersifat klinis (lebih terperinci) dan bila perlu dilakukan pengetesan (pada pertemuan
selanjutnya). Perlu ditanyakan lingkungan kehidupan yang diduga oleh klien
menyebabkan munculnya atau bertambahnya keluhan.

3. Dalam pertemuan berikutnya, tanyakan tentang situasi keluarga secara mendetail,


kemudian tentang lembaga-lembaga dimana klien menjadi anggota, misalnya gereja,
sekolah, club, dsb.

Urutan pertanyaan boleh dipertukarkan, misalnya ingin menanyakan keadaan


keluarganya terlebih dahulu dan bukan menanyakan keluhannya.

Perlu diperhatikan pula apakah dari hasil pertemuan sebelumnya sudah ada
perubahan atau belum. Hal ini perlu terutama bila menggunakan psikoanalisis.

Dalam anamnese perlu diperhatikan tujuan utama dari pembicaraan, yaitu untuk
memperoleh data, tetapi dapat dipakai untuk therapi yaitu therapy catarsis.

B. ANALISA ILMIAH DARI RIWAYAT KHUSUS

1. Mengolah fakta yang sesungguhnya/sebenarnya tentang kehidupan klien, terutama


mengenai keadaan sekarang ini.

2. Peroleh ingatan-ingatan/memory klien mengenai fakta-fakta tertentu (keadaan pada


masa lampau).

3. Psikolog harus mencatat dan mengerti fakta-fakta itu, sehingga dapat melihat
hubungan/sistimatiknya.

4. Sajikan secara teratur, yaitu dengan berstruktur.

5. Susun bahan-bahan mengenai klien, baik dari anamnese maupun hasil test, sesuai
dengan kerangka teori (paradigm).

8
lOMoARcPSD|14921556

6. Paradigm tentang psikopatologi diungkapkan dalam bentuk kata-kata, lalu diteliti


kembali apakah benar atau tidak dalam kenyataannya.

Dalam anamnese yang dicatat bukan kejadian-kejadian yang lepas, tapi kejadian-
kejadian sebagai bagian satu unit tingkahlaku. Juga harus sebagai dinamika, jadi ada
interaksinya. Misalnya : dipukul, kalimat tersebut tidak berbicara apa-apa, tapi nakal –
dipukul – apa reaksinya.

Anamnese ini juga mempunyai fungsi therapy, dalam arti menunjukkan hubungan
antara keluhan yang dirasakan sekarang dengan kejadian-kejadian dimasa lampau. Perlu
ditekankan bahwa kejadian yang merupakan imaginasi (merupakan persepsi/konsep klien
mengenai diri dan lingkungan sekitarnya) klien sama pentingnya dengan kejadian yang
sekarang dialami klien.
Misalnya merasa dilihat orang banyak dan benar-benar memang dilihat oleh orang
banyak. Jadi sebenarnya fakta yang distorted/yang sudah dirubah oleh klien juga harus
diperhatikan.

Dalam anamnese jangan menekankan pada satu masalah, misalnya masa lalu,
sekarang dan yang akan datang, tetapi semuanya dan dihubungkan dengan teori.

C. RINGKASAN

Diagram-diagram dirancang sebagai mata rantai antara anamnese dengan kerangka


teori. Ilmuwan dapat melihat lebih jelas apa yang umum untuk kelompok-kelompok
riwayat kasus dan untuk melihat jika analisa suatu kasus cocok atau tidak dalam susunan-
susunan teoritis yang diwujudkan dalam diagram-diagram. Jadi nilai anamnese hanya
berharga untuk mengerti dinamika tingkah laku klien dan menunjukkan arah yang akan
diikuti riset dan susunan teori di masa depan.

9
lOMoARcPSD|14921556

III
KONSTRUK DAN DIAGRAM ELEMEN

I. KONSTRUK :

Disini akan dibahas keterangan mengenai construct yang digunakan dalam


diagram anamnese, dan unsur-unsur diagram ini merupakan visualisasi yang berhubungan
dengan masing-masing construct.

A. KONFLIK MOTIVE :

Arti motivasi secara umum yaitu sebagai suatu aksi yang diarahkan untuk
mencapai suatu goal, yang merupakan unit yang kompleks dari tingkah laku yang meliputi
kegiatan fisik untuk mencapai goal, atensi yang selektif dan kesediaan mempersepsi, sikap
yang berhubungan dan mungkin juga belief, serta keadaan emotional yang berhubungan
dengan pemenuhan goal. Seluruh unit ini disebut motive. Motive ini tersusun dari
interaksi Stimulus – Respons yang terorganisir dalam suatu bentuk urutan yang satu
dengan lainnya merupakan suatu kesatuan fungsi yang lebih luas.
Konflik motive dapat terjadi bila ada kegiatan yang saling bertentangan atau
disposisi unsur-unsur fisiologis yang bertentangan, di dalam individual pada saat yang
sama. Misalnya approach – avoidance conflict, yaitu suatu gerakan yang mendekati –
menjauhi goal terjadi serentak dalam situasi yang sama. Dengan demikian dua interaksi
psikologis tidak dapat terjadi secara serentak, bila di dalam penyelesaian fisiologisnya
saling bertentangan. Disposisi fisiologis yang bertentangan ini mungkin sebagian atau
keseluruhannya yang diterima melalui proses latihan, sehingga konflik yang diperluas
ini dapat dikurangi.
Organisme belajar untuk mengantisipasikan konflik berdasarkan pengalaman-
pengalaman sebelumnya dan melalui usaha menolak atau bertahan untuk menghindarinya.
Hal ini disebut sebagai konflik yang diantisipasikan.
Konflik yang terpenting dalam psikopatologi adalah smacam konyang muncul di
antara unit-unit tingkah laku yang lebih tinggi, terutama antara ego motive dan ego alien
motive. Konflik ini melibatkan sangat banyak unsur-unsur kepribadian secara menyeluruh
yang banyak mempengaruhi kesejahteraan individu.
Konflik yang diartikan sebagai ketidak-konsistenan cara berpikir dalam tingkah
laku yang terjadi di masyarakat, di mana seseorang mempercayai dan bertindak atas
dasar prinsip-prinsip bahwa semua orang itu adalah sama. Meskipun ia mempunyai
prinsip-prinsi demikian, kenyataannya orang-orang Negro diperlakukan lebih rendah.
Jadi prinsip tersebut tidak dapat diterapkan. Apabila suatu motive dominant tanpa
dipengaruhi oleh motive-motive lainnya yang bertentangan, maka hal ini dapat
dikatakan sebagai tidak ada konflik motive. Bila situasi kehidupan berubah, sehingga
motive-motive yang bertentangan secara potensial terhadi pada saat yang serentak,
berarti orang itu mengalami konflik. Konflik dapat diatasi dengan :
1. Rekonseptualisasi situasi
2. Mengubah goal
3. Membatasi keluasan daripada goal.
Suatu pemikiran yang tidak konsisten, merupakan sesuatu yang terpisah dari konflik
motive yang sebenarnya, walaupun hal itu mingkin menjadi sumber konflik.
Seorang ahli berbicara tentang keadaan disorganisasi sosial dan konflik sosial, dimana
sikap-sikap kebudayaan yang tidak konsisten, dapat menghasilkan perbedaan pendapat
dan kegelisahan di antara group atau lembaga-lembaga sosial. Tipe konflik ini dijumpai

10
lOMoARcPSD|14921556

di antara individu-individu atau group. Di sini dibahas konflik yang berada dalam
struktur kepribadian itu sendiri. Terdapat dua tipe konflik yang dapat dikelompokkan
dalam konflik intrapersonal dan konflik interpersonal.

B. ANXITETY :

Kenyataan klinis dan experimental menunjang pandangan bahwa anxiety


merupakan akibat primair daripada konflik. Kasus yang sering dijumpai dalam
kepribadian manusia ialah bahwa anxiety muncul apabila konflik yang disebabkan oleh
motive yang bertentangan tidak dapat dimengerti dengan baik oleh orang yang
mengalaminya.
Pada tingkat fisiologis, keadaan anxiety merupakan proses fisiologis yang tidak teratur
yang dikuasai oleh fungsi sistim saraf otonom, misalnya keringat yang berlebihan,
ketidakteraturan detak jantung dan sistim peredaran darah, rasa mual tremor, dan
sebagainya.
Pada tingkat psikologis, yang meliputi juga fisiologis terhadi dari gerakan-gerakan yang
tidak menentu, perasaan ketegangan, merasakan kekacauan, keadaan perasaan yang
berubah-ubah dan tidak menentu, dan reaksi-reaksi psikologis bercampur baur.
Anxiety biasanya mengarah pada reaksi konpensasi yang bermaksud meredakan atau
mengatasi anxiety yang dalam setiap waktu muncul sehingga hampir tidak dapat
dibedakan dari reaksi reaksi primer itu sendiri.
Anxiety akan digambarkan sebagai diagram tersendiri, hanya bila merupakan
konflik yang menonjol dalam simptomatologi suatu kasus. Di samping itu diasumsikan,
walaupun tidak dibuat diagramnya, dalam taraf tertentu anxiety selalu ada bila ada
konflik motivasi.

C. ROLE

Role adalah suatu sistim daripda motive-motive, trait-trait, attitude-attitude dan


emosi-emosi yang saling berhubungan yang mempunyai nilai sosial. Misalnya, peranan
suami-istri, peranan anak – orangtua, peranan persahabatan, peranan kelompok, peranan
sex. Role dikembangkan dalam pergaulan sosial dan mempunyai suatu nilai sosial untuk
organisasi kelompok, sama halnya dengan arti personal bagi nilai-nilai ego individual.
Psikologi sosial mamandang role sebagai faktor organsasi yang penting dalam
personality individu, dan penghubung antara perkembangan individu dan proses-proses
sosial.
LINTON, menggolongkan role-role yang digunakan oleh masyarakat dan role itu
dicapai oleh individu ketika ia dewasa. Role-role tersebut di atas berkaitan dengan
perasaan anak-anak selama bermain atau <make belief= dan permainan-permainan
semacam itu, yang dibayangkan dalam masa remaja dan masa dewasa. Dalam kultur kita
dan dalam psikopatologi, peranan yang dianggap penting, adalah peranan seksual,
karena ada dua hal yang diberikan secara mutlak oleh masyarakat, yaitu :
1. Sebagai suatu kondisi yang diperlukan supaya diterima.
2. Hal ini dimulai sejak kelahirannya.
Peranan pada usia tertentu, juga ditentukan oleh kebiasaan masyarakat, karena peranan
dalam kelompok dan peranan dalam pekerjaan lebih berpengaruh terhadap role yang
dicapai, karena individu mempunyai beberapa pilihan dalam masalah tersebut.

D. EGO
Ego adalah suatu sistim dari tingkah laku yang mempunyai 3 sumber atimulus, yaitu:
1. Fungsi-fungsi fisiologis.
2. Interaksi-interaksi psikologis primair

11
lOMoARcPSD|14921556

3. Perlengkapan kepribadian dalam arti yang umum, yang berkaitan dengan situasi
sosial dan situasi kehidupan lainnya.
Ketiga sumber dorongan untuk reaksi-reaksi ego dapat disebut self, dalam arti luas ego
terdiri dari respon-respon tingkah laku yang langsung mengarah pada self, sehingga
stimulus ego merupakan self perception, self judgment dan usaha untuk mencapai goal
yang sesuai dengan suatu sistim nilai yang dikembangkan oleh individu tersebut.
Self perception, kadang-kadang disebut juga self awarnese, yaitu proses respons
yang primitive dari fungsi ego. Self awarnese muncul pada tingkah laku yang tersebut di
atas, di mana individu dapat menentukan hakikat dan keefektifan tingkah lakunya, dan
bagaimana self perception menyesuaikan diri dengan goal-goal etika yang dianutnya.
Kepuasan atau kekurangpuasan yang diperolehnya dari penilaian memberikan dasar
untuk perasaan percaya pada diri sendiri, sebaliknya kepuasan atau ketidakpuasan bagi
motive –motivenya mempunyai insentif. Biasanya individu akan bertindak sedemikian
rupa untuk memenuhi kriteria nilai yang dianutnya dalam rangka meningkatkan atau
mempertahankan self esteemnya, akan menyebabkan dia merubah atau mencari goal-
goal yang baru.
Istilah ego tidak sama dengan personality secara keseluruhan. Dua bidang
kegiatan tertentu di luar bidang tersebut, yaitu :
1. Tingkah laku yang tidak dikenai atau netral terhadap sistim nilai dari ego, misalnya
dalam memilih makanan.
2. Segmen-segmen tingkah laku motivational yang mengalami konflik dengan ego.
Sampai seberapa jauh suatu tugas melibatkan standard-standard ego disebut ego
involvement, untuk menentukan kegiatan ini kita harus mengerti dahulu konstitusi
egonya, mengetahui riwayat hidupnya.
Ego defence adalah cara-cara dengan mana individu mengatasi ancaman-ancaman
terhadap self esteemnya.
Ruang lingkup hakekat dari ego akan tergantung pada riwayatnya, dimana kita
biasanya heran melihat sumber dari ego dalam pengalaman masa kanak-kanak dan masa
remaja dalam keluarga. Sebelum ego berkembang, anak-anak bertindak dengan
diarahkan oleh orangtua atau orang dewasa lainnya, sehingga tingkah lakunya sedikit
banyak dibawah control orang dewasa.
Bentuk ego yang paling sederhana adalah imitasi langsung pada control orang
dewasa yang mengatur anak untuk melaksanakan imitasi tersebut, melalui role playing.
Oleh ahli psikologi analisa ini adalah tahap penanaman dari sistim ego orang tua/image
orangtua. Sesudah itu ia mengadakan kontak yang lebih luas dengan orang lain dan
pihak-pihak di luar keluarga, dengan perlahan-lahan ego menjadi berdiri sendiri dan
mencapai integritas seperti ego orang dewasa. Perkembangan ego bervariasi seperti
semua aspek-aspek dari perkembangan psikologi lainnya, dan struktur ego berbeda dari
satu dengan lainnya dalam tiga dimensi penting yaitu :
1. Keluasannya
2. Taraf integritasnya
3. Taraf emansipasi/taraf melepaskan diri dari bentuk ego pada masa kanak-kanak.
Kadang-kadang perkembangan ego tidak sempurna pada taraf penanaman nilai-nilai dari
orangtua, atau tidak menjalani jauh di bawah taraf sebelumnya, sehingga menghasilkan
suatu struktur ego dewasa yang pada hakekatnya bersifat kekanak-kanakan dan tidak
mampu bertanggung jawab/mengambil keputusan yang dituntut oleh kehidupan orang
dewasa.
Dalam arti umum ego diartikan sama dengan self management. Manusia dapat
belajar untuk mengerti dan mengendalikan reaksi-reaksinya sendiri sesuai dengan
sistim-sistim nilai yang dianutnya. Tiap sistim management membutuhkan:
1. Data primair (motive dan reaksi-reaksi lainnya)
2. Suatu metoda mengumpulkan data (self perception)

12
lOMoARcPSD|14921556

3. Suatu sistim dari pengolahan atau penilaian (value system)

E. REPRESSI :

Arti secara umum dari repressi adalah bahwa orang-orang kelihatannya tidak
sadar tentang motive-motive/perasaan-perasaan tertentu, atau telah melupakan emosi
dalam kehidupan mereka, yang diharapkan individu akan mengingatnya. Hal yang tidak
disadari ini berfungsi melindungi ego individual dari kesadaran yang akan merugikan
self esteemnya.
Beberapa uraian mengenai repressi mengungkapkan, bahwa represi berada pada level
dasar dari fungsi ego, suatu kegagalan dari self awareness, misalnya <selective
inattention=.
Pendapat lain menyatakan bahwa reprossi terjadi pada suatu tingkah yang lebih tinggi,
yaitu melalui substitusi satu respon untuk respon lain, misalnya belajar membatasi suatu
respon perasaan atau suatu mimpi untuk beberapa emosi yang tidak sesuai.
Uraian lain menghubungkan repression dengan defence mechanisu seperti rationalisasi,
proyeksi, sublimasi atau reaksi formasi, mengandung arti bahwa defence-defence itu
bukan merupakan hasil repressi. Defence-defence juga dapat dianalisa sebagai bentuk-
bentuk kompleks daripada substitusi respon, yaitu :
1. Repressi bukan merupakan suatu proses yang dederhana, tetapi beberapa proses
yang semuanya berbeda, menghasilkan efek yang sama, yaitu meniadakan kesadaran
yang menyakitkan yang berhubungan dengan kehidupan/kepribadian seseorang.
Hakekat dari repressi sebagai proses fisiologis tergantung pada apakah yang
direpress, dan tergantung juga pada konstitusi psikologis individu.
2. Repressi menunjukkan suatu kontinum dari ketidaksadaran yang hamper sempurna
di satu pihak, sampai kesadaran yang sempurna di lain pihak, tetapi terhambat di
pihak lain. Kutub pertama ini disebut repressi, yang menyakitkan dapat direpress
dengan menguranginya walaupun emosi itu tetap ada, atau dengan berlalunya waktu
individu menyadari hal ini, yaitu menurunnya intensitas yang dirasakan.
3. Repressi tidak selalu didapati dalam setiap kasus, berbeda dengan defence
mechanism yang biasanya ada di dalam setiap kasus. Repressi kelihatan sebagai
hasil yang mungkin terjadi dari kegiatan defence, daripada suatu proses yang
berlangsung independen. Jika defence dilepaskan, repreasi juga hilang, jika defence
kembali repressi juga muncul kembali.
Banyak istilah-istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan adanya repressi
atau supressi dalam kepribadian. Antara lain yang sering ditemukan adalah
unverbalisasi, unconcios selective inattention, ditolak, sengaja dilupakan, rationalisasi,
tidak diterima, tidak dikenal, tidak dapat diingat kembali. Repressi dapat diterapkan
untuk semua tipe dan taraf dari ketidaksadaran akan diri. Repressi dialami dalam
keadaan abnormalitas yang meliputi motive-motive, emosi-emosi dan sikap-sikap dalam
konflik dengan ego.
Beberapa orang dewasa yang tidak menunjukkan insight mengenai perasaan dan
motive-motive mereka, secara tidak disadari mereka telah mengambil dari kehidupan
orang tuanya dan tidak pernah mempertimbangkannya sendiri. Pada hakekatnya
orang=orag seperti ini tidaklah peka, dan struktur kepribadian mereka sangat erat
hubungannya dengan model kelompok yang diberikan sewaktu masakanak-kanak dan
awal masa remaja. Trait-trait kepribadian yang bersifat kultural diperoleh dari yang
seringkali bersifat tidak disadari. Trait-trait ini dipergunaka sebagai standar apriori
untuk menilai tingkahlaku orang lain, tetapi mereka juga dikenainya. Namun hal ini
bukanlah repressi, kecuali bila lingkungan sosial dari individu mengalami perubahan,
mereka mungkin mengalami konflik.

13
lOMoARcPSD|14921556

Repressi seringkali terdapat dalam salah satu dari defence mechonim. Repressi
penting artinya untuk mengerti psikopotologi, bagaimanapun juga repressi tidak
dianggap sama dengan defence, tetapi suatu faktor utama yang menyebabkan
abnormalitas.

F. REGRESSI DAN FIKSASI :

Regressi merupakan suatu kondisi dimana bentuk-bentuk motivasi, konflik dan


adjustment yang lebih awal, diaktifkan kembali dan merupakan suatu bagian dari
konflik yang ada. Kita menganggap secara ontogenetic bahwa bentuk-bentuk
kepribadian masih tetap dapat dijumpai pada diri individu, misal regressi buatan yang
terjadi di bawah pengaruh hignose, dimana bentuk-bentuk awal dapat berfungsi kembali
yang merupakan predisposisi untuk mengalami konflik yang berat. Kasus yang biasa
dalam psikopatologi adalah <parent image=, yang mempunyai tahap perkembangan ego
yang diaktifkan kembali sejalan dengan pertentangan ego alien motive pada masa
kanak-kanak. Simptomatologi abnormalitas dari regressi akan meliputi defence
melawan konflik yang ada, dan defence simbolik melawan konflik pada masa kanak-
kanak.
Kepribadian yang mengalami regressi biasanya tidak mengalami kebahagiaan
dengan regressi yang dialaminya. Perbedaan antara regressi seperti yang ditampilkan
dalam obsessi kompulasi, dengan tipe kepribadian yang mengalami disosiasi. Pada
obsessi – kompulsi perlengkapan tingkah laku orang dewasa mengalami gangguan
(tidak berfungsi) akibat munculnya kembali respons-respons di masa kanak-kanak.
Sedangkan dalam kepribadian yang disosiasi, regressi terletak pada kepribadian orang
dewasa yang tidak berfungsi, bukan pada pola masa kanak-kanak yang tetap bertahan.
Regressi yang sering dijumpai adalah pola-pola tingkah laku masa kanak-kanak atau
masa remaja yang diaktifkan kembali pada situasi sekarang.
Fixasi adalah suatu kondisi dimana motive gagal berkembang dengan sewajarnya
melalui suatu taraf awal daripada kehidupan, misalnya suatu fixasi emotional pada
orang tua yang terus menerus dan terungkap dalam hubungan emotional dewasa
selanjutnya.

G. KOMPLEKS :

Kompleks adalah konflik antara ego alien motive dengan ego, dimana sebagai
akibatnya ego alien motive mengalami repressi pada taraf tertentu. Beberapa taraf dari
repressi selalu ada, sebagai akibat ketidakmampuan untuk memperoleh insight dari
subyek mengenai hakekat daripada gangguan yang dialaminya.
Kompleks selalu bersatu dengan cara-cara defence dan cara-cara penyesuaian
yang lain yang biasa menyertainya. Kemampuan pertama dalam psikoterapi biasanya
dirasakan bila pasien memperoleh insight mengenai hubungan antara symptom-simptom
yang dialaminya yang merupakan beban, dengan konflik yang tidak disadarinya yang
ada dibalik simptom-simptom tadi. Dalam diagram abnormalitas kita sebaiknya mencari
dan mengikutsertakan uraian dari kejadian-kejadian mengenai simptom-simptom
sebagai akibat dari kompleks.
Untuk menyederhanakan masalah-masalah dalam bentuk diagram, ego alien
motive tidak tercakup dalam analisa. Dalam kasus-kasus tertentu ego alien motive
dikelompokkan dalam suatu bentuk diagram yang diletakkan berlawanan dengan fungsi
ego.
Ego alien motive adalah suatu yang ditolak/diingkari oleh individu, karena itu tidak
berhasil mencapai taraf integrasi yang wajar dengan struktur kepribadian lainnya. Kita
memandang ego alien motive sebagai kejadian-kejadian yang mempunyai struktur
psikologis yang mungkin bertentangan satu sama lainnya seperti dengan ego motive.

14
lOMoARcPSD|14921556

Psikologi Instink, menganggap bahwa ego alien motive sebagai impuls yang buta, <pre
logical=, yang muncul dalam bentuk yang bervariasi.
Suatu contoh misalnya, seorang pasien yang dibebani oleh rasa bersalah yang tidak
disadari, ternyata berawal daripada sikap yang kurang baik pada orang tuanya pada
masa kanak-kanaknya, yang kemudian diintroyeksikan sebagai sikap terhadap dirinya
sendiri. Sikapnya setelah dewasa terhadap dorongannya itu, menunjukkan tolerasi yang
besar di dalam menerima kesalahan orang lain.
Dalam diagram, sikap diri sendiri yang mengalami regressi aan dilukiskan sejalan
dengan ego alien motive yang bertentangan dengan ego motive yang ada.
Ada pendapat bahwa pada suatu saat tertentu, struktur ego akan berfungsi dalam
pertentangan, sehingga ego motive sebelumnya/motive lain tidak terintegasi pada saat
itu. Untuk menggambarkan masalah tersebut dengan cara lain, kita berusaha untuk
mempertahankan keutuhan struktur nilai yang dianut oleh individu tersebut. Untuk
melakukan hak ini kita perlu mengasumsikan bahwa struktur berkembang secara
ontogenetis, seperti tingkah laku psikologis yang lain meninggalkan motive-motive
masa lalu dan terus berusaha dari hari ke hari. Kompleks adalah peristiwa yang tidak
statil yang berkembang secara bertahap sebelum mencapai bentuk kompleks yang
dewasa. Dua elemen dari kompleks adalah ego motive dan ego alien motive yang
berlainan sifatnya, ciri yang pasti dari kompleks diperoleh dari identitas motive-motive
dan defence yang dipergunakan. Apabila motive-motive dan emosi-emosi dalam
komplek terfixasi atau mengalami regressi yang kuat, maka konflik akan tampak lagi
pengamat sebagai konflik fantasi, dan berhubungan dengan symptom sebagai sesuatu
yang bersifat simbolik.

H. FORMASI SIMPTOM :

Simptom formasi muncul dari konflik dan merupakan awal akhir daripada
analisa psikopatologis. Disebut awal karena memberikan kriteria-kriteria mengenai
abnormalitas. Disebut akhir, karena usaha untuk menghilangkan atau mengurangi
gangguan-gangguan daripada psikopatologi terapan.
Perubahan simptom sebagai kriteria abnormalitas, diklasifikasikan dalam dua
cara yaitu:
1. Sesuai dengan keparahannya
2. Sesuai dengan tipenya
Keparahan dari suatu simptom dinilai berdasarkan cara yang praktis sampai seberapa
jauh symptom itu mempengaruhi kemampuan individu untuk mempertahankan dirinya
sebagai seorang anggota dari masyarakat yang dapat diterima oleh lingkungannya.
Keparahan daripada simptom mungkin dapat terlihat melalui menurunnya kepuasan
dalam hidup yang disertai dengan hilangnya kemampuan untuk mencapai goal, atau
ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kehidupan sosial dalam kelompok,
perkawinan, pekerjaan, hukum atau norma-norma sosial dan norma-norma etis.
Simptom-simptom bervariasi dalam keparahannya mulai dari yang ringan, dijumpai
pada populasi normal, sampai pada bentuk yang menonjol pada kepribadian yang mal-
adjusted sampai akhirnya pada psikosis.
Abnormalitas masih dapat diklasifikasikan berdasarkan simptom-simptom.
Untuk tujuan ini kita membedakan level dari pada kepribadian yang mal-adjusted dalam
dua kelompok yaitu :
1. General Neuroses
2. Psikoneuroses (termasuk hysteria) dan karakter deviasi.
Yang dimaksudkan dengan karakter ini adalah bagian dari kepribadian yang
berhubungan dengan masalah-masalah standard etis, yang dalam istilah kita diartiklan
sebagai fungsi ego.

15
lOMoARcPSD|14921556

Mencari penyebab daripada simptom tertentu, merupakan tugas utama


psikopatologi teoritis, dan usaha untuk menghilangkan kelainan/gangguan merupakan
tujuan terapi. Analisa simptom, dimulai dengan menentukan simptom apa yang muncul,
dan kapan waktu munculnya simptom tersebut; dari data tersebut kita berusaha untuk
mengerti kesulitan yang dialami pasien pada saat ini. Sesudah itu dibahas mengenai
kompleks yang menyebabkan simptom. Penentu hakekat dasar dari komplek mungkin
merupakan pembahasan yang panjang dan membutuhkan rekonstruksi yangsangat
banyak mengenai pasien dewasa.
Simptom-simptom yang berfungsi untuk melindungi pasien dari hakekat
konfliknya (simptom berfungsi untuk mempertahankan repressi), disebut defence
mechanism. Defence mechanism yang umum sering dijumpai adalah rationalisasi,
introyeksi dan isolasi, reaksi formasi, proyeksi, displacement. Simptom-simptom lain
yang tidak begitu jelas bersifat defensive, yaitu depressif, anxiety, dis-organisasi,
perversion, pingsan, gangguan-gangguan fisik, hostility, agresif, keyakinan diri yang
berlebih-lebihan dan inadekuasi. Simptom akan dapat dimengerti dengan lebih baik
apabila kita menelaah konteks riwayat hidup yang aktual. Sedangkan konteks riwayat
hidup yang abstak akan menyulitkan kita dalam pemahaman simptom.

I. PERISTIWA YANG SPESIFIK

Faktor keturunan tidak dapat disangkal lagi merupakan faktor yang penting dan
berpengaruh terhadap kejadian-kejadian dalam hidup seseorang terhadap perkembangan
abnormalitasnya. Tetapi kita juga tidak dapat mengabaikan pengaruh pengalaman-
pengalaman hidup dalam perkembangan kepribadian normal atau abnormal. Meskipun
pertanyaan tentang seberapa jauh pengaruhnya belum terjawab, dan belum dapat
dikonseptualisasikan, tetapi kita dapat berpegang pada pendapat Watson, dengan anjing
neurotiknya. Bahwa simptom abnormal selalu langsung berhubungan dengan
conditioning learning, misalnya phobia hanya suatu respons ketakutan yang terkondisi.
Penerangan yang sederhana ini sebetulnya dapat ditolak dengan mudah, yaitu bahwa
pengalaman yang menakutkan belum tentu menghasilkan phobia yang abnormal.
Di pihak lain psikoanalisa yang orthodox, berpendapat bahwa pengalaman dalam
keluarga pada masa kecil, dianggap penyebab utama daripada abnormalitas, karena
pengalaman lalu itu berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya dan merupakan proses
untuk berkembang kea rah abnormalitas.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka kita cenderung untuk menanyakan
mengapa suatu kejadian tertentu mempunyai arti yang penting bagi individu, terhadap
perkembangan abnormalitasan. Jawaban yang diberikan, dibahas dalam kerangka
berpikir dinamika mental yang tidak disadari, yang menggunakan kejadian-kejadian
dalam kehidupa untuk mengekspresikan yang tidak disadari. Akibatnya segala sesuatu
yang dikaitkan dengan manusia, perbuatan yang dilakukan terjadi secara kebetulan
mempunyai makna yang simbolik. Salah ucap, melambangkan konflik mental; lukisan
dianggap sebagai situasi ocdipus; kekalahan dalam pertandingan dianggap sebagai suatu
reaksi terhadap tokoh otoritas, dianggap sebagai kebencian terhadap ayah.
Psiko analisa orthodox percaya bahwa dasar neurotism terletak pada pengalaman
di masa kanak-kanak di dalam lingkungan keluaga. Pandangan ini cenderung untuk
mempersoalkan hidup, sebagai simbolik, dan bukan sebagai formatif. Menurut
pandangan psiko analisa, kejadian-kejadian hidup sebagai keseluruhan, dilihat sebagai
sumber dari pada kepribadian yang abnormal. Tetapi dengan perkembangan reactional
riwayat hidup, struktur ego di dalam kepribadian dapat dilatih untuk meningkatkan
selektivitas dan interpretasi pengalaman-pengalaman hidup. Tercapainya suatu
pengalaman tertentu harus dicari, dan hal-hal yang lain harus diabaikan.

16
lOMoARcPSD|14921556

Ego dan kompleks merupakan unit yang berkembang secara dinamis, kejadian-kejadian
yang berurutan akan mempengaruhi arah perkembangan.
Di samping pengaruh umum daripada pengalaman hidup, ada tiga kelas kejadian
yang mempunyai arti penting dalam psikopatologi yang dilukiskan secara terpisah, yaitu
: Precipitating event, Traumatic Event, Conditioning Event.

1. Precipitating Event :
Pada sebagian besar neurose dan psikonedrose, simptom berkembang secara
mendadak dalam bentuk acute, setelah beberapa kejadian yang secara menyolok
berpengaruh terhadap pasien. Contoh kasus seorang anak yang menunjukkan gejala
obsessi-kompulasi sesudah mendengar khotbah dari pendetanya mengenai buruknya
manturbasi, kita menduga sebelum munculnya kompleks dalam pribadi tersebut, dia
sangat sensitive terhadap pengalaman seperti itu, sehingga kita menamakan pengalaman
tadi sebagai precipitating event. Precipitating event mungkin merupakan suatu kejadian
sehari-hari bila dinilai dari standard umum, tetapi kejadian tersebut berpengaruh secara
luar biasa bagi individu yang mengalami gangguan karena elemen-elemen konflik yang
dianggap repress. Di dalam kasus anak tersebut di atas, khotbah mungkin kelemahan self
esteemnya melalui perasaan bersalah, menyebabkan menurunnya kontrol ego yang akan
dipergunakannya untuk mereprose motive-motive, sehingga ia membutuhkan cara-cara
yang tidak biasa untuk mempertahankan kontrolnya. Hal ini dapat dianggap sebagai
gambaran klinis yang umum mengenai obsessi-compulsi. Kadang-kadang juga hal yang
tidak begitu menonjol merupakan precipitating event dan mempengaruhi kehidupan
seseorang.
Precipitating event terutama berfungsi sebagai pencetus konflik, yang membantu
untuk menentukan cara bagaimana konflik akan dinyatakan.

2. Traumatic Event :
Hal yang erat hubungannya dengan recipitating event adalah traumatic event.
traumatic event adalah kejadian khusus yang sangat dramatik, dimana kehidupan
individu telah terancam atau egonya terganggu secara parah oleh suatu situasi yang tidak
dapat dikuasainya. Kejadian-kejadian traumatic sangat umum terjadi pada waktu perang
atau bencana alam. Akibat langsung dari kejadian ini, biasanya merupakan pencetus
daripada keadaan enxiesy yang acute, bahkan keadaan ini mungkin dengan cepat berubah
menjadi phobia, hypechoadris, psikosomatik dan beberapa gejala historis. Ttraumatic
event yang tidak merupakan ancaman nyata terhadap kehidupan, berpengaruh terhadap
struktur ego. Menguasai dan mengganggu pelimpahan integrasi defance yang terbentuk
di sekeliling ego. Menyebabkan decompensasi ego yang sangat parah, misalnya seorang
gadis muda menunjukkan gejala psikotik sesudah mengalami suatu perkosaan, atau
seorang pengusaha menunjukkan gejala meriah, sesudah melihat keberuntungannya
disapu bersih oleh suatu peristiwa, atau warga Negara yang terhormat menunjukkan
psikosomatik sesudah mendengar cerita gosip mengenai dirinya.
Trauma-trauma yang mengancam kehidupan tidak sama pengaruh-pengaruhnya
bagi setiap orang dan suatu kejadian belum tentu sama bagi traumatic semua orang.
Hakekat dari struktur ego individu harus diketahui dengan pasti. Demikian pula arti bagi
individu tersebut. Pendadakan dan efek schack daripada trauma, mempersulit dalam
membuat defence yang adekuat, karena kejadian itu sangat mencekam dirinya

17
lOMoARcPSD|14921556

(decompensasi ego). Simptom langsung nampaknya merupakan gangguan langsung pada


proses psikologis dan fisiologis, dan tidak memperkuat defence, misalnya gangguan
peredaran dan pencernakan, pingsan kekacauan dan kehilangan kontak dengan stimulus
external, halusinasi, disosiasi hysterical, agresif, dan tindakan lain yang kurang
terkontrol.

3. Conditioning Event :
Conditioning event, yang menentukan hakekat daripada suatu konflik yang
berhubungan atau simptom-simptom yang muncul dari kompleks tersebut. Conditioning
Event merupakan bentuk tingkah laku yang dilakukan seseorang, yang memperoleh
reinforcement, karena memuaskan beberapa motive yang tidak terpuaskan, karena itu
cenderung untuk diulangi.
Seorang siswa yang menaydari rangsangan seksual dengan jalan menunjukkan alat
kelaminnya di ruang pakaian sekolah. Beberapa ahun kemudian, mungkin ia akan
ditangkap polisi karena melakukan tindakan orhibition pada perempuan di taman umum.
Meskipun kita berpendapat bahwa perkembangan seksualitas merupakan suatu urutan
tingkah laku yang dipelajari secara langsung, kita harus menanyakan lebih dahulu
apakah reinforcement:
a. lebih kuat daripada basanya, bila demikian harus ditanyakan mengapa ?
b. Kita harus melihat mengapa cara pemuasan yang dipelajari ini lebih disukai,
dibandingkan dengan cara dalam hubungannya dengan tabu yang berlaku. Hal ini
menunjukkan suatu garis besar dari kepribadian yang tidak adekuat, juga
mempunyai struktur ego yang lemah/kurang sempurna. Efek daripada Conditioning
Event harus dimulai dalam hubungannya dengan atar belakang dari kepribadian.
Defence mechanicm yang muncul sesudah neurotic break down, dalam banyak
kasus yang dilihat, bersumber pada pengalaman msaa kanak-kanak. Seorang tentara
yang menderita hypochndrin sesudah breakdown karena diserang, mempergunakan
penyakit fisik seperti anak, sebagai cara untuk menghindari pergi ke sekolah atau
menghindari tugas-tugas yang tidak menyenangkannya. Hypochordis merupakan
gambaran daripada pengaktifan kembali dengan menggunakan pola tingkah laku pada
masa lalu.
Jumlah Conditioning Event dalam suatu riwayat hidup abnormalitas, mungkin
sangat banyak. Diagram-diagram riwayat hidup terbatas untuk melukiskan hal-hal yang
menyebabkan conditioning tersebut mempunyai pengaruh nyata dan langsung terhadap
perkembangan simptomotologi.

J. KONFLIK EKSTERNAL :

Konflik exernal adalah konflik antara motive-motive kepribadian yang geraknya


berlawanan dengan keinginan dan tuntutan kelompok, lembaga yang ada di dalam
lingkungannya. Konflik ini berada dengan konflik motivational, dimana pertentangan
bersumber dari dalam struktur kepribadian itu sendiri.
Terutama dalam character disorder, struktur ego lebih mengikuti motive-motive yang
terhamat dan motive anti sosial, hal ini menyebabkan peralihan suatu konflik yang
murni psikologis, menjadi konflik antara individu dengan orang lain. Bila peralihan ini
menjadi penekanan, diagnosa juga harus berubah dari perhatian terhadap hakekat
kompleks pada perbedaan antara struktur ego dengan hal-hal yang dituntut oleh
kelompok sosial.
Dalam kasus-kasus seperti itu, simptom yang muncul dianggap sebagai akibat dari
konflik itu sendiri. Konflik tidak pernah diexternalkan secara menyeluruh, tetapi dapat
diinternalkan secara menyeluruh. Walaupun demikian perbedaandalam munculnya

18
lOMoARcPSD|14921556

simptom- simptom psikoneuross, dapat dibandingkan dengan asal usul penderita


psikopat yang konstitusional. Perbedaan jalan, yaitu :

1. Bersumber langsung dari konflik yang terdapat dalam konpleks.


2. Bersumber dari konflik antara kecenderungan kepribadian dan lingkungan sosial.
Pengetahuan psikologi sosial mempunyai pengaruh yang kuat, terutama
mengenai sangsi yang diberikan oleh kelompok untuk menjamin control ego, individu
pada umumnya memenuhi tuntutan masyarakat. Efek hukuman yang tidak disadari,
memingkinkan sikap yang neurotic terhadap dirinya sendiri, yang disertai dengan
perasaan bermasalah, ia menderita karena kesadarannya merasa diasingkan oleh
kelompok, karena tingkah lakunya yang tidak conform atau antisocial.
Hal ini memang benar kecuali jika ada fakta, bahwa norma pribadi orang yang
menderita neurotic tersebut sudah lebih dibina dan dia dapat menerima dirinya sendiri.
Beberapa kontrol orang normal terhadap tingkah lakunya sendiri, dapat dilaksanakan
bukan karena dia mengetahui dengan baik apa yang diinginkan oleh orang lain, tetapi
dia menyetujui secara pribadi. Kurangnya kontrl sosial dan individual, memungkinkan
munculnya motive-motive yang langsung bertentangan dengan tuntutan-tuntutan sosial.

II. DIAGRAM ELEMEN

Dalam diagram yang akan dibuat akan tercantum konstruk-konstruk yang


menunjukkan perlengkapan tingkah laku dari biografi reaksional. Konstruk-konstruk itu
menunjukkan life event, dan construct external yang mewakili tuntutan lingkungan atau
tantangan yang dihadapi oleh subyek.
Construct I, adalah perlengkapan tingkah laku yang terdiri dari konstruk unit
tingkahlaku atau konstelasi-konstelasi seperti ego dan ego alien motive.
Construct II, yang mewakili proses seperti rekreasi atau motivasi.
Proses perkembangan psikologis dapat ditambahkan secara terpisah, sesuai dengan unit-
unit lainnya sehubungan dengan elemen-elemen diagram yang lain, dengan demikian
kita memperoleh 5 kategori constructs :
1. Unit tingkah laku atau konstelasi.
2. Proses
3. Life events
4. External
5. Tahap-tahap perkembangan
Unit tingkah laku dilukiskan sebagai segi empat dengan ujung-ujungnya yang
melengkung.
Life event berupa segi empat dengan ujung yang persegi. Di dalam segi empat
itu dicantumkan karakteristik-karakteristik utama sesuai dengan riwayat hidup. Segi
empat di sebelah kanan, menggambarkan ego atau role, sedangkan yang di sebelah kiri
untuk ego alien motive. Karakteristik yang dicantumkan dalam unit tingkah laku harus
berhubungan dengan motive, sikap atau perlengkapan tingkah laku actual lainnya dan
jangan memasukkan kalimat-kalimat dalam hubungan sebab akibat.
Konstruk proses, dilukiskan sebagai garis baik motivasi maupun kondisi
daripada unit. Konflik dinyatakan dalam bentuk dua panah yang berhadapan

19
lOMoARcPSD|14921556

.
A. Behavioral unit constructs
1. Ego
2. Role

3. The complex

4. Symptom formation

5. Anxiety

B. Proses constructs
1. Motivational conflict

2. Repression

3. Regression

4. Fixation

5. External conflict

C. Life event constructs


1. Precipittating
2. Traumatic
3. Conditioning

D. External constructs

1. Social and legal restrictions

E. Developmental sequences

Figure 1. Chief Constructs and Diagram Elements

20
Downloaded by Arif Tri Setyanto (setyantoarif@staff.uns.ac.id)
lOMoARcPSD|14921556

Repression, ditunjukkan dengan garis berbelk-belok dengan ujung panah yang


dihambat oleh suatu garis.
Regressi dilukiskan dengan garis yang mengarah ke atas.
Fiksasi digambarkan sebagai garis yang terblokir, yang gagal untuk berkembang
pada suatu taraf tertentu.
Bilo ego dan ego alien motive saling memberi reinforcement, maka arahnya
menjadi sama. Urutan kronologis dimulai dari atas ke bawah. Jangka waktu suatu kasus
dibagi dalam masa lampau dan masa sekarang, dimulai dengan precipitating event.
Urutan kronologis dimulai dari atas ke bawah. Jangka waktu suatu kasus dibagi dalam
masa lampau dan masa sekarang, dimulai dengan precipitating event.
Untuk melukiskan suatu kasus, biasanya dimulai dengan simptom, kemudian
pada kompleke, accu mungkin juga dapat langsung pada life event, masa lalu, baru
kemudian menuju kompleks lagi. Diagram ini sangat penting untuk memperoleh insight
dalam interview therapeutik.
Perlu diingat bahwa untuk membuat diagram ini, harus dibuat sesederhana
mungkin dengan elemen-elemen yang penting juga elemen-elemen tipe abnormalitas,
sehingga dapat dimengerti dengan cepat dan lengkap.
Dalam membuat diagram ini, focus pusat perhatian diletakkan pada pusat
psikologis, tetapi tidak berarti bahwa kita mengabaikan aspek-aspek organis, seperti
juga aspek sosiologis, medis dan sebagainya. Jadi dalam mencari sebab-sebab
psikologis, sebaiknya diperhitungkan juga pengaruh-pengaruh biologis, sosiologis,
ekonomi, dan sebagainya. Di samping itu perlu diingat bahwa kejadian psikologis bukan
merupakan penyebab yang berdiri sendiri.

F. KONSTRUK EKSPERIMENTAL DASAR :

Hipotesa mengenai data dari psikopatologi modern dapat diungkapkan sebagai


berikut :
1. Simptom abnormal merupakan akibat daripada konflik motivasi.
2. konflik biasanya terjadi antara motive dan dapat dikategorikan menjadi ego dan ego
alien.
3. Konflik mengarah pada repression ego alien motive sampai taraf tertentu.

- Motivasi Conflict dan Anxiety :


Dilukiskan dalam percobaan Pavlov, dimana anjing diberi bel, sambil diberikan
daging, air liur keluar.
Lalu ambil dibunyikan bel diberi stroom, reaksinya pada saat bel dibunyikan, ini
disebut dengan motivational conflict. Sedangkan anxiety terjadi, dimana anjing itu
diam karena tidak tahu akan mendapatkan apa.
Anjing itu di sini tidak dapat mendiskriminasikan suatu stimulis, sedangkan manusia
dapat diamati bahwa pada waktu perang, apabila seseorang harus pergi ke medan
perang, kalau tidak mau ia dihukum, tetapi untuk pergi ia takut mati, di sini terjadi
motivational konflik (approach – azaidance)

- Repression :
Dilakukan dengan penelitian percobaan Teboo, oleh Ginnis. Apa yang dilarang
diteliti dengan Galvanic Skin Reupons, yaitu seseorang disuruh melakukan
perbuatan yang berlawanan dengan taboo, maka ternyata kulitnya berkeringat, pori-
porinya membesar.
Yang penting dalam penelitian ini, yaitu adanya hubungan antara repressi dengan
symptom formasi, demikian pula dengan defence lainnya.

21
lOMoARcPSD|14921556

Percobaan dari Sears, seseorang diminta menceritakan tentang dirinya, ia akan


menceritakan tentang hal-hal yang baik-baik saja. Kemudian ia disuruh
menceritakan orang lain, akan muncul yang jelek-jeleknya tentang orang lain. Di sini
ia mengalami repressi mengenai hal-hal yang kurang baik. Hal ini berhubungan
dengan proyeksi, yaitu yang jelek itu bukan pada dirinya tetapi dilemparkan kepada
orang lain.

- Fixasi dan Regressi :


Percobaannya oleh Howrer dan Dollard & Miller.
Dalam keadaan konflik, frustasi, maka hewan biasanya akan mengalami fixasi dalam
proses learningnya.
Percobaan dari Lewin, pada anak-anak dihadapkan suatu permainan yang sulit, maka
ternyata anak-anak itu akan bertingkah laku lebih primitif daripada permainan itu
lebih mudah.

- Ego dan Role


Tokoh yang membicarakan ini adalah Allport, ia menyatakan bahwa faktor
reinforcement itu adalah sangat penting dalam usaha untuk mengerti kepribadian, di
samping defence mechanism. Reinforcement itu adalah suatu tingkah laku akan
menimbulkan rasa senang atau tidak senang, sebagai akibat dari tingkah laku itu dan
yang merasakannya orang itu sendiri.
Penelitian dari Kloin dan Schoenfeld : Ego function sangat penting dalam
menentukan tingkah laku seseorang, misalnya saja orang yang diberi suatu tugas
yang sederhana, ia dapat menyelesaikannya dengan baik, berarti self confidencenya
terbina. Orang diberi tahu bahwa ia sekarang akan mengerjakan test intelligensi, dia
dengan serius dan berusaha dengan sebaik-baiknya agar berhasil. Di sini ego
function sudah ada, meskipun self confidencenya juga ada, berjalan bersama-sama.
Fungsi ego, yaitu :
- self confidence
- self perception
- self estimate (pengamatan diri yang ada pada orang lain)
- self awareness (sadar akan tingkah lakunya)
Dalam percobaan terapi oleh Fargan, ternyata bahwa perbedaan penilaian seseorang
tentang dirinya dan penilaian orang lain terhadap dirinya semakin kecil
dibandingkan sebelum ia mengalami terapi. Hal ini membuktikan bahwa, ia semakin
mampu dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

- Life events :
Condition events, yaitu kejadian-kejadian dalam kehidupan yang dapat memberikan
reaksi-reaksi tertentu, dan cenderung untuk diulang-ulang kembali. Contoh : seseorang
yang pingsan, ia akan mendapatkan perhatian, karena memberikan keuntungan bagi
dirinya ia cenderung untuk mengulang-ulang kembali.
Traumatic events, yaitu suatu kejadian yang membekas dan memberikan pengaruh
tertentu pada fungsi egonya, misalnya pada suatu kejadian perang semua keluarganya
meninggal, kejadian ini sangat membekas dan mempengaruhi fungsi ego.
Contoh lain, binatang diberi reinforcement positif, kemudian diberi schock listrik,
dia akan menjauhi benda yang memberi schock itu sejauh mungkin.
Precipitating events, yaitu merupakan hubungan simbolik dengan motive-motive
yang terpendam. Contoh, ada seorang istri yang kelihatannya hidup bahagian, tetapi
waktu suaminya menolak membeli sebuah mobil baru, menunjukkan gejala sakit,
ternyata gejala itu disebabkan karena ia mempunyai keinginan-keinginan tertentu
untuk memperoleh perhatian dari suami, tetapi tidak terpenuhi, sehingga waktu ia
ditolak secara jelas nyata, munculah simptom itu.

22
lOMoARcPSD|14921556

IV
OBSESSI – COMPULSI : PARADIGMA NEUROSA DAN PSIKOSOMATIK

A. OBSESI – COMPULSI

Jika obsessi-compulsi dianalisa, maka kita melihat gambaran klinis fungsi-fungsi


ego dan motive-motive yang berlawanan dengan ego yang direpress. Kompleks tersebut
biasanya sudah lama dialami pasien, sebelum datang meminta nasehat psikolog, tetapi
dalam waktu dekat ini terganggu oleh precipitoting event yang meningkatkan kekuatan-
kekuatan active yang direpress, menjadi sult bagi egi untuk memelihara keseimbangan.
Akibatnya, pada saat wawancara yang pertama kali, terjadi suatu penghambatan gejala-
gejala, kadang-kadang ditambah dengan gejala-gejala baru, karena pasien berusaha
untuk mempertahankan impuls-impulsnya dan mempertahankan cara hidup yang
terkandung dalam ego-ideal.
Pembenukan gejala-gejala obsessi-compulsi menunjukkan keseimbangan yang
tidak mantap antara fungsi-fungsi ego dengan ego alien motive. Dalam kompulsi
<klasik=, doing-undoing yang digambarkan dalam 2 kasus berikut ini menunjukkan ego
ideal dan aksi yang direpress, atau kehancuran ego alien motive dengan ego. Dengan
demikian, kecemasan orang yang obsessi-kompulsi yang menunjukkaan fungsi-fungsi
ego, mempunyai fantasi-fantasi yanmg bermusuhan menghadap mana fungsi-fungsi itu
merupakan suatu pembentukan reaksi. Kadang-kadang obsessi atau impuls-impuls yang
bersifat menghancurkan akan memaksa mereka menjadi sadar akan diri sendiri, yang
mengakibatkan ketidakenakan dan kegelisahan, misalnya pasien mengerjakan peraturan-
peraturan hidup tertentu yang diikuti secara kompulsif, sebagai keharusan mutlak untuk
menjaga keselamatan diri.
Obsessi-compulsi memberikan gambaran yang jelas mengenai konflik motive
yang mendasari neurosis. Untuk mengerti perkembangannya, kita harus menyelidiki
sumber-sumber dorongan yang direpresi yang baik didorong maupun ditolah oleh
tindakan-tindakan dan sikap orang tua atau orang dewasa yang ain, dan kekecewaan-
kekecewaan yang telah dialami dalam proses sosialisasi. Maka kita harus melihat
bagaimana dorongan-dorongan yang direpress ini dikembangkan dengan seksama dan
diuatnya intensif selama masa remaja dan dewasa. Di lain pihak kita harus memahami
tentang perkembangan ego yang dibentuk oleh nilai-nilai orangtua, yang biasa keras dan
menekan, yang telah dicapai orang-orang yang obsessi-compulsi setelah kesukaran-
kesukaran besar, dan akhirnya pengerjaan dengan teliti suatu struktur ego yang
terlampau keras dan menuntut dalam kehidupan dewasanya.

23
lOMoARcPSD|14921556

A. Negativism, cruelty A. Rigid, parental control.


hatred, disobedience,
selfishness, B. Incorporation of parent
possessiveness, jealousy, image.
Child destructiveness, dirtiness,
hood: domination, etc. C. Development of self
control, self-direction
B. Pleasure-seeking sexual socially approved feeling,
attachments, masturbation, interests, moral code, etc.
exhibitionism, etc.

Adult frustrations, sexual A. Weakened ego controls


Later B. Defensive measures,
life : vocational, etc.
ego strengthening

The Precipitating
Event :

Ego alien The ego

Regre A. Blocked desires, motives A. Exaggerated rigid,


ssion demanding ego ideals.
B. Reactivation of childhood B. Reactivation of parent-
motives, due to regression image due to regression
The (usually negative motives
Complex of group)

Anxiety

Symptom
Formation:

Irrational Compulsive
thoughts Rumination Role and Compulsive kindness, over-
and action systems order liness solicitude

(Doing-undoing etc.) (Guarding againet (Reaction


the unexpected) formation)

Figure 2. Paradigm for Obsessive – Compulsion

24
lOMoARcPSD|14921556

normal, konflik bagi obsessi-compulsi mungkin lebih intensif dari pada orang yang
normal dengan suatu proses repressi yang kurang kuat, atau perkembangan ego orang
yang normal mungkin lebih santai, karena orangtuanya lebih memahami kelemahan-
kelemahan di masa kanak-kanak atau membantu anaknya menerima nilai-nilai terhebat.
Mungkin karena adanya fixasi dalam salah satu tarap perkembangannya, yang
meningkatkan kesempatan-kesempatan menggiatkan kembali tingkah laku masa kecil di
kemudian hari.
Struktur ego dari orang yang obsessi-compulsi dapat menunjukkan ideal-ideal
tinggi, ambisi, control diri yang besar, serta prestasi-prestasi dengan sukses, tetapi
walaupun demikian, mereka sangat peka. Dia belajar tidak mengharapkan satisfocution
dari hidup dan tidak sadar akan penyelesaian yang dibangkitkan dalam dirinya. Karena
adanya regresi, beberapa dari tujuan/goal yang dicari secara tidak sadar tidak dapat
dicapai pada tingkat kehidupan dewasa. Suatu struktur ego yang mengalami regresi
mungkin menuntut dengan keras yang merupakan peringatan akan tuntutan-tuntutan
yang direpresi. Dalam hal-hal yang gawat, pemeliharaan diri orang yang obsessi-
compulasi nampak bagi kita sebagai sesuatu yang mengalikan, segala sesuatu harus
dilakukan menurut jadwal, adapt-adat kebiasaan sehubungan dengan makan, tidur, atau
kegiatan-kegiatan sehari-hari dituruti dengan seksama. Misalnya pintu atau jendela-
jendela harus diperiksa berulang-ulang untuk melihat apakah sudah dikunci,
perlengkapan listrik harus dijaga secara kontinu agar tidak berbahaya. Usaha-usaha
untuk mengontrol segala sesuatu timbul pada orang-orang yang tidak rational, misalnya
langkah-langkah harus diperhitungkan, tangan dicuci berulang-ulang.
Seorang penderita diserang obsessi dengan menyanyikan lagu gereja. Konsultasi
dengan seorang psikiater menunjukkan bahwa obsesi menggunakan hal-hal yang
melanggar kesucian (merupakan penyesalan pada pembatasan-pembatasan panggilan
dan dianggapnya sebagai suatu beban).
Gejala yang menyenangkan adalah sebagai lambang dari konflik kompleks yang tidak
disadari, maka dari itu sifatnya tidak masuk akal. Hymne/nyanyian pujian merupakan
ego-ideal, kata-kata terlarang merupakan impule-impule yang bersifat berlawanan yang
tidak dikenal. Di samping itu adanya watak kekanak-kanakan, ungkapan yhang
menggagaskan kemunduran tingkah laku. Jadi obsesi kampulsi itu secara simbolis
menggambarkan suatu perjuangan dalam kehidupan penderita yang tidak dapat dihindari
secara langsung. Obsesi dan kompulsi yang sederhana seperti ini agaknya dijumpai pada
kehidupan semua orang, sepertu dalam kepribadian obsessi-compulsi, ditunjukkan suatu
konflik motivasi yang tidak terpecahkan.

25
lOMoARcPSD|14921556

Ego alien ego

C. Blooked desires, motives C. Exnggerated rigid,


The demanding ego ideals.
Complex D. Reactivation of childhood D. Reactivation of parent-
motives, due to regression image dua to
(usually negative motives negression
of group.

Anxiety

Symptom
formation <Dim-dam-dimmity=
to a church hymn

Figure 3 Diagram of a simple Obsession


Kasus 1 :
Ezra K, berusia 45 tahun, dating ke klinik psikologi disertai dengan istrinya, yang
merasa khawatir tentang keadaannya, yaitu melakukan tindakan kekerasan setelah ia minum
segelas penuh whisky. Sang suami datang untuk konsultasi sebagai priotes terhadap
ketidakpuasan terhadap kehidupan keluarganya, dan sebagai suatu usaha untuk memperkuat
tuntutan-tuntutannya supaya istrinya menghentikan kegiatan-kegiatan menari dan main
sandiwara, agar mengabdikan lebih banyak waktu untuk mengurusnya.
Tiga bulan sebelumnya, Ezra menanyakkan movilnya sampai hancur, meskupun dia
tidak cedera, tapi kecelakaan itu melambangkankefanaan hidup. Kecelakaan itu telah
menjadikan suatu penyesalah, dan tuntutan-tuntutan supaya lebih diperhatikan, dan cinta kasih
istrinya. Dari pihak istrinya, menyatakan bahwa Ezra tidak pernah menyatakan kebutuhan-
kebutuhannya, karena asyik mengerjakan pekerjaannya, dan mencari hiburan di luar.
Ezra mempunyai usaha sendiri dan ia sangat sibuk mengurus usahanya. Dia seorang
laki-laki yang bekerja keras dan selalu menderita keletihan dan sakit kepala. Di samping itu
dia mengidap penyakit-penyakit psiikosomatis lainnya. Sakit jantung, demam, serangan
bengkak dan gangguan pencernaan. Cirri khususnya, dia tidak mengeluh tentang penyakitnya
dan biasanya tidak mencari pertolongan dokter, ia menerim derita itu dengan pasrah.
Dengan jelas tentang hubungan gejala-gejala jasmaniah ini dengan konflik-konflik
emotional yang direpress. Sakit asma dianggapnya disebabkan karena diwarisi oleh ibunya
yang meninggal karena serangan jantung pada saat serangan asma. Pasien menderita asma
pada usia 32 tahun, ketika dia tergeletak di rumput setelah bermain tennis dan menahan
desakan untuk bersin dan batuk. Untuk gangguan-gangguan secara pencernaannya dia
mengikuti diet yang keras. Meskipun secara intelektual ia bebas, dia tidak dapat menghindari
peraturan-peraturan diet tertentu. Ezra merasa terpaksa untuk menuruti perintah itu secara
rutin dan nampaknya mempunyai arti yang mendalam baginya. Pada salah satu card
Rorsenoch , dia melihat seekor harimau pemakan daging di latar depan, dan seekor kambing
betina, pemberi susu yang pasif dilatar belakang. Dia mengidentifisir dirinya sendiri lebih
banyak dengan kambing, meskipun harimau itu melambangkan pihak lain dari sifatnya yaitu
watak pemuda yang bertanggung jawab dan ambisius pada usia 25 tahun. Kompulsi tentang
perintah memimpin nampaknya erat hubungan simbolis dengan ibunya yang merupakan
seorangh wanita yang taat pada agama, keras, berdisiplin, tetapi melindungi anak-anaknya.

26
lOMoARcPSD|14921556

Ezra hampir tidak mengenal ayahnya, yang merupakan seorang pematri keliling, tidak ada
di rumah selama jangka waktu yang lama. Ketika masih kanak-kanak ia dibebani dengan
tanggung jawab yang berat yang kadang-kadang mendorongnya dengan terang-terangan
berontak terhadap ibunya.
Peranan ganda ibunya sebagai pelindung dan orang yang keras tercermin dalam
dichotomy kepribadian Ezra dan dalam kesukaran-kesukaran yang dialaminya. Ezra
menekan rasa pemberontakan dirinya terhadap wewenang agama, dan kini ia mengunjungo
gereja. Pada waktu masuk gereja, dia merasa dipaksa untuk mencuci tangan, bukan dengan
cara yang umum yang dilakukan oleh kebanyakan orang yang menghadiri kebaktian, dan
ketika akhirnya ia duduk di bangku gereja, dan segera merasa desakan untuk membersihkan
diri, yang mendorongnya untuk mencuci tangan kembali.
Ezra tidak merokok maupun minum-minuman keras. Meskipun ia seorang pegawai
kecil, dia berusaha dengan pengesahan menguntungkan demi golongan pekerja dan
membantu pegawai-pegawai dengan masalah pribadinya. Dia memihak ide-ide liberal
seperti program-program untuk perdamaian, emansipasi wanita, dan penghapusan hukuman
mati. Nama baiknya dalam masyarakat perusahaan ialah kejujuran dan dapat dipercaya.
Dengan kompulsi akan angka-angka dan hitungan-hitungan dia menyimpan laporan-
laporan mendetail tentang semua hutang-hutangnya.
Bertentangan dengan kejujuran terhadap umum, pembebasan dari prasangka
intelektual dan tanggung jawab, hidup fantasi Ezra menunjukkan impulse. Impulse yang
bermusuhan dan agressi. Dia tersinggung perasaannya mengenai laporan-laporan orang-
orang yang secara intelektual hemilang dan sempurna, dan menikmati membaca kolom-
kolom berita kematian untuk mengecek kematian penduduk kota yang terkemuka. Suatu
fatasi yang paling disukai adalah khayalannya mengenai bumi yang hancur oleh suatu
gempa bumi yang dahsyat dan menelan semua orang kecuali dia sendiri. Dia mempunyai
bayangan yang sangat kuat untuk adegan-adegan kecelakaan yang berdarah yang mungkin
menimpa seseorang yang dikaguminya. Beberapa di antara fantasi-fantasinya, seperti juga
dalam hidup sehari-hari, ia merasa takut bahwa ia akan dikritik untuk tindakan yang paling
ringan, seperti mengambil susu dari lemari es setelah keluarganya tidur.
Masa kanak-kanak Ezra penuh dengan kemelaratan dan kerja berat. Ayahnya kurang
bertanggung jawab pada keluarga dan pergi untguk jangkawaktu yang lama, akhirnya
berangkat ke Amerika dan bergabung kembali dengan keluarga 9 tahun kemudian. Ezra
dilatih oleh ibunya, menanggung tanggung jawab pada keuangan dan pergi untuk jangka
waktu yang lama, akhirnya berangkat ke Amerika dan bergabung kembali dengan keluarga
9 tahun kemudian. Ezra dilatih oleh ibunya, menanggung tanggung jawab yang berat.
Setelah keluarganya pindah ke Amerika, sikap ibu berubah secara tiba-tiba dan Ezra diberi
banyak kebebasan. Ibunya tidak pernah menunjukkan kelembutan kepadanya, tetapi dengan
kebebasan yang diberikan, dia lepas dari sikap pemberontakan terhadap ibunya.
Sebagai seorang anak, Ezra terlampau cepat dewasa, ia menunjukkan prestasi yang
menonjol di sekolah, dan menguasai 5 bahasa pada waktu ia berusia 12 tahun, setelah
bersatu kembali dengan ibunya, kegiatan-kegiatan sosialnya terikat pada pola rumah tangga
sampai saat pernikahannya pada usia 30 tahun. Dia tidak mengadakan hubungan seksual
sebelum ia menikah, meskipun pada satu kesempatan, dia menolak mengadakan hubungan
dengan seorang gadis yang mengagumi dirinya.
Sebagai seorang suami dan ayah, Ezra mempunyai gambaran kepribadian setia, kerja
keras, dan idealisme tingkat tinggi. Yang tetap merupakan kepribadiannya sampai ia merasakan
perkawinan yang tidak bahagia, yang memuncak setelah kecelakaan mobil, dan meletus kembali
pemberontakannya. Istri Ezra 12 tahun lebih muda dan memiliki masa remaja self centre
neurotisisme dan kekuatan yang selalu ia cari pada wanita. Keremajaannya memungkinkan
lingkup kebutuhannya sendiri untuk berkuasa dan memegang peranan bapak, dan sifat-sifatnya
menuntut dan egois mencerinkan peranan yang pasif, tergantung pada seseorang yang
dipegangnya terhadap ibunya yang tidak diganjari oleh kelembutan sebagai respon.

27
lOMoARcPSD|14921556

1. Suppressed rebellion 1. Severe mother control


Child- 2. Frustraled need for 2. Precocious
hood : affection incorporation of mother
3. Restrictions on image
childhood pleasures 3. Over-responsible self-
4. Hostility to mother control
5. Dependency on mother

1. Ambition and precocity


1. Overt rebellion and 2. Strong sense of duty
suppressed rebellionness and responsibility
Later 2. Search for childhood 3. Overscrupulous
Life: 3. Envy and hostility honesty
4. Rigid self-demand

Precipitating Event : Auto accident reminding Ezra of death


and an unfulfilled life.

Ego alien Ego

1. Regressive need for 1. Ego weakening through


The tenderness and sense of death and aging
Complex : dependency 2. Lowered self esteem
3. Exaggerated self-control
2. Increased hostility and
envy

Symptom
Formations:

Psychosoma Milk-ment Obsession Kindliness Overscrupu


tis ailments injuction with figures solicitude lous honesty
and accounts

(Compulsive rules systems)


Handwashing Hostile, envious
defecating fantasies

(Regressive doing undoing) (Reaction Formation)

28
lOMoARcPSD|14921556

Figure 4. Obsession-Compulsion with Psychonomatic Complaints


Kasus 2 :

Pasien seorang ibu rumah tangga yang bertubuh gemuk, berusia 33 tahun. Ia dating
untuk konsultasi karena keluhan-keluhan sebagai berikut : keinginan yang kuat dan sering
kali tidak terkendali untuk menhancurkan benda-benda yang tidak memenuhi syarat-
syaratnya sebagai seorang yang perfectionistis. Dia telah merobek dompet dan pakaian -
pakaian dan menghancurkan alat yang dipakai untuk menyembuhkan diabetisnya. Bila ia
tidak menuruti impuls-impuls itu, maka dia merasa tegang dan gugup, tapi jika dituruti,
dia mengalami suatu perasaan malu. Dalam mengurus flatnya, dia dikuasai oleh suatu
keteraturan dan kebersihan yang kompulsif. Dia membutuhkan berjam-jam untuk
membersihkan ketiga ruangan dan segala sesuatu harus tepat pada tempatnya sampai
akhirnya diukur jarak antara benda-benda di atas meja rias untuk melihat apakah benda-
benda itu disusun secara simetris. Setelah dia membersihkan sebuah benda, misalnya
setelah membersihkan dan mengkilapkan permukaan cermin, dia akan dipaksa
meludahinya dan kemudian membersihkannya sekali lagi. Kadang-kadang setelah episode
doing-undoing ia akan menangis.
Akhir-akhir ini, simptom-simptom ini menjadi jauh lebih menonjil dan akut,
disertai oleh ketegangan yang memuncak dan mudah marah terhadap suami dan anak
perempuannya yang berusia 7 tahun. Sebelum kejadian ini, suaminya kehilangan
perusahaan yang diwarisinya dari ayahnya. Suaminya sangat erat hubungannya dengan
ibunya yang menentang perkawinan ini. Pasien tgidak mencintai suaminya, menikah
dengannya karena dianggap laki-laki itu dapat memberi kehidupan yang baik. Kegagalan
dalam usaha telah meniadakan sumber kesenangan financial dirinya.
Pasien menderita diabetis sejak berusia 21 tahun, yaitu sekitar pernikahannya, dan
mulai menunjukkan gejala-gejala kemarahan yang hebat, ketika ia diharuskan
menggunakan alat untuk suntikan insulin.
Pasien seorang anak tunggal, ibunya mengatur tingkah lakunya terutama dengan
mengancam memasukkannya ke rumah anak-anak dan dengan ancaman-ancaman lainnya.
Ketika pasien remaha, ibunya membuka rahasia bahwa perkawinannya tidak berbahagia
dan tinggal bersama hanya demi anak. Ayahnya seorang yang pasif, tenang dan tidak
pernah menunjukkan kasih saying terhadap anaknya. Pasien seorang yang rapi, teratur dan
rajin di sekolah dan mudah mendapat kawan. Dia menikah dengan suaminya setelah
berkawan dengannya selama tiga tahun. Suaminya yang mendesak untuk menikah, pasien
akhirnya menikah dengannya karena alasan-alasan yang telah dinyatakan di atas.
Ringkasan Psikiatri, gejala-gejala kompulsif sampai kemarahan yang mendalam
yang dirasakan pasien tentang kekecewaan-kekecewaan dalam hidupnya yang diperkuat
oleh adanya kegagalan usaha dari suami. Pada dasarnya ia seorang yang bersifat
narcissistis (mengagumi diri sendiri). Sebagai anak, pasien menjauhi ibunya yang
menlaknya dan mendekati ayahnya dalam suatu hubungan ketergantungan dan kurang
mesra, hubungan ini diteruskan dengan suaminya pada masa klien dewasa.
Perbandingan kedua kasus obsessi-kompulsi akan menunjukkan bahwa gejala-
gejala kompulsi merupakan proyeksi irrational pada lingkungan daripada konflik intra -
personal dari pasien, dimana konflik ini terdiri dari satu pihak dorong-dorongan
ketergantungan dan agressif, di lain pihak yaitu suatu perngontrolan diri yang dilemahkan
oleh frustasi.
Dalam kasus ibu rumah tangga, kedua susunan motive yang berkonflik dikerjakan pada
obyek-obyek rumah tangga. Dalam kasus Ezra, pola-pola permusuhan dibaurkan karena
fantasi-fantasi, tuntutan-tuntutan yang meningkat terhadap istri dan keluarganya, dan
reaksi-reaksinya terhadap kejadian-kejadian lahiriah. Kedua pasien membawa kehidupan
yang dewasa dari masa kanak-kanak yang tidak bahagia, tuntutan-tuntutan yang tidak
dapat dikabulkan pasa saat dewasa. Kekecewaan-kekecewaan dan kegagalan untuk

29
lOMoARcPSD|14921556

mencapai apa yang telah mereka tunda dan yang paling mereka inginkan, akhirnya
mengakibatkan suatu titik dalam hidup mereka pada masa toleransi mereka terhadap hal-
hal yang demikian tidak dapat dipertahankan lagi. Gejala-gejala yang muncul membantu
mengalihkan perhatian pasien dari sumber-sumber yang sebenarnya yang mengakibatkan
ketidak-tentraman.

Precocious traits of
Fear of mother frustrated neatness, order liness.
Childhood need for affection hostile Positive motivations
dependency towards friends and
school.

Increase of <fury=
Conditioning Event: after onset of diabetes

Precipitating Event : Financial failure


of husband

<Deep fury= over Weskened self esteem.


The Complex: frustrations insecurity. Compensatory exaggeration of
Narcissiatic sexuality. ego control

Anxiety
<Nervous and jittery=

Impulses to Compulsive clean Cleaning


Simptom destroy objects. liness and order spitting
Formation liness compulsion

Figure 5 : Obsession – Compulsion in a Disbetic Women

30
lOMoARcPSD|14921556

B. KONVERSI HYSTERIA

Menurut sejarah, histeria merupakan satu di antara bentuk-bentuk abnormalitas


fungsional. Proses repression dalam historia sering kali luas serta sempurna. Bukan
hanya konflik antara ego alien motive dengan ego yang dipendam, melainkan juga
konflik-konflik dan kegelisahan yang menyertainya. Mungkin pasien menderita
amaosia sebagian atau seluruhnya terhadap kejadian-kejadian dirasa lampau yang
mengandung nilai traumatis. Trecipitating event dalam histris biasa ditentukan dengan
jelas dan mempunyai hubungan yang erat dengan gejala-gejala yang muncul :
- Secara simbolis dihubungkan dengan konflik-konflik yang direpress, meskipun
pasien tidak menyadari hal ini.
- Mengandung keuntungan sekunder bagi pasien karena memungkinkan melarikan
diri/menghindarkan keadaan sulit tanpa mengganggu egonya.
- Gejala-gejala penyakit ini memperlihatkan hubungan yang erat yang ada antara
fungsi ego dengan proses-proses psikologis seperti perhatian, ingatan serta dengan
reaksi-reaksi psycologis yang ikut serta dalam interaksi reaksi-reaksi psikologis.

Historis converse merupakan kasus-kasus histories dimana gejala utama adalah


perubahan fungsi jasmaniah atau gangguan fungsi jasmaniah, tanpa adanya penyebab
fisik. Perbedaan antara historia dengan gangguan-gangguan psikosomatis adalah
bahwa pada historia converse fungsi jasmaniah yang terganggu merupakan suatu
hubungan simbolis dengan konflik-konflik yang direpress. Gangguan-gangguan
psikosomatis tidak mengandung arti, tetapi terutama diakibatkan oleh tekanan
berlebihan pada fungsi-fungsi fisiologis karena pengaruh buruk dari konflik dan
anciety terhadap tubuh.
Dinamika histories converse pada dasarnya sama seperti dinamika untuk semua
neurose dan psikonsurose dan berasal dari jenis konflik yang sama. Pada waktu itu
belum diketahui benar mengapa gejala-gejala dalam histories menampilkan diri dalam
gangguan-gangguan fisik, tetapi bila diteliti dinamika dari historia converesi,
mempunyai perbedaan yang khas jika dibandingkan dengan dinamika neurose yang
lain.

Kasus 3 :

Pasien seorang laki-laki pemain piano, usia 40 tahun. Datang dengan keluhan
bahwa lengannya menjadi lumpuh bilamana ia berusaha memainkan misik lamban,
lembut di depan para hadirin. Gejala ini tidak tampil jika dia bermain sendiri. Sebelum
gejala itu muncul, dia menderita serangan-serangan kegelisahan bila dia bermain di
depan umum.
Pasien seorang laki-laki yang ambisius, tetapi bersikap sopan, yang tidak
mempertahankan hak-haknya dan tidak mengutarakan kemarahannya yang dirasakan
tiba-tiba. Pasien menikah pada usia 27 tahun setelah istrinya mendesak hubungan
antara mereka sehingga terjadi pernikahan. Sikap terhadap istrinya bersifat ganda,
kadang-kadang ia sayang terhadap istrinya dan kadang-kadang menjauhinya.
Hubungan seks dengan istrinya tidak menyenangkan sehingga pasien lebih menyukai
pelacur atau melaukan onani daripada dengan istrinya.
Pasien dibesarkan di suatu keluarga dimana sering terjadi perselisihan antarea
ibu/bapak yang dilanjutkan dengan ancaman bunuh diri di pihak ibunya. Pada usia 8
tahun bakat bermain piano ditemukan ketika ia mulai belajar atas dorongan ibunya.
Pasien untuk pertama kali mengalami serangan kegelisahan pada usia 13 tahun, setelah
ayahnya meninggal sekitar berusia 19 tahun, dia mencari nafkah sendiri, dan pada usia

31
lOMoARcPSD|14921556

25 tahun dia mulai menyokong ibunya, yang semakin meningkatkan serangan-


serangan kegelisahannya.
Pasien diberi perawatan psikoanalitis selama 2 tahun. Hasil analisa
menunjukkan bahwa pasien menekan penyesalan terhadap ibunya dan kemudian
terhadap istrinya dan orang lain. Karena penyesalan itu tidak diutarakan, melainkan
dire[ress dibalik sikap yang lunak dan menyenangkan, dia mengembangkan perasaan-
perasaan tidak berharga dan tidak berdaya. Dia kadang-kadang menjauhi ibu dan
istrinya, maka timbul ketakutan yang tidak disadari bahwa rasa permusuhan yang
disembunyikan ini akan diketahui bahwa rasa permusuhan yang disembunyikan ini
akan diketahui oleh ibu dan istrinya, sehingga pasien akan dihukum dan
ditinggalkannya.
Bermain piano dihadapan umum merupakan hal yang menimbulkan
kekhawatirannya.
Histeri di sini adalah konflik antara ego motive dengan ego alien yang dipendam. Ciri
khas dari historia adalah hubungan antara ego alien motive. Ego alien motive yang
pertama telah dipendam dan mengakibatkan terjadinya perasaan-perasaan baru yang
juga dipendam. Namun dalam gejala hysterical-conversion ini, pasien bertindak
seolah-olah motive sekunderlah yang dipendam.
Gejala-gejala pasien dapat diuraikan sebagai berikut :
Bermain di muka umum adalah suatu keadaankonflik antara ego dan ego alien
motive. Bermain dengan baik merupakan kepuasan bagi ambisi professionalnya, tetapi
bermain di depan umum membuatnya merasa tidak berdaya terhadap suatu ancaman
yang misterius, ancaman ini sebenarnya adalah ketakutan yang tidak disadari pada istri
dan ibunya bahwa mereka akan mengetahui rasa permusuhan pasien terhadap mereka.
Ketergantungan pada ibu serta posivitas dari pasien merupakan sifat-sifat yang sudah
fixasi sejak masa kecil. Sewaktu pasien mendekati kebebasan pada masa dewasa, sifat -
sifat ini menimbulkan rasa permusuhan terhadap orang-orang yang merupakan obyek
fixasinya, ini merupakan ego alien motive yang ada dalam bagian pertama. Bagian
kedua : dari ego alien motive dalam kompleks adalah ketakutan akan diketahui
mengenai rasa permusuhan dan takut dihukum yang akhirnya memunculkan terjadinya
gejala histories.
Dinamika histories converse terdiri dari 3 tahap utama, yaitu :
1. Perkembangan suatu kompleks primer.
2. Regressi sekunder yang muncul dari kompleks primer.
3. Timbulnya gejala fisik yang secara simbolis berhubungan dengan regressi yang
sekunder tadi

32
lOMoARcPSD|14921556

Need for dependency Ego ideals of


Childhood= relations independency and
maturity. Musical talent
and ambition

Anxious while playing


Precipitatig Event :
before audiences.

Ego alien Ego

Regressive dependency Ego ideal towards mother,


Resentmen and anger wife. Role of mature man.
The Professional ambition and
Complex: Fear of discovery, competence
retribution, and abandonment

Repressed anxiety

Arm Unassertive Sexual Werthless


rigidity nature. disturbance in helpless
Symptom married life feeling.
Formation:
(Hysterical symptom) (Symptoms from the Original complex)

Figure 6. Hystorical Conversion in a Musician

33
lOMoARcPSD|14921556

Kasus 4 :
Seorang gadis, berusia 19 tahun, ia diterima di rumah sakit untuk dirawat mengenai
kejang-kejang di seluruh tubuh, kejang-kejang ini, pada pemeriksaan neurologist tidak
menunjukkan dasar jasmaniah. Kejang-kejang dimulai 2 bulan sebelumnya, setelah pasien
dikejutkan dan dibangunkan dari tidurnya.
Meskipun sedikit sekali diceritakan tentang kehidupan keluarga gadis itu, ia menyatakan
bahwa dirinya ditolak oleh orang tuanya dan bawha selama remajanya, dia dituduh melakukan
hubungan seks dan ia dikirim ke sekolah reform/perbaikan hidup. Setelah keluarga dari
sekolah tersebut, ia mengadakan hubungan seksual yang kacau, dan berikutnya dikirim
kembali ke sekolah reform. Kemudian ia dibebaskan dengan syarat supaya bekerja sebagai
pembantu rumah tangga, dimana ia jatuh cinta dengan majikannya yang sudah beristri. Ini
mengakibatkan <hubungan seksual segitiga= dengan majikan dan istrinya.
Analisa menetapkan bahwa gejala-gejala kejang merupakan histori converse. Setelah
analisa lebih lanjut, pasien dapat mengakui bahwa ia takut cara hidupnya sekarang ini a
Elizabets berjumpa dengan bekal suaminya sebelum ibunya meninggal, tetapi pada
waktu itu dia tidak berteriak, bahkan 4 tahun kemudian ketika ia menikah dengan suaminya,
ia mengatakan bahwa suaminya memaksanya untuk menikah dengan ancaman bahwa ia akan
meninggal karena pendarahan dilambung, jika Elizabeth tidak menikah dengannya. Setelah
ibunya meninggal dan tetap sebelum pernikahannya, Elizabeth mulai minum dan bergaul
dengan laki-laki, dengan kebanyakan dari mereka melakukan hubungan seks. Ketika
suaminya jatuh sakit karena bisul bernanah, Elizabeth sangat setia kepadanya, tetapi selama
masa penyembuhannya, mereka mulaui bertengkar lagi dan akhirnya ia membenci suaminya.
Dia mulai berpengaruh dengan seorang yang telah dikenalnya bertahun-tahun sebelumnya dan
akhirnya menjadi hamil. Suaminya minta agar ia melakukan aborsi. Selama wawancara
therapeutic, pasien menunjukkan bahwa ia tergantung dan takut akan kehilangan kepercayaan
therapautist. Elizabeth mengutarakan perasaannya tiada harga diri dan tidak bedaya, bahkan
takut untuk berbicara kepada orang laki-laki dan untuk meminta pekerjaan karena takut akan
ditolak. Jika suaminya mencurahkan perhatian kepada wanita lain, ia tidak dapat tidur karena
cemburu. Dia menganggap dirinya sedemikian hina, hingga dia tidak dapat menenangkan
suaminya lepas dari ibunya.
Analisa kasus ini menunjukkan gambaran seorang wanita yang gelisah, tidak yakin
karena dia seringkali mengalami trauma kehilangan orang-orang yang dicintainya, ia tidak
sanggup mengatasi keadaan kurang yakin pada masa kecilnya waktu mencapai masa
dewasanya. Dalam masa dewasanya pasien mencari pengganti bagi orang tua yang telah tiada,
tetapi dibalik ketergantungannya pada orang lain terdapat perasaan permusuhan. Pasien
menggunakan seks untuk mencapai rasa tentram sesudah kehilangan ibunya dan setelah
timbulnya ketegangan dalam hubungan dengan suaminya. Pasien menggunakan affair seksual
dengan pria lain sebagai cara melarikan diri dari perasaan-perasaan dengan pria lain sehingga
cara melarikan diri dari perasaan-perasaan anxiety dan rasa tidak aman yang meliputinya.
Gejala-gejala phobia sendiri berhubungan dengan kejadian, dimulai sesudah ibunya
tiada dan diperhebat setelah suaminya hampir meninggal. Kedua kejadian ini membangkitkan
kekhawatiran akan dipisahkan, suatu kekhawatiran yangtelah membayangi kehidupan klien.
Gejala-gejala phobia ini muncul pada saat dimana ia mengadkaan hubungan dengan pria.
Situasi-situasi dimana unsur-unsur kompleks yang direpess adalah keinginannya akan
menggantungkan diri pada suatu hubungan yang kukuh dan hasratnya untuk menggunakan
seks untuk memperoleh hubungan-hubungan itu, di satu pihak, dan di lain pihak ketakutan
dan keseganannya terhadap laki-laki, mulai berkonflik satu sama lain dengan ego idealnya.
Ketakutan akan kehilangan pikiran adalah salah satu perasaan yang timbul bilamana

34
lOMoARcPSD|14921556

mengalami kegelisahan yang mendalam. Dan rasa takut ditolak adalah suatu akibat perasaan-
perasaan rendah dirinya.

Dependency insecurity, Socialization towards


anxiety fixated by repeated independent maturity.
loss of lovedones Need for self-esteem.

Traumatic Event : Death of mother.

Frustration and insecurity of


marriage Sexuality over Ideal of a happy married
deterrined by anxiety life. Rapport with
strivings. supporting people

Precipitating Event :
Near lose of husband
precipitates acute symptoms

1. Dependency needs
2. Sexual strivings 1. Self-esteem
2. Desire for mature merried
life.
3. Inferiority feeling 3. moral values
4. Resentment, hostility

Acute anxiety

Fear of losing Fear of busses Fear of rejection


mind subways, streets

35
lOMoARcPSD|14921556

Figure 8. Phobia in a Married Women

Akan mengakibatkan hukuman dari ibunya dan dikirim kembali ke rumah perbaikan hidup
(reform). Keresahan yang berasal dari ketakutan ini sama sekali direpress, dan menunjukkan
diri dalam gejala histories.
Dalam kasus ini, seperti kasus terdahulu , gejala histories merupakan perwujudan
suatu emosi yang berasal dari konflik dasar. Gadis ini merepress rasa takutnya akan hukuman.
Urutan dinamius motive-motive disusun sebagai berikut : kehidupan seksual gadis yang tidak
karuan itu merupakan suatu ungkapan atas pengabaian orang tua yang menolaknya sebagai
anak. Permusuhan terhadap orang tuanya ini direpessa. Pengabaian rasa hidupnya
menimbulkan rasa takut akan pembalasan dari orang ua, yang juga direprss.

Precipitating
Event : Frightened when suddenly awakened by
children of her employer

Rosentment and hostility to


wards her parents
The Complex:
Ego ideals of
maturity
Feart of punishment for her
resent life

Anxiety

Sexually promiscuous
Symptom mode of life
Formation
(Expsession of resentment Spasmedie twi tehings
towards parents end others)
(Symbolic expression of the
derivative motive.)

Figure 7. Hystorical Conversion in a Delinguent Girl

36
lOMoARcPSD|14921556

C. PHOBIA
Phobia adalah reaksi ketakutan yang akut yang ditimbulkan oleh suatu situasi atau
obyek tertentu dan yang cukup intensif untuk mencampuri hidup sehari-hari dari pasien.
Umumnya phobia terjadi bersama-sama dengan gangguan-gangguan kepribadian lain
yang merupakan ungkapan suatu konflik motivasi yang tidak disadari. Motive-motive
yang direpress dalam phobia umumnya merupakan ketergantungan pada motive-motive
seksual. Situasi yang merangsang timbulnya phobia adalah siuasi dimana motive-motive
yang saling bertentangan dibangkitkan tanpa disadari penuh oleh penderita. Meskipun
tidak dapat dinyatakan dengan jelas, pada phobia terdapat konflik ego alien yang
dipendam, jadi antara motive dan ego alien sendiri terjadi pertentangan, seperti halnya
pada obsesi compulsi. Orang yang obsesi compulsi mempunyai kesadaran yang berlalu
dengan cepat dan tidak sempurna tentang hasrat-hasratnya, sedangkan pada orang yang
phobia sadar akan keakutan yang tidak ada artinya jika ia berbuat sesuatu, atau
menjumpai situasi yang merangsang.

Kasus 5 :

Elizabeth Fairchild, 32 tahun, sudah menikah datang untuk perawatan psikiatris


dengan keluhan takut kehilangan kesadaran/ingatannya, takut menyeberang jalan dan
takut akan kendaraan umum. Keluhan-keluhan ini tiba-tiba menjadi akut setelah suaminya
mengalami operasi berat 10 bulan sebelumnya, karena pendarahan bisul-bisul bernanah
dilambung.
Elizabeth adalah anak bungsu dari enam bersaudara, masa kecilnya serta masa
remajanya menyedihkan, karena kematian orang-orang yang sangat dicintainya. Waktu
pasien berusia 7 tahun, kakak wanita yang dicintainya meninggal karena sakit TBC dan
pada usia 8 tahun ia kehilangan kakak prianya yang sangat dikagumi sebagai pria yang
kuat dan baik. Pasien merupakan anak kesayangan ayahnya yang meninggal pada waktu
pasien berusia 10 tahun, akhirnya waktu pasien dalam masa remajanya, dia kehilangan
ibunya yang digambarkan sebagai wanita yang kuat. Setelah ibunya meninggal, dia
tinggal dengan kakak serta suaminya yang minum alcohol, tetapi terhadap kakak
perempuannya menunjukkan suatu campuran antara rasa ketergantungan dan penyesalan/
Masih ada satu kematian lagi, yaitu seorang temannya yang merupakan kejadian
yang sangat traumatis. Sewaktu ia menyaksikan temannya mengalami kecelakaan maut
ketika jatuh ke lubang lift.

D. DEPRESSI :
Depressi adalah merupakan gejala umum pada neurose dan psikose yang lebih
gawat. Dalam kasus-kasus dimana terbentuk gejala utama yang disebut depressi,
meskipun terdapat gejala-gejala yang lain. Ahli ilmu pengetahuan yang kita kemukakan
dalam kasus berikut ini menderita suatu depressi yang berasal dari konflik-konflik yang
tidak disadari, yang telah ada sejak masa kanak-kanaknya.

Kasus 6 :

Pasien adalah seorang ilmuwan, berusia 51 tahun, yang dating untuk diberi
pertolongan psikiatri dengan gejala-gejala depressi yang mendalam. Dia tidak dapat tidur
selalu merasa letih, dan sering menangis sambil bicara. Sejak 3 tahun yang lalu, dia sangat
asyik dalam pekerjaannya yang bersifat penting selama itu. Dia pernah menderita 3 kali
penyakt saraf, namun tidak seberat yang diderita saat ini. Dalam beberapa minggu ini dia

37
lOMoARcPSD|14921556

harus menyerahkan hasil karya ilmiahnya, yang telah dilakukan bersama dengan beberapa
rekan lebih muda, pada suatu pertemuan bersama dengan beberapa rekan lebih muda,
pada suatu pertemuan bertaraf national, semakin dekat waktunya dia semakin meras
atakut menghadapi rapat tersebut. Tinggal satu tahap matematis lagi sebelum kertas kerja
itu sempurna, tapi ia tidak sanggup melakukannya, meskipun sudah beberapa minggu
bekerja dengan intensif. Rasa segan terhadap pekerjaan sudah sedemikian besar, dimana
dia tidak mau menyelesaikannya, dia memberitahukan kepada rekan-rekannya, dia tidak
ingin namanya disebut. Laporan ahli terapi mengenai hasil wawancara yang pertama
dikutip di bawah ini :
- Pasien menekankan kepada therapist, bahwa dia bekerja bukan demi kemasyuran,
melainkan demi <kesejahteraan masyarakat= menekankan minatnya yang tidak
mementingkan diri telah memusingkan rekan-rekannya. Kemudian pasien
menceritakan kembali bagaimana rekan-rekan sekerjanya mendesaknya untuk
menyelesaikan dan menyerahkan kertas kerja ini. Diambahnya dengan kepuasan
karena tidak ada satu orang lainpun yang dapat memecahkan persoalan matematika
penemuannya dan bahwa bila dia mengundurkan diri, tak seorang pun akan mampu
menyelesaikannya. Pasien menerangkan bahwa tentu saja dia akan membantu rekan-
rekan sekerjanya bila ia dapat bekerja lagi, tetapi dia tidak menginginkan kemasyuran
atau penghargaan. Bahkan dia mempertimbangkan untuk mengundurkan diri sama
sekali, tetapi dia tidak dapat berbuat demikian.
Therapist menjelaskan beberapa kontradiksi/pertentangan-pertentangan dalam
sikapnya. Biasanya dia sangat tekun pada pekerjaannya, tetapi sekarang menolak
pekerjaan itu, meskipun menurut pengakuannya ia ingin mengabdi kepada masyarakat.
Jelas ia merasa puas bahwa dia sendiri yang dapat menyelesaikan tugas ini. Therapiat
kemudian menjelaskan bahwa tingkah laku manusia sering ditentukan berbagai motive
yang berbeda-beda yang semua aktif pada waktu yang sama. Ucapan bahwa ia tidak
ingin penghargaan menunjukkan terdapatnya perasaan-perasaan salah yang mendalam,
meskipun dengan tidak sadar sehubungan dengan pekerjaannya. Mengapa ia
mempunyai keinginan yang berlebihan untuk membuktikan rasa tidak mementingkan
diri sama sekali, bila bukan untuk menyangkal rasa egoisnya, menurut therapiat,
sebenarnya adalah suatu cara untuk membela diri terhadap tuduhan terhadap diri
sendiri.
Dalam terapi, therapiat membenarkan, bahwa motive utama pasien adalah untuk
membantu sesama manusia, di samping itu, pasien harus juga mempunyai motive-
motive egoistis, yang tidak disetujuinya, tetapi yang pada umumnya juga terdapat pada
semua orang. Kemudian therapiat membicarakan nilai umuj, mengenai norma-norma
kebudayaan kita dimana unsure persaingan, sangat berperan dalam segala bidang
kegiatan. Dikatakan bahwa kemajuan di bidang ilmiah memerlukan pengabdian
kepada pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. Suatu sifat yang baik dimiliki
pasien. Pasien meninggalkan wawancara dengan sangat beremosi, tetapi nampaknya
bebas dari depressinya.
Karena keadaan pikiran pasien yang kacau dan desakannya akan sifat azasi
penemuannya, menunjukkan kemungkinan suatu keadaan paranoid yang akut.
Therapiat menghubungi ilmuwan-ilmuwan di bidang pasien untuk menetapkan
kesungguhan pernyetaannya. Dia mengerti bahwa pasien tidak melebih-lebihkan
kepentingan penemuan-penemuan imiahnya dan bahwa di masa lampau ia telah
banyak menumbangkan sesuatu yang penting kepada bidangnya.
Pada waktu wawancara kedua, pasien telah maju sangat banyak. Depresi dan
menangis telah diusir dan kepercayaannya akan kemampuannya untuk melanjutkan
karyanya dan untuk ikut serta dalam pertemuan ilmiah yang akan datang. Bahkan
lebih penting lagi, dia mulai mengakui adanya motive-motive yang tdak disadari pada
dirinya senfiri yang menentukan gejala-gejalanya, yaitu motive-motive persaingan

38
lOMoARcPSD|14921556

serta agressi yang direpress oleh ideal-egonya sebagai seorang ilmuwan dan seorang
dewasa yang matang.
Fakta mana kanak-kanaknya dan kehidupan dewasa dan berkeluarga
menjelaskan alasan-alasan untuk motive-motivenya yang tidak disadari. Pasien
dilahirkan sebagai anak laki-laki bangsa dari orang tuanya yang sudah tua, ayah
berusia 68 tahun dan ibu berusia 46 tahun, yang masing-masing mempunyai 6 orang
anak dari perkawinan terdahulu. Di samping posisinya sebagai anak yang paling muda
dan paling lemah dalam keluarga pasien menderita lumpih pada masa kanak-kanak
yang mengakibatkan dia kurang berkemang sesuai dengan usianya dan lemah.
Keluarga memperlakukannya sebagai seorang yang lemah, sebagai kompensasi,
pasien mencari penghargaan melalui pelajaran-pelajaran di sekolah, dimana ia dapat
menunjukkan keunggulannya dalam mata pelajaran faforit, yaitu matematika, bahkan
dia pernah mengalahkan seorang guru didepan kelas dengan memecahkan suatu
persoalan yang sulit yang tidak dapat dipecahkan oleh guru. Kemudian di sekolah
tinggi, dia dengan cepat memecahkan soal geometri yang belum pernah dipecahkan
seorang siswa di sekolah itu.
Pasien pernah menikah dua kali. Perkawinan pertama, dimana lahir seorang
anak laki-laki, berakhir dengan perceraian, setelah istrinya, yang suka minum alkohol
dan tidak setia padanya meninggalkannya. Kegagalan perkawinan ini sangat melukai
harga dirinya. Akan tetapi perkawinan kedua sangat bahagia dan sukses. Bertentangan
dengan perkawinan yang pertama, pasien dapat memenuhi peranan seksualnya, dia
sangat bangga akan kedua anaknya yang dilahirkan istrinya. Yang akhir-akhir ini, dia
mengaku bahwa kemampuan seksualnya menurun.
Selama pasien menceritakan mengenai riwayat masa mudanya therapiat dapat
menghubungkan tingkahlaku pasien pada saat ini dengan tindakan-tindakan pasien
selama masa sekolah, dimana pasien selalu ingin menyaingi dan mengalahkan guru-
guru dan siswa-siswa di sekolah. Kemudian therapiat melanjutkan sampai tugas untuk
menafsirkan gejala-gejalanya kepada ilmuwan dengan cara dimana dia dapat
menerima dengan penuh emosi. Masalah-masalah yang dialami dulu cenderung
diaktifkan kembali pada keadaan hidupnya yang sedang ilmuwan hadapi sekarang,
yaitu suatu keadaan dimana kemampuan seksualitasnya menurun dan dia sedang
menghadapi masa pension yang belum pasti. Pasien mudah tersinggung dalam hal ini,
karena perasaan ketidakpuasaan seksual yang didapati pada perkawinannya yang
pertama. Responsnya yang otomatis terhadap perubahan-perubahan ini adalah untuk
menghidupkan kembali keunggulan-keunggulan perjuangan dan persaingan masa
mudanya, untuk menonjolkan kembali pengabdiannya terhadap karyanya dan berusaha
supaya orang-orang tidak dapat meneruskannya sampai kehadiran pasien. Therapiat
juga mengemukakan bahwa dia makin takut, akan persaingan dari rekan-rekannya
yang lebih muda, karena ketidak yakinan diri sehubungan dengan usianya yang makin
lanjut, hal-hal ini kurang dapat diterima dalam dirinya sendiri, gejala-gejala
depressinya memberikan suatu alibi yang sempurna untuk <memunculkan= orang-
orang yang lebih muda. Karena gejala-gejala ini dia tidak dapat menyelesaikan
pekerjaannya, dan sekalipun dia mendapat kepuasan melihat tidak berdayanya rekan
sekerjanya dalam menghadapi pekerjaannya. Mereka tidak dapat menyelesaikan
karyanya itu tanpa dia, bahkan dia dapat bertindak dengan murah hati, mendesak
mereka menyerahkan karya itu sebagai karya mereka sendiri, diam-diam mengetahui
bahwa mereka tidak dapat berbuat demikian tanpa bantuannya. Jadi dia membuktiukan
kepada dirinya bahwa dia masih tetap penting, masih dibutuhkan, masih <kuat=.
Meskipun pasien menolak penafsiran-penafsiran ini, dengan berangsung-angsur
ia dapat menerimanya. Ia merasa tidak perlu lagi menyembunyikan dan
merationalisasikan dorongan-dorongan tersebut melalui penyakit dan ego defence

39
lOMoARcPSD|14921556

lainnya ia juga mulai mengerti akan adanya perasaan salah mengenai dorongan-
dorongan agressinya.
Pada beberapa bulan berikutnya, pasien menyelesaikan reset dan
menyerahkannya pada pertemuan ilmiah tersebut. Suatu interview setelah 8 tahun
kemudian, kenyataan bahwa tidak pernah mengalami suatu depresi yang berat
meskiounb dia mengalami beberapa depressi yanglebihringan yang dapat ditangani
sendiri dengan sukses tanpa menghentikan kerjanya.
Kasus seperti ini menunjukkan kesukaran-kesukaran yang tidak umum dalam
pembuatan diagram. Kita mulai dengan melihat beberapa perbedaan motivasi-
motivasi therapiat selama wawancara terturut-turut. Hasil wawancara ini adalah
sebagai berikut: Suatu pemuasan pada kesanggupan untuk menyelesaikan sendiri
tugas ilmiah, yang ditentang oleh keinginan yang althuistis untuk mengabdi kepada
masyarakat / sesama manusia, rasa salahnya yang tidak disadari pada waktu
menerima penghargaan, bertentangan dengan rasa menghapuskan diri dengan
keinginan yangtidak disadari; egoismenya yang ditetang oileh keperluannya yang
berlebih-lebihan untuk nampak tidak mementingkan diri; motive persaingan
konstruktif yang ditentang dengan moive untuk menolong sesame manusia;
menurunnya seksualitas yang ditantang oleh perlunya untuk menunjukkan
kekuasaan-kekuasaannya, dan akhirnya rasa takutnya yang makin meningkat akan
generasi yang lebih muda, yang ditentang oleh keinginan untuk membantu mereka
dan juga membuktikan dirinya masih unggul bahwasanya tugas utama ialah untuk
memisahkan motive-motive itu, persoalan-persoalan dan sikap–sikap yang jelas
disadari dan diterimanya dan motive-motive yang tidak diterimanya, kemudian kita
harus memisahkan motive yang berperan pada situasi sekarang dan motive-motive
yang merupakan sisa atau yang diaktifkan kembali dari masa lampau. Akhirnya, kita
harus menunjukkan dimana letaknya konflik-konflik utamanya.
Di pihak fungsi-fungsi ego dapat diisi dengan cita-cita pasien sebagai seorang
ilmuwan, keinginannya untuk menolong sesame manusia, dan keinginan yang
berlebihan supaya tidak mendapat pengakuan untuk karyanya (ego ideal). Di pihak
lain, ego alien motive dapat dicantumkan 3 motive utama, yaitu :
1. persaingan destruktif
2. kebutuhan untuk membuktikan kemampuan-kemampuannya yang makin
meningkat.
3. keinginan untuk mendapat kemenangan atas saingan-saingan yang lebih muda.
Di bawah motive-motive itu, dapat diuraikan perasaan yang bertentangan,
yaitu sikap menghukum terhadap keinginan bersaing. Konflik utama adalah antara
kedua golongan motive yang bertentangan ini dan seluruh konflik telah diperoleh
oleh ego motive yang berlawanan.
Adanya suatu motive yang bertentangan di pihak fungsi-fungsi ego alien ini
berhubungan dengan fungsi-fungsi super ego (dibicarakan dalam literature psiko
analisa). Sebagaimana kita anggap bahwa motive-motive yang demikian letaknya di
luar bidang self-perception dan self-management, yang merupakan sisa-sisa dari ego
function pada masa kanak-kanak yang tidak disadarinya oleh pasien sebagai bagian
dari kepribadiannya, atau jika tidak merupakan fungsi-fungsi control yang
dijalankan oleh individu secara tidak sadar, karena ketakutannya akan
ketidaksesuaian dan konflik sosial yang mungkin terjadi. Sebenarnya terdapat bukti
dari riwayat kasus tersebut yaitu untuk tindakan-tindakan yang menghukum diri
yang tidak disadari yang dilakukan oleh ilmuwan itu. Dia mengalami kebebasan dari
depresi jika therapiat <menyamaratakan= untuknya thema efek sesuai kebudayaan
yang bersaing. Ini berguna untuk menghilangkan sebagian dari rasa takut yang tidak
disadari akan pembuangan sosial.

40
lOMoARcPSD|14921556

Langkah kedua meningkatkannya depresi dicapai jika pasien melihat bahwa saingan
yang destruktif dengan rasa salah merupakan suatu konflik ego-non-ego yang hilang
dari penglihatan

Inferiority feelings. Need to Ambition to accomplian


Early life: creative work.
excel others. Destructive
Altruistic motives of
competition scientific research. Guilf
over competitiveness.

Failure of first marriage


increases insacumities
Traumatic Event :

Commitment to present paper


Precipitating Event : unable to complete final step

1. Destructive competition
2. Need to prove powers Wish to serve huttanity 
3. desire to triumph over Selectific ideals.
younger man.
Positive social feeling

Modesty about his own


1. Condemnatory attitude work
towards competition.
2. Fear and guilt feeling
over his own
competitiveness.

Refusal to read
Agittated <Flight into
paper or attach his
depression. illness=
name to it

Figure 9. Depression in a Scientist

41
lOMoARcPSD|14921556

Sehubungan dengan nilai-nilai yang kini dipeganginya sebagai seorang dewasa dan
sebagai seorang sarjana yang produktif, dia ingin membiang baik persaingan yang destruktif
maupun motive menghukum diri, jika dia menyadarinya. Terapi terdiri dari menyediakan bagi
pasien kesadaran ini sehingga self-management sekali lagi dapat menjalankan tugasnya, tanpa
dirintangi oleh konflik penghalang bagian-bagian kepribadian yang merupakan ego pasien.
Kasus ini menyerupai kasus terdahulu tentang phobia dalam hal kesukarannya letaknya
dalam ketidaksadaran akan suatu konflik antara motive-motive yang tidak diterima.
Perbedaan utama ialah konflik phobia terdapat antara ego alien motive yang biasa, sedangkan
dalam depressu adalah antara ego alien motive yang biasa dan motive-motive yang dahulu
merupakan bagian daripada struktur ego. Depressi umumnya disebabkan oleh perasaan-
perasaan dosa/bersalah yang besar yang bertentangan dengan keinginan-keinginan yang tidak
diterima. Dalam kasus ini konflik yang demikian meruopakan dasar untuk gejala-gejala yang
ada.
Penghapusan sikap-sikap yang tidak disadari secara therapeutic, rupa-rupanya salah satu
dari tugas psikotherapi yang paling berat. Kita mencurigai terdapatnya sikap-sikap yang
demikian bila manapun tindakan-tindakan disiplin diri yang terang-terangan lebih berat
daripada sikap-sikip toleransi dan penerimaan diri yang diterimanya.

E. RINGKASAN

Dalam bab ini kita melakukan analisa secara diagram suatu kelompok kasus yang
representative untuk neuritis dan psikoneurotis. Psikoneurotis berbeda dari neurotis
umum, yaitu psikoneurotis menunjukkan gejala-gejala khusus dengan sifat-sifat yang
tidak masuk akal, seperti misalnya reaksi-reaksi ketakutan pada phobia. Dalam segala hal
lainnya mirip dengan neurotis.
Dalam kasus-kasus dapat kita lihat bahwa faktor pokok dalam salah penyesuaian
ialah pembentukan suatu kompleks antara ego dan ego alien motive yang bertentangan.
Dalam semua kasus struktur ego telah berhasil untuk merepress akibat-akibat langsung
pada penyelesaian kepribadian yang akan dihasilkan dari ego alien motive dan emosi-
emosi secara penuh, akan tetapi ini dicapai hanya dengan mengorbankan integritas
kepribadian, melalui hilangnya self-perception dan self management, sebagai akibat orang
mengembangkan gejala-gejala yang tidak dapat dimengerti.
Dari suatu analisa yang lebih mendetail, dapat kita lihat bahwa dinamika
kompleks berbeda dengan cara yang khas di antara 4 kelompok penyakit yang
dibicarakan.

1. OBSESSI-COMPULSI

Dalam obsesi-compulsi, adalah yang paling umum di antara dinamika


neurosis. Konflik-konflik utama adalah antara ego dengan ego alien motive. Compulsi
untuk doing-doing menggambarkan pengaruh dari motive-motive yang disadari dan
dengan yang tidak disadari secara silih berganti suatu gejala yang dapat kita lihat,
yaitu kebaikan hai yang berlebihan dalam obsessi-kompulsi, menunjukkan juga suatu
konflik lain yang gejalanya khas yaitu antara egi dan ego alien, yaitu penyembunyian
suatu motive yangtidak dapat diterima oleh suatu motive yang dapat diterima. Pada
umumnya, istilah-istilah untuk obsessi-compulsi yang artinya sesuatu yang tidak dapat
dikontrol oleh individu, menggambarkan tingkah laku yang reprosis, hilangnya
pemeliharaan diri, motive-motive yang diakibatkan karena kemunduran pada fungsi
managerial.

42
lOMoARcPSD|14921556

2. KONVENSI HYSTERIA

Dalam histori-conversi, dinamika kompleks sangat rumit, karena terdapatnya


konflik antara ego dan ego alien motive, juga terdapat motive ego alien dan konflik-
konflik dasar. Motive-motive yang sekunder ini adalah motive-motive yang
diungkapkan secara tidak langsung dan simbolis yang terwujud dalam gangguan-
gangguan jasmaniah.
Gejala-gejala lain yang menyertai histories-conversi mungkin sama dengan
gejala-gejala yang didapatkannya dalam neurose-neurose pada umumnya, kecuali
bahwa mungkin diungkapkan kurang kegelisahannya. Histori-conversi merupakan
bentuk gangguan jasmaniah yang tidak boleh dikacaukan dengan penyakit-penyakit
psikosomatis.

3. PHOBIA

Ciri khas pada phobia adalah terdapatnya suatu konflik ego alien yang
direpress. Jadi antara ego alien motive terjadi pertentangan-pertentangan. Situasi-
situasi yang menyebabkan ketakutan yang hebat dalam penderita phobia adalah
situasi yang membangkitkan konflik ego alien yang tidak disadari. Dalam beberapa
contoh, situasi tersebut berhubungan langsung dengan kejadian-kejadian traumatis
yang mengakibatkan phobia. Dalam hal-hal lain. Hubungan itu hanya simbolis, dan
mungkin kita tidak dapat menemukan suatui kejadian khusus dalam riwayat hidup
yang dapat dianggap sebagai titik permulaan dari phobia tersebut.

4. DEPRESSI

Seperti dalam phobia, maka dalam depresi juga pendapat konflik ego alien,
akan tetapi, motive utama yang direpress merupakan motive <benci-diri=,
pengutukan diri, atau hukuman diri yang semula terdapat pad amasa kanak-kanak
pasien, sebagai motive yang disadari dengan jelas dan disimpan secara sadar.
Motive ini mengalami repressi selama perkembangan struktur ego ke bentuk
dewasa. Tetapi masih bekerja secara tidak sadar sebagai mechanisme pengontrol
yang berasal dari masa silam. Mungkin kita dapat membandingkannya dengan suatu
bagian dalam perusahaan pemerintah yang luas yang <tidak jalan=, yang pada
asalnya mempunyai tempat yang terkemuka dalam sistim management, tetapi
sekarang telah dilupakan oleh semua orang, meskipun demikian, masih tetap ada
dan masih tetap berfungsi.

Keempat model ini dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dinamika
pada riwayat kasus-kasus, daripada digunakan sebagai alat untuk menggolongkan
macam-macam corak abnormalitas dari corak yang lain, yang disebabkan adanya
everlapping dalam gejala-gejala sehingga jarang sekali terdapat suatu keabnormalitasan
yang secara mutlak dan jelas dapat dipisahkan ke dalam golongannya sendiri.

43
lOMoARcPSD|14921556

V
PARADIGMA KEPRIBADIAN INADEKUAT

A. PENGANTAR
Kepribadian yang inaadekuat menunjukkan adanya suatu kekurangan di dalam
perkembangan struktur ego. Ego merupakan hasil sosialisasi, maka kita harus meninjau
kembali masa kanak-kanak dan masa muda.
Fungsi ego yang dikembangkan dengan baik adalah untuk melakukan :
1. Self perception, yang mempunyai dua segi yaitu :
a. segi negatifnya, merupakan kontrol atas motive-motive yang tidak diinginkan.
b. segi positifnya, adanya goal yang diinginkan.
2. Self observation.
Kepribadian yang inadkuat ditandai dengan perkembangan yang kurang didalam salah satu
dari ketiga fungsi-fungsi ini :
1. self observation
2. inhibisi dari motive-motive
3. pengadaan goal-goal yang pasif
Riwayat hidup dari banyak kepribadian yang inadkuat dapat berupa-ubah sebagai
mis management, inferiority mudah berubah-ubah dependen, patah semangat, kejahatan-
kejahatan kecil impulsif dan emotional instability. Karena self awareness tidak
dikembangkan, maka pada individu yang in akuat menunjukkan ketidak jelasan dalam
tindakan-tindakannya.
Dalam kasus yang extreme, proses self observation dapat berhenti sama sekali, selama
munculnya motive-motive yang terlarang. Dalam contoh yang kurang extreme, ia akan
acuh tak acuh tentang tingkah lakunya, seolah-olah dia tidak melihatnya, atau
memutuskannya dengan wajar. Karena kontrol atas motive yang tidak diinginkan atau yang
anti sosial kurang baik, maka orang yang mempunyai kepribadian yang in-asekuat ini
bersifat impulsif tidak berpikir panjang dan kadang-kadang keras kepala.
Reaksi-reaksi emosinya lebih dan sering tidak pada tempatnya. Tidak adanya goal-goal
yang positif, mengakibatkan tiadanya perencanaan jangka panjang, atau andai kata rencana
– rencana yang demikian di terima, maka tidak sesuai dengan kenyataan, atau
pelaksanaannya kacau.
Goal-goal yang jangka pendek dapat berubah-ubah, bahkan kadang-kadang bertentangan.
Orang yang inadekuat, tidak mempunyai self direction yang kuat, mudah terpengaruh oleh
hal-hal yang baik atau kurang baik, ia akan menginginkan tetapi tidak ada yang berhasil.
Biasanya ia dapat menyesuaikan diri dengan berbagai – bagai orang dan situasi.
Orang-orang yang in-adekuat mengalami konflik antara ego motive dan ego alien
motive, tetapi konflik yang demikian bukanlah penyebab dari kesulitan-kesulitan mereka,
melainkan diperoleh dalam perkembangan ego yang in-adekuat, mengakibatkan usaha-
usaha self management disisihkan dari kenyataan dengan masalah-masalah yang pribadi.
Akibatnya masalah ini <diproyeksikan= kedalam konflik-konflik external. Dengan
keluarga, teman-teman, masyarakat dan hukum. Jadi titik beratnya telah dipindahkan, yaitu
menjauhi motivasional conflict itu sendiri, menuju konflik external.
Secara paradox, konflik-konflik sosial pada orang yang in-adekuat, sering kali lebih
disukai daripada tipe kepribadian neurotis. Orang yang in-adekuat, dapat beradaptasi dan
mempunyai daya tarik terhadap orang lain untuk saling bantu membantu, meskipun
mempunyai kepribadian yang immature, namun dengan mudah ia mendapatkan kawan-
kawan dan pelindung-pelindung untuknya. Baru setelah dikenal lama, maka ketidak
tepatan dari tingkah lakunya akan terlihat.
Kelemahan perkembangan ego dalam kepribadian yang in-adekuat, dapat ditelusuri
pada kegagalan sosialisasi diantara ketiga tingkat perkembangan ego yaitu :

44
lOMoARcPSD|14921556

1. tingkat kontrol external orang tua


2. tingkat asimilasi model-model orang tua
3. tingkat emonsipasi self kontrol dari rumah
Kekurangan-kekurangan ini mungkin timbul dari berbagai kesalahan dalam mendidik
anak, seperti orang tua yang terlalu memanjakan/over indulgence dan gagal melakukan
banyak kontrol, atau sering tidak ada di rumah, hingga kontrol yang efektif tidak di
lakukan, karena rejection, sehingga anak tidak dapat mengidentifisir dengan seorang
dewasa untuk memastikan sistem kontrolnya sendiri, atau akhirnya sistem self
management mungkin dalam keadaan terlambat/retarded karena ketidakmampuan
mendapatkan amansipasi dari pengaruh rumah.
Kepribadian yang in-adektual, biasanya diperlukan sebagai sub bagian dari
kepribadian psikopatis. Disini kita menanganinya sebagai suatu paradigma peralihan yang
mandiri antara heurose dan devias-devias. Paradigma inadequate paraenality ini berbeda
dengan paradigma – paradigma neurose dan psikoneurose dalam 3 aspek penting.
Kelemahan perkembangan ego pada masa kanak-kanak yang berlangsung terus sampai
kehidupan dewasa. Dalam diagram digambarkan dengan garis yang berombak yang
menunjukkan ego.
Pada masa dewasa, gejala-gelaja kepribadian yang in-adekuat berasal dari ketidak
sanggupan ego dalam mengontrol implus-implus ego alien dan kekurangan lengkapan
dalam merencanakan hidup sesuai dengan tuntutan-tuntutan harapan-harapan sosial pada
umumnya. Dalam diagram ditunjukkan oleh garis motive dari ego yang berbelok ke
samping, dari masalah-masalah self management dari desakan-desakan ego alien dan dari
kesalahan kehidupan sosial.
Gejala kepribadian yang in-adekuat, termasuk dua golongan yaitu :
a. berasal dari pemeliharaan ego alien yang tidak efektif, yang meliputi gejala konflik
sosial (interpersonal)
b. berasal dari sosial management yang tidak efektif yang meliputi gejala konflik motivasi
(intrepersonal).
Ciri khas dari individu yang in-adekuat mempunyai perasaan rendah diri yang
mendalam, sehingga sering disebut, <inforioty complex=. Istilah ini diambil dari Alfred
Adler, namun menggunanya terbatas. Menurut Adler, inferiority complex jadi sebab pusat
human neuroses. Sedangkan untuk kepribadian yang in-adekuat, kita batasi pada
perkembangan ego yang lengkap, yang bergabung dengan sikap-sikap rendah diri yang di
sadar untuk menghasilkan simtom inadequate personality.

MAYAT KASUS PERKEMBANGAN EGO INADEKUAT YANG UMUM :


Sejarah kasus ini didapatkan diri WINBERG & HIRE dalam ase book in abnormal
psychology. Mengenai kepribadian seorang wanita yang in-adekuat.
Pada jam 05.00, suatu pagi, tidak lama sebelum natal, seorang wanita mudah
didapatkan diri disebuah sudut gelap sebuah rumah kecil di penjara wanita. Sebagai
seorang bekas penghuni, kini dia ingin kembali ke Jombangan dari mana dia
dilepaskan baru 2 tahun yang lalu. Adalah sukar untuk melihat individu yang
ketakutan ini, sebagai gadis yang oleh seorang kepala polisi disebut <seorang
penjahat yang berbahaya=, oleh seorang ahli psikiatri disebut <ancaman sosial=, dan
yang oleh tetangga-tetangganya disebut <seorang gadis yang ramah dan murah hati=,
jadi yang manakah Mary Fraring yang sebenarnya?

45
lOMoARcPSD|14921556

Infantile and Detective


childish needs incorporation of
and strivinge parental ego

1. Dependen cy Inadequate self


needs perception and
The Inferiority 2. Inferiorority self control
Complex feeling Legal, moral
3. Hostility and and social
aggre requirements
siveness Inadquate valve
4. Sexuality system

Social
Sympoma : Stealing 1. Parole violations Domestic
2. Escapes from etanglement
prison

Parsonal Deprasaions and Inferiority Implusiveness lack of


symptoma : guiodal gestures expessions self criticiam

Figure 10. inadequate Ego Development

46
lOMoARcPSD|14921556

Kasus 7 :
Mary anak kedua dari 6 bersaudara yang dilahirkan dari seorang ayah yang beragama
Katolik, bekerja di tempat binatang ternak, dan seorang ibu yang beragama Protestan.
Ayahnya selama masa muda dan tahun-tahun pertama perkawinannya, dirasuki suatu
kepribadian yang keras dan asosial. Kariernya ditandai banyak penahanan-penahanan
karena mabuk, pencurian dan pemukulan istrinya. Setelah menginjak usia setengah tua dia
berubah menjadi seorang ayah dan pegawai yang sederhana dengan tujuan-tujuan baik.
Terhadap anak-anaknya dia sangat keras. Ibunya seorang wanita yang nervoue, tetapi suka
bekerja sama pada banyak kesempatan terpaksa minta bantuan kepada biro-biro
kesejahteraan, jika kelalaian suaminya meninggalkan keluarga tanpa sokongan keuangan.
Dia ternyata selalu bersikap simpatis terhadap anak perempuannya, Mary, dalam banyak
kesulitan-kesulitan yang akan dialaminya kemudian.
Mary seorang siswi yang tidak berbakat di sekolah yang dalam tahun-tahun kemudian
menjadi seorang troublemeker bagi guru-gurunya. Dia hampir sama sekali acuh tak acuh
terhadap gurunya kadang-kadang bertindak dengan cara yang tidak berakal sampai di teguh
dengan pedas karena tingkah lakunya, yang kemudian berubah menjadi lebih baik. Di
rumah Mary mau bekerja sama dan tidak seperti kepribadiannya di sekolah, di rumah
ibunya hanya melakukan sedikit kontrol atas Mary. Dengan ayahnya, Mary sangat dekat,
ini lebih banyak memegang peranan anak laki-laki daripada anak perempuan. Mary adalah
satu-satunya diantara anak yang akan melawannya.
Kesulitan-kesulitan Mary sebenarnya dimulai pada usia 14 tahun, ketika ia mulai bergaul
dengan gang anak laki-laki. Ia di hasut untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang berani.
Akhirnya seorang teman laki-laki, mendorongnya untuk mencuri sebuah buku saku
seorang wanita dari meja toko. Selama beberapa hari sesudah ini, Mary mulai melakukan
pencurian, dan menggunakan uang curiannya untuk anak-anak tetangganya. Ia
menjalankan kekayaannya yang tiba-tiba itu pada orangtuanya dengan mengatakan bahwa
ia punya pekerjaan part time di sebuah toko di pusat kota.
Ibunya pada waktu itu ada di rumah sakit, tetapi ayahnya yang akhirnya mendengar
tentang perbuatan jahat Mary, sangat terkejut dan merasa dikecewakan olehnya.
Beberapa waktu kemudian, Mary dan dua anak laki-laki kaki tangannya, ditangkap polisi
karena mencuri 100$ dari toko penjahit. Ketiganya didakwa di depan hakim, Mary
menjawab dengan mengelak dan menyangkal kesalahannya, sampai ditegur dengan
sungguh-sungguh oleh hakim. Sesudah itu Mary menceritakan kebenaran sedetailnya. Ia
dijatuhi hukuman yang ditangguhkan untuk pergi ke sekolah perbaikan, dan diberi waktu
percobaan enam bulan.
Selama menjalani masa percobaan in, Mary terus mencuri, namun tidak diketahui oleh
polisi. Prestasi sekolahnya makin tidak baik. Tidak lama sesudah masa percobaan 6 bulan
kedua, Mary dan dua anak laki-laki ditahan dan dituduh atas serangkaian pencurian yang
berjumlah 600 $. Anak laki-laki itu sudah mengaku perbuatannya, tetapi Mary tetap
menyangkalnya, kemudian Mary dikirim ke rumah sakit jiwa untuk di observasi. Di rumah
sakit ia bersahabat dengan seorang anak laki-laki dan menceritakan bahwa ia mungkin
akan membunuh diri dengan pisau atau racun yang dirahasiakannya. Hasil pemeriksaan
psikiatris menunjukkan bahwa Mary merupakan <kasus persoalan tingkah laku dan bukan
kasus psikotis=, sehingga Mary harus dikirim ke lembaga untuk mendidik anak-anak nakal
perempuan, bukan ke rumah sakit jiwa. Di sini Mary tinggal 2 tahun sampai sesudah ulang
tahunnya yang ke 17.
Hal ini mengakhiri periode pertama Mary, periode dimulainya pelanggaran-
pelanggaran dan kesulitan-kesulitannya. Setelah dua tahun dalam sebuah lembaga
perbaikan, Mary diberi perjanjian bersyarat selama 2 tahun. Selang waktu ini, ia mulai
bergaul dengan seorang laki-laki, Tony, yang pada suatu malam membongkar tempat
penjualan bensin, ketika ada date. Mary baru saja duduk di mobil. Setelah itu Tony
mengancam akan membuka rahasianya, jika Mary menolak bekerja sama dengannya dalam

47
lOMoARcPSD|14921556

serangkaian pencurian yang telah diaturnya. Mary ditangkap lagi oleh polisi, ia dinyatakan
bersalah oleh pengadilan atas pembongkaran itu, dan dijatuhi hukuman 5 tahun di penjara
wanita. Pengawasnya di penjara berkesimpulan, bahwa Mary mengalami banyak kesulitan
menyesuaikan diri dengan masyarakat, sewaktu ia mula-mula keluar dari lembaga untuk
anak-anak nakal. Mary waktu itu merasa malu untuk kembali kerumahnya dan bertemu
dengan kawan-kawan lamanya, setelah ditahan selama 2 tahun dalam lembaga tersebut.
Pegawai-pegawai penjara mendapat kosan, bahwa Mary bersifat sopan dan ramah, tetapi
tidak dapat dipercaya. Hasil test menunjukkan bahwa intelligensinya rata-rata.
Hukuman tahanan di penjara wanita ini, menimbulkan rasa depresi yang mendalam pada
Mary, sehingga dia dikirim ke rumah sakit jiwa untuk observasi. Di rumah sakit, Mary
berusaha beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri. Para psikiater beranggapan
bahwa percobaan ini merupakan usaha mencari jalan keluar dari kesulitan dan bukan untuk
benar-benar mengakhiri kehidupannya sendiri.
Selama di rumah sakit, Mary berhasil meloloskan diri sebanyak 7 x, sewaktu ia lolos
untuk ke 5 x nya, ia menikah dengan seorang yang bernama frank Jennings dan hidup
bersama selama 7 bulan dalam sebuah flat, sampai akhirnya ia di tangkap kembali oleh
polisi. setelah kembali ke penjara, dalam konsultasi Mary menangis dan mengutarakan
keinginannya untuk segera ke luar penjara dan akan setia terhadap suami maupun anaknya
yang segera akan dilahirkannya.
Ketika bayinya lahir di rumah sakit penjara, Mary memperlihatkan kecintaan yang besar
terhadap bayinya. Staf penjara berkesempatan mendengar sesuatu tentang suami Mary,
frank yang sering mengunjunginya di penjara. Ia bekerja sebagai montir listrik, akan tetapi
riwayatnya di masa lampau tidak baik, di mana dia sering mencuri dan dipecat dari tentara
dengan 1 tahun di penjara. Kesan semula dari Frank pada staf penjara adalah baik sekali.
Beberapa bulan kemudian, Mary dibebaskan dengan syarat atas anjuran ahli psikiatri
penjara, dikarenakan kemajuannya dalam penyesuaian dir dan kemantapan waktu di
penjara, maka Mary mulai berkumpul kembali dengan keluarganya. Anggota-anggota
kepolisian yang masih wajib mengawasi dan membimbingnya melaporkan bahwa suasana
kehidupan rumah tangga Mary sangat kacau. Frank fan Mary sering bertengkar karena
persoalan keuangan dan perbuatan-perbuatan buruk dilakukan Frank, yang sering mabuk.
Mary sering merasa depressive, ia sering menulis surat kepada pejabat-pejabat penjara dan
mengancam akan bunuh diri, ia sering pergi dari rumahnya untuk mengunjungi kawan-
kawan lama yang dikenalnya di penjara. Setelah Frank di tangkap dan di hukum untuk
masa 2 tahun karena mencuri, Mary mencoba menjalankan usaha perbaikan listriknya. Bab
terakhir dalam hidup Mary ditulis, ketika ia mulai menjual perlengkapan toko listrik untuk
membayar rekening-rekening rumah tangga, mulai menjadi pemabuk, merasa makin cemas
dan akhirnya secara suka rela pergi ke penjara dan minta di terima kembali sebagai
penghuni di penjara.
Dalam menganalisa kasus Mary ini, kita dapat menyalahkan lingkungan sekitar
sebagai penyebab kesulitan-kesulitan yang dialami Mary. Tetapi jika kita lebih meneliti
secara mendalam kepribadian Mary dari pad hanya melihat ke lingkungannya. Maka kita
melihat adanya suatu kepribadian yang kurang sempurna perkembangannya, yang
mengakibatkan ego Mary kurang sanggup mengatur motive-motive maupun mengatur
kehidupannya.
Self management yang kurang baik dalam diri Mary, dapat dilihat dalam tindakan-
tindakannya yang agresif dalam ketidak seimbangan kehidupan emosinya, misalnya,
perasaan salah sewaktu-waktu yang mengakibatkan depressi serta keinginan bunuh diri,
juga kelihatan dalam kekurangan daya mengkritik diri dan perasaan harga diri yang kurang
yang kadang-kadang dialaminya.
Selain ini sistem egonya tidak sanggup memenuhi tuntuntan-tuntutan kehidupan
berkelompok sebagaimana terlihat dari perbuatan-perbuatan terlarang, yang sebagaimana

48
lOMoARcPSD|14921556

besar tidak direncanakan. Keraguan-raguan dalam menerima dan menolak peraturan-


peraturan sosial, kegagalan memikul tanggung jawab di rumah tangga.
Kecenderungannya berpura-pura untuk memperoleh keinginannya dan permintaannya akan
bantuan serta rasa simpati dan kenalan-kenalannya.
Struktur ego dalam kepribadian Mary mengalami kekurangan di dalam
perkembangannya disebabkan pengalaman masa kecilnya yang mengakibatkan tidak
sanggup mengatur dorongan-dorongan pribadinya tanpa mengganggu atau tanpa
menimbulkan konflik dengan dunia luar.
Paradigma yang umum, menggolongkan pembentukan symptom dalam dua tahap :
- Tahap pertama, mencakup gejala-gejala yang timbul dari hubungan ego dengan ego
alien motive.
- Tahap yang paling tinggi, meliputi gejala-gejala dari hubungan ego dengan ego alien
motive dengan tuntutan/syarat-syarat sosial.
Untuk kepribadian yang in-adekuat, dapat dimasukkan dalam skema kepribadian yang
mal-adjusted.
Dalam kepribadian neurotis, konflik berpusat dalam kepribadian, dan bila terjadi
konflik sosial, maka ini hanya merupakan kelanjutan dari konflik di dalam pribadi.
Dalam inadequate personality, gejala-gejala berasal dari kegagalan ego untuk berfungsi
sebagai badan pengatur, karena struktur ego masih belum matang atau belum berkembang
sepenuhnya.
Untuk bertujuan diagnostik, yang menjadi pusat perhatian adalah hubungan antara
kompleks di satu pihak dan di lain pihak peraturan-peraturan dan tuntutan-tuntutan sosial.
Mary tidak mampu mengatur konfliknya sedemikian rupa, sehingga masih dapat
menyesuaikan dir dengan lingkungan sosial, seperti halnya dengan seorang neurotis.
Konflik dengan lingkungan sosial yang dialami seorang dengan kepribadian yang
inadekuat, biasanya adalah berupa kejahatan kecil yang tidak mendapat hukuman yang
berat. Jikalau ia melakukan kejahatan besar, ini biasanya dilakukan karena di pengaruhi
orang lain yang lebih dominan sifatnya.
Pada seseorang dengan kepribadian yang in-adekuat, bersama dengan kekurangan-
kekurangannya pada umumnya, juga menunjukkan defisiensi dari dorongan seksual dan
agressi seksual, misalnya pada Mary, dorongan seksual atau agresivitas tidak mempunyai
perkembangan yang kuat.

C. KOMPLEKS INFERIORITY :
Perasaan rendah diri yang terpendam tentang suatu kekurangan, atau yang
dikhayalkan mempunyai ciri khas yang sangat berbeda dalam kasus-kasus kepribadian
yang in-adekuat. Pada kasus yang berikut ini adalah tentang sexual mal-adjustement.
Konflik external dalam kasus ini disalurkan melalui suatu cara terlarang di dalam
seksualitas. Dari fakta-fakta riwayat hidup klien, menunjukkan bahwa kesulitan dasar
terletak dalam kepribadian inferiority, yang pada umumnya mempunyai kelanjutan dari
perkembangan ego yang in adekuat.

Kasus 8 :
CTW, seorang laki-laki berusia 30 tahun, baru-baru ini diadili di penjara atas
tuduhan exhibisionistis, setelah ditahan karena memperlihatkan kemaluannya kepada
seorang wanita muda di depan umum.
Ini merupakan serangannya yang kedua kalinya dengan sifat serupa dalam 3 bulan
belakang ini. Pasien ini sudah beristri dan mempunyai seorang anak, pekerjaannya masinis.
Dia adalah anak ketiga dari 4 anak yang dibesarkan dalam rumah dimana sering
terjadi pertengkaran dan adegan-adegan emotional anta suami-istri, adegan yang

49
lOMoARcPSD|14921556

disaksikan pasien, antara lain ibu yang menguasai seluruh keluarga, khususnya pada
pasien, terhadap ibu sangat khawatir terus menerus dan berlebih-lebihan, ibu cerewet,
melindungi, dan ikut serta dalam segala keputusan klien, bahkan ketika pasien sudah
dewasa sekalipun. Pasien menjadi besar, pemalu dan menyendiri.
Dia sedikit sekali mengetahui fakta-fakta tentang seksual sampai berusia 15 tahun; tetapi
sebelumnya pada usia 12 tahun dia mulai exhibit ketika masih di SMP.
Pasien dua kali ditangkap karena perbuatan demikian, dimaki-maki dan dihukum, tetapi
meskipun demikian, pasien terus exhibit. Dia selalu bereaksi dengan kegairahan seksual
pada kesempatan ini.
Ketika berusia 24 tahun, dijumpainya seorang gadis yang menarik, yang dinikahinya,
terutama dengan harapan perkawinan akan membantu memecahkan masalah seksualnya.
Selama beberapa bulan pernikahannya, diperolehnya kepuasan seksual dengan berjalan
mondar mandir telanjang di depan istrinya, dan pasien mengadakan hubungan-hubungan
seksual dengan istrinya hanya jika istrinya mendesak.
Keinginan untuk exhibisionistis, lambat laun menjadi makin kuat dan menyebabkannya dia
merasa takut dan susah tentang dirinya sendiri.
Therapy terdiri dari serangkaian wawancara selama 5 bulan, selama itu pasien
mendapat itu pasien mendapat insight tentang kenyataan bahwa desakan untuk
exhibisionistis telah bertumbuh dari perasaan-perasaannya yang in-adekuat selama masa
kanak-kanak, yang secara tidak sadar dicoba untuk mengatasinya.
Pada akhir Counceling, pasien memperoleh perasaan-perasaan yang lebih baik
tentang harga diri dan keseimbangan sosial.
Symptom- symptom yang mal-adjusted dalam kasus CTW, berhubungan dengan
fungsi seksual, hal ini menjadi pusat perhatian dari treatment pasien.
Dalam kasus ini maupun kasus Mary, terdapat sikap-sikap rendah diri yang
mendalam, yang tidak dikenal kembali seluruhnya oleh subyek yang merupakan sumber
utama kesukarannya itu. Sikap-sikap anti ego yang tidak disadari menentang fungsi-fungsi
ego yang normal, menjadikan self management menjadi non efektif atas nafsu seksualnya.
Therapy dalam kasus CTW, ditunjukkan langsung kepada fungsi ego yang in-adekuat dan
sumber-sumber fungsi ego ini dalam pengalaman masa kanak-kanak.
Sensasi-sensasi yang menyenangkan yang dirasakan CTW dengan exhibisionistis
selaras masa remaja, bukan hanya terjadi kegairahan seksual sendiri, melainkan juga
keinginan-keinginan akan perhatian dan pengakuan sosial.

KEPRIBADIAN INADEKUAT DALAM BENTUK INVELEKTUAL :


Ada kalanya terdapat kasus dimana pengalaman masa kecil begitu negatif, sehingga
menghambat perkembangan motive-motive ego ataupun jika sudah berkembang
menghambat pengaturan motive-motive ego ini, sehingga membutuhkan terapi untuk
menghilangkan perasaan permusuhan yang mencegahnya bertindak dengan matang.
Dalam kasus demikian, kekurangan dalam perkembangan ego menjelma dalam
gejala seakan-akan bodoh karena ini memungkinkan seseorang menghadapi persoalan
hidupnya secara mudah dan sederhana (sehingga tidak dituntut banyak dari dirinya dan ia
banyak dibantu orang lain).

50
lOMoARcPSD|14921556

Dependency on
dominant and Retard and
oversolicitous mother. inadequate ego
Psychosexual development
retardation

Conditioning
Event : Pleasurable feeling form
exhibiting him self

1. inferiority Inadequate
attitude self Laws
2. Exhibition perception regulating
istic urges and self sexual
3. Sexuality management conduct

Anxiety

Symptom
Formation :
Exhibitiosm the Indecent exhibiting
preferred marital to atrange women
adjustment
(Sexuality diverted to goal of gaining social attention)

Figure : 11. Exhibition due to Weak Development

51
lOMoARcPSD|14921556

Seseorang yang demikian, dapat menghindari konflik dengan lingkungan luar, karena ia
tidak diakso untuk tuntutan sosial dan ia bebas mengikuti keinginan sendiri.
Persoalan minder dalam kasus ini, telah menjadi bagian dalam struktur ego dan tidak
ditolak lagi oleh individu yang mengalaminya.

Kasus 9 :
Pasien adalah seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, yang ketinggalan beberapa
kelas di sekolah. Ia menunjukkan sangat sedikit sekali kontak dengan lingkungan, daya
tangkapnya lambat dan jarang berbicara, memberi kesan keterlambatan mental.
Kedua orangtuanya berasal dari sosio ekonomi atas dan berpendidikan tinggi.
Hubungan dengan ayahnya sangat jauh. Ayahnya menuntut kejujuran mutlak,
sehingga jika si anak menceritakan sesuatu dengan sedikit membesar-besarkan, ayahnya
langsung memutuskan pembicaraan, sebagai akibatnya anak ini berhenti berbicara.
Semasa kecilnya, ibunya menganggap anak ini pintar sekali, dan melarang orang lain
memberi petunjuk pada anaknya atau pelajaran apapun, supaya pikiran anak tidak terlalu
dibebankan. Suasana semacam ini berlangsung selama 5 tahun, sampai anak itu memberi
kesan, seakan-akan ia idiot.
Di sekolah anak ini tidak sanggup mengikuti pelajaran dan sering melanggar
peraturan sekolah. Orang tuanya lalu memutuskan untuk mengeluarkan anak ini dari
sekolahnya, dan menyewa guru khusus untuk memberikannya pelajaran di rumah.
Pada usia 14 tahun, anak ini dibawa untuk terapi, ia diberi treatment psikologis selama 1
tahun, dengan memberi kesan bahwa dia merupakan kasus keterbelakangan mental.
Therapeut memperhatikan bahwa, bilama ibu anak tersebut hadir, anak ini bertingkah laku
dengan cara yang jauh lebih bodoh dari pada dalam saat dimana anak berada sendiri
dengan therapeut. Dari ini dan tanda-tanda lain, maka therapeut tidak memperlakukan anak
tersebut sebagai anak yang bodoh.
Sesudah mencapai rapport yang baik dengan anak, therapeut berhasil mengeluarkan
rasa permusuhannya yang di repress terhadap orang tua, dan iri hati pada kelahiran adik
perempuannya. Lambat laun anak ini dijauhkan dari reaksi-reaksi kompensasi yang
dipergunakannya.
Laporan terakhir tentang dirinya, ia telah belajar main piano berusaha menulis cerita
pendek, menghadiri sandiwara-sandiwara dan konsert-konsert, belajar main catur.

Hostility Love of
sibling parents
jealousy Demands
Inferiority Low self of school
Complex : esteem and
Escape home
Inadequate
motive
goals

Intellectual Silence at home Isolating and


retardation stupidity
failure in school reactions

Figure 12. <Stupid= Personality in a Schoolboy

52
lOMoARcPSD|14921556

E. RINGKASAN :
Inadequate personality mencakupi kasus psikopatologis, dimana kesulitan dasar
terletak pada suatu struktur ego yang kurang berkembang dan kurang berfungsi.
Gejala – gejalanya dapat muncul dalam :
1. pola hidup yang tidak teratur, dimana sering terjadi pelanggaran-pelanggaran kecil.
2. kelainan – kelainan dalam motive (antara lain seksual) yang merupakan usaha untuk
menetapkan kepuasan bagi motive-motive yang bukan ego.
3. hambatan umum dalam perkembangan sosial dan mental, yang disebabkan motive yang
kurang kuat.
Sikap umum orang – orang semacam ini, adalah <sikap minder=. Gejala – gejala
inadequate personality merupakan gabungan dari konflik pribadi dan konflik sosial.

53
lOMoARcPSD|14921556

VI
PARADIGMA KEPRIBADIAN PSIKOTIK DAN KEPRIBADIAN YANG
MENYIMPANG

A. PSIKOPATI DAN TRAIT KEPRIBADIAN YANG MENYIMPANG


Kepribadian psikopath sama dengan kepribadian in adekuat yaitu adanya suatu
kelemahan dan kekurangan dalam perkembangan fungsi dari ego, akan tetapi pada orang
prikopath jauh lebih parah dari pada in adekuat, kepribadian psikopatis, menunjukkan
bahwa ia menerima atau mereasionaliasasikan motovermotive apapun juga yang bersifat
bermusuhan dan aggressive. Dari fakta ini kita dapat memperkirakan bahwa konflik
motivasi disini fakta ini kita dapat memperkirakan bahwa konflik motivasi disini lebih
banyak muncul dalam konflik sosial daripada kepribadian inadkuat. Kecuali bahwa
motivasi psikopar telah membentuk sesuatu alar kompensasi. Alat ini digunakan untuk
menyembunyikan konflik sosial. Untuk waktu yang singkat. Seorang psikopat dapat
memainkan peranan-peranan yang dikehendaki, dengan maksud agar diterima oleh
masyarakat, sehingga hasratnya dapat dilaksanakan tanpa pertentangan. Peranan ini tidak
mempunyai tujuan jangka panjang, karena seperti pada orang yang in adekuat, mereka
jarang mempunyai rencana seperti itu, maksud dari peranan sosial ini adalah untuk
mengurangi konflik sosial yang mungkin terjadi untuk mendapatkan penerimaan sosial
seluas mungkin dan memungkinkan dirinya bebas untuk motive-motivenya secara
disadari maupun tidak disadari.
Peranan sosial seseorang psikopati mempunyai ciri-ciri khas sebagai berikut :
1. Peranan sosial ini tidak digunakan sebagai norma-norma untuk mengontrol dirinya
dari motive-motive anti sosial atau motive yang regressif.
2. Psikopat tidak dapat mengolah frustasi dan kekecewaan yang perlu untuk
perkembangan peranannya, mereka lebih menyukai untuk mencari jalan keluar segera
dan melakukan tindakan yang berdasarkan latihan dan Pengalamannya.
3. Peranan-peranan sosial yang dilakukannya cepat berubah dan sering saling
bertentangan satu sama lainnya.
Seorang psikopat telah menggunakan peranan sosial sebagai norma tingkah laku
yang baik, ia hampir tidak mengalami kekhawatirkan karena konflik motivasi yang
dirasakan hanya sedikit sekali, oleh karena itu mudah bagi psikopat untuk menjalankan
tugas sosial seperti orang biasa, seperti contohnya , seorang dokter < gadungan= dalam
angkatan laut Canedo selama perang korea, yang melakukan beberapa operasi dengan
sukses meskipun ia tidak mempunyai pengalaman dibidan kedokteran dan ilmu bedah,
oleh karena peranan-peranan sosial tidak ada hubungannya dengan self management,
maka mereka sering mempertunjukkan motive kekanak-kanakan yang tidak baik.
Kepribadian psikopat dapat dimengerti dengan menunjukkan kedua segi dari ego-
function. Ego alien motivasi dibiarkan dan dinyatakan secara terbuka konflik sosial
dikurangi melalui pengambilan peranan –peranan sosial. Terhadap beberapa dari ego-
function motive, psikopat hanya memperlihatkan kontrol yang kurang baik seperti dalam
kepribadian in-adektual. Bila dengan peranan psikopat ia gagal memperoleh
kehendaknya, mungkin ia lari atau bila lari mungkin ia mengamuk.
Orang normal yang melanggar aturan-aturan sosial secara menyolol sampai batas
tertentu dapat menahan konflik sosial. Berupa pengasingan dan pembuangan demi
keseimbangan dan aktivitas, setidak-tidaknya sekedar dianggap tidak biasa dan
menyatukan diri dengan pandangan-pandangan yang tidak popular. Sebaliknya pada
kepribadian psikopat, bila penderita menganggap bahwa peranan-peranan yang
melanggar, seperti yang sering ia lakukan untuk penampilan kepribadian yang sebenarnya
, dia akan memegang peranannya yang sedikit kegelisahan dan keragu-raguan seperti

54
lOMoARcPSD|14921556

yang dilakukan dengan peran yang lain, dan akan meninggalkkannya dengan mudah jika
tujuannya berubah.
Istilah kepribadian yang menyimpang diberikan pada orang yang mempunyai
sistim norma yang dalam beberapa segi telah menyimpang dari norma etis yang umum.
Bila nilai-nilai yang mereka gunakan untuk pengarahan diri ini tidak mengakibatkan
terjadinya gejala-gejala yang tidak wajar, meeka tidak dapat digolongkan sebagai
abnormal, setidaknya tidak dalam arti psikologis. Akan tetapi bila mereka melanggar
hukum atau peraturan-peraturan yang lain mereka melanggar hukum atau peraturan
pengaturan yang lain, mereka menjadi perhatian dari psikiaters. Symptom-symptom yang
muncul umumnya berupa akibat langsung, baik dari konflik external itu sendiri maupun
dari relolaktif dari pada konflik akibat konflik motivasi.
Pada kategori pertama mencakup pembatasan hidup sosial bagi kelompok yang
menyimpang, permusuhan dan oposisi terhadap peraturan-peraturan serta adat istiadat
tertentu, karena mereka mempunyai kebiasaan yang bertentangan dengan prinsip orang
lain. Gejala utama pada kategori kedua merupakan rasa depresi dan rasa salah, yang
ditimbulkan karena merkkea motive dalam kepribadiannya.
Psikoterapi dapat melepaskannya dari rasa depresi dan rasa salah, tetapi
disamping itu rolenya menjadi meragukan. Bila ego cukup baik, walaupun menyimpang,
maka pertanyaanya adalah masalah konformitas terhadap lembaga-lembaga dan aturan-
aturan sosial. Ahli psikoterapi berperinsip bahwa psikoterapi harus diinginkan dan secara
sukarela dijalankan oleh pasien tersebut, jika tidak maka akan tidak ada gunanya.

B. DIAGRAM KEPRIBADIAN PSIKOPAT


Pasien seorang pemuda, berusia 25 tahun, telah menikah ia datang kerumah sakit,
untuk konsultasi psikiater. Ia ditahan polisi karena telah memalsukan check. Atas tuduhan
ini pasien menyatakan penyelasannya dan menyatakan bahwa pada waktu melakukan
tindakan tersebut pasien sebenarnya mempunyai banyak uang dibank.
Dipenjara pasien itu merupakan tahanan dan di rumah sakit ia seorang pasien
teladan, menunjukkan ketaatan terhadap petugas. Ia nampaknya serius, berpendidikan
baik dan terpelajar. Kepada dokter ia menggambarkan berbagai macam gejala.
Diantaranya bersifat psikosematic halusinasi dan priode-priode omnensi. Akan tetapi dari
pemeriksaan jasmanian dan psikiatis yang mendalam terhadao pasien tidak menunjukkan
adanya gejala tersebut.
Pemuda itu menunjukkan penyesalan atas kejahatannya. Ia menganggap dirinya
seorang warga yang taat pada hukum, bekerja keras, yang dengan tiba-tiba melakukan
tindakan yang tidak dapat dijelaskan kepada dirinya sendiri.
Dari hasil penyelidikan yang mendalam tentang masa lampau pasien, ternyata
bahwa ia sudah bertahan-tahun perlakukan pemalsuan check. Sebagai usaha untuk
memperoleh uang. Sejak masa remajanya, ia mengembara dari satu kota ke kota lain,
sering berganti pekerjaan, serta memalsukan check agar memperoleh uang untuk pergi
ketempat lain. Ia juga pernah berada dipenjara daerah maupun di rumah sakit psikiater.
Satu-satunya alasan pasien jarang masuk penjara tahanan dan masa lampaunya
tidak diketahun umum. Hal ini karena pasien selalu dilindungi oleh ibu. Istri serta saudara
perempuannya, mereka selalu menutupi kesalahan-kesalahan pasien dan membayar
hutang-hutangnya serta menyembunyikan pasien agar mencegah pasien ditangkap atau
pasien dapat keluar dari penjara.
Pasien mendapat perlindungan seperti ini dari ibu, dan saudara perempuannya
sejak masa kanak-kanak. Pasien merupakan anak laki-laki tunggal dan ibunya sangat
mengasihi dan memujanya. Kedua kakak perempuannya mengambil sikap yang sama
dengan ibunya. Mereka bersatu menentang segala usaha dari pihak ayah untuk
mendisplinkan pasien dan mereka berusahan agar ayahnya tetap tidak mengetahui

55
lOMoARcPSD|14921556

mengenai pasien dan mereka berusahan agara ayahnya tetap tidak mengetahui mengenai
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh puteranya.
Selama masa kecilnya pasien sangat dimanja oleh ibu dan saudara-saudaranya dan
hampir sama sekali terpisah secara emotional dari ayahnya. Meskipun pasien mempunyai
taraf kecerdasan yang superior, nilai-nilai yang diperolehnya tidak memuaskan. Setelah
menyelesaikan sekolah di perguruan tinggi, atas desakan ibunya, pasien memasuki
sekolah angkatan laut. Meskipun ia menunjukkan kemampuan yang sangat tinggi, tetap
Riwayat sekolahnya kurang memuaskan. Pasien mempunyai suatu kebiasaan menaiki
kapal yang satu, mengembara dari satu tempat ketempat yang lain, dan masuk ke kapal
lainnya, ibunya selalu mengirimin uang bilamana ia memintannya.
Saat pendidikan terakhir di sekolah angkatan laut, ia menikah dengan seorang
wanita yang lebih tua dari padanya. Terhadap istrinya pasien menceritakan hal-hal yang
tidak benar mengenai hidup dan keadaan keluarganya. Misalnya mengenai kegagahan
jasmanianya, perbuatan yang berani-berani dilaut, bahkan perbuatan-perbuatan kakak
laki-laki yang merupakan khanyalan, yang lebih berani, serta sukses sebagai seorang
salesmen. Setelah pasien dipecat dari pekerjaanya dan kembali kekota asalnya dengan
membawa istrinya, barulah istrinya mengetahui kebohongan pasien.
Pasien jelas mempunyai dari tarik yang besar terhadap wanita. Setelah istrinya
mengetahui sifat-sifat pasien yang sebenarnya. Segera bergabung dengan ibu dan
saudara-saudaranya untuk melindungi pasien. Akan tetapi istrinya menuntut agar mereka
tinggal berjauhan dengan sanak saudaranya. Agar ia dapat membereskan kesukaran-
kesukaran keuangannya. Bentrokan yang diakibatkan oleh sikap istrinya menyebabkan
pasien meninggalkan istrinya dan mengembara selama 3 bulan sambil memalsukan
check untuk membiayai perjalanan nya. Suatu biro detektif menemukan pasien dipenjara,
kemudian dibebaskan setelah ibunya membereskan check-check yang dibuatnya.
Enam bulan kemudian, pasien meninggalkan istrinya kembali ketika istrinya
hamil. Di salah satu kota yang dikunjunginya ia mengaku dirinya sebagai wakil dari
perusahaan, ia mengadakan suatu jamuan bagi karyawan-karyawan setempat dan
membayarnya dengan menggunakan check kosong. Pada sebuah bank yang tidak ada.
Setelah dimasukan penjamu pasien dimasukkan ke rumah sakit psikiater. Sisa waktunya
sebelum datang sebagai pasien sukarela dihabsikannya dengan aktivitas-aktivitas serupa.
Akhirnya di dikirim ke sebuah rumah sakit jiwa dalam waktu lama.
Yang segera menarik perhatian kita pada kasus ini adalah bahwa pasien seakan
tidak memiliki norma dan dengan mudah ia memperoleh apa yang dia inginkan dengan
melakukan peranan-peranan yang dimainkannya. Kita mendefinisikan hal ini karena
pasien tidak pernah ditanamkan sistim nilai yang berarti dan karena ia pernah
menyesuaikan diri dengan orang lain. Ia belajar memainkan peranan-peranan yang sesuai
dengan untuk keadaan sesaat. Dia bahkan dapat meniru secara menyakinkan peranan
sebagai orang yang berakhlak tinggi. Meskipun tidak digunakannya untuk self-
management. Ia juga mungkin menjadi seorang pelaut yang pemberani, seorang putera
yang setia dan sebagainya. Sikap-sikap ini digunakan untuk membohongi dan
memperdaya orang lain. Dan menguntungkan dirinya sendiri, serta kemungkinkan untuk
memuaskan keseimbangan kebahagiannya. Biasanya kita menilai kesungguhannya hati
seseorang melalui nilai-nilai yang digunakan untuk mengatur hidupnya dan
menbembangkan demi menjunjung nilai-nilai hidupnya tersebut, menurut norma ini dapat
dikatakan bahwa seseorang psikopat tidak memiliki kesungguhan hati. Nilai –nilai bagi
orang psikopat tidak dimaksudkan untuk mengatur dirinya sendiri, tetapi untuk mengatur
orang lain demi keuntungan dirinya.
Umumnya Riwayat hidup seorang psikopat dapat dilihat bahwa keluarganya tidak
menanamkan prinsip-prinso etik padanya, melainkan membantunya memainkan peranan
sebagai pengganti sistim nilai. Pasien tidak diberi kesempatan mengedintifikasikan diri
dengan ayahnya, perlindungan yang berlebih-lebihan dari ibu saudar-saudaranya,

56
lOMoARcPSD|14921556

membuatnya tidak belajar mengatur tingkah lakunya sesuai dengan norma-norma


masyarakat. Dalam dustanya terhadap istri mengenai perbuatan-perbuatannya yaitu
mengenai adanya seorang kakek laki-laki, dapat dikenalinya sebagai suatu kebutuhan
yang diaperesiasi akan seorang tokoh laki-laki yang tidk dimilikinya pada masa kanak-
kanak.

Figure psycherpaih personality in, a twenty fiye year old nan

Aggressiveness Weak incorporation of


Pleasure – seeking ethical code from
motives. parents.
Need for male figure to Role eplaying foster ed
emulate by uncritical exemotion
and over protection

Shallow Social
Need goals roles
formale Self (hero,
ligure permis scholer
hostility sive ago husband
Immedite structuer etc ).
pleasuer
goals Legal and social
demands

Forging checks Lying and frsud Vasgrancy

Figure 13 : psychopathic personality in a twentu year old ain

57
lOMoARcPSD|14921556

C. SUMBER-SUMBER PENYIMPANGAN NORMA PADA MASA KANAK-KANAK


Selama masa kanak-kanak, kode etik diperoleh bersamaan dengan perkembangan
kesanggupan mengontrol diri. Sebelum perekembangan kesanggupan pengontrolan diri
ini, anak bertindak seenaknya dalam memuaskan diri. Bila mengalami rintangan, ia akan
segera mengalami larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk memperbaiki tingkah
lakunya, sehingga lambat lain ia mulai mengirim sikap-sikap larangan-larangan maupun
petunjuk untuk memperbaiki tingkah lakunya, sehingga lambat laun ia mulai menerikap
sikap larangan-larangan maupun petunjuk-petunjuk dan ia mulai menggunakannya untuk
menilai tingkah laku sendiri dan tingkah laku orang lain. Jadi mula-mula kode etik
merupakan suatu peraturan-peraturan tertentu bagi tingkahlaku yang dipakai dalam
keluarga dan yang kemudian diperluas hingga mencakup berbagai cara tingkahlaku
sosial.
Bila dalam proses telah dikutip dari buku Children Who Hate oleh Redl anak
Wonimen, yang memberikan gambaran dan tafsiran tingkahlaku sekelompok anak laki-
laki, kontrol tingkah laku anak-anak ini sedemikian kurang hingga mereka dikirm ke
sebuah lembaga khusus yang mempunyai staf yang terdiri dari ahli-ahli psikologi dan
counselor-conselor profesional.

Kasus 1 ( A )

Anak-anak keluar dari station dengan cara mereka yang riang Gembira, mereka
naik anak tangga ramah dan mendobrak pintu, untung kali ini pintu terbuka sehingga
tidak perlu mengetuknya. Saya sedang berada dikantor dan sedang menelepon seseorang
dalam ruangan tertutup. Mike berteriak kepada saya dan menanyakan : OK masuk <
tetapi kunci jatuh pada pintu dan ia tidak dapat membuknya. Ia mengetuk pintu
memukulnya serta ia menyebut saya < Sonofabilitas= berulang kali. Saya membuka pintu
dan memberikan pisaunya dan ketika saya menjelaskan bahwa saya tidak ada maksud
untuk menyuruhnya menunggu yang saya terima adalah bentuakan <shit= yang
merendahkan dan menghina saya

Inadecuate
Ego controls

Desire for
knife
immediately Frustrating
social situation-
situation calling
for pastience
and poite ness

The Pounding and kicking Swearing at counselor


inadequate at door.
rection :

Figure 14 ( A ) inndequete behavior in a young boy


58
lOMoARcPSD|14921556

Kasus I ( B )

Lefty, seorang anak laki-laki dalam salah satu Detroit group project clubs, berusia
12 tahun. Telah mencuri 2 buah jam dan sebuah cincin dari counselornya. Setelah terjadi
suatu <bersikeras= dan keras kepala, akhirnya Lefty mengakui dengan bangga kepada
case-worker bahwa ia telah mencuri. Pada saat ditanya, bagaiaman perasaanya mengenai
masalah tersebut, apakah ia merasa susah, Lefty menjawa : <satu-satunya hal yang
menyusahkan adalah bila saya tertangkap= apakah ia berpendapat bahwa mencuri itu
perbuatan yang dapat dibenarkan, tanya case-worker, ia menjawab dengan keras : < tidak
ada seorangpun disekitar saya yang tidak mencuri, semua orang mencuri dalam hidupnya
bahkan anda sekalipun, dan saya rasa, pendapat-pendetapun mencuri=. Dalam
wawancara, Lefty menggunakan argument yang sama, yang membenarkan mencuri itu
atas bahwa < semua orang mencuri= Lefty juga menyatakan bahwa ibunya lebih baik
terhadap saudara tirinya, serta bahwa ayah tirinya kejam dan kikir. Dalam hal ini
kenyataannya semua bohong, dan terbukti dari cerita-cerita keluarganya. Jadi <jika ibu
tidak membelikan jam Bulove yang saya inginkan, saya akan mencuri=. Dan ia memang
berbuat demikian, peranan penolakan dari ibu serta ayah tirinya cukup menjadi argument
baginya, sehingga ia dapat pergi dan mencuri barang-barang yang diinginkan dengan
perasaan tidak bersalah.

Social
confrontation
Rationalizin
with the
g ego
immorality of
structure this thefr
Desire for
watches and
covaselor

The deviant Everbod elsa etsals, too Parente rejected him in


reaction : even prencher favor of siblings

Figure : (E) Deviant behavior in a young boy

59
lOMoARcPSD|14921556

Diagram pertama menunjukkan bahwa untuk situasi-situasi sejenis ini, dimana


suatu sasaran dihambat secara tiba-tiba, anak tidak mendapatkan reaksi pengganti atau
penghalang untuk menangani situasi tersebut. Ia akan menjadi sangat marah dan
melemparkan kesalahan pada lingkungannya. Kontrol diri pada contoh ini tidak terlalu
menyimpang. Reaksi-reaksi frustasi menjadi berkurang bila anak itu menjadi lebih tua
dan berangsur-angsur melebur menjadi self-management. Deviant atau lainnya.
Diagram kedua menunjukkan, deviant atau lainnya menyimpang. Anak tersebut
mempunyai kritik-kritik dan pengarahan diri, tetapi diingat bahwa hal tersebut
disebabkan karena latar belakang keluarga mereka yang tidak baik yang telah
menimbulkan tingkah laku yang sangat berkembang dan agresif, masalah-masalah self-
management mereka lebih meningkat diatas masalah-masalah anak normal. Bahkan
mengabaikan fakta bahwa mereka telah mendapatkan sedikit latihan dalam hal-hal yang
demikian.
Struktur ego yang menyimpang juga dapat berkembang setelah masa kanak-
kanak, mungkin pula tidak disebabkan pengaruh masa kecil. Misalnya anak remaja yang
bergaul dengan kelompok –kelompok penjahit mungking memperoleh norma tingkah
laku yang menyimpang dapat mempengaruhi pembentukan ego yang selanjutnya. Ada
kemungkinan juga bahwa seseorang memperoleh nilai-nilai bertingkah laku yang agak
menyimpang dari norma yang umum pengalaman-pengalaman atau kesulitan dalam
kehidupannya.

D. RINGKASAN
Pada kepribadian dan kepribadian yang mengalami penyimpangan, terdapat
gangguan dalam self perpection dan self-management. Pada seorang psikopat, daya
pengaturan diri atau self management diganti oleh pengambilan peranan-peranan yang
sedikit banyak dapat mengurangi konflik sosial. Peranan ini terutama dimaksudkan untuk
mengatur orang lain dan mengadakan suatu usaha untuk menyesuaikan diri dengan orang
lain. Peranan-peranan yang sedikit banyak dapat mengurangi konflik sosial. Peranan ini
terutama dimaksudkan untuk mengatur oranglain dan mengadakan suatu usaha untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain. Peranan-peranan ini tidak berfungsi sebagai suatu
sistim pengaturan diri. Karena tidak dapat berfungsi sebagai suatu sistim pengaturan diri.
Karena tidak dapat melakukan fungsi kritik dirinya yang efektif. Serta tidak dapat
menunda pemuasan hasrat sesaat.
Pada kepribadian yang menyimpang telah dibentuk nilai-nilai ego yang
menyimpang dari norma, karena terjadinya gangguan pada proses sosialisasi ego dimasa
kecil. Kontrol-kontrol ego yang menyimpang ini untuk sebagian besar mengijinkan
pernyataan dari ego alien, sebagaimana kita lihat dalam hal kejahatan.
Dalam meneliti kasus-kasus kepribadian yang in adekuat psikopat dan deviant
personality, yang terutama harus diperhatikan adalah struktur ego yang tidak sempurna.
Kelemahan fungsi ego disini biasanya tidak mengakibatkan pembentukan gejala-gejala
yang serupa seperti pada neuroses, dimana konflik motivasi menjadi pusat dari kesukaran
individu. Pada kepribadian in-adekuat. Ego kurang berperan dan seakan-akan pasif,
membiarkan konflik terjadi antara ego alien dengan dunia luar. Pada psikopati dan
deviant personality ego secara aktif membantu mengeluarkan dan menyalurkan motive
yang bersifat ego alien (ego alien motive) dan menentang norma-norma masyarakat .

60
lOMoARcPSD|14921556

VII
ESENSI KOMPLEKS DAN CORAK ABNORMALITAS

A. Pemantapan Suatu Kompleks


Suatu kompleks terdapat bilamana individu mendapat suatu konflik motivasi yang
tidak dapat dipecahkan dan dimana satu motive dari konflik itu di repress sebagian atau
seluruhnya. Sebagaimana yang dilihat dalam bab-bab terdahulu merupakan keadaan dalam
mana membentuk pembentukan gejala yang abnormal terjadi. Konflik-konflik yang tidak
terpecahkan biasanya antara motive-motive yang menjadi bagian sistim ego dan motive-
motive yang bersifat lebih fundamental yang bertindak bertentangan dengan motive-
motive sistim ego.
Kondisi-kondisi yang perlu untuk pembentukan suatu kompleks timbul berulang-
ulang pada tiap-tiap orang selama hidupnya. Beberapa diantara kompleks-kompleks
mungkin sepintas dan tidak penting, mungkin yang lain ternyata lebih persistent bertahan
bertahun tahun atau bahkan seumur hidup. Data-data klinis psikopatologi menunjukkan
bahwa kompleks-kompleks lebih dini yang tidak terpecahkan, cenderung bertahan dan
merumitkan konflik-konflik motivasi kemudian. Hal ini terjadi karena motivasi yang lebih
dini, yang di repress diasosiasikan dengan motive kemudian dan memperkuatnya tanpa
individu menyadari fakta ini, atau karena motive-motive yang terdahulu yang tidak
terpecahkan itu mungkin konflik dengan motive-motive kemudian juga di luar kesadaran
individu. Motive-motive yang lebih dini yang lebih besar kemungkinan untuk memperkuat
motive-motive kemudian adalah motive-motive yang mencari kesenangan atau motive-
motive love. Kadang-kadang motive hostile dan aggressive juga memperkuat motive-
motive kemudian, tetapi sama sifatnya dengan motivasi-motivasi kemudian. Suatu
kompleks yang demikian mungkin ditetapkan sangat dini dalam kehidupan dan melalui
elaborasi dan kombinasi dengan motive lain, melalui tahap-tahap perkembangan yang
berturut-turut mencapai bentuk dewasa yang ditetapkan.
Kasus berikut yang singkat yang dikutip dari Dollard and Miller. <Personality and
Psychotherapy=, menggambarkan bagaimana suatu kompleks mungkin ditetapkan dalam
kehidupan dini, kira-kira ketika anak itu mulai bergulat dengan masalah-masalah self
management dan sebelum mendapat banyak pengalaman memecahkan situasi-situasi
konflik. Caranya yang dekatan dimana orang tua menangani kompleks yang mengancam
menggapaskan bahwa mungkin ternyata merusakan kompleks tidak penting dalam
kehidupan anak itu.

Kasus 12
Subyek adalah seorang anak laki-laki berusia 4 tahun, yang kadang-kadang diasuh
oleh seorang pembantu jika orang tuanya sibuk atau tidak ada. Ibunya melihat adanya
aktivitas-aktivitas nasturbasi pada putranya, tetapi ibu itu memutuskan untuk bertindak
lebih ringan daripada yang dilakukan oleh neneknya pada masa kanak-kanaknya dahulu.
Ia tidak secara keras melarang tindakan anaknya itu, melainkan mendorongnya
secara lambat laun untuk membatasi aktivitas yang demikian pada kesempatan-kesempatan
dia sendirian. Akan tetapi tanpa disadari oleh orang tuanya, pendekatan yang demikian
terhadap masalah masa kanak-kanak yang lazim ini digiatkan oleh pembantu baru yang
karena kadang-kadang melihat kelakuan masturbasi anak itu, menampar dan menyebutnya
<jahat=.
Orang tua mula-mula melihat sesuatu yang tidak beres dengan kelakuan anak itu,
ketika ia menunjukkan suatu penentangan yang extreme untuk pergi tidur malam hari,
yang jauh lebih kuat daripada sifat membangkang secara normal yang dirasakannya
terdahulu. Ida memprotes untuk meninggalkan permainannya, minta dibacakan banyak
cerita-cerita dan berulang-ulang kembali kebawah untuk main-main air, kadang-kadang dia

61
lOMoARcPSD|14921556

diketemukan duduk-duduk dibagian atas tangga dan mengungkapkan ketakutan yang


samar-samar terhadap kamar tidur. Sesudah orang tuanya melakukan tindakan-tindakan
yang keras dalam menyuruh ia tidur dan harus tetap tinggal di tempat tidur, mereka
mendapati bahwa anak itu tidur di tempat-tempat yang aneh. Seperti diambang pintu kamar
tidurnya, di jalan ke ruang besar, dan di tangga. Kadang-kadang dia mau tidur setelah
menggerakkan dua celana panjang kendati cuaca musim panas.
Akhirnya orang tua ini membawa anaknya ke klinik psikiatrik, dimana akhirnya
cerita reaksi hukuman masturbasi oleh pembantu itu dapat diterangkan. Ibunya ingat
bahwa sore hari sebelum gejala-gejala itu muncul, anak itu melaporkan bahwa
pembantunya menyebutkan ia <jahat= dan menamparnya seperti yang dilakukan terhadap
anak-anaknya sendiri yang kecil. Tetapi ibunya menokak cerita itu sebagai hal yang tidak
mungkin karena keramahan pembantu itu, maka anak yang berusia 4 tahun itu
memutuskan bahwa ia hanya membayangkan kejadian itu.
Terapi terdiri atas reassuring anak itu, bahwa ia tidak akan dihukum dengan cara
seperti pembantu itu. Hal ini ditekankan dengan membantu itu harus meminta maaf kepada
anak itu dengan mengatakan bahwa ia tidak <jahat=. Akhirnya tantangan untuk pergi tidur
hilang, dan kebahagiaan serta epontanitas anak itu muncul kembali.
Diagram untuk kasus ini pada gambar 15.
Motif masturbasi yang tadinya dimaafkan dalam keadaan-keadaan khusus oleh ibunya,
tiba-tiba secara keras dicela oleh figure otoritas lainnya, yaitu membantu, dan menyertai
ketidak setujuannya itu dengan hukuman jasmaniah. Anak ini berada pada usia ketika ia
secara cepat menyamakan sebagai sikap-sikap dirinya sendiri, reaksi-reaksi yang
ditunjukkan orang lain terhadap tingkah lakunya.
Ia sekarang mempunyai ego motive yang berlawanan. Motive ini dan motive
masturbasi yang ditentangnya telah diasosiasikan menjadi satu oleh tindakan membantu,
tetapi, karena tidak dapat diiringi, menimbulkan auxiety. Sistem-sistem tingkah laku
ketakutan dan penentangan untuk pergi tidur, tidur pada tempat-tempat yang tidak nyaman,
memakai dua celana panjang, merupakan pemecahan yang dicoba atas konflik tersebut.
(diduga dorongan masturbasi dibangkitkan ketika anak itu sendirian ada di tempat tidur).
Ada juga bukti bahwa motive masturbasi, telah mengalami sedikit remression, artinya anak
itu tidak dapat mengenal kembali dan menyatakan kepada dirinya sendiri, ataukepada
orang lain sumber konfliknya. Bukti-bukti untuk hal ini terdiri dari :
1. Fakta bahwa orang tua tidak dapat memancing alasan-alasannya tidak mau pergi tidur.
2. Fakta bahwa ia menolak kejadian precimitating sebagai suatu kejadian imaginasi setelah
bercakap-cakap dengan ibunya
3. Pemecahan-pemecahan yang diusahakan, tidak meliputi mencari bantuan atau
keterangan dari orang lain.
Karena dolard dan Miller memberikan penjelasan yang agak berbeda dan nyatanya
lebih sederhana tentang kasus ini, mungkin ada baiknya untuk meninjau kembali dugaan-
dugaan yang menjadi dasar penjelasan kita. Dugaan utama kita yang berbeda dari laoran
mereka ialah bahwa hambatan respon masturbasi bukan karena disebabkan respon
ketakutan sederhana yang ditamatkan padanya, melainkan karena operasi suat. Motivasi
menghambat yang berlawanan yang menjadi suatu sistim tingkah laku yang tidak sebut
Ego.
Dianggap bahwa anak itu telah mengembangkan kapasitas untuk mengintibisi satu
tindakan oleh yang lainnya, dan bahwa tindakan yang berlawanan ini meliputi bagian suatu
sistim tingkah laku yang juga mencakup respon-respon yang digeneralisasikan (konsepsi-
konsepsi) dari apa yang membentuk merupakan seorang anak yang <good= atau anak yang
<bad=. Dorongan masturbasi kini menggerakkan sistim umum tingkah laku, ini yang
bertindak bertentangan dengannya, menimbulkan konflik. Selanjutnya dianggap bahwa
sesuatu yang memberikan rewards (reinforce) suatu bagian dari sistim ego akan cenderung
untuk reinforce sisa-sisa lain-lainnya.

62
lOMoARcPSD|14921556

Jadi, motif ego yang baru diperoleh, yang menginhibisi masturbasi mempunyai
reinforcement bagi seluruh rangkaian resmon yang menyetujui, dan memberi reward oleh
orang tua yang memberikan dorongan kepada anak untuk mengembangkan tingkah laku
penguasaan diri.

The Nature of the Complex and the Nodes of Abnormality

Precipitating Event Maid’s condemnation of masturbation

Situational Masturbatory Incorporations of maid’s


Complex Impulses condemnation

Anxiety

System Resistance to Sleeping in Sleeping in


Formation going to bed. uncomfortable uncomfortable
places places

(Childish attempts at self management)

Figure 15. Pracipitation of a complex in a Four Year Old Boy

Tafsiran Dollard dan Miller lebih sederhana, mereka menganggap bahwa tindakan
pembantu, mengakibatkan respon ketakutan yang dikondisioning pada respon masturbasi.
Karena respon masturbasi muncul dari tempat tidur, maka respon ketakutan menjadi
terpaut pada proses pergi tidur.
Keanehan-keanehan tingkah laku yang diperlihatkan anak itu merupakan respon-
respon avoidance yang direinforce oleh pengurangan dalam respon ketakutan bilamana ia
menghindari tempat tidur.
Penjelasan ini lebih sederhana, karena tidak mengasumsikan bahwa anak itu
mengambil sikap terhadap tingkah lakunya sendiri jadi sikapnya itu tidak menjadi bagian
dari suatu sistim yang disebut <Ego=: dan tidak adanya proses repressi. Untuk
meringkaskan pengalaman anak laki-laki dengan pembantunya, sehingga diperoleh suatu
respon <ketakutan= belaka, ternyata meremehkan mengenai sikap ketidak setujuan
terhadap tingkah laku anak dipihak pembantu, yang memberikan label <jahat= (yang
buktinya anak itu mengertinya), hal ini terlepas dari definisi operasional mengenai kata
<ketakutan= dalam experiment di laboratorium. Misalnya, tidak diterangkan mengapa anak
laki-laki itu kemudian meminta nasihat kepada ibunya tentang sesuatu yang
mengkhawatirkannya sikap pembantu terhadap dirinya.
Penggunaan istilah <Avoidence= juga diperluas secara berlebihan. Avoidance, berarti
ditentukan berdasarkan movement meninggalkan tingkat shoat di lingkungannya. Akan
tetapi sebutkan ini berbeda, jika sumber rangsangan adalah sesuatu tentang orang itu

63
lOMoARcPSD|14921556

sendiri, dan satu respon berlaku untuk dua pasang penempatan. Self management adalah
sesuatu yang lebih daripada avoidance, meskipun mungkin meliputi avoidance sebagai
suatu teknik berarti motivasi positif diarahkan pada diri sendiri sebagai stimulus.
Agaknya kesukaran dasar dengan penjelasan Dollard dan Miller, adalah menangani
sedikit demi sedikit tingkah laku tanpa dihubungkan dengan keadaan kepribadian anak
pada waktu itu. Mungkin keadaan kepribadian dianggap berupa suatu cadangan tingkah
laku, tetapi tidak merupakan suatu bagian yang luas dari penjelasan mereka.

B. Evolusi Kompleks
Dalam diagram kasus yang dikemukakan dalam bab terdahulu kita berusaha untuk
membuat diagram dari kompleks, bersama pembentukan gejala sebanyak mungkin pada
waktu pasien untuk pertama kali di observasi secara psikologis. Akan tetapi kompleks
seorang dewasa itu berliku, karena mengandung banyak unsur-unsur yang berkembang
selama beberapa waktu. Bilamana tersedia keterangan yang cukup sehingga dapat
mengetahui apa yang terjadi dalam berbagai ego motivasi dan ego alien motive, jika
abnormalitas berkembang ketingkat yang terakhir. Maka ke kompleksan, dinamika
perkembangan dapat diuraikan dengan cara yang lebih sesuai, daripada di deskripsikan
secara verbal saja.
Tidak selalu dapat ditetapkan apakah berbagai bagai tingkat perkembangan yang
digambarkan dalam diagram-diagram sebenarnya sesuai dengan jangka waktu tertentu di
masa lampau pasien atau apakah keruwetan-keruwetan psikologis perkembangan telah
mencampur pada tingkat-tingkat yang dibeda-bedakan dalam diagram. Tetapi seandainya
kasus tersebut belakangan benar, yaitu memisahkan tingkat-tingkat kompleks secara
diagramatis, berarti mengajar kita tentang logika membentukan simtom. Kasus berikut,
dikutip dari Anna Freud, The Ego and The Mechanism of Defence.

Kasus 13
Seorang pasien muda, secara periodik mempunyai serangan-serangan agresivitas
yang hebat. Saya sendiri, orang tuanya dan orang-orang lain yang tidak erat hubungannya,
menjadi obyek dendamnya. Ada dua hal yang menjadi keluhannya terus menerus yaitu :
1) Selama fase-fase ini, ia selalu punya perasaan bahwa orang-orang merahasiakan sesuatu
yang semua orang tahu, kecuali dia sendiri, dan ia bersikap oleh keinginan untuk
mengetahui tentang hal itu.
2) Dia merasa sangat kecewa akal kekurangan semua teman-temannya.
Pada periode-periode dimana pasien menyembunyikan bahkan bertepatan dengan periode-
periode dimana pasien mengaduh bahwa analyst muncul secara otomatis bilamana fantasi
masturbasinya di repress, yang ia sendiri tidak menyadarinya. Kritik-kritiknya mengenal
love obyeknya sesuai dengan kesalahan yang dia sangka dari mereka karena masturbasi
pada masa kanak-kanaknya.
Dia mengidentifisir dirinya dengan hukuman ini, dan mengembalikannya pada dunia luar.
Rahasia yang oleh semua orang disimpan baginya, adalah rahasia masturbasinya
sendiri, yang disimpannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang
lain. Jadi agresivitas pasien sesuai dengan agresivitas orang-orang lain, dan <rahasia=
mereka adalah pencerminan repressing itu sendiri.
Kasus ini di diagramkan pada gambar 16.
Pada kasus ini ditunjukkan 3 tingkat perkembangan kompleks yang diikuti oleh
pembentukan simtom terakhir.
1. Menunjukkan konflik original mengenai mastrubasi di masa kanak-kanak yang terjadi
sebelum periode penggabungan sikap-sikap orang tua kedalam struktur ego anak itu.
Akibatnya lebih merupakan konflik external daripada konflik motivasi.
2. Hukuman diri yang diambil alih dari orang tuannya dan ditanamkan didalamnya,
bekerja sebagai motif penentang terhadap kecenderungan-kecenderungan masturbasi.

64
lOMoARcPSD|14921556

Akan tetapi hal ini tidak memuaskannya, karena hukuman diri mengurangi self esteem,
yang mengakibatkan rasa sakit dan ketidakbahagiaan, maka dalam tingkat ke III dan
terakhir, ktia dapatkan bahwa ego motives the repress kecenderungan-kecenderungan
seusai dengan hal itu, dalam mendiagramkan tingkat ini, kita harus menggeser motive
hukuman diri dari pihak ego ke pihak ego alien diagram. Kasus ini memberikan
gambaran yang kongkrit tentang bagaimana suatu ego motive, kemudian dapat menjadi
ego alien motive.
3. Repressi pada tingkat ini dipertahankan dengan mengorbankan pembentukan dua
mekanisme proyeksi : gadis itu <senses= motive-motive yang direpress sebagai
karakteristik orang-orang disekitarnya. Kecenderungan-kecenderungan masturbasi yang
di repress adalah <rahasia= yang oleh orang-orang di simpan darinya.
Mekanisme yang satu lagi <kekurangan-kekurangan= yang didapatkan pada teman-
temanya. Adalah sikapnya yang terrepress mengenai hukuman diri yang dahulu
dirasakannya terhadap kecenderungan-kecenderungan masturbasinya.
Laporan kasus menyatakan bahwa gadis itu menunjukkan sikap-sikap dan orang-
orang lain. Emosi-emosi ini adalah akibat frustasi, karena tidak dapat menemukan
<rahasia-rahasia= yang disimpan baginya, dan karena kekurangan teman-temannya. Fakta
bahwa rahasia-rahasia dan kekurangan-kekurangan, merupakan perasaan-perasaan yang di
proyektiv terhadap dirinya sendiri dan tidak menjadikan frustasi berikutnya, kurang jelas.

Diagram ada figure 16.

Level I Childhood Expectation of


Masturbation Condemnation

Masturbation Interjected self


Level II
tendencies condemnation

Masturbation
tendencies

Level III Self esteem

Self condemnation

Projection People withheld Disappointed in short


Mechanisms <secrets= from her comings of friends

Figure 16. Development of the Complex in a Young Girl

65
lOMoARcPSD|14921556

Gambaran kedua tentang suatu kompleks yang berkembang dari / ana freud,
menunjukkan suatu perkembangan yang lebih rumit pada seorang gadis.

Kasus 14
Gadis remaja yang bersangkutan adalah anak di tengah dari suatu keluarga yang
terdiri dari beberapa saudara laki-laki dan perempuan. Situasi keluarga menimbulkan rasa
persaingan diantara saudara iri hati pada status laki-laki, kakak-kakak dan adik-adik, dan
tanda-tanda cemburu jika ibunya mulai hamil lagi. Perasaan-perasaan ini akhirnya
berkombinasi menjadi pola permusuhan terhadap ibunya, yang ditentang oleh cinta dan
rasa ketergantungan pada ibunya. Suatu tanda hostility, menyebabkan dia ketakutan akan
kehilangan cinta ibunya, dan dia menghukum dirinya karena perasaan-perasaannya itu.
Ketika dia menjadi lebih tua, konflik dan anxiety yang di kaitkan oleh konflik itu
menjadi sedemikian akut, hingga perlihatkannya kepada orang-orang lain. Setelah waktu ia
selalu membenci beberapa orang wanita lainnya, dengan demikian ia berhasil merepress
benci terhadap ibu. Akan tetapi persoalan-persoalan ini menyebabkan dia banyak
menderita rasa sakit diduga karena konflik dengan self idealnya, maka berikutnya, dia
membalikan perasaan-perasaan bencinya terhadap dirinya sendiri dan menyiksa dirinya
dengan tuduhan-tuduhan terhadap dirinya.
Ia akan menyerahkan keinginan-keinginannya sendiri kepada permintaan-permintaan
orang lain. Akhirnya wanita ini mengembangkan suatu kecenderungan paranoid dalam
kepribadiannya di ia mengira bahwa ia selalu dijadikan obyek kebencian dan dikejar oleh
orang-orang lain. Inilah keadaannya datang untuk dianalisa.
Diagram untuk kasus ini pada gambar 17 menunjukkan konflik original di masa
kanak-kanak dan bagaimanapun kompleks ini harus dipecahkan.
Ketiga pemecahan yang diterima gadis ini, berturut-rutur, sepanjang masa anak-anak, masa
remaja dan dewasa di diagramkan.
- Pemecahan pertama yang diterimanya, yaitu displacing kebencian terhadap ibunya
kepada wanita lainnya, menjadi makin tidak memuaskan ketika ia bertambah tua karena
konfliknya itu diperlunak dengan sosialisasi terhadap orang-orang anak-anak lebih
bebas untuk tidak memakai orang-orang jika mereka masih terikat secara emotional
pada orang.
- Pemecahan berikut, mengontraveksikan kebencian itu ke dirinya sendiri, yang
mengakibatkan banyak konflik yang merangsang kebutuhan ego untuk membangkitkan
self repress
- Ketika ancaman terhadap self respect menjadi terlalu bener wanita itu mulai menyangka
bahwa orang-orang lain membenci, mengabaikan dan mengejarnya. Pemecahan ini
biasanya dibuat proyeksi, merupakan pemecahan paranoid dengan menempatkan
perasaannya pada orang lain karena perasaannya itu tidak dapat ditolelir didalam dirinya
sendiri.
Pemecahan demikian sangat berarti untuk pemelihara menyesuaikan individu dengan
mengorbankan mis persepsi dan mis inter prestasi kenyataan sosial. Meskipun salah kaprah
kenyataan itu, dirancang untuk menstabilkan dan melindungi struktur ego, yang efek
akhirnya justru akan sebaliknya. Efektivitas self management berkurang, memerlukan
tindakan-tindakan perlindungan lainnya yang selanjutnya semakin memperlemah ke
efektivitasan self management.
Ketika tidak dapat menganggap bahwa kompleks original wanita itu tetap tidak
berubah dengan memecahkan yang berturut-turut yang diterimanya. Suatu diagrasi yang
lebih lengkap akan menunjukkankeadaan kompleks yang berubah setelah perkembangan
baru dalam sistemnya, yang dalam tiap-tiap kasus mulai konflik dengan ego. Karena
kompleks yang origin dimasa kanak-kanak, wanita itu telah belajar untuk membenci
wanita lain, bahkan diri sendiri jika perlu. Ini setidak-tidaknya ego alien motive yang

66
lOMoARcPSD|14921556

diaktifkan kembali dalam keadaan-keadaan yang dibutuhkan. Jadi kompleks di tingkat


dewasa banyak sekali berubah dari keadaan masa kanak-kanak.
Secara khas, analisa dilanjutkan kearah mundur, membuka lapisan perkembangan,
sampai keadaan masa kanak-kanak. Bila logika perkembangan dimengerti, hubungan
antara simtos yang sekarang (delusi pengejaran paranoid) dan dorongan origin (kebencian
pada ibu), nampaknya tidak begitu aneh.
Ketiga defence mechanism yang digunakan wanita itu displacement, introyeksi dan
proyeksi dapat diterangkan sebagai bentuk subsitusi satu goal (wanita-wanita lain), untuk
sasaran yang asli (ibu).
Inroyeksi adalah suatu subsitusi diri sendiri untuk orang-orang lain sebagai obyek.
Proyeksi yaitu kebencian terhadap diri sendiri, ditafsirkan sebagai kebencian orang-
orang, lain terhadap dirinya. Ini menunjukkan bahwa ia salah menafsir tingkah laku orang-
orang lain. Proyeksi semacam itu terjadi dari proses pemberian respon secara empati, yang
merumuskan bagian proses sosialisasi biasa : artinya didasarkan atas proses sosial yang
memberi respon terhadap diri kita sendiri seperti orang-orang lain berespon pula terhadap
kita, kita dapat belajar merasa kagum pada diri kita sendiri pada saat orang lain
mengungkapkan kekaguman yang demikian. Dalam proyeksi urutan kejadian kejadian
telah dibalikan. Perasaan dini telah dicapai lebih dahulu, dan kini kita mencocokkannya
kedalam tindakan-tindakan orang lain sebagai sumber yang diperkirakannya.

C. Analisa Diagram Dari Mimpi


Sejak publikasi <Interpretation of Dreans=. Oleh Freud pada awal ahad, analisa
mimpi menjadi salah satu dorongan terbesar psikoanalisa. Teori psikoanalitis tentang
mimpi-mimpi, merupakan teori-teori yang digunakan secara luas dalam psikopatologi
menganalisa mimpi ada dua bagian, yaitu :
- Isi manifest yang tersusun dari adegan-adegan dan kejadian-kejadian yang diingat
dalam mimpi.
- Isi yang latent, merupakan dinamika yang tidak disadari dibalik mimpi yang tidak
disadari dibalik mimpi yang memberinya arti pentingnya.
Suatu studi atas dinamika yang menyebabkan mimpi, terjadi dari-dari ego motive dan ego
alien motive yang di renpess mengalami konflik.
Dalam suatu paper yang dipublikasikan pada tahun 1911, Ernest Jones, menunjukkan
adanya kesamaan antara isi manifest mimpi-mimpi dengan pembentukan sistem
psikoneuroses. Beberapa diantara neurose dilihatnya adalah :
1. Firasional baik mimpi maupun sistem-sistem psikoneurotiknya
2. Kecenderungan keduanya untuk dilupakan
3. Hubungan yang erat dengan tingkah laku takhayul
4. Kejadian keadaan-keadaan yang <seperti mimpi / dream like= dalam hysteria dan
kelainan lainnya.
5. Fakta bahwa baik mimpi-mimpi maupun simtom-simtom neurotis merupakan
pembentukan-pembentukan homoromis antara <forces= yang berlawanan.
Kesamaan terakhir adalah yang paling essensi. Bahwa mimpi diturunkan dari suatu
kompleks yang diaktifkan, dihubungkan dengan suatu kejadian sebelumnya, dan
dipengaruhi pula oleh masalah-masalah terdahulu yang belum terpecahkan dan dikondision
oleh kejadian-kejadian yang nampaknya tidak berhubungan, merupakan alasan-alasan
untuk menanganinya dengan cara yang sama seperti halnya pembentukan-pembentukan
sistem biasa.
Berdasarkan konstruk diagram kita isi manifest mimpi direkam sebagai
pembentukan-pembentukan sistem elemen-elemen yang berlawanan dari ego motife dan
ego alien motive, di diagramkan sebagai kompleks, dan pricimitating event dari masa
lampau yang baru-baru ini maupun conditioning event di diagramkan diatas kompleks.
Metode biasa dalam menentukan arti suatu mimpi ialah dengan meminta pada subyek

67
lOMoARcPSD|14921556

untuk menghubungkan item-item utama mimpi itu. Dengan cara ini, kejadian-kejadian
yang penting dalam kehidupan masa lampaunya yang berhubungan dengan mimpinya
dapat dibuka asalkan analysi cukup ahli dalam memahami mekanisme-mekanisme
kondesasi. Displacement dramatizations, dan distorsi-distorsi yang memberi isi fest dalam
hubungannya dengan hidup subyek yang terdahulu.
Dalam menganalisa mimpi tunggal telah kita diagramkan dalam bab terdahulu
sebagaimana dalam men diagramkan neuroges dan behaviour disorner. Analisa mimpi
berikut dikutip dari <Pamer on Psychoanalysis, by Ernest Jones=.

Kasus 15
Seorang gadis berusia 2 tahun, mimpi, bahwa dia dan kakak perempuannya akan
mendapat $150 untuk diving dari atap sebuah acuarium didepan umum. Seorang teman
yang hadir mengatakan bahwa : kakaknya dibayar tidak sebanding dengan pekerjaannya
yang berbahaya, dan pasien menjawab : <Nah, anda selalu dapat menyelam=.
Pasien sangat gemar menyelam di tempat pemandian, suatu yang memberinya
sensasi-sensasi untuk melepaskan apresiasi yang menyolok. Apa yang mengingatkan
jumlah $150, ialah maka ia berusia 15 tahun, seorang teman pria yang berpergian
dengannya di malam hari, berulang ulang menciumnya, dan ketika berpisah, menaruh $150
dalam dompetnya untuk kembali coklat sambil menambahkan : <Saya ingin dapat
memberimu 100 kali sebanyak itu=. Kakaknya pada waktu dan menjadi gundik seorang
laki-laki tertentu.
Jadi mimpinya itu merupakan suatu ungkapan terang terangan realisasi gadis itu,
bahwa jalan yang sama untuk mendamaikan uang terbuka baginya.
Gambar 18 menunjukkan dinamika mimpi gadis itu. Isi manifest mimpi di
diagramkan dibawah membentukan simpan dan terdiri atas 4 item yang penting :
- Gadis itu dan kakaknya melakukan pertunjukan menyelam di panggung.
- Mereka dibayar $150
- Seseorang mengatakan bahwa <Pembayaran untuk kakaknya tidak sesuai dengan
pekerjaan yang berbahaya seperti itu=
- Gadis itu menjawab bahwa <bagaimanapun menyelam selalu mungkin=.
Asosiasi dengan isi mimpi menunjukkan bahwa tindakan menyelam memberikan
sensasi-sensasi yang sama dengan sensasi-sensasi seksual bahwa angka-angka 8 dihubungkan
dengan suatu seorang laki-laki ketika dia masih muda, dan pada waktu kakeknya menjadi
gundik bayaran seorang laki-laki. Dari dapat disimpulkan bahwa mimpi merupakan suatu
express desires yang dirahasiakan dan fantasi-fantasi prostitusi dilakukan gadis itu, soal-soal
yang tidak ia ingin ketahui mengenai dirinya sendiri. Seandainya kita mengumpamakan
bahwa tindakan menyelam itu menunjukkan tindakan seksual, maka dugaannya ialah bahwa,
kompleks yang menyebabkan mimpi itu ialah konflik antara prostitusi dan keinginan seksual
dengan sifat-sifat moral gadis itu.

68
lOMoARcPSD|14921556

Voluntuons sensations while


diving

Conditioning Gift of $150 from a man


Events while on a date

Sister, the paid mistress of a


man

Precipitating
?
event

(latent dream content)


Secret sexual desires Ego ideals of sexual
and urostituion virtue
fantasies

Manifest She and sister are Being paid Remark that sister <We can
dream content diving $ 150 was <badly paid= always dive=

(Sexual relasions (Sexuality always possible


for pay) even without pay)

Figure 18. Dream of a Young Woman


Verifikasi kesimpulan-kesimpulan yang menyangkut dinamika suatu mimpi harus
dicari pula dalam fakta-fakta lain tentang hidup subyek itu. Pengarang tidak menunjukkan
kejadian apa pada hari sebelumnya yang mungkin merupakan kejadian yang mempercepat
munculnya mimpi tersebut.

Kasus 16
Seorang prajurit, letih, berat badannya kurang, berkulit kuning karena serangan
malaria, terlalu tegeng dalam menghadapi hidupnya. Ia telah melakukan dinas pertempuran
dan laporan yang baik dalam perkelahian satu lawan satu menurut dirinya. Dalam
menceritakan tentang riwayat hidupnya, tidak menunjukkan sesuatu yang dapat
menerangkan mengenai kemarahan keadaannya. Ia berulangkali mimpi buruk, bahwa ia
telah teriepit dan musuh mendekatinya, ia menjangkau senapannya namun hilang atau
menjangkau pistolnya, juga tidak ada. Ia menjadi panik karena tidak mempunyai apa-apa
yang dapat dipakai untuk berkelahi.
Impian itu terulang lagi, mengenai adegan pertempuran, dalam kenyataannya pasien
tak pernah ditangkap tanpa senajata. Tema pusat impian adalah di tangkap dengan tidak
mempunyai senjata untuk dipakai bertempur. Ketika diminta untuk berbicara tentang detail

69
lOMoARcPSD|14921556

yang berbeda dari kenyataan itu, ia membuka fakta lebih lanjut tentang dirinya sendiri.
Disekolah ia seorang atlet yang baik sekali. Ia mendapat beasiswa untuk pergi ke
universitas yang besar dan mendapat tawaran dari sebuah klub baseball yang benar. Cita-
citanya ialah mencapai karier atlet, dan kini semua harapannya hancur karena malaria.
Berat badannya berkurang 25 nound, secara berkala ia diserang panas dinginia melihat
karier yang dicita-citakanya hancur. Tanpa kegagahan atletis ia merasa tidak berdaya, dan
kini ia diperingatkan oleh impian itu. Saat tidur ia merasa anxiety, pasien tidak
menghadapi sebab yang sesungguhnya dalam kesehatan, karier dan security yang sudal
hancur, ia mengkaitkannya dengan bahaya yang telah lampau yang tidak rial lagi.
(dikutip dari Bab VI <Acute Neuratic Reactions=. L.J. Soul and J.W. Lyons in Alexander,
F and Rass, H. Dynamic Psychiatry).

Figure 19. Dream of Soldier With Anxiety Neurosis

Athletic caleer, scholarshins,


etc
Conditioning Event
Malaria, underweight,
debilitated condition

Precimitating event S. in foxhole, armed with


(Traumatic) wanons enemy advancing

(Latent dream content)

Feelings of Ego ideals weakenad


Dream complex
helplessness after loss in pace of pros
of health and athletic nective ruin of his
provess athletic career

Anxiety

Manifest In foxhale Enemy Panic stricken because


dream content without weanons attacking of his defenselessness

(Dream distortions reflect repressed emotions of the complex)

Figure 19. Dream of a Soldier with Anxiety Neurosis


Tipe time psikomotologis yang dilaporkan oleh penyelidikan-penyelidikan,
digambarkan sebagai serangkaian abnormalitas yang dimulai dari :

70
lOMoARcPSD|14921556

- Sebelah kiri, kasus-kasus yang paling surely, merupakan konflik antara ego dengan ego
alien.
- Sebelah kanan, ditempatkan kasus-kasus dimana konflik paling purely, antara ego
motive dan ego alien motive terhadap kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga
sosial.
Disini digunakan istilah-istilah konflik motivasi dan konflik external
Dari analisa kasus-kasus yang sebenarnya, nampaknya seolah-olah tipe yang
abnormal mengelompokkan diri pada 3 corak jangkauan yaitu :
- Yang kiri, disebut Neurotis
- Yang kanan, disebut Kepribadian Psikopatis dan Deviasi
- Yang ditengah, Inadekuasi
Ketiga paradigma diatas, meliputi variabel-variabel yang paling basic, yaitu :
1. Ego
2. Ego alien motive
3. Conflict
4. Direction conflict
Seandainya selama waktu tertentu, ego dan ego alien motive dianggan kuantitas-kuantitas
yang constant, maka variabel-variabel yang terdapat adalah
1. Conflict
2. Direction conflict
Konflik sendiri mungkin diukur menurut dimensi intensitas, yang akhirnya menghasilkan
intensitas dan direction sebagai variabel-variabel fundamental abnormalitas.
Manusia yang mengalami konflik dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya,
merupakan sesuatu hal yang umum. Hal ini sering dicetuskan dalam sejarah psikopatologi
dan dalam sejarah manusia intelektual pada umumnya. Tetapi kita tidak boleh
menganggap, bahwa karena diakui secara umum, sifat fundamental pembedaan selalu
dihargai. Untuk mengerti hal itu, kita perlu mempertimbangkan dua dalil yang dianjutkan
dalam bentuk baru yaitu :
1. Sosial conflict, berasal dari personal mal adjustment
2. Personal mal adjustment hasil dari lingkungan
Jika kita katakan bahwa social conflict berasal dari personal mal adjustment,
diartikan bahwa sebab fundamental dari abrnomalitas adalah motivational conflict serta
repression.

D. Corak Abnormalitas
Kini kita dapat mengikhtisarkan sifat dan arti jangkauan abnormalitas yang telah
dianalisa dengan menggunakan susunan-susunan yang ditentukan dalam Bab III, supaya
mengadakan perbandingan-perbandingan sesederhana mungkin kita telah menganut segala
sesuatu kecuali variabel-variabel yang basic, variabel-variabel ini ditunjukkan secara grafis
pada figure 20.

Ego Ego Ego Ego Ego Ego


alien alien alien

Neurosis Inadequacy Deviation


Maximum Interpersonal Conflict Maximum Interpersonal Conflict
Figure 20. Relationship of the Three Modes of Abnormality

71
lOMoARcPSD|14921556

Dan bahwa konflik sosial ini dapat berhenti jika hal itu terpendahkan.
Inilah kecenderungan beberapa bentuk psikoterapi, jika menangapi kepribadian yang
inadekuat dan psikomatis. Ada kecenderungan untuk menganggap bahwa tipe-tipe
kepribadian ini yang menyebabkan kesusahan dalam masyarakat, karena mempunyai
kesukaran-kesukaran pribadi yang tidak disadari yang <Acting Out=.
Seandainya kesulitan-kesulitan ini dapat diatasi, maka kesukaran-kesukaran sosial
dapat berhenti. Dalam banyak kasus-kasus, hal ini benar, tetapi ada resiko dengan
menganggap sikap tersebut diatas umum dan menerapkannya tanpa kekecualian. Terutama
hal ini benar, jika pendapat ini diterapkan pada orang-orang yang tidak dapat di diagnose
secara wajar sebagai abnormal. Siapapun dapat membuktikan kebenaran untuk dirinya
sendiri, betapa seringnya diartikan bahwa seseorang yang tidak serasi harus punya
<something wrong with him=. Sikap ini bukan diturunkan dari definisi belaka untuk
menentukan terdapatnya suatu ketidak selarasan, tentang ditandai dengan suatu confuse
dari dua macan fakta yang berbeda-beda atau suatu usaha untuk mengerti satu macam fakta
berdasarkan fakta yang lain.
Konflik sosial yang ada pada sekarang, sebagai ekspresi dari konflik personal.
Konflik personal menurut sejarah merupakan hasil dari suatu konflik sosial yang di
externalisasikan. Ini adalah suatu cara yang mudah untuk menunjukkan suatu cara yang
mudah untuk menunjukkan suatu alasan, tetapi dilakukan dengan dasar-dasar yang umum
itu apakah konsisten?
Misalkan, kita mengamat amati seseorang yang menyimpang pada waktu ia seorang
anak atau remaja, apakah kita akan mengatakan sekarang bahwa konflik-konflik
personalnya diturunkan dari konflik-konflik external. Ataukah kita tetap pada rumus
original bahwa, konflik sosial yang dialaminya dalam keluarga atau dilain tempat,
merupakan suatu expressi personal mal adjustment? Dari apa yang kita ketahui tentang
psikomotologi anak-anak. Suatu kasus dapat dijadikan suatu sudut pandang sama baiknya
pada periode hidup dini, seperti pada periode kemudian, kecuali bahwa kita harus
memperhatikan fakta bahwa makin lama makin kurang perlengkapan kepribadian untuk
mal adjusted jika kita mendekati masa anak-anak, dan makin lama makin besar
pengaruhnya kontrol-kontrol external. Akan tetapi merupakan suatu kesimpulan yang
berlebihan bila menyatakan ada suatu periode dini dalam hidup, dimana individu dilanda
konflik-konflik external dalam bentuk personal mal adjustment. Dan pada periode yang
kemudian bertindak mal adjustment pula pada masyarakat.
Pandangan-pandangan lain yang menyatakan bahwa kesukaran-kesukaran
kepribadian berasal dari konflik sosial, sungguh-sungguh melampaui psikoterapi. Karena
bila diterapkan secara kaku statement itu berarti bahwa, pengobatan untuk kepribadian
yang abnormal adalah dengan memecahkan konflik sosial yang menyebabkannya, sekali
terpecahkan, lenyaplah abnormalitasnya. Dengan cara ini psikoterapi di kesampingkan
demi pembaharuan sosial.
Abstraksi-abstraksi penyebab tersebut diatas merupakan suatu dilema falsafah yang
lama, masalah manusia versus society. Tetapi fakta sesungguhnya lain sekali.
Suatu tipe konflik berdasarkan konflik yang lain hanya menunjukkan tingkat-tingkat
kelanjutan saja, bukan secara keseluruhan yang berdiri sendiri yang saling mempengaruhi
satu sama lain. Kemudian konflik merupakan suatu kontinuun dari suatu kondisi kehidupan
sosial sesudah tahun-tahun kehidupan yang dini, yang tidak memungkinkan adanya suatu
pokok khusus dalam riwayat hidup, dimana konflik yang satu atau yang lain memulai
serangkaian kejadian-kejadian yang tidak terelakan lagi, dan mengakibatkan abnormalitas.
Dan prioritas sebagai penyebab satu konflik atas konflik yang lain, menjadikan riwayat
kasus merupakan suatu metode yang harus ada untuk memahami abnormalitas. Simtom-
simtom itu sendiri mungkin disusun menurut yang paling kuat diturunkan dari konflik
motivasi atau konflik sosial tetapi sebab-sebab dari konflik itu sendiri tidak dapat
dinyatakan sesederhana itu. Disamping itu kita harus ingat jumlah abnormalitas psikologis

72
lOMoARcPSD|14921556

sangat luas, yang terutama disebabkan oleh kerusakan-kerusakan organis, lanjutan


penyakit dan sumber-sumber jamaniah lain, maupun mal adjusted yang berasal dari fakta-
fakta sosial pada umumnya seperti perang, migrasi, dll. Dapat kita simpulkan bahwa
jangkauan tipe abnormalitas dari time neurotis yang extreme sampaitipe kelainan yang
extreme merupakan suatu penyusunan deskripsi primer atas abnomalitas, dan jangan
dikacaukan dengan soal-soal setiap pagi yang berbeda-beda. Selain itu kasus yang
jangkauan sehingga konflik sosial dan konflik motivasi yang terdapat dalam setiap riwayat
kasus psikopatologi. Koleksistensinya kedua konflik yang tidak terelakan dalam kasus-
kasus abnormalitas, menyebabkan suatu ungkapan dari yang lainnya.
Psikologi ego, menjadikan ego itu sendiri merupakan tumpuan dimana hal-hal lain
tergantung. Jika kepribadian manusia tidak mempunyai semacam sistim management
<yang dibangun didalamnya= melalui efek-efek latihan sosial baik konflik yang satu
maupun yang lain akan mungkin saja terjadi. Fakta utama latihan anak dalam masyarakat
modern, yaitu seberapa luas tanggung jawab atas latihan yang telah digeser dari keluarga
ke lembaga-lembaga lainnya, terutama lembaga-lembaga pendidikan formal dan peers
group. Menurut fakta, sukar untuk menunjukkan perubahan-perubahan apa yang telah
terjadi dalam hubungan ego alien dan dalam hubungan kelompok individual. Secara logis
mungkin menunjukkan peredaan dalam konflik sosial. Disamping itu mungkin
menunjukkan lebih banyak kelompok akan menyimpang dan mengakibatkan pengurangan
umum ada orang-orang abnormal yang terasing.
Suatu kesimpulan yang lazimnya diterima mengenai praktek-praktek latihan anak
modern, ialah bahwa praktek-praktek itu lebih lembut dan permissive daripada zaman
dahulu terutama pada golongan-golongan sosial tertentu.
Kecenderungan-kecenderungan kebudayaan sedemikian kompleks dan kabur, hingga
kesimpulan-kesimpulan tertentu yang dapat diterapkan pada psikomotologi hampir tidak
mungkin. Kesimpulan yang demikian mungkin lebih baik untuk meperinci keadaan-
keadaan apa yang menyebabkan peredaan dalam abnormalitas. Situasi yang ideal akan
meredakan baik konflik motivasi maupun konflik eksternal kedalam taraf yang minimal.
Kondisi pertama diperoleh jika ego alien motive sedikit jumlahnya intensitasnya rendah,
dan struktur ego sedapat mungkin permissive. Kondisi kedua dicapai jika masyarakat
persoalan, sejauh mana dan pada situasi bagaimana, masyarakat dapat mencapai kedua
kondisi, tetapi tidak dapat diabaikan bahwa kedua hal tersebut merepresentasikan dasar
idealisme cultural dari kebudayaan kita.

Ringkasan
Dalam bab ini kita membahas 3 topik
1. Menganalisa yang lebih mendetail mengenal kompleks
2. Penerapan prinsip-prinsip membuat diagram untuk impian-impian
3. Pertimbangan umum atas ketiga corak abnormalitas yang digaris bawahi dalam bab-bab
terdahulu.
Kondisi-kondisi untuk pembentukan suatu kompleks selalu ada setidak-tidaknya
dalam masyarakat kita. Suatu kompleks mungkin hanya sepintas atau lama, tergantung
pada keadaan-keadaan individual, dan mungkin berkembang pada suatu waktu dalam
hidup setelah anak mulai mencapai self management.
Kompleks-kompleks mungkin melalui serangkaian evolusi yang dipercepat oleh
susunan-susunan gejala yang berturut-turut sampai keadaan keseimbangan dapat dicapai
dan dapat ditolelir oleh ego ideal yang berkembang. Karena ego adalah suatu produk
sosialisasi, oleh sebab itu berbeda strukturnya dari masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Penting untuk merenungkan macam <ego= yang dihasilkan oleh
kebudayaan kita sendiri dimasa lampau dan yang akan dihasilkan dimasa yang akan
datang. Dalam hubungan ini sangat menarik untuk menestat studi CORETHER, mengenai
tipe-tipe abnormal, yaitu :

73
lOMoARcPSD|14921556

- Negro-negro dari Kenya, Afrika, sama sekali tidak menunjukkan tipe absessive
compulsive. Bagi kita obsessive compulsive compulsive itu merupakan suatu
abnormalitas yang lazim dan berlaku untuk seluruh jangkauan-jangkauan neurose.
Carether menganggap tidak adanya obsessvice compulsive pada negro-negro Kenva,
karena tiadanya rasa tanggung jawab individual, menjadikan individu-individunya
dalam kebudayaan yang kurang private dan kurang melibatkan egonya.
- Sebaliknya, semacam <Anxiety yang frenzied=, dimana motive-motive yang tidak dapat
diterima, dengan segera akan dilampiaskan dan situasi ini dinilai sangat wajar oleh
kebudayaan ini.
Kedua fakta ini menggagaskan suatu struktur ego yang tidak bersifat repressive,
defensive. Lain halnya dengan struktur kepribadian masyarakat kita saat ini.
Jika kita menerima kesimpulan beberapa ahli teori sosial, sewaktu peradaban barat
melalui periode peralihan terdapat kepribadian yang keras, individualistis yang bersifat
dari sejak zaman dahulu, digantikan dengan kepribadian yang lebih dapat disesuaikan,
berpusat pada sosial, berorientasi pada kelompok, pada norma-norma dan tujuan-tujuan
kelompok. Ini berarti, sebagaimana yang digagaskan oleh yang lain, bahwa kejadian
neuroses akan menurun setelah peralihan lebih sempurna adanya kontrol diri dan repressi
individual.
Apakah kita juga akan menyimpulkan bahwa kepribadian psikipatis dan deviasi akan
timbul untuk menggantikan neuroses, tergantung pada kepercayaan kita akan kemampuan
kebudayaan <baru= untuk melenyapkan abnormalitas.
Beberapa sarjana menggagaskan bahwa kepribadian psikopatis dan yang deviasi
semakin meningkat.
Atas dasar yang lebih kongkrit, jelas bahwa abnormalitas yang dikembangkan
seorang anak dalam hidupnya kemudian sebagian besar tergantung anda tipe latihan ego
yang diterimanya dari rumah. Seandainya terjadi perubahan-perubahan dalam praktek-
praktek child rearing, kita harus memperkirakan bahwa ini mempengaruhi besarnya dan
tipe-tipe abnormalitas yang didapatkan dalam masyarakat. Pemecahan-pemecahan pada
masa anak-anak atas suatu konflik mungkin tidak dapat diterima pada usia lebih lanjut
karena ego ideal lambat laun berkembang, kemudian menganggap bahwa cara pemecahan
terdahulu itu menyakitkan.
Banyak impian disebabkan oleh konflik motivasi yang tidak terpecahkan sehingga
dapat dianalisa berdasarkan suatu kompleks yang sebenarnya. Isi manifest dari mimpi
menggantikan pembentukan simtom. Isi mimpi yang latent hanya dapat ditemukan melalui
analisa psikologis, menunjukkan konflik-konflik yang tersembunyi yang mengakibatkan
distorsi bentuk impian. Orang-orang dan kejadian-kejadian dalam impian akan
dihubungkan atas secara langsung atau secara simbolis dengan pengalamannya yang
terdahulu dan biasanya mimpi itu akan dipercepat oleh suatu kejadian pada hari-hari
sebelumnya dengan cara yang sama seperti abnormalitas dipercepat dalam bentuk akui
oleh suatu pengalaman baru-baru ini.
Motivasi-motivasi tersembunyi yang mendistorsikan suatu isi manifest impian sering sama
dengan motivasi-motive yang menyebabkan kesukaran-kesukaran orang dalam hidupnya
sehari-hari.
Diagram-diagram sejarah kasus dalam bab-bab terdahulu menunjukkan bahwa
abnormalitas mungkin dipahami sebagai suatu kontinyu dari konflik intrapersonal yang
saling estreem disatu pihak sampai konflik interpersonal di pihak yang lainnya.
Penggolongan abnormalitas sebagai suatu kontinyu ini dikelompokkan dalam 3 corak,
yaitu :
1. Corak neurotis
2. Corak kepribadian yang inadekuasi
3. Corak kepribadian yang devisi

74
lOMoARcPSD|14921556

Dalam corak yang manapun, abnormalitas-abnormalitas mungkin saling berbeda satu sama
lain dalam intensitas konfliknya maupun dalam pengarahan konflik-konfliknya.
Pengarahan konflik, harus dianggap sebagai suatu fakta primer abnormalitas
manusiawi. Usaha-usaha untuk menerangkan abnormalitas kepribadian yang deviasi,
berdasarkan konflik motivasi fundamental, seperti yang diperoleh dari kepribadian neurotis
yang mendistersikan pengertian kita tentang penyimpangan sosial. Faktor intra atau inter
personal adalah struktur egonya. Struktur ego yang bersosialisasi dengan baik akan
meningkatkan konflik intrapersonel suatu struktur ego yang dikembangkan lemah akan
menghasilkan kepribadian yang inadekuasi suatu struktur ego kelompok yang menyimpang
atas yang dikembangkan individual menyebabkan abnor alitas abnormalitas tipe yang
menyimpang.
Besarnya ego dan ego training yang dianut masyarakat pada anak-anaknya,
nampaknya mempunyai hubungan yang erat dengan variasi-variasi abnormalitas diperoleh
dalam masyarakat itu.
Ada bukti bahwa kebudayaan barat, mengalami perubahan bentuk dalam tipe latihan ego
yang diberikan pada anak-anaknya mengakibatkan pula perubahan-perubahan dalam
kejadian abnormalitas sebagai keseluruhan dan dalam kejadian-kejadian relatif dari tipe-
tipe abnormalitas yang fundamental.

75
lOMoARcPSD|14921556

VIII
DIAGRAM RAKSI PSIKOTIS
A. PENGANTAR :
Dinamika psikosis lebih kompleks dan sulit dimengerti daripada dinamika ketidak
obnormalan yang lebih ringan. Pengumpulan riwayat kasus sangat sulit karena pasien
sering tidak dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Mereka mungkin tidak
berbicara sama sekali, atau pembicaraannya sedemikian aneh dan jenuh dengan simbolis –
simbolis sehingga tidak berarti apa-apa bagi pendengarannya. Pada asikoterapi
pembicaraan antara ahli terapi dengan pasien sering tidak memberikan hasil yang
memuaskan, karena alasan yang sama.
Riwayat kasus yang dikemukakan mengenai psikotik, biasanya kurang lengkap dan
kurang memuaskan bila dibandingkan dengan riwayat-riwayat untuk bidang psikopa
kehilangannya. Faka-fakta mengenai kehidupan dan kepribadian pasien pada waktu yang
lalu sering kali tidak ada. Bila data-data cukup banyak, analisa secara diagram adalah
sangat sukar. Pembentukan simtom mungkin berlebihan, melampau tian bidang kehidupan
sehari-hari pasien, sehingga kita dihadapkan dengan suatu masalah yang sukar untuk
memilih apa yang paling relevan dengan dinamika yang menjadi dasar gangguan tersebut.
Disamping itu, sifat kompleks mungkin sangat kabur, karena begitu baik disembunyikan di
bawah sintom – sintomnya.
Suatu faktor baru harus dipertimbangkan dalam menganalisa tipe-tipe psikosis. Telah
terjadi desintegrasi pada fungsi ego, sehingga ego tidak lagi bertindak dengan cara yang
terpadu dalam menghadapi pertentangannya dengan egoa alien motive. Regressi mungkin
sangat kuat dalam beberapa kasus dan lemah serta tidak berpengaruh dalam kasus yang
lain atau mungkin berubah dengan cepat dari satu hal yang ekstrim ke hal yang lain.
Seorang pasien yang sehizonhren, misalnya mungkin menunjukkan repressi yang kuat ada
neurosisi, fungsi ego yang lemah pada kepribadian in adokuat, dan kepribadian yang
menyimpang pada saat yang sama. Bahkan simtom-simtom yang tidak menyolok
mempunyai kepentingan yang sama, karena pasien nampaknya kehilangan kesadatan
mengenai identitas pribadi dan juga mengenai lingkungan sosial dimana ia berada.
Kasus-kasus psikosis yang belum kronis dan kepribadian yang asli masih dapat
dibedakan akan lebih mudah dimengerti dan dianalisa bila dikumpulkan, ketiga kasus yang
dianalisa akan menjadi tiga tipe pembentukan simtom yang disebarkan secara luas pada
psikose-psikose. Ketiga tipe ini adalah reaksi paranoid, reaksi schizonhrenia dan reaksi
denresive.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan, yaitu bahwa psikosis menunjukkan tidak
lebih daripada suatu dinamika yang didapatkan dalam penyesuaian-penyesuaian yang
menyimpang yang lebih ringan. Ada dua fakta yang bertentangan dengan asumsi ini, salah
satu diantaranya adalah pentingnya etiologi organis dalam psikosis, yang dalam beberapa
kelompok harus dianggap sebagai sebab dasar, dengan etiologi psikologis yang memegang
peranan subsidier. Bahkan dalam psikosis-psikosis itu pun, seperti pada schizonhrenia
ataupun paranoia yang digolongkan sebagai fungsional, kemungkinan etiologis organis
yang memperkuat munculnya gangguan tidak dapat diabaikan begitu saja.
Fakta lain ialah bahwa perkembangan kepribadian psikosis dari hidup yang lebih
awal sering kali mengikuti jalur kehidupan yang kurang lebih terpisah dari jalur
kehidupannya sendiri sedemikian arah sehingga ahli psikiatri membicarakannya sebagai
<pre psikotis=, bukannya sebagai sifat kepribadian yang neurosis kadang-kadang neurosis
yang berat terlihat pada tingkat terakhir dalam perkembangan daripada tingkat setengah
jalan psikosis. Bukti – bukti yang sesuai mengenai hubungan neurosis dan psikosis belum
dikumpulkan (Noyes and Kold), meskipun konsensus berpendapat sekarang ialah bahwa
suatu kelanjutan langsung terdapat antara kedua bentuk. Disamping pendapat itu, tidak

76
lOMoARcPSD|14921556

adanya kesimpulan yang berdasar pada bukti menyebabkan para pnyelidik untuk berhati-
hati dalam membuat generalisasi kelainan dari kelain yang satu ke yang lainnya.
Dengan mengingat tindakan yang berhati-hati ini masih mungkin untuk menemukan
terjadinya fungsi ego-ego alien yang umum dalam kepribadian psikotis, dan untuk
menurunkan pengertian itu dengan cara yang berarti dalam menggeneralisasikan dinamika
psikologis mengenai neurosik

DINAMIKA KASUS PARANOID SCHIZOPHRENIA :


Kasus pertama adalah schizophrenia paranoid pada seorang pemuda usia 31 tahun.
Dari beberapa fakta umum, hanya mengetahui sedikit mengenai masa kecilnya, tetapi
perkembangan sistom-sistom dari mulai terjadi sampai sekarang terungkap dengan jelas.
Komentar-komentar mengenai kasus ini ditambahkan oleh psikiater dalam menjelaskan
dinamika psikologis.

Kasus :
E.F.D 31 tahun belum menikah lemah penampilannya. Ia tinggal bersama ibu dan
kakak perempuannya. Sebagian besar dalam kehidupannya, tidak pernah menunjukkan
perhatian terhadap wanita dan pergaulan sosialnya sangat terhambat, ia tidak dapat bergaul
dengan baik, terhadap laki-laki maupun terhadap wanita. Salah satu cara pergaulan adalah
pesta minum dengan teman laki-lakinya.
Mulai terjadinya psikosis pada pasien satu kira-kira 4 tahun sebelum dirawat di
rumah sakit jiwa. Suatu malam ia menderita sakit ketika sedang minum-minum dengan
beberapa temannya, setelah seorang diantara temannya menolong mengantarkannya ke
kamar mandi. Karena merasa berterima kasih, E, F. D. secara spontan merangkul lehor
temannya dan menciumnya. Keesokan harinya seorang teman laki-laki yang juga berada
pada pesta tersebut mengejeknya dan mengatakan bahwa pasien < sedikit aneh=. Karena
seorang laki-laki tidak saling berciuman, bahkan bila sedang mabuk sekalipun. Meskipun
kata-kata yang diucapkan itu sebagai gurauan mempunyai dampak yang mengerikan pada
diri pasien.
Setelah kejadian tersebut, pasien menunjukkan kegelisahan yang makin meningkat
serta kekhawatiran akan kejantannannya. Ia mulai mengartikan kata-kata yang tidak
mempunyai arti apa-apa yang ditujukan kepada dirinya, ia beranggapan bahwa setiap orang
menyebarkan cerita buruk mengenai dirinya, dan dalam beberapa bulan ia mengalami
hallusinasi mengenai suara-suara yang menuduhnya melakukan hal-hal yang buruk,
bahkan ia menafsirkan gerakan-gerakan pada orang yang sedang bekerja di kantornya
ditujukan kepada dirinya. Meskipun ia mempunyai posisi dengan honor yang baik selama
beberapa tahun ia mulai sering berganti-ganti pekerjaan agar dapat melepaskan diri dari
<tuntutannya=. Akan tetapi pola waham dikejar-kejar yang sama akan muncul kembali
dalam setiap situasi yang baru.
Setelah masuk rumah sakit jiwa, tingkah laku yang sama tetap muncul. Suatu
pemeriksaan tenggorokan secara rutin menyakinkannya bahwa seseorang telah menanam
kuman-kuman penyakit kelamin dalam kerongkongannya agar ia mempunyai tingkah laku
yang menyimpang. Ia mengakui bahwa ada keinginan untuk mengejar pengejarnya dan ia
dapat menahan diri karena takut akan hukuman. Pasien mencoba bunuh diri dengan
memotong urat nadi dengan kaca akhirnya pasien mengembangkan suatu kompulsi
berjalan dengan bibir terkatup rapat dan tangannya diletakkan diatas mulutnya.
Analisa psikiatris yang menyertai kasus tersebut memperhatikan masalah-masalah
yang mendalam yang dialami pasien tersebut sehubungan dengan kejadian itu hubungan
pasien dengan teman yang telah menolongnya ketika ia sakit adalah sama dengan
hubungan seorang anak dengan ibu yang membantunya dan responnya mencium temannya
ialah respon seorang anak yang berterima kasih. Selama session terapeutis di rumah sakit,
percakapan diarahkan kepada topik homoseksualitas, psikiatris menegaskan bahwa sifat

77
lOMoARcPSD|14921556

homoseksual terdapat pada setiap laki-laki dalam taraf tertentu. Disamping usaha untuk
meyakinkan bahwa aspek-aspek kepribadiannya tidak menyebabkan ia terasing dari semua
dari kehidupan dalam masyarakat, defence – defence psikotis tetap ada tidak dapat
berubah.

Figure 21

Childhood and
Adolescence
Regreased
dependency on
mother. Emotional
Developing ideals
of masculinity and
independence.
Developing
The Oedipus sexuality. Hostility
complex engendered by
dependent relation

Emotional lies to Sexual emotions


Symptom Formation mother, sister towards men
(Defenceagainst
Oedipus Coplex)

Ridiculed for kissing man


friend at drinking party
Precipitating
Event

Regressed dependency Masculine ego ideals


and mother fixation

Homosexuality hoslitiy
The Complex
Locthing of
Guilty Feeling homosexuality

Paranoid
Falsely accused by Desires to stricke Sucidal impulses
Sysptoms
people back at tormentors

(Projection and reaction formation)

78
lOMoARcPSD|14921556

Diagram untuk khusus tersebut dibagi menjadi 2 bagian-bagian atas adalah kejadian-
kejadian mencetus yang menunjukkan status kompleks sebelum kejadian yang
mengakibatkan perkembangan antara paranoia, dan bagian bahwa menunjukkan status
kompleks pasien pada waktu pemeriksaan psikiatris.
Diagram bagian atas didasarkan pada penafsiran psikiatris mengenai masa kanak-
kanak pasien. Ketergantungan dan ikatannya pada ibu yang menyebabkan terbelahnya
perkembangan emosional seksual yang progressive, ketika ia mencapai kematangan
seksual. Konflik antara seksualitas yang terbuka dan fixasi regressi dengan ibu dipecahkan
dengan memelihara ikatan emosional yang erat dengan rumahnya dan nada saat yang sama
mengarahkan dorongan-dorongan seksual yang spesifik pada laki-laki. Kita tidak
mengetahui kemungkinan adanya reaksi-reaksi permusuhan pada masa kecilnya yang
mungkin diarahkan kepada ayahnya atau pada orang lain.
Regressi, perasaan pasif terhadap kedua jenis kelamin, sering kali mendasari perasaan
bermusuhan. Pada suatu kejadian ± 27 tahun, ia mencapai suatu keseimbangan yang dapat
diterima dengan cara terbelahnya kehidupan emosional ini. Dalam diagram ini disebut
sebagai fefence terhadap pedinus commler yang tidak disadari. Orientasi homoseksual
yang latent hanya diungkapkan sebagai sifat kepribadian, karena kebutuhan untuk
merepressnya dari fungsi ego belum begitu akut untuk menimbulkan konflik-konflik yang
serius.
Karakter khusus dari precipitating event berasal dari fakta bahwa dorongan-dorongan
emosional yang terpisah digabungkan dalam satu tuduhan tunggal terhadap seseorang.
Dalam ciuman simbolis ini dapat mengungkapkan minal seksual dan rasa terima kasih
terhadap seseorang tokoh ibu. Dapat dimengerti bahwa belahan dalam kehidupan
emosional dapat terbentuk secara permanen oleh penerimaan secara sadar homoseksualitas
yang pasif, tetapi ideal yang berkembang mengenai kejantanan tidak dapat menerima jalan
keluar yang demikian.
Setelah kejadian precipitating event, situasi berubah. Dorongan-dorongan
homoseksual kini disadari karena diketahui oleh temannya menjadi suatu ancaman
terhadap ego ideal kaskulinnya dan sebagai akibatnya harus di repress. Diagram dibagian
bawah, bagian ego alien dari kompleks yang kedua yang terdiri atas dua lapisan
ketergantungan pada ibu yang merupakan regress berkonflik dengan norma-norma dewasa
dan homoseksualita yang telah menyelesaikan konflik yang haru pertahankan dengan
repression. Penyelesaian konflik ganda ini diadakan dengan mengorbankan sanity pemuda
tersebut. Bukannya mengungkapkan suatu minat terhadap jenis kelaminnya sendiri, bahkan
dalam bentuk yang lunak. Ia sekarang harus me repressnya dengan sekuat tenaga yang
dicapainya dengan menggantikan perasaan – perasaan yang berlawanan benci dan
ketakutan (reaction formation). Pasien juga me rasionalisasikan kebalikan perasaan ini
dengan membentuk waham-waham dan dengan mengkhayalkan suara-suara yang menuduh
(proyeksi). Juga harus diperhatikan bahwa kebalikan perasaan terhadap laki-laki
merupakan suatu pencerminan yang sebenarnya selama kejadian pencetus, dimana ia
mengungkapkan perasaannya secara terbuka terhadap laki-laki yang menjadi sumber rasa
sakit ketika ia diejek.
Jadi dapat dilihat bahwa, dalam riwayat kasus ini gejala paranoid pada dasarnya
merupakan defence pasien terhadap homoseksualitas yang di repress, tetapi bahwa
homoseksualitas itu sendiri merupakan defence asli terhadap masalah-masalah yang tidak
disadari yang disebabkan eodipus complex. Meminjam suatu ungkapan dari psikoanalisa,
simtom-simtom psikotis merupakan suatu defence against a defence.
Sistem utama simtomatologi dapat di ikhtisarkan dalam tiga statement, yaitu :
(1) perasaan yang di repress adalah lawan perasaan yang diutarakan (reaction
formation).
(2) sistem delusi me rasionalisasikan perasaan sebaliknya sebagai suatu defence terhadap
defence yang lain

79
lOMoARcPSD|14921556

Sehubungan dengan pokok yang terakhir, adalah menarik untuk memperhatikan bahw
psikoterapi pendahuluan yang diarahkan untuk mengatasi repressi yang kemudian bersifat
sekunder, sering kali tidak berhasil atau bila efektif akibatnya menjadi lebih parah.
Beberapa dari masalah-masalah terapeutis yang paling serius dihadapi oleh pasien dimana
gejala-gejala psikoneurotis dipertahankan sebagai defence terhadap defence.
Dalam keadaan ini perbedaan terapeutis dari repressi yang menimbulkan simtom-simtom
psikoneurotis mungkin memaksa pasien untuk menggantikannya dengan pembentukan
psikotis. Simtom psikotia dengan sebab yang sangat besar bahwa ia akan menjadi sama
sekali tidak dapat ditangani untuk pekerjaan terapeutis yang lebih lanjut.
Dalam riwayat kasus berikut ini, dikutip dari Freeman Cameron & Me Ghie,
<CHRONIC SCHIZOPHRENIA=, analisa diagram dipusatkan pada simtom-simtom awal
dan simtom-simtom selanjutnya dan ciri-ciri kompleks yang menimbulkan simtom-
simtom.

Kasus 18 :
Pasien adalah anak perempuan sulung dari dua bersaudara. Ayahnya telah meninggal
dan ibunya mengemukakan bahwa ia merasa puas dengan keadaan pasien. Pasien adalah
seorang anak yang sehat dan mudah di didik. Meskipun ia seorang murid yang pandai, ia
cenderung malu dan peka terhadap anak-anak yang lain. Pada usia 17 tahun, ia menderita
rasa sakit pada kaki dan kerongkongannya dan tidak sekolah selama satu tahun. Selama ini
ia mudah marah serta ingin menyendiri. Pasien kemudian melanjutkan sekolahnya ke
universitas dan mendapatkan gelar M.A pada usia 21 tahun, dan melanjutkan ke sekolah
tinggi latihan guru ketika ia berada di sana, ia menderita demam dan mulai merasa
khawatir akan keadaan jantungnya. Pasien menjalani tonsillektoni, tetapi ia tidak dapat
bertahan sekolah terus dan ia mengeluh mengenai kelelahan serta otaknya yang menjadi
<bodoh=. Pasien R. S ketika berusia 23 tahun, setelah menjalani Elector Shock Terapi,
kemudian ia keluar dari R.S beberapa bulan kemudian. Pasien kembali ke rumah, tetapi ia
menjadi bingung, merasa bahwa makanannya di racun dan menolak untuk membersihkan
diri. Ketika orang tuanya mendesaknya supaya membersihkan diri, pasien menjadi impulsif
dan agresif. Pasien berulang-ulang mengatakan ibunya <pembunuh= dan <penyihir= dan
mengatakan bahwa ibunya menghipnotis dirinya. Akhirnya pasien masuk kembali ke
rumah sakit pada tahun yang sama. Sejak ia masuk R.S ia makin merosot dan tidak
memberi respon terhadap perawatan. Nampaknya ia lemah dan tidak rapih, gerakannya
tidak selaras dan berbicara pada dirinya sendiri dengan pembicaraan yang cepat dan tidak
padat dimengerti. Kadang-kadang ia mengamuk dan menyentakan kakinya di ruang rumah
sakit, pada waktu yang lain ia duduk di sudut dan kejang karena tertawa yang berlebih-
lebihan.
Meskipun tidak pernah dirumuskan suatu terapi proses shizomhrenia yang dapat
diterima secara umum, kita dapat melihat beberapa ciri yang menonjol (gambar 22) yang
telah terungkap dalam suatu bentuk atau bentuk yang lain. Pada fungsi ego penderita
schizophrenia sering menunjukkan suatu perkembangan ego yang lemah, terutama dalam
suasana hubungan sosial. Yang kadang-kadang disebabkan karena menarik diri dari
hubungan sosial dan kadang akibat dari didikan yang tidak sempurna dari pihak orang tua.
Penderita schizophrenia nampaknya sanggup me repress dengan kuat dan pada saat yang
sama dapat mengungkapkan impuls – implus, ego alien seperti pada struktur karakter yang
menyimpang bahkan dalam perkembangan psikosis yang menarik diri terjadi banyak
penurunan dari sistim ego. Banyak teori yang menekankan kehilangan dirinya dan persensi
diri, yang mengakibatkan suatu proyeksi dari hal-hal yang tidak diinginkan dan yang
ditakutkan dari dirinya sendiri ke lingkarannya. Bila kontrol ego mengalami desintegrasi
dengan lebih menonjol. Keadaan regressive, kontrol ego yang tidak utuh juga menjadi
lebih menonjol pada tahap berikutnya.

80
lOMoARcPSD|14921556

Regressed infantile Regressed ego


motives controls

The Hostility towards Week special ego


Complex mother development

Dear of beiug over Week med self


whelmed by mother perception

Early
Symtoms :
Fatogie Confusion Delusion of Agr essive Mother a
<numbrain= poisonod good refusal to <limurderss=
work hypmotising
her
Advamced
Symsoma

Fatogie Un coordinated Caliking sale Fite of Uncontroling


<numbrain= movements rage laughing

Figure 22. deterioration in a Case of Schoizophrenia

Implus ego alien menjadi primitive dan mengalami regressi khususnya pada tingkat
psikosis yang lebih lanjut. Motive-motive yang dapat diidentifisir dengan jelas sebagai
motive seksual mungkin sangat kacau dan sukar ditentukan arahnya. Serta mungkin di
campur dengan motive-motive hostile aggressive dan motive menarik diri atau
mengasingkan diri. Respon infantile yang paling primitive seperti melumuri atau menelan
benda-benda yang tidak dapat di makan, mungkin muncul kembali. Simtom-simtom
psikosamatik, keadaan kebingungan dan proyeksi-proyeksi ego alien motive dari tipe
hostile agreesi dan tipe fear anxiety. Pada hal ini simtomatologi lebih lanjut menambah
penurunan dalam penampilan jasmaniah dan ketidak selarasan koordinasi motorik. Bila
semua itu digabungkan ciri-ciri berikut adalah yang paling menyolok :
1. Impuls-impuls ego alien yang kurang terkendali
2. Tingkah laku regressi
3. Pengasingan emosional dan sosial
4. Penurunan kondisi fisik
5. Permusuhan dan takut akan ibunya
Ciri terakhir menyebabkan kasus ini sebagai suatu gambaran yang baik dari teori-teori
melane klein yang menafsirkan schizophrenia sebagai akibat dari dorongan-dorongan
hastile destruction yang infantil yang pada dasarnya ditunjukkan kepada ibunya.

81
lOMoARcPSD|14921556

D. REAKSI DEPRESSIF PSIKOTIS :


Kasus berikut diringkas dari Noyes & Kolb <Clinical Psychiatryl=, di diagnosa
sebagai reaksi psikotis depressive,

Kasus 19 :
C.H seorang wanita telah menikah berusia 31 tahun sebagai guru sekolah, yang
dirawat di rumah sakit jiwa swasta dalam keadaan bingung, murung dan merasa emosinya
tertekan. Bicaranya retarded dan isi percakapannya adalah :
1. Ketakutan menyakiti orang lain
2. Keinginan yang kuat untuk menyakiti dirinya
ia masuk rumah sakit setelah mengatakan akan bunuh diri. Pasti mengutarakan perasaan-
perasaan adalah, mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat menolongnya, dan pada
beberapa kesempatan ia memasukkan kepalanya ke dalam kloset dan menyiramnya.
Berulang-ulang ia mencari kepastian dari, sekelilingnya bahwa ia tidak pernah menyakiti
orang lain.
C.H adalah puteri seorang bankir konservative yang berhasil dan seorang ibu yang
digambarkan sebagai seorang yang neurotis dan memiliki dorongan sosial yang sangat
besar, suatu sifat yang dijumpai pula pada puterinya pada saraf yang tinggi. Petunjuk satu-
satunya yang negative pada masa kanak-kanaknya adalah sering mimpi buruk. Secara
keseluruhan ia nampak sebagai seorang anak yang bahagia, berkelakuan baik dan mudah
bergaul. Pasien menamatkan sekolah swasta dengan baik dan melanjutkan sekolahnya ke
perguruan tinggi yang terkenal dimana kariernya menonjol, baik sebagai siswa maupun
dalam aktivitas-aktivitas ekstra kurikuler. Setelah memperoleh gelar M.A pasien mulai
kariernya sebagai seorang pengajar, yang sangat berhasil selama 4 tahun.
Sampai saat kehidupan ini, kepribadian C.H digambarkan sangat well adjusted.
Kesulitan dimulai ketika ia menikah pada usia 26 tahun. Suaminya secara intelektual
cerdas, tetapi seorang psikpat. Di perguruan tinggi, ia diawasi oleh seorang psikiater dan
tidak lama setelah pernikahan dia menghabiskan beberapa waktu di sanatorium swasta.
Setelah keluar dari sanatorium, ia bekerja pada beberapa perusahaan tetapi selama
perkawinannya ia tidak pernah memegang posisi yang bertanggung jawab dan posisi yang
berpenghasilan tinggi. Keadaan perkawinan dengan cepat menjadi buruk setelah kelahiran
anak yang pertama. Mereka terpaksa pindah ke perumahan yang sederhana. Pada saat
suaminya kehilangan pekerjaan dan mulai minum-minuman keras secara berlebihan.
Akhirnya mereka kembali tinggal dengan orang tua pasien dan kemudian dengan orang tua
suaminya. Di kedua tempat itu keadaannya tidak memuaskan dan akhirnya mereka pindah
ke perumahan yang sangat buruk. Pasien kini bekerja untuk membiayai keluarganya karena
suaminya menjadi pemabuk. Pasien secara jasmaniah mulai merosot, menjadi tegang,
pelupa, dan bingung. Yang merupakan laporan yang paling awal mengenai simtom-simtom
yang kemudian menyebabkan pasien masuk rumah sakit jiwa.
Setelah kelahiran anaknya yang kedua. Kehidupan mereka menjadi semakin sulit
dipertahankan. Pada titik krisis ini suaminya menolaknya secara seksual serta
memberitahukan bahwa ia memperoleh kepuasan di tempat. Pasien mendapat pekerjaan
sebagai pelayan, dia berusaha mencari nafkah dan mengurus anak-anaknya yang masih
kecil. Yang mempersulit keadaanya adalah suaminya jatuh sakti dan ia mendapat
kecelakaan.
Ada suatu komentar yang patut dicatat adalah mengenai karakter pasien yaitu dalam surat
yang ditujukan kepada seorang temannya, ia mengeluh mengenai simtom-simtom
jasmaniah dan menyatakan bahwa ia dan suaminya <tidak berhubungan baik satu sama lain
dan dalam banyak hal mereka saling membutuhkan satu sama lainnya=.
Seorang teman dari perguruan tinggi menyatakan bahwa pasien telah mengetahui
kelemahan-kelemahan suaminya, sebelum menikah dan mereka menikah karena kebutuhan

82
lOMoARcPSD|14921556

pasien untuk membela dan melindungi suaminya. Seorang saudara suaminya menyatakan
sikap tersebut dengan menghubungkan, bagaimana pasien selalu lari merangkul suaminya
untuk melindungi bila ada seseorang yang mengkritik suaminya. Kometera lainnya yaitu
bahwa sebenarnya pasien mempunyai perasaan permusuhan yang mendalam terhadap ibu
dan hal ini penjelasan mengenai ciri-ciri kepribadiannya.
Tidak lama setelah dituasi keluarga yang tidak ada harapan, pasien masuk rumah
sakit jiwa dengan keluhan-keluhan seperti yang telah dilukiskan diatas. Pasien diberi
serangkaian perawatan dengan shock terapi, yang dilanjutkan dengan perawatan insulin,
telah menghasilkan suatu perbaikan sedikit. Beberapa bulan kemudian, ia dipindahkan ke
rumah sakit pemerintah pada rumah sakit tersebut pasien menjadi semakin buruk
keadaannya setelah seorang pasien pria mendekatinya di dapur, ia menunjukkan gejala-
gejala murung, cemas dan perasaan tidak sesuai. Hanya setelah dilakukan psikoterapi ia
mulai sembuh, setelah beberapa bulan kemudian, pasien diperkenankan pulang, walaupun
ia, melanjutkan terapi dengan berobat jalan.
Setelah lebih dari 8 tahun ia sembuh sama sekali. Pasien bercerai dari suaminya dan ia
kembali mengajar.
Pasien seorang wanita yang sangat berwibawa, mudah bergaul dan cepat
menyesuaikan diri, tetapi disamping kelebihan tersebut diatas, struktur kepribadiannya
seperti semua orang dalam hal-hal tertentu ia mudah tersinggung. Hal yang aneh adalah
ego alien motive yang menyebabkan ia melakukan pernikahan yang demikian, dan dalam
keadaan tersebut mencegahnya untuk berjuang secara efektif melawan penurunannya yang
makin lanju dimana suaminya menguasai dirinya.
Perjuangan pasien sebenarnya bukan melawan lingkungan, melainkan melawan dirinya
sendiri dan akibatnya adalah suatu pertentangan yang lama dan berbahaya dengan psikosis
yang menetap. Pada gambar 23 ditunjukkan dua ciri ego alien yang menghambat pasien
untuk bertindak efektif demi kepentingannya sendiri yang paling penting dari kedua ciri ini
adalah repressi reaksi-reaksi permusuhan yang ditanganinya dengan mengarahkan pada
dirinya sendiri. Untuk menunjukkan secara lebih jelas sifat permusuhan yang introproyeksi
ini. Dilukiskan seolah-olah muncul dari struktur ego alien dimana dipantulkan kembali
kedalam struktur kepribadian yang repressive.

83
lOMoARcPSD|14921556

Figure 23

Hostility toward Incorporation of


mother mother’s social drive

Strong ego
development

Conditioning Adverse events of


Event married

The Brecinitating Sexual rejection


Event by husband

Dependent need to Strong serse of


protect and reusability.
mother. Unedited
sexual need Conceru for others
Hostility
Profesional and
The Builty Feeling social ideals
Complex

Anxiety

Symbol
Formating

Conlusion Fear of Fear of Expressions of Suicidal


depression injuring injuring guilt and worth gestures
retardation someone someone laseness

84
lOMoARcPSD|14921556

Karena suatu alasan, pasien tidak dapat mengungkapkan permusuhan terhadap obyek yang
normal. Hambatan terhadap pengungkapan seuntuhnya menyebabkan rasa permusuhan itu
muncul dalam dua bentuk, di satu pihak menimbulkan perasaan bersalah dan
membangkitkan anxiety, yang dapat dilihat langsung dalam simtom-simtonya sendiri. Di
lain pihak mengalami konflik dengan ego alien motive utama yang lain kebutuhan untuk
tergantung pada suami yang merupakan suatu jalan untuk kepentingan seksualitasnya.
Konflik antara dua ego alien motive yang direpress, terutama antara motive permusuhan
dan ketergantungan atau motive seksual, cenderung menimbulkan kegelisahan yang difus
dan reaksi-reaksi ketakutan yang tidak beralasan, yang dapat kita lihat dalam ketakutan-
ketakutannya yang berulang-ulang bahwa ia mungkin menyakiti seseorang dan dengan
secara kontinyu berusaha mencari kepastian bahwa ia sebenarnya tidak menyakiti orang
lain.
Suatu interprestasi atas permusuhan yang didukung oleh beberapa pokok dalam
riwayat kasus, yaitu :
1. yang penting jelas dapat dilihat dalam simtomato lagi melalui hubungan dalam
percakapannya antara ketakutan menyakiti seorang dan keinginan menyakiti diri.
2. selama hidup berkeluarga ada hambatan pengungkapan rasa permusuhan yang aneh
dalam menghadapi lingkungan dimana seharusnya rasa permusuhan itu muncul. Dari
pasien kita dapatkan keluhan-keluhan mengenai dirinya dan keadaan jasmaninya serta
usaha-usaha kontinyu supaya ia bertanggungjawab atas suksesnya perkawinan.
3. bila akhirnya ia mengeluh mengenai keadaan suaminya dalam surat yang ditujukan pada
temannya, dengan hati-hati ia melibatkan kritik mengenai dirinya.
4. terdapat bukti permusuhan yang diutarakan dalam kehidupan masa kanak-kanaknya,
meskipun dalam tahun-tahun selanjutnya ia mengakui bahwa ia merasa bermusuhan
terhadap ibunya.
5. akhirnya, permusuhan yang di intro proyeksikan sering berbentuk keinginan kn
menyakiti dirinya sendiri yang merupakan bahan penting dalam simtomatologi pasien
sebelum dan sesudah masuk lembaga.
Dua hal penting dalam kasus ini yang memasukkannya dalam kategori-kategori
psikosis. Periode-periode kebingungan pasien yang berdasarkan hidup sehari-hari yang
berarti bahwa ia menjadi sukar dikendalikan, tidak selalu yakin akan apa yang
dikatakannya, dimana ia berada atau apa yang akan ia lakukan keterbelakangan pikiran
dan pembicaraannya adalah satu simtom yang umum dalam psikosis. Hal lainnya, yaitu
uraiannya yang panjang lebar dan gerak - gerik akan bunuh diri, selalu berbahaya dan
perlu di rawat rumah sakit jiwa.

E. RINGKASAN :
Diagram-diagram tiga tipe reaksi psikosis, yaitu :
1. reaksi depress paranoid, adalah paranoid dan shizophrenia paranoid.
2. reaksi-reaksi regressi dan deteriorasi yang secara didapatkan pada schizopheria, keadaan
manic, dan pada kosis-kosis senile.
3. reaksi-reaksi psikotik depressi yang didapatkan dalam simpel depressi, melancholioc
involutional dan banyak kategori-kategori lainnya.
Simtomatologi paranodi pada kasus pertama bersifat defensif, berguna sebagai
topeng untuk menyembunyikan ego alien motive yang tidak dapat ditolelir lagi oleh ego
ideal, tetapi tidak dapat mengendan ke dalam bentuk laten yang murni, karena merupakan
defence-defence yang perlu terhadap masalah yang lebih mendalam. Sifat defensire ganda
dari kompleks ini berbeda dari perkembangan – perkembangan yang lebih umum dari
kompleks yang tercatat dalam bab VII. Dimana defence-defence yang lebih awal yant tidak
dpat diterima oleh ego ideal diabaikan demi defence baru. Ketidak sanggupan melepaskan
suatu defence yang lebih dahulu menyebabkan pembentukan simtom lebih ekstrim yang

85
lOMoARcPSD|14921556

lebih mungkin dipertahankan hanya dengan meninggalkan pertalian yang lebih realisitis
dengan lingkungan.
Kasus kedua menggambarkan suatu tipe reaksi schizonhrenia dimana simtom-
simtom regressi dan ego alien motive yang kuat dan terkontrol. Dalam tingkatan-
tingkatannya, kemudian suatu perkembangan ego yang lemah mengalami detoriorasi
sampai suatu saat pasien tidak dapat membedakan dengan jelas antara apa yang termasuk
dirinya dan apa yang termasuk lingkungan. Kasus ini membicarakan implus ego alien yang
paling dasar yang nampaknya merupakan reaksi ketakutan dan keharuman yang pada
dasarnya ditujukan pada ibunya.
Kasus terakhir membiarkan suatu reaksi depressive psikotis, kesulitan yang
mendasar adalah suatu ketidak sanggupan untuk menangari implus permusuhan yang di
arahkan pada dirinya sendiri.
Setelah kejadian pencetus motive permusuhan mulai muncul sebagai konflik dengan
berhubungan ketergantungan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan. Setelah kejadian pencetus
motive permusuhan mulai muncul sebagai konflik utama dengan berhubungan
ketergantungan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan untuk menjadi <ibu= dan melindungi
seseorang, dan pada kebutuhan-kebutuhan seksual. Akibatnya ialah pembentukan simtom-
simtom depresif dan bunuh diri.
Dilihat dari segi psikologis, simtom-simtom psikosis sebagian besar nampaknya
hanya sebagian bentuk yang lebih ekstrim yang didapatkan dalam kepribadian mal
adjustment yang ringan. Akan tetapi banyak psikose, seperti schizonhrenia, dari tipe
kepribadian pres psikosisi yang agak berbeda, menunjukkan bahwa faktor-faktor untuk
kepribadian yang menyimpang. Faktor-faktor organik dari tipe yang satu atau yang lain
sering dihubungkan dengan kelompok-kelompok psikose lain dan harus dipertimbangkan
sebagai faktor-faktor etiologis yang digolongkan sebagai psikose fungsional.

86
lOMoARcPSD|14921556

IX
KONSEP ABNORMALITAS DAN SISTEM NILAI

A. PENGANTAR

Bila ilmu pengetahuan mengenai bidang hidup manusia, maka dalam kerjanya
mencakup pula keputusan-keputusan nilai etis dan sosial.
Psikonatologi ilmiah, secara unik tercakup dalam sistem-sistem nilai manusia karena (1)
abnormalitas manusia secara tradisional dihubungkan dengan sikap-sikap etis dan sosial
tentang dosa berbuat salah. Non konfirmasi : (2) psikoterapi berkaitan dengan mengubah unit-
unit kepribadian yang lebih tinggi yang melibatkan nilai-nilai pribadi untuk digunakan dalam
masalah-masalah pribadi, sehubungan dengan pengambilan keputusan etis, psikonatologi
dapat berfungsi baik dengan secara terus menerus menganalisa dan re analisa kembali cabang-
cabang etis, konsep-konsep dan goal-goalnya. Dalam konsensi tentang psikonatologi harus
setegas mungkin, sehingga akan diketahui bilamana berfungsinya suatu sistem yang
menggambarkan dan menjelaskan dan bilamana norma-norma ditetapkan sebagai tindakan-
tindakan judgement atas individu. Bila dibandingkan dengan bidang lain, hal ini akan menjadi
jelas. Bila ilmu kedokteran mengumpulkan tabel-tabel berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin
dan kelompok tingginya. Digunakan suatu metode gambaran statistis. Tetapi jika dokter
memutuskan karena alasan-alasan kesehatan berat untuk kelompoknya ia akan menerapkan
suatu keputusan nilai pada keadaan jasmaniah untuk individual.
Tiga dasar dapat dibedakan atas tindakan-tindakan keputusan dokter :

1. Terdapatnya perintah-perintah etis tertentu terletak dibelakangnya (semua individu


harus tetap hidup dan sehat : individu-individu harus bertanggung jawab atas
kesejahteraan mereka sendiri setelah diberi nasehat yang baik).
2. Tabel berat badan merupakan ukuran-ukuran dapat dipercaya tentang berat-berat
badan dari kelompok lain dengan siapa individu yang bersangkutan dapat
dibandingkan.
3. Berat badan penting hubungannya dengan keadaan fisik yang disebut <Helath=

Menyangkut standart-standart nilai yang kedua dan ketiga menyangkut metode ilmiah,
tetapi ketiga-tiganya itu tercakup dalam tindakan dokter. Meskipun demikian, kita dapat
memisahkan langkah-langkah ilmiah pengukuran dan deskrinsi dari keputusan menurut norma
untuk menetapkan apa yang seharusnya ada.
Jika kita bekerja dengan obat-obatan dan kesehatan fisik kita merasa bahwa kedua
metode yang bersifat pengukuran deskripsi dan normatif tetap dipertahankan meskipun salin
berbeda satu sama lain, tetapi situasi nampaknya sangat berbeda bila kita menangani
psikoterapi dan mental hygine.
Disini fakta-fakta tingkah laku sedemikian jenuh dengan value judgment laku mungkin
sedemikian saratnya sehingga ilmiah dan mengadakan penilaian-penilaian normatif atas apa
yang kita lihat etis terhadap abnormalitas akan digabungkan dalam konsen-konsen yang
nampaknya netral, obyektif, ilmiah, sehingga apa yang nampak sebagai suatu penjelasan
mengenai abnormalitas ternyata menggunakan suatu yang tidak wajar.
Sebagai suatu perbaikan untuk situasi ini ada dua saran yaitu (1) bahwa psikologi selalu
bekerja menuju deskripsi ilmiah yang memisahkannya dari valua judgment. Dengan
menerima suatu sikap yang lebih baik terhadap masalahnya kita dapat menghindari dua posisi
seperti (2) suatu sikap bahwa ilmu pengetahuan dapat memisahkan sama sekali dari suatu
konsep etis (b) atau ilmu pengetahuan berdasarkan diri atas prinsip-prinsip etis yang
menyeluruh dan mutlak (2) kita dapat mengesahkan value judgment. Jika kita secara terus
menuer menuntut bahwa metode ilmiah diterapkan pada semua pekerjaan, suatu konsep yang

87
lOMoARcPSD|14921556

bersifat ilmiah dalam mendeskripsikan resiko patologi, harus ditunjukkan bahwa fakta-fakta
yang dideskripsikan dapat dihubungkan dengan urutan-urutan fakta lain yang juga
digambarakan dengan jelas oleh suatu konsep atau oleh konsep-konsep yang independen. Jika
kita memenuhi kriteria ini kita akan mengetahui bila kita mempunyai konsep-konsep ilmiah
atau konsep lainnya.
Kecenderungan – kecenderungan lembaga sosial iala pada saat memutuskan
abnormalitas tentang manusia. Menyarankan perbaikan-perbaikan untuk abnormalitas tanpa
banyak mengetahui hal itu. Ketika ilmu pengetahuan psikopatologi dikembangkan ilmu itu
telah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan yang makin meningkat guna mengarahkan diri pada
sistim etis, khususnya sosial politik atau keagamaan ataupun pada iklim sosial yang lazim
terdapat saja. Jika psikopatologi mengikuti tekanan-tekanan yang sedemikian maka akan
ditempatkan pada posisi yang memutuskan individu-individu tetapi menerima saja peraturan-
peraturan tersebut tanpa suatu pertanyaan : berarti suatu kekuatan yang konsepvatif atau
kekuatan reaksioner dalam masyarakat.
Diskusi tentang masalah psikonatologi membawa kita dalam pertanyaan apakah
abnormalitas itu Sinonim dengan non-konfirmasitas. Untuk itu ada 4 bagian khusus yang
perlu dibahas yaitu :
1. Membedakan antara kepribadian yang normal dan abnormal
2. Pengertian –pengertian nilai dalam bagian ego dari tingkat-tingkat laku ego alien
3. Yang penting adalah bidang psikoterapi
4. Bidang peranan psikoterapi preventive yang disebut menyal hygine

B. PRAGMATIS DASAR YANG MEMBEDAKAN KEPRIBADIAN ABNORMAL


DARI KEPRIBADIAN NORMAL :

Timbul pertanyaan siana yang disebut abnormal ? ahli-ahli psikologi rupa-rupanya ragu-
ragu diantara dua sikap sebagai berikut : disatu pihak mereka kedang menetapkan bahwa
smua orang abnormal seadanya. Dilain pihak merkea mengganggap merupakan bagian
populasi dari suatu golongan yang berbeda frekuensinya yang dapat di rumuskan secara
statistik. Nampaknya kedua sikap ini dapat dibenarkan tetapi apakah kita dapat
mempertahankan kedua sikap ini dapat dibenarkan. Tetapi apakah kita tidak menggunakan
kedua kata itu dalam dua arti yang berbeda ?
Argument untuk sikap pertama : didasarkan atas fakta yang tidak meragukan bahwa
sebagian besar sifat-sifat kepribadian individual jarang menunjukkan pembagian corak
berganda. Berdasarkan hal ini para siswa yang mempelajari abnormalitas berpendapat bahwa
istilah-istilah normal dan abnormal dapat diharuskan semuanya, dan digantikan dengan
sejenis kontinum yang bersifat deskripsi. Hampir semua text bool menekankan Kontinuitas
simomatologi antara normal dan abnormal dan mengingatkan akan keinginan orang awam
untuk menganggap kasus-kasus abnormalitas sebagai sesuatu yang sama sekali terlaras
terlemas dari kehidupannya sendiri. Sistem-sistem abnormalitas yang telah kita
pertimbangkan dalam bab-bab terdahulu dapat ditemukan pada apa yang disebut populasi
normal.
Dari pengamatan mengenai sistem kita kembali kepada struktur kepribadian, kitapun
mendapatkan prinsip yang berlaku sama yaitu konflik antara ego dan ego alien, rata-rata
diketahui pula oleh individu, meskipun tidak lepas dari efek-efek renrespions dan asurresion
yang tidak menyenangkan. Kebanyakan ahli-ahli psikopatologi setuju bahwa struktur
kepribadian tina neuritis sangat luas, terbagi bagi seluruh populasi dengan neuritme kita akan
dihadapkan pada suatu tipe dinamika yang sangat istimewa. Prinsip ini dapat berlaku pula
untuk corak-corak abnormalitas yang lainnya. Tujuan-tujuan yang superficial dan dapat
berubah pasivitas dan overadencency, bukan monopoly kepribadian yang indekuat karena
kenyataannya juga terdapat disekeliling kita. Proses sosialisasi kebudayaan kita sendiri, tidak

88
lOMoARcPSD|14921556

sanggup mencapai suatu tingkat keselarasan yang tinggi antara perjuangan-perjuangan alien
dan tuntutan-tuntutan serta tekanan-tekanan external, sehingga mengakibatkan kebanyakan
dari individu-individu menetapkan tujuan-tujuan anti sosialnya bersamaan dengan tujuan-
tujuan sosialnya pula dimana kedua-duanya cenderung terungkapnya dalam keadaan-keadaan
yang memungkinkan. Seorang memberi kuliah melukiskan suatu kasus yang khas sari seorang
prikopat, kepada para hadirin banyak hal yang membuktikan kesempatan untuk melihat
suasana humor yang baik bahkan kekaguman terang-terangan terhadap psikopat dengan mana
suatu penyimpangan psikopat yang tidak begitu tercela dapat diterima seolah-olah ada suatu
senar yang berespo kuat telah memikul dada para pengemar. Pengataman-pengamatan yang
sedemikian memperkuat pendapat bahwa kencendrungan-kecendrungan psikopati bukanya
tidak diketahui oleh orang normal.
Dalam tahun-tahun belakangan ini ahli-ahli psikopatologi banyak menggunakan test-test
psikometris dan angket-angket sebagai bantuan dalam mendiagnosa abnormalitas test dan
test-test tersebut adalah Rorchach. Thematic appersention Test dan minnesete multihasic
ipventory, experiment dengan test-test ini menerangkan bahwa kelompok-kelompok subyek
yang normal dan mungkin saling berbeda satu sama lain dalam nilai rata-rata yang diperoleh,
tetapi jangkauan kedua kelompok ini saling overload keadaan ini menjadi nyata bila
dibandingkan pada kasus-kasus neuroses dan subyek-subyek yang normal. Jadi selain
didukung oleh pengukuran juga dilakukan observasi kualitatif.
Hubungan test-test tersebut diatas dengan diagnonsa adalah sama seperti hubungan test
intelgensi dengan diagnosa feeble mindenesns. Dalam tiap kasus digunakannya sebagai
penghubung-penghubung dengan diagnosa, bersama dengan norma-norma lain yang akan kita
pertimbangkan sekarang tredgold menegaskan bahwa beberapa diantara penghuni lembaga
feelble minded akan mendapat nilai-nilai yang lebih tinggi dalam test intelegensi (IQ)
merupakan dull normal daripada seorang feeble minded yang berada diluar lembaga itu yang
mendapat I.Q dibawah 20.kriteria lain untuk diagnosa mental defective memerlukan
keputusan para ahli atas kemampuan orang yang diamati untuk mengatur persoalan-
persoalannya dengan waspada dan penuh tanggung jawab. Untuk mencapai keputusan ini,
perlu memperhitungkan keadaan-keadaan orang itu yang kemampuannya untuk bekerja secara
wajar dan dalam masyarakat pada umumnya.
Diagnosa-diagnosa abnormalisa berpijak pada dasar yang sama. Simtomatologi dimulai
pada keadaan-keadaan yang kongkrit dalam Riwayat hidup individu. Bahkan keparahan
sistem sering dianggap merupakan garis perbatasan antara Fungsinya tingkah laku secara
normal dan berfungsinya tingkah laku secara abnormal jadi tidak dapat diperikirakan secara
tepat. Bila tidak diketahui kompensasi apa yang dimiliki pasien untuk hal-hal itu dan
bagaimana orang-orang lain disekitarnya memberikan respon padanya. Suatu ritual
compulsive yang dilakukan dikantor lebih bersifar mal adjustive dari pada ritual yang
dilakukan sebalaum tidur malam hari, karena lebih terlihat dan lebih aneh. Keluhan adalah
lebih daripada suatu pernyataan sistem hal itu merupakan suatu pengakuan bahwa pasien
berada dalam kesalahan dan membutuhkan pertolongan. Dari segi panangan praktis abnormal
adalah suatu perombakan pola-pola kehidupan seseorang, suatu penurunan efisiensi dalam
hidup sampai titik dimana ia membutuhkan dukungan dan pertolongan orang lain, ini adalah
arti yang digunakan oleh yang berwajib dalam melaporkan kejadian abnormalitas dari
berbagai tipe dalam masyarakat pada umumnya.
Ada atau tidak adanya komsumsi yang efekif merupakan faktor penting dalam
meletakkan misalnya seorang laki-laki merasa tertekan untuk mendominasi lingkungannya
suatu sifat yang sering berkembang sebagai upaya menangani anxiety yang berlebih-lebihan.
Bentrokan sifat dengan orang lain dapat diganti bila laki-laki itu mempunyai sifat-sifat
keramahan, ras humor, atau intelegenci yang tinggi. Ada banyak cara. Tetapi kebutuhan untuk
berbuat demikian mungkin akan sama dalam kasus. Dorongan-dorongan sangat baik hasilnya
jika orang itu cukup cekatan. Kita ingat akan sifat-sifat kepribadian dari W.C FIFLDS aktor
komedi katanya ia sangat curiga dan tidak suka akan anak-anak dan binatang-binatang. Tetapi

89
lOMoARcPSD|14921556

sedemikian pandai sifat abnormal ini dipermandukan dengan gaya humornya hingga ia
menjadi salah seorang pemain komedi yang paling sukses pada massanya. Juga kasus Hetty
Greb. Wanita finansiar abad akhir, ia sedemikian pelit, hingga ia menolak membeli kantel,
lebih menyukai memasukan surat kaber dibawah pakaianya selama cuaca dingin.ia juga
secara kronis curiga ini memang luar biasa digambarkannya, namun kenyataannya keadaan
hidup menentukan sifat-sifat tingkah laku.
Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi cara bekerjanya kepribadian dan reaksi-
reaksi arang lain terhadap cara-cara itu, memperlihatkan hubungan yang erat antara diagnosa
dengan studi kehidupan individual. Abnormalitas itu bukan suatu konsen sikologis, karena
penataanya tergantung pada banyaknya fakta-fakta non psikologis . merencanakan suatu
katagori yang diterapkan pada individu-individu melalui konflik dan tiadanya kompensasi-
kompensasi yang adekuat, selanjutnya mengalami kegagalan dalam bagian hidupnya sampai
mereka memerlukan bantuan.
Diskusi untuk melihat dua cara mengenai abnormalis, dapat diringkasan sebagai berikut :
1. Abnormalities dianggap sebagai suatu penyimpangan dari anak yang khas atau rata-
rata bagi populasi pada umumnya terutama penyimpangan itu yang oleh sosial
dianggap kurang baik atau tidak patut. Hal ini merupakan gabungan antara konsen
statistik dan konsep normatif. Nilai utamanya terletak dalam fakta bagi mereka yang
telah menerima bantuan tak dalam fakta bagi mereka yang telah menerima bantuan
psikiater dalam mengatasi kesulitan mereka.
2. Istilah abnormalistis lebih terbayas suatu kategori pragmatis yang diterapkan pada
orang-orang yang perlu diperhatikan karena masalah-masalah psikologinya.
Ditentukan dengan menggunakan studi kasus, dan memberi perhatian mengeluhkan
simbol dan bermacam konsentrasi. Dalam kebanyakan contoh. Kesulitan pasien
dimulai dari precinatating event yang sebelumnya kita temukan suatu struktur
kepribadian yang peka yang pasca dasarnya tidak .

Dalam bekerja terapenutis yang sebenarnya keputusan untuk menerapkan konsen


abnromalitus atau tidak, tidaklah sangat penting kecuali pada konsep instanity yang menurut
undang-undang dapat digunakan untuk melepaskan individu dari beberapa hak-hak
kewarganegaraannya. Jika tidak keputusan hanya dilakukan dalam contoh-contoh, dimana
psikiater atau psikolog klinis membebaskan pasien setelah satu atau dua kali konsultan
dengan pernyataan bahwa ia tidak memerlukan terapi psikologis maupun medis. Keadaan
semacam ini nampaknya sering terjadi pada bidang mental hygieme atau dalam kerja ilmiah
mengenai teori psikotalogi lebih penting untuk mengingat dengan jelas apa yang kita
maksudkan dengan abnormalitas dan norma-norma apa saja yang kita gunakan untuk
menetapkannya.
Ada alasan-alasan yang baik untuk memihak definisi yang kedua mengenai abnormalisasi
yaitu yang diturunk dari analisa Riwayat kasus dimana penonjolkan utama dari data-data dari
ilmu pengetahuan psikopatologi yang sedang berkembang, sehingga bisa kita menggunakan
teori-teori test, kita harus menggunakan data-data yang sama, dengan menggunakan definisi
ini, pada mental hygien agak sukar untuk menggunakan konsensi normatif untuk
memahaminya.

C. RELASI ABNORMALITAS TERHADAP COMPOMITY.


Siswa-siswa psikotologi kebanyakan lebih menguntungkan dengan mental hygien
atau preventif abnormalitas dari pada dengan berani atau analisis ilmiah. Besarnya
kenaikan gangguan-ganguan kepribadian dalam dasawarsa- dasawarsa belakangan ini,
tingkat penolakan-penolakan psikiater pada dinas-dinas militer dan jumlah kasus-kasus
psikiater yang sangat besar dan menganggu pada PD II semua itu menimbulkan
tersangkutnya masyarakat dalam usaha mengatasi masalah tersebut.

90
lOMoARcPSD|14921556

Hal ini tercermin pada sejumlah buku-buku dan artikel-artikel yang mengaitkan
hubungan abnormalitas dengan masyarakat modern, diumumkan dalam 10 atau 15 tahun
belakangan ini. Beberapa diantararanya oleh ahli-ahli psikologi dan psikiater lain selain
literatur mereka kita terganggu oleh penyamaran yang berlebih-lebihan dapat disamakan
dengan khas adjustmen dan mal adjustmentance nilai-nilai sosial dan diskusi-diskusi
panjang lebar mengenai resiko-resiko menekankan keselaran pada kode-kode kelompok
sebagai tujuan mental hygiene dengan mengorbankan nilai-nilai sosial yang terdapat
dalam individualitas dan ketidak selarasan. Selain itu diskusi ini juga membicarakan
mengenai kemungkinan negara monolistis perseroan-perseroan raksasa dan ini
merupakan suatu Kekeliruan untuk dihubungkan dengan kejadian abxormalitas apakah
suatu struktur sosial yang autoriter akan menimbulkan lebih banyak abnormalities
berkurang.
Pada umumnya kini sudah disetujui bahwa faktor-faktor kebudayaan berpengaruh
dalam produksi abnormalitas tetapi untuk menentukan efek-efeknya yang dapat kita perlu
menganalisa pada tingkat struktur ego dan tingkah laku ego alien dimana fakta-fakta ini
sudah untuk ditetapkan. Tekanan-tekanan ecxternal untuk konfirmitas, mempengaruhi
orang dewasa terutama pada tingkat sunerficial dimana tingkah laku sosial diungkapkan
dapat dikatakan pada tingkat pembentukan sistem. Karena itu seorang dengan konflik
pribadi yang Gawat, tetapi lebih mengutamakan menyelamatkan tingkah laku sosialnya,
dianggap normal. Tetapi harus diingat bahwa kekuatan – kekuatan kebudayaan yang
menuju abnormalitas bekerja pada segala tingkat kepribadian pada segala periode
kehidupan.
Misalnya suatu contoh kongkrit untuk menetapkan bagaimana berliku-likunya
hubungan itu, dalam suatu masyarakat menghargai nilai-nilai indiviualitas, seorang anak
mungkin dapat dimengerti menurut kata dan contoh, ia harus menjadi seorang individu.
Pada tingkat keramaian ini . perintahnya ialah hanya suatu tekanan sosial lain saja, seperti
wajar, sebenar-benarnya tuntutan keselerasan individu seperti orang-orang lainnya.
Dalam pada itu apabila anak itu mulai dapat menginterpensikan dimana ia tidak boleh
menyetujui segala sesuatu yang dikatakan melainkan harus mengutarakan berbagai ide
untuk disumbangkan pada kelompoknya : atau bahwa ia dilahirkan dengan bakat-bakat
individual yang harus dikembangkan : bahwa ia harus kreatif dengan tanganya : bahwa
orang-orang dalam golongan sosialnya menunjukkan individulitasnya dengan
mengendarai mobil-mobil tua dengan segala contoh-contoh itu anak disosialir dengan
cara yang normal.
Akan tetapi mungkin terjadi bahwa tuntutan akan individualitas, akan mendorong
anak itu mengembangkan kecenderungan tingkah laku yang anti sosial yang kemudian
harus ditangan sebagai ego alien. Dalam hal ini anak bergerak kearah konflik dan
abnormalitas, jadi suatu sikap kebudayaan khususnya, secara serempak suatu tuntutan
keselaran an non keselarasan suatu produsen tingkah laku yang khas standar nilai yang
ingin digunakan oleh orang-orang dalam memutuskan apakah seseorang individu dalam
normal atau tidak
Norma-norma yang diturunkan sosial untuk individualitas dari keselarana, tidak
boleh dikacaukan dengan variasi individual. Dalam menganalisa suatu kasus
abnormalitas tertentu kita harus memperhatikan.
- Variasi individual dari suatu ikhtisar
- Variasi penerimaan sosial
- Apakah individu itu gagal pada peristiwa-peristiwa penting dalam tujuan hidupnya.
O’kelly dan mucker menyatakan soal itu, dengan menegaskan bahwa tuntutan dan
penilaian-penilaian sosial atas tingkah laku harus dianggap sebagai faktor yang
menyebabkan abnomalitas : artinya ada sangkut paut dengan penilaian sikap-sikap sosial
terhadap abnormalitas lembaga-lembaga kita berfungsi dengan cara yang diharuskan.
Keadaan ini berhubungan dengan analisa ilmiah abnormalitas. Terutama apabila

91
lOMoARcPSD|14921556

kepribadian sosial dapat dirubah sehingga tingkah laku yang asalnya dianggap ego lain,
mungkin menjadi tingkah laku yang diterima atau pembatasan-pembatasan sosial atas
tingkal laku mungkin berubah.
Dalam suatu diagram Riwayat kasus, tuntutan-tuntutan keselarasan dapat dilihat
dalam :
1. Sosialisasi masa kanak-kanak pasien
2. Struktur ego pasien
3. Jumlah dan jenis ego alien motive yang ditahan dalam repression
4. Jumlah ego alien motive yang di renress yang tadinya merupakan tuntutan dari ego.
5. Keseimbangan antara simtom pribadi dan simtom-simtom sosial.
6. Tuntutan-tuntutan external yang legal, moral dan sosial yang dikenakan terhadap
individu.

Pada umumnya dapat membantu untuk mengadakan pembedaan antara


tuntutan keselarasan yang dikenakan individu yang dikenakan pada dirinya sendiri
dengan tuntutan yang oleh agent-agent external untuk melawannya juga untuk
membedakan kedua sumber tuntutan ini masa masa kanak-kanak dan masa hidup
dikemudian hari.
Juga dapat membantu kita untuk memerikarakan apakah tuntutan-tuntutan
keselaran itu, terutama tuntutan-tuntutan positif terhadap prestasi-prestasi atau terutama
tuntutan-tuntutan negatif terhadap hambatan-hambatan atas kesalahan yang ada meskipun
hal itu sulit untuk dibedakan.
Psikologi ilmiah mulai mengerti hubungan yang berlaku antara tuntutan keselaran
dengan kepribadian bidang-bidang riset yang sangat luas letaknya dimaan dengan baik
studi mengenai kepribadian yang normal memungkan adanya. Tetapi psikologi muncul
sewaktu manusia masih dianggap sebagai gumpalan-gumbalan tanah liat yang oleh
masyarakat dalam bentuk yang diinginkannya. Gumpalan tanah liat adalah sesuatu
organisasi tingkah laku yang mengadakan tuntutan-tuntutan dirinya sendiri, menerima
tuntutan-tuntutan external dan sekaligus beraksi terhadap kedua duanya. Pengertian yang
lebih baik tentang abnormalitas, harus ada sebelum program-program perbaikan sosial
yang dilakukan dengan mudah. Psikotologi ilmiah membebaskan dirinya dari sikap-sikap
noratis yang merintangi kerjanya.

D. IMMATURITY PSIKOLOGIS SEBAGAI KRITERIA ABNORMALITAS

Kesukaran-kesukaran untuk menganggap normal sebagai satu keselarasan dan


abnormal sebagai ketidak selarasan menyebabkan beberapa pengaran menggunakan
konsep immaturity neuritis atau individu mempunyai petunjuk abnormalitas yang utama.
Individu yang neuritis atau individu yang menyimpang dapat dikatakan sebagai orang
yang menderita arrest perkembangan pada masa kanak-kanak atau periode remaja dan ia
berusaha untuk memenuhi tuntutan-tuntutan kehidupan dewasa dengan cara-cara
penyesuaian yang telah serasi dari pada periode kehidupan masa dini.
Individu moral adalah seorang yang dengan sukses memecahkan masalah-masalah
yang timbul pada tingkat yang lebih dini dengan demikian ia dapat mengembangkan
sikap-sikap emosional terhadap dirinya sendiri maupun pada orang lain untuk suatu
duniawi. Kebanyakan pendekatan pada abnormalitas dan mental hygiene adalah <The
Nature Mind= oleh H.A Univestreets dan emotional maturity. Pendapat ini menyetujui
beberapa fakta yang paling menonjol dari Riwayat kasus. Regresi dan fixexasi adalah
perangai-perangai kepribadian neuritis, yaitu kegagalan dalam mengembangkan metode-
metode dewasa yang khas untuk menghadapi masalah-masalah dan krisis-krisis yang juga
merupakan ciri khas dari kepribadian yang inedekuasi dan deviasi. Nampaknya benar

92
lOMoARcPSD|14921556

bahwa banormalitas mempunyai hubungan yang erta dengan siklus hidup dengan
penyakit tertentu dalam masa infancy dan masa kanak-kanak masalah-masalah tambahan
yang mengkarakteristik pada periode remaja tahun-tahun dewasa yang mempunyai
perangai lain dan akhirnya tahun-tahun usia lanjut yang menurun disertai penyakit-
penyakit kepribadian khusus yang digolongkan dengan nama smile deterirasi.
Psikologi menurut Frend maupun Adler memberikan pastulat mengenasi
psychological maturity yang merupakan bagian yang assebsil dalam sistem-sistem
interprestasi mereka. Frend berdasarkan pada tingkat perekembangan psikoseksual,
sedangkan adle berdasarkan bagaimana mengatasi infantila. Kedua faktor ini hampir
termasuk dalam semua teori-teori ipedern mengenai psikologi naturition.

E. ESSENSI TINGKAH LAKU EGO ALIEN


Larangan psikopatologi sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ini berasal dari dua
jurusan yaitu :
1. Dari ego individu
2. Dari adat istiadat maupun norma kelompok sosial
Seorang ahli klinis harus benar-benar memahami ciri-ciri dari sistim nilai yang
berperan pada pasiennya. Pembagian kepribadian kedalam daerah ago dan ego alien,
didasarkan atas penilaian-penilaian yang dibuat individu terhadap kecenderungan dalam
tingkah lakunya sendiri. Jikalau ia merasa memerlukan untuk merencam atau
menyembunyikan perasaan-perasaan yang dihayatinya dari dirinya maupun dari orang
lain maka dalam individu tersebut mungkin dibentuk kompleks.
Seseorang individu dapat mengakui dan menyadari hasrat-hasrat yang bersifat ego
alien karena berbagai hal. Ada kemungkinan hasrat-hasrat tersebut dianggapnya amoral
dan menimbulkan anxiety sehingga tidak dapat ditolerasinya atau dianggapnya terlalu
kekanak-kanakan bagi dirinya. Ia memendam hasrat-hasrat semacam ini karena takut
dikecam oleh masyarakat sekitarnya. Ia mungkin berpendapat bahwa hasrat-hasrat ini
tidak sesuai dengan peran sosialnya, atau mungkin individu kurang dapat mengadakan
intropeksi terhadap pola-pola tingkah lakunya.
Indentifikasi tingkah laku ego alien maupun penilaiannya ada hubungannya
dengan struktur ego yang khusus dari individu apa yang oleh seseorang dianggap sebagai
keinginan-keinginan yang berlebih –lebihan atau agresi pemusatan oleh orang ini
mungkin tidak dianggap demikian.
Diantara perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan yang bersifat ego alien ini
dan sering muncul dalam kasus-kasus klinis adalah :
1. Permusuhan agresivitas kesuburan kemarahan. Motive –motive dan emosi kelompok
yang berbeda dari pola-pola tingkah laku yang ditolak.
2. Hasrat-hasrat seksual yang menyimpang yang berlebih-lebih atau yang tidak dapat
diterima.
3. Keinginan mengantungkan diri pada orang lain dan tidak mau menerima tanggung
jawab. Motive-motive ini erat hubungannya dengan kedua kelompok berikut.
4. In andekuasi pasivitas tidak berdaya submissive
5. Perasaan rendah diri dan insecure
6. Menghukum diri dan juilty feelinz. Kelompok ini adalah suatu etiologi yang lazim
dalam sikap depressive.
7. Kesombongan, berprasangka, egoism dan iri hati yang secara social tidak dapat
diterima. Sifat-sifat ini mungkin dapat mengimbangi kecenderungan-kecenderungan
ego klien yang lebih mendalam seperti permusuhan, ketakutan atau persaingan yang
merusak.
8. Love, ingin akan penerimaan akan keintiman.
9. Superiority dan kebutuhan untuk menguasai orang lain.
10. Ambisi yang berlebih-lebihan dan persaingan yang merusak

93
lOMoARcPSD|14921556

11. Rasa pertentangan terhadap orang lain, lembaga dan kelompok-kelompok yang sering
terbawa ke kehidupan dewasa dari rasa pertentangan di masa kanak-kanak.
12. Anxiety, ketakutan akan orang-orang atau situasi-situasi ketakutan akan diketemukan
dan pembalasan rasa malu.
13. Dorongan yang tiba-tiba, impulsive.
Pertanyaan dari mana tingkah laku ego alient ini berasal menurut sejarah
berbagai bagai jawaban telah diberikan atas pertanyaan ini, beberapa diantaranya
yang disusun berdasarkan faham-faham keagamaan mengenai dosa – dosa bawaan ;
dalam dasawarsa-dasawarsa belakangan ini bahwa moti positif dan emosi – emosi
yang tidak dapat diterima ini, umumnya mempunyai asal dan perkembangan yang
sama, seperti semua bagian – bagian kepribadian lainnya yang dipengaruhi oleh
kejadian – kejadian dalam hidup serta kekuatan- kekuatan kebudayaan.
Dalam Paragraf yang berikut ini, kita akan meninjau kembali beberapa
kemungkinan mengenai sumber-sumber tingkah laku dalam dinamika perkembangan
kepribadian :
1. Keadaan biologis dari manusia :
Secara lahiriah manusia mempunyai kebutuhan kebutuhan seksual agresi dan
hostile. Kelompok kelompok kebudayaan yang berbeda beda, berusaha untuk
merangsang, merintangi, dan mengarahkan pola pola tingkah laku ini sepanjang
saluran saluran tertentu, tetapi kita tidak menghharapkan bahwa proses sosialisasii
yang baik dapat merintangi kedua bentuk tingkah laku ini. Penyimpangan
penyimpangan dan idiosinkrasi idiosinkrasi dapat terjadi, dan individu yang
terlalu menyimpang dihadapkan pada tugas untuk mengatur motive motivenya ini
yang diperkuat secara terus menerus pada tingkat biologisnya. Akan terdapat
kecenderunga kecenderungna tingkah laku yang bersifat laten dan tidak dapat
begitu saja dihilangkan eksistensinya hanya karena konflik dengan ego ideal yang
sedang tumbuh.

Factor biologis lain yang penting juga adalah pada masa bayi seorang anak sangat
tergantung kepada orang orang lain. Olah karena ini bentuk ketergantungan dan
ikatan ikatan emosional pada orang tua yang harus dapat diatasi oleh anak bila
menginjak masa dewasa. Jika seorang anak kurang berhasil mengatasi sifat sifat
tersebut maka sifat sifat ini dapat berperan sebagai motiv motiv yang ego alien
dan yang menetang motiv motiv ego yang disadari sehingga menimbulkan tingkah
laku yang simtomatis
2. Tingkah laku yang idiosinkratis :
Tingkah laku yang khas semacam ini dibentuk dari pengalaman pengalaman khas
dari seseorang individu. Kesanggupan anak untuk menggunakan lingkungannya,
memberikan mereka kekayaan pengalaman yang tidak ditentukan secara khusus
oleh masyarakat dimana mereka hidup.
3. Proses sosialisasi yang kurang sempurna dan meragukan bagi individu:
Ideal ideal kebudayaan sering diperluas pada orang orang muda, berupa kaidah
kaidah perintah perintah umum, atau dijelamakan dalam gambaran gambaran
kristus atau model model alin dalam lingkungan seorang anak. Adanya
pembatasan pembatasan ini dapat berakibat bahwa proses sosialisasi dapat
menyimpang tanpa diperkirakan ; atau anak menafsirkan model itu dengan cara
yang khusus ; atau kalau tidak model itu batasannya menjadi kabur hingga tidak
dapat diterapkan sama sekali. Batas – batas yang demikian dalam proses
sosialisasi, mungkin menimbulkan tingkah laku pura pura menerima, tetapi
sebenarnya menyimpang.
4. Konflik kebudayaan :

94
lOMoARcPSD|14921556

Ini sebagian besar disebabkan terjadinya perubahan perubahan dalam norma


social dari generasi ke generasi berikutnya sebagai akubatnya anak di hadapkan
pada dua jenis norma, yaitu yang diarahkan olah oaring tuanya dan yang berlaku
di antara kawan kawan sebayanya. Hal ini sering menimbulkan konflik. Menurut
ahli-ahli psikopathologi yang terkemuka, konflik konflik yang demikian
merupakn sumber utama untuk perkembangan perkembangan neurotis.
5. Pengertian akan hal hal yang tabu oleh lingkungan sekitar :
Seorang anak senantiasa diberitahukan oleh orang tuanya mengenai perbuatan
perbuatan apa saja yang boleh dilakukannya ( ego motive ) dan perbuatan –
perbuatan yang tidak boleh dilakukannya ( ego alien ), melalui penjelasan
penjelassan tingkah laku, cerita dan drama. Anak mempelajari apa artinya
kesopanan, sekaligus juga ia belajar tentang ketidak sopanan, jika ia belajar
tentang keramahan sekaligus juga ia belajar tentang permusuhan, belajar
pengetahuan mengenai kejujuran sekaligus pula dengan ketidak jujuran. Sehingga
dalam struktur kepribadiaanya telah dibentuk kemungkinan kemungkinan
bertingkah laku yang ego ideal dan yang bertentangan dengannya, yaitu ego alien
dalam dirinya. Oleh ahli ahli psikologi tingkah laku yang demikian itu diperoleh
dari pelajaran laten, yaitu belajar apa yang telah dikerjakan terlepas dari goal
direction khusus, tetapi tingkah laku yang laten ini dapat menjadi aktif bila
individu dalam hidupnya mengalami kekecewaan.
6. Frustasi dan Konflik
Kedua factor ini dialami sepanjang perkembangan psikologis seseorang senantiasa
bergerak untuk mengaktifkan potensi – potensi tingkah laku yang bersifat ego
alien yang terdapat dalam kepribadian. Menghadapi frustasi yang gawat motive
motive ego individu mungkin kehilangan dominansinya.
7. Tingkah laku yang mengalami fiksasi:
Beberapa dari motive motive ego alien yang berperan dalam abnormalitas adalah
motive motive yang pada tingkat perkembangan yang lebih primitive pernah
dianggap wajar, sebagai contoh mencintai ibu secara khusus sealama masa bayi.
Jika ikatan ini tidak dimodifikasikan pada taraf perkembangan yang lebih lanjut,
maka dapat merupakan hambatan bagi penyesuaian dirinya dimasa dewasa.
Tingkah laku yang bersifat menentang norma – norma ego, tidak dapat ditinjau
sebagai suatu sumber tunggal. Karena tingkah laku pada umumnya didasarkan
atas gabungan dari berbagai factor yaitu:
faktor biologis, yaitu pola tingkah laku diturunkan dari kondisi kondisi
biologis human species.
Konflik kebudayaan dan proses sosialisasi yang menyertainya yang dapat
menghasilkan pola pola kepribadian yang neurotis
faktor individual psikologis
Bagaimana factor factor yang berbeda ini berperan , dapat dilihat dari riwayat
hidup seseorang.

F. RINGKASAN
Dalam menentukan abnormalitas, disadari betapa banyaknya sistem
sistem sosial, nilai nilai dan moral judgement terjalin dalam pokok abnormalitas.
Ilmu pengetahuan psikopatologi tidak dapat menerima keputusan keputusan etis
yang oleh lembaga lembaga lain diusahakan ditekankan padanya, juga tidak dapat
tinggal disamping value judgement dalam melakukan kegiatan kegiatannya.
Disamping dua posisi ini, psikopatologi mengarahkan diri dengan mengambil
sikap dalam kerja ilmiahnya diperbaiki melalui value judgement yang dipisahkan
sebanyak mungkin dari langkah langkah ilmiahnya yang obyektif dan konstruk
validitasnya.

95
lOMoARcPSD|14921556

Ada dua cara utama dimana tingkah laku normal dan abnormal dapat
saling berhubungan satu sama lain, yaitu:
(1) Memandang kedua maca tingkah laku sebagai suatu titik kontinum. Metode
ini menguntungkan untuk menunjukkan bagaimana tingkah laku abnormal
berkembang dari tingkah laku normal dan untuk menyesuaikan tes tes
psikologis dan teknik teknik lainnya dalam studi abnormalitas.
(2) Kepribadian abnormal merupakan bagian yang berbeda dan tak terhitung dari
populasi umumnya. Dalam hal ini, orang orang yang abnormal yaitu mereka
yang mengalami kesukaran kesukaran kepribadian menjadi rusak dan tidak
efisien sehingga tidak dapat lagi memenuhi syarat syarat social, ekonomi,
hokum dan lain lainnya dalam masyarakat dimana mereka hidup. Ini adalah
segi pandangan pragmatis abnormalitas yang memperhatikan bermacam
macam fakta baik yang psikologis maupun yang non psikologis dalam
mencapai suatu keputusan mengenai soal abnormalitas.
Untuk menentukan abnormalitas, sebagai bentuk non-conformity
menjadi memudarkan masalah. Karena cenderung mementingkan value
judgement untuk fenomena yang nyata. Conformity lebih baik dianggap sebagai
serangkaian tuntutan yang beraksi menghasilkan abnormalitas, daripada sebagai
criteria apa yang menyusun abnormalitas. Kritik yang sama diberikan pula pada
usaha usaha mengkarakterisasikan orang orang abnormal sebagai immaturity atau
arrested development. Dalam kasus manapun tidak ditunjukkan bahwa individu
individu yang didiagnose abnormal itu pada umumnya non-conformitas dan
immature, sedangkan orang orang yang normal adalah conformitas dan mature.
Dari analisa gambaran gambaran maturity, ternyata ideal ideal social menurut
bagaimana seharusnya orang orang bukan gambaran bagaimana orang orang itu
seharusnya. Dalam contoh ini jelas bahwa value judgement social disubstitusikan
untuk penjelasan penjelasan.
Tingkah lagu ego alien yang terdapat dalam kepribadian manusia,
karena manusia bertinfak menurut value judgement, yang asalnya bermacam
macam. Tiga sumber utama yang didapati adalah:
(1) keadaan biologis manusia
(2) penjelasan pengalaman hidup individu yang menyertai tumbukan
kepribadian
(3) keanehan keanehan dalam sifat kebudayaan manusia serta dalam
proses sosialisasinya. Dalam kebanyakan kasus ketiga sumber ini
agaknya saling mempengaruhi yang dapat dimengerti dengan
menelaah riwayat hidup individu.

96

Anda mungkin juga menyukai