Anda di halaman 1dari 5

Nama : Khofifah Irya Fibiola

NIM : 07021381722119

Psikologi Sosial

Referensi 1 (Buku 1)

Suryanto, Putra, dkk. 2012. Pengantar Psikologi Sosial. Surabaya: Pusat Penerbitan
dan Percetakan Unair (AUP)

Pengertian Psikologi Sosial Brehm dan Kassin menyatakan bahwa psikologi sosial
merupakan suatu studi ilmiah mengenai cara individu berpikir (think), merasa (feel),
berkeinginan (desire), dan bertindak (act) dalam situasi sosial. Secara terperinci, pengertian
yang muncul dari definisi tersebut di atas adalah sebagai berikut

1. Studi ilmiah Banyak cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Psikologi sosial
menggunakan metode ilmiah seperti observasi yang sistematis, deksripsi objek atau
subjek, dan pengukuran untuk mempelajari kondisi-kondisi manusia.
2. Cara individu berpikir, merasa, berkeinginan, dan bertindak. Di samping psikologi
sosial, beberapa studi ilmiah juga banyak menggunakan teknik ilmiah seperti
antropologi, studi komunikasi, ilmu ekonomi, ilmu politik, dan sosiologi. Semua studi
ini, dan tidak terkecuali psikologi sosial digolongkan sebagai ilmu- ilmu sosial.
3. Dalam situasi sosial. Situai sosial mencerminkan tempat perilaku (behavior) terjadi.
Bila demikian halnya, maka pertanyaan selanjutnya adalah seberapa "sosialkah"
psikologi sosial itu. Dalam usahanya menyusun prinsip teori yang umum, maka
psikologi sosial sering kali menguji pengaruh faktor-faktor non-sosial (yang
memengaruhi berpikir, emosi, motif dan tindakan) dan juga faktor sosial (pengaruh
sosial, dan interaksi sosial)

Kenrick menyatakan bahwa psikologi sosial merupakan studi ilmiah bagaimana


seseorang berpikir, berperasaan, dan bertindak yang dipengaruhi oleh orang lain. Antara
kedua definisi tersebut di atas, tidak banyak perbedaan. Perbedaan utama terletak di bagian
akhir definisi. Kalau Brehm dan Kassin lebih menekankan situasi sosial sebagai seting
perilaku terjadi sedangkan Kenrick lebih menyatakan orang lain (other people) sebagai faktor
yang memengaruhi individu Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
psikologi sosial itu merupakan studi ilmiah, yang memiliki objek kajian bagaimana pikiran,
perasaan dan tindakan seseorang yang berada dalam situasi sosial.

Referensi 2 (Buku 2)

Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sejarah perkembangan psikologi sosial secara singkat, yang dipelopori oleh beberapa
tokoh yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan psikologi sosial yaitu

1. Gabriel Tarde (1842-1904). Ia adalah seorang sosiolog dan kriminolog Perancis yang
dianggap pula sebagai Bapak Psikologi Sosial (social interaction). Tarde berpendapat
bahwa semua hubungan sosial (social interac-tion) selalu berkisar pada proses imitasi
bahkan semua pergaulan antar manusia itu hanyalah semata-mata berdasarkan atas
proses imitasi itu.
2. Gustave le Bon (1841-1932). Ia terkenal karena sumbangannya dalam lapangan
Psikologi Massa. Yang dimaksud dengan massa ialah kumpulan dari orang satu sama
lain untuk sementara waktu karena minat atau kepentingan bersama.
3. Sigmund Freud (1856-1939). Ia di samping sebagai ahli psikologi, dapat disebut
sebagai bapak Psikoanalisa, juga seorang psikiater Austria yang ternama. Seirama
dengan Gustave Le Bon, ia berpendapat bahwa jiwa massa itu mempunyai sifat-sifat
khusus yang berlainan dengan sifat-sifat jiwa individu. Berlainan dengan Le Bon, ia
berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa
individu. Hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri, karena memang
dalam keadaan terpendam. Pendapat ini sesuai dengan prinsip Ilmu Jiwa dalam yang
dibinanya. Baru setelah berada dalam situasi massa, maka sifat-sifat yang terpendam
tersebut seolah-olah diajak untuk mengatakan dirinya dengan leluasa, sehingga
tampaklah jiwa massa yang sebelumnya tidak terduga-duga itu.
4. Emile Durkheim (1858-1917). Sebagai seorang tokoh sosiologi, ia berpendapat bahwa
gejala-gejala sosial yang terdiri dalam masyarakat itu tidak dapat dibahas oleh
psikologi, melainkan hanya oleh sosiologi. Adapun alasannya ialah bahwa yang
mendasari gejala-gejaa sosial itu adalah suatu kesad aran kolektif dan bukan kesadara
individu. Masyarakat itu terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang hidup secara
kolektif dengan pengertian-pengertian dan tanggapan-tanggapan yang kolektif pula
dan hanya dengan kehidupan kolektif itulah yang dapat menerangkan gejala-gejala
sosial.
5. William James & Charles H. Cooley (hidup awal abad 20). Mereka berpendapat
bahwa perkembangan individu itu berhubungan erat dengan perkembangan
masyarakat di sekitamya. Dari uraian singkat itu jelaslah bahwa ciri-ciri dan tingkah
laku individu tidak mudah dimengerti jika tidak dikaitkan dalam hubungannya dengan
orang-orang lain di dalam kelompok itu, sebab sejak dilahirkan individu itu sudah
berinteraksi sosial dengan orang lain, misalnya dengan orang tuanya, keluarganya,
kawan-kawan seperdamaian yang kesemuanya ini akan memupuk perkembangan
individuil serta keseimbangan pribadi sebaik-baiknya.
6. Kurt Lewin (meninggal tahun 1966) Ia menjadi terkenal karena pembinaannya dalam
lapangan psikologi modern yang disebut "Typological Psychology" atau Field
Psychology. Pokok pikiran Field Psychology adalah bahwa Adapun yang dimaksud
dengan Feild suatu lapangan kekuatan physis maupun psychis yang senantiasa
berubah menurut situasi kehidupannya

Referensi 3 (Jurnal 1)

Soeparno, Koentjoro dan Lidia Sandra. 2011. “Social Psychology: The Passion of
Psychology.” Jurnal Psikologi 19(1):16-28

Metode penelitian Psikologi Sosial Rogers menyatakan ada beberapa metode


penelitian yang digunakan dalam psikologi sosial. Pertama, metode induktif, secara ontologis
menegaskan bahwa dunia sosial ada di luar tindakan manusia, dan secara epistemologis
menganut paham positifisme, dengan tujuan mengobservasi dunia sosial dan mengidentifikasi
keteraturan sistematis dalam sebab dan akibat antara beberapa variabel yang kita observasi,
untuk mengembangkan suatu hukum universal dan kemudian mengujinya. Kedua, metode
deduktif, yang secara epistemologis menganut paham rasionalisme dan secara ontologis
menempatkan diri dalam posisi bahwa fenomena yang satu berhubungan dengan fenomena
yang lain. Metode ini mengembangkan teori‐teori untuk menemukan suatu hukum umum,
dengan menguji hipotesis‐hipotesis kita sebagai cara membuktikan kebenaran teori tersebut.
Ketiga, metode retroductive, yang secara epistemologis bersifat realism kritis, bertujuan
untuk memperoleh pemahaman dari realitas sosial melalui pengamatan terhadap kejadian‐
kejadian teratur dan menghasilkan model untuk menjelaskannya. Yang terakhir adalah
metode abductive, yang secara epistemologis adalah relativis kritis, bertujuan mengamati
anomali‐anomali yang ada, menemukan mengapa dan bagaimana berbagai realitas sosial
terbentuk dan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi.
Keempat metode inilah yang lazim digunakan dalam penelitian psikologi sosial.
Metode penelitian induktif dan deduktif sering digunakan dalam pendekatan experimental
social psychology, sementara, critical social psychology menggunakan metode abductive dan
retroductive. Blaikie, 2000 (dalam Rogers, 2003) mengatakan bahwa pendekatan critical
social psychology terbagi menjadi dua garis besar epistemologi: realis dan relativis. Realis
bergagasan bahwa tindakan sosial adalah hasil dari struktur sosial dan mekanisme yang ada.
Di sisi lain, gagasan relativis menyatakan bahwa dinamika keberagaman dan perubahan
realitas sosial yang menghasilkan tindakan sosial.

Referensi 4 (Jurnal 2)

Mustafa, Hasan. 2011. “Perilaku Manusia dalam Perspektif Psikologi Sosial.” Jurnal
Administrasi Bisnis 7(2):143-156

Perspektif dalam Psikologi Sosial, ada empat perspektif dalam psikologi sosial yaitu
perilaku (behavioral perspectives), kognitif (cognitive perspectives), stuktural (structural
perspectives), dan interaksionis (interactionist perspectives).

Perspektif perilaku dan kognitif lebih banyak digunakan oleh para psikolog sosial
yang berakar pada psikologi. Mereka sering menawarkan jawaban yang berbeda atas sebuah
pertanyaan, seberapa besar perhatian yang seharusnya diberikan oleh para psikolog sosial
pada kegiatan mental dalam upayanya memahami perilaku sosial. Perspektif perilaku
menekankan, bahwa untuk dapat lebih memahami perilaku seseorang, seyogianya kita
mengabaikan informasi tentang apa yang dipikirkan oleh seseorang. Lebih baik kita
memfokuskan pada perilaku seseorang yang dapat diuji oleh pengamatan kita sendiri. Dengan
mempertimbangkan proses mental seseorang, kita tidak terbantu memahami perilaku orang
tersebut, karena sering kali proses mental tidak reliabel untuk memprediksi perilaku.

Sebaliknya, perspektif kognitif menekankan pada pandangan bahwa kita tidak bisa
memahami perilaku seseorang tanpa mempelajari proses mental mereka. Manusia tidak
menanggapi lingkungannya secara otomatis. Perilaku mereka tergantung pada bagaimana
mereka berpikir dan mempersepsi lingkungannya. Jadi untuk memperoleh informasi yang
bisa dipercaya maka proses mental seseorang merupakan hal utama yang bisa menjelaskan
perilaku sosial seseorang.

Perspektif struktural dan interaksionis lebih sering digunakan oleh para psikolog
sosial yang berasal dari disiplin sosiologi. Pertanyaan yang umumnya diajukan adalah, sejauh
mana kegiatan-kegiatan individual membentuk interaksi sosial. Perspektif struktural
menekankan bahwa perilaku seseorang dapat dimengerti dengan sangat baik jika diketahui
peran sosialnya. Hal ini terjadi karena perilaku seseorang merupakan reaksi terhadap harapan
orang-orang lain. Perspektif interaksionis lebih menekankan bahwa manusia merupakan agen
yang aktif dalam menetapkan perilakunya sendiri, dan mereka yang membangun harapan-
harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu sama lainnya untuk membentuk interaksi dan
harapannya.

Referensi 5 (E-Book 1)

Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi: Organizational


Behaviour. Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat. Buku 1

Psikologi Sosial (social psychology) memadukan konsep dari psikologi dan sosiologi,
meskipun pada umumnya dianggap sebagai cabang dari psikologi. Psikologi sosial berfokus
pada pengaruh seseorang terhadap individu lainnya. Satu bidang utama yang banyak diteliti
oleh psikolog sosial adalah perubahan cara menerapkannya dan cara mengurangi hambatan
terhadap penerimaannya. Selain itu, kita juga menemukan psikolog-psikolog sosial yang
memberikan kontribusi signifikan dalam bidang pengukuran, pemahaman, dan perubahan
sikap; pola komunikasi; dan pembangunan kepercayaan. Akhirnya, para psikolog sosial telah
memberikan kontribusi yang penting terhadap studi kita tentang perilaku, kekuatan, dan
konflik kelompok.

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan, dan


terkadang mengubah perilaku manusia dan makhluk lain Para psikolog memfokuskan diri
mempelajari dan berupaya memahami perilaku individual. Mereka yang telah memberikan
kontribusi dan terus menambah pengetahuan PO adalah teoretikus pengetahuan, teoretikus
kepribadian, psikolog konseling, dan, yang terpenting, psikolog industri dan organisasi.

Sementara psikologi berfokus pada individu, sosiologi (sociology) mempelajari


manusia dalam kaitannya dengan lingkungan sosial dan kultur mereka. Para sosiolog telah
memberikan kontribusi untuk PO melalui studi mereka mengenai perilaku kelompok dalam
organisasi, terutama organisasi formal dan kompleks. Barangkali yang terpenting, sosiologi
telah memberikan kontribusi untuk penelitian tentang kultur organisasi, struktur dan teori
organisasi formal, teknologi organisasi, komunikasi, kekuatan, dan konflik.

Anda mungkin juga menyukai