Oleh:
2211080004
Kelas 3.A
C. Prasangka
1. Komponen Antagonisme Kelompok
a. Stereotip (stereotype) merupakan jalan pintas dari proses mental dalam
memahami orang lain atau membuat penilaian terhadap orang atau
kelompok lain. Sebenarnya warga ingin 12 mempertahankan kekayaan
kultutal lokal.
b. prasangka (prejudice) dan diskriminasi (discrimination) Kedua konsep
tersebut diduga menjadi salah satu penyebab tetap berlangsungnya
berbagai pertikaian antar kelompok masyarakat, Prasangka sosial
yangsadar dilakukan karena kepentingan seseorang atau golongan
tertentu demi keuntungan.
2. Belajar Prasangka Prasangka memiliki kualitas suka-tidak suka yang sama
dengan dimensi afektif atau evaluatif yang telah dibahas dalam kaitannya
dengan kesan dan sikap. Tetapi prasangka memiliki kualitas tambahan
berupa penilaian pendahuluan (prejudgement). Pengamat menilai orang lain
berdasarkan kategori sosial atau kategori rasial mereka dan tidak
berdasarkan informasi atau fakta tentang diri mereka sebagai individu.
Karena itu, prasangka, sangat tidak masuk akal, dan bahkan mungkin tidak
logis atau tidak rasional.
3. Motif Prasangka
a. Konflik langsung antar kelompok
b. Pengalaman awal.
4. Indentitas Sosial
Identitas sosial merupakan bagian dari konsep diri individu yang berasal
dari pengetahuannya selama berada dalam kelompok sosial tertentu dengan
disertai internalisasi nilai-nilai, emosi, partisipasi, rasa peduli dan bangga
sebagai anggota kelompok tersebut. Identitas sosial seseorang terbentuk
melalui proses sosial sehingga membedakannya dengan orang lain dilihat
dari ciri-ciri sosial seperti kebiasaan berpakaian, gaya bahasa, kebiasaan
mengisi waktu luang, komunitas yang dibentuk, kebiasaan berbelanja dan
sebagainya.
5. Mengurangi Prasangka
a. Dengan cara mengadakan direct intergroup contact, seperti yang
dikemukakan oleh Allport yang dikenal dengan teori kontak (contact
theory).
b. Dengan cara mengadakan kerja sama atau cooperative interdependence,
Anggota suatu kelompok yang berprasangka terhadap kelompok lain,
diadakan kerja untuk mencapai tujuan bersama, mereka saling
bergantung satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama
tersebut, dengan demikian mereka saling berinteraksi satu sama lain.
A. Pengaruh sosial
1. Konformitas Conformity (konformitas) adalah tendensi untuk mengubah
keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain.
Jadi kita harus "menyesuaikan diri agar bisa akrab”. Mengikuti norma
kelompok sering menjadi syarat agar kita bisa diterima dan tercipta
kerukunan.
2. Kultur dan konformitas Konformitas dianggap akan menghilangkan
otonomi dan kontrol personal. Konformitas dianggap bukan sebagai respon
terhadap desakan sosial, tetapi sebagai cara untuk menjalin hubungan
dengan orang lain dan memenuhi kewajiban moral. Alasan lain dari
conformitas adalah keinginan agar diterima secara sosial. Ini dinamakan
normative influence (pengaruh normatif). Kita sering ingin agar orang lain
menerima diri kita, menyukai, dan memperlakukan kita dengan baik. Secara
bersamaan, kita ingin menghindari penolakan, pelecehan, atau ejekan.
Pengaruh normatif terjadi ketika kita mengubah perilaku kita untuk
menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar kita
diterima secara sosial.
3. Pengaruh minoritas Inovasi dalam kelompok Konformitas terhadap
mayoritas adalah aspek dasar dalam kehidupan sosial. Akan tetapi,
penekanan pada pengaruh mayoritas bukan berarti minority influence
(pengguna minoritas) tidak penting. Terkadang kubu minoritas yang kuat
dengan ide baru dan unik dapat mengubah pandangan mayoritas Studi-studi
awal menunjukkan bahwa pembangkangan bisa mereduksi konforta,
mengubah ide bahwa mayoritas "selalu kuat”. Penentangan ini
menyebabkan kemungkinan adanya pengaruh dari minoritas.
4. Ketundukan Compliance Ketundukan menenuhi permintaan orang lain)
didefinisikan sebagai melakukan apapun yang diminta orang lain, walaupun
kemungkinan tidak kita sukai. Ciri utama dari ketundukan adalah kemauan
merespons permerintahan orang lain atau kelompok lain.
5. Dasar kekuasaan sosial Salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan
untuk memberi hasil positif orang lain untuk membantu mendapatkan
tujuan yang diinginkan atau ditawarkan untuk memperoleh imbalan yang
bermanfaat.
a. Koersi dapat berupa paksaan fisik sampai ancaman hukuman atau tanda
ketidaksetujuan.
b. Keahlian seperti pengetahuan khusus, training, dan ketrampilan juga
dapat menjadi sumber kekuasaan,
c. Informasi atau argumen yang logis tentang tindakan yang seharusnya
mereka lakukan.
d. Kekuasaan rujukan sebagai basis pengaruh dengan relevansi pada relasi
personal atau kelompok adalah kekuasaan rujukan.
C. Hubungan Personal
Ini bisa berupa hubungan dengan orang tua, kawan baik, guru, pasangan,
rekan kerja, atau bahkan semua hubungan.
1. Pengungkapan diri
Self-disclosure adalah tipe khusus dari percakapan dimana kita berbagi
informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain.Berbicara kepada teman
tentang problem akan membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang
sedang kita jalani.
2. Intimasi Seperti halnya cinta, "intimasi" adalah salah satu istilah umum
yang sulit didefinisikan dengan tepat. Intimasi tercipta ketika kita
memandang orang lain sebagai responsif.
3. Keseimbangan kekuasaan
Kekuasaan sosial berarti kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
perilaku, pikiran, atau perasaan orang lain.
4. Konflik
Proses yang terjadi ketika tindakan satu orang mengganggu tindakan orang
lain. Problem konflik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum:
a. Perilaku spesifik Perilaku spesifik dari pasangan. seorang istri mungkin
kesal karena suaminya lupa membelikan bedak titipannya.seorang istri
mungkin kesal karena suaminya.
b. Norma dan peran Hak dan tanggung jawab partner dalam suatu
hubungan.muncul akibat adanya janji yang tak ditepati, kurangnya
perhatian, atau diabaikannya tugas yang telah disepakati.
c. Disposisi personal Berfokus pada motif dan personalitas seseorang.
kesal karena pasangannya tampak malas, tidak disiplin, atau tidak peduli
pada hubungan mereka.
5. Komitmen
Dalam hubungan, mengajarkan kita untuk saling mendukung dan
memahami pasangan kita dalam suka maupun duka. Tiga faktor utama yang
mempengaruhi komitmen pada suatu hubungan yaitu, pertama komitmen
dipengaruhi oleh kekuatan daya tank pada partner atau hubungan tertentu,
kedua komitmen dipengaruhi oleh nilai dan prinsip moral kita perasaan
bahwa kita seharusnya tetap berada dalam suatu hubungan, dan ketiga
komitmen didasarkan pada kekuatan negatif atau penghalang yang
menyebabkan seseorang akan rugi besar jika meninggalkan hubungan.
B. Gender
1. Stereotip Gender
Gender dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana individu yang lahir
secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang kemudian
memperoleh pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui
atribut-atribut maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai-
nilai atau sistem dan simbol di masyarakat yang bersangkutan.
2. Gender Dan Diri
Secara etimologis kata ‘gender’ berasal dari bahasa Inggris yang berarti
'jenis kelamin'. Kata ‘gender’ bisa diartikan sebagai ‘perbedaan yang
tampak antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku. Secara
terminologis, ‘gender’ bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya
terhadap laki- laki dan perempuan. Definisi lain tentang gender
dikemukakan oleh Elaine Showalter. Menurutnya, ‘gender’ adalah
pembedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya.
3. Perspektif Teoritis Tentang Gender
a. Teori Struktural Fungsional
b. Teori Sosial Konflik
c. Teori Feminisme Liberal
d. Membandingkan Perilaku Sosial Perempuan Dan Pria
4. Peran Wanita Dan Pria Yang Terus Berubah
Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam
waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan
perempuan mungkin dapat dipertukarkan. Jika peran gender dianggap
sebagai sesuatu yang bisa berubah dan bisa disesuaikan dengan kondisi
yang dialami seseorang, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk
menganggap aneh seorang suami yang pekerjaan sehari-harinya memasak
dan mengasuh anak-anaknya, sementara istrinya bekerja di luar rumah.
C. Perilaku Menolong
1. Mendifiniskan Altruisme Dan Perilaku Porposial
Secara khusus, altruisme adalah tingkah laku prososial yang dimotivasi
oleh keinginan membantu orang lain karena perhatian murni terhadap
kebutuhan mereka. Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang
tanpa pamrih atau tidak mementingkan din sendiri sampai tindakan
menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh diri sendiri.
2. Prespektif Teoritis Tentang Tolong Menolong
Perilaku menolong merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan untuk memberikan keuntungan dan meningkatkan
kualitas hidup kepada orang lain yang diberikan secara pamrih atau tidak
pamrih, terpaksa atau tidak terpaksa dan tergantung pada keadaan serta
situasi pada saat melakukan tindakan menolong.
3. Sipenolong: Siapa Yang Mungkin Menolong
Clarke mendefinisikan perilaku menolong sebagai sebuah bagian dari
perilaku prososial yang dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan
untuk memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang.
4. Intervensi Orang Sekitar:Membantu Orang Asing
Dalam Membutuhkan Telah dikemukakan bahwa membantu tanpa
adanya imbalan yang jelas muncul dari mekanisme psikologis terdekat yang
menjadikan membantu orang lain secara subyektif bermanfaat bagi
pelakunya.
5. Merawat: Membantu Keluarga Dan Teman
Menurut Afolabi individu yang memiliki interaksi anggota keluarga
yang baik akan menunjukkan perilaku prososial yang tinggi. Interaksi orang
tua-anak yang menunjukkan adanya kehangatan, kelekatan, dan dukungan
dapat meningkatkan kecenderungan seorang remaja melakukan perilaku
prososial. Selain keluarga, remaja juga berinteraksi dengan temannya, yaitu
dengan adanya afeksi antara remaja dengan temannya dan juga ditemukan
adanya hubungan positif dengan perilaku prososial remaja.
6. Mencari Dan Menerima Pertolongan
Allah Subḥānahu wa Ta'ala mengajak untuk saling tolongmenolong
dalam kebaikan dengan beriringan ketakwaan kepadaNya. Sebab, dalam
katakwaan terkandung ridha Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-
orang akan menyukai. Barang siapa memadu- kan antara ridha Allah dan
ridha manusia, sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan
baginya sudah melimpah.