Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN

Pemeran utama dalam proses komunikasi adalah manusia. Sebagai


psikolog,kita memandang komunikasi justru pada perilaku manusia komunikan.
Tugas ahli lingusitik untuk membahas komponen-komponen yang membentuk
struktur pesan. Tugas ahli tekniklah untuk menganalisa berapa banyak “noise”
yang terjadi sebelum sampai pada komunikate, dan berapa pesan yang hilang.
Psikolog mulai masuk ketika membicarakan bagaimana manusia memproses
pesan yang diterimanya, bagaimana cara berfIkir dan cara melihat manusia
dipengaruhi oleh lambang-lambang yang dimiliki. Fokus psikologi komunikasi
adalah manusia komunikan. Karena itu, penting bagi kita untuk terlebih dahulu
mengenali diri kita sebelum mengenali orang lain.

A. KONSEPSI PSIKOLOGI TENTANG MANUSIA


 Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis : Telah lama teori-teori
persuasi menggunakan konsepsi Psikoanalisis yang melukiskan
manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-
keinginan terpendam (Homo Volens). Sigmund Freud, pendiri
psikoanalisis, adalah orang pertama yang berusaha merumuskan
psikologi manusia. Menurut Freud, perilaku manusia merupakan
hasil interaksi dari tiga subsistem dalam kepribadian manusia Id,
Ego, Superegoo. Id adalah bagian kepribadian manusia yang
menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia atau lebih
disebut pusat instink (hawa nafsu). Ego adalah mediator antara
hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Superego
adalah polisi keadilan bagi manusia atau bisa disebut hati nurani
(conscience) yang merupakan internalisasi dari norma sosial dan
kultural masyarakatnya. Secara singkat, dalam psikoanalisis
perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis
(Id), komponen psikologis (ego), dan komponensosial (superego);
atau unsur animal, rasional, dan moral (hewani, akal, nilai).
 Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme : Behaviorisme lahir
sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisa jiwa
manusia berdasarkan laporan-laporan subyekti) dan juga
psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak
Nampak). Belakangan, teori kaum behaviorisme lebih dikenal
dengan nama teori belajar karena menurut mereka seluruh perilaku
manusia -kecuali instink- adalah hasil dari belajar. Belajar artinya
perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau
jelek, rasional atau emosiaonal; behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor

lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo

Mechanicus). Teori “jarum hipodermik” (yang menyatakan media

massa sangat berpengaruh) adalah salah satu teori yang dilandasi


oleh konsep tersebut.
 Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif : Ketika asumsi
behaviorisme diserang habis-habisan pada akhir tahun 70-an dan
awal tahun 21-an, psikologi sosial bergerak ke arah paradigm baru.
Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai makhluk yang
berusaha memahami lingkungannya: makhluk yang selalu berfkir
(Homo Sapiens). Frege menulis dalam sebuah buku filsafat berfkir
(Philosophical Logic), mengisyaratkan kelebihan rasionalisme
pada empirisme. Psikologi kognitif memang dapat diasali pada
rasionalisme Immanuel Kant (1724-1804), Rene Descrates (1596-
1650), bahkan sampai ke Plato. Descrates, juga Kant,
menyimpulkan bahwa jiwalah (mind) yang menjadi alat utama
pengetahuan, bukan alat indra. Jiwa menafsirkan pengalaman
inderawi secara aktif: mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan,
mendistorsi dan mencari makna.
 Konsepsi Manusia dalam Psikologi Humanistik : Psikologi
humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi.
Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviorisme.
Pada behaviorisme manusia hanyalah mesin yang dibentuk
lingkungan, pada psikoanalisis manusia melulu dipengaruhi oleh
naluri primitifnya. Psikologi humanistik mengambil banyak dari
psikoanalisis Neo-Freudian (sebenarnya anti-Freudian) seperti
Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenczi; tetapi lebih banyak lagi
mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Perhatian pada
makna kehidupan adalah juga hal yang membedakan psikologi
humanistik dengan mazhab yang lain. Manusia bukan saja pelakon
dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi
juga pencari makna.

B. FAKTOR PERSONAL YANG MEMENGARUHI PERILAKU


MANUSIA
Prespektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-
faktor internal apakah, baik berupa sikap, instink, motif, kepribadian,
sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar ada
dua faktor; faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.
 Faktor Biologis : Manusia adalah makhluk biologis yang tidak
berbeda dengan hewan yang lain. Faktor biologis terlibat dalam
seluruh kegiatan manusia, bahkan terpadu dengan faktor-faktor
sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan
perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan
seluruh memori barisan biologis yang diterima dari kedua orangtua
nya. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan
yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program
ini, disebut sebagai “epigenic rules”, mengatur perilaku manusia
sejak kecenderungan menghindari incest, kemampuan memahami
ekspresi wajah, sampai kepada persaingan politik. Penting bagi kita
untuk memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia
seperti tampak dalam dua hal ini. Pertama, telah diakui secara luas
adanya perilaku bawaan manusia, dan bukan karena pengaruh

lingkungan. Dulu orang menyebutnya “instink”, sekarang

Desiderato, Howieson, dan Jakcon (1976:34) menamainya species-


characteristic behavior. Kedua, diakui pula adanya faktor-faktor
biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut
sebagai motif biologis.
 Faktor Sosiopsikologis : Manusia adalah makhluk sosial, dari
proses sosial ia memperoleh beberapa karakteristik yang
mempengaruhi perilakunya. Kita dapat mengklasifkasikannya ke
dalam tiga komponen komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif . Komponen afektif merupakan aspek emosional
manusia dari faktor sosiopsikologis yang terdiri dari motif
sosiogenis, sikap dan emosi.
Motif sosiogenis, sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan
motif primer (motif biologis). Peranannya dalam membentuk
perilaku sosial bahkan sangat menentukan. Secara singkat motif
sosiogenis disusun dari aspek-aspek berikut:
1. Motif ingin tahu
2. Motif kompetensi
3. Motif cinta
4. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas
5. Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan
6. Kebutuhan akan pemenuhan diri

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial


dan yang paling banyak didefinikan. Ada yang menganggap sikap
hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses
belajar (Sherif dan Sherif, 1956:489). Ada pula yang melihat sikap
sebagai kesiapan saraf (neural settings) sebelum memberikan
respons (allport, 1924). Emosi menunjukan kegoncangan
organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan,
dan proses fisiologis. Bila orang yang anda cintai mencemooh anda,
anda akan bereaksi secara emosional karena anda mengetahui
makna cemoohan itu (kesadaran). Kepercayaan adalah komponen
kognitif dari faktor sosio psikologis. Kepercayaan disini tidak ada

hubungannya dengan hal gaib, tetapi hanyalah “keyakinan bahwa

sesuatu itu ‘benar’ atau ‘salah’ atas dasar bukti, sugestiotoritas,

pengalaman, atau intuisi” (Hohler, et al., 1978:48). Kebiasaan dan

kemauan adalah komponen konatif dari faktor sosisopsikologi.


Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Sedangkan
kemauan adalah faktor yang membuat orang besar atau kecil.
Kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang
mendefnisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha
seseorang untuk mencapai tujuan.

C. FAKTOR SITUASIONAL YANG MEMENGARUHI PERILAKU


MANUSIA
Delgago pernah melakukan beberapa eksperimen untuk mengubah
kera gibbon yang tenang menjadi agresif dengan merangsang salah satu
bagian otaknya. Ketika dirangsang, seekor monyet menyerang monyet
asing yang tinggal satu kandang, tetapi dengan rangsangan yang sama ia
tidak menunjukan sikap bermusuhan terhadap kawan betinanya. Reaksi
agresif diungkapkan berlainan pada situasi yang berlainan sehingga
Delgago menyimpulkan bahwa respon otak sangat dipengaruhi oleh

“Setting” atau suasana yang melingkupi organisme (Packard, 1978:45).


Kesimpulan Delgago tersebut membawa kepada pengaruh
situasional terhadap perilaku manusia. Edward D. Sampson
merangkumkan seluruh faktor situasional sebagai berikut:
I. Aspek-aspek objektif dari Lingkungan
A. Faktor ekologis
a. Faktor Geografis
b. Faktor Iklim dan Meteorologis
B. Faktor Desain dan Arsitektural
C. Faktor Temporal
D. Analisis Suasana Perilaku
E. Faktor Teknologis
F. Faktor Sosial
a. Struktur Organisasi
b. Sistem Peranan
c. Struktur Kelompok
Daftar Pustaka :
https://www.academia.edu/11339538/Karakteristik_Manusia_Komunikan
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
“KARAKTERISTIK MANUSIA KOMUNIKAN”

Nadya Datuarrang

B501 17 133

Kelas B
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TADULAKO

2019

Anda mungkin juga menyukai