Anda di halaman 1dari 44

Tugas Remidi Psikologi Semester Genap

Nama : Irma Ayu F. P.

NIM : P17220194084

1. Konsep dasar psikologi


A. Sejarah psikologi

Pada zaman sebelum Masehi pun, para filsuf telah membahas tentang jiwa manusia yang berisi
diantaranya tentang pengertian, dalil, serta aspek-aspek kejiwaan manusia. Pada saat itu pengertian
psikologi banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran yang dianut sebelumnya oleh para filsuf masing-
masing. Para ahli ilmu filsafat kuno, seperti Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) pun
telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya. Setelah masa Yunani, Santo Augustinus (354-
430 M) dianggap tokoh besar psikologi modern karena perhatiannya pada introspeksi dan
keingintahuannya tentang fenomena psikologi, termasuk perilaku bayi dan keramaian massa yang
menonton pacuan kuda. Sedangkan Rene Descrates (1596-1650 M) yang terkenal dengan teori
tentang kesadaran dan mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sama
seperti mesin lainnya.

Banyak ahli filsafat terkenal lainnya pada abad tujuh belas dan delapan belas yaitu seperti
Leibnitz (1646-1716) yang mengutarakan teori tentang kesejajaran psikofhisik, Hobbes, Locke
(1632-1704) dengan teorinya yaitu tabula rasa, Kant, dan Hume yang memberikan sumbangan
dalam bidang psikologi.

Di sini akan dijelaskan lebih lanjut tentang perkembangan psikologi dari masa ke masa berikutnya :

a. Psikologi Plato (429-347 SM) à Plato menyebut tentang jiwa sebagai bersifat immaterial,
karena jiwa sudah ada sebelum masuk ke tubuh kita di alam para sensoris yang kemudian
dikenal sebagai pre-eksistensi jiwa. Menurutnya, jiwa menempati dua dunia yaitu dunia
sensoris (pengindraan) dan dunia idea (yang sifat aslinya berpikir). Karya-karya Plato antara
lain buku Phaedo tentang jiwa dan keabadiannya sesudah mati dan Phaedrus tentang cinta.
Sedangkan ajarannya yang terkenal ialah tentang idea.
b. Psikologi Arisroteles (384-322) à Dalam bukunya yang berjudul De Anima, Aristoteles
mengemukakan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkat tingkah
laku pada organisme-organisme yang berbeda-beda. Berikut adalah tingkatan-tingkatan
tingkah laku pada organisme :

a) Tumbuhan: memperlihatkan tingkah laku pada taraf vegetatif (bernafas,


makan, tumbuh)
b) Hewan: selain tingkah laku vegetatif juga bertingkah laku sensitive
(merasakan melalui pancaindra)

c) Manusia: bertingakah laku vegetatif, sensitive dan rasional.

Selain itu karya yang lainnya yaitu Parra Naturalia yaitu tentang esei-esei mengenai
beberapa topik seperti sensasi, persepsi, memori, tidur dan mimpi.

c. Psikologi Rene Descrates (1596-1650 M) à Menurutnya manusia terdiri atas dua macam zat
yang berbeda secara hakiki, yaitu res cogitans atau zat yang dapat berpikir, yang bebas tidak
terikat pada hukum-hukum alam dan bersifat rohaniah, dan res extensa atau zat yang
mempunyai luas, yang tidak bebas atau terikat, dan dikuasai oleh hukum-hukum alam.
Sedangkan psikologi menurut Descrates adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-gejala
pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia, terlepas dari badannya. Ungkapan terkenal
dari Descrates yaitu tentang cogito ergo sum yang berarti aku berpikir, jadi aku ada.
d. Psikologi John Locke (1632-1704 M) à Dalam konsep Locke tentang tabula rasaa, dia
menyatakan semua pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia diperoleh karena
pengalaman melalui alat-alat indranya. Sedangkan dalam bukunya Essay Concerning Human
Understanding, Locke mengemukakan bahwa kalau suatu benda dapat dianalisis sampai
sekecil-kecilnya, demikian pula halnya dengan jiwa manusia.
e. Psikologi Leibniz (1646-1716 M) à Dia berpendapat bahwa hubungan badan dan jiwanya
sebagai bersifat pararel. Badan dan jiwa berjalan sendiri-sendiri tetapi keduanya tunduk pada
hukum-hukum yang serupa yang disebut sebagai hukum-hukum mekanika.
f. Psikologi David Hume (1711-1776 M) à Salah satu ucapan terkenalnya adalah “ Be a
philosopher, but amidst all your philosophies, be still a man” (jadilah seorang filsuf, namun
dalam berfilsafat, anda harus tetap seorang manusia). Tema sentral filsafat Hume pada
intinya adalah pengalaman terdiri atas kesan dan ide. Ada prisip-prinsip tertentu yang
memandu kita dalam mengasosiasi ide-ide, yaitu persamaan (resemblance), penghampiran
(contiguity), serta sebab dan akibat.

b. Ruang lingkup psikologi

Psikologi umum merupakan suatu keilmuan mengenai tingkah laku individu secara umum. Hal
tersebut mencakup semua fase perkembangan psikologis manusia serta mencakup segala tingkatan
usia dan jenis kelamin. Dengan kata lain, psikologi umum mempelajari tingkah laku manusia secara
luas. Menurut Emmanuel Kant, ruang lingkup psikologi terbagi menjadi tiga bagian yaitu kognisi,
emosi dan konasi.
 Kognisi, yaitu hal yang berkaitan dengan pemahaman dan pemikiran individu
 Emosi, yaitu gejala jiwa yang menonjol dan bisa menimbulkan gejolak jiwa
 Konasi, yaitu hal yang berkaitan dengan kemauan, kehendak atau keinginan individu.

Psikologi khusus merupakan psikologi yang digunakan untuk kepentingan lapangan atau praktis.
Psikologi khusus terdiri dari berbagai cabang ilmu psikologi yang dikhususkan pada bidang tertentu.
Adapun macam-macam cabang psikologi khusus diantaranya yaitu:

Psikologi Perkembangan. Psikologi perkembangan adalah psikologi yang mempelajari tentang


perkembangan manusia mulai dari prenatal atau sebelum kelahiran hingga kematian. Terdapat tiga
spesifikasi khusus dalam psikologi perkembangan yakni psikologi anak, psikologi dewasa dan
psikologi lanjut. Psikologi anak secara spesifik mempelajari perkembangan mulai dari prenatal
hingga remaja. Sedangkan, psikologi dewasa mempelajari mengenai tugas perkembangan individu
dan bagaimana dampak jika individu tidak bisa menyelesaikan tugas perkembangannya. Psikologi
dewasa dan psikologi lanjut juga membahas mengenai hubungan individu dengan lingkungannya,
perkembangan inteligensi, kepribadian, kemampuan kognitif.

Psikologi Sosial. Psikologi sosial yaitu ilmu psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam kaitannya dengan lingkungan. Studi dalam psikologi sosial terdiri dari pengaruh sosial, proses
bersama individu, serta interaksi kelompok.

Psikologi Kepribadian. Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari tentang tingkah
laku manusia sesuai dengan lingkungannya.

Psikologi Tipologi. Psikologi tipologi ini berkaitan dengan psikologi kepribadian, psikologi tipologi
menjelaskan berbagai kepribadian manusia berdasarkan tipologi atau tipe tertentu tertentu.

Psikologi Psikopatologi. Psikologi psikopatologi merupakan cabang dari ilmu psikologi yang
berfokus menyelidiki berbagai gangguan mental serta gejala abnormal lainnya.

Psikologi Pendidikan. Psikologi pendidikan berfokus pada tingkah laku individu dalam pendidikan.
Psikologi pendidikan juga mempelajari mengenai sistem pendidikan dan pengaruhnya bagi individu.
Selain itu, dalam psikologi pendidikan juga membahas mengenai proses individu belajar dan
berkembang dan efektivitas intervensi pendidikan, sub kelompok anak tertentu seperti anak berbakat
dan anak dengan kebutuhan khusus serta proses dan faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia dimana psikologi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan efisiensi
dalam dunia pendidikan.

c. Keuntungan psikologi

 Memperoleh faham tentang gejala – gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna
tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak – anak p[ada khususnya.
 Mengetahui perbuatan – perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk
mengenal tingkah laku manusia atau anak.
 Mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
Soal dan jawaban

1. Jiwa menempati dua dunia yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia idea, merupakan
perkembangan psikologi
a. Psikologi John Locke
b. Psikologi Leibniz
c. Psikologi David Hume
d. Psikologi Rene Descrates
e. Psikologi Plato

2. Psikologi psikopatologi merupakan cabang dari ilmu psikologi yang berfokus menyelidiki
berbagai gangguan mental serta gejala abnormal lainnya

f. Psikologi pendidikan
g. Psikologi tipologi
h. Psikologi sosial
i. Psikologi kepribadian
j. Psikologi psikopatologi

2. Konsep perilaku manusia

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Skinner
(1938) perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan
respon (Notoatmojo, 2007). Dengan kata lain perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar mapun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat
pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (bertindak).

Perilaku dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, pengalaman dan sebagainya.
Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

Jenis perilaku :

a. Perilaku pasif (respon internal)


Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam induvidu dan tidak dapat
diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang
nyata. Contoh : berpikir, berfantasi,beranganangan.
b. Perilaku aktif (respon eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat
diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.
c. Bakat pembawaan. Bakat menurut Noatmodjo (1997), kemampuan individu
untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pelatihan pada hal-hal
tersebut. Bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta
bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.
d. Intelegensi, menurut Sukardi (1997), intelegensi adalah kemapuan untuk
berpikir abstrak. Dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa intelegensi sangat
berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu kita kenal ada individu
yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan dapat
bertindak cepat, tepat dan mudah. Sebaliknya induvidu yang memiliki
intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak lambat.

Hubungan perilaku dengan kebiasaan, Bahwa pada dasarnya setiap perilaku selalu berhubungan
erat dengan kebiasaan,dan tidak bisa dihilangkan. Usaha untuk mencapai perilaku positif
diantaranya bersyukur, melihat sisi baik, berkumpul dengan orang positif.

Soal dan jawaban

1. Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam induvidu dan tidak dapat diamati secara
langsung merupakan pengertian dari

a. Perilaku pasif
b. Perilaku aktif
c. bakat
d. intelegensi
e. kebiasaan

2. Faktor eksternal mencakup

a. pengetahuan
b. kecerdasan
c. persepsi
d. motivasi
e. lingkungan
3. Perkembangan kepribadian dan tumbuh kembang
1. Usia balita.
Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan
tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan
tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu
dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
pada masa ini adalah belajar mengembangkan motorik setiap anak. Penting sekali
untuk mengembangkan motorik anak, karena mereka mulai menggunakan bagian-
bagian tubuh untuk beraktivitas dan bermain. Misalnya belajar memakan makanan
padat, itu akan membantu menguatkan daya gigit pada gigi seorang anak. Intinya
semua yang dilakukan anak pada masa ini akan membantu untuk mengembangkan
motorik seorang anak.
2. Anak.
ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari
perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa
saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap
lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan
kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran,
hambatan bahkan kegagalan.
Mendidik moral, spiritual, nilai sosial dan hati nurani sangat baik dikembangkan pada
masa ini, karena mereka masih bisa diberikan respon yang baik dari stimulus yang
diberikan oleh orang tua maupun guru.
3. Remaja.
ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke
arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang
dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-
ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri
ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak
jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh
rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya.
Seperti dalam realita saat ini, masa remaja adalah masa meniru. Remaja sangat mudah
meniru orang-orang yang membuat mereka terinspirasi dan mencobanya. Pada saat
inilah orang tua dan guru mengarahkan mereka agar meniru yang baik dan pantas
untuk di tiru. Berikan perhatian ekstra pada masa ini, karena bimbingan dan didikan
sangat vital bagi individu. Mereka akan merasa nyaman dan merasa di hargai
keberadaanya jika orang tua dan guru membimbingnya dengan penuh kelembutan
tetapi tegas dan disiplin.
4. Dewasa.
pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu
sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan
kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Tingkat kedewasaannya pun lambat laun semakin bertambah. Mereka mulai bebas
memilih apapun yang mereka inginkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang
matang. Tanggung jawabnya pun sudah mulai meluas dalam arti mereka mulai
mempertanggung jawabkan sekecil-kecilnya hal. Masa depan sudah dirancang
dengan matang dan mempersiapkan nya dengan hat-hati. Pergaulan-pergaulan mulai
mereka pilih yang mana yang baik dan yang mana yang tidak, yang mana yang harus
diikuti dan yang mana yang tidak boleh diikuti.
5. Tua.
ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah
memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya
telah menjadi milik pribadinya.

Soal dan jawaban

1. masa dimana seseorang telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, merupakan masa

a. lansia
b. remaja
c. balita
d. dewasa
e. bayi

2. masa dimana seseorang sudah mulai meluas dalam arti mereka mulai mempertanggung jawabkan
sekecil-kecilnya hal, merupakan masa perkembangan

a. lansia
b. remaja
c. balita
d. dewasa
e. bayi
4. Proses sensoris motorik
Proses sensorik disebut juga pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda disekitar dengan
mempergunakan alat indera. Pengamatan dengan anggapan atau respon memiliki perbedaan.
Pengamatan terjadi pada saat stimulus atau rangsangan mengenai indera dan menghasilkan
kesadaran dan pikiran. Respon yaitu proses terjadinya kesan dari pikiran setelah stimulus tidak ada.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Sensorik

Proses sensoris akan berlangsung dengan baik apabila memenuhi faktor – faktor sebagai berikut:

1) Keadaan indera yang sehat dan sempurna akan mempengaruhi kesempurnaan


proses sensorik.
2) Perhatian yang tertuju pada objeknya yang memudahkan persepsi dan apabila
perhatian kurang akan mengganggu konsentrasi sehingga proses sensorik tidak
sempurna.
3) Rangsangan yang sangat lemah ataupun sangat kuat akan mengganggu proses
sensorik.
4) Saraf dan pusat saraf dalam keadaan baik dan sehat.

Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan
gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan. Persamaan : setiap terjadi proses dalam tubuh
manusia maka akan menghasilkan gerak. Perbedaan : Motorik tidak dapat dilihat tetapi dapat
dirasakan, berbeda dengan gerak yang dapat dilihat dan diamati. Proses motorik juga menghasilkan
gerakan yang dinamakan gerakan motorik. Gerakan motorik adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Pengendalian motorik
biasanya digunakan dalam bidang ilmu psikologi, fisiologi, neurofisiologi maupun olah
raga.Pengendalian motorik mempelajari postur dan gerakan serta mekanisme yang
menyebabkannya.

Terdapat berbagai jenis gerakan motorik :

1. Gerak refleks
2. Gerak terprogram
3. Gerakan motorik halus : menulis, merangkai, melukis, berjinjit
4. Gerakan motorik kasar : berjalan, merangkak, memukul, mengayunkan
tangan.

Proses sensorik yang terjadi pada seseorang ternyata jika tidak berjalan semestinya dapat
menimbulkan gangguan mental yang tercermin dalam perilaku sebagai berikut :
1. Osilasi (ayunan), osilasi terjadi karena perhatian atau pengamatan yang mudah beralih sehingga
menyebabkan kesan yang selalu berubah.
2. Ilusi, terjadi karena kesalahan persepsi sehingga terjadi kesalahan kesan. Dalam ilusi terjadi
kesalahan pengamatan. Penyebab terjadinya ilusi adalah Keadaan fisik,adapun penyebab rangsangan
yang keliru dan kebiasaan mempercayai suatu objek yang serupa, harapan-harapan tertentu sehingga
menimbulkan berbagai prasangka, tidak adanya analisis terhadap kesan yang diterima dan adanya
kesan secara keseluruhan.

Soal dan jawaban

1. Proses sensorik yang terjadi pada seseorang ternyata jika tidak berjalan semestinya dapat
menimbulkan gangguan
a. ilusi
b. diare
c. rabun dekat
d. rabun jauh
e. depresi

2. berikut merupakan berbagai jenis gerakan motorik, kecuali :

a. Gerak terdiam
b. Gerak refleks
c. Gerak terprogram
d. Gerakan motorik halus
e. Gerakan motorik kasar

5. kesadaran diri

Kesadaran adalah merupakan kemampuan individu untuk mengadakan hubungan


dengan lingkungan serta dengan dirinya sedniri (melalui peninderaan) dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri
(melalui perhatian).
Bila kesadaran baik maka :
- Orientasi dan pengertian akan baik, dan
- Informasi yang masuk juga efektif.
TEORI-TEORI KESADARAN :
1. PSIKOANALISA dari SIGMUND FREUD
a. Pengertian :
Struktur kesadaran merupakan aliran psikologi yang berbicara tentang
perilaku sadar, pra sadar atau ambang sadar dan tidak sadar .
Kesadaran dibagi menjadi 3 :
a. Alam sadar yaitu, alam yang ditandai dengan adanya proses sensoris
dan motoris dalam diri manusia. Merupakan alat penyerapan buat
perhatian dan bekerja sama dengan erat dengan alam pra sadar.
b. Alam Prasadar atau alam ambang sadar, yaitu alam yang
mempengaruhi perilaku manusia dengan cirri menurunnya kesadaran
karena baik pada proses sensoris maupun motoris berprosesnya
lamban/tidak seperti pada kondisi pada alam sadar. Alam pra sadar
berkembang pada masa kanak-kanak.
c. Alam tak sadar, yaitu berhentinya proses menerima stimulus dan
merespon walaupun pusat syaraf dan jantung manusia masih bekerja.
Struktur jiwa :
Id = Das es, adalah tempat dorongan (intinct) dan berada dibawah proses primer .Id
bekerja sesuai dengan prinsip kesenangan tanpa memperdulikan kenyataan.
Ego = Das Ich, bertugas menghindari ketidak senangan dan rasa nyeri dengan melawan
atau mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan tuntutan dunia luar.
Superego = Das Uber Ich, bertugas untuk menolak atau menghalangi, mengawasi serta
pengaturan pelepasan impuls dari Id.
b. Bentuk kesadaran menurut teori ini adalah :
1. Kesadaran normal
2. Kesadaran menurun, yaitu kesadaran berkurang secara
keseluruhan, dengan tingkatan :

Apati, individu mulai mengantuk dan acuh tak acuh


terhadap rangsang yang masuk.
 Somnolensi, individu jelas sudah mengantuk
 Sopor, individu hanya berespon bila ada rangsang yang
keras, karena ingatan, orientasi dan pertimbangan sudah
hilang.
 Sub koma dan koma, tidak ada lagi respon terhadap
rangsang yang keras sekalipun.
3. Kesadaran yang meninggi, yaitu keadaan dengan respon yang
meninggi terhadap rangsang.

4. Kesadaran yang berubah, kemampuan mengadakan hubungan


dengan dan pembatasan terhadap dunia luar dan dirinya sedniri
sudah terganggu pada taraf “ tidak sesuai dengan kenyataan
(secara kualitatif) “
2. PSIKOLOGI ANALITIS dari CARL GUSTAV JUNG
Menurut teori ini kesadaran mempunyai dua komponen pokok yang kedua-
duanya mempunyai peranan masing-masing. Komponen pokok tersebut
adalah:
a. Fungsi jiwa, yaitu yang bersifat rasional terdiri dari pikiran dan perasaan
serta yang bersifat irrasional adalah pendriaan dan intuisi, yang mana bila
dalam fungsinya jiwa tersebut hanya salah satu yang dominan maka orang
tersebut dikatakan berfungisi sebagai fungsi yang dominant tersebut.
Mislanya yang doimnan adalah perasaan, maka orang tersebut dapat
dikatakan bertipe perasa.
Berdasarkan dominasi fungsi jiwa menurut Jung maka ada empat macam
tip manusia, yaitu :
Tipe Pemikir (dominan pikirannya)
Tipe perasa ( dominan perasaan )
Tipe pendria ( dominan alat dria )
Tipe intuitif ( dominan intuisi ).
b. Sikap jiwa, yaitu arah daripada enegi psikis (libido), yang menjelma
dalam orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas dan orientasi
sikap jiwa ini dapat keluar atau kedalam.
Orang yang senantiasa mempunyai orientasi keluar dengan sikap jiwa yang subyektif
(dari dalam/batin) maka orang tersebut boleh dikatakan bersifat introvert, dan
sebaliknya bila orang tersebut mempunyai oreintasi yang dipengaruhi oleh faktor
obyektif (dari luar) maka orang tersebut dapat dikatakan bertipe ekstrovert. Dari sikap
jiwa ini Jung men-tipe-kan manusia menjadi delapan tipe
c. Pesona, yaitu cara seseorang dengan sadar menampakkan diri keluar.
Penampakan keluar ini bias yang sebenarnya atau pura-pura (persona
sebagai topeng).
Struktur kesadaran menurut teori ini adalah :
a. Ketidak sadaran pribadi, yaitu bagian dalam alam ketidak sadaran
individu yang diperoleh dari pengalaman hidup.
b. Ketidak sadaran kolektif, yaitu bagian daripada ketidak sadaran yang
diperoleh oleh individu dari warisan nenek moyangnya.
STRUKTUR KESADARAN DARI :
1. SIMPTOM DAN KOMPLEKS :
Menurut S.Freud kompleks adalah ide yang dipengaruhi perasaan yang
timbul sebagai akibat dari pengalaman traumatic yang berlarut-larut
pada masa kanak-kanak.Kompleks tersebut berdasarkan bentuk-bentuk
pengalaman manusia yang transpersonal dan universal.
2. MIMPI DAN KHAYALAN :
Mimpi timbul dari komplkes-komplek dalam hati dan prosuk patologi
dari hasrat yang tidak terpenuhi.
3. ARCHEYTYPUS
Menurut S.Freud archeytypus atau pola dasar adalah merupakan
predisposisi psike atau motivasi dan dorongan dasar dan kepribadian
yang sadar mengatur dirinya.
BENTUK KHUSUS ISI KETIDAK SADARAN :
1. Bayang-bayang , yaitu bagian dari totalitas manusia yang merupakan
belahan gelap dari inferior yang tidak disadarai.
2. Proyeksi, adalah suatu daya yang mengalami bahwa baying-bayang
bukan terdapat pada diri sedniri tetapi terdapat pada orang lain.
3. Imago adalah merupakan gambaran psychis yang telah diproyeksikan
kepada orang lain.
4. Anima, adalah imago lelaki, yang membentuk dirinya imago wanita,
sedangkan animus adalah imago wanita yang membentuk dirinya
imago laki-laki.
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami penyakit/ sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh
sehingga sangat dekat dengan proses kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung
kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat
kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.

Soal dan jawaban

1. Berdasarkan dominasi fungsi jiwa menurut Jung maka ada empat macam tipe manusia,
kecuali

a. Tipe Pemikir
b. Tipe perasa
c. Tipe pendria
d. Tipe intuitif
e. Tipe pemaaaffff
2. tugas dari Superego ialah
a. pengaturan pelepasan impuls dari Id
b. bekerja sesuai dengan prinsip kesenangan tanpa memperdulikan kenyataan
c. menghindari ketidak senangan
d. menghindari rasa nyeri
e. mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan tuntutan dunia luar

6. Persepsi dan motivasi

Persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-


data indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Sedangkan
motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan
perilaku yang tetap ke  arah tujuan tertentu. Menurut David Krech dan Ricard
Crutfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:55) membagi faktor-faktor yang
menentukan persepsi dibagi menjadi 2 yaitu:

a.       Faktor Fungsional
Faktor Fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-
hal lain yang kita sebut sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi
adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
b.      Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-
efek syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.

Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa
memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan
faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi
pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan
membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai.

Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi


Menurut Porter dan Miles, ada 3 faktor utama yang berpengaruh pada motivasi
antara lain :
a.       Ciri-ciri pribadi seseorang.
b.      Tingkat dan jenis pekerjaan.
c.       Lingkungan kerja.
Soal dan jawaban
1. faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syarat yang
ditimbulkan pada sistem saraf individu merupakan definisi dari
a. faktor resiko
b. faktor internal
c. faktor eksternal
d. faktor fungsional
e. faktor struktural
2. Faktor Utama Yang Mempengaruhi Motivasi
a. Ciri-ciri pribadi seseorang.
b. Lingkungan sekitar
c. Teman sejawat
d. Keturunan
e. Emosi orang sekitar

7. emosi dan stress

Munurut Daniel Golemen, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Selye tahun 1976, Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik
mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Menurut Hans
Selye tahun 1950, Stres adalah respons tubuh tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap
setiap tuntutan atau beban di atasnya.
Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap
perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara
fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif

Jenis Emosi

 Emosi yg menyenangkan ex: cinta,sayang, gembira, kagum, dsb


 Emosi yg tidak menyenangkan ex:sedih, marah, benci, takut, dsb

Macam-macam stres, antara lain:


1. Stres fisik. disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau
yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau tegangan arus listrik.
2. Stres kimiawi, disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun, asam
basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik, disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit.
4. Stres fisiologik, disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh di antaranya gangguan
dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan karena proses pertumbuhan dan
perkembangan sperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6. Stres psikis atau emosional, disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stress
Respons terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor
yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut, dan coping yang dimiliki individu, di antara
stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh antara lain:
1. Sifat stresor
Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor.
Sifat stesor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur, sifat ini pada setiap individu
dapat berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.
2. Durasi stresor
Lamanya stresor yang dialami klien akan mempengaruhi respons tubuh. Apabila stresor
yang dialami lebih lama, maka respons yang dilaminya juga akan lebih lama dan dapat
mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
3. Jumlah stresor
Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentuka respons tubuh.
4. Pengalaman masa lalu

Macam-macam adaptasi, antara lain:


1. Adaptasi fisiologis
2. Adaptasi psikologis
3. Adaptasi sosial budaya
4. Adaptasi spiritual.

Soal dan jawaban

1. Stress yg disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan pubertas disebut


dengan

a. Stress fisik
b. Stress kimiawi
c. Stress proses pertumbuhan perkembangan
d. Stress fisiologis
e. Stress psikis

2. berikut ini merupakan macam dari adaptasi, kecuali:

a. Adaptasi fisiologis
b. Adaptasi psikologis
c. Adaptasi sosial budaya
d. Adaptasi halusinasi
e. Adaptasi spiritual
8. manajemen stress
Kemampuan individu untuk mengelola stres yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari (Schafer, 2000). Catton Smith mendefinisikan manajemen stres
sebagai suatu keterampilan memungkinkan seseorang untuk
mengantisipasi, mencegah, mengelola, dan memulihkan diri dari stres yang
dirasakan, karena adanya ancaman dan ketidakmampuan dalam coping yang
dilakukan
Strategi manajemen stress
 Perhatikan lingkungan sekitar
 Jauhkan diri dari situasi yang menekan
 Jangan mempermasalahkan hal yang sepele
 Ubah cara bereaksi secara efektif
 Hindari reaksi yang berlebihan
 Tidur secukupnya
Perawat bertanggung jawab dalam pengimplementasian untuk mencegah dan
mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat. Cara perawat
yang harus dilakukan Pengaturan diet dan nutrisi, Istirahat dan tidur, Olah
Raga atau latihan teratur, Berhenti merokok, Tidak mengkonsumsi minuman
keras, Pengaturan berat badan, Pengaturan waktu, Terapi psikofarmaka :
mengganggu organ tubuh yang lain (biasanya obat anticemas dan antidepresi,
Psikoterapi

TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN STRES :


1. Teknik penenangan pikiran
a. Meditasi : upaya memusatkan perhatian
b. Pelatihan relaksasi autogenic : Pehayatan terjadinya peristiwa
c. Pelatihan relaksasi neuromuscular : latihan sistematis untuk melatih otot
2. Teknik penenangan melalui aktivitas fisik : berenang, lari, menari,
bersepeda atau olah raga lain selama kurang lebih satu jam.
3. Hypnotherapy : hipnosis pada diri sendiri (authohypnosis) upaya
sistimatis dan terprogram yang dilakukan sendiri dengan memasukkan
program-program positif
Soal dan jawaban

1. Cara perawat yang harus dilakukan untuk manajemen stress, kecuali

a. Pengaturan diet dan nutrisi


b. Istirahat dan tidur
c. Olah Raga atau latihan teratur
d. Berhenti merokok
e. mengkonsumsi minuman keras,
2. berikut merupakan strategi manajemen stress

a. dekat dari situasi yang menekan


b. mempermasalahkan hal yang sepele
c. Ubah cara bereaksi secara efektif
d. Bereaksi berlebihan terhadap sesuatu
e. Tidur larut malam
9. Adaptasi Psikologi
Adaptasi merupakan respon individu terhadap suatu perubahan yang ada di lingkungan yang
dapat memengaruhi keutuhan tubuh. Secara umum tujuan adaptasi adalah agar individu
mampu menghadapi tuntutan keadaan secara sadar, realistik, objektif, dan rasional.
Macam-macam adaptasi, antara lain:
1. Adaptasi fisiologis
2. Adaptasi psikologis
3. Adaptasi sosial budaya
4. Adaptasi spiritual.
1. Adaptasi Fisiologis :
A. LAS (Lokal Adaptasion Syndrome) respon setempat dan berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS adalah:
1) respon setempat dan tidak melibatkan semua sistem;
2) respon bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya;
3) respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus;
4) respon bersifat restoratif /penyesuaian.
B. GAS (General Adaptasion Syndrome). Respon yang terlibat di dalamnya adalah
sistem saraf otonom dan sistem endokrin sindrom Terdiri dari 3 Fase :

A. Fase alarm : (pengaktifan hormone) cepat perhitungan menit, bila tetap resisten

B. Fase resisten (stabil): (melawan) penanggulangan dan pemecahan masalah


mengatur strategi bila gagal lelah

C. Fase exhaustion (kelelahan) stres blum tertanggulangi energi menipis /habis

Soal dan jawaban

1. respon individu terhadap suatu perubahan yang ada di lingkungan yang dapat
memengaruhi keutuhan tubuh merupakan definisi dari

a. adaptasi
b. persepsi
c. berpikir
d. belajar
e. stress

2. berikut ini merupakan macam dari adaptasi, kecuali:

a. Adaptasi fisiologis
b. Adaptasi psikologis
c. Adaptasi sosial budaya
d. Adaptasi halusinasi
e. Adaptasi spiritual
10. belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semat-mata untuk
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR :
Secara umum belajar banyak dipengaruhi oleh :
1. Faktor Internal :
1) Aspek fisiologis adalah kondisi umum, jasmaniah dan otot yang menandai tingkat
kebugaran, organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dn
investasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
2) Aspek Psikologi (jiwa)
Intelegensi : kemampuan psiko fisik untuk mereaksi rangsangan / menyesuaikan diri dengan
lingkungannya
3) Sikap : gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek baik secara berlebihan/kekuarangan
4) Bakat : kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang
2. Faktor eksternal :
1) Lingkungan sosial :
a. keluarga,
b. guru/pendidik
2) Lingkungan non sosial : alat peraga, alam, cuaca/alam
a. Alat peraga/alat pembelajaran
b. Lingkungan dan kesempatan
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang
dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya
Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Social Learning menurut Albert Bandura
Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B (1961) adalah:

 Prinsip kesiapan (Readiness)


 Prinsip motivasi (Motivation)
 Prinsip persepsi
 Prinsip tujuan
 Prinsip perbedaan individual
 Prinsip belajar kognitif
 Prinsip belajar evaluasi

Soal dan jawaban

1. berikut ini merupakan prinsip dari belajar kecuali,

a. Prinsip persepsi
b. Prinsip tujuan
c. Prinsip persamaan individual
d. Prinsip belajar kognitif
e. Prinsip belajar evaluasi

2. kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan


pada masa yang akan datang merupakan pengertian dari.
a. persepsi
b. minat
c. bakat
d. intelegensi
e. stress
11. berpikir
Proses berpikir adalah :
1. Pembentukan pengertian :
a. menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis
b. Membandingkan ciri-ciri tersebut
c. Mengabstrasikan.
2. Pembentukan pendapat :
Meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih.
Pembentukan pendapat ini dibedakan menjadi 3 :
a. Pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang meng-iyakan, secara tegas
menyatakan keadaan sesuatu
b. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang men-tidakkan, yang secara tegas menyatakan
tentang tidak adanya sesuatu sifat pada suatu hal
c. Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan
kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal
3. Penarikan kesimpulan dan pembentukan keputusan :
a. Keputusan Induktif yaitu keputusan yang diambil dari sesuatu yang khusus menuju
kearah pendapat yang umum,.
a. Keputusan deduktif, keputusan yang ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus
b. Keputusan analogis, keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau
menyesuaikan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.
Langkah-Langkah dalam pemecahan menurut Anderson:
1. Pengenalan dan pendefenisian masalah
2. Penentuan sejumlah solusi alternatif
3. Penentuan kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi solusi alternatif
4. Evaluasi solusi alternatif
5. Pemilihan solusi alternatif terpilih
6. Implentasi solusi alternatif terpilih
7. Evaluasi hasil yang di peroleh untuk menentukan diperolehnya solusi yang
memuaskan.
Memori jangka pendek adalah informasi yang dipikirkan saat ini atau disadari oleh
seseorang. Ini juga disebut dengan memori primer atau aktif. Peristiwa terbaru dan data
sensorik seperti suara disimpan dalam memori jangka pendek. Memori jangka pendek sering
mencakup peristiwa selama periode mana saja dari 30 detik hingga beberapa hari. Memori
jangka panjang adalah proses penyimpanan informasi dalam jangka waktu yang lama.

1. keputusan yang diambil dari sesuatu yang khusus menuju kearah pendapat yang
umum merupakan keputusan
a. keputusan induktif
b. keputusan deduktif
c. keputusan masalah
d. pemecahan masalah
e. keputusan verbal
2. langkah yang kita lakukan setelah Penentuan sejumlah solusi alternatif dalam
pemecahan masaalah yaitu
a. Evaluasi solusi alternatif
b. Pemilihan solusi alternatif terpilih
c. Implentasi solusi alternatif terpilih
d. Evaluasi hasil yang di peroleh untuk menentukan diperolehnya solusi yang
memuaskan.
e. Penentuan kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi solusi
alternatif
12. intelegensi dan kreativitas

Seseorang memiliki inteligensi yang tinggi apabila ia dapat menyelesaikan


persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil
dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam
dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena
itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional
FAKTOR-FAKTOR APAKAH YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI
Secara umum diketahui bahwa faktor-faktor yang banyak berpengaruh dalam inetelegensi
adalah faktor bawaan keturunan dari orang tua dan faktor lingkungan perkembangan organik
otak, gizi, rangsangan yang bersifat kognitif emosional. Dari kedua faktor tersebut dapat
simpulkan bahwa intelegensi dipengaruhi oleh :
i. Kualitas intelegensi orang tua serta kondisi anak pada saat pembentukan dalam
kandungan (bawaan)
ii. Gizi selama masa-masa pertumbuhan
iii. Rangsangan-rangsangan intelektual yang memberinya berbagai sumber daya
pengalaman (experimental resources) seperti pendidikan, latihan ketrampilan
Kreatifitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena
keativitas juga merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif, sedangkan
intelegensi telah dikemukan didipan merupakan suatu kemampuan umum dari
individu yang dapat diukur dengan tes tertentu. meskipun demikian, hubungan
antara kreativitas dengan inteligensi tidak selalu menunjukkan keselarasannya.

Para ahli lain menggunakan klasifikasi gangguan intelegensi sebagai berikut:


 Gangguan intelegensi ringan IQnya 50 – 70
 Gangguan intelegensi sedang IQnya 30 – 50
 Gangguan intelegensi berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30

Menurut Wechsler salah seorang ahli yang memperkenalkan klasifikasi intelegensi (IQ)
manusia dalam rentangan skala yang dimulai dari 0(nol) sampai dengan 200, dimana ilangan
100 merupakan titik tengah dinyatakan untuk kelompok average (rata-rata). Menurutnya jika
semua orang didunia diukur intelegensinya, maka akan terdapat  orang-orang yang sangat
pandai sama banyaknya dengan orang-orang yang sangat bodoh. Bila tes intelegensi yang
telah dibakukan dipakai, maka ternyata separuh dari jumlah anggota masyarakat (populasi)
termasuk antara IQ 90-100. Sekitar 2/3 dari kelompok dengan IQ antara 85-115.
Diperkirakan ada sekitar 95% mempunyai IQ antara 70-130.

Soal dan jawaban

1. jika seseorang memiliki IQ sebessar 60, maka ia sedang mengalami gangguan

a. Gangguan pendengaran
b. Gangguan intelegensi ringan
c. Gangguan intelegensi sedang
d. Gangguan intelegensi berat
e. Gangguan intelegensi sangat berat

2. jika seseorang memiliki IQ sebessar 90, maka ia sedang mengalami gangguan

a. Normal
b. Gangguan intelegensi ringan
c. Gangguan intelegensi sedang
d. Gangguan intelegensi berat
e. Gangguan intelegensi sangat berat
13. kepribadian abnormal
Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya memiliki pola
pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari orang normal.

Penyebab prilaku abnormal ditinjau dari prilaku psikososial:


1.    Trauma pada masa kanak-kanak
2.    Deprivasi parental (kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti pelukan, pujian,
ciuman dan lain-lain)
3.    Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat
4.    Struktur keluarga yang tidak sehat
5.    Stres berat
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB  YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ABNORMAL
Sebab – sebab perilaku Abnormal dapat ditinjau dari beberapa sudut, misalnya berdasarkan
tahap berfungsinya dan menurut sumber asalnya. Kedua macam penggolongan tersebut
disajikan sebagai berikut :

1.     MENURUT TAHAP BERFUNGSINYA


Menurut tahap – tahap berfungsinya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat dibedakan
sebagai berikut
       1. Penyebab Primer ( Primary Cause )
Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan
muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general
yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau
berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa
infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
       2. Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause )
Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan
tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak
oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup
sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang
lebih baik.
       3. Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause )
Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan
mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah
mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria
setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya
bangkrut.
      4. Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause )
Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang
sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit”
justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan
menunda kesembuhannya.
      5. Sirkulasi Faktor – Faktor Penyebab
Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal.
Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat
sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber
penyebab sebagai abnormalitas . Misalnya sepasang suami istri menjalani konseling untuk
mengatasi problem dalam hubungan perkawinan mereka. Sang suami menuduh istrinya
senang berfoya – foya sedangkan sang suami hanya asyik dengan dirinya dan tidak
memperhatikannya. Menurut versi sang suami dia jengkel keada istrinya karena suka
berfoya – foya bersama teman – temannya. Jadi tidak lagi jelas mana sebab mana akibat.
2. MENURUT SUMBER ASALNYA
Berdasarkan sumber asalnya, sebab – sebab perilaku abnormal dapat digolongkan sedikitnya
menjadi tiga yaitu :
      1. Faktor Biologis
Adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan
ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi,
penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya
mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan
terhadap stress.
     2.  Faktor – faktor psikososial
1. Trauma Di Masa Kanak – Kanak
Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan
harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya.
Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa
sampai ke masa dewasa.
2. Deprivasi Parental
Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa
kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social. Ada beberapa
kemungkinan sebab misalnya :1. Dipisahkan dari orang tua dan dititipkan di panti asuhan, 2.
Kurangnya perhatian dari pihak orang tua kendati tinggal bersama orang tua di rumah.
3. Hubungan orang tua – anak yang patogenik
Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara
orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
4. Struktur keluarga yang patogenik
Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para
anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan
selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur
keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya:
1) Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari.
    Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber
atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .
2) Keluarga yang antisosial
    Keluarga yang menganut nilai – nilai yang bertentangan dengan masyarakat luas
3) Keluarga yang tidak akur dan keluarga yang bermasalah
4) Keluarga yang tidak utuh
Keluarga dimana ayah / ibu yang tidak ada di rumah, entah karena sudah meninggal atau
sebab lain seperti perceraian, ayah memiliki dua istri dll.
5. Stress berat
Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis. Keadaan ini dapat
ditimbulkan oleh berbagai sebab, seperti :
1) Frustasi yang menyebabkan hilangnya harga diri
2) Konflik nilai
3) Tekanan kehidupan modern
3. Faktor – Faktor Sosiokultural

JENIS-JENIS PERILAKU ABNORMAL


   1.  PSIKOPAT
Disebut juga sosiopat, adalah kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak
mempedulikan norma – norma sosial .
2.    KELAINAN SEXUAL
Ada 2 macam kelainan tingkah laku sexual yaitu :
1.    Kelainan pada obyek
Cara seseorang memuaskan dorongan sexualnya normal, tetapi obyek yang dijadikan sasaran
pemuasan lain dari biasanya, antara lain:
1.    Homosex : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( pria )
2.    Lesbian : Ketertarikan melakukan hubungan seks dengan sesama jenis ( wanita )
3.    Pedofilia : Obyek pemuasan seksual adalah pada anak yang belum akil baligh
4.    Fetisisme : Obyek pemuasan seksual adalah dengan benda mati seperti pakaian dalam,
rambut.
5.    Nekrofilia : Obyek pemuasan seksual adalah dengan mayat
6.    Bestiality : Obyek pemuasan seksual adalah dengan binatang
7.    Gerontoseksualitas : Obyek pemuasan seksual adalah dengan seseorang yang berusia
lanjut
8.    Incest : Obyek pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak
diperbolehkan melakukan pernikahan
2.    Kelainan pada cara
Obyek pemuasan seksual tetap lawan jenis, tetapi dengan cara yang tidak biasa, contoh :
1.    Ekshibisionis : Cara pemuasan seksual dengan memperlihatkan genetalianya kepada
orang lain yang tidak dikenalnya
2.    Voyeuris :Cara pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang
3.    Sadisme : Cara pemuasan seksual dengan menyakiti secara fisik dan psikologis obyek
seksualnya
4.    Masokisme : Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri
5.    Frottage : Cara pemuasan seksual dengan meraba orang yang disenangi tanpa diketahui
oleh korbannya
3.    PSIKONEUROSIS
Kumpulan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan secara tidak sadar
dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri, contoh :
1.    Fugue : Bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk mengembara atau
meninggalkan rumah karena amnesia
2.    Somnabulisme : Keadaan tidur sambil berjalan dan melakukan suatu perbuatan
3.    Multiple personality : Kepribadian ganda
4.    Fobia : Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya tidak
ada alasan untuk takut
5.    Obsesi : Ide kuat yang bersifat terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau
hilang serta sering irasional
6.    Histeria : Gangguan mental yang ditandai dengan perilaku yang cenderung dramatis,
emosional dan reaksi berlebihan
7.    Hipokondria : Kondisi kecemasan yang kronis, pasien selalu merasakan ketakutan yang
patologis tentang kesehatan sendiri
4.    PSIKOSIS
Disebut dengan kelainan kepribadian yang besar (Psychosis Mayor) karena seluruh
kepribadian orang yang bersangkutan terkena dan orang tersebut tidak dapat lagi hidup dan
bergaul normal dengan orang di sekitarnya                            

Soal dan jawaban

1. Berikut merupakan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan
secara tidak sadar dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri
a. Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya
tidak ada alasan untuk takut
b. Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa
kehangatan
c. kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak mempedulikan
norma – norma sosial
d. pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang
e. pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak diperbolehkan
melakukan pernikahan
2. Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri merupakan definisi dari
a. Ekshibisionis
b. voyeuris
c. Sadisme
d. Masokisme
e.     Frottage

14. pembentukan sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak
yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya
(Saifudin A, 2005).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara
individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap dapat pula dinyatakan
sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan.

Sesuai yang dinyatakan oleh Sheriff & Sheriff (1956), bahwa sikap dapat berubah karena
kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk
dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi
manusia berkenaan dengan objek teretntu (Hudaniah, 2003).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, antara lain:

1.   Faktor internal

yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua
yang datang akan diterima atau ditolak.

a.    Faktor Genetik dan Fisiologik

Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi – kondisi fisiologik.

Misalnya waktu masih muda, individu mempunyai sikap negatif terhadap obat-obatan, tetapi
ia menjadi biasa setelah menderita sakit sehingga secara rutin harus mengkonsumsi obat –
obatan tertentu.

b.   Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan
akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Menurut Oskamp, dua
aspek yang secara khusus memberi sumbangan dalam membentuk sikap.

Pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuat pada individu (salient incident), yaitu
peristiwa traumatik yang merubah secara drastis kehidupan individu, misalnya kehilangan
anggota tubuh karena kecelakaan.

Kedua yaitu munculnya objek secara berulang - ulang (repeated exposure). Misalnya, iklan
kaset musik. Semakin sering sebuah musik diputar di berbagai media akan semakin besar
kemungkinan orang akan memilih untuk membelinya.

c.    Kebudayaan

B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk


kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola
perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran)
yang dimiliki.

Contoh : Sikap orang kota dan orang desa berbeda terhadap kebebasan dalam pergaulan.

d.   Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih
tahan lama.

Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair)

2.   Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar individu yang merupakan
stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

a.    Pengaruh orang tua

Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-anaknya. Sikap orang tua
akan dijadikan role model bagi anak-anaknya.
Misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-anak yang juga senang
musik.

b.   Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat

Pada umumnya, individu bersikap konformis (sesuai) atau searah dengan sikap orang orang
yang dianggapnya penting. Ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha untuk
sama dengan teman sekelompoknya. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.

Misalnya seorang anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak - anak santri
kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.

c.    Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.

Misalnya, media massa banyak digunakan oleh partai politik untuk mempengaruhi
masyarakat dalam pemilihan umum.

d.   Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran - ajarannya.

Bentuk sikap

a. Sikap Positif

Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa yang  terutama memperhatikan hal-
hal yang positif . Ini adalah suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif dari
pada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, harapan dari
pada keputusasaan. Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang ke
arah negatif, mereka yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan dirinya, penyesuaian
harus dilakukan, karena sikap hanya dapat dipertahankan dengan kesadaran.

b. Sikap Negatif

Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan
kegagalan.

 Pembentukan sikap

Sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam:

1)   Adopsi

Kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang terjadi berulang - ulang dan terus
menerus, lama - kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap.
2)   Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan


bertambahnya usia, maka ada hal - hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang
tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

3)   Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal hal
tersebut.

4)   Trauma

Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman - pengalaman yang traumatis
dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

Soal dan jawaban

1. Berikut ini merupakan faktor eksternal dari sikap


a. Kelompok masyarakat
b. Faktor genetik’
c. Kebudayaan
d. Emosional
e. pengalaman
2. adopsi, deferensiasi, trauma, dan integrasi merupakan bagian dari
a. jenis sikap
b. faktor sikap
c. definisi sikap
d. terbentuknya sikap
e. manfaat sikap
Jurnal 1

IJIP 6 (2) (2014)

INTUISI
JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/IN
TUISI

TERAPI SPIRITUAL ISLAMI :


SUATU MODEL PENANGGULANGAN GANGGUAN DEPRESI

Ahmad Razak1, Mustafa Kamal Mokhtar2, Wan Sharazad Wan Sulaiman3


1
Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar, 23Universiti Kebangsaan Malaysia
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel:
Artikel ini bertujuan menguraikan tentang terapi spiritual Islami sebagai suatu model
Diterima Mei 2014
dalam penanggulangan gangguan depresi. Satu trend yang menarik belakangan ini
dalam bidang psikologi, yaitu semakin meningkatnya kalangan profesional muslim dan
Disetujui Juni 2014 masyarakat umum terhadap nilai-nilai Islam. Tidak hanya memperbincangkan
mengenai nilai-nilai islami, tetapi bahkan lebih jauh dari itu oleh kalangan profesional
Dipublikasikan Juli 2014 muslim semakin gandrung mengkaji dan mengembangkan dimensi keilmuan dengan
berbasis islami. Mereka semakin menyadari pentingnya nilai-nilai Islami dalam
membangun suatu paradigma. Terapi spiritual Islami adalah salah satu paradigma
Keywords: dalam dimensi psikologi yang mulai banyak dikaji dan dipraktekkan oleh kalangan
masyarakat. Berdasarkan hasil- hasil penelitian dan pendapat para profesional
Depresi, Terapi Spiritual
menunjukkan adanya pengaruh terapi spiritual islami terhadap penanggulangan
depresi.

Abstract

© 2014 Universitas Negeri


Semarang

Alamat korespondensi:
p-ISSN 2086-
Fakultas Psikologi Universitas Negeri 0803
Makassar
e-ISSN 2541-
2965
ummat manusia terus berputar dan
PENDAHULUAN
mengalami perubahan dalam khasanah
kehidupan bio-psiko- sosial- dan
Di era kekinian, dinamika peradaban
spiritualnya. Perubahan-perubahan itu terjadi
sebagai konsekuensi modernisasi,
pembunuhan ataupun bunuh
industrialisasi, kemajuan sains dan
diri.Berdasarkan survey kesehatan mental
teknologi, serta gerakan globalisasi. Pola
rumah tangga (SKMRT) yang dilakukan
kehidupan manusia cenderung ke arah pola
oleh jaringan Epidemiologi Psikiatri
hedonisme, individualisme, dan
Indonesia, menemukan ada sekitar 185 dari
permissivisme yang sarat dengan
1000 penduduk menunjukkan gejala
kompetisi, rasionalitas, efektivitas dan
gangguan depresi. Artinya bahwa dalam
efisiensi dalam berbagai sektor kehidupan
setiap rumah tangga di Indonesia setidaknya
yang mengarah kepada kepentingan
terdapat satu orang mengalami gejala
material.Memang perubahan-perubahan ini
depresi (Etty, 2001).
memberikan dampak positif seperti
Para psikiater, dokter, dan psikolog
kemudahan fasilitas transfortasi,
telah melakukan berbagai upaya untuk
komunikasi, dan informasi tetapi juga
menanggulangi gangguan depresi,
menimbulkan ekses negatif yang
seperti:psikoterapi Psikiatrik, psikofarmaka,
berdampak deskruktif terhadap
terapi somatik, terapi relaksasi, dan terapi
keseimbangan bio-psiko- sosial dan
perilaku namun mereka juga mengakui
spiritual manusia.
bahwa diharapkan ada bentuk terapi yang
Fenomena ini bahkan diungkapkan
lebih maksimal dapat menanggulangi
lebih jauh oleh Hawari seorang psikiater
depresi.Para psikolog sendiri telah meretas
muslim bahwa modernisasi telah membawa
sebuah jalan kemungkinan-kemungkinan
perubahan- perubahan psikososial yang
diterimanya studi terhadap “realitas yang
ditandai dengan perubahan-perubahan nilai-
terobsesi yaitu kekuatan spiritual agama
nilai kehidupan seperti :Pola hidup
yang bekerja mempengaruhi perilaku-
sederhana dan produktif menjadi pola hidup
perilaku manusia. Sebut saja salah satu
mewah dan konsumtif; Struktur keluarga
diantaranya Carl Rogers perintis Client
yang semula extendend family cenderung
Centered Therapy mengungkapkan bahwa
kearah nuclear family sampai kepada single
mungkin akan ada segelintir orang yang
parent family; bahkan ada kecenderungan
memilih dan berani menyelidiki
masyarakat moderen bercorak sekuler dan
kemungkinan adanya sebuah realitas yang
serba boleh (Permissive society); ambisi
syah dan kuat menurut hukum (lawfull
karir dan materi yang tidak terkendali
reality) yang tak tertangkap oleh kelima
sehingga dapat mengganggu hubungan
indra kita sebagai realitas dimana masa lalu,
interpersonal baik dalam keluarga maupun
masa kini, dan masa depan telah bercampur
masyarakat.(Hawari, 2002).
baur, dimana jarak bukan lagi halangan dan
Salah satu dampak yang
waktu telah menghilang…. Itulah kiranya
ditimbulkan dalam realitas kehidupan
tantangan yang paling mengesankan yang
manusia masa kini adalah munculnya
tertuju pada psikologi (Bergin, 1980).
berbagai gangguan psikologis seperti Seiring dengan semakin banyaknya
depresi.Gangguan depresi ini terjadi akibat timbul
adanya suatu kesedihan yang sangat berbagai kecemasan, stress, keterasingan,
mendalam. Perasaan tersebut muncul kekerasan, egoisme, dan depresi
karena kecewa mengalami situasi yang (Djumhana, 1994) sementara semangat
sama sekali tak terduga dan tak diharapkan hidup manusia harus tetap berjalan terus,
terjadi dalam hidupnya.Hal ini tidak hanya kini masyarakat mulai menggandrungi
terjadi pada kalangan masyarakat miskin model-model terapi berlatar belakang
tetapi juga banyak terjadi pada masyarakat spiritual.Dinegara-negara yang mayoritas
pekerja professional karena mereka penduduknya beragama Islam seperti
menjadi tidak berdaya di atas Indonesia dan Malaysia telah berbunculan
kemampuannya sendiri.Akibatnya banyak terapi- terapi berbau spiritual Islami sebagai
terjadi criminal seperti sebuah harapan baru dalam membangun
kembali mental dan jiwa ummat manusia
yang telah rapuh.
Islam sebagai agama yang universal keluarganya dari ancaman yang
memang telah mengajarkan kepada ummat membahayakan keselamatannya.
manusia agar menjaga diri dan

Gambar 1 Q.S:66: 6

Terjemahnya: Hai orang-orang yang Depresi merupakan suatu penyakit


beriman jagalah diri dan keluargamu dari universal yang telah muncul sejak lama.Di
bahaya api neraka (Q.S:66: 6). zaman Hippocrates penyakit ini disebut
melancholy
69
(Kusumanto, dkk 1981). Depresi dapat hidupnya pernah menderita depresi pada
terjadi pada setiap manusia tanpa mengenal tingkat tertentu.Dalam mengekspresikan
batas usia, status, ras, etnis, atau strata keadaan depresi antara individu yang satu
social. Gangguan depresi bagi setiap dengan yang lainnya berbeda-beda caranya.
manusia sangat tergantung pada kekuatan Kemudian Maramis (1992)
mental dan peristiwa krisis yang memandang depresi sebagai suatu keadaan
dihadapinya. Gangguan emosional ini dengan komponen psikologik seperti rasa
sering terjadi akibat adanya suatu sedih, susah, rasa tak berguna, gagal,
kesedihan yang sangat mendalam. Perasaan kehilangan, tak ada harapan, putus asa,
tersebut muncul karena kecewa mengalami penyesalan yang patologis, dan komponen
situasi yang sama sekali tak terduga dan tak somatik seperti tak ada nafsu makan,
diharapkan terjadi dalam hidupnya. tekanan darah dan denyut nadi rendah.
Menurut Burns (1988) depresi adalah Dengan demikian dapat disimpulkan
suatu gangguan yang selalu merupakan bahwa depresi merupakan suatu keadaan
akibat pemikiran yang terdistorsi.Depresi yang berhubungan dengan suasana hati yang
menurut Angold (Ciccheti & Toth, 1990) dapat diindikasikan dalam semua aspek
secara khusus dioperasionalkan dalam tiga perilaku baik itu afeksi, kognisi, maupun
bentuk. Pertama, depressed mood, dibatasi konasi.
oleh satu atau sekelompok gejala yang Banyak pendapat yang mengemukakan
menyangkut dysphoric affect atau penyebab terjadinya depresi namun dapat
kesedihan yang sangat. Kedua, depressive dikategorikan atas dua factor, yaitu factor
symptom, menyangkut gejala-gejala yang dari luar individu (eksternal) dan factor dari
secara empiris diperlihatkan dalam diri individu (internal).Faktor dari
kembali.Ketiga, depressive disorders, luar individu (eksternal) berupa keadaan
diperlihatkan dengan diagnosis kategoris yang berhubungan dengan masalah sosial
seperti yang dinyatakan dalam DSM IV dan atau sering dikatakan sebagai paradigma
termasuk dalam mood disorder (Halgin & psikososial.Sedangkan factor
Whitbourne, 1994).Mood disorder adalah
suatu keadaan perasaan di mana perubahan-
perubahan perasaan yang dirasakan jauh
lebih menyakitkan dan mengganggu
dibandingkan berbagai perasaan yang wajar
dimiliki.
Setyonegoro (1981) mengemukakan
bahwa depresi merupakan suatu gangguan
psikologis yang sifatnya universal, dapat
terjadi pada siapa pun dan dapat dikatakan
bahwa hampir setiap orang pada masa
dari dalam individu (internal) berupa adanya situasi pikiran negative, pessimistic,
keadaan fisiologis dari tubuh seseorang perasaan bersalah dan mengecilkan dirinya
yang sering disebut sebagai paradigma sendiri. Akibatnya individu akan kehilangan
biologis.Hal tersebut terjadi karena adanya motivasi dan gairah hidup. Ia merasa bahwa
gangguan hormonal dan neurotransmitter hidupnya tidak berharga dan tidak
di otak. bermakna lagi (Soekamto, 1997).
Beberapa tinjauan teoretis gangguan Teori Sosiokultural. Teori ini
depresi: beranggapan bahwa gangguan mental dan
Teori psikoanalisa. Teori ini emosi disebabkan oleh keadaan lingkungan
memandang bahwa gangguan abnormal sosialnya. Lingkungan sosialnya seakan-
disebabkan oleh factor-faktor intrapsikhis akan memaksa individu untuk berbuat di
seperti konflik tak sadar, represi, luar batas kemampuannya demi untuk
mekanisme dedefensif yang mengganggu memperoleh tuntutan lingkungannya. Jika
penyesuaian individu. Psikoanalisa tidak berhasil maka akan memperoleh
beranggapan bahwa esensi pribadi pencitraan negative dan terisolasi dari
seseorang bukan terletak pada apa yang ia komunitasnya dan pada akhirnya jiwa
tampilkan secara sadar (counsiousness), menjadi terganggu (Slamet & Markam,
melainkan apa yang tersembunyi pada 2003).
alam bawa sadarnya (uncounsiouness). Depresi dapat teratasi dengan
Teori ini beranggapan bahwa depresi menggunakan terapi spiritual Islami. Terapi
terjadi akibat dari kehilangan obyek yang spiritual islami adalah suatu pengobatan
dikasihi pada masa kanak- kanak. Jadi atau penyembuhan gangguan psikologis
sangat terkait dengan peristiwa masa yang dilakuan secara sistematis dengan
lalunya (Slamet & Markam, 2003). berdasarkan kepada konsep al-qur’an dan
Teori behavioristik. Teori ini assunnah (Taufiq, 2006). Terapi spiritual
berpandangan bahwa perilaku manusia Islami memandang bahwa keimanan dan
sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian kedekatan kepada Allah adalah merupakan
di dalam lingkungannya. Perubahan kekuatan yang sangat berarti bagi upaya
perilaku sangat dipengaruhi oleh paradigm perbaikan pemulihan diri dari gangguan
stimulus respons (S-R).Lingkungan yang depresi ataupun problem-problem kejiwaan
dimaksud di sini adalah lingkungan lainnya, dan menyempurnakan kualitas
objektif dan afektif manusia (Soekamto, hidup manusia.Pada dasarnya terapi
1997). spiritual islami tidak hanya sekedar
Teori Kognitif. Teori ini beranggapan menyembuhkan gangguan-
bahwa depresi dapat terjadi oleh karena
gangguan psikologis tetapi yang lebih spiritual islami terhadap penanggulangan
substansial adalah bagaimana membangun depresi.
sebuah kesadaran diri (self awareness) agar
manusia bisa memahami hakikat HASIL DAN PEMBAHASAN
dirinya.Karena pada dasarnya mereka yang
terlibat dalam psikoterapi tidak hanya Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan
sekedar menginginkan kesembuhan tetapi pendapat para profesional menunjukkan
mereka juga bertujuan untuk mencari adanya pengaruh terapi spiritual islami
makna hidupnya, dan mengaktualisasi diri terhadap penanggulangan depresi.
(Strupp et.al 1977).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode


studi literari dengan berdasarkan pada
hasil-hasil penelitian dan pendapat para
profesional tentang pengaruh terapi
Dua sasaran yang dianggap penting melaksanakan apa yang menjadi keinginan
pada terapi spiritual islami, yaitu kalbu sang raja. (Taufiq, 2006).Gymnastiar
(qalbiyah) dan akal (aqliyah) manusia. menyebutkan bahwa munculnya konflik,
Kedua hal tersebut merupakan hal yang stres, depresi dan ketidakbahagiaan adalah
sangat urgen dan menentukan kondisi karena adanya keresahan, kegelisahan dan
kejiwaan manusia. Bahkan cara kerja ketidak tenangan dalam hati. Bila hati
dalam diri manusia baik secara psikologis sedang sakit maka tindak dan perilaku
maupun fisiologis saling terkait erat satu manusia akan menyimpang (abnormal) atau
sama lain. Imam Al-Ghazali menyebutkan mental menjadi tidak sehat karena hati
bahwa dalam diri manusia qalbu bertindak merupakan pangkal dari segala perbuatan.
sebagai raja dan akal sebagai perdana Dalam konteks ini sejalan dengan hadis
menteri yang akan menginterpretasi dan Nabi Muhammad saw yang berbunyi:

Gambar 2 Hadis Nabi Muhammad saw

menjadi rusak, ketahuilah bahwa ia itu


Artinya: Sesungguhnya di dalam adalah qalbu.
tubuh manusia terdapat segumpal daging, Untuk lebih jelasnya dapat
apabila daging itu baik maka seluruh tubuh diperhatikan pada gambar di bawah ini:
menjadi baik, tetapi apabila ia rusak maka
semua tubuh

Gambar 3 Struktur diri manusia

Gambar tersebut di atas menunjukkan shadar, yaitu suatu tempat dimana


bahwa qalbu adalah sentral penentu baik terjadinya tarik-menarik antara kutub
buruknya diri (self) manusia.Pada area kebaikan dan kutub kefasikan. Allah
qalbu terdapat empat lapisan.Lapisan berfirman dalam AL-Qur’an QS.91: A.8
pertama adalah yang berbunyi:

Gambar 4 AL-Qur’an QS.91: A.8

Terjemahnya: Maka Allah imaniah.Lapisan ketiga adalah fuad, yaitu


mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) wilayah qalbu yang lebih dalam tempat
kefasikan dan ketaqwaan. dimana terpancarnya cahaya makrifah.
Lapisan kedua adalah qalbu, yaitu Sedangkan lapisan yang paling dalam adalah
tempat memancarnya cahaya lubb, yaitu merupakan pusat kekuatan
spiritual manusia karena di sinilah darimana manusia berasal; untuk apa
tersimpan kekuatan ilahiyah (spiritual manusia ada dan kemana setelah manusia
power). tiada. Keempat hal tersebut terintegrasi
Apabila kutub kebaikan lebih kuat dalam satu kata kunci, yaitu terbangunnya
pada lapisan pertama (shadar) maka praktis paradigma Ilahiyah dalam diri manusia.
qalbu (cahaya imaniah) dan fuad (cahaya
makrifah) semakin bersinar.Ini
mengndikasikan bahwa qalbu manusia
sehat (Qalbun salim).Qalbu yang sehat
menyebabkan cara berpikir (akal) manusia
menjadi baik pula dan secara otomatis
perilakunya menjadi terarah dan terkontrol
dengan baik..
Tetapi apabila kutub keburukan
yang lebih kuat pada lapisan shadar maka
praktis qalbu (cahaya imaniah) dan fuad
(cahaya makrifah) kian redup bahkan bila
sudah sampai pada tingkat yang kronis,
maka qalbu (cahaya imaniah) dan fuad
(cahaya makrifah) menjadi padam.Bila
terjadi kondisi seperti ini maka qalbu
manusia menjadi sakit (qalbun maridh) dan
yang lebih menkkhawatirkan jika qalbu
manusia menjadi mati (qalbun mayyit).
Qalbu yang sakit mengakibatkan cara
berikirnyapun menjadi tidak sehat dan
secara otomatis pula perilakunyapun
menjadi tidak sehat.
Terapi spiritual islami mengacu
kepada konsep pensucian jiwa
(Tazkiyatunnufus) Imam Al-Ghazali. Beliau
membagi 3 tahap pensucian jiwa,
yaitu:takhali (tahap pensucian diri), tahalli
(tahap pengembangan diri), dan tajali
(tahap penemuan diri) (Hawwa, 2003). a).
Takhalli (pensucian diri). Tahap ini
bertujuan untuk membersihkan diri dari
sifat-sifat buruk, negative thinking, dan
segala kebiasaan-kebiasaan buruk yang
dilakukan manusia. Ada tiga cara yang
dapat dilakukan untuk mensucikan diri,
seperti: Mandi taubat, shalat taubat, dan
memperbanyak istighfar kepada Allah Swt.
b). Tahalli (pengembangan diri). Pada tahap
ini manusia dilatih untuk mengembangkan
potensi-potensi positif yang ada dalam
dirinya dengan membangun nilai-nilai
kebaikan dan kebermaknaan dalam
hidupnya; dan c). Tajalli (penemuan diri).
Pada tahap ini manusia telah mengenali
dirinya. Ada 4 masalah pokok yang kenali
pada tahap ini, yaitu: siapa diri manusia;
Adapun terapi spiritual islami kemarahan, penurunan tekanan darah, dan
bersifat: a) pleksibel, yaitu dapat dilakukan perbaikan kualitas hidup bagi pasien kanker
kapan saja baik secara individual maupun serta penyakit jantung.Sementara itu hasil
secara kelompok; b) preventif, yaitu: dapat penelitian Hook et.al (2010) menyebutkan
dilakukan bagi setiap orang yang tidak bahwa terapi spiritual dan Religius efektif
menderita penyakit psikologis; c) kuratif, mengatasi persoalan-persoalan gangguan
yaitu dilakukan dalam rangka pengobatan mental seperti kecemasa, schizophrenia,
atau penyembuhan bagi orang yang dan depresi.Hasil kajian Ibrahim (2003)
mengalami penyakit psikologis; d) menyebutkan secara spesifik bahwa jika
rehabilitasi, yaitu tahap pemulihan bagi seorang muslim berdoa, shalat, puasa
setiap orang yang baru pulih dari ataupun berdzikir dapat menimbulkan
penyakitnya. respon relaksasi dalam dirinya. Sehingga
Terapi spiritual Islami terbukti kepercayaan kepada Tuhan dapat
efektif memberikan pengaruh terhadap memberikan kontribusi yang signifikan
penanggulangan depresi maupun gangguan untuk kesehatan diri manusia.
psikologis lainnya. Beberapa hasil
penelitian telah memberikan pembuktian
mengenai hal tersebut. Ahmad (2006)
mengemukakan bahwa terdapat tingkat
kemampuan manajemen qalbu terhadap
penurunan tingkat depresi pada penderita
DM. Mansyur(2008) juga telah melakukan
penelitian eksperimen-kualitatif
menunjukkan bahwa terdapat penurunan
tingkat stress setelah mengikuti terapi
dzikir.
Kedua hasil penelitian diatas
mendukung pandangan James (Carnegie,
1980) bahwa terapi yag terbaik bagi
keresahan adalah keimanan kepada Tuhan.
Keimanan kepada Tuhan merupakan
kekuatan yang tidak boleh tidak harus
dipenuhi untuk menopang seseorang dalam
hidup ini”. Lebih lanjut ia berkata :“Antara
Tuhan dengan kita ada hubungan yang
tidak terputus. Apabila kita menundukkan
diri di bawah pengarahan-Nya, maka
semua cita-cita dan harapan kita akan
tercapai.
Sementara itu David B. Larson dan
Mr. Constance P. B (dalam Musbikin
2003), juga menyebutkan bahwa
ditemukan bukti bahwa faktor keimanan
memiliki pengaruh yang luas dan kuat
terhadap kesehatan. Dalam tesisnya, the
Faith Factor: Annotated Bioliography of
Chemical Research on Spiritual Subject,
mereka menemukan bahwa faktor spiritual
terlibat dalam peningkatan kemungkinan
tambahnya usia harapan hidup, penurunan
pemakaian alkohol, rokok dan obat
penurunan kecemasan, depresi dan
Fadzli Adamet al. (2011) menguraikan bahwa terdapat delapan modalitas rehabilitasi spiritual
dan tradisional yang telah diteliti, yaitu Raden Surahman, Dar al-Syifa’, Hj. Salleh, Jabat Sufi Privat,
Spiritual Kristianiti, Malaysian Association for the Study of Traditional Asian Medicine (MASTAM),
Persatuan Pengasih Malaysia, dan Pondok Inabah Surya Laya. Ini didukung oleh pernyataan Dadang
Hawari (2002), bahwa berbagai penelitian tentang hubungan antara komitmen beragama dan
kesehatan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna diantara kelompok yang menjalankan
ibadah keagamaan dan kesehatan.
Uraian hasil penelitian di atas memberikan implikasi bahwa terapi spiritual sangat berpengaruh
untuk membangun rasa penerimaan diri (self acceptance) sehingga klien tidak merasa depresi lagi dan
menyesali nasibnya. Bahkan sebaliknya klien akan mampu mengekspresikan perasaannya kepada
kehidupan dan kesehatan mental yang lebih baik (Kubler & Ross, 1996).Pendekatan spiritual
berperan penting dalam mengekspresikan perasaan dan memberikan kenyamanan bagi klien.
Penerimaan keadaan sakit klien akan mendorong individu tersebut akan lebih dekat dengan Tuhan
dan menerima penyakitnya sebagai cobaan dari Tuhan.

SIMPULAN DAN SARAN

Depresi merupakan salah satu penyakit psikologis yang kini banyak menimpa tirani masyarakat
modern. Fenomena penyakit gila, bunuh diri, kriminalitas pembunuhan dalam lingkungan social
merupakan realitas yang tak terbantahkan.Penyakit psikologis seperti ini dapat menimpa kepada
manusia yang memiliki kerapuhan mental (lemah iman).
Terapi spiritual Islami menjadi solusi alternatif dalam menangani gangguan depresi dan
berbagai ganggua penyakit psikologia lainnya. Hal ini mengacu kepada berbagai hasil penelitian dan
teori para ahli dibidangnya. Pada terapi spiritual islami, qalbu dan akal pikiran sebagai sasaran terapi
dalam menangani berbagai penyakit psikologis.Terapi spiritual islami bersifat fleksibel, prefentif,
kuratif, dan rehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Ahmad. 2006. Tingkat Depresi Pada Penderita Diabetes Mellitus Ditinjau dari Kemampuan

Manajemen Qalbu. Skripsi. (Tidak Diterbitkan).Yogyakarta: Universitas 45.


Bergin,E.A. Psychhoteraphy and Religious Values. Journal Of Consulting and Clinical Psychology, Vol. 48. No. 1, 1980. h. 95-105.

Bukhari, t.th. Shahy Bukhary. Semarang: Toha Putra. Burns, D.D. 1988. Terapi Kognitif. Alih Bahasa oleh

Santoso. Jakarta : Erlangga.

Carnegie, D. 1980, Menuju Hidup Sukses dan Bergairah.

Jakarta : Penerbit Gunung Jati.

Ciccheti, D. & Toth, S.L. 1990. The Development of Depression in Children and Adolescent. American Psychologist. 53 (2) : 221 – 241

Djumhana, H. 1994. Dimensi Spiritual Dalam Teori Psikologi Kontemporer. Ulumul Qur’an. No. 4 Vol. V, 1994. h. 14-21

Etty, M. 2001. Ketika Jiwa Penat. Artikel. http://wartamikael.Org. Diakses tanggal 25 Juni 2005.

Fadzli Adam.,Wan Ibrahim Wan Ahmad., &Sudirman Abdul Fatah. 2011. Spiritual and traditional rehabilitation modality of drug
addiction in Malaysia. International Journal of Humanities and Social Science 1 (14): 175-181.

Halgin, R.P. & Whiteboure, S.K. 1994. Abnomal Psychology. USA : Allyn & Bacon.

Hawari. D. 2002. Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta

Hawwa, S. 2003. Mensucikan Jiwa (Intisari Ihya ‘Ulumuddin). Alih Bahasa Annur Rafiq Saleh Tahmid. Jakarta: Rabbani Press.

Ibrahim, B. Syed. 2003. Spiritual medicine in the history of Islamic medicine. Jishim, 2: 45-49.

Joshua N. Hook, N.H., Worthington Jr ,L.E., Devis E.D., Jengis,J.D & Gartner, L.A.2010. Empirically Supported Religious and Spiritual
Therapies. Journal of Clinical Psychology, Vol. 66(1), h. 46—72.

Kusumanto, R., Iskandar, Y., Salan, R & Musadik, K. 1981. Depresi (Beberapa Pandangan Teori dan Implikasi Praktek di Bidang
Kesehatan Jiwa). Jakarta: Yayasan Dharma Graha.

Mansyur. 2008. Pengaruh Dzikir Terhadap Penanggulangan Stres: Suatu Bentuk Psikoterapi Islami. Tesis. (Tidak
Diterbitkan).Makassar: Universitas Muslim Indonesia.

Maramis, W.F. 1992. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

Musbikin, I. 2003. Rahasia Shalat Bagi Penyembuhan Fisik dan Psikis. Yogyakarta : Mitra Pustaka

Setyonegoro, K. 1981. Komorbiditas pada Usia Pertengahan. Simposium Komorbiditas. Jakarta.

Slamet & Markam, S. 2003. Psikologi Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Soekamto & Winataputra, S.U. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Strupp, H.H., Hadley, S.W & Gomes-Schwartz, B. 1977. Psychotheraphy for Better or Worse: The Problem of NegativeEffects. New
York: Aroson.

Taufiq, I.M. 2006. Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam. Jakarta: Gema Insani.
Jurnal 2

Artikel Penelitian

Kejadian Gangguan Depresi pada Penderita HIV/AIDS yang


Mengunjungi Poli VCT RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari -
September 2013
Yaslinda Yaunin1, Rudi Afriant2, Nurul Maulidya Hidayat3

Abstrak
Infeksi HIV/AIDS sangat erat hubungannya dengan gangguan depresi. Penyebabnya bisa
dikarenakan faktor
psikologisnya ataupun efek dari agen HIV yang sudah menginfeksi sistem saraf pusat.
Salah satu metode pencegahan gangguan depresi yang dapat diberikan adalah pemanfaatan
poli VCT (Voluntary Counseling and Testing) dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran kejadian gangguan depresi pada penderita HIV/AIDS yang
mengunjungi poli VCT RSUP DR. M. Djamil Padang periode Januari-September 2013.
Metode penelitian adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 43 orang. Data
dikumpulkan melalui pengisian kuesioner Hamilton Depression Rating Scale dan hasil
yang didapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS yang mengunjungi poli VCT RSUP DR. M.
Djamil Padang periode Januari - September 2013 didapatkan tidak mengalami depresi
sebanyak 44,2% sedangkan untuk depresi sebanyak 55,8% dengan pembagian depresi
ringan hanya 25,6%, depresi sedang 11,6%, depresi berat 4,7%, dan depresi sangat berat
14%. Depresi terbanyak ditemukan pada usia 20 – 39 tahun (83,3%).
Kata kunci: penderita HIV/AIDS, gangguan depresi, poli VCT

Abstract

HIV/AIDS infection is associated with depression disorders. Etiology may be cause of psychososcial factor or the effect of
HIV agent that infected central nervous system. In order to prevent depression disorders is by the utilization VCT (Voluntary
Counseling and Testing) Clinic This study aims to describe the incident rate of depressive disorder among people living with
HIV/AIDS visited VCT clinic at RSUP DR. M. Djamil Padang in January-September 2013. The research method was descriptive and
made up by 43 HIV/AIDS-infected patients. Data were collected through filling Hamilton Depression Rating Scale and the results
are presented in the form of a frequency distribution table. The results obtained that people living with HIV/AIDS visited VCT clinic
at RSUP DR. M. Djamil Padang in January-September 2013 are not experiencing depression, representing 44,2% and 55,8% for
depressive disorder which is mild depression only obtained 25,6%, moderate depression 11,6%, severe depression 4,7%, and very
severe depression 14%. Depression disorder more found in the age : 20 – 39 years (83,3%).

Keywords: HIV/AIDS patient, depression disorder, VCT clinic

Affiliasi penulis : 1.Bagian Psikiatri FK Unand, 2 Bagian Penyakit Dalam FK


Unand, 3.Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Korespondensi : Yaslinda U
Yaunin, email: linda_yns@yahoo.co.id, Telp: 0811667236 L
U
P A
E N
N Seseorang yang mengalami depresi
ditandai dengan hilangnya rasa senang
D atau ketertarikan terhadap hal-hal yang
A biasanya disukai. Kira-kira dua pertiga
H pasien depresi mengalami fikiran akan
bunuh diri dan sekitar 10 – 15% HIV/AIDS mengalami depresi.2
melakukan bunuh diri. Depresi bisa Jumlah orang yang terkena HIV-AIDS
disebabkan oleh faktor biologik seperti didunia sampai akhir 2010 mencapai
gangguan 34 juta orang dimana dua pertiganya
keseimbangan terdapat di Afrika Selatan kawasan
neurotransmitter (norepinefrin, Selatan Sahara. Di kawasan itu kasus
serotonin, dopamine, gamma amino infeksi baru mencapai tujuh puluh
butyric acid), gangguan regulasi persen, di Afrika Selatan 5,6 juta
hormon, faktor genetik dan yang tidak orang terinfeksi HIV, Asia Pasifik
kalah pentingnya adalah faktor menempati tempat kedua dengan
psikososial (stress kehidupan, jumlah penderita HIV-AIDS mencapai
kepribadian).1 Infeksi HIV/AIDS lima juta orang. Eropa Tengah dan
sangat erat hubungannya dengan Barat jumlah kasus infeksi baru
gangguan depresi. Penyebabnya bisa HIV/AIDS sekitar 840 ribu, di Jerman
dikarenakan faktor psikologisnya secara kumulasi ada 73 ribu orang.3
ataupun efek dari agen HIV yang Sedangkan di Indonesia terdapat 5.442
sudah menginfeksi sistem saraf pusat. kasus HIV yang dilaporkan oleh
Perjalanan penyakit HIV/AIDS yang Kemenkes dari bulan Oktober sampai
progresif, penyebarannya yang luas Desember 2011. Menurut Dinas
dan cepat serta adanya stigma dan Kesehatan Sumbar pada tahun 2008
diskriminasi pada pasien HIV/AIDS ditemukan 111 kasus HIV-AIDS dan
dapat menimbulkan stres pada terjadi peningkatan jumlah kasus pada
penderitanya. Bila gangguan tahun 2009 sebanyak 154 kasus.
psikologis ini tidak ditatalaksana Namun pada tahun 2010, kasus HIV
dengan baik, maka besar kemungkinan sempat mengalami penurunan kasus
seseorang yang mengalami menjadi 138. Dan pada tahun 2012
kasus HIV meningkat lagi menjadi
189 orang yang terkena HIV.4 Apabila
dilihat berdasarkan jenis kelamin,
kasus AIDS dilaporkan banyak
ditemukan pada laki-laki yaitu 74,5%,
sedangkan perempuan 25%. Laporan
Kementerian Kesehatan RI tentang
perkembangan HIV/AIDS di
Indonesia pada Triwulan IV (dari
bulan Oktober sampai dengan
Desember tahun 2011) jumlah kasus
HIV yang dilaporkan sebanyak 5.442
kasus.4 Penelitian Hawari pada 350
orang yang
menjalani terapi detoksifikasi NAZA Penderita HIV/AIDS yang mengalami
hanya 57 orang bersedia dilakukan tes depresi cendrung akan melakukan bunuh
HIV/AIDS (16,29%). Dari 57 orang diri terutama pada saat awal mengetahui
tersebut ternyata 19 orang positif terinfeksi HIV sebagai suatu respon
HIV/AIDS (33,33%).5 impulsive dari gejolak emosinya, juga
.Penelitian yang dilakukan di resiko bunuh diri akan meningkat pada
India menunjukan bahwa pasien saat penyakit berlanjut yang
HIV/AIDS dengan status perkawinan menyebabkan kemampuan fisik dan
bercerai memiliki angka depresi yang mental makin menurun.7
cukup tinggi dibandingkan yang Dukungan sosial merupakan salah
belum menikah dan sudah menikah. satu penangan yang cukup efektif dalam
Hal ini dikarenakan kurangnya penanganan depresi pada pasien
dukungan dari keluarga dekat.6 HIV/AIDS. Semakin besar dukungan
sosial yang diberikan, maka semakin yang pernah mengalami gangguan
kecil angka terjadinya depresi. mood (afektif) lain sebelumnya selain
Dukungan sosial ini bisa dari keluarga gangguan mood (afektif) episode
dekat, teman-teman, lingkungan depresi, Pasien yang menolak untuk
sekitar dilakukan pemeriksaan. Teknik
Pengambilan Sampel: Pasien
HIV/AIDS yang mengunjungi Poli
VCT akan diajukan beberapa
pertanyaan data demografi dan
kuesioner Hamilton Depression
Rating Scale.

H
A
S
I
L

P
E
N
E
L
I
T
I
A
N
Hasil penelitian ini
menemukan bahwa jumlah kunjungan
pasien HIV/AIDS pada periode
Januari- September 2013 di poli VCT
RSUP DR. M. Djamil adalah 49 orang
dan 19 orang tidak mengalami depresi
(44,2%) serta 24 orang depresi
(55,8%). Dari yang mengalami depresi
ada 19 orang laki-laki (79,2%) dan 5
orang perempuan (20,8 5).
Gambaran tingkat depresi pada 24
orang yang mengalami depresi dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi TingkatKeparahan


Depresi Pasien yang Mengunjungi
Poli VCT RSUP DR. M. Djamil
Periode Januari-September 2013.
bahkan pemerintah. Salah satu layanan pemerintah
Tingkat Depresi F %
dalam penanganan gangguan kejiwaan ini adalah Poli
VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling Depresi Ringan 11 45,8
dan Tes Sukarela). Dalam pelayanan ini dilakukan beberapa hal Depresi Sedang 5 20,8
seperti konseling pra-testing, testing HIV, dan konseling post- Depresi Berat 2 8,4
Depresi Sangat Berat 6 25
Total 24 100
testing secara sukarela atau kesadaran dari individu sendiri.
Konseling pra-testing memberikan pengatahuan tentang
HIV dan manfaat testing HIV, pengambilan

keputusan untuk testing, dan Kriteria Eksklusi: Pasien


perencanaan atas issue HIV yang akan
dihadapi. Konseling post-testing
membantu seseorang untuk mengerti
dan menerima status (HIV+) dan
merujuk pada pelayanan dukungan.
Konseling ini dilakukan oleh konselor
yang merupakan tenaga kesehatan
terlatih dengan klien atau individu
yang merasa memiliki risiko tinggi
HIV/AIDS serta dilakukan secara
rahasia dan sukarela.7 Pengobatan
Spiritual juga bisa meringankan beban
penderita HIV/AIDS. Ironson pada
tahun 2000 melakukan penelitian dan
menemukan bahwa terapi agama
(psikoreligius) mempunyai peran
penting dalam memperpanjang usia
seorang penderita HIV/AIDS.5
Penelitian ini bertujuan
mengetahui gambaran angka kejadian
gangguan depresi pada pasien
HIV/AIDS yang mengunjungi poli
VCT RSUP DR. M. Djamil Padang
periode Januari - September 2013.

M
E
T
O
D
E
Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan
pendekatan metode cross sectional.
Penelitian dilakukan di bagian Poli
VCT RSUP DR. M. Djamil Padang
pada bulan November 2013-Desember
2013. Populasi pada penelitian ini
adalah pasien HIV/AIDS yang
mengunjungi Poli VCT RSUP DR. M.
Djamil Padang bulan Januari sampai
September 2013. Kriteria Inklusi
adalah sebagai berikut: Pasien
HIV/AIDS yang mengunjungi Poli
VCT RSUP DR. M. Djamil Padang,
Tidak memiliki riwayat gangguan
depresi sebelumnya, Pasien yang telah
menyetujui penelitian ini.Sedangkan
Berdasarkan tabel 1. 30-39 tahun 14 58,3
≥40 tahun 3 12,5
didapatkan pasien HIV/AIDS yang Total 24 100
mengunjungi poli VCT RSUP DR.
M. Djamil Padang periode Januari - Berdasarkan tabel 2.
September 2013 terbanyak didapatkan umur pasien HIV/AIDS
mengalami depresi ringan, 45,8% yang mengalami gangguan depresi
paling sedikit depresi berat (25%) terbanyak adalah pada usia 30 - 39
tahun yaitu sebanyak 58,3%.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sedangkan untuk persentase yang
Gangguan Depresi Berdasarkan terendah ditemukan pada usia <20
Usia Pasien HIV/AIDS yang tahun yaitu sebanyak 4,2%.
Mengunjungi Poli VCT RSUP DR. Hasil penelitian mengenai
M. Djamil Periode Januari- distribusi frekuensi gangguan depresi
September 2013 subjek penelitian berdasarkan status
perkawinan pasien HIV/AIDS yang
Usia Depresi
mengunjungi poli VCT RSUP DR. M.
F %
Djamil periode Januari- September
<20 tahun 1 4,2 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah
20-29 tahun 6 25
ini.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Gangguan Depresi Pasien HIV/AIDS Faktor Risiko Depresi
F %
yang Mengunjungi Poli VCT RSUP
DR. M. Djamil Periode Januari -
Pengguna Narkoba Jarum Suntik 4 16,7
September 2013 Berdasarkan Status Seks Bebas 15 62,5
Perkawinan Istri Pasien HIV/AIDS 2 8,3
Transfusi Darah 2 8,3
Status Perkawinan Depresi Lain-lain 1 4,2
Total 24 100
F %

Belum Menikah 11 45,8 Berdasarkan tabel 4. didapatkan faktor


Menikah 12 50 risiko pasien HIV/AIDS yang
Bercerai 1 4,2
Total 24 100
mengalami depresi terbanyak adalah
karena seks bebas 62,5% dan yang
Berdasarkan tabel 3. didapatkan status terendah adalah faktor risiko lain-lain
perkawinan pasien HIV/AIDS yang sebanyak 4,2%.
mengunjungi poli VCT RSUP DR. M.
Djamil periode Januari - September 2013 P
terbanyak adalah pada pasien yang menikah E
yaitu sebanyak 50%, sedangkan frekuensi M
terendah pada pasien yang bercerai yaitu B
sebanyak 4,2%. A
Kalau dilihat dari segi faktor
H
resiko terjadinya infeksi pada psien
HIV/AIDS yang mengunjungi poli A
VCT RSUP DR. M. Djamil periode S
Januari - September 2013 dapat dilihat A
pada tabel 4 di bawah ini. N
Dari hasil penelitian derajat
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
keparahan depresi pada penelitian ini
Gangguan Depresi Berdasarkan Faktor
didapatkan ialah mengalami gangguan
Risiko.
depresi sebanyak 55,8% dengan
Pasien HIV/AIDS yang Mengunjungi
pembagian depresi ringan 25,6%,
Poli VCT RSUP DR. M. Djamil
depresi sedang 11,6%, depresi berat
Periode Januari - September 2013
4,7%, dan depresi sangat berat 14%
sedangkan untuk bukan depresi Dari hasil penelitian yang dilakukan
sebanyak 44,2%. Unnikrishnan,dkk berdasarkan usia, pasien HIV/AIDS yang
(2012) menyebutkan pasien menderita depresi pada usia
HIV/AIDS yang mengalami depresi <20 tahun sebanyak 4,2% dan pada usia 20-
sebanyak 20-39% (5) Kurang 29 tahun sebanyak 25%. Untuk usia 30-39
maksimalnya pemanfaatan pelayanan tahun ditemukan 58,3% mengalami depresi
poli VCT dan dukungan dari dan pada usia ≥40 tahun sebanyak 12,%.
masyarakat dapat menyebabkan Prevalensi gangguan depresi pada populasi
tingginya angka depresi. Ada sejumlah dunia terbanyak pada usia produktif yaitu
faktor psikososial yang diprediksi 20
sebagai penyebab gangguan mental – 50 tahun. Alasan perbedaan telah diteliti melibatkan
pada seseorang yang pada umumnya perbedaan hormonal, perbedaan stressor psikososial dalam
berhubungan dengan kehilangan. rentang umur tersebut. 1 Perbedaan pada penelitian ini bisa
disebabkan karena pasien HIV/AIDS rawat jalan pada saat
Faktor psikososial tersebut adalah penelitian yang banyak mengunjungi poli VCT adalah
hilangnya peranan sosial, hilangnya kelompok usia 30-39 tahun.
otonomi, kematian teman atau sanak Hasil penelitian tentang jenis kelamin
saudara, penurunan kesehatan, pada penelitian ini didapatkan persentase
peningkatan isolasi diri, keterbatasan gangguan depresi pasien HIV/AIDS laki-laki
finansial, dan penurunan fungsi sebanyak 79,2% dan perempuan yaitu
kognitif.1 sebanyak 20,8%, namun secara umum kasus
depresi prevalensinya lebih tinggi pada
wanita. Menurut Kaplan dan Shadock (2007)
yaitu 20% pada wanita dan 12% pada laki-
laki.1 Penelitian Unnikrishnan, dkk (2012)
didapatkan prevalensi depresi 5-12% pada
pria dan 10-25% pada wanita.6 Penelitian ini
sesuai dengan penemuan Kementrian
Kesehatan RI bahwa penderita HIV/AIDS
lebih banyak pada laki-laki.7
Prevalensi penelitian gangguan
depresi pada status perkawinan terbanyak
didapatkan pada pasien yang belum menikah
yaitu sebanyak 45,8% sedangkan untuk yang
menikah sebanyak 50% dan yang bercerai
sebanyak 4,2%. Unnikrishnan, et al. (2012)
menyebutkan bahwa gangguan depresi yang
terbanyak adalah pada yang menikah
(44,6%). Persamaan ini didapatkan karena
pada pasien HIV/AIDS yang sudah menikah
pada umumnya memiliki banyak kendala
dalam kehidupannya. Dimulai dari
permasalahan rumah tangga, permasalahan
ekonomi keluarga, ditambah lagi dengan
kurangnya dukungan dari keluarga dekat dan
linkungan. Hal ini dapat menyebabkan
meningkatnya stress mental pada pasien
HIV/AIDS yang apabila tidak ditangani
dengan baik, dapat menjadi gangguan
depresi.6
Sebanyak 16,7% pada tahun 2013
gangguan depresi pasien HIV/AIDS
memiliki faktor risiko penularan melalui
pengunaan narkoba jarum suntik. Untuk
faktor risiko seks bebas didapatkan 62,5%
sedangkan isteri pasien HIV/AIDS
memiliki angka 8,3%, transfusi darah 8,3%
, dan untuk lain-lain 4,2%. Penelitian yang
dilakukan oleh Unnikrishnan, et al. (2012)
menyebutkan bahwa depresi lebih sering
terjadi pada faktor risiko penularan melalui
narkoba jarum suntik.6 Pelaku seks bebas
terutama perempuan juga terjadi depresi
dikarenakan perempuan memiliki
kehangatan, emosionalitas, sikap hati-hati,
sensitivitas, dan konformitas lebih tinggi
daripada laki- laki, sedangkan laki-laki
lebih tinggi dalam stabilitas emosi,
dominasi dan impulsivitas dari pada
perempuan.3

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan 49 orang penderita HIV/AIDS
yang mengunjungi poli VCT RSUP DR. M
Djamil Padang pada periode Januari –
September 2013 yang mengalami depresi
sebanyak 24 orang (55,8%). Usia
terbanyak mengalami depresi adalah pada
usia 20 – 39 tahun (83,3%). Berdasarkan
tingkat depresinya didapatkan:
depresi ringan (45,8%), depresi sedang (20,8%), depresi berat (8,4%) dan depresi
sangat berat (25%).

DAFTAR PUSTAKA.
1. Kaplan & Sadock’s, Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/ Clinical Psychiatry, Xth Edition, Lippincott
Wilkins & Wilkins, Philadelphia, 2007, pp 527 – 78.
2. Wahyu S, Taufik, et al., Konsep Diri dan Masalah yang Dialami Orang Terinfeksi HIV/AIDS, Konselor, 2012,
Vol.1, hal 1-12.
3. United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), Getting To Zero. Diambil pada 29 September
2013 dari http://www.unaids.org.2011
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Situasi HIV & AIDS di Indonesia, 2009.

4. Hawari,D. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi NAZA, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 2002.
5. Unnikrishnan B, Jagganath V, Ramapuram JT, Achappa B, Madi D, 2012. Study of Depression and Its Associated
Factors among Women Living with HIV/AIDS in Coastal South India. Dalam (R. L. D. Machado, M. Patel, dab J.
Poudrier ed) ISRN AIDS, 2012, Vol.12.
6. Departemen Kesehatan RI, Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarelawan HIV (Voluntary Counselling and
Testing = VCT), 2004.

Anda mungkin juga menyukai