5 PERSPEKTIF
PSIKOLOGI
Muhammad Muhar
Pengantar
Psikologi adalah studi ilmiah yang mempelajari lebih dalam mengenai tingkah laku serta mental
manusia. Perilaku merupakan sesuatu yang dapat diobservasi, sedangkan Mental processes adalah
tidak bisa dilihat secara langsung. Disiplin ilmu ini meneliti alur pemikiran manusia dan alasan di
balik perilaku dan tindakan tersebut.
Neuroscience
Neuroscience dalam perspektif psikologi atau Neuropsikologi adalah cabang psikologi yang berkaitan dengan bagaimana kognisi
dan perilaku seseorang terkait dengan otak dan sistem saraf lainnya. Profesional di cabang psikologi ini sering berfokus pada
bagaimana cedera atau penyakit otak memengaruhi fungsi kognitif dan perilaku (Mark A Gluck; Eduardo Mercado; Catherine E
Myers, 2016).
Posner, M. I., & DiGirolamo, G. J. (2000), menulis, “Ini adalah bidang psikologi eksperimental dan klinis, sehingga bertujuan untuk
memahami bagaimana perilaku dan kognisi dipengaruhi oleh fungsi otak dan berkaitan dengan diagnosis dan treatment efek
perilaku dan kognitif dari gangguan neurologis. Sementara neurologi klasik berfokus pada patologi sistem saraf dan psikologi
klasik sebagian besar dipisahkan darinya, neuropsikologi berusaha menemukan bagaimana otak berkorelasi dengan pikiran
melalui studi pasien neurologis. Dengan demikian berbagi konsep dan perhatian dengan neuropsikiatri dan dengan neurologi
perilaku pada umumnya. Istilah neuropsikologi telah diterapkan pada studi lesi pada manusia dan hewan. Ini juga telah
diterapkan dalam upaya untuk merekam aktivitas listrik dari sel individu (atau kelompok sel) pada primata yang lebih tinggi
(termasuk beberapa penelitian pada pasien manusia)”.
Kendra Cherry (2019), menulis tentang Neuroscience dengan istilah ‘The Biological Perspective’. Ia mengatakan, bahwa Studi
fisiologi memainkan peran utama dalam perkembangan psikologi sebagai ilmu yang terpisah. Saat ini, perspektif tersebut
dikenal sebagai biological psychology (disebut juga biopsychology atau physiological psychology). Sudut pandang menekankan
dasar fisik dan biologis perilaku. Para peneliti dengan perspektif biologis pada psikologi mungkin melihat bagaimana genetika
memengaruhi perilaku atau bagaimana kerusakan pada area otak tertentu memengaruhi kepribadian.Sistem saraf, genetika,
otak, sistem kekebalan, dan sistem endokrin hanyalah beberapa subjek yang menarik bagi psikolog biologi. Selama beberapa
dekade terakhir, perspektif telah berkembang secara signifikan dengan kemajuan kemampuan kita untuk mengeksplorasi dan
memahami otak manusia dan sistem saraf.
Psychodynamic
Psychodynamic adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian.
Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal
lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik
dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.
Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah
bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem energi. Kunci utama untuk
memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber
terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran
psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudian ikut memakai
paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung,
Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry
Stack Sullivan. (Feist & Roberts, 2013)
Behavioral
Pendekatan Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective) awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919).
Pendekatan ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi antara tahun 1920-an s/d 1960-an. Ketika
Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak sekadar satu alternatif bagi
pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga merupakan alternatif lain yang memfokuskan
pada pikiran, kesadaranatau pun imajinasi. Watson menolak informasi instinktif semacam itu, yang menurutnya
bersifat ”mistik”, ”mentalistik”, dan ”subyektif”.
Dalam hal ini pandangan Watson berbeda dengan James dan Dewey, karena keduanya percaya bahwa proses mental
dan juga perilaku yang teramati berperan dalam menyelaskan perilaku sosial.
Para ”behaviorist” memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan ”tanggapan” (responses),
dan lingkungan ke dalam unit ”rangsangan” (stim- uli). Menurut penganut paham perilaku, satu rangsangan dan
tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional.
Contohnya, sebuah rangsangan ” seorang teman datang ”, lalu memunculkan tanggapan misalnya, ”tersenyum”. Jadi
seseorang tersenyum, karena ada teman yang datang kepadanya. Para behavioris tadi percaya bahwa rangsangan
dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental yang ada dalam diri seseorang. Jadi
tidak terlalu mengejutkan jika para behaviorisme tersebut dikategorikan sebagai pihak yang menggunakan
pendekatan ”kotak hitam (black-box)” .
Rangsangan masuk ke sebuah kotak (box) dan menghasilkan tanggapan. Mekanisme di dalam kotak hitam tadi -
stuktur internal atau proses mental yang mengolah rangsangan dan tanggapan - karena tidak dapat dilihat secara
langsung (not directly observable), bukanlah bidang kajian para behavioris tradisional.
Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme melalui percobaan yang
dinamakan ”operant behavior” dan ”reinforcement”.
Perlu diketahui, reinforcement atau penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas
merupakan penguat positif. Contoh penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita
bertemu dengan orang asing lalu kita tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan
menunjukan rasa tidak suka, maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita
cenderung tidak tersenyum (diam saja). (Hasan Mustafa, 1994)
Cognitive
Proses kognitif mencakup elemen penting, seperti bahasa, imajinasi, persepsi, dan perancangan
suatu rencana dalam kehidupan sehari-hari. Kognisi pun berperan penting dalam eksistensi
manusia dalam kehidupan. Misalnya, saja dalam mengingat suatu informasi, memahami
pengalaman yang dialami, serta dalam pembuatan keputusan.Kognitif dipelajari dalam cabang
psikologi yang disebut psikologi kognitif. Psikologi kognitif memiliki fokus pada investigasi cara
manusia berpikir dan proses yang terlibat dalam kognisi.
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap aliran yang telah
ada sebelumnya yaitu behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada
dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Psikologi
humanistik membela kodrat manusia yang telah dianggap negatif dan deterministik oleh aliran behaviorisme
dan psikoanalisis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental
(1964), sebagai berikut:
• Menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan
manusia.
• Menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku
manusia.
• Menawarkan metode yang lebih luasakan kaidah-kaidah yang lebih efektif dalam dalam
pelaksanaan psikoterapi.( Wade & Tavris,2007)
Daftar Pustaka