Anda di halaman 1dari 30

Psikologi

I. Pengertian Psikologi
Kata psikologi muncul sekitar abad 16 dan berasal bahasa Yunani, yaitu dari kata
“psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Bila diartikan secara
harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan. Jadi
psikologi pada mulanya adalah pengetahuan tentang jiwa manusia.
Di bawah ini ada beberapa definisi dari ahli-ahli psikologi yang menunjukkan bahwa
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku:
1. Charles G. Morris dan Albert A. Maisto menyatakan sebagai berikut:
“Psychology is the scientific study of behavior and mental process” (Psikologi
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental).
(Morris, 2003)
2. Clifford T. Morgan, dkk.: “Psychology is the science of human and animal
behaviour; it includes the application of this science to human problems”
(Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
dan hewan, termasuk juga penerapan ilmu tersebut untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi manusia). (C. Morgan, 1976)
3. Sarlito W. Sarwono: “Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan”.(Sarwono, 1976)
4. Kartini Kartono: “Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan
kehidupan psikis (jiwani manusia)”.(Kartono, 1990)

Dari definisi-definisi itu dapat disimpulkan bahwa ada 2 hal penting dalam
psikologi. Pertama, psikologi merupakan ilmu pengetahuan. Kedua, psikologi
mempelajari tingkah laku.

1. Psikologi Merupakan Ilmu Pengetahuan


Sebagai suatu ilmu pengetahuan, ahli psikologi harus mengikuti kaidah
ilmu pengetahuan dalam mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang timbul. Data
harus diperoleh secara sistematis melalui observasi, eksperimen atau metode-
metode ilmiah lainnya. Data tersebut dianalisa dalam usahanya untuk
mengembangkan suatu teori. Selain sebagai suatu ilmu pengetahuan, psikologi
juga merupakan ilmu terapan. Penerapan psikologi dalam kehidupan manusia
merupakan suatu seni yang memerlukan pengalaman dan latihan. Misalnya
pengetahuan tentang psikologi perkembangan dapat digunakan untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan pubertas. Pengetahuan mengenai tingkat
kecerdasan dapat berguna dalam proses ajar belajar di sekolah.(Wolfe et al., 2017)

2. Psikologi Mempelajari Tingkah Laku


psikologi mempelajari seluruh aspek tingkah laku manusia. Tingkah laku
yang dipelajari dalam psikologi bukan hanya tingkah laku yang dapat diobservasi
secara langsung tetapi termasuk juga perasaan, sikap, pemikiran dan proses
mental lainnya yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Walaupun demikian
tingkah laku semacam itu tetap dapat diukur yaitu dari apa yang mereka katakan
atau dari reaksi mereka terhadap masalah yang dihadapi. Tingkah laku yang dapat
diamati atau diobservasi secara langsung oleh orang lain disebut sebagai tingkah
laku terbuka atau ”overt behavior”. Contoh tingkah laku terbuka antara lain
makan, minum, tertawa, berlari, mencari buku di rak, membuka buku. Sedangkan
tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui metode-
metode khusus disebut sebagai tingkah laku tertutup atau ”covert behavior”.
Contoh tingkah laku tertutup adalah berpikir, melamun, mengingat, berfantasi,
persepsi (misalnya persepsi pemakai terhadap pelayanan perpustakaan), motivasi
(misalnya mengapa ia pergi ke perpustakaan), sikap (misalnya sikap pustakawan
terhadap profesinya).
Mengenal manusia berarti memahami serta dapat menggambarkan tingkah
laku dan kepribadian manusia beserta aspek-aspeknya. Pada tiap manusia terdapat
aspek kepribadian yang khas, unik, lain dari pada yang lain yang membedakan
satu individu dengan individu lainnya. Berarti kita mengakui adanya perbedaan
antar individu (individual differences). Namun demikian suatu ilmu mengenal apa
yang disebut ilmiah universal, yaitu dalil-dalil, pengertian atau aksioma yang
berlaku umum. Psikologi harus mempelajari manusia dalam pengertian yang
berlaku umum tanpa mengabaikan adanya kepribadian yang unik dari tiap
individu.

Ruang Lingkup Psikologi


Secara garis besar psikologi dibedakan menjadi psikologi teoritis dan psikologi
terapan. Psikologis teoritis meliputi psikologi umum dan psikologi khusus. Psikologi
teoritis menguraikan dan menyelidiki aktivitas-aktivitas psikis pada umumnya dari
manusia dewasa dan normal. Aktivitas-aktivitas psikis yang umum tersebut
mencakup intelegensi, perasaan, kehendak, motif, yang selanjutnya disebut psikologi
umum. Psikologi terapan adalah teori, konsep, dan metode teknik dalam ilmu
pengetahuan perilaku yang dikenakan pada berbagai bidang kehidupan manusia. Ilmu
psikologi dipelajari dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, menguraikan
penerapan ilmu psikologi pada bidang-bidang lain.
Tujuan psikologi umum adalah mencari dalil-dalil umum dari aktivitas-aktivitas
manusia dan melahirkan teori-teori psikologi, sedangkan psikologi teoritis
menyelidiki segi-segi khusus dari kegiatan psikis manusia, disebut juga psikologi
khusus menurut Johana, EP (2012) yang terdiri atas jenis-jenis psikologi berikut ini.
1. Psikologi perkembangan, menguraikan perkembangan aktivitas psikis manusia,
terbagi menjadi psikologi anak, psikologi pemuda, psikologi orang dewasa
(psikologi umum), dan psikologi orang tua.
2. Psikologi kepribadian, menguraikan tipologi atau struktur kepribadian manusia
sebagai suatu keseluruhan, serta mengenai jenis dan tipe kepribadian manusia.
3. Psikologi sosial, menguraikan aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya
dengan situasi-situasi sosial, seperti, situasi kelompok atau situasi massa.
4. Psikologi pendidikan, menguraikan dan menyelidiki aktivitas-aktivitas manusia
dalam situasi pendidikan atau situasi belajar.
5. Psikologi deferensial dan psikodiagnostik, menguraikan tentang perbedaan-
perbedaan antar individu, dalam hal kecakapan, intelegensi, ciri kepribadian, dan
sebagainya.
6. Psikopatologi, menguraikan tentang aktivitas-aktivitas manusia yang berjiwa
abnormal.

II. Perkembangan ilmu psikologi


psikologi tergolong cabang pengetahuan yang masih muda. Dibandingkan dengan
ilmu pengetahuan lainnya, psikologi lebih lama menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari filsafat. Selama berabadabad psikologi merupakan filsafat tentang
jiwa manusia. Ahli filsafat dari Yunanilah yang pertama-tama tertarik mempelajari
gejala kejiwaan ini. Pada saat itu belum ada pembuktian secara empiris dan terbatas
pada pemikiran-pemikiran belaka. Uraian para filsuf ini umumnya berkisar pada soal
ketubuhan dan kejiwaan. Dua filsuf Yunani kuno yang sudah mempelajari psikologi
adalah Plato (427-347 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM). Baru pada abad
19, psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri, terpisah dari ilmu lainnya. Hal
tersebut ditandai oleh berdirinya laboratorium yang pertama di Leipzig, Jerman pada
tahun 1879 oleh Wilhelm Wundt. Oleh karena itu ia sering kali disebut sebagai bapak
psikologi modern.
 Aliran-aliran dalam psikologi
 Aliran psikodinamika
Aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) ini lebih
berfokus pada proses mental seseorang yang merupakan tingkah laku
tertutup. Freud berpendapat bahwa tingkah laku manusia didasari
insting atau dorongan yang tidak disadari. Insting ini bisa berupa
insting yang bersifat agresif dan merusak tetapi dapat pula insting
untuk bertahan hidup. Menurutnya, jiwa manusia terdiri dari 3
kualitas:
a. kesadaran atau consciousness berisi hal-hal yang disadari,
misalnya warna baju yang dipakainya saat ini;
b. bawah sadar atau subconsciousness, berisi hal-hal yang
sewaktu-waktu dapat muncul ke kesadaran, misalnya mula-
mula ia lupa nama orang yang ia jumpai, tetapi setelah
beberapa saat ia ingat kembali;
c. ketidaksadaran atau unconsciousness, berisi hal-hal yang tidak
dapat atau tidak mau muncul ke kesadaran, antara lain
pengalaman traumatik, pengalaman masa kecil, dorongan
(insting) untuk bertahan hidup dan insting untuk mati (seperti
agresif).

Freud juga mengemukakan teori id, ego, dan superego yang


merupakan sumber dinamika kepribadian seseorang. Id berisi nafsu
yang selalu ingin dipuaskan. Superego berisikan norma-norma atau
nilai luhur yang diperoleh dari lingkungan. Ego berisikan kesadaran
yang berusaha untuk menyeimbangkan antara id dan superego. Bila
superego lebih kuat dari id, maka ia menjadi seorang yang sangat
patuh pada norma-norma lingkungan. Sebaliknya bila id yang lebih
menguasai dirinya, maka ia menjadi seorang yang hanya
mementingkan keinginannya tanpa mengindahkan aturan.

 Aliran Behaviorisme
Aliran behaviorisme atau biasa disebut psikologi S-R yang mulai
berkembang pada awal abad ke 20. Dipelopori oleh JB Watson (1878-
1958) dan B.F. Skinner (1904-1990), aliran ini mendominasi
penelitian psikologi pada setengah abad ke-20. Berbeda dengan
psikodinamika, kaum behavioris lebih mementingkan tingkah laku
nyata, yang terbuka dan dapat diukur secara obyektif. Metode-
metodenya didasarkan pada eksperimennya terhadap hewan yang
kemudian diterapkan pada manusia. Watson menyatakan bahwa
proses-proses psikologis selalu dimulai dengan adanya rangsang
(stimulus) dan diakhiri dengan suatu reaksi (respons) terhadap
rangsang itu.

 Aliran Humanistik
Aliran Humanistik menitikberatkan pada potensi-potensi positif
dalam kepribadian. Pelopor aliran ini adalah Abraham Maslow (1908
-1970) dan Carl Rogers (1902 - 1987). Berbeda dengan 2 aliran
sebelumnya, aliran ini berpendapat bahwa manusia memiliki
kebebasan kehendak. Manusia tidak tergantung pada dorongan-
dorongan yang tidak disadarinya dan tidak pula tergantung pada
lingkungannya. Manusia pada dasarnya baik, ia berkembang ke arah
pertumbuhan yang lebih baik. Aliran yang berkembang sekitar tahun
1960-an ini menitikberatkan pada pentingnya kasih sayang, rasa saling
memiliki, harga diri, ekspresi diri, aktualisasi diri dalam
perkembangan manusia. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, aliran
ini memberikan pengaruh yang besar pada seluruh bidang psikologi
terutama dalam psikoterapi. Para psikolog dewasa ini tidak lagi terlalu
mementingkan aliran yang sifatnya teoritis. Mereka melihat aliran-
aliran yang berbeda tersebut sebagai sesuatu yang saling melengkapi.
Mereka mengombinasikan pandangan aliran-aliran tersebut untuk
lebih memahami tingkah laku manusia.

 Cabang-cabang psikologi
 Psikologi Perkembangan
bagian dari psikologi yang mempelajari perkembangan mental dan
fisik mulai dari masa prenatal, masa kanakkanak, remaja, dewasa dan
masa tua. Seorang psikolog perkembangan akan tertarik untuk meneliti
bagaimana efek tempat penitipan anak pada penyesuaian diri seorang
anak. Ia juga akan tertarik untuk mempelajari bagaimana pengaruh
pensiun pada seseorang yang lanjut usia.
 Psikologi Pendidikan
bagian dari psikologi mempelajari bagaimana meningkatkan
keefektifan dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Psikolog
pendidikan akan tertarik mempelajari bagaimana mendisain program
pendidikan untuk anak berbakat, atau untuk anak terbelakang. Ia juga
dapat mengarahkan jurusan apa yang sebaiknya dipilih oleh seorang
murid sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
 Psikologi Sosial
mempelajari interaksi individu dengan orang lain, seperti
bagaimana pengaruh suatu kelompok terhadap individu, bagaimana
persepsi kita terhadap orang lain mempengaruhi tingkah laku kita
terhadap orang tersebut dan sebaliknya. Psikolog sosial akan
mempelajari bagaimana prasangka rasial akan mempengaruhi
keharmonisan antar suku bangsa. Ia juga akan tertarik mempelajari
dinamika yang terjadi pada suatu kelompok sosial atau organisasi.
 Psikologi Eksperimen
bagian dari psikologi yang berkecimpung dalam penelitian
mengenai proses psikologis manusia yang paling dasar seperti belajar,
ingatan, sensasi, persepsi, kognisi, motivasi dan emosi. Cabang
psikologi ini mempelajari hal yang mendasari tingkah laku manusia.
 Psikologi Klinis
bagian dari psikologi yang mempelajari dan mendiagnosa kelainan
tingkah laku, mengetahui penyebab serta melakukan terapi untuk
memperbaiki kelainan tingkah laku tersebut.
 Psikologi Industri dan Organisasi
adalah bagian dari psikologi yang diterapkan dalam dunia kerja,
antara lain mempelajari bagaimana menyeleksi calon pegawai,
melakukan pelatihan pegawai, meningkatkan produktivitas dan kondisi
kerja, meningkatkan komunikasi di dalam organisasi.
Perilaku Manusia

I. Definisi Perilaku Manusia


Perilaku berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai suatu
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Jadi, perilaku
diartikan sebagai reaksi individu terhadap rangsangan. Perilaku berdasarkan sudut
pandang biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang dapat diamati
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kaitan dengan psikologis, perilaku mempunyai arti konkrit dari jiwa. Kita
dapat mengenal jiwa seseorang setelah kita mengamati perilakunya. Pada konteks ini,
perilaku manusia khususnya dibagi menjadi perilaku terbuka dan perilaku tertutup.
Perilaku terbuka yang secara langsung dapat diketahui maknanya, sedangkan perilaku
tertutup adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat bantu
atau metode tertentu, misalnya berpikir, sedih, berkhayal, dan sebagainya.
Anggapan dasar manusia berperilaku, karena adanya dorongan dari dalam.
Dorongan merupakan suatu usaha karena adanya kebutuhan. Dengan demikian
perilaku terjadi karena adanya dorongan untuk pemenuhan kebutuhan. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang
timbul karena adanya rangsangan, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung.

II. Ciri-ciri perilaku Manusia


Ciri-ciri perilaku manusia berbeda dengan makhluk lain, karena pada manusia ada
kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha, dan perjuangan.
Ciri-ciri tersebut menurut Sarlito Wirawan (1983) dalam Sunaryo (2004) adalah
sebagai berikut.
1. Kepekaan sosial, artinya kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk dapat
menyesuaikan perilakunya dengan pandangan dan harapan orang lain. Hal ini
tidak lepas dari konsepsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
sosial, manusia dalam hidupnya perlu teman dan bekerjasama dengan orang
lain. Perilaku manusia itu akan selalu berbeda, karena harus menyesuaikan
situasi dan kondisi di mana saat itu dia berada. Misalnya, perilaku pada saat
menengok orang sakit akan berbeda dengan pada saat menghadiri suatu pesta.
Demikian juga akan berbeda pada saat menghadapi orang yang sedang marah,
orang yang sedih, orang yang sedang gembira, dan pada saat orang sedang
belajar.
2. Kelangsungan perilaku, di sini artinya perilaku yang satu berkaitan dengan
perilaku selanjutnya. Jadi, dapat diartikan perilaku sekarang merupakan
kelanjutan perilaku sebelumnya. Dengan kata lain, perilaku yang terjadi tidak
serta merta begitu saja, tetapi terjadi secara berkesinambungan. Perilaku
manusia tidak pernah berhenti pada satu waktu. Perilaku masa lalu merupakan
persiapan untuk perilaku sekarang, perilaku sekarang menjadi dasar perilaku
selanjutnya. Sebagai contoh, seorang mahasiswa D3 keperawatan, dia belajar
teori, praktik atau mengikuti proses belajar mengajar setiap hari, akhirnya
lulus dengan mempunyai keahlian di bidang keperawatan. Selanjutnya, dia
bekerja sebagai perawat sehingga mempunyai penghasilan. Kemudian,
berumah tangga, mempunyai keturunan hingga mempunyai anak, cucu, dan
seterusnya.
3. Orientasi pada tugas, artinya setiap perilaku manusia mempunyai tugas atau
tujuan tertentu. Jadi, setiap perilaku yang ditampilkan manusia ada tujuannya.
Misalnya, mahasiswa yang rajin belajar bertujuan supaya berprestasi,
demikian juga seseorang bekerja keras, karena ada keinginan yang ingin
dicapai.
4. Usaha dan perjuangan. Setiap individu atau manusia pasti memiliki cita-cita
yang akan diperjuangkan. Jadi, manusia itu akan memperjuangkan sesuatu
yang telah ditentukan atau dipilihnya. Misalnya, seorang mahasiswa yang
sejak awal memilih dan menetapkan akan menjadi perawat, maka dia akan
berupaya untuk belajar giat agar cita-citanya tercapai.
5. Tiap-tiap individu manusia adalah unik, unik mengandung arti manusia yang
satu berbeda dari manusia lainnya. Setiap individu manusia mempunyai ciri-
ciri, sifat, watak, tabiat, kepribadian, dan motivasi yang berbeda-beda.
Demikian juga berbeda dalam pengalaman, masa lalu, cita-cita di kemudian
hari, dan perilaku.

III. Proses pembentukkan perilaku


Kebutuhan dasar adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup manusia. A.
Maslow menggambarkan kebutuhan dasar mansua itu pada lima tingkatan.
1. kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis yang dimaksud adalah oksigen, air
atau cairan dan elektrolit, seks, istirahat atau tidur, dan oah raga.
2. Kebutuhan rasa aman, seperti rasa aman dari gangguang binatang maupun
manusia, terhindar dari konflik, terhindar dari penyakit, termasuk memperoleh
perlindungan hukum.
3. Kebutuhan mencintai dan dicintai, artinya mendambakan kasih saying atau cinta
dari orang tua, teman, pacar, dll.
4. Kebutuhan harga diri, seperti kebutuhan dihargai dan menghargai orang lain,
perhatian kepada orang lain, toleransi hidup berdampingan dengan orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, seperti ingin dipuja atau disanjung orang lain, berhasil
dalam mengcapai cita-cita.

Berikut adalah formula perilaku manusia:


1. Teori lingkungan
Teori ini menjelaskan bahwa individu berperilaku, karena adanya
rangsangan atau stimulus (S), baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
individu. Hal ini mengharuskan individu merespon atau menjawab. Proses yang
terjadi, stimulus diterima panca indera diteruskan ke otak untuk segera
memberikan jawaban atau respon dalam bentuk aktivitas.
Stimulus→Organisme/individu→Respon
2. Teori lingkaran
Teori ini memandang terjadinya perilaku sebagai suatu rangkaian dari adanya
kebutuhan, motivasi, tujuan, dan kepuasan.
Kebutuhan → dorongan → perilaku → tujuan →kepuasan → kebutuhan.
IV. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku
1. Temperature
Hubungan antara temperature lingkungan dengan fungsi fisik dan psikis
manusia sangat kompleks. Untuk mencapai kenyamanan fisik maka temperature
yang ideal adalah 23oc, kelembaban 50-6-% dan kecepatan angina 2-3m/s2. Suhu
yang tidak nyaman atauyang terlalu panas akan mempengaruhi manusia baik
secara fisik maupun psikis, seperti suhu tubuh manusia akan naik, kerja pembuluh
darah akan meningkat, aliran darah yang deras dan tubuh berkeringat. Jika
seseorang berada dalam suhu tingga secara terus-menerus maka volume darah
akan menurun sehingga keringat keluar dan pembuluh darah membesar, akibatnya
tekanan darah menurun dan otak akan kekurangan oksigen lalu orang tersebut
akan pingsan, kejang-kejang bahkan koma. Ditemukan juga korelasi yang positif
antara temperature yang tinggi dengan agresifitas sehingga mempengaruhi
kerusuhan dijalan.
2. Polusi udara
Secara umum apapun penyebab polusi , kecenderungannya akan merimbas pada
peningkatan temperature udara. Secara psikologis temperature tersebut akan
berpengaruh negative, jika berada di atas ambang kenyamananyang bias diterima
oleh tubuh manusia.
3. Kebisingan
Kebisingan merupakan salah satu sumber stress yang berasal dari suara yang tidak
diinginkan seperti suara gaduh, suara kendaraan atau suara music yang keras.
Reaksi fisik terhadap kebisingan menurut Rosen8 adlah pembuluh darah berkerut,
pupil membesar, berkedip, menahan napas (membuat napas sesak), ketegangan
otot syaraf, gelisah, mudah marah dan cemas yang paling fatal adalah kerusakan
organ pendengaran secara permanen.
4. Kepadatan (crowding)
Crowding adalah bagian dari perasaan yang menetap yang didapat melalui
persepsi pada ruang. Secara psikis dapat mengurangi daya tarik terhadap orang
lain, selain itu juga akan mengurangi control individu dalam interaksi dengan
orang lain. Dalam realitanya banyaknya kejahatan dan perkelahian di daerah yang
kumuh karena pada daerah tersebut tingkat crowdingnya cukup tinggi.

Kurt Lewin menambahkan perilaku dapat berubah apabila terjadi


ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang sehingga
adanya 3 kemungkinan terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang, diantaranya
adalah:
1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat, karena stimulus yang mendorong
untuk terjadinya perubahan perilaku.
2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun, karena adanya stimulus yang
memperlemah kekuatan penahan tersebut.
3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
V. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku .
Ada beberapa faktor yang memengaruhi perilaku manusia, menurut Purwanto, H
(1998) antara lain sebagai berikut.
1. Faktor endogen (genetic/keturunan)
Faktor pembawaan atau herediter merupakan dasar perkembangan perilaku
makhluk hidup selanjutnya. Yang termasuk faktor genetik berasal dari diri
individu di antaranya berikut ini.
a. Jenis ras. Setiap ras mempunyai perilaku yang spesifik, ras yang satu berbeda
dengan ras lainnya. Di dunia ini tiga ras terbesar sebagai berikut.
 Ras kaukasoid (ras kulit putih), memiliki ciri fisik warna kulitnya
putih, bermata biru, dan berambut pirang, dengan perilaku yang
dominan, yaitu, terbuka, senang akan kemajuan, dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia.
 Ras negroid (ras kulit hitam), memiliki ciri fisik warna kulit hitam,
rambut keriting dan bermata hitam. Perilaku yang dominan adalah
tabiatnya keras, tahan menderita, dan menonjol dalam kegiatan olah
raga.
 Ras mongoloid (ras kulit kuning), memiliki ciri fisik, kulit kuning,
rambut lurus, dan mata coklat. Perilaku yang dominan adalah ramah,
suka gotong royong, tertutup, senang dengan upacara-upacara ritual..
b. Jenis kelamin. Perilaku pria dan wanita berbeda seperti kita lihat dalam
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar
pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita berperilaku atas dasar
pertimbangan emosional atau perasaan. Perilaku pria disebut maskulin,
sedangkan perilaku wanita disebut feminism.
c. Sifat fisik, individu yang pendek dan gemuk berbeda perilaku dengan individu
yang tinggi kurus.
d. Kepribadian. Perilaku merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimiliki
individu, hasil perpaduan antara faktor genetik dan lingkungan. Kepribadian
individu dipengaruhi oleh aspek kehidupan seperti pengalaman, usia, watak,
tabiat, system norma, nilai, dan kepercayaan yang dimilikinya.
e. Bakat pembawaan, merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan
serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.
f. Intelegensi. Individu yang intelegensinya tinggi dapat mengambil keputusan
dan bertindak secara cepat, tepat, dan mudah.

2. Faktor eksogen
a. Faktor lingkungan, adalah segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik
fisik, biologi maupun sosial. Berpengaruh, karena lingkungan merupakan
lahan untuk perkembangan perilaku.
b. Pendidikan, baik secara formal maupun informal proses pendidikan
melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok. Latar belakang
pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
c. Agama, sebagai suatu keyakinan hidup akan masuk dalam konstruksi
keperibadian seseorang. Hal ini akan berpengaruh dalam cara berpikir,
bersikap, bereaksi dan berperilaku dari seseorang.
d. Sosial ekonomi, orang dengan status sosial ekonomi berkecukupan akan
dengan mudah memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan yang status sosial
ekonominya kurang akan bersusah payah memenuhi kebutuhan hidupnya.
e. Kebudayaan, merupakan hasil budi dan karya manusia. Dalam arti sempit
diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Kita dapat
membedakan orang dari perilakunya. Ada yang berperilaku halus dan ada juga
yang berperilaku keras karena berbeda kulturnya.
f. Faktor lain, seperti susunan saraf pusat, persepsi, dan emosi. Ketiga hal ini
berkaitan dengan susunan saraf pusat yang menerima rangsangan, selanjutnya
akan terjadi proses persepsi dan akan muncul emosi. Tentunya bila ada
masalah pada salah satunya, maka perilakunya akan berbeda.

VI. Macam-macam perilaku manusia.


Berdasarkan macamnya perilaku manusia ada tiga macam yaitu perilaku refleks,
perilaku refleks bersyarat, dan perilaku bertujuan. Perilaku refleks umumnya terjadi
secara otomatis dan tidak disadari terjadi tanpa dipikir atau keinginan. Perilaku
refleks secara umum bertujuan menghindari ancaman yang dapat merusak keberadaan
individu. Perilaku refleks bersyarat adalah perilaku yang terjadi atau muncul karena
adanya perangsangan tertentu. Ini merupakan reaksi yang wajar, dapat merupakan
pembawaan atau dipelajari (didapat dari pengalaman), sedangkan perilaku bertujuan
disebut juga perilaku naluri. Perilaku naluri adalah gerak refleks yang kompleks atau
merupakan rangkaian tahapan yang banyak. Setiap tahapan merupakan perilaku
refleks sederhana. Ada tiga gejala yang menyertai perilaku bertujuan, yaitu,
pengenalan, perasaan atau emosi, dorongan, keinginan atau motif. Perilaku juga dapat
dibedakan berdasarkan pada batasan bahwa perilaku sebagai tanggapan individu
terhadap rangsangan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar individu.
Berdasarkan hal ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku pasif dan
perilaku aktif. Perilaku pasif disebut juga respon internal. Perilaku tersebut sifatnya
masih tertutup, terjadi dalam diri individu sehingga tidak bisa diamati secara
langsung. Contoh dari perilaku ini di antaranya berpikir, berfantasi atau berangan-
angan. Perilaku aktif disebut juga respon eksternal dan perilaku ini sifatnya terbuka.
Perilaku ini dapat diamati secara langsung, karena sudah merupakan tindakan nyata.
Contohnya, mengerjakan tugas, membaca buka, dan sebagainya.
Emosi, Stress, dan Adaptasi
I. Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin yaitu “movere”, yang berarti menggerakkan
atau bergerak, ditambah dengan awalan “e” untuk memberi arti bergerak menjauh.
Secara literal emosi diartikan setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, nasfu, setiap
keadaan mental yang hebatatau meluap-luap.(Goleman, 2000).
Pakar psikologi mengatakan bahwa emosi merupakan pola perubahan kompleks
yang mencakup komponen-komponen ketergangkitan faali, perasaan subyektif,
proses kognitif serta reaksi-reaksi behaviotal. (C. T. Morgan, 1986) .
Untuk membedakan antara emosi an perasaan, menurut atkinson et al(1991:74)
emosi adalah istilah yang merujuk pada keadaan dimana perubahanterjenadi secara
menyeluruh dengan intesitas yang amant kuat, sedangkan perasaan berlangsung
dengann intensitas yang rendah.
Menurut (Ali, 2008) emosi termasuk ke dalam ranah efektif. Emosi banyak
pengaruh pada fungsi-fungsi psikis lainnya seperti pengamatan, tanggapan,
pemikiran, dan kehendak. Individu akan mampu melakukan pengamatan yang baik
jika disertai dengan emosi yang baik pula. Individu juga akan memberikan tanggapan
yang positif terhadap suatu objek manakala disertai edngan emosi yang positif pula.
Sebalinya, individu akan melakukan pengamatan atau tanggapan negatif terhadap
suatu objek jika disertai oleh emosi yang negative terhadap objek tersebut.
Robert Plutchik (Santrock, 1988:399) dalam Darwis (2006) mengategorikan
emosi ke dalam beberapa segmen:
1. Bersifat positif dan negative
2. Primer dan campuran
3. Banyak yang bergerak ke kutub yang berlawanan
4. Intensitasnya bervariasi

Macam-macam emosi
Daniel Goleman (1995) dalam M. Ali dan M. Asrori (2008:62-63)
mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu
1. Amarah, didalamnya meliputi brutal, mengamuk, benci, marah besar, jengkel,
kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak
kekerasan, dan kebencian patologis.
2. Kesedihan, didalamnya meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihani diri , kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
3. Rasa takut, didalamnya meliputi cemas, takut, waspada, tidak tenang, ngeri,
kecut, panic, dan pobia.
4. Kenikmatan, didalamnya meliputi kebahagiaan, gembira, ringan puas, riang, rasa
terpenuhi, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, girang,
senang sekali, dan mania.
5. Cinta, didalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, hormat, kasmaran, dan kasih saying.
6. Terkejut, didalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
7. Jengkel, didalamnya meliouti hina, jijik, mual, benci, tidak suka, dan mau
muntah.
8. Malu, didalmanya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina,
aib, dan hati hancur lebur.

Karakteristik emosi
Menurut (Yusuf, 2008) ciri-ciri emosi adalah
1. Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan
dan berpikit.
2. Bersifat fluaktif atau tidak tetap.
3. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera

Pengelompokkan emosi
1. Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan ole rangsangan dari luar terhadap
tubuh seperti rasa dingin, manis, sakit , lelah, kenyang, dan lapar.
2. Emosi psikis, yaitu emosi yang mempunyai alas an-alasan kejiwaan seperti:
a. Perasaan intelektial, yaitu mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup
kebenaran. Perasaan ini dapat diwujudkan dalam bentuk:
1. Rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah.
2. Rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran.
3. Rasa puas Karen dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah yang
harus dipecahkan.
b. Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berhubungan dengan orang lain, baik
bersifat perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti:
1. Rasa solidaritas.
2. Persaudaraan.
3. Simpati.
4. Kasih saying.
c. Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan
buruk atau etika(moral). Contohnya:
1. Rasa tanggung jawab.
2. Rasa bersalah apabila melanggar norma.
3. Rasa tentram dan menaati norma
d. Perasaan keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan
keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian. Perasaan
ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan yaitu
dianugerahi fitrah ( kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.
Dengan kata lain, manusia dikarunia insting religious atau naluri beragama.
Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo
Divinans” dan “ Homo Religius” yaoti sebagai makhluk yang berke-Tuhanan
atau makjhluk beragama.

Perkembangan reaksi emosi


Perkembangan senantiasa terjadi pada setiap individu dan berlangsung menuju
suatu titik kedewasaan dari jasmaniah, rohaniah, dan sosial. Perkembangan individu
bersifat menyeluruh, termasuk di dalamnya perkembangan struktur individu maupun
perkembangan pola tingkah lakunya. Emosi sebagai salah satu aspek psikologis
berkembang mengikuti dua pola perkembangan. Pola perkembangan yang pertama,
perkembangan dari keadaan sederhana menuju keadaan yang matang, sedangkan pola
perkembangan yang kedua berkembang dari keadaan yang bersifat umum kepada
keadaan yang bersifat khusus. Mengenai proses spesialisasi dan diferensiasi emosi
adalah sebagai berikut.
a. Pada saat bayi, merasakan kesenangan terhadap benda maupun orang, walaupun
dalam batas pengamatan yang kabur. Termasuk suara-suara yang diamati, masuk
melalui penglihatan.
b. Bulan ketiga, emosi kesenangan terhadap lingkungan berkembang menjadi emosi
nyaman tapi kadang timbul suatu keadaan yang mencemaskan dirinya, sedangkan
emosi menyenangkan tetap terjadi.
c. Bulan keenam, emosi cemas berkembang atau berdeferensiasi menjadi emosi
takut, marah, dan jijik.
d. Pada bulan ke-12 (1 tahun), dari emosi nyaman berkembang menjadi emosi
bangga dan sayang.
e. Pada bulan ke-18, emosi sayang berkembang menjadi emosi sayang pada orang
dewasa dan anak-anak, dan dari emosi cemas berdeferensiasi menjadi emosi iri
hati.
f. Pada umur dua tahun, dari emosi nyaman berdeferensiasi lagi menjadi emosi
riang. Dengan demikian anak usia dua tahun telah dapat mengalami emosi-emosi,
seperti, takut, jijik, marah, iri hati, cemas, kesenangan, nyaman, riang, bangga,
sayang kepada orang dewasa, dan kepada anak-anak. Selanjutnya, berkembang
menuju kematangan,diperkaya dengan berbagai pengalaman emosi pribadi dalam
interaksi sosial.

II. Stress
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap
bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen: fisik yakni perubahan fisiologis dan
psikogis yakni bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan
keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang
menginduksi respon stres) (Pinel, 2009).
Menurut American Institute of Stress (2016), tidak ada definisi yang pasti untuk
stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap stres yang
sama. Menurut pendapat yang lain, stress merupakan suatu respon fisiologis,
psikologis dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik
tekanan internal dan eksternal (Sherwood, 2014). Dapat disimpulkan bahwa stres
adalah suatu kondisi yang bersifat internal, disebabkan oleh fisik, lingkungan, situasi
sosial yang berpotensi merusak pribadi individu. Stres adalah keadaan psikologis
yang terjadi ketika individu tidak cukup mampu untuk menghadapi tuntutan dan
situasi. (Wake, 2019).
a) Stres Sebagai Stimulus
Menurut konsepsi ini stres merupakan stimulus yang ada dalam
lingkungan (environment). Individu mengalami stres bila dirinya menjadi
bagian dari lingkungan tersebut. Dalam konsep ini stres merupakan
variable bebas sedangkan individu merupakan variabel terikat. Secara
visual konsepsi ini dapat digambarkan sebagai berikut.(M, n.d.)
Stress – individu- stress

b) Stres Sebagai Respon


Konsepsi kedua mengenai stres menyatakan bahwa stress
merupakan respon atau reaksi individu terhadap stressor. Dalam konteks
ini stress merupakan variable tergantung (dependen variable) sedangkan
stressor merupakan variable bebas atau independent variable. Berdasarkan
pandangan dari Sutherland dan Cooper, Bart Smet menyajikan konsepsi
stres sebagai respon sebagai berikut.9

Klasifikasi Stres Stuart dan Sundeen (2005) mengklasifikasikan tingkat stres,


yaitu:
1. Stres ringan Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan
kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah
berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
2. Stres sedang Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat
ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
3. Stres berat Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan
cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan
untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada
lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.(Stres, 2009)

Sumber Stres (Stresor)


Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan
reaksi stres, misalnya jumlah semua respons fisiologis nonspesifik yang
menyebabkan kerusakan dalam sistem biologis. Stres reaction acute (reaksi stres
akut) adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya
gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang
sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari. Kerentanan dan
kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan dalam
terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya (Sunaryo, 2002). Bayi, anak-anak dan
dewasa semua dapat mengalami stres. Sumber stres bisa berasal dari diri sendiri,
keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, 2004).
Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres
psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan, dan krisis. Frustasi timbul akibat
kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang, misalnya apabila ada
mahasiswa yang gagal dalam mengikuti ujian osca dan tidak lulus. Frustasi ada yang
bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,
bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain).
Konflik timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam
keinginan, kebutuhan atau tujuan. Ada 3 jenis konflik, yaitu :
1. Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara
dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang yang sulit
menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan.
Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak
diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
2. Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan
yang sama-sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil diluar
pernikahan, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi disisi lain ia belum mampu
secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini
lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk
menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memiliki konsekuensi yang
tidak menyenangkan .
3. Approach-avoidance conflict, merupakan situasi dimana individu merasa tertarik
sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek
yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir
merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak
tanpa rokok.

Stresor adalah faktorfaktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan


terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi
fisik, psikologis, maupun sosial, dan juga muncul pada situasi kerja, di rumah, dalam
kehidupan sosial, an lingkungan liar lainnya.
Taylor merincikan beberapa karakteristik kejadian yang bepotensi untuk
menyebabkan stres, yaitu :
1. Banyaknya kejadian negatif daripada positif
2. Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih sering terjadi daripada
kejadian yang terkontrol dan terprediksi.
3. Kejadian ambigu sering kali dipandang lebih mengakibatkan stres daripada
kejadian yang jelas.
4. Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas lebih mudah mengalami stres daripada
invidu yang memiliki tugas sedikit.

Holmes dan Rahe merumuskan adanya sumber stres berasal dari:


1. Dalam diri individu, hal ini berkaitandengan konflik. Pendorong danpenarik
konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berbalikan, yaitu approach dan
avoidance.
2. Dalam komunitas dan masyarakat, kontak dengan individu di luar keluarga
menyediakan banyak sumber stres, misal pengalaman anak di sekolah dan
persaingan.

Munir dan Haryanto membagi stresor menjadi 2 yaitu:


1. Faktor internal, yaitu faktor yangberasal dari dalam diri seseorang. Bagaimana
kondisi emosi orang yang bersangkutan dapat menilbulkan stres. Emosi adalah
setiap kegiatan pergolakkan pikiran, perasaan dan nafsu. Secara umum dalam
diri manusia terdapat 2 emosi yang berseberangan, yakni positif dan negatif.
Adapun kondisi emosional yang dapat memicu stres antara lain adalah perasaan
cinta yang berlebihan, rasa bersalah, terkejut,rasa takut yang berlebihan,
kesedihan yang berlebihan.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar berupa ujian atau cobaan
berupa kebaikan atau yang diangap baik oleh manusia adalah keberhasilan,
kesuksesan dalam karir dan bisnis, kekayaan yang berlimpah, kehormatan,
popularitas, dan sebagainya. Berbagai kebaikan diatas jika tidak disikapi dengan
baik akan menimbulkan stresbai seseorang, berbagai pesoalan dan cobaan yang
menimpa kehidupan manusiayang bersifat buruk atau yang dianggaptidak baik
juga merupakan faktor stres pada diri sendiri yaitu tertimpa musibah atau
bencanaalam, bahaya kelapran dan kekeringan, kekurangan harta benda,
kekurangan hasil panen, kekurangan dalam diri(cacat) problem orang tua, dan
sebagainya.(Amin, Munir Samsul, 2007).

Tingkat Stres

Menurut Amberg, gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas
kaan mulainya dan sering kali kita tidak menyadari. Ada 6 tingkatan stress yaitu:

1. Stress tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan danbiasanya disertai
dengan perasaan-perasaan sebagi berikut:
a. Semangat besar
b. Penglihatan tajam tidak sebagimana mestinya.
c. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan masalah
pekerjaan lebih dari biasanya
2. Stress tingkat 2
Pada tinglat ini, dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul
keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.
Keluhan tersebut antara lain:
a. Merasa letih ketika bangun pagi
b. Merasa lelah sesudah makan siang
c. Merasa lelah sepanjang sore
d. Terkadang gangguang sistem pencernaan dan jantung berdebar
e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk
f. Perasaan tidak bisa santai.
3. Stress tingkat 3
Pada tingkat ini keluhan keletihan nampak disertai gejala :
a. Gangguan usus lebih terasa
b. Otot terasa lebih tegang
c. Perasaan yang semakin meningkat
d. Gangguan tidur ( sukar tidur, sering terbangun dan sukar tidur lagi, atau
bangun pagi-pagi)
e. Badan terasa oyong, rasa mau pingsan(tidak sampai jatuh)
4. Stress tingkat 4
a. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit
b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit
c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan sosial dan
kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan sering kali terbangun
dini hari
e. Perasaan negativistic
f. Kemampuan konsertrasi menurun tajam
g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa
5. Stress tingkat 5
a. Keletihan yang mendalam
b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu
c. Ganguan sistem pencernaan(maag dan usus) lebih sering buang air besar atau
sebaliknya feses encer
6. Stress tingkat 6
a. Debaran jantung terasa amat keras
b. Napas sesak
c. Badan gemetar
d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tdak kuasa lagi, pingsan atau
collap.(Hawari, 1997)

Sedangkan Patel (dalam Elis, 2008) menjelaskan adanya berbagai jenis tingkat
stres yang umumnya dialami manusia meliputi:
a. Too little stress
Dalam kondisi ini, individu belum mengalami tantangan yang berat dalam
memenuhi kebutuhan pribadinya. Seluruh kemampuan belum sampai
dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan munculnya
kebosanan dan kurangnya makna dalam tujuan hidup.
b. Optimum stress
Individu mengalami kehidupan yang seimbang pada situasi ”atas” maupun
“bawah” akibat proses manajemen yang baik pada dirinya. Kepuasan dan
perasaan mampu individu dalam meraih prestasi menyebabkan individu
mampu menjalani kehidupan dan pekerjaan sehari-hari tanpa menghadapi
masalh terlalu banyak atau rasa lelah yang berlebihan.
c. Too much stress
Dalam kondisi ini, individu merasa telah melakukan pekerjaan yang
terlalu banyak setiap hari. Dia mengalami kelelahan fisik maupun emosinal,
serta tidak mampu menyediakan waktu untuk beristirahat dan bermain.
Kondisini dialami terus-menerus tanpa memperoleh hasil yang diharapkan.
d. Breakdown stress
Ketika pada tahap Too much stress individu tetap meneruskan usahanya
pada kondisi yang statis, kondisi akan berkembang menjadi adanya
kecenderungan neurotis yang kronis atau munculnya rasa sakit psikomatis.
Misalnya pada individu yang memiliki perilaku merokok atau kecanduan
minuman keras, konsumsi obat tidur dan terjadinya kecelakaan kerja. Ketika
individu tetap meneruskan usahanya ketika mengalami kelelahan, ia akan
cenderung mengalami Breakdown baik secara fisik maupun psikis.

Faktor- faktor yang mempengaruhi stress

1. Perubahan, kondisi yang dijumpai ternyata merupakan ondisi yang tidak


semestinya serta membutuhkan adanya suat penyesuaian.
2. Tekanan, kondisi dimana terdapat suatu harapan atau tuntutan yang sangat
besar terhadap indvidu untuk melakukan perilaku tertentu.
3. Konflik, kondisi ini muncul ketika 2 atau lebih perilaku saling berbenturan,
dimana masingmasing perilaku tersebut butuh untuk diekspresikan atau
malah saling memberatkan.
4. Frustasi, kondisi dimana individu merasa jalan yang akan ditempuh untuk
meraih tujuan dihambat.(Wulandari, 2008)

Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang


disebut stressor, begitupula dengan stress, seseorang bisa terkena stress karena
menemui banyak masalah dalam kehidupannya. Seperti yang telah diungkapkan
di atas, stress dipicu oleh stressor. Tentunya stressor tersebut berasal dari berbagai
sumber, yaitu:(C, Andreasen N. and W, 2001)

a) Lingkungan Yang termasuk dalam stressor lingkungan di sini yaitu:


1. Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu
memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing
individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut.
Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu
berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan
tersebut.
2. Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai
dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah,
perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya
dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan
untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat sebagian
individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu tentang hal-hal
yang baru, tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa malu yang tinggi
jika disebut gaptek.
b. Diri sendiri
1. Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin
dicapai
2. Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus
menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan.
c. Pikiran
1. Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan
pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.
2. Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang
biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.

Penyebab-penyebab stress di atas tentu tidak akan langsung membuat


sesorang menjadi stress. Hal tersebut dikarenakan setiap orang berbeda dalam
menyikapi setiap masalah yang dihadapi, selain itu stressor yang menjadi
penyebab juga dapat mempengaruhi stress. Menurut Kozier & Erb, dikutip Keliat
B.A dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: (GO, 1994)

1. Sifat stressor. Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi


dan darimana sumber stressor tersebut serta besarnya pengaruh stressor
pada individu tersebut, membuat dampak stress yang terjadi pada setiap
individu berbeda-beda.
2. Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam
waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan
menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal yang
kecil.
3. Lama stressor, maksudnya seberapa sering individu menerima stressor
yang sama. Semakin sering individu mengalami hal yang sama maka akan
timbul kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.
4. Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu yang terdahulu
mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.
5. Tingkat perkembangan, artinya tiap individu memiliki tingkat
perkembangan yang berbeda.

III. Adaptasi

Pengertian Adaptasi
Adaptasi merupakan pertahanan yang didapat sejak lahir atau diperoleh karena
belajar dari pengalaman untuk mengatasi stres. Ada beberapa ahli yang menjelaskan
pengertian adaptasi, di antaranya berikut ini.
1. W.A Gerungan, menjelaskan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai
dengan keadaan lingkungan atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan diri). Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan sifatnya pasif
(autoplasti), sedangkan mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri,
Sifatnya aktif (alloplasti).
2. Soeharto Herdjan, menjelaskan tentang penyesuaian diri sebagai suatu usaha atau
perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan.

Menurut Suparlan2 adaptasi itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses untuk
memenuhi syarat-syarat dasar untuk tetap melangsungkan kehidupan.
Syaratsyarat dasar tersebut mencakup:
1. Syarat dasar alamiah-biologi (manusia harus makan dan minum untuk menjaga
kesetabilan tempratur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis
secara menyeluruh dengan tubuh lainnya).
2. Syarat dasar kejiwaan (manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari
perasaan takut, keterpencilan gelisah).
3. Syarat dasar sosial (manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan
keturun, tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk
dapat mempertahankan diri dari serangan musuh).

Beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial Soerjono Sukanto (2000: 34)
yaitu:
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan.
3. Proses perubahan untuk penyesuaian dengan situasi yang berubah.
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan
sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah.

Merton mengindentifikasikan lima bentuk-bentuk adaptasi yaitu:


1. Konformitas, perilaku mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan masyarakat
untuk mencapai tujuan yang diharapkannya.
2. Inovasi, perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat tetapi memakai
cara yang dilarang oleh masyarakat ( tindakan kriminal).
3. Ritualisme, melaksanakan ritual-ritual budaya tapi maknanya telah hilang.
4. Pengunduran/ pengasingan diri, meninggalkan cara hidup yang buruk baik dengan
cara konvensional maupun pencapaiannya yang konvensional.
5. Pemberontakan, penarikan diri dari tujuan konvensional yang disertai dengan
upaya melambangkan tujuan atau cara baru, seperti cara reformator agama.

Tujuan Adaptasi
1) Menghadapi tuntutan keadaan secara sadar.
2) Menghadapi tuntutan keadaan secara realistik.
3) Menghadapi tuntutan keadaan secara obyektif.
4) Menghadapi tuntutan keadaan secara rasional

Macam-Macam Adaptasi
Adaptasi merupakan usaha untuk mempertahankan keseimbangan dari suatu
keadaan tidak normal agar dapat kembali pada keadaan normal. Namun setiap orang
akan berbeda dalam perilaku adaptif, ada yang dapat berjalan dengan cepat, namun
ada pula yang memerlukan waktu lama, tergantung dari kematangan mental orang
tersebut. Proses adaptasi dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
1. Adaptasi fisiologis
Adaptasi yaitu respon tubuh terhadap stresor untuk mempertahankan fungsi
kehidupan, yang dirangsang oleh faktor eksternal dan internal. Mekanisme fisiologis
adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif, yaitu suatu proses mekanisme kontrol
terhadap suatu keadaan abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan membuat suatu
respon adaptif seperti mulai menggigil untuk membangkitkan panas tubuh.
Mekanisme utama yang digunakan tubuh dalam menghadapi stresor dikontrol
oleh medula oblongata, formasi retikuler, dan hipofisis.
Riset klasik yang telah dilakukan oleh Hans Selye telah mengidentifikasi dua
respon fisiologis terhadap stres, seperti berikut ini.
 LAS (Lokal Adaptasion Syndrome) adalah respon tubuh dengan menghasilkan
banyak respon setempat terhadap stres, responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS adalah:
1) respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua sistem;
2) respon bersifat adaptif, diperlukan stresor untuk menstimulasikannya;
3) respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus;
4) respon bersifat restoratif atau penyesuaian.
 GAS (General Adaptasion Syndrome), merupakan respon fisiologis dari
seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat di dalamnya adalah sistem
saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks, GAS sering
disamakan dengan sistem neuroendokrin. GAS diuraikan dalam tiga tahapan
berikut.
1) Fase alarm, melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stresor seperti pengaktifan hormon yang
berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu
untuk bereaksi. Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu
untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Respon ini bias
berlangsung dalam hitungan menit sampai jam. Bila stresor menetap,
maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2) Fase resistance (melawan), individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta
mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-
faktor penyebab stres. Bila teratasi, gejala stres menurun atau normal. Bila
gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS
yaitu fase kehabisan tenaga.
3) Fase exhaustion (kelelahan), merupakan fase perpanjangan stres yang
belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Pada tahap ini,
cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu
lagi menghadapi stres. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan
diri terhadap stresor inilah yang akan berdampak pada kematian individu
tersebut.
2. Adaptasi psikologis
Perilaku adaptasi psikologi membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stresor, diarahkan pada penatalaksanaan stres, yang didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman perilaku yang dapat diterima dan berhasil. Perilaku
adaptasi psikologi dapat konstruktif atau destruktif. Perilaku konstruktif
membantu individu menerima tantangan untuk menyelesaikan konflik. Perilaku
destruktif memengaruhi orientasi realitas, kemampuan pemecahan masalah,
kepribadian dan situasi yang sangat berat, serta kemampuan untuk berfungsi.
Perilaku adaptasi psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme
ini dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan
masalah secara langsung untuk menghadapi ancaman atau dapat juga mekanisme
pertahanan ego, yang tujuannya adalah untuk mengatur distres emosional,
sehingga memberikan perlindungan individu terhadap ansietas dan stres.
Mekanisme pertahanan ego adalah metode koping terhadap stres, secara tidak
langsung dibagi menjadi dua sebagai berikut.
 Task oriented behavior, yaitu perilaku berorientasi tugas mencakup
penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan
masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan. Tiga tipe umum
perilaku yang berorientasi tugas sebagai berikut.
1. Perilaku menyerang, yaitu tindakan untuk menyingkirkan atau mengatasi
suatu stresor.
2. Perilaku menarik diri, adalah menarik diri secara fisik atau emosional dari
stresor.
3. Perilaku kompromi, adalah mengubah metode yang biasa digunakan,
mengganti tujuan atau menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan yang lain atau untuk menghindari stres.
 Ego dependen mechanism, yaitu perilaku tidak sadar yang memberikan
perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme
ini sering kali diaktifkan oleh stresor jangka pendek dan biasanya tidak
mengakibatkan gangguan psikiatrik. Ada banyak mekanisme pertahanan ego,
di antaranya berikut ini.
1. Represi, yaitu menekan keinginan, impuls atau dorongan, dan pikiran yang
tidak menyenangkan ke alam tidak sadar dengan cara tidak sadar.
2. Supresi, yaitu menekan secara sadar pikiran, impuls, dan perasaan yang
tidak menyenangkan ke alam tidak sadar.
3. Reaksi formasi, yaitu tingkah laku berlawanan dengan perasaan yang
mendasari tingkah laku tersebut.
4. Kompensasi, tingkah laku menggantikan kekurangan dengan kelebihan
yang lain, ke kompensasi langsung atau kompensasi tidak langsung.
5. Rasionalisasi, yaitu berusaha memperlihatkan tingkah laku yang tampak
sebagai pemikiran yang logis bukan karena keinginan yang tidak disadari.
6. Substitusi, mengganti objek yang bernilai tinggi dengan objek yang kurang
bernilai, tetapi dapat diterima oleh masyarakat.
7. Restitusi, mengurangi rasa bersalah dengan tindakan pengganti.
8. Displacement, yaitu memindahkan perasaan emosional dari objek
sebenarnya kepada objek pengganti.
9. Proyeksi, memproyeksikan keinginan, perasaan, impuls, pikiran pada
orang lain, objek lain atau lingkungan untuk mengingkari.
10. Simbolisasi, yaitu menggunakan objek untuk mewakili ide atau emosi
yang menyakitkan untuk diekspresikan.
11. Regresi, yaitu ego kembali pada tingkat perkembangan sebelumnya dalam
pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
12. Denial, mengingkari pikiran, keinginan, fakta, dan kesedihan.
13. Sublimasi, memindahkan energi mental (dorongan) yang tidak dapat
diterima kepada tujuan yang dapat diterima masyarakat.
14. Reaksi konversi, yaitu memindahkan konflik mental pada gejala fisik.
15. Introyeksi, yaitu mengambil alih semua sifat dari orang yang berarti
menjadi bagian dari kepribadiannya sekarang.
IV.
Manajemen stress

I. Pengertian Stress
Stres merupakan baian dari kehidupan manusia sehari-hari. Sarafino
mendefinisikan stres sebagi suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara
invidu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntunan yang
berasal dari berbagai situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis,
dan sosial individu (Smet, 1994). Muhammad surya berpendapat bahwa
sttesmerupakan keadaan dimana individu yang mengalami ketegangan karena adanya
kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya.
Terry Looker dan Olga Gregson mendefinisikan stres sebagai sebuah keadaan
yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutanyang
diterima dan kemampuan untuk mengatasinya(Looker, 2005)
Menurut Andrew Goliszek, stres adalah suatu respon adaptif individu pada
berbagai tekanan atau tuntutan eksternal dan menghasilkan berbagai gangguan,
meliputi gangguan fisik, emosional, dan perilaku.(Goliszek, 2005)
Hawari menyatakan bahwa stres bisa diartikan sebagian reaksi fisik dan psikis
yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman atau tertekan terhadap tekanan atau
tuntutan yang sedang dihadapi.(Hawari, 1997)
Definisi lain diungkapkan Sutherland dan Cooper bahwa stess adalah pengalaman
subyektif yang didasari pada persepsi terhadap situasi yang tidak semata-mata tampak
dalam lingkungan.(Hawari, 1997)
Menurut marawis, stress adalah segala masalah atau tuntutan menyesuaikan diri,
yang karena tuntutan itulah individu merasa terganggu keseimbangan hidupnya.
(Marawis, 1994)
Hans Selye berpendapat bahwa stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami
oleh tubuh akibat berbaai tuntutan yang ditempatkan.(Santrock, 2003)
Beberapa definisi tentang stress diatas memberikan makna bahwa stres adalah
suatu keadan yang meruakan hasil proses transaksi.

II. Gejala Stress


Humpheerey (1999) mengemukakan beberapa gejala awal yaitu:
1. Gejala perilaku, orang akan mudah gugup, penyalahgunaan obat, mudah marah,
hilang semangat, tidak tenang, diam, perilaku impulsif, dll.
2. Gejala emosi, seseoang akan mudah gelisah, selalu sensitif dengan kritikan,
mudah tersinggung, apatis,merasa bersalah dan frustasi.
3. Gejala kognitif, seseorang akan mengalami kesulitan dalam mengambil
keputusan, sulit untuk meningat, khawatir dengan pelaksanaan tugas dan apatis.
4. Gejala fisik, seseorang akan merasakan detak jantung yang semakin cepat,
berkeringat, mulut kering, penyempitan pupil mata, sakit perut, sakit kepala dan
panas dingin.
Menurut Andrew Goliszek, gejala-gejala stres dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Gejala fisik, seperti sakit kepala, nyeri otot, emosional, rasa lemah, gangguan
pencernaan, rasa mual, sakit perut, nafsu makan hilang atau selalu ingin makan,
jantung berdebar-debar, sering buang air kecil, tekanan darah tinggi, tidak dapat
tidur atau tidur berlebihan, berkeringat secara berlebihan, dan sejumlah gejala
lain.
2. Gejala emosional, seprti mudah tersinggung, gelisah terhadap hal-hal kecil,
suasana hati berubah-ubah, mimpi buruk, khawatir, panik, sering menangis,
merasa tidak berdaya, perasaan kehilangan kontrol, muncul pikiran untuk bunuh
diri, pikiran yang kacau, ketidakmampuan membuat keputusan an sebagainya.
3. Gejala perilaku, seperti merokok, memakai obat-obatan atau mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan, berjalan mondar-mandir, kehilangan ketertarikan pada
penampilan fisik, menaik atau memutar-mutar rambut, perilaku sosial berubah
secara tibatiba dan lainya.(Goliszek, 2005)

III. Jenis Stress


Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti, berdasarkan penyebabnya stress dapat
digolongkan menjadi: (A.S, 2003)
a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obatobatan, zat beracun,
hormone, atau gas. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau
parasit yang menimbulkan penyakit.
c. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ,
atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.Stres proses
pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua

IV. Dampak Stress


Jenis jenis stres menurut Selye (dalam Munandar, 2001) membedakan stres
menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Distress (stres negatif)
Distress yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, dan kematian. Distress merupakan jenis stres yang diakibatkan
oleh hal-hal yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh: pertengkaran, kematian
pasangan hidup, dan lain-lain.

2. Eustress (stres positif)


Eustress yaitu stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh
menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk
menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini dapat
membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya menemukan
solusi untuk masalah.
Eustress merupakan jenis stres yang diakibatkan oleh hal-hal yang
menyenangkan. Sebagai contoh: perubahan peran setelah menikah, kelahiran anak
pertama, dan lain-lain. Berbeda dengan H. Handoko berpendapat bahwa stres
adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan
kondisi seseorang (Lukaningsih, Zuyina Luk dan Bandiyah, 2011).Sedangakan
dalam ilmu psikologi, stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak
terpenuhi secara adekuat sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan
(Asiyah, 2010).

V. Konsep Manajemen Stress


Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara
efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul
karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk
memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik.(Manajemen Stres,
n.d.)
Manajemen stres adalah tentang bagaimana kita melakukan suatu tindakan
dengan melibatkan aktivitas berpikir, emosi, rencana atau jadwal pelaksanaan, dan
cara penyelesaian masalah. Manajemen stres diawali dengan mengidentifikasikan
sumber-sumber stres yang terjadi dalam kehidupan. Langkah ini tidaklah semudah
bayangan kita. Terkadang sumber stres yang kita hadapi sifatnya tidak jelas dan tanpa
disadari, kita tidak mempedulikan stres itu sebagai langkah untuk meminimalisir
beban pikiran, perasaan, dan perilaku.  Misalnya saja, kita sepaham bahwa pekerjaan
yang dikejar oleh deadline selalu menimbulkan ketidaknyamanan, namun karena kita
tidak peduli dengan efeknya, kita menjadi terbiasa untuk selalu pekerjaan.

VI. Tekhnik Manajemen Stress


1. Mengatur Gaya Hidup dan Pikiran yang Sehat (Healthy Lifestyle &Mindfulness).
Menjadi aktif secara fisik, menjaga pola makan dan istirahat cukup, adalah
beberapa strategi pengelolaan stres terbaik. Menjaga gaya hidup sehat dapat
membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan tingkat energi tinggi,
dan dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan kelelahan mental yang
menyertai stres. Selain beraktivitas fisik, teknik lain untuk menjaga gaya hidup
tetap sehat adalah melakukan kontak dengan alam (contact with nature), dan
mencari atau memberikan dukungan sosial dari sekitar. Dukungan sosial sangat
penting untuk menjaga kesejahteraan psikologis individu. Belajar berpikir dengan
cara yang sehat adalah alat manajemen stres yang hebat. Hal ini memungkinkan
kita untuk mengendalikan situasi yang mungkin dapat mempengaruhi suasana
hati. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, seperti rekonstruksi persepsi
individu terhadap stimulus yang dihadapinya, dan memaknai segala sesuatu yang
dilakukan dalam keseharian (mindfulness technique).

2. Strategi Modifikasi Perilaku (Behaviour Strategies)


Mengubah kebiasaan buruk melalui suatu pengkondisian perilaku,
diprediksi dapat menurunkan stres. Keterampilan yang dapat diajarkan yaitu
problem solving skill atau keterampilan memecahkan masalah. Setiap
manusia pasti akan menjumpai masalah dalam kehidupannya. Namun,
masalah yang muncul harus dihadapi. Individu akan merasakan kebahagiaan
jika berhasil memecahkan masalah. Pemecahan masalah adalah suatu
pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi/jalan keluar
dari permasalahan yang spesifik (Solso, R.L ; Maclin O.H ; & Maclin, 2007).
Tahapan pemecahan masalah meliputi :
a. Mengidentifikasi permasalahan
b. Merencanakan sebuah solusi
c. Merealisasikan rencana
d. Mengevaluasi rencana
e. Mengevaluasi solusi.

3. Teknik Relaksasi (Relaxation Techniques)


Teknik relaksasi telah terbukti memiliki efek relaksasi langsung pada
anak, remaja dan orang dewasa. Teknik ini sangat efektif untuk situasi yang
tidak berada dalam kendali pribadi individu. Selain itu, teknik relaksasi
bermanfaat mengatasi perasaan khawatir, kecemasan dan depresi. Beberapa
teknik yang dapat diterapkan adalah : Deep Breathing, Progressive Muscle
Relaxation (PMR), Massage Therapy, dan Visualization. Pemilihan teknik
hendaknya disesuaikan dengan preferensi dan karakteristik perkembagan
individu yang akan menjadi trainee.
(Andromeda, 2018)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, mohammad . mohammad asrori. (2008). psikologi perkembangan remaja, perkembangan
peserta didik. PT. Bumi Aksara.
Goleman, D. (2000). emotional intellegensi ( kecerdasan emosional mengapa lebih penting
daripada iq). gramedia pusaka utama.
Kartono, K. (1990). psikologi umum. mandar maju.
M, H. (n.d.). stress response syndromes. 732.
Morgan, C. (1976). Introduction to Psychology, 6th ed. McGraw-Hill Kogakusha Ltd.
Morgan, C. T. (1986). introduction to pshycologi. McGraw-Hill Book Company.
Morris, charless G. (2003). Understanding Psychology. In prentice hall.
Sarwono, S. W. (1976). Pengantar Umum Psikologi. Bulan Bintang.
Stres, P. dan K. S. (2009). TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Stress dan Adaptasi. Psikologi, 8–
36.
Wake, D. (2019). hubungan stess dengan kejadian dismenorhea pada mahasisawa fakultas
universitar surabaya. Undergraduate Thesis. https://eprints.unmerbaya.ac.id/id/eprint/56/
Wolfe, D. T., Hermanson, D. R., Ii, B. A. B., Diri, A. K., Diri, P. K., Chotimah, C., Rohayati, S.,
Мурашко М.А., ‫ ث‬,‫ غالمحسین‬,‫ سادوک‬,‫کاپالن‬., Akademik, K., Reza Yuka Satria Pratama, 加藤
真也, 小林千秋中西優子, Rusno, Ips, B., Kelas, S., Sdn, I. V, Tahun, T., … Noviyani, D.
I. (2017). Peraturan-01/PJ/2017. Educational Psychology Journal, 2(2), 65–72.
https://doi.org/DOI:
Yusuf, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Psikologi, 116–117.
http://etheses.uin-malang.ac.id/2609/6/06410028_Bab_2.pdf
Hude, D. (2006). Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia dalam Al-
quran. Erlangga, 2006(4), 40–41.

Hartono, D. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Psikologi. Jakarta: Pusdik SDM


Kesehatan. Retrieved from
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/298%0Ahttp://repositorio.unan.ed
u.ni/2986/1/5624.pdf
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jana.2015.10.005%0Ahttp://www.biomedcentral.com/1471-
2458/12/58%0Ahttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&P

Amin, Munir Samsul, D. (2007). Kenapa Harus Stres. Amzah.

C, Andreasen N. and W, B. D. (2001). Introduction Textbook Of Psychiatry 3rd ed. British Library.

GO, G. (1994). Anxiety Disorders. American Psychiatric Press, The DSM IV.

Hawari, D. (1997). Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan KesehatanJiwa. Dhana Bhakti Prisma Yasa.
Wulandari. (2008). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa. Universitas Airlangga.

Lael, M. (2009). Teori Stres dan Adaptasi. Jurnal Psikologi, (2005), 8;14. Retrieved from
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-marisalael-7626-3-babii.pdf

hartono dudi, 2016, modul bahan ajar psikologi(hlm 45-48)

Usu. Teori stress dan adaptasi. Jurnal psikologi . retrievet from


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42017/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=42A28F1DF39250E91A6A5A98E9380DBA?sequence=4

digilib, uinsby. Tetrievet from http://digilib.uinsby.ac.id/13025/4/Bab%202.pdf

Kamus Sosiologi Antropologi, Penerbit Indah Surabaya, 2001, hal 10).

Tim Pengemban Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT. Imperial Bhakti
Utama, 2007, cet 2

A.S, I. (2003). Panik, Neurosis dan Gangguan Cemas. PT. Dian Ariesta.
Andromeda. (2018). Stress Management Training : Strategi Pengelolaan Stres Pengasuhan Untuk
Orang Tua yang Memiliki Anak Difabel. Psikologi Ilmiah, 279–280.
Goliszek, A. (2005). 60 Second Manajemen Stres. PT. Buana Ilmu Populer.
Hawari, D. (1997). Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan KesehatanJiwa. Dhana Bhakti Prisma
Yasa.
Looker, T. & G. O. (2005). Managing Stress, Mengatasi Stres Secara Mandiri.
Lukaningsih, Zuyina Luk dan Bandiyah, S. (2011). Psikologi Kesehatan. Nuha Medika.
manajemen stres. (n.d.). Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_stres
Marawis. (1994). Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga Press.
Santrock, J. W. (2003). Life-Span Development (Edisi 5-). Erlangga.
Smet. (1994). psikologi kesehatan. grasindo.
Solso, R.L ; Maclin O.H ; & Maclin, K. (2007). Psikologi Kognitif. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai