Anda di halaman 1dari 22

RESUME

Tugas ini disusun untuk memenuhi penilaian Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah: Bimbingan Konseling Sosial

Dosen Pengampu: Nova Erlina, S.I.Q., M.Ed

Oleh:

Afif Iqbal Junandar

2211080004

Kelas 3.A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
2023
Resume makalah kelompok 1

Teori Dan Metode Dalam Psikologi Sosial,Membentuk Kesan Terhadap


Orang Lain,Memahami Dunia Sosial

A. Teori Dan Metode Dalam Psikologi Sosial


1. Pendekatan Psikologi Sosial
Psikologi sosial merupakan studi ilmiah tentang bagaimana individu
berpikir, merasa, berperilaku, mempelajari bagaimana kita memandang
orang lain dan peristiwa sosial, bagaimana kita mempengaruhi orang lain,
dan untuk mempelajar, sifat dari hubungan social. Psikolog sosial telah
mempelajari persepsi dan sikap bagaimana orang memandang dirinya
sendiri dan orang lain, bagaimana orang mengintegretasikan perilaku orang
lain, dan bagaimana sikap mereka terbentuk dan berubah. lebih fokus pada
interaksi antar orang, termasuk masalah persahabatan dan
altruisme,prasangka dan agresi, serta konformitas (kepatuhan) dan
kekuasaan. Berdasarkan definisi ini, terdapat beberapa poin penting dari
psikologi sosial sebagai berikut:
a. Studi ilmiah,
Psikologi sosial menggunakan metode ilmiah yang sistematis, seperti
observasi yang sistematis, deskripsi dan pengukuran untuk mempelajari
kondisi manusia.
b. Bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku,
Psikologi sosial fokus pada beragam topik yang luar biasa mempelajari
tentang manusia, seperti antropologi, ilmu komunikasi, ilmu ekonomi,
ilmu politik, dan sosiologi. Semua bidang studi ini, termasuk psikologi
sosial digolongkan sebagai ilmu-ilmu sosial.
c. Dalam konteks atau situasi sosial.
Menurut Stephan selanjutnya mengusulkan suatu perspektif dalam
pembelajaran psikologi sosial, yaitu perspektif psikologi dan sosiologi
dalam mempelajari psikologi sosial dan keduanya masih bernama
psikologi sosial. Satu sisi lebih menekankan pada perspektif psikologis,
yaitu psychological social psychology dan sisi lainnya menekan-kan
perspektif sosiologis yaitu sociological social psychology. Shaw &
Costanzo menyatakan bahwa sejak awal, psikologi sosial adalah disiplin
yang terbagi, sebagian cenderung memilah psikologi sosial yang
psikologis dan sebagian psikologi sosial yang sosio-logis.
Seperti yang tertuang dalam hadis yang di riwayatkan oleh Sahih al-
Bukhari "Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (Sahih
al-Bukhari). Dan juga tertuang dalam Q.S An-Nahl ayat 90 yang artinya
berbunyi: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
2. Akar Hipotesis Psikologi Sosial
Pada awal 1900-an, ada tiga perspektif teori utama yang dikebangkan
oleh para psikolog, masing-masing meninggalkan warisan penting pada
psikologi sosial kontemporer. Sigmund Freud, hapak pendin psychoanalytic
theory iteon psikoanalitik), Freud mengatakan bahwa perilaku dimoti- dari
dalam oleh dorongan dan impuls aternal yang kuar seperti seksualitas dan
resi Dia juga percaya bahwa perilaku orang dewasa dibentuk oleh konflik
psikologis yang belum terselesaikan yang dapa dirunit kembali hingga ke
pengalaman asa kanak-kanak dalam keluarga.
Teori utama kedua adalah behaviorism Chehaviorisme), yang
menawarkan perpektif yang berbeda tentang pengalaman inanusia. Teorki
ini dikembangkan oleh Ivan Pavlov, B. F. Skinner, dan rekan-rekannya.
Teori behaviorisme lebih fokus ada perilaku manusia dan hewan yang dapat
diamati mempelajari hal-hal yang dapat diliat dan diukur secara langsung,
mereka berpendapat bahwa perilaku saat ini adalah hasil dari proses belajar
di masa lalu.
3. Teori-teori Dalam Psikologi Sosial
a. Kenrick menyatakan bahwa psikologi sosial merupakan studi ilmiah
yang mempelajari tentang bagaimana seseorang berpikir, berperasaan,
dan berperilaku yang dipengaruhi oleh orang lain.
b. Kenrick menekankan orang lain sebagai faktor yang mempengaruhi
perilaku individu,
c. sedangkan Kassin, dkk. menekankan situasi sosial sebagai setting
terjadinya perilaku.
d. Baron dan Byrne menyatakan bahwa psikologi sosial merupakan ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami asal-usul dan penyebab
terjadinya perilaku dan pemikiran individu dalam kontekssosial. Situasi
sosial adalah situasi dimana terdapat kehadiran orang lain secara nyata
maupun imajinasi.
4. Metode dalam Psikologi Sosial
Rogers (2003) menyatakan ada bebe-rapa metode penelitian yang
digunakan dalam psikologi sosial.
a. Metode induktif. Secara ontologis menegaskan bahwa dunia sosial ada
“di luar” tindakan manusia, dan secara epistemologis meng-anut paham
positifisme, dengan tujuan mengobservasi dunia sosial dan
mengidentifikasi keteraturan sistematis dalam sebab dan akibat antara
beberapa variabel yang kita observasi, untuk mengembangkan sua-tu
hukum universal dan kemudian mengujinya.
b. Metode deduktif, yang secara epistemologis menganut paham
rasionalisme dan secara ontologis menempatkan diri dalam posisi bahwa
fenomena yang satu berhubungan dengan fenomena yang lain.
c. Metode retroductive, yang secara epistemologis bersifat realism kritis,
bertujuan untuk memperoleh pemahaman dari realitas sosial melalui
pengamatan terhadap kejadian-kejadian teratur dan menghasilkan model
untuk menjelaskan-nya.
d. Metode abductive, yang secara epistemologis adalah relativiskritis,
bertujuan mengamati anomali-ano-mali yang ada, menemukan mengapa
dan bagaimana berbagai realitas sosial terbentuk dan digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi.

B. Persepsi Orang: Membentuk Kesan Terhadap Orang Lain


1. Informasi yang kita gunakan
Dalam hal ini Melihat sekilas foto seseorang atau orang yang lewat di
jalanan akan mem- beri kita gagasan tentang seperti apa orang itu. Bahkan
mendengar nama saja membuat kita membayangkan seperi apa orang
tersebut. Ketika dua orang bertemu, bahkan hanya sebentar, mereka sama-
sania membentuk kesan terhadap satu sama lain.
2. Mengintegrasikan kesan
Pendekatan teoritis utama terhadap pembentukan kesan dan masalah
integrasi informasi adalah pendekatan Gestalt dan pendekatan aljabar
kognitif. Teori Gestalt menyatakan bahwa orang mengadopsi strategi
konfigurasi di mana mereka menilai seluruh larik informasi dan, kemudian,
membentuk interpretasi teoretis yang mengintegrasikan semua bagian data
yang terpisah menjadi satu kesatuan yang koheren. Pendekatan ini sering
kali melibatkan interpretasi ulang beberapa data dan mendiskontokan
informasi lainnya.
3. Persepsi orang yang termotivasi
Persepsi merupakan proses mensyaratkan objek pemaknaan terhadap
stimulus. Sebagai objek persepsi self bukanlah objek tunggal Secara umum
aspek- aspek dari self itu bisa dikategorikan menjadi empat kategori: aspek
fisik, psikologis, sosialkultural, dan spiritual. Menurut Dunning (2005),
sangat mengejutkan ternyata memahami diri secara akurat tidak semudah
yang diperkirakan. Beberapa hasil penelitian yang ia ungkapakan
membuktikan bahwa pemahaman terhadap diri sendiri juga tidak lebih
akurat dibandingkan pemahaman terhadap orang lain.
4. Menghubungkan sebab-sebab perilaku
Fritz Heide (1953). Dia mengataka bahwa semua manusia memiliki dua
motif yang kuat kebe nuhan untuk membentuk pemahaman yang utuh
tentang dunia dan kebutuhan unt mengentrol lingkungan. Menurut Baron
dan Byrne atribusi sosial adalah proses yang kita lakukan untuk mencari
penyebab dari prilaku orang lain sehingga mendapatkan pengetahuan
mengenai karakteristik stabil dari orang lain. Faktor penyebab dari suatu
prilaku bisa bersifat internal dan eksternal, spontan atau pertimbangan,
terencana atau tidak terencana.
5. Akurasi penilaian
Seberapa akuratkah orang menilai orang lain.Kesan kita tentang orang lain
misalnya keluarga dan kawan kita umumnya cukup detail, dan membuat
kita merasa lebih yakin dengan pengetahuan atau kesan kita tentang mereka
(Gill Swann, & Silvera, 1998). Sebagian persepsi sosial memang sulit
diverifikasikan dan tidak bisa dinilai benar ataupun salah, tetapi sebagian
lagi sebenarnya sangat memungkinkan untuk diverifikasi dan bisa dinilai
benar ataupun salah. Kognitive miser adalah kecendrungan kita untuk tidak
berikir secara mendalam mengenai penilaian kita terhadap orang lain.
6. Komunikasi non verbal
Persepsi kita terhadap orang lain salah satunya dipengaruhi oleh komunikasi
nonverbal. Ketika kita berkomunikasi kita tidak saja menyampaikan pesan
yang bersifat verbal, tetapi juga pesan yang bersifat nonverbal. Kita tidak
pernah tidak mengomunikasikan sesuatu. Secara verbal boleh jadi tidak,
tapi secara nonverbal kita selalu berkomunikasi. Implikasinya, untuk
memahami orang dengan baik, selain memerhatikan kata-kata, kita pun
harus memerhatikan dan memahami komunikasi non-verbal.

C. Kognisi Sosial: Memahami dunia social


1. Inferensi social Inferensi adalah sebuah proses dimana kita mempelajari
tentang orang lain atau perilaku nya. Dalam mempelajari inferensi kita
dapat mengumpulkan data sosial 14 berupa: informasi sosial, penampil
fisik, petunjuk nonverbal, dan tindakantindakan orang lain.
2. Emosi dan inferensi Dalam hal tertentu emosi juga merupakan bagian
penting dari pengambilan keputusan, dan ketika orang mengabaikan
emosinya mereka mungkin akan mengambil keputusa yang bertentangan
dengan kepentingan mereka sendiri. Penalaran adalah proses untuk
menghasilkan inferensi dari fakta yang diketahui atau yang diasumsikan.
Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau implimentasi
berdasarkan informasi yang tersedia. Beberapa metode inferensi yang
digunakan diantaranya: Penalaran deduktif, Penalaran induksi, runut maju
(forward chaining),runut balik (Backward chaining).
3. Skema Skema sosial adalah struktur kognitif yang merepresentasikan
pengetahuan kita tentang suatu konsep stimulus, termasuk atribut dan
keterkaitan diantara atributatribut tersebut. Salah satu tujuan skema sosial
adalah menyederhanakan kompleksitas informasi mengenai kehidupan
sosial sehingga kita akan lebih mudah didalam memahami kompleksitas
kehidupan sosial tersebut dan komunikasi kita dengan kehidupan sosial
menjadi lebih efisien.
4. Pemrosesan Skematis
a. Perhatian atau Atensi (Attention) Skema berperan sebagai penyaring:
informasi yg konsisten dengan skema lebihdiperhatikan dan lebih
mungkin masuk ke kesadaran.
b. Pengkodean (Encoding) Informasi yg menjadi fokus atensi lebih
mungkin disimpan dalam memori jangka panjang, jadi informasi yg
konsisten dengan skema yg dikodekan.
c. Mengingat Kembali (Retrieval). Orang cenderung mengingat dan
menggunakan informasi yg konsisten denganskema lebih banyak
daripada informasi yg tidak sesuai dengan skema.
5. Jalan Pintas Mental: Menggunakan Heuristik Kognitif Herbert Simon,
seorang peneliti dalam bidang psikologi kognitif menjelaskan bahwa
manusia adalah “bounded rational agent”. Artinya, kapasitas pikiran
manusia dalam menganalisis risiko yang kompleks, pada hakikatnya sangat
terbatas. Terdapat alasan lebih rinci mengapa individu terkadang
menggunakan heuristik untuk menilai risiko, yakni:
a. Attribute substitution, ialah saat individu menggunakan pertanyaan yang
lebih sederhana untuk menjawab pertanyaan yang sulit dan kompleks
b. Effort reduction, ialah saat individu menggunakan heuristik sebagai
bentuk kemalasan kognitif untuk mengurangi kapasitas pikiran dalam
mengambil keputusan.
c. Fast and frugal, yakni dalam konteks tertentu, heuristik dapat membantu
pengambilan keputusan yang benar dan tepat meskipun dengan
informasi yang minim.
6. Skema mana yang dipakai faktor-faktor yang memengaruhi skenia yang
dipakai orang untuk menginterpretasikan informasi.
a. Pengetahuan (orang lain, diri kita, dll.)
b. Peran sosial (dosen, dokter, ibu rumah tangga, dll)
c. Peristiwa khusus (perang, pemilihan umum)
7. Kapan skema dipakai
a. Skema objek, yang membantu kita memahami dan menafsirkan objek
mati, termasuk apa itu objek dan cara kerjanya.
b. Skema orang, yang dibuat untuk membantu kita memahami orang-orang
tertentu.
c. Skema social, yang membantu kita memahami bagaimana berperilaku
dalam berbagai situasi sosial.
d. Skema peristiwa, juga disebut skrip, mencakup urutan tindakan dan
perilaku yang diharapkan selama peristiwa tertentu.
e. Skema diri , yang membantu kita memahami diri kita sendiri. Mereka
fokus pada apa yang kita ketahui tentang siapa diri kita sekarang, siapa
kita di masa lalu, dan siapa kita di masa depan.
f. Skema peran ,yang mencakup harapan kita tentang bagaimana seseorang
dalam peran sosial tertentu akan berperilaku.
8. Skema dalam Tindakan Penggunaan skema untuk pemrosesan informasi
adalah penting bukan hanya karena ia membantu orang untuk melakukan
penilaian dan mengambil keputusan bagaimana kita memperhatikan
informasi, menseleksi informasi, dan mengingat informasi yang kita terima.

Resume makalah kelompok 2


BELAJAR TENTANG DIRI, SIKAP DAN PERUBAHAN SIKAP,
PRASANGKA

A. Diri: Belajar Tentang Diri


1. Apa Itu Diri
James membedakan diri menjadi dua komponen yaitu “aku objek” (me)
dan “aku subjek” (I). “Aku objek” adalah keseluruhan diri seseorang yang
dapat disebut miliknya. “Me” dan “I” adalah diri global yang berlangsung
bersamaan. Mereka merupakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu
kesatuan yang sama; pembedaan antara pengalaman yang murni (I) dan isi
pengalaman (Me); antara pengenal dan yang dikenal. Menurut James diri ini
terdiri dari empat (4) komponen, yaitu:
a. Diri spiritual menyangkut kepuasan terhadap apa yang telah kita
lakukan, bukan terhadap apa yang kita punyai.
b. Diri kebendaan terdiri atas pakaian dan milik-milik kebendaan yang kita
lihat sebagai bagian dari kita.
c. Diri sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain.
Setiap individu memiliki banyak diri-diri sosial yang berbeda-beda,
sebanyak individuindividu dan group-group yang dianggap penting.
d. Diri badaniah ditempatkan terakhir. Diri badaniah berkaitan dengan
kondisi fisik seseorang, seperti tinggi, gemuk, pendek, berotot, mancung
atau pesek, kulit terang atau gelap , rambut lurus atau keriting.
Hal senada mengenai konsep diri dikemukakan oleh Cooley pada tahun
1902. Cooley menambahkan masyarakat sebagai faktor penting dalam
pembentukan konsep diri seseorang. eorinya yang terkenal adalah looking-
glassself, yaitu bagaimana konsep diri seseorang dipengaruhi oleh pendapat
orang lain terhadap dirinya. Dengan kata lain, konsep diri merupakan hasil
dari penilaian atau evaluasi terhadap diri sendiri dan pendapat orang lain
mengenai dirinya sendiri.
2. Dari mana asal pengetahuan diri
Pengetahuan diri seseorang bisa diketahui mengenai dirinya sendiri seperti
usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan dan lainnya Faktor-faktor
tersebut menempatkan individu kepada suatu kelompok sosial seperti
kelompok umur, suku bangsa, dan sebagainya. Akhirnya individu tersebut
mengidentifikasikan dengan kelompok sosial tersebut yang menambah
daftar julukan kita, seperti kelompok menengah atas, kelompok wanita karir
dan lainnya.
3. Aspek Aspek Pengetahuan Diri
Pudjijogjanti berpendapat bahwa konsep diri secara global terdiri dari tiga
aspek:
a. Konsep diri ini sulit untuk dirubah, karena sudah melekat.
b. Konsep diri mayor merupakan cara individu memahami konteks sosial,
fisik dan akademis dari dirinya.
c. Konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya
berkaitan dengan aktivitas dalam berkegiatan sosial, fisik dan akademis.
Konsep diri menurut Suryabrata memiliki beberapa aspek yaitu:
a. Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri.
b. Bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri.
c. Bagaimana orang menilai dirinya sendiri.
d. Bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk
menyempurnakan dan mempertahankan diri.
4. Regulasi Dan Diri
Regulasi diri diartikan sebagai suatu kemampuan individu dalam
mengendalikan diri terhadap dorogan-dorongan yang bersifat negatif dari
lingkungan ketika diri tidak memiliki kontrol dari manapun. Ada dua jenis
konsep diri negatif. Pertama, pandangan seseorang tentang dirinya sendiri
benar-benar tidak teratur, dia tidak memiliki perasaan kestabilan dan
keutuhan diri. Dia benar- benar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan
kelemahannya, atau apa yang dihargai dalam hidupnya. Kedua, konsep
dirinya hampir merupakan lawan dari yang pertama.
5. Teori Perbandingan Sosial
Teori perbandingan sosial ini pertama kali dirumuskan oleh leon festinger.
Menurut teori ini, proses saling memoengaruhi dan prilaku saling bersaing
dalam interaksi sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai
diri sendiri. Perbandingan sossial dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama
dengan membandingkan diri dengan orang lain yang memiliki level yang
lebih rendah dalam hal yang dibandingkan. Kedua membandingkan diri
dengan orang yang levelnya diatasnya.
6. Presentasi Diri
Presentasi diri adalah proses di mana individu melakukan pengendalian atau
pengelolaan kesan agar orang lain membentuk kesan tertentu mengenai
mereka dalam interaksi social dan berusaha untuk membentuk apa yang
dipikirkan orang lain tentang kita dan apa yang kita pikirkan tentang diri
kita sendiri.

B. Sikap dan Perubahan Sikap


1. Definisi Sikap Sikap didefinisikan sebagai evaluasi akan manusia, objek,
atau ide. Sikap seseorang merupakan hal yang penting karena sikap
menentukan apa yang akan ia lakukan.
2. Teori Sikap
a. Cognitively Based Attitude
b. Affectively Based Attitude
c. Behaviorally Based Attitude
3. Persuasi
Persuasi adalah proses yang kompleks, interaktif, dan berkesinambungan di
mana persuader dan persuadee dihubungkan oleh simbol baik verbal
maupun nonverbal, di mana persuader berusaha untuk mempengaruhi
persuadee untuk mengadopsi perubahan sikap atau perilaku tertentu.
4. Perubahan Sikap dari Waktu ke Waktu
Proses bagaimana persuadee mengolah pesan persuasi sehingga dapat
mengubah sikap tersebut menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Hal tersebut
dikarenakan kemampuan persuadee untuk mengolah pesan persuasi dapat
dengan berbagai cara atau mekanisme, ditambah dengan bagaimana
persuadee memahami atau memaknai pesan persuadee juga dapat berbeda
dan beragam, Ada dua cara di mana komunikasi persuasif dapat
menyebabkan perubahan sikap, yaitu rute sentral dan rute periperal yang
dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Rute Sentral. b. Rute Periperal
5. Sikap dan Prilaku
Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada
perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap
seseorang orang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan
diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau
keadaan yang dihadapkan kepadanya.

C. Prasangka
1. Komponen Antagonisme Kelompok
a. Stereotip (stereotype) merupakan jalan pintas dari proses mental dalam
memahami orang lain atau membuat penilaian terhadap orang atau
kelompok lain. Sebenarnya warga ingin 12 mempertahankan kekayaan
kultutal lokal.
b. prasangka (prejudice) dan diskriminasi (discrimination) Kedua konsep
tersebut diduga menjadi salah satu penyebab tetap berlangsungnya
berbagai pertikaian antar kelompok masyarakat, Prasangka sosial
yangsadar dilakukan karena kepentingan seseorang atau golongan
tertentu demi keuntungan.
2. Belajar Prasangka Prasangka memiliki kualitas suka-tidak suka yang sama
dengan dimensi afektif atau evaluatif yang telah dibahas dalam kaitannya
dengan kesan dan sikap. Tetapi prasangka memiliki kualitas tambahan
berupa penilaian pendahuluan (prejudgement). Pengamat menilai orang lain
berdasarkan kategori sosial atau kategori rasial mereka dan tidak
berdasarkan informasi atau fakta tentang diri mereka sebagai individu.
Karena itu, prasangka, sangat tidak masuk akal, dan bahkan mungkin tidak
logis atau tidak rasional.
3. Motif Prasangka
a. Konflik langsung antar kelompok
b. Pengalaman awal.
4. Indentitas Sosial
Identitas sosial merupakan bagian dari konsep diri individu yang berasal
dari pengetahuannya selama berada dalam kelompok sosial tertentu dengan
disertai internalisasi nilai-nilai, emosi, partisipasi, rasa peduli dan bangga
sebagai anggota kelompok tersebut. Identitas sosial seseorang terbentuk
melalui proses sosial sehingga membedakannya dengan orang lain dilihat
dari ciri-ciri sosial seperti kebiasaan berpakaian, gaya bahasa, kebiasaan
mengisi waktu luang, komunitas yang dibentuk, kebiasaan berbelanja dan
sebagainya.
5. Mengurangi Prasangka
a. Dengan cara mengadakan direct intergroup contact, seperti yang
dikemukakan oleh Allport yang dikenal dengan teori kontak (contact
theory).
b. Dengan cara mengadakan kerja sama atau cooperative interdependence,
Anggota suatu kelompok yang berprasangka terhadap kelompok lain,
diadakan kerja untuk mencapai tujuan bersama, mereka saling
bergantung satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama
tersebut, dengan demikian mereka saling berinteraksi satu sama lain.

Resume makalah kelompok 3


PENGARUH SOSIAL TERHADAP DAYA TARIK PERSONAL DAN
HUBUNGAN PERSONAL

A. Pengaruh sosial
1. Konformitas Conformity (konformitas) adalah tendensi untuk mengubah
keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain.
Jadi kita harus "menyesuaikan diri agar bisa akrab”. Mengikuti norma
kelompok sering menjadi syarat agar kita bisa diterima dan tercipta
kerukunan.
2. Kultur dan konformitas Konformitas dianggap akan menghilangkan
otonomi dan kontrol personal. Konformitas dianggap bukan sebagai respon
terhadap desakan sosial, tetapi sebagai cara untuk menjalin hubungan
dengan orang lain dan memenuhi kewajiban moral. Alasan lain dari
conformitas adalah keinginan agar diterima secara sosial. Ini dinamakan
normative influence (pengaruh normatif). Kita sering ingin agar orang lain
menerima diri kita, menyukai, dan memperlakukan kita dengan baik. Secara
bersamaan, kita ingin menghindari penolakan, pelecehan, atau ejekan.
Pengaruh normatif terjadi ketika kita mengubah perilaku kita untuk
menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar kita
diterima secara sosial.
3. Pengaruh minoritas Inovasi dalam kelompok Konformitas terhadap
mayoritas adalah aspek dasar dalam kehidupan sosial. Akan tetapi,
penekanan pada pengaruh mayoritas bukan berarti minority influence
(pengguna minoritas) tidak penting. Terkadang kubu minoritas yang kuat
dengan ide baru dan unik dapat mengubah pandangan mayoritas Studi-studi
awal menunjukkan bahwa pembangkangan bisa mereduksi konforta,
mengubah ide bahwa mayoritas "selalu kuat”. Penentangan ini
menyebabkan kemungkinan adanya pengaruh dari minoritas.
4. Ketundukan Compliance Ketundukan menenuhi permintaan orang lain)
didefinisikan sebagai melakukan apapun yang diminta orang lain, walaupun
kemungkinan tidak kita sukai. Ciri utama dari ketundukan adalah kemauan
merespons permerintahan orang lain atau kelompok lain.
5. Dasar kekuasaan sosial Salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan
untuk memberi hasil positif orang lain untuk membantu mendapatkan
tujuan yang diinginkan atau ditawarkan untuk memperoleh imbalan yang
bermanfaat.
a. Koersi dapat berupa paksaan fisik sampai ancaman hukuman atau tanda
ketidaksetujuan.
b. Keahlian seperti pengetahuan khusus, training, dan ketrampilan juga
dapat menjadi sumber kekuasaan,
c. Informasi atau argumen yang logis tentang tindakan yang seharusnya
mereka lakukan.
d. Kekuasaan rujukan sebagai basis pengaruh dengan relevansi pada relasi
personal atau kelompok adalah kekuasaan rujukan.

B. Daya Tarik Internasional


1. Kebutuhan untuk diterima
Kebutuhan untuk menjalin hubungan sosial adalah bagian dari warisan
volusi manusia. Misalnya bayi yang bergantung pada perawatan dan
pengasuhan. Mereka juga dilengkapi dengan kemampuan untuk membentuk
ikatan emosional dengan orang tuanya atau pengasuhnya. Karena hubungan
sosial penting bagi kehidupan manusia, tidak mengejutkan jika kesepian dan
penolakan sosial merupakan sumber utama dari penderitaan atau strcs
personal.
2. Kesepian
Ketika hubungan sosial kita kekurangan beberapa aspek penting, kita akan
merasakan penderitaan personal dari situasi loneliness (kesepian).
Kekurangan ini mungkin bersifat kuantitatif: kita mungkin tidak memiliki
teman atau hanya punya sedikit teman, atau mungkia juga bersifat kualitatif:
kita mungkin merasa hubungan kita sangat dangkal dan tidak memuaskan.
Kesepian dan kesendirian (aloness) merupakan hal yang berbeda.
3. Penolakan sosial
Penolakan oleh teman juga merupakan salah satu pengalaman paling
menyakitkan masa kanak-kanak dan dapat menyebabkan kesepian di
kalangan anak muda. Orang dewasa menggunakan penolakan sosial untuk
memenuhi dan mengubah perilaku orang lain, dengan intensitas yang
bervariasi.
4. Keterkaitan pada anak dan orang dewasa
a. Menjaga kedekatan (proximity maintenance).
b. Kegelisahan perpisahan (separation distress),
c. Orang yang dekat dengannya menjadi tempat berteduh" (safe heaven),
d. Orang yang dekat akan menjadi basis keamanan (secure base),
5. Keterkaitan romantis orang dewasa
Hubungan cinta anak dengan orang tuanya mungkin akan memengaruhi
caranya dalam menjalin hubungan asmara pada masa dewasa misalnya,
anak yang mendapat perhatian baik mungkin akan lebih berprasangka baik
terhadap orang lain. Keyakinan ini dikenal sebagai working model dari
hubungan. Erennan dan Shaver meringkaskan menggaSmbarkannya sebagai
berikut:
a. Secure adults Orang dewasa dalam kelompok ini merasa nyaman dan
memandang diri mereka sebagai orang yang pantas menerima perhatian
dan kasih sayang orang lain.
b. Avoidant adult Orang dewasa dalam kelompok ini merasa kurang
nyaman saat bersama orang lain atau kurang mempercayai pasangan
asmaranya.
c. Anxious atau ambivalent adults Orang dewasa tipe ini mencari intimasi
tetap mencemaskan cintanya tak terbalas.
6. Menjelaskan efek kedekatan
Kedekatan orang ini juga memengaruhi keseimbangan manfaat dan
kerugian interaksi, seperti yang ditekankan oleh teori pertukaran sosial.
Tidak perlu banyak usaha untuk berbincang dengan tetangga sebelah.
Bahkan meski tetangga sebelah itu tidak begitu menyenangkan, namun kita
menganggap akan lebih bermanfaat punya kawan tetangga itu ketimbang
orang yang jauh.
7. Pemilihan pasangan
Ketika ditanya apa yang mereka cari dalam diri partner jangka panjang,
orang biasaya tidak mengutamakan penampilan fisik dan biasanya akan
lebih mempertimbangkan kualitas personal yang sesuai. Kita menginginkan
pasangan yang hangat, baik, dan dapat dipercaya.
8. Apakah internet membangun koneksi sosial atau meningkatkan isolasi
sosial
Dalam sebuah survei, 94 persen pengguna internet mengatakan bahwa
Internet memudahkan mereka untuk berkomunikasi dengan keluarga dan
teman.12 Sebagai akibatnya, individu mungkin merasa bahwa mereka lebih
mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat
berinteraksi melalui internet.

C. Hubungan Personal
Ini bisa berupa hubungan dengan orang tua, kawan baik, guru, pasangan,
rekan kerja, atau bahkan semua hubungan.
1. Pengungkapan diri
Self-disclosure adalah tipe khusus dari percakapan dimana kita berbagi
informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain.Berbicara kepada teman
tentang problem akan membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang
sedang kita jalani.
2. Intimasi Seperti halnya cinta, "intimasi" adalah salah satu istilah umum
yang sulit didefinisikan dengan tepat. Intimasi tercipta ketika kita
memandang orang lain sebagai responsif.
3. Keseimbangan kekuasaan
Kekuasaan sosial berarti kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
perilaku, pikiran, atau perasaan orang lain.
4. Konflik
Proses yang terjadi ketika tindakan satu orang mengganggu tindakan orang
lain. Problem konflik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum:
a. Perilaku spesifik Perilaku spesifik dari pasangan. seorang istri mungkin
kesal karena suaminya lupa membelikan bedak titipannya.seorang istri
mungkin kesal karena suaminya.
b. Norma dan peran Hak dan tanggung jawab partner dalam suatu
hubungan.muncul akibat adanya janji yang tak ditepati, kurangnya
perhatian, atau diabaikannya tugas yang telah disepakati.
c. Disposisi personal Berfokus pada motif dan personalitas seseorang.
kesal karena pasangannya tampak malas, tidak disiplin, atau tidak peduli
pada hubungan mereka.
5. Komitmen
Dalam hubungan, mengajarkan kita untuk saling mendukung dan
memahami pasangan kita dalam suka maupun duka. Tiga faktor utama yang
mempengaruhi komitmen pada suatu hubungan yaitu, pertama komitmen
dipengaruhi oleh kekuatan daya tank pada partner atau hubungan tertentu,
kedua komitmen dipengaruhi oleh nilai dan prinsip moral kita perasaan
bahwa kita seharusnya tetap berada dalam suatu hubungan, dan ketiga
komitmen didasarkan pada kekuatan negatif atau penghalang yang
menyebabkan seseorang akan rugi besar jika meninggalkan hubungan.

Resume makalah kelompok 4


PERILAKU DALAM KELOMPOK, GENDER DAN PERILAKU MENOLONG

A. Perilaku Dalam Kelompok


1. Prilaku Ditengah-Tengah Orang Lain
Menurut Sopiah untuk dapat memahami perilaku individu dengan baik,
terlebih dahulu kita harus memahami karakteristik yang melekat pada
indvidu. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah ciri-ciri biografis,
kepribadian, persepsi dan sikap. Kast dan James, mengemukakan perilaku
adalah cara bertindak, ia menunjukkan tingkah laku seseorang. Pola
perilaku adalah mode tingkah laku yang dipakai seseorang dalam
melaksanakan kgiatankegiatannya.
Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif dimana seseorang
mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya. Oleh karena
kebutuhankebutuhan dan pengalaman seseorang itu seringkali berbeda
sifatnya, maka persepsi terhadap lingkungan juga akan berbeda.
2. Ciri Dasar Kelompok
a. Para anggota kelompok trsebut sangat tertarik pada kelompok, dan
mereka bersikap loyal terhadap anggotaanggotanya dan termasuk
didalamnya pihak pimpinan kelompok.
b. Para anggota dan pemimpin kelompok tersebut memiliki kepercayaan
dan keyakinan tinggi pada diri mereka masingmasing.
c. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok merupakan suatau integrasi da
ekspresi dari nilai-nilai relevan dan kebutuhankebutuhan anggotanya.
d. Seluruh aktivitas interaksi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan
kelompok tersebut berlangsung dalam suasana saling bantu membantu
e. Para anggota memiliki perasaan pasti dalam pengambilan keputusan
yang oleh mereka dianggap tepat
3. Kinerja Kelompok
Menurut Dishon and O‟Leary kerja kelompok adalah group of two five
students who are tied together by a common purpose to complete a task and
to include every group members atau yang berarti "sekelompok yang terdiri
atas dua atau lebih individu yang terikat satu sama lain yang didasarkan atas
tujuan bersama untuk menyelesaikan tugas tertentu dengan melibatkan
peran setiap anggotanya".
4. Pengertian Keputusan
Kelompok Keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik
jika dibuat oleh kelompok, sementara hal lain lebih cocok jika dibuat oleh
individu. Keputusan tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh
kelompok. Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat
membuat keputusan tak terprogram, yaitu:
a. Penetapan tujuan
b. Identifikasi alternatif
c. Evaluasi alternatif
d. Memilih alternatif
e. Implementasi keputusan
f. Suasana yang memungkinkan berkembangnya kreativitas mesti dibina
karena kelompok lebih cocok dibanding individu untuk keputusan tidak
terprogram.
5. Interaksi Kelompok: Kompetisi Vs Kerjasama
Hasil penelitian yang dilakukan oleh John M. Tauer (2004) yang
menguji efek dari kerjasama dan kompetisi terhadap kinerja menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja secara signifikan antara partisipan
yang diberi penugasan secara individu dengan partisipan yang diberi
penugasan secara berkelompok.
Teori kerjasama dan kompetisi pertama kali dikemukakan oleh Kurt
Lewin yang kemudian dikembangkan oleh Deutsch (1949), teori ini
mengemukakan 2 kondisi model penugasan yang berbeda dari bentuk
kerjasama dan persaingan. Pada kondisi model penugasan 7 kerjasama
individu satu dengan individu lain akan bekerja secara bersama saling
menunjang satu sama lain untuk mencapai tujuan berbeda dengan kondisi
penugasan persaingan dimana individu satu dengan individu lain akan
bersaing untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Kepemimpinan
Menurut Kadarusman kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga:
a. Self Leadership;
b. Team Leadership; dan
c. Organizational Leadership.
Self Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar
jangan sampai gagal menjalani hidup. kepemimpinan merupakan suatu
kegiatan untuk memengaruhi orang lain.
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling memengaruhi
antara pemimpin dan pengikutnya. Walaupun cukup sulit menggeneralisir,
pada prinsipnya kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang
memengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan.

B. Gender
1. Stereotip Gender
Gender dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana individu yang lahir
secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang kemudian
memperoleh pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui
atribut-atribut maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-
nilai atau sistem dan simbol di masyarakat yang bersangkutan.
2. Gender Dan Diri
Secara etimologis kata ‘gender’ berasal dari bahasa Inggris yang berarti
'jenis kelamin'. Kata ‘gender’ bisa diartikan sebagai ‘perbedaan yang
tampak antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku. Secara
terminologis, ‘gender’ bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya
terhadap laki- laki dan perempuan. Definisi lain tentang gender
dikemukakan oleh Elaine Showalter. Menurutnya, ‘gender’ adalah
pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya.
3. Perspektif Teoritis Tentang Gender
a. Teori Struktural Fungsional
b. Teori Sosial Konflik
c. Teori Feminisme Liberal
d. Membandingkan Perilaku Sosial Perempuan Dan Pria
4. Peran Wanita Dan Pria Yang Terus Berubah
Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam
waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan
perempuan mungkin dapat dipertukarkan. Jika peran gender dianggap
sebagai sesuatu yang bisa berubah dan bisa disesuaikan dengan kondisi
yang dialami seseorang, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk
menganggap aneh seorang suami yang pekerjaan sehari-harinya memasak
dan mengasuh anak-anaknya, sementara istrinya bekerja di luar rumah.

C. Perilaku Menolong
1. Mendifiniskan Altruisme Dan Perilaku Porposial
Secara khusus, altruisme adalah tingkah laku prososial yang dimotivasi
oleh keinginan membantu orang lain karena perhatian murni terhadap
kebutuhan mereka. Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang
tanpa pamrih atau tidak mementingkan din sendiri sampai tindakan
menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh diri sendiri.
2. Prespektif Teoritis Tentang Tolong Menolong
Perilaku menolong merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan untuk memberikan keuntungan dan meningkatkan
kualitas hidup kepada orang lain yang diberikan secara pamrih atau tidak
pamrih, terpaksa atau tidak terpaksa dan tergantung pada keadaan serta
situasi pada saat melakukan tindakan menolong.
3. Sipenolong: Siapa Yang Mungkin Menolong
Clarke mendefinisikan perilaku menolong sebagai sebuah bagian dari
perilaku prososial yang dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan
untuk memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang.
4. Intervensi Orang Sekitar:Membantu Orang Asing
Dalam Membutuhkan Telah dikemukakan bahwa membantu tanpa
adanya imbalan yang jelas muncul dari mekanisme psikologis terdekat yang
menjadikan membantu orang lain secara subyektif bermanfaat bagi
pelakunya.
5. Merawat: Membantu Keluarga Dan Teman
Menurut Afolabi individu yang memiliki interaksi anggota keluarga
yang baik akan menunjukkan perilaku prososial yang tinggi. Interaksi orang
tua-anak yang menunjukkan adanya kehangatan, kelekatan, dan dukungan
dapat meningkatkan kecenderungan seorang remaja melakukan perilaku
prososial. Selain keluarga, remaja juga berinteraksi dengan temannya, yaitu
dengan adanya afeksi antara remaja dengan temannya dan juga ditemukan
adanya hubungan positif dengan perilaku prososial remaja.
6. Mencari Dan Menerima Pertolongan
Allah Subḥānahu wa Ta'ala mengajak untuk saling tolongmenolong
dalam kebaikan dengan beriringan ketakwaan kepadaNya. Sebab, dalam
katakwaan terkandung ridha Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-
orang akan menyukai. Barang siapa memadu- kan antara ridha Allah dan
ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan
baginya sudah melimpah.

Resume makalah kelompok 5


PSIKOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN, PSIKOLOGI SOSIAL DAN
HUKUM

A. Psikologi Sosial dan Kesehatan


1. Prilaku Sehat
Menurut Soekidjo yang dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati langsung. Menurut Solita Sarwono perilaku manusia
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
Tindakan. perilaku adalah respons/reaksi seorang individu terhadap
sitimulus yang berasal atau dari dalam dirinya. Batasan atau arti sehat
secara umum dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) yang
dikutip oleh Soekidjo sehat adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental,
maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Perilaku hidup sehat di dalamnya terdapat lima faktor yaitu perilaku
terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap kebersihan diri, perilaku
terhadap kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit dan penyakit serta
perilaku hidup yang teratur.
2. Coping Kejadian yang Membuat Stres
Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya
tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi
kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau
dari luar. Banyak hal yang bisa dilakukan atau digunakan individu untuk
mengurangi stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi problema
kehidupan yaitu melalui coping stres.
a. Coping Psikologis yaitu reaksi persepsi atau penerimaan individu
terhadap stresor artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan individu
serta keefektifan strategi coping yang digunakan.
b. Coping psikososial yaitu reaksi psikososial terhadap adanya stimulus
stress yang diterima atau dihadapi oleh individu.
3. Gejala, Penyakit, dan Perawatan
Gejala atau simtom dalam hal penyakit ialah pengindikasian keberadaan
sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan, berbentuk
tanda-tanda atau ciri-ciri penyakit dan dapat dirasakan, seperti misalnya
perasaan mual atau pusing. Penyakit umum / penyakit adalah gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau kelainan jaringan pada
organ tubuh manusia. Penyebab penyakit umum biasanya karena pola hidup
yang tidak sehat, walaupun pada umumnya penyakit yang sering terjadi
tergolong ringan dan berdampak biasa saja pada tubuh seseorang.
4. Psikologi Sosial Tentang Penyakit Kronis
Istilah kronis digunakan untuk menjelaskan suatu penyakit yang bisa
diderita dalam kurun waktu yang lama atau berkembang secara perlahan-
lahan. Selain dari lamanya penyakit diderita, penyakit kronis terbilang lebih
kompleks, dan menyebabkan adanya penurunan kondisi kesehatan
seseorang secara bertahap. Istilah Psikososial menggambarkan hubungan
antara kondisi seseorang dengan kesehatan mental dan emosinal
(melibatkan sosial dan psikologis.

B. Psikologi Sosial dan Hukum


1. Psikologi Sosial dan Hukum
Salah satu bidang dalam psikologi khusus adalah psikologi hukum.
Psikologi dan hukum merupakan dua disiplin yang terpisah namun terdapat
beberapa benang merah di antara keduanya. Dalam hal ini tujuan psikologi
adalah untuk memahami perilaku dan hukum memiliki tujuan untuk
mengatur atau meregulasi perilaku. Bidang yang dapat dikatakan
mengantarai kedua disiplin yang berbeda tersebut adalah psikologi hukum.
Dalam bidang-bidang psikologi utama para ahli psikologi hukum dapat
menerapkan kajian- kajian:
a. Psikologi sosial dalam bidang hukum (saksi ahli dalam sebuah perilaku
agresi).
b. Psikologi pendidikan dalam bidang hukum (edukasi masyarakat dalam
lapangan literasi hukum).
c. Psikologi klinis dalam bidang hukum (pemeriksaan status kesehatan
mental dan kepribadian pelaku terkait kasuskasus tindak kriminal).
2. Identifikasi Saksi Mata dan Kesaksian
Saksi adalah manusia biasa, maka banyak hal yang mempengaruhi
kesesuaian antara kesaksian yang diberikan dan fakta yang sebenarnya
terjadi. Ketidaksesuaian ini bersumber pada tiga hal, yakni:
a. keterbatasan kemampuan otak si saksi dalam mengolah, merekam, dan
mengingat informasi,
b. bias yang terjadi dalam persepsi hakim di dalam menilai kebenaran
kesaksian, dan
c. cara penggalian informasi di ruang pengadilan.
Dalam beberapa penelitian ternyata banyak faktor non-hukum yang
terlibat di dalam menilai keabsahan suatu kesaksian. Faktor tersebut adalah
jenis kelamin, suku bangsa, status sosial ekonomi, ketampanan dan perilaku
di ruang pengadilan, dan usia si saksi.
a. Jenis kelamin saksi.
b. Suku bangsa (etnik).
c. Status sosial ekonomi
d. Ketampanan dan perilaku di ruang sidang
e. Ketampanan dan perilaku di ruang siding
f. Usia
3. Pembelaan Kriminal
Isu penting dalam pembelaan kriminal ada dua yaitu: pengakuan palsu
dan deteksi kebohongan.
a. Pengakuan Palsu
Kassin dan Wrightman (1985) mengidentifikasi tiga tipe pengakuan
palsu yaitu ada voluntary false confession (pengakuan palsu sukarela);
misalnya, seorang ayah mungkin mengaku melakukan kejahatan agar
anaknya tidak asuk penjara. Coerced-complain false confession
(pengakuan palsu terpaksa) terjadi ketika seseorang ditekan atau dipaksa
agar mengaku bersalah, tetapi secara pribadi tetap merasa tidak bersalah.
Coerced-internalized false confession (pengakuan palsu yang dipaksa
dari dalam) terjadi ketika orang merasa melakukan tindak kejahatan
yang sebenarnya tidak mereka lakukan.
Teknik bertanya tertentu juga mungkin memperbesar kemungkinan
pengakuan palsu. Salah satu teknik, minimization (minimisasi) adalah
penyidik sengaja menurunkan signifikasi kejahatan agar pengakuan
tampak kurang serius.
b. Deteksi Kebohongan
Kesulitan penegak hukum dalam mendeteksi kebohongan tampak
sangat problematis jika kita mempertimbangkan resiko tinggi dalam
investigasi kejahatan. Salah satu teknik yang lazim digunakan dalam
mendeteksi kebohongan adalah poligraf atau “detector kebohongan”.
Akan tetapi akurasi tes poligraf masih diperdebatkan, namun
berdasarkan jurnal internasional, hasil tes kebohongan menggunakan
poligraf memiliki tingkat akurasi di atas 90%.
4. Pemilihan Juri dan Pengambilan Keputusan
a. Pemilihan Juri
Juri adalah orang awam di bidang hukum yang diharapkan untuk
mendengar bukti, dan kemudian mengevaluasi kredibilitas dan
keandalannya, untuk mencapai keputusan dengan cara yang adil dan
tidak memihak. Pada awal pengadilan, sebuah proses yang disebut vior
dire dilakukan untuk memiih para juri. Selain itu, jaksa dapat
menggunakan peremptory challenges terbatas untuk mengeluarkan juri
tanpa memberi tahu alasan. Alasan di balik peremptory challenges
adalah jaksa akan mampu mengeliminasi juri yang bereaksi secara berat
sebelah.
Sikap Terhadap Hukuman Mati dan Dead Qualification. Dalam
kasus hukuman mati, vior dire sering dipakai untuk mengeliminasi
calon juri yang tidak mendukung hukuman mati. Pendukung proses
dead qualification ini mengklaim bahwa juri yang tidak mendukung
hukuman mati sangat mungkin mendukung tersangka yang bersalah
agar tidak mendapat hukuman mati. Akan tetapi, penentang hukuman
mati menegaskan bahwa penyingkiran orang yang menentang hukuman
mati menyebabkan bias.
b. Model Cerita dalam Pengambilan Keputusan Juri
Pennington dan Hastie (1988, 1992; Hastie & Pennington, 2000)
mengusulkan story model (model cerita) sebagai cara untuk menjelaskan
pembuat keputusan juri. Menurut model ini, juri menggunakan bukti
yang disajikan di pengadilan untuk menciptakan cerita tentang kejadian
perkara. Secara spesifik, juri yang ceritanya mirip dengan tuduhan
korban akan memutuskan tersangka bersalah, sedangkan juri yang
ceritanya sama dengan pembelaan tersangka akan memutuskan tidak
bersalah.
c. Factor yang Mempengaruhi Pembuatan Keputusan
Beberapa orang mengklaim bahwa banyaknya pre-trial publicity
(publisitas prapengadilan) seputar kasus menarik telah melanggar hak
konstitusional itu karena menyebabkan bias pada juri sebelum
pengadian dimulai. Publisitas prapengadilan juga menyebabkan juri
melihat bukti bukti yang mungkin tidak diterima pengadilan. Publisitas
prapengadilan juga mempengaruhi penilaian terhadap kasus umum,
seperti gugatan perdata.
d. Bukti yang Tidak Boleh Dihadirkan
Ada beber apa alasan mengapa juri mungkin mempertimbangkan
bukti yang seharusnya diabaikan. Character evidence (bukti karakter),
yakni bukti tentang karakter dan kecendrungan tersangka. Dalam situasi
tertentu, pembela dapat menghadirkan saksi untuk menjelaskan karakter
positif dari tersangka yang menunjukkan bahwa dia tak mungkin
melakukan kejahatan. Paradoksnya, penggunaan bukti karakter mungkin
justru meningkatkan kemungkinan tersangka untuk dijatuhi hukuman.
Hasil ironis ini terjadi karena penuntut diperbolehkan untuk mengecek
silang karakter yang dikatakan oleh saksi itu. Riset menunjukkan bahwa
tersangka lebih mungkin dipuuskan bersalah jika juri mendengar
kesaksian karakter positif yang dicek silang dengan karakter negative
(Hunt & Budesheim, 2004). Jadi memberitahukan bukti karakter dapat
beresiko merugikan tersangka.
Karakteristik tersangka. System hukum AS didasarkan pada ide
bahwa setiap orang adalah setara dihadapan hukum. Satu satunya bukti
yang mempengaruhi keputusan juri atas tersangka adalah bukti yang
dianjurkan. Sebuah meta-analisis terhadap 80 keputusan juri
menemukan bahwa tersangka yang secara fisik menarik lebih sedikit
kemungkinannya dihukum bersalah ketimbang tersangka yang fisiknya
kurang menarik.
Pemahaman instruksi Judisial. Sebelum juri mempertimbangkan,
hakim memberi mereka instruksi tentang isu isu seperti bukti apa yang
diperbolehkan untuk dipertimbangkan dan tuduhan apa yang dapat
diberikan. Akan tetapi, banyak studi terhadap pengadilan riil dan
pengadilan simulasi menunjukkan bahwa para juri kesulitan memahami
dan mengaplikasikan instruksi itu.
5. Kontribusi Psikolog Sosial pada Sistem Hukum
Sejauh ini, terdapat empat (kemungkinan) bentuk kontribusi psikologi
dalam praktek beracara di persidangan sebagai berikut:
a. Sebagai saksi ahli, dimana psikolog (atau orang yang memiliki keahlian
dalam bidang psikologi) memberikan keterangan ahli di depan
persidangan sebagaimana dimintakan oleh hakim, jaksa atau pengacara.
b. Sebagai pemberi nasehat ahli diluar persidangan untuk halhal yang
terkait dengan persidangan pada umumnya.
c. Sebagai hakim ad-hoc, yakni para psikolog profesional yang karena
keahliannya diminta bertugas sebagai hakimanggota dalam majelis
hakim yang menyidangkan kasus tertentu.
d. Sebagai pendidik para calon hakim atau pemberi penyegaran pada
hakim senior, yang difokuskan menjadi sebuah awareness course terkait.

Anda mungkin juga menyukai