I. Pengertian Psikologi
Kata psikologi muncul sekitar abad 16 dan berasal bahasa Yunani, yaitu dari kata
“psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Bila diartikan secara
harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan. Jadi
psikologi pada mulanya adalah pengetahuan tentang jiwa manusia.
Di bawah ini ada beberapa definisi dari ahli-ahli psikologi yang menunjukkan bahwa
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku:
1. Charles G. Morris dan Albert A. Maisto menyatakan sebagai berikut:
“Psychology is the scientific study of behavior and mental process” (Psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental).
(Morris, 2003)
2. Clifford T. Morgan, dkk.: “Psychology is the science of human and animal
behaviour; it includes the application of this science to human problems”
(Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
dan hewan, termasuk juga penerapan ilmu tersebut untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi manusia). (C. Morgan, 1976)
3. Sarlito W. Sarwono: “Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan”.(Sarwono, 1976)
4. Kartini Kartono: “Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan
kehidupan psikis (jiwani manusia)”.(Kartono, 1990)
Dari definisi-definisi itu dapat disimpulkan bahwa ada 2 hal penting dalam
psikologi. Pertama, psikologi merupakan ilmu pengetahuan. Kedua, psikologi
mempelajari tingkah laku.
Aliran Behaviorisme
Aliran behaviorisme atau biasa disebut psikologi S-R yang mulai
berkembang pada awal abad ke 20. Dipelopori oleh JB Watson (1878-
1958) dan B.F. Skinner (1904-1990), aliran ini mendominasi
penelitian psikologi pada setengah abad ke-20. Berbeda dengan
psikodinamika, kaum behavioris lebih mementingkan tingkah laku
nyata, yang terbuka dan dapat diukur secara obyektif. Metode-
metodenya didasarkan pada eksperimennya terhadap hewan yang
kemudian diterapkan pada manusia. Watson menyatakan bahwa
proses-proses psikologis selalu dimulai dengan adanya rangsang
(stimulus) dan diakhiri dengan suatu reaksi (respons) terhadap
rangsang itu.
Aliran Humanistik
Aliran Humanistik menitikberatkan pada potensi-potensi positif
dalam kepribadian. Pelopor aliran ini adalah Abraham Maslow (1908
-1970) dan Carl Rogers (1902 - 1987). Berbeda dengan 2 aliran
sebelumnya, aliran ini berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan kehendak. Manusia tidak tergantung pada dorongan-
dorongan yang tidak disadarinya dan tidak pula tergantung pada
lingkungannya. Manusia pada dasarnya baik, ia berkembang ke arah
pertumbuhan yang lebih baik. Aliran yang berkembang sekitar tahun
1960-an ini menitikberatkan pada pentingnya kasih sayang, rasa saling
memiliki, harga diri, ekspresi diri, aktualisasi diri dalam
perkembangan manusia. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, aliran
ini memberikan pengaruh yang besar pada seluruh bidang psikologi
terutama dalam psikoterapi. Para psikolog dewasa ini tidak lagi terlalu
mementingkan aliran yang sifatnya teoritis. Mereka melihat aliran-
aliran yang berbeda tersebut sebagai sesuatu yang saling melengkapi.
Mereka mengombinasikan pandangan aliran-aliran tersebut untuk
lebih memahami tingkah laku manusia.
Cabang-cabang psikologi
Psikologi Perkembangan
bagian dari psikologi yang mempelajari perkembangan mental dan
fisik mulai dari masa prenatal, masa kanakkanak, remaja, dewasa dan
masa tua. Seorang psikolog perkembangan akan tertarik untuk meneliti
bagaimana efek tempat penitipan anak pada penyesuaian diri seorang
anak. Ia juga akan tertarik untuk mempelajari bagaimana pengaruh
pensiun pada seseorang yang lanjut usia.
Psikologi Pendidikan
bagian dari psikologi mempelajari bagaimana meningkatkan
keefektifan dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Psikolog
pendidikan akan tertarik mempelajari bagaimana mendisain program
pendidikan untuk anak berbakat, atau untuk anak terbelakang. Ia juga
dapat mengarahkan jurusan apa yang sebaiknya dipilih oleh seorang
murid sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Psikologi Sosial
mempelajari interaksi individu dengan orang lain, seperti
bagaimana pengaruh suatu kelompok terhadap individu, bagaimana
persepsi kita terhadap orang lain mempengaruhi tingkah laku kita
terhadap orang tersebut dan sebaliknya. Psikolog sosial akan
mempelajari bagaimana prasangka rasial akan mempengaruhi
keharmonisan antar suku bangsa. Ia juga akan tertarik mempelajari
dinamika yang terjadi pada suatu kelompok sosial atau organisasi.
Psikologi Eksperimen
bagian dari psikologi yang berkecimpung dalam penelitian
mengenai proses psikologis manusia yang paling dasar seperti belajar,
ingatan, sensasi, persepsi, kognisi, motivasi dan emosi. Cabang
psikologi ini mempelajari hal yang mendasari tingkah laku manusia.
Psikologi Klinis
bagian dari psikologi yang mempelajari dan mendiagnosa kelainan
tingkah laku, mengetahui penyebab serta melakukan terapi untuk
memperbaiki kelainan tingkah laku tersebut.
Psikologi Industri dan Organisasi
adalah bagian dari psikologi yang diterapkan dalam dunia kerja,
antara lain mempelajari bagaimana menyeleksi calon pegawai,
melakukan pelatihan pegawai, meningkatkan produktivitas dan kondisi
kerja, meningkatkan komunikasi di dalam organisasi.
Perilaku Manusia
2. Faktor eksogen
a. Faktor lingkungan, adalah segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik
fisik, biologi maupun sosial. Berpengaruh, karena lingkungan merupakan
lahan untuk perkembangan perilaku.
b. Pendidikan, baik secara formal maupun informal proses pendidikan
melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok. Latar belakang
pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
c. Agama, sebagai suatu keyakinan hidup akan masuk dalam konstruksi
keperibadian seseorang. Hal ini akan berpengaruh dalam cara berpikir,
bersikap, bereaksi dan berperilaku dari seseorang.
d. Sosial ekonomi, orang dengan status sosial ekonomi berkecukupan akan
dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan yang status sosial
ekonominya kurang akan bersusah payah memenuhi kebutuhan hidupnya.
e. Kebudayaan, merupakan hasil budi dan karya manusia. Dalam arti sempit
diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Kita dapat
membedakan orang dari perilakunya. Ada yang berperilaku halus dan ada juga
yang berperilaku keras karena berbeda kulturnya.
f. Faktor lain, seperti susunan saraf pusat, persepsi, dan emosi. Ketiga hal ini
berkaitan dengan susunan saraf pusat yang menerima rangsangan, selanjutnya
akan terjadi proses persepsi dan akan muncul emosi. Tentunya bila ada
masalah pada salah satunya, maka perilakunya akan berbeda.
Macam-macam emosi
Daniel Goleman (1995) dalam M. Ali dan M. Asrori (2008:62-63)
mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu
1. Amarah, didalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel,
kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak
kekerasan, dan kebencian patologis.
2. Kesedihan, didalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri , kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
3. Rasa takut, didalamnya meliputi cemas, takut, waspada, tidak tenang, ngeri,
kecut, panic, dan pobia.
4. Kenikmatan, didalamnya meliputi kebahagiaan, gembira, ringan puas, riang, rasa
terpenuhi, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, girang,
senang sekali, dan mania.
5. Cinta, didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, hormat, kasmaran, dan kasih saying.
6. Terkejut, didalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
7. Jengkel, didalamnya meliouti hina, jijik, mual, benci, tidak suka, dan mau
muntah.
8. Malu, didalmanya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina,
aib, dan hati hancur lebur.
Karakteristik emosi
Menurut (Yusuf, 2008) ciri-ciri emosi adalah
1. Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan
dan berpikit.
2. Bersifat fluaktif atau tidak tetap.
3. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera
Pengelompokkan emosi
1. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan ole rangsangan dari luar terhadap
tubuh seperti rasa dingin, manis, sakit , lelah, kenyang, dan lapar.
2. Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alas an-alasan kejiwaan seperti:
a. Perasaan intelektial, yaitu mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup
kebenaran. Perasaan ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
1. Rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah.
2. Rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran.
3. Rasa puas Karen dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah yang
harus dipecahkan.
b. Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berhubungan dengan orang lain, baik
bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti:
1. Rasa solidaritas.
2. Persaudaraan.
3. Simpati.
4. Kasih saying.
c. Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan
buruk atau etika(moral). Contohnya:
1. Rasa tanggung jawab.
2. Rasa bersalah apabila melanggar norma.
3. Rasa tentram dan menaati norma
d. Perasaan keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan
keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian. Perasaan
ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan yaitu
dianugerahi fitrah ( kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.
Dengan kata lain, manusia dikarunia insting religious atau naluri beragama.
Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo
Divinans” dan “ Homo Religius” yaoti sebagai makhluk yang berke-Tuhanan
atau makjhluk beragama.
II. Stress
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap
bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan
psikogis yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan
keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang
menginduksi respon stres) (Pinel, 2009).
Menurut American Institute of Stress (2016), tidak ada definisi yang pasti untuk
stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang
sama. Menurut pendapat yang lain, stress merupakan suatu respon fisiologis,
psikologis dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik
tekanan internal dan eksternal (Sherwood, 2014). Dapat disimpulkan bahwa stres
adalah suatu kondisi yang bersifat internal, disebabkan oleh fisik, lingkungan, situasi
sosial yang berpotensi merusak pribadi individu. Stres adalah keadaan psikologis
yang terjadi ketika individu tidak cukup mampu untuk menghadapi tuntutan dan
situasi. (Wake, 2019).
a) Stres Sebagai Stimulus
Menurut konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada dalam
lingkungan (environment). Individu mengalami stres bila dirinya menjadi
bagian dari lingkungan tersebut. Dalam konsep ini stres merupakan
variable bebas sedangkan individu merupakan variabel terikat. Secara
visual konsepsi ini dapat digambarkan sebagai berikut.(M, n.d.)
Stress – individu- stress
Tingkat Stres
Menurut Amberg, gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas
kaan mulainya dan sering kali kita tidak menyadari. Ada 6 tingkatan stress yaitu:
1. Stress tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan danbiasanya disertai
dengan perasaan-perasaan sebagi berikut:
a. Semangat besar
b. Penglihatan tajam tidak sebagimana mestinya.
c. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan masalah
pekerjaan lebih dari biasanya
2. Stress tingkat 2
Pada tinglat ini, dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul
keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.
Keluhan tersebut antara lain:
a. Merasa letih ketika bangun pagi
b. Merasa lelah sesudah makan siang
c. Merasa lelah sepanjang sore
d. Terkadang gangguang sistem pencernaan dan jantung berdebar
e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk
f. Perasaan tidak bisa santai.
3. Stress tingkat 3
Pada tingkat ini keluhan keletihan nampak disertai gejala :
a. Gangguan usus lebih terasa
b. Otot terasa lebih tegang
c. Perasaan yang semakin meningkat
d. Gangguan tidur ( sukar tidur, sering terbangun dan sukar tidur lagi, atau
bangun pagi-pagi)
e. Badan terasa oyong, rasa mau pingsan(tidak sampai jatuh)
4. Stress tingkat 4
a. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit
b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit
c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan
kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan sering kali terbangun
dini hari
e. Perasaan negativistic
f. Kemampuan konsertrasi menurun tajam
g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa
5. Stress tingkat 5
a. Keletihan yang mendalam
b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu
c. Ganguan sistem pencernaan(maag dan usus) lebih sering buang air besar atau
sebaliknya feses encer
6. Stress tingkat 6
a. Debaran jantung terasa amat keras
b. Napas sesak
c. Badan gemetar
d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tdak kuasa lagi, pingsan atau
collap.(Hawari, 1997)
Sedangkan Patel (dalam Elis, 2008) menjelaskan adanya berbagai jenis tingkat
stres yang umumnya dialami manusia meliputi:
a. Too little stress
Dalam kondisi ini, individu belum mengalami tantangan yang berat dalam
memenuhi kebutuhan pribadinya. Seluruh kemampuan belum sampai
dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan munculnya
kebosanan dan kurangnya makna dalam tujuan hidup.
b. Optimum stress
Individu mengalami kehidupan yang seimbang pada situasi ”atas” maupun
“bawah” akibat proses manajemen yang baik pada dirinya. Kepuasan dan
perasaan mampu individu dalam meraih prestasi menyebabkan individu
mampu menjalani kehidupan dan pekerjaan sehari-hari tanpa menghadapi
masalh terlalu banyak atau rasa lelah yang berlebihan.
c. Too much stress
Dalam kondisi ini, individu merasa telah melakukan pekerjaan yang
terlalu banyak setiap hari. Dia mengalami kelelahan fisik maupun emosinal,
serta tidak mampu menyediakan waktu untuk beristirahat dan bermain.
Kondisini dialami terus-menerus tanpa memperoleh hasil yang diharapkan.
d. Breakdown stress
Ketika pada tahap Too much stress individu tetap meneruskan usahanya
pada kondisi yang statis, kondisi akan berkembang menjadi adanya
kecenderungan neurotis yang kronis atau munculnya rasa sakit psikomatis.
Misalnya pada individu yang memiliki perilaku merokok atau kecanduan
minuman keras, konsumsi obat tidur dan terjadinya kecelakaan kerja. Ketika
individu tetap meneruskan usahanya ketika mengalami kelelahan, ia akan
cenderung mengalami Breakdown baik secara fisik maupun psikis.
III. Adaptasi
Pengertian Adaptasi
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena
belajar dari pengalaman untuk mengatasi stres. Ada beberapa ahli yang menjelaskan
pengertian adaptasi, di antaranya berikut ini.
1. W.A Gerungan, menjelaskan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif
(autoplasti), sedangkan mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri,
Sifatnya aktif (alloplasti).
2. Soeharto Herdjan, menjelaskan tentang penyesuaian diri sebagai suatu usaha atau
perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan.
Menurut Suparlan2 adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk
memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan.
Syaratsyarat dasar tersebut mencakup:
1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga
kesetabilan tempratur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis
secara menyeluruh dengan tubuh lainnya).
2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari
perasaan takut, keterpencilan gelisah).
3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan
keturun, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk
dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).
Beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial Soerjono Sukanto (2000: 34)
yaitu:
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
3. Proses perubahan untuk penyesuaian dengan situasi yang berubah.
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan
sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah.
Tujuan Adaptasi
1) Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
3) Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif.
4) Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional
Macam-Macam Adaptasi
Adaptasi merupakan usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu
keadaan tidak normal agar dapat kembali pada keadaan normal. Namun setiap orang
akan berbeda dalam perilaku adaptif, ada yang dapat berjalan dengan cepat, namun
ada pula yang memerlukan waktu lama, tergantung dari kematangan mental orang
tersebut. Proses adaptasi dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi yaitu respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan fungsi
kehidupan, yang dirangsang oleh faktor eksternal dan internal. Mekanisme fisiologis
adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu proses mekanisme kontrol
terhadap suatu keadaan abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu
respon adaptif seperti mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Mekanisme utama yang digunakan tubuh dalam menghadapi stresor dikontrol
oleh medula oblongata, formasi retikuler, dan hipofisis.
Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye telah mengidentifikasi dua
respon fisiologis terhadap stres, seperti berikut ini.
LAS (Lokal Adaptasion Syndrome) adalah respon tubuh dengan menghasilkan
banyak respon setempat terhadap stres, responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS adalah:
1) respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem;
2) respon bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya;
3) respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus;
4) respon bersifat restoratif atau penyesuaian.
GAS (General Adaptasion Syndrome), merupakan respon fisiologis dari
seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat di dalamnya adalah sistem
saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks, GAS sering
disamakan dengan sistem neuroendokrin. GAS diuraikan dalam tiga tahapan
berikut.
1) Fase alarm, melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stresor seperti pengaktifan hormon yang
berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu
untuk bereaksi. Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu
untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Respon ini bias
berlangsung dalam hitungan menit sampai jam. Bila stresor menetap,
maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2) Fase resistance (melawan), individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-
faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres menurun atau normal. Bila
gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS
yaitu fase kehabisan tenaga.
3) Fase exhaustion (kelelahan), merupakan fase perpanjangan stres yang
belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Pada tahap ini,
cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu
lagi menghadapi stres. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan
diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu
tersebut.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres, yang didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman perilaku yang dapat diterima dan berhasil. Perilaku
adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku
destruktif memengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah,
kepribadian dan situasi yang sangat berat, serta kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme
ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan
masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga mekanisme
pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distres emosional,
sehingga memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stres.
Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stres, secara tidak
langsung dibagi menjadi dua sebagai berikut.
Task oriented behavior, yaitu perilaku berorientasi tugas mencakup
penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan
masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan. Tiga tipe umum
perilaku yang berorientasi tugas sebagai berikut.
1. Perilaku menyerang, yaitu tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi
suatu stresor.
2. Perilaku menarik diri, adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari
stresor.
3. Perilaku kompromi, adalah mengubah metode yang biasa digunakan,
mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan yang lain atau untuk menghindari stres.
Ego dependen mechanism, yaitu perilaku tidak sadar yang memberikan
perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme
ini sering kali diaktifkan oleh stresor jangka pendek dan biasanya tidak
mengakibatkan gangguan psikiatrik. Ada banyak mekanisme pertahanan ego,
di antaranya berikut ini.
1. Represi, yaitu menekan keinginan, impuls atau dorongan, dan pikiran yang
tidak menyenangkan ke alam tidak sadar dengan cara tidak sadar.
2. Supresi, yaitu menekan secara sadar pikiran, impuls, dan perasaan yang
tidak menyenangkan ke alam tidak sadar.
3. Reaksi formasi, yaitu tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang
mendasari tingkah laku tersebut.
4. Kompensasi, tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan
yang lain, ke kompensasi langsung atau kompensasi tidak langsung.
5. Rasionalisasi, yaitu berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak
sebagai pemikiran yang logis bukan karena keinginan yang tidak disadari.
6. Substitusi, mengganti objek yang bernilai tinggi dengan objek yang kurang
bernilai, tetapi dapat diterima oleh masyarakat.
7. Restitusi, mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
8. Displacement, yaitu memindahkan perasaan emosional dari objek
sebenarnya kepada objek pengganti.
9. Proyeksi, memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada
orang lain, objek lain atau lingkungan untuk mengingkari.
10. Simbolisasi, yaitu menggunakan objek untuk mewakili ide atau emosi
yang menyakitkan untuk diekspresikan.
11. Regresi, yaitu ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam
pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
12. Denial, mengingkari pikiran, keinginan, fakta, dan kesedihan.
13. Sublimasi, memindahkan energi mental (dorongan) yang tidak dapat
diterima kepada tujuan yang dapat diterima masyarakat.
14. Reaksi konversi, yaitu memindahkan konflik mental pada gejala fisik.
15. Introyeksi, yaitu mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti
menjadi bagian dari kepribadiannya sekarang.
IV.
Manajemen stress
I. Pengertian Stress
Stres merupakan baian dari kehidupan manusia sehari-hari. Sarafino
mendefinisikan stres sebagi suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara
invidu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntunan yang
berasal dari berbagai situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis,
dan sosial individu (Smet, 1994). Muhammad surya berpendapat bahwa
sttesmerupakan keadaan dimana individu yang mengalami ketegangan karena adanya
kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya.
Terry Looker dan Olga Gregson mendefinisikan stres sebagai sebuah keadaan
yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutanyang
diterima dan kemampuan untuk mengatasinya(Looker, 2005)
Menurut Andrew Goliszek, stres adalah suatu respon adaptif individu pada
berbagai tekanan atau tuntutan eksternal dan menghasilkan berbagai gangguan,
meliputi gangguan fisik, emosional, dan perilaku.(Goliszek, 2005)
Hawari menyatakan bahwa stres bisa diartikan sebagian reaksi fisik dan psikis
yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan terhadap tekanan atau
tuntutan yang sedang dihadapi.(Hawari, 1997)
Definisi lain diungkapkan Sutherland dan Cooper bahwa stess adalah pengalaman
subyektif yang didasari pada persepsi terhadap situasi yang tidak semata-mata tampak
dalam lingkungan.(Hawari, 1997)
Menurut marawis, stress adalah segala masalah atau tuntutan menyesuaikan diri,
yang karena tuntutan itulah individu merasa terganggu keseimbangan hidupnya.
(Marawis, 1994)
Hans Selye berpendapat bahwa stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami
oleh tubuh akibat berbaai tuntutan yang ditempatkan.(Santrock, 2003)
Beberapa definisi tentang stress diatas memberikan makna bahwa stres adalah
suatu keadan yang meruakan hasil proses transaksi.
1. Gejala fisik, seperti sakit kepala, nyeri otot, emosional, rasa lemah, gangguan
pencernaan, rasa mual, sakit perut, nafsu makan hilang atau selalu ingin makan,
jantung berdebar-debar, sering buang air kecil, tekanan darah tinggi, tidak dapat
tidur atau tidur berlebihan, berkeringat secara berlebihan, dan sejumlah gejala
lain.
2. Gejala emosional, seprti mudah tersinggung, gelisah terhadap hal-hal kecil,
suasana hati berubah-ubah, mimpi buruk, khawatir, panik, sering menangis,
merasa tidak berdaya, perasaan kehilangan kontrol, muncul pikiran untuk bunuh
diri, pikiran yang kacau, ketidakmampuan membuat keputusan an sebagainya.
3. Gejala perilaku, seperti merokok, memakai obat-obatan atau mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan, berjalan mondar-mandir, kehilangan ketertarikan pada
penampilan fisik, menaik atau memutar-mutar rambut, perilaku sosial berubah
secara tibatiba dan lainya.(Goliszek, 2005)
C, Andreasen N. and W, B. D. (2001). Introduction Textbook Of Psychiatry 3rd ed. British Library.
GO, G. (1994). Anxiety Disorders. American Psychiatric Press, The DSM IV.
Hawari, D. (1997). Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan KesehatanJiwa. Dhana Bhakti Prisma Yasa.
Wulandari. (2008). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa. Universitas Airlangga.
Lael, M. (2009). Teori Stres dan Adaptasi. Jurnal Psikologi, (2005), 8;14. Retrieved from
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-marisalael-7626-3-babii.pdf
Tim Pengemban Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT. Imperial Bhakti
Utama, 2007, cet 2
A.S, I. (2003). Panik, Neurosis dan Gangguan Cemas. PT. Dian Ariesta.
Andromeda. (2018). Stress Management Training : Strategi Pengelolaan Stres Pengasuhan Untuk
Orang Tua yang Memiliki Anak Difabel. Psikologi Ilmiah, 279–280.
Goliszek, A. (2005). 60 Second Manajemen Stres. PT. Buana Ilmu Populer.
Hawari, D. (1997). Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan KesehatanJiwa. Dhana Bhakti Prisma
Yasa.
Looker, T. & G. O. (2005). Managing Stress, Mengatasi Stres Secara Mandiri.
Lukaningsih, Zuyina Luk dan Bandiyah, S. (2011). Psikologi Kesehatan. Nuha Medika.
manajemen stres. (n.d.). Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_stres
Marawis. (1994). Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga Press.
Santrock, J. W. (2003). Life-Span Development (Edisi 5-). Erlangga.
Smet. (1994). psikologi kesehatan. grasindo.
Solso, R.L ; Maclin O.H ; & Maclin, K. (2007). Psikologi Kognitif. Erlangga.