NIM : P17220194084
Pada zaman sebelum Masehi pun, para filsuf telah membahas tentang jiwa manusia yang berisi
diantaranya tentang pengertian, dalil, serta aspek-aspek kejiwaan manusia. Pada saat itu pengertian
psikologi banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran yang dianut sebelumnya oleh para filsuf masing-
masing. Para ahli ilmu filsafat kuno, seperti Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) pun
telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala-gejalanya. Setelah masa Yunani, Santo Augustinus (354-
430 M) dianggap tokoh besar psikologi modern karena perhatiannya pada introspeksi dan
keingintahuannya tentang fenomena psikologi, termasuk perilaku bayi dan keramaian massa yang
menonton pacuan kuda. Sedangkan Rene Descrates (1596-1650 M) yang terkenal dengan teori
tentang kesadaran dan mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sama
seperti mesin lainnya.
Banyak ahli filsafat terkenal lainnya pada abad tujuh belas dan delapan belas yaitu seperti
Leibnitz (1646-1716) yang mengutarakan teori tentang kesejajaran psikofhisik, Hobbes, Locke
(1632-1704) dengan teorinya yaitu tabula rasa, Kant, dan Hume yang memberikan sumbangan
dalam bidang psikologi.
Di sini akan dijelaskan lebih lanjut tentang perkembangan psikologi dari masa ke masa berikutnya :
a. Psikologi Plato (429-347 SM) à Plato menyebut tentang jiwa sebagai bersifat immaterial,
karena jiwa sudah ada sebelum masuk ke tubuh kita di alam para sensoris yang kemudian
dikenal sebagai pre-eksistensi jiwa. Menurutnya, jiwa menempati dua dunia yaitu dunia
sensoris (pengindraan) dan dunia idea (yang sifat aslinya berpikir). Karya-karya Plato antara
lain buku Phaedo tentang jiwa dan keabadiannya sesudah mati dan Phaedrus tentang cinta.
Sedangkan ajarannya yang terkenal ialah tentang idea.
b. Psikologi Arisroteles (384-322) à Dalam bukunya yang berjudul De Anima, Aristoteles
mengemukakan macam-macam tingkah laku manusia dan adanya perbedaan tingkat tingkah
laku pada organisme-organisme yang berbeda-beda. Berikut adalah tingkatan-tingkatan
tingkah laku pada organisme :
Selain itu karya yang lainnya yaitu Parra Naturalia yaitu tentang esei-esei mengenai
beberapa topik seperti sensasi, persepsi, memori, tidur dan mimpi.
c. Psikologi Rene Descrates (1596-1650 M) à Menurutnya manusia terdiri atas dua macam zat
yang berbeda secara hakiki, yaitu res cogitans atau zat yang dapat berpikir, yang bebas tidak
terikat pada hukum-hukum alam dan bersifat rohaniah, dan res extensa atau zat yang
mempunyai luas, yang tidak bebas atau terikat, dan dikuasai oleh hukum-hukum alam.
Sedangkan psikologi menurut Descrates adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-gejala
pemikiran atau gejala-gejala kesadaran manusia, terlepas dari badannya. Ungkapan terkenal
dari Descrates yaitu tentang cogito ergo sum yang berarti aku berpikir, jadi aku ada.
d. Psikologi John Locke (1632-1704 M) à Dalam konsep Locke tentang tabula rasaa, dia
menyatakan semua pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia diperoleh karena
pengalaman melalui alat-alat indranya. Sedangkan dalam bukunya Essay Concerning Human
Understanding, Locke mengemukakan bahwa kalau suatu benda dapat dianalisis sampai
sekecil-kecilnya, demikian pula halnya dengan jiwa manusia.
e. Psikologi Leibniz (1646-1716 M) à Dia berpendapat bahwa hubungan badan dan jiwanya
sebagai bersifat pararel. Badan dan jiwa berjalan sendiri-sendiri tetapi keduanya tunduk pada
hukum-hukum yang serupa yang disebut sebagai hukum-hukum mekanika.
f. Psikologi David Hume (1711-1776 M) à Salah satu ucapan terkenalnya adalah “ Be a
philosopher, but amidst all your philosophies, be still a man” (jadilah seorang filsuf, namun
dalam berfilsafat, anda harus tetap seorang manusia). Tema sentral filsafat Hume pada
intinya adalah pengalaman terdiri atas kesan dan ide. Ada prisip-prinsip tertentu yang
memandu kita dalam mengasosiasi ide-ide, yaitu persamaan (resemblance), penghampiran
(contiguity), serta sebab dan akibat.
Psikologi umum merupakan suatu keilmuan mengenai tingkah laku individu secara umum. Hal
tersebut mencakup semua fase perkembangan psikologis manusia serta mencakup segala tingkatan
usia dan jenis kelamin. Dengan kata lain, psikologi umum mempelajari tingkah laku manusia secara
luas. Menurut Emmanuel Kant, ruang lingkup psikologi terbagi menjadi tiga bagian yaitu kognisi,
emosi dan konasi.
Kognisi, yaitu hal yang berkaitan dengan pemahaman dan pemikiran individu
Emosi, yaitu gejala jiwa yang menonjol dan bisa menimbulkan gejolak jiwa
Konasi, yaitu hal yang berkaitan dengan kemauan, kehendak atau keinginan individu.
Psikologi khusus merupakan psikologi yang digunakan untuk kepentingan lapangan atau praktis.
Psikologi khusus terdiri dari berbagai cabang ilmu psikologi yang dikhususkan pada bidang tertentu.
Adapun macam-macam cabang psikologi khusus diantaranya yaitu:
Psikologi Sosial. Psikologi sosial yaitu ilmu psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam kaitannya dengan lingkungan. Studi dalam psikologi sosial terdiri dari pengaruh sosial, proses
bersama individu, serta interaksi kelompok.
Psikologi Kepribadian. Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari tentang tingkah
laku manusia sesuai dengan lingkungannya.
Psikologi Tipologi. Psikologi tipologi ini berkaitan dengan psikologi kepribadian, psikologi tipologi
menjelaskan berbagai kepribadian manusia berdasarkan tipologi atau tipe tertentu tertentu.
Psikologi Psikopatologi. Psikologi psikopatologi merupakan cabang dari ilmu psikologi yang
berfokus menyelidiki berbagai gangguan mental serta gejala abnormal lainnya.
Psikologi Pendidikan. Psikologi pendidikan berfokus pada tingkah laku individu dalam pendidikan.
Psikologi pendidikan juga mempelajari mengenai sistem pendidikan dan pengaruhnya bagi individu.
Selain itu, dalam psikologi pendidikan juga membahas mengenai proses individu belajar dan
berkembang dan efektivitas intervensi pendidikan, sub kelompok anak tertentu seperti anak berbakat
dan anak dengan kebutuhan khusus serta proses dan faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia dimana psikologi pendidikan bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan efisiensi
dalam dunia pendidikan.
c. Keuntungan psikologi
Memperoleh faham tentang gejala – gejala jiwa dan pengertian yang lebih sempurna
tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak – anak p[ada khususnya.
Mengetahui perbuatan – perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk
mengenal tingkah laku manusia atau anak.
Mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.
Soal dan jawaban
1. Jiwa menempati dua dunia yaitu dunia sensoris (pengindraan) dan dunia idea, merupakan
perkembangan psikologi
a. Psikologi John Locke
b. Psikologi Leibniz
c. Psikologi David Hume
d. Psikologi Rene Descrates
e. Psikologi Plato
2. Psikologi psikopatologi merupakan cabang dari ilmu psikologi yang berfokus menyelidiki
berbagai gangguan mental serta gejala abnormal lainnya
f. Psikologi pendidikan
g. Psikologi tipologi
h. Psikologi sosial
i. Psikologi kepribadian
j. Psikologi psikopatologi
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Skinner
(1938) perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan
respon (Notoatmojo, 2007). Dengan kata lain perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar mapun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat
pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (bertindak).
Perilaku dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, pengalaman dan sebagainya.
Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
Jenis perilaku :
Hubungan perilaku dengan kebiasaan, Bahwa pada dasarnya setiap perilaku selalu berhubungan
erat dengan kebiasaan,dan tidak bisa dihilangkan. Usaha untuk mencapai perilaku positif
diantaranya bersyukur, melihat sisi baik, berkumpul dengan orang positif.
1. Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam induvidu dan tidak dapat diamati secara
langsung merupakan pengertian dari
a. Perilaku pasif
b. Perilaku aktif
c. bakat
d. intelegensi
e. kebiasaan
a. pengetahuan
b. kecerdasan
c. persepsi
d. motivasi
e. lingkungan
3. Perkembangan kepribadian dan tumbuh kembang
1. Usia balita.
Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan
tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak
tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan
tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu
dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
pada masa ini adalah belajar mengembangkan motorik setiap anak. Penting sekali
untuk mengembangkan motorik anak, karena mereka mulai menggunakan bagian-
bagian tubuh untuk beraktivitas dan bermain. Misalnya belajar memakan makanan
padat, itu akan membantu menguatkan daya gigit pada gigi seorang anak. Intinya
semua yang dilakukan anak pada masa ini akan membantu untuk mengembangkan
motorik seorang anak.
2. Anak.
ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari
perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa
saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap
lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan
kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran,
hambatan bahkan kegagalan.
Mendidik moral, spiritual, nilai sosial dan hati nurani sangat baik dikembangkan pada
masa ini, karena mereka masih bisa diberikan respon yang baik dari stimulus yang
diberikan oleh orang tua maupun guru.
3. Remaja.
ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke
arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang
dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-
ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri
ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak
jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh
rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya.
Seperti dalam realita saat ini, masa remaja adalah masa meniru. Remaja sangat mudah
meniru orang-orang yang membuat mereka terinspirasi dan mencobanya. Pada saat
inilah orang tua dan guru mengarahkan mereka agar meniru yang baik dan pantas
untuk di tiru. Berikan perhatian ekstra pada masa ini, karena bimbingan dan didikan
sangat vital bagi individu. Mereka akan merasa nyaman dan merasa di hargai
keberadaanya jika orang tua dan guru membimbingnya dengan penuh kelembutan
tetapi tegas dan disiplin.
4. Dewasa.
pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu
sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan
kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Tingkat kedewasaannya pun lambat laun semakin bertambah. Mereka mulai bebas
memilih apapun yang mereka inginkan dengan pertimbangan-pertimbangan yang
matang. Tanggung jawabnya pun sudah mulai meluas dalam arti mereka mulai
mempertanggung jawabkan sekecil-kecilnya hal. Masa depan sudah dirancang
dengan matang dan mempersiapkan nya dengan hat-hati. Pergaulan-pergaulan mulai
mereka pilih yang mana yang baik dan yang mana yang tidak, yang mana yang harus
diikuti dan yang mana yang tidak boleh diikuti.
5. Tua.
ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah
memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya
telah menjadi milik pribadinya.
1. masa dimana seseorang telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, merupakan masa
a. lansia
b. remaja
c. balita
d. dewasa
e. bayi
2. masa dimana seseorang sudah mulai meluas dalam arti mereka mulai mempertanggung jawabkan
sekecil-kecilnya hal, merupakan masa perkembangan
a. lansia
b. remaja
c. balita
d. dewasa
e. bayi
4. Proses sensoris motorik
Proses sensorik disebut juga pengamatan, yaitu gejala mengenal benda-benda disekitar dengan
mempergunakan alat indera. Pengamatan dengan anggapan atau respon memiliki perbedaan.
Pengamatan terjadi pada saat stimulus atau rangsangan mengenai indera dan menghasilkan
kesadaran dan pikiran. Respon yaitu proses terjadinya kesan dari pikiran setelah stimulus tidak ada.
Proses sensoris akan berlangsung dengan baik apabila memenuhi faktor – faktor sebagai berikut:
Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan
gerak tidaklah sama, namun tetapi berhubungan. Persamaan : setiap terjadi proses dalam tubuh
manusia maka akan menghasilkan gerak. Perbedaan : Motorik tidak dapat dilihat tetapi dapat
dirasakan, berbeda dengan gerak yang dapat dilihat dan diamati. Proses motorik juga menghasilkan
gerakan yang dinamakan gerakan motorik. Gerakan motorik adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perilaku gerakan yang dilakukan oleh tubuh manusia. Pengendalian motorik
biasanya digunakan dalam bidang ilmu psikologi, fisiologi, neurofisiologi maupun olah
raga.Pengendalian motorik mempelajari postur dan gerakan serta mekanisme yang
menyebabkannya.
1. Gerak refleks
2. Gerak terprogram
3. Gerakan motorik halus : menulis, merangkai, melukis, berjinjit
4. Gerakan motorik kasar : berjalan, merangkak, memukul, mengayunkan
tangan.
Proses sensorik yang terjadi pada seseorang ternyata jika tidak berjalan semestinya dapat
menimbulkan gangguan mental yang tercermin dalam perilaku sebagai berikut :
1. Osilasi (ayunan), osilasi terjadi karena perhatian atau pengamatan yang mudah beralih sehingga
menyebabkan kesan yang selalu berubah.
2. Ilusi, terjadi karena kesalahan persepsi sehingga terjadi kesalahan kesan. Dalam ilusi terjadi
kesalahan pengamatan. Penyebab terjadinya ilusi adalah Keadaan fisik,adapun penyebab rangsangan
yang keliru dan kebiasaan mempercayai suatu objek yang serupa, harapan-harapan tertentu sehingga
menimbulkan berbagai prasangka, tidak adanya analisis terhadap kesan yang diterima dan adanya
kesan secara keseluruhan.
1. Proses sensorik yang terjadi pada seseorang ternyata jika tidak berjalan semestinya dapat
menimbulkan gangguan
a. ilusi
b. diare
c. rabun dekat
d. rabun jauh
e. depresi
a. Gerak terdiam
b. Gerak refleks
c. Gerak terprogram
d. Gerakan motorik halus
e. Gerakan motorik kasar
5. kesadaran diri
1. Berdasarkan dominasi fungsi jiwa menurut Jung maka ada empat macam tipe manusia,
kecuali
a. Tipe Pemikir
b. Tipe perasa
c. Tipe pendria
d. Tipe intuitif
e. Tipe pemaaaffff
2. tugas dari Superego ialah
a. pengaturan pelepasan impuls dari Id
b. bekerja sesuai dengan prinsip kesenangan tanpa memperdulikan kenyataan
c. menghindari ketidak senangan
d. menghindari rasa nyeri
e. mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan tuntutan dunia luar
a. Faktor Fungsional
Faktor Fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-
hal lain yang kita sebut sebagai faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi
adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
b. Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-
efek syarat yang ditimbulkan pada sistem saraf individu.
Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa
memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses menghilangkan
faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi
pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan
membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai.
Munurut Daniel Golemen, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,
suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Menurut Selye tahun 1976, Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik
mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Menurut Hans
Selye tahun 1950, Stres adalah respons tubuh tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap
setiap tuntutan atau beban di atasnya.
Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap
perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara
fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif
Jenis Emosi
a. Stress fisik
b. Stress kimiawi
c. Stress proses pertumbuhan perkembangan
d. Stress fisiologis
e. Stress psikis
a. Adaptasi fisiologis
b. Adaptasi psikologis
c. Adaptasi sosial budaya
d. Adaptasi halusinasi
e. Adaptasi spiritual
8. manajemen stress
Kemampuan individu untuk mengelola stres yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari (Schafer, 2000). Catton Smith mendefinisikan manajemen stres
sebagai suatu keterampilan memungkinkan seseorang untuk
mengantisipasi, mencegah, mengelola, dan memulihkan diri dari stres yang
dirasakan, karena adanya ancaman dan ketidakmampuan dalam coping yang
dilakukan
Strategi manajemen stress
Perhatikan lingkungan sekitar
Jauhkan diri dari situasi yang menekan
Jangan mempermasalahkan hal yang sepele
Ubah cara bereaksi secara efektif
Hindari reaksi yang berlebihan
Tidur secukupnya
Perawat bertanggung jawab dalam pengimplementasian untuk mencegah dan
mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat. Cara perawat
yang harus dilakukan Pengaturan diet dan nutrisi, Istirahat dan tidur, Olah
Raga atau latihan teratur, Berhenti merokok, Tidak mengkonsumsi minuman
keras, Pengaturan berat badan, Pengaturan waktu, Terapi psikofarmaka :
mengganggu organ tubuh yang lain (biasanya obat anticemas dan antidepresi,
Psikoterapi
A. Fase alarm : (pengaktifan hormone) cepat perhitungan menit, bila tetap resisten
1. respon individu terhadap suatu perubahan yang ada di lingkungan yang dapat
memengaruhi keutuhan tubuh merupakan definisi dari
a. adaptasi
b. persepsi
c. berpikir
d. belajar
e. stress
a. Adaptasi fisiologis
b. Adaptasi psikologis
c. Adaptasi sosial budaya
d. Adaptasi halusinasi
e. Adaptasi spiritual
10. belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semat-mata untuk
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR :
Secara umum belajar banyak dipengaruhi oleh :
1. Faktor Internal :
1) Aspek fisiologis adalah kondisi umum, jasmaniah dan otot yang menandai tingkat
kebugaran, organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dn
investasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
2) Aspek Psikologi (jiwa)
Intelegensi : kemampuan psiko fisik untuk mereaksi rangsangan / menyesuaikan diri dengan
lingkungannya
3) Sikap : gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek baik secara berlebihan/kekuarangan
4) Bakat : kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang
2. Faktor eksternal :
1) Lingkungan sosial :
a. keluarga,
b. guru/pendidik
2) Lingkungan non sosial : alat peraga, alam, cuaca/alam
a. Alat peraga/alat pembelajaran
b. Lingkungan dan kesempatan
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang
dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya
Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Social Learning menurut Albert Bandura
Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B (1961) adalah:
a. Prinsip persepsi
b. Prinsip tujuan
c. Prinsip persamaan individual
d. Prinsip belajar kognitif
e. Prinsip belajar evaluasi
1. keputusan yang diambil dari sesuatu yang khusus menuju kearah pendapat yang
umum merupakan keputusan
a. keputusan induktif
b. keputusan deduktif
c. keputusan masalah
d. pemecahan masalah
e. keputusan verbal
2. langkah yang kita lakukan setelah Penentuan sejumlah solusi alternatif dalam
pemecahan masaalah yaitu
a. Evaluasi solusi alternatif
b. Pemilihan solusi alternatif terpilih
c. Implentasi solusi alternatif terpilih
d. Evaluasi hasil yang di peroleh untuk menentukan diperolehnya solusi yang
memuaskan.
e. Penentuan kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi solusi
alternatif
12. intelegensi dan kreativitas
Menurut Wechsler salah seorang ahli yang memperkenalkan klasifikasi intelegensi (IQ)
manusia dalam rentangan skala yang dimulai dari 0(nol) sampai dengan 200, dimana ilangan
100 merupakan titik tengah dinyatakan untuk kelompok average (rata-rata). Menurutnya jika
semua orang didunia diukur intelegensinya, maka akan terdapat orang-orang yang sangat
pandai sama banyaknya dengan orang-orang yang sangat bodoh. Bila tes intelegensi yang
telah dibakukan dipakai, maka ternyata separuh dari jumlah anggota masyarakat (populasi)
termasuk antara IQ 90-100. Sekitar 2/3 dari kelompok dengan IQ antara 85-115.
Diperkirakan ada sekitar 95% mempunyai IQ antara 70-130.
a. Gangguan pendengaran
b. Gangguan intelegensi ringan
c. Gangguan intelegensi sedang
d. Gangguan intelegensi berat
e. Gangguan intelegensi sangat berat
a. Normal
b. Gangguan intelegensi ringan
c. Gangguan intelegensi sedang
d. Gangguan intelegensi berat
e. Gangguan intelegensi sangat berat
13. kepribadian abnormal
Gangguan kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya memiliki pola
pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari orang normal.
1. Berikut merupakan reaksi psikis dengan ciri spesifik kecemasan dan diekspresikan
secara tidak sadar dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri
a. Ketakutan yang tiada sebab, irasional dan tidak logis walaupun sebenarnya
tidak ada alasan untuk takut
b. Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa
kehangatan
c. kelainan perilaku yang berbentuk antisosial yaitu yang tidak mempedulikan
norma – norma sosial
d. pemuasan seksual dengan melihat/ mengintip orang telanjang
e. pemuasan seksual dengan sesama anggota keluarga yang tidak diperbolehkan
melakukan pernikahan
2. Cara pemuasan seksual dengan menyiksa diri sendiri merupakan definisi dari
a. Ekshibisionis
b. voyeuris
c. Sadisme
d. Masokisme
e. Frottage
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak
yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya
(Saifudin A, 2005).
Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara
individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Sikap dapat pula dinyatakan
sebagai hasil belajar, karenanya sikap dapat mengalami perubahan.
Sesuai yang dinyatakan oleh Sheriff & Sheriff (1956), bahwa sikap dapat berubah karena
kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar, sikap tidaklah terbentuk
dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan berlangsung dalam interaksi
manusia berkenaan dengan objek teretntu (Hudaniah, 2003).
1. Faktor internal
yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua
yang datang akan diterima atau ditolak.
Faktor ini berperan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi – kondisi fisiologik.
Misalnya waktu masih muda, individu mempunyai sikap negatif terhadap obat-obatan, tetapi
ia menjadi biasa setelah menderita sakit sehingga secara rutin harus mengkonsumsi obat –
obatan tertentu.
b. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan
akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. Menurut Oskamp, dua
aspek yang secara khusus memberi sumbangan dalam membentuk sikap.
Pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuat pada individu (salient incident), yaitu
peristiwa traumatik yang merubah secara drastis kehidupan individu, misalnya kehilangan
anggota tubuh karena kecelakaan.
Kedua yaitu munculnya objek secara berulang - ulang (repeated exposure). Misalnya, iklan
kaset musik. Semakin sering sebuah musik diputar di berbagai media akan semakin besar
kemungkinan orang akan memilih untuk membelinya.
c. Kebudayaan
Contoh : Sikap orang kota dan orang desa berbeda terhadap kebebasan dalam pergaulan.
d. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih
tahan lama.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu keadaan – keadaan yang ada di luar individu yang merupakan
stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
Orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak-anaknya. Sikap orang tua
akan dijadikan role model bagi anak-anaknya.
Misalnya, orang tua pemusik, akan cenderung melahirkan anak-anak yang juga senang
musik.
Pada umumnya, individu bersikap konformis (sesuai) atau searah dengan sikap orang orang
yang dianggapnya penting. Ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha untuk
sama dengan teman sekelompoknya. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
Misalnya seorang anak nakal yang bersekolah dan berteman dengan anak - anak santri
kemungkinan akan berubah menjadi tidak nakal lagi.
c. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah
arah sikap tertentu.
Misalnya, media massa banyak digunakan oleh partai politik untuk mempengaruhi
masyarakat dalam pemilihan umum.
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran - ajarannya.
Bentuk sikap
a. Sikap Positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suasana jiwa yang terutama memperhatikan hal-
hal yang positif . Ini adalah suasana jiwa yang lebih mengutamakan kegiatan kreatif dari
pada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, harapan dari
pada keputusasaan. Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang ke
arah negatif, mereka yang positif mengetahui bahwa guna memulihkan dirinya, penyesuaian
harus dilakukan, karena sikap hanya dapat dipertahankan dengan kesadaran.
b. Sikap Negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan
kegagalan.
Pembentukan sikap
1) Adopsi
Kejadian - kejadian dan peristiwa - peristiwa yang terjadi berulang - ulang dan terus
menerus, lama - kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya suatu sikap.
2) Diferensiasi
3) Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan satu hal tentu sehingga akhirnya terbentuk sikap menegenal hal
tersebut.
4) Trauma
Trauma adalah pengalaman yang tiba - tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman - pengalaman yang traumatis
dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
INTUISI
JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/IN
TUISI
Abstract
Gambar 1 Q.S:66: 6
METODE PENELITIAN
Depresi merupakan salah satu penyakit psikologis yang kini banyak menimpa tirani masyarakat
modern. Fenomena penyakit gila, bunuh diri, kriminalitas pembunuhan dalam lingkungan social
merupakan realitas yang tak terbantahkan.Penyakit psikologis seperti ini dapat menimpa kepada
manusia yang memiliki kerapuhan mental (lemah iman).
Terapi spiritual Islami menjadi solusi alternatif dalam menangani gangguan depresi dan
berbagai ganggua penyakit psikologia lainnya. Hal ini mengacu kepada berbagai hasil penelitian dan
teori para ahli dibidangnya. Pada terapi spiritual islami, qalbu dan akal pikiran sebagai sasaran terapi
dalam menangani berbagai penyakit psikologis.Terapi spiritual islami bersifat fleksibel, prefentif,
kuratif, dan rehabilitasi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Ahmad. 2006. Tingkat Depresi Pada Penderita Diabetes Mellitus Ditinjau dari Kemampuan
Bukhari, t.th. Shahy Bukhary. Semarang: Toha Putra. Burns, D.D. 1988. Terapi Kognitif. Alih Bahasa oleh
Ciccheti, D. & Toth, S.L. 1990. The Development of Depression in Children and Adolescent. American Psychologist. 53 (2) : 221 – 241
Djumhana, H. 1994. Dimensi Spiritual Dalam Teori Psikologi Kontemporer. Ulumul Qur’an. No. 4 Vol. V, 1994. h. 14-21
Etty, M. 2001. Ketika Jiwa Penat. Artikel. http://wartamikael.Org. Diakses tanggal 25 Juni 2005.
Fadzli Adam.,Wan Ibrahim Wan Ahmad., &Sudirman Abdul Fatah. 2011. Spiritual and traditional rehabilitation modality of drug
addiction in Malaysia. International Journal of Humanities and Social Science 1 (14): 175-181.
Halgin, R.P. & Whiteboure, S.K. 1994. Abnomal Psychology. USA : Allyn & Bacon.
Hawari. D. 2002. Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
Hawwa, S. 2003. Mensucikan Jiwa (Intisari Ihya ‘Ulumuddin). Alih Bahasa Annur Rafiq Saleh Tahmid. Jakarta: Rabbani Press.
Ibrahim, B. Syed. 2003. Spiritual medicine in the history of Islamic medicine. Jishim, 2: 45-49.
Joshua N. Hook, N.H., Worthington Jr ,L.E., Devis E.D., Jengis,J.D & Gartner, L.A.2010. Empirically Supported Religious and Spiritual
Therapies. Journal of Clinical Psychology, Vol. 66(1), h. 46—72.
Kusumanto, R., Iskandar, Y., Salan, R & Musadik, K. 1981. Depresi (Beberapa Pandangan Teori dan Implikasi Praktek di Bidang
Kesehatan Jiwa). Jakarta: Yayasan Dharma Graha.
Mansyur. 2008. Pengaruh Dzikir Terhadap Penanggulangan Stres: Suatu Bentuk Psikoterapi Islami. Tesis. (Tidak
Diterbitkan).Makassar: Universitas Muslim Indonesia.
Maramis, W.F. 1992. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.
Musbikin, I. 2003. Rahasia Shalat Bagi Penyembuhan Fisik dan Psikis. Yogyakarta : Mitra Pustaka
Slamet & Markam, S. 2003. Psikologi Klinis. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Soekamto & Winataputra, S.U. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Strupp, H.H., Hadley, S.W & Gomes-Schwartz, B. 1977. Psychotheraphy for Better or Worse: The Problem of NegativeEffects. New
York: Aroson.
Taufiq, I.M. 2006. Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam. Jakarta: Gema Insani.
Jurnal 2
Artikel Penelitian
Abstrak
Infeksi HIV/AIDS sangat erat hubungannya dengan gangguan depresi. Penyebabnya bisa
dikarenakan faktor
psikologisnya ataupun efek dari agen HIV yang sudah menginfeksi sistem saraf pusat.
Salah satu metode pencegahan gangguan depresi yang dapat diberikan adalah pemanfaatan
poli VCT (Voluntary Counseling and Testing) dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran kejadian gangguan depresi pada penderita HIV/AIDS yang
mengunjungi poli VCT RSUP DR. M. Djamil Padang periode Januari-September 2013.
Metode penelitian adalah deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 43 orang. Data
dikumpulkan melalui pengisian kuesioner Hamilton Depression Rating Scale dan hasil
yang didapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS yang mengunjungi poli VCT RSUP DR. M.
Djamil Padang periode Januari - September 2013 didapatkan tidak mengalami depresi
sebanyak 44,2% sedangkan untuk depresi sebanyak 55,8% dengan pembagian depresi
ringan hanya 25,6%, depresi sedang 11,6%, depresi berat 4,7%, dan depresi sangat berat
14%. Depresi terbanyak ditemukan pada usia 20 – 39 tahun (83,3%).
Kata kunci: penderita HIV/AIDS, gangguan depresi, poli VCT
Abstract
HIV/AIDS infection is associated with depression disorders. Etiology may be cause of psychososcial factor or the effect of
HIV agent that infected central nervous system. In order to prevent depression disorders is by the utilization VCT (Voluntary
Counseling and Testing) Clinic This study aims to describe the incident rate of depressive disorder among people living with
HIV/AIDS visited VCT clinic at RSUP DR. M. Djamil Padang in January-September 2013. The research method was descriptive and
made up by 43 HIV/AIDS-infected patients. Data were collected through filling Hamilton Depression Rating Scale and the results
are presented in the form of a frequency distribution table. The results obtained that people living with HIV/AIDS visited VCT clinic
at RSUP DR. M. Djamil Padang in January-September 2013 are not experiencing depression, representing 44,2% and 55,8% for
depressive disorder which is mild depression only obtained 25,6%, moderate depression 11,6%, severe depression 4,7%, and very
severe depression 14%. Depression disorder more found in the age : 20 – 39 years (83,3%).
H
A
S
I
L
P
E
N
E
L
I
T
I
A
N
Hasil penelitian ini
menemukan bahwa jumlah kunjungan
pasien HIV/AIDS pada periode
Januari- September 2013 di poli VCT
RSUP DR. M. Djamil adalah 49 orang
dan 19 orang tidak mengalami depresi
(44,2%) serta 24 orang depresi
(55,8%). Dari yang mengalami depresi
ada 19 orang laki-laki (79,2%) dan 5
orang perempuan (20,8 5).
Gambaran tingkat depresi pada 24
orang yang mengalami depresi dapat
dilihat pada tabel 1.
M
E
T
O
D
E
Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan
pendekatan metode cross sectional.
Penelitian dilakukan di bagian Poli
VCT RSUP DR. M. Djamil Padang
pada bulan November 2013-Desember
2013. Populasi pada penelitian ini
adalah pasien HIV/AIDS yang
mengunjungi Poli VCT RSUP DR. M.
Djamil Padang bulan Januari sampai
September 2013. Kriteria Inklusi
adalah sebagai berikut: Pasien
HIV/AIDS yang mengunjungi Poli
VCT RSUP DR. M. Djamil Padang,
Tidak memiliki riwayat gangguan
depresi sebelumnya, Pasien yang telah
menyetujui penelitian ini.Sedangkan
Berdasarkan tabel 1. 30-39 tahun 14 58,3
≥40 tahun 3 12,5
didapatkan pasien HIV/AIDS yang Total 24 100
mengunjungi poli VCT RSUP DR.
M. Djamil Padang periode Januari - Berdasarkan tabel 2.
September 2013 terbanyak didapatkan umur pasien HIV/AIDS
mengalami depresi ringan, 45,8% yang mengalami gangguan depresi
paling sedikit depresi berat (25%) terbanyak adalah pada usia 30 - 39
tahun yaitu sebanyak 58,3%.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sedangkan untuk persentase yang
Gangguan Depresi Berdasarkan terendah ditemukan pada usia <20
Usia Pasien HIV/AIDS yang tahun yaitu sebanyak 4,2%.
Mengunjungi Poli VCT RSUP DR. Hasil penelitian mengenai
M. Djamil Periode Januari- distribusi frekuensi gangguan depresi
September 2013 subjek penelitian berdasarkan status
perkawinan pasien HIV/AIDS yang
Usia Depresi
mengunjungi poli VCT RSUP DR. M.
F %
Djamil periode Januari- September
<20 tahun 1 4,2 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah
20-29 tahun 6 25
ini.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Gangguan Depresi Pasien HIV/AIDS Faktor Risiko Depresi
F %
yang Mengunjungi Poli VCT RSUP
DR. M. Djamil Periode Januari -
Pengguna Narkoba Jarum Suntik 4 16,7
September 2013 Berdasarkan Status Seks Bebas 15 62,5
Perkawinan Istri Pasien HIV/AIDS 2 8,3
Transfusi Darah 2 8,3
Status Perkawinan Depresi Lain-lain 1 4,2
Total 24 100
F %
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini
didapatkan 49 orang penderita HIV/AIDS
yang mengunjungi poli VCT RSUP DR. M
Djamil Padang pada periode Januari –
September 2013 yang mengalami depresi
sebanyak 24 orang (55,8%). Usia
terbanyak mengalami depresi adalah pada
usia 20 – 39 tahun (83,3%). Berdasarkan
tingkat depresinya didapatkan:
depresi ringan (45,8%), depresi sedang (20,8%), depresi berat (8,4%) dan depresi
sangat berat (25%).
DAFTAR PUSTAKA.
1. Kaplan & Sadock’s, Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/ Clinical Psychiatry, Xth Edition, Lippincott
Wilkins & Wilkins, Philadelphia, 2007, pp 527 – 78.
2. Wahyu S, Taufik, et al., Konsep Diri dan Masalah yang Dialami Orang Terinfeksi HIV/AIDS, Konselor, 2012,
Vol.1, hal 1-12.
3. United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), Getting To Zero. Diambil pada 29 September
2013 dari http://www.unaids.org.2011
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Situasi HIV & AIDS di Indonesia, 2009.
4. Hawari,D. Konsep Agama (Islam) Menanggulangi NAZA, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 2002.
5. Unnikrishnan B, Jagganath V, Ramapuram JT, Achappa B, Madi D, 2012. Study of Depression and Its Associated
Factors among Women Living with HIV/AIDS in Coastal South India. Dalam (R. L. D. Machado, M. Patel, dab J.
Poudrier ed) ISRN AIDS, 2012, Vol.12.
6. Departemen Kesehatan RI, Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarelawan HIV (Voluntary Counselling and
Testing = VCT), 2004.