Anda di halaman 1dari 30

Tugas Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah:
Bimbingan Konseling Sosial

Dosen Pengampu: Nova Erlina, M. Ed.

Disusun oleh:
Ilham Ferdy Pratama
22110890211
KELAS: A/III

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN
LAMPUNG 1444H/2023
MATERI I

Teori Dan Metode Dalam Psikologi Sosial, Membentuk Kesan Terhadap Orang
Lain, Memahami Dunia Sosial.

A. Teori Dan Metode Dalam Psikologi Sosial

1. Pendekatan Psikologi Sosial

Psikologi sosial merupakan studi ilmiah tentang bagaimana individu


berpikir, merasa, berperilaku, mempelajari bagaimana kita memandang orang
lain dan peristiwa sosial, bagaimana kita mempengaruhi orang lain, dan untuk
mempelajar, sifat dari hubungan social. Psikolog sosial telah mempelajari
persepsi dan sikap bagaimana orang memandang dirinya sendiri dan orang lain,
bagaimana orang mengintegretasikan perilaku orang lain, dan bagaimana sikap
mereka terbentuk dan berubah. lebih fokus pada interaksi antar orang, termasuk
masalah persahabatan dan altruisme,prasangka dan agresi, serta konformitas
(kepatuhan) dan kekuasaan. Berdasarkan definisi ini, terdapat beberapa poin
penting dari psikologi sosial sebagai berikut:
a. Studi ilmiah

Psikologi sosial menggunakan metode ilmiah yang sistematis, seperti


observasi yang sistematis, deskripsi dan pengukuran untuk mempelajari
kondisi manusia.
b. Bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku

Psikologi sosial fokus pada beragam topik yang luar biasa mempelajari
tentang manusia, seperti antropologi, ilmu komunikasi, ilmu ekonomi, ilmu
politik, dan sosiologi. Semua bidang studi ini, termasuk psikologi sosial
digolongkan sebagai ilmu-ilmu sosial.

c. Dalam konteks atau situasi sosial.


Menurut Stephan selanjutnya mengusulkan suatu perspektif dalam
pembelajaran psikologi sosial, yaitu perspektif psikologi dan sosiologi
dalam mempelajari psikologi sosial dan keduanya masih bernama psikologi
sosial. Satu sisi lebih menekankan pada perspektif psikologis, yaitu
psychological social psychology dan sisi lainnya menekan-kan perspektif
sosiologis yaitu sociological social psychology.
Shaw & Costanzo menyatakan bahwa sejak awal, psikologi sosial
adalah disiplin yang terbagi, sebagian cenderung memilah psikologi sosial
yang psikologis dan sebagian psikologi sosial yang sosio-logis.
Seperti yang tertuang dalam hadis yang di riwayatkan oleh Sahih al-
Bukhari "Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (Sahih al-
Bukhari). Dan juga tertuang dalam Q.S An-Nahl ayat 90 yang artinya
berbunyi: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan)
perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
2. Akar Hipotesis Psikologi Sosial

Pada awal 1900-an, ada tiga perspektif teori utama yang dikebangkan oleh
para psikolog, masing-masing meninggalkan warisan penting pada psikologi
sosial kontemporer.
Sigmund Freud, hapak pendin psychoanalytic theory iteon psikoanalitik),
Freud mengatakan bahwa perilaku dimoti- dari dalam oleh dorongan dan
impuls aternal yang kuar seperti seksualitas dan resi Dia juga percaya bahwa
perilaku orang dewasa dibentuk oleh konflik psikologis yang belum
terselesaikan yang dapa dirunit kembali hingga ke pengalaman asa kanak-
kanak dalam keluarga. Teori utama kedua adalah behaviorism Chehaviorisme),
yang menawarkan per- pektif yang berbeda tentang pengalaman inanusia.
Teorki ini dikembangkan oleh Ivan Pavlov, B. F. Skinner, dan rekan-rekannya.
Teori behaviorisme lebih fokus ada perilaku manusia dan hewan yang dapat
diamati mempelajari hal-hal yang dapat diliat dan diukur secara langsung,
mereka berpendapat bahwa perilaku saat ini adalah hasil dari proses belajar di
masa lalu.
3. Teori-teori Dalam Psikologi Sosial

a. Kenrick menyatakan bahwa psikologi sosial merupakan studi ilmiah yang


mempelajari tentang bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan
berperilaku yang dipengaruhi oleh orang lain.
b. Kenrick menekankan orang lain sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku
individu,
c. sedangkan Kassin, dkk. menekankan situasi sosial sebagai setting terjadinya
perilaku.
d. Baron dan Byrne menyatakan bahwa psikologi sosial merupakan ilmu
pengetahuan yang berusaha memahami asal-usul dan penyebab terjadinya
perilaku dan pemikiran individu dalam kontekssosial. Situasi sosial adalah
situasi dimana terdapat kehadiran orang lain secara nyata maupun imajinasi.
4. Metode dalam Psikologi Sosial

Rogers (2003) menyatakan ada bebe-rapa metode penelitian yang digunakan


dalam psikologi sosial.
a. metode induktif. Secara ontologis menegaskan bahwa dunia sosial ada “di
luar” tindakan manusia, dan secara epistemologis meng-anut paham
positifisme, dengan tujuan mengobservasi dunia sosial dan mengidentifikasi
keteraturan sistematis dalam sebab dan akibat antara beberapa variabel yang
kita observasi, untuk mengembangkan sua-tu hukum universal dan
kemudian meng-ujinya.
b. metode deduktif, yang secara epistemologis menganut paham rasionalis-me
dan secara ontologis menempatkan diri dalam posisi bahwa fenomena yang
satu berhubungan dengan fenomena yang lain.
c. metode retroductive, yang secara epistemologis bersifat realism kritis,
bertujuan untuk memperoleh pemahaman dari realitas sosial melalui
pengamatan terhadap kejadian-kejadian teratur dan menghasilkan model
untuk menjelaskan-nya.
d. metode abductive, yang secara epistemologis adalah relativiskritis, bertujuan
mengamati anomali-ano-mali yang ada, menemukan mengapa dan
bagaimana berbagai realitas sosial terben-tuk dan digunakan untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi.

B. Persepsi Orang: Membentuk Kesan Terhadap Orang Lain

1. Informasi yang kita gunakan

dalam hal ini Melihat sekilas foto seseorang atau orang yang lewat di jalanan
akan mem- beri kita gagasan tentang seperti apa orang itu. Bahkan mendengar
nama saja membuat kita membayangkan seperi apa orang tersebut. Ketika dua
orang bertemu, bahkan hanya sebentar, mereka sama-sania membentuk kesan
terhadap satu sama lain.

2. Mengintegrasikan kesan

Pendekatan teoritis utama terhadap pembentukan kesan dan masalah


integrasi informasi adalah pendekatan Gestalt dan pendekatan aljabar kognitif.
Teori Gestalt menyatakan bahwa orang mengadopsi strategi konfigurasi di
mana mereka menilai seluruh larik informasi dan, kemudian, membentuk
interpretasi teoretis yang mengintegrasikan semua bagian data yang terpisah
menjadi satu kesatuan yang koheren. Pendekatan ini sering kali melibatkan
interpretasi ulang beberapa data dan mendiskontokan informasi lainnya.
3. persepsi orang yang termotivasi

Persepsi merupakan proses mensyaratkan objek pemaknaan terhadap


stimulus. Sebagai objek persepsi self bukanlah objek tunggal Secara umum
aspek- aspek dari self itu bisa dikategorikan menjadi empat kategori: aspek
fisik, psikologis, sosial- kultural, dan spiritual.
Menurut Dunning (2005), sangat mengejutkan ternyata memahami diri
secara akurat tidak semudah yang diperkirakan. Beberapa hasil penelitian
yang ia ungkapakan membuktikan bahwa pemahaman terhadap diri sendiri
juga tidak lebih akurat dibandingkan pemahaman terhadap orang lain.
4. Menghubungkan sebab-sebab perilaku

Fritz Heide (1953). Dia mengataka bahwa semua manusia memiliki dua motif
yang kuat kebe nuhan untuk membentuk pemahaman yang utuh tentang dunia
dan kebutuhan unt mengentrol lingkungan.
Menurut Baron dan Byrne atribusi sosial adalah proses yang kita lakukan
untuk mencari penyebab dari prilaku orang lain sehingga mendapatkan
pengetahuan mengenai karakteristik stabil dari orang lain. Faktor penyebab dari
suatu prilaku bisa bersifat internal dan eksternal, spontan atau pertimbangan,
terencana atau tidak terencana.
5. Akurasi penilaian

Seberapa akuratkah orang menilai orang lain.Kesan kita tentang orang lain
misalnya keluarga dan kawan kita umumnya cukup detail, dan membuat kita
merasa lebih yakin dengan pengetahuan atau kesan kita tentang mereka (Gill
Swann, & Silvera, 1998). Sebagian persepsi sosial memang sulit diverifikasikan
dan tidak bisa dinilai benar ataupun salah, tetapi sebagian lagi sebenarnya sangat
memungkinkan untuk diverifikasi dan bisa dinilai benar ataupun salah. Kognitive
miser adalah kecendrungan kita untuk tidak berikir secara mendalam mengenai
penilaian kita terhadap orang lain.
6. Komunikasi non verbal

Persepsi kita terhadap orang lain salah satunya dipengaruhi oleh komunikasi
nonverbal. Ketika kita berkomunikasi kita tidak saja menyampaikan pesan yang
bersifat verbal, tetapi juga pesan yang bersifat nonverbal. Kita tidak pernah tidak
mengomunikasikan sesuatu. Secara verbal boleh jadi tidak, tapi secara nonverbal
kita selalu berkomunikasi. Implikasinya, untuk memahami orang dengan baik,
selain memerhatikan kata-kata, kita pun harus memerhatikan dan memahami
komunikasi non-verbal.

C. Kognisi Sosial : Memahami dunia social

1. Inferensi social

Inferensi adalah sebuah proses dimana kita mempelajari tentang orang lain atau
perilaku nya. Dalam mempelajari inferensi kita dapat mengumpulkan data
sosial berupa: informasi sosial, penampil fisik, petunjuk nonverbal, dan
tindakantindakan orang lain.
2. Emosi dan inferensi

Dalam hal tertentu emosi juga merupakan bagian penting dari pengambilan
keputusan, dan ketika orang mengabaikan emosinya mereka mungkin akan
mengambil keputusa yang bertentangan dengan kepentingan mereka sendiri.
Penalaran adalah proses untuk menghasilkan inferensi dari fakta yang diketahui
atau yang diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau
implimentasi berdasarkan informasi yang tersedia. Beberapa metode inferensi
yang digunakan diantaranya: Penalaran deduktif, Penalaran induksi, runut maju
(forward chaining),runut balik (Backward chaining).
3. Skema

Skema sosial adalah struktur kognitif yang merepresentasikan pengetahuan


kita tentang suatu konsep stimulus, termasuk atribut dan keterkaitan diantara
atributatribut tersebut. Salah satu tujuan skema sosial adalah menyederhanakan
kompleksitas informasi mengenai kehidupan sosial sehingga kita akan lebih
mudah didalam memahami kompleksitas kehidupan sosial tersebut dan
komunikasi kita dengan kehidupan sosial menjadi lebih efisien.
4. Pemrosesan Skematis

a. Perhatian atau Atensi (Attention) Skema berperan sebagai penyaring:


informasi yg konsisten dengan skema lebihdiperhatikan dan lebih mungkin
masuk ke kesadaran.
b. Pengkodean (Encoding) Informasi yg menjadi fokus atensi lebih mungkin
disimpan dalam memori jangka panjang, jadi informasi yg konsisten dengan
skema yg dikodekan.
c. Mengingat Kembali (Retrieval). Orang cenderung mengingat dan
menggunakan informasi yg konsisten denganskema lebih banyak daripada
informasi yg tidak sesuai dengan skema.
5. Jalan Pintas Mental: Menggunakan Heuristik Kognitif
Herbert Simon, seorang peneliti dalam bidang psikologi kognitif menjelaskan
bahwa manusia adalah “bounded rational agent”. Artinya, kapasitas pikiran
manusia dalam menganalisis risiko yang kompleks, pada hakikatnya sangat
terbatas. Terdapat alasan lebih rinci mengapa individu terkadang menggunakan
heuristik untuk menilai risiko, yakni:
a. Attribute substitution, ialah saat individu menggunakan pertanyaan yang
lebih sederhana untuk menjawab pertanyaan yang sulit dan kompleks
b. Effort reduction, ialah saat individu menggunakan heuristik sebagai bentuk
kemalasan kognitif untuk mengurangi kapasitas pikiran dalam mengambil
keputusan.
c. Fast and frugal, yakni dalam konteks tertentu, heuristik dapat membantu
pengambilan keputusan yang benar dan tepat meskipun dengan informasi
yang minim.
6. Skema mana yang dipakai

faktor-faktor yang memengaruhi skenia yang dipakai orang untuk


menginterpretasikan informasi.
a. Pengetahuan (orang lain, diri kita, dll.)
b. Peran sosial (dosen, dokter, ibu rumah tangga, dll)

c. Peristiwa khusus (perang, pemilihan umum)

7. Kapan skema dipakai

a. Skema objek, yang membantu kita memahami dan menafsirkan objek mati,
termasuk apa itu objek dan cara kerjanya.
b. Skema orang, yang dibuat untuk membantu kita memahami orang-orang
tertentu.

c. Skema social, yang membantu kita memahami bagaimana berperilaku dalam


berbagai situasi sosial.
d. Skema peristiwa, juga disebut skrip, mencakup urutan tindakan dan perilaku
yang diharapkan selama peristiwa tertentu.
e. Skema diri , yang membantu kita memahami diri kita sendiri. Mereka fokus
pada apa yang kita ketahui tentang siapa diri kita sekarang, siapa kita di
masa lalu, dan siapa kita di masa depan.
f. Skema peran ,yang mencakup harapan kita tentang bagaimana seseorang
dalam peran sosial tertentu akan berperilaku.
8. Skema dalam Tindakan
Penggunaan skema untuk pemrosesan informasi adalah penting bukan
hanya karena ia membantu orang untuk melakukan penilaian dan mengambil
keputusan bagaimana kita memperhatikan informasi, menseleksi informasi, dan
mengingat informasi yang kita terima.
MATERI II

Belajar Tentang Diri, Sikap Dan Perubahan Sikap, Prasangka

A. Diri: Belajar Tentang Diri

1. Apa Itu Diri

Menurut James diri ini terdiri dari empat (4) komponen, yaitu: 1) Diri
spiritual; 2) Diri kebendaan; 3) Diri sosial dan 4) Diri badaniah. Diri spiritual
menyangkut kepuasan terhadap apa yang telah kita lakukan, bukan terhadap apa
yang kita punyai. Diri kebendaan terdiri atas pakaian dan milik-milik kebendaan
yang kita lihat sebagai bagian dari kita. Diri sosial adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan orang lain. Setiap individu memiliki banyak diri-diri sosial
yang berbeda-beda, sebanyak individu-individu dan group-group yang dianggap
penting. Diri badaniah ditempatkan terakhir. Diri badaniah berkaitan dengan
kondisi fisik seseorang, seperti tinggi, gemuk, pendek, berotot, mancung atau
pesek, kulit terang atau gelap , rambut lurus atau keriting.
2. Dari Mana Asal Pengehtahuan Diri

Pengetahuan diri seseorang bisa diketahui mengenai dirinya sendiri seperti


usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan dan lainnya. Faktor-faktor
tersebut menempatkan individu kepada suatu kelompok sosial seperti kelompok
umur, suku bangsa, dan sebagainya. Akhirnya individu tersebut
mengidentifikasikan dengan kelompok sosial tersebut yang menambah daftar
julukan kita, seperti kelompok menengah atas, kelompok wanita karir dan
lainnya.
3. Aspek Aspek Pengetahuan Diri

Pudjijogjanti berpendapat bahwa konsep diri secara global terdiri dari tiga
aspek, yaitu konsep diri general, konsep diri mayor, dan konsep diri spesifik.
a. Konsep diri ini sulit untuk dirubah, karena sudah melekat.

b. Konsep diri mayor merupakan cara individu memahami konteks sosial, fisik
dan akademis dari dirinya.
c. Konsep diri spesifik merupakan cara individu memahami dirinya berkaitan
dengan aktivitas dalam berkegiatan sosial, fisik dan akademis.
Konsep diri menurut Suryabrata memiliki beberapa aspek yaitu:
a). Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri ?
b). Bagaimana orang berpikir tentang dirinya sendiri ?
c). Bagaimana orang menilai dirinya sendiri ?

d). Bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan


dan mempertahankan diri ?
4. Regulasi dan diri

Regulasi diri diartikan sebagai suatu kemampuan individu dalam


mengendalikan diri terhadap dorogan-dorongan yang bersifat negatif dari
lingkungan ketika diri tidak memiliki kontrol dari manapun. Ada dua jenis
konsep diri negatif. Pertama, pandangan seseorang tentang dirinya sendiri benar-
benar tidak teratur, dia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Dia
benar- benar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan kelemahannya, atau apa yang
dihargai dalam hidupnya. Kedua, konsep dirinya hampir merupakan lawan dari
yang pertama. Disini konsep diri itu terlalu stabil dan terlalu teratur, dengan kata
lain terlalu kaku.
5. Teori Perbandingan Sosial

Perbandingan sosial adalah suatu adaptasi sosial koginitif yang dilakukan


seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain. Teori
perbandingan sosial ini pertama kali dirumuskan oleh leon festinger. Menurut
teori ini, proses saling memoengaruhi dan prilaku saling bersaing dalam interaksi
sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri.
6. Presentasi Diri Presentasi diri adalah proses di mana individu melakukan
pengendalian atau pengelolaan kesan agar orang lain membentuk kesan tertentu
mengenai mereka dalam interaksi sosial. Kebanyakan individu sering kali
memfokuskan diri pada kesan yang ingin ditampilkan melalui perilaku publik di
lingkungan sosialnya. Presentasi diri merupakan sebuah proses di mana kita
berusaha untuk membentuk apa yang dipikirkan orang lain tentang kita dan apa
yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri.
7. Kultur Dan Diri Sebuah Ulasan Konsep diri melalui sejarah perkembangan yang
cukup panjang, yang meliputi: 1) model terdahulu yang berisikan riset tentang
konsep diri sebagai sesuatu yang terdiri dari banyak segi (multifaceted), 2)
Model Shalvelson yang berisikan tentang model konsep diri yang bersifat
terorganisasi atau terstruktur, terdiri dari banyak segi (multi-faceted)
B. Sikap dan Perubahan Sikap

1. Definisi Sikap Sikap didefinisikan sebagai evaluasi akan manusia, objek, atau
ide. Sikap seseorang merupakan hal yang penting karena sikap menentukan apa
yang akan ia lakukan. Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap
stimulus, yang

melibatkan pendapat dan emosi orang yang bersangkutan. Sikap juga dapat
didefinisikan sebagai kesiapan saraf sebelum memberikan respons.
2. Teori Sikap

a. Cognitively Based Attitude Sikap dapat berasal dari keyakinan seseorang


mengenai karakteristik dari objek sikap. Contohnya, jika seseorang
mempertimbangkan sikap terhadap suatu objek seperti air purifier dengan
melihat fakta-fakta mengenai objek tersebut.
b. Affectively Based Attitude Sikap dapat berasal dari perasaan dan values yang
dimiliki seseorang.
c. Behaviorally Based Attitude Sikap juga dapat berasal dari observasi akan
bagaimana seseorang berperilaku terhadap suatu objek.
3. Persuasi

Persuasi adalah proses yang kompleks, interaktif, dan berkesinambungan di


mana persuader dan persuadee dihubungkan oleh simbol baik verbal maupun
nonverbal, di mana persuader berusaha untuk mempengaruhi persuadee untuk
mengadopsi perubahan sikap atau perilaku tertentu.
4. Perubahan Sikap dari Waktu ke Waktu Salah satu teori yang dapat menjelaskan
pembentukan dan perubahan sikap melalui persuasi adalah teori Elaboration
Likelihood Model. ELM berfokus pada karakteristik sumber (persuader), pesan,
dan audiens (persuadee) yang memandang bahwa dalam upaya membentuk atau
mengubah sikap seseorang melalui transmisi pesan, terdapat proses pemikiran
atau proses mental persuadee untuk menerima atau menolak pesan persuasi.
Dalam teori ELM ini, menekankan persuadee juga memiliki peran aktif untuk
menentukan keberhasilan persuasi.
5. Sikap dan Prilaku Sikap manusia merupakan prediktor yang utama bagi perilaku
(tindakan) sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain, yakni lingkungan
dan keyakinan seseorang. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan
warna atau corak pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan
mengetahui sikap seseorang orang dapat menduga bagaimana respon atau
perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu
masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Meskipun demikian, tidak
semua sikap dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam arti bahwa kadang-
kadang sikap dapat menentukan tindakan seseorang, tetapi kadang-kadang sikap
tidak mewujud menjadi tindakan.

C. Prasangka

1. Komponen Antagonisme

Kelompok Antagonisme kelompok memiliki tiga komponen yang saling


terkait yaitu stereotip (stereotype), prasangka (prejudice), dan diskriminasi
(discrimination). Stereotip merupakan jalan pintas dari proses mental dalam
memahami orang lain atau membuat penilaian terhadap orang atau kelompok
lain. Sebenarnya warga ingin 12 mempertahankan kekayaan kultutal lokal. Islam
diperankan sesuai identitas dan karakter budaya lokal bukan budaya luar.
2. Belajar Prasangka

Prasangka merupakan komponen afektif atau komponen evaluatif dari


antagonisme kelompok. Prasangka adalah penilaian terhadap suatu kelompok
atau seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok
orang itu. Prasangka memiliki kualitas suka-tidak suka yang sama dengan
dimensi afektif atau evaluatif yang telah dibahas dalam kaitannya dengan kesan
dan sikap.
3. Motif Prasangka

Konflik langsung antar kelompok Berdasarkan Teori Konflik Realistik


(Realistic Conflict Theory) di mana prasangka muncul karena kompetisi antar
kelompok social untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga
yang berkembang menjadi rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi. Contoh:
konflik antara para migrant dengan masyarakat setempat, masyarakat setempat
cenderung memiliki prasangka terhadap para migrant ini karena para migrant
lebih mampu untuk survive dan berhasil wilayah barunya sehingga menimbulkan
rasa kebencian pada diri masyarakat setempat terhadap para migrant.
4. Indentitas Sosial

Identitas sosial (social identity) adalah keterkaitan, keterlibatan, peduli dan


rasa bangga yang bersumber dari pengetahuan seseorang tentang keanggotaan
dalam suatu kelompok sosial sehingga timbul rasa kebersamaan, signifikansi
nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut yang membedakan dengan
kelompok lainnya. Identitas sosial merupakan bagian dari konsep diri individu
yang berasal dari pengetahuannya selama berada dalam kelompok sosial tertentu
dengan disertai internalisasi nilai-nilai, emosi, partisipasi, rasa peduli dan bangga
sebagai anggota kelompok tersebut.
5. Wajah Prasangka yang Berubah

Ketika prasangka berubah bisa menjadi diskriminasi dan perilaku yang


melanggar hukum. Beberapa orang mencoba membenarkan prasangka atau
diskriminasi dengan berargumen bahwa 'kelompok luar' tertentu menimbulkan
ancaman terhadap kelompok 'dalam' mereka sendiri (yang terkadang dominan
atau mayoritas) dalam masyarakat. Ancaman yang dirasakan ini bisa bersifat
realistis (kelompok dominan merasa keselamatan dan kesehatan mereka
terancam), simbolis (nilai-nilai atau cara hidup terancam) atau ekonomi
(pekerjaan atau harta benda terancam).
6. Mengurangi Prasangka

Langkah-langkah yang bisa dilakukukan untuk mengatasi prasangka


sehingga prasangka tersebut dapat berkurang atau bahkan bisa dihilangkan,
caranya sebagai berikut;
a. Dengan cara mengadakan direct intergroup contact

b. Dengan cara mengadakan kerja sama atau cooperative interdependence.


MATERI III

Pengaruh Sosial, Daya Tarik Interfersonal, Dan Hubungan Personal

A. Pengaruh sosial
1. Konformitas
Conformity (konformitas) adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau
perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain. Jadi kita harus
"menyesuaikan diri agar bisa akrab”. Mengikuti norma kelompok sering menjadi
syarat agar kita bisa diterima dan tercipta kerukunan.
2. Kultur dan konformitas
Konformitas dianggap akan menghilangkan otonomi dan kontrol personal.
Sebaliknya, dalam kultur kolektivis seperti di Afrika, Asia, dan Amerika, makna
konformitasnya berbeda. Kultur kolektivis menekankan pentingnya ikatan dengan
kelompok sosial. Orang tua sangat memerhatikan kepatuhan, perilaku yang tepat, dan
penghormatan terhadap tradisi kelompok. Dalam konteks kultural ini, aspek positif
dari konformitas lebih ditekankan. Konformitas dianggap bukan sebagai respon
terhadap desakan sosial, tetapi sebagai cara untuk menjalin hubungan dengan orang
lain dan memenuhi kewajiban moral. Alasan lain dari conformitas adalah keinginan
agar diterima secara sosial. Ini dinamakan normative influence (pengaruh normatif).
Kita sering ingin agar orang lain menerima diri kita, menyukai, dan memperlakukan
kita dengan baik. Secara bersamaan, kita ingin menghindari penolakan, pelecehan,
atau ejekan. Pengaruh normatif terjadi ketika kita mengubah perilaku kita untuk
menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar kita diterima
secara sosial.
3. Pengaruh minoritas
Inovasi dalam kelompok Konformitas terhadap mayoritas adalah aspek dasar
dalam kehidupan sosial. Akan tetapi, penekanan pada pengaruh mayoritas bukan
berarti minority influence (pengguna minoritas) tidak penting. Terkadang kubu
minoritas yang kuat dengan ide baru dan unik dapat mengubah pandangan mayoritas
Studi-studi awal menunjukkan bahwa pembangkangan bisa mereduksi konforta,
mengubah ide bahwa mayoritas "selalu kuat”. Penentangan ini menyebabkan
kemungkinan adanya pengaruh dari minoritas.
4. Ketundukan Compliance
Ketundukan menenuhi permintaan orang lain) didefinisikan sebagai melakukan
apapun yang diminta orang lain, walaupun kemungkinan tidak kita sukai. Ciri utama
dari ketundukan adalah kemauan merespons permerintahan orang lain atau kelompok
lain.
5. Dasar kekuasaan sosial
Salah satu basis kekuasaan adalah kemampuan untuk memberi hasil positif orang
lain untuk membantu mendapatkan tujuan yang diinginkan atau ditawarkan untuk
memperoleh imbalan yang bermanfaat.
a. Koersi dapat berupa paksaan fisik sampai ancaman hukuman atau tanda
ketidaksetujuan. Contoh: seorang supervisor mungkin mengancam akan
mengenakan tindakan hukuman jika karyawan selalu telat masuk kerja.
b. Keahlian seperti pengetahuan khusus, training, dan ketrampilan juga dapat menjadi
sumber kekuasaan, contoh: Kita tunduk pada ahli dan mengikuti nasihatnya karena
kita percaya bahwa pengetahuan mereka akan membantu kita mencapai tujuan kita.
c. Informasi atau argumen yang logis tentang tindakan yang seharusnya mereka
lakukan. Seorang teman mungkin berusaha memengaruhi anda agar anda mau
menonton konser dengan cara memberi anda informasi bahwa grup musik favorit
anda ikut tampil. Dalam kasus ini, pihak yang mempengaruhi bukanlah ahli, isi
pesanlah yang diharapkan mampu memengaruhi. Informasi adalah faktor utama
dalam pengaruh 5 sosial, seperti telah dikemukakan di atas, kebutuhan informasi
dapat memotivasi conformitas.
d. Kekuasaan rujukan sebagai basis pengaruh dengan relevansi pada relasi personal
atau kelompok adalah kekuasaan rujukan. Kekuasaan ini eksis ketika kita
mengidentifikasi atau ingin menjalin hubungan dengan kelompok atau orang lain.
Otoritas yang sah untuk menyuruh orang lain melakukan hal tertentu. Seperti guru
yang memerintahkan muridnya untuk mengerjakan PR.

B . Daya Tarik Internasional


1. Kebutuhan untuk diterima
Kebutuhan untuk menjalin hubungansosial adalah bagian dari warisan volusi
manusia. Misalnya bayi yang bergantung pada perawatan dan pengasuhan. Sejak hari
pertama, keberlangsungan hidup bayi bergantung pada orang lain. Bayi manusia
dilahirkan dengan kecenderungan untuk menatap wajah. Mereka juga dilengkapi
dengan kemampuan untuk membentuk ikatan emosional dengan orang tuanya atau
pengasuhnya. Kebutuhan untuk diterima ini adalah elemen universal dalam diri
manusia, sama seperti kebutuhan untuk makan dan minum. Karena hubungan sosial
penting bagi kehidupan manusia, tidak mengejutkan jika kesepian dan penolakan
sosial merupakan sumber utama dari penderitaan atau strcs personal.
2. Kesepian
Ketika hubungan sosial kita kekurangan beberapa aspek penting, kita akan
merasakan penderitaan personal dari situasi loneliness (ke epian). Kekurangan ini
mungkin bersifat kuantitatif: kita mungkin tidak memiliki teman atau hanya punya
sedikit teman, atau mungkia juga bersifat kualitatif: kita mungkin merasa hubungan
kita sangat dangkal dan tidak memuaskan. Kesepian dan kesendirian (aloness)
merupakan hal yang berbeda. Kesepian merasuk ke dalam batin manusia dan tidak
dapat dideteksi hanya dengan melihat seseorang. Sebaliknya, kesendirian adalah
keadaan objektif di mana seseorang terpisah atau tidak bersama orang lain.
3. Penolakan sosial
Banyak orang dewasa menggunakan "pengkucilan" menghukum anaknya dengan
menyuruh mereka menghabiskan waktu sendirian saja. Penolakan oleh teman juga
merupakan salah satu pengalaman paling menyakitkan masa kanak-kanak dan dapat
menyebabkan kesepian di kalangan anak muda. Orang dewasa menggunakan
penolakan sosial untuk memenuhi dan mengubah perilaku orang lain, dengan
intensitas yang bervariasi. Salah satu cara agar partner akrab melakukan sesuatu atau
berhenti melakukan sesuatu adalah dengan menggunakan "tindakan mendiamkan”.
4. Keterkaitan pada anak dan orang dewasa
Ada empat ciri penting dari keterikatan,seperti:
a. Menjaga kedekatan (proximity maintenance). Anak berusaha tetap dekat dengan
orang yang terikat dengannya, baik itu secara fisik atau psikologis.
b. Kegelisahan perpisahan (separation distress), anak yang bertambah cemas dan
gelisah saat mengalami perpisahan dengan sosok yang dekat dengannya.
c. Orang yang dekat dengannya menjadi tempat berteduh" (safe heaven), pada saat
tertekan, takut, atau berada dalam situasi yang asing, sosok yang sudah diakrabinya
akan menjadi sumber kenyaman dan perlindungan.
d. Orang yang dekat akan menjadi basis keamanan (secure base), yang membuat anak
merasa aman dan terlindungi sehingga anak bisa mengeksplorasi lingkungan fisik
dan sosial. Semua anak mengembangkan keterikatan dengan pengasuh utamanya.
5. Keterkaitan romantis orang dewasa
Hubungan cinta anak dengan orang tuanya mungkin akan memengaruhi caranya
dalam menjalin hubungan asmara pada masa dewasa misalnya, anak yang mendapat
perhatian baik mungkin akan lebih berprasangka baik terhadap orang lain. Keyakinan
ini dikenal sebagai working model dari hubungan. Erennan dan Shaver meringkaskan
menggambarkannya sebagai berikut:
a. Secure adults Orang dewasa dalam kelompok ini merasa nyaman dan memandang
diri mereka sebagai orang yang pantas menerima perhatian dan kasih sayang orang
lain. Mereka mendeskripsikan diri mereka untuk akrab dengan orang lain dan
jarang merasa diabaikan. Orang dewasa pada tipe ini mendeskripsikan hubungan
cinta yang paling penting adalah kebahagiaan, persahabatan, dan saling percaya.
Mereka cenderung berbagi ide dan perasaan dengan rekannya.
b. Avoidant adult Orang dewasa dalam kelompok ini merasa kurang nyaman saat
bersama orang lain atau kurang mempercayai pasangan asmaranya. Dalam
mendeskripsikan hubungan cinta yang terpenting, orang dewasa ini menyebut
pasangannya emosi, cemberu, dan ketakutan akan indinasi. Mereka cenderung
menyangkal kebutuhan keterikatannya, memandang akhir hubungan romantis
sebagai inkonsekuensial, dan lebih fokus pada pekerjaan.
c. Anxious atau ambivalent adults Orang dewasa tipe ini mencari intimasi tetap
mencemaskan cintanya tak terbalas. Orang yang ambivalen mendeskripsikan
hubungan cinta yang terpenting sebagian obsesi, keinginan akan hubungan timbal
balik, pasang surut emosional, dan daya tarik seksual yang ekstrem. Mereka
cenderung jatuh cinta pada pandangan pertama dan kurang dihargai oleh pasangan
romantis atau rekannya. Orang yang ambivalen cenderung mendeskripsikan orang
tuanya sebagai intrusif dan pemaksa, dan menganggap perkawinan mereka kurang
bahagia.
6. Menjelaskan efek kedekatan
Kedekatan orang ini juga memengaruhi keseimbangan manfaat dan kerugian
interaksi, seperti yang ditekankan oleh teori pertukaran sosial. Tidak perlu banyak
usaha untuk berbincang dengan tetangga sebelah. Bahkan meski tetangga sebelah itu
tidak begitu menyenangkan, namun kita menganggap akan lebih bermanfaat punya
kawan tetangga itu ketimbang orang yang jauh.Ketika kita sering berjanji akan tetapi
dalam kenyataannya hanya sedikit yang menepati janji itu pun telah tercantum dalam
Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 91

‫َو َاْو ُفْو ا ِبَع ْهِد ِهّٰللا ِاَذ ا َعاَهْد ُّتْم َو اَل َتْنُقُضوا اَاْلْيَم اَن َبْع َد َتْو ِكْيِد َها َو َقْد َجَع ْلُتُم َهّٰللا َع َلْيُك ْم َك ِفْياًل ۗ ِاَّن َهّٰللا َيْع َلُم َم ا َتْفَع ُلْو َن‬

Artinya: Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah
kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya,
sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-
sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
7. Pemilihan pasangan
Ketika ditanya apa yang mereka cari dalam diri partner jangka panjang, orang
biasaya tidak mengutamakan penampilan fisik dan biasanya akan lebih
mempertimbangkan kualitas personal yang sesuai. Kita menginginkan pasangan yang
hangat, baik, dan dapat dipercaya. Kita mengutamakan responsivitas dan selera humor
yang baik. Seperti yang dijelaskan di dalam suatu hadis sebagai berikut :

‫َح َّد َثَنا ُمَس َّدٌد َح َّد َثَنا َيْح َيى َع ْن ُع َبْيِد ِهَّللا َقاَل َح َّد َثِني َسِع يُد ْبُن َاِبي َسِع يٍد َع ْن َاِبيِه َع ْن َاِبي ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن‬
‫الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ُتْنَك ُح اْلَم ْر َاُة َاِلْر َبٍع ِلَم اِلَها َو ِلَحَس ِبَها َو َج َم اِلَها َو ِلِد يِنَها َفاْظَفْر ِبَذ اِت الِّديِن َتِرَبْت َيَداَك‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami
Yahya dari Ubaidullah ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu
Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal,
karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena
agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.
( Shahih Bukhari;no.4700)
8. Apakah internet membangun koneksi sosial atau meningkatkan isolasi sosial
Dalam sebuah survei, 94 persen pengguna internet mengatakan bahwa Internet
memudahkan mereka untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman.12 Sebagai
akibatnya, individu mungkin merasa bahwa mereka lebih mampu mengekspresikan
aspek-aspek penting dari diri mereka saat berinteraksi melalui internet. Katelyn dan
rekannya (2002) memperkirakan bahwa orang mungkin menjalin hubungan awal
dengan cepat secara online ketimbang melalui tatap muka.
C. Hubungan Personal
Ini bisa berupa hubungan dengan orang tua, kawan baik, guru, pasangan, rekan
kerja, atau bahkan semua hubungan yang memiliki tiga karakteristik dasar.
Pertama,melibatkan interaksi yang terus berlanjut,hubungan yang erat itu mencakup
banyak jenis aktivitas atau peristiwa yang berbeda-beda. Misalnya, dalam
persahabatan,hubungan yang erat dengan orang lain, allah SWT berfirman dalam surah
Al-Hujurat ayat 10:

‫ِإَّنَم اٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن ِإْخ َو ٌة َفَأْص ِلُحو۟ا َبْيَن َأَخ َو ْيُك ْم ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم وَن‬

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah


(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
1. Pengungkapan diri
Self-disclosure adalah tipe khusus dari percakapan dimana kita berbagi informasi
dan perasaan pribadi dengan orang lain.Berbicara kepada teman tentang problem akan
membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang sedang kita jalani.
2. Intimasi
Seperti halnya cinta, "intimasi" adalah salah satu istilah umum yang sulit
didefinisikan dengan tepat. Intimasi tercipta ketika kita memandang orang lain
sebagai responsif.
3. Keseimbangan kekuasaan
Kekuasaan sosial berarti kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku,
pikiran, atau perasaan orang lain.
4. Konflik
Proses yang terjadi ketika tindakan satu orang mengganggu tindakan orang lain.
Problem konflik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum:
 Perilaku spesifik
Perilaku spesifik dari pasangan. seorang istri mungkin kesal karena suaminya lupa
membelikan bedak titipannya.seorang istri mungkin kesal karena suaminya.
 Norma dan peran
Hak dan tanggung jawab partner dalam suatu hubungan.muncul akibat adanya janji
yang tak ditepati, kurangnya perhatian, atau diabaikannya tugas yang telah
disepakati.
 Disposisi personal
Berfokus pada motif dan personalitas seseorang. kesal karena pasangannya tampak
malas, tidak disiplin, atau tidak peduli pada hubungan mereka.
5. Komitmen
Dalam hubungan, mengajarkan kita untuk saling mendukung dan memahami
pasangan kita dalam suka maupun duka, serta untuk memohon ampunan dan rahmat
Allah dalam menjalani perjalanan bersama. Tiga faktor utama yang mempengaruhi
komitmen pada suatu hubungan yaitu, pertama komitmen dipengaruhi oleh kekuatan
daya tank pada partner atau hubungan tertentu, kedua komitmen dipengaruhi oleh
nilai dan prinsip moral kita perasaan bahwa kita seharusnya tetap berada dalam suatu
hubungan, dan ketiga komitmen didasarkan pada kekuatan negatif atau penghalang
yang menyebabkan seseorang akan rugi besar jika meninggalkan hubungan.
MATERI IV

PERILAKU DALAM KELOMPOK, GENDER, DAN PERILAKU MENOLONG

A. Perilaku Dalam Kelompok

1. Prilaku Ditengah-Tengah Orang Lain

Menurut Sopiah untuk dapat memahami perilaku individu dengan baik,


terlebih dahulu kita harus memahami karakteristik yang melekat pada indvidu.
Adapun karakteristik yang dimaksud adalah ciri-ciri biografis, kepribadian,
persepsi dan sikap. Kast dan James, mengemukakan perilaku adalah cara
bertindak, ia menunjukkan tingkah laku seseorang. Pola perilaku adalah mode
tingkah laku yang dipakai seseorang dalam melaksanakan kgiatankegiatannya.
Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif dimana seseorang
mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya. Oleh karena
kebutuhankebutuhan dan pengalaman seseorang itu seringkali berbeda sifatnya,
maka persepsi terhadap lingkungan juga akan berbeda.

2. Ciri Dasar Kelompok

a. Para anggota kelompok trsebut sangat tertarik pada kelompok, dan mereka
bersikap loyal terhadap anggotaanggotanya dan termasuk didalamnya pihak
pimpinan kelompok.
b. Para anggota dan pemimpin kelompok tersebut memiliki kepercayaan dan
keyakinan tinggi pada diri mereka masingmasing.
c. Nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok merupakan suatau integrasi da
ekspresi dari nilai-nilai relevan dan kebutuhankebutuhan anggotanya.
d. Seluruh aktivitas interaksi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan
kelompok tersebut berlangsung dalam suasana saling bantu membantu
e. Para anggota memiliki perasaan pasti dalam pengambilan keputusan yang
oleh mereka dianggap tepat.
3. Kinerja Kelompok
Menurut Dishon and O‟Leary kerja kelompok adalah group of two five
students who are tied together by a common purpose to complete a task and to
include every group members atau yang berarti "sekelompok yang terdiri atas
dua atau lebih individu yang terikat satu sama lain yang didasarkan atas tujuan
bersama untuk menyelesaikan tugas tertentu dengan melibatkan peran setiap
anggotanya".
4. Pengertian Keputusan Kelompok

Keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh
kelompok, sementara hal lain lebih cocok jika dibuat oleh individu. Keputusan
tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh kelompok. Hal-hal berikut ini
berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan tak terprogram,
yaitu:
a. Penetapan tujuan

b. Identifikasi alternatif

c. Evaluasi alternatif

d. Memilih alternatif

e. Implementasi keputusan

f. Suasana yang memungkinkan berkembangnya kreativitas mesti dibina


karena kelompok lebih cocok dibanding individu untuk keputusan tidak
terprogram
5. Interaksi Kelompok: Kompetisi Vs Kerjasama

Hasil penelitian yang dilakukan oleh John M. Tauer (2004) yang menguji
efek dari kerjasama dan kompetisi terhadap kinerja menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kinerja secara signifikan antara partisipan yang diberi
penugasan secara individu dengan partisipan yang diberi penugasan secara
berkelompok.
Teori kerjasama dan kompetisi pertama kali dikemukakan oleh Kurt Lewin
yang kemudian dikembangkan oleh Deutsch (1949), teori ini mengemukakan 2
kondisi model penugasan yang berbeda dari bentuk kerjasama dan persaingan.
Pada kondisi model penugasan 7 kerjasama individu satu dengan individu lain
akan bekerja secara bersama saling menunjang satu sama lain untuk mencapai
tujuan berbeda dengan kondisi penugasan persaingan dimana individu satu
dengan individu lain akan bersaing untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Kepemimpinan
Menurut Kadarusman kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga: (1) Self
Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational Leadership.
SelfLeadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai
gagal menjalani hidup. kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk
memengaruhi orang lain.
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling memengaruhi antara
pemimpin dan pengikutnya. Walaupun cukup sulit menggeneralisir, pada
prinsipnya kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan seseorang memengaruhi
perilaku orang lain untuk suatu tujuan.

B. Gender

1. Stereotip Gender

Gender dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana individu yang lahir


secara biologis sebagai laki-laki dan perempuan yang kemudian memperoleh
pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan melalui atribut-atribut
maskulinitas dan feminitas yang sering didukung oleh nilai- nilai atau sistem
dan simbol di masyarakat yang bersangkutan.
2. Gender Dan Diri

Secara etimologis kata ‘gender’ berasal dari bahasa Inggris yang berarti
'jenis kelamin'. Kata ‘gender’ bisa diartikan sebagai ‘perbedaan yang tampak
antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan perilaku. Secara
terminologis, ‘gender’ bisa didefinisikan sebagai harapan-harapan budaya
terhadap laki- laki dan perempuan. Definisi lain tentang gender dikemukakan
oleh Elaine Showalter. Menurutnya, ‘gender’ adalah pembedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya.
3. Perspektif Teoritis Tentang Gender

a. Teori Struktural Fungsional


b. Teori Sosial Konflik

c. Teori Feminisme Liberal

d. Membandingkan Perilaku Sosial Perempuan Dan Pria

4. Peran Wanita Dan Pria Yang Terus Berubah


Sebagai hasil bentukan sosial, peran gender dapat berubah-ubah dalam
waktu, kondisi, dan tempat yang berbeda sehingga peran laki-laki dan
perempuan mungkin dapat dipertukarkan. Jika peran gender dianggap sebagai
sesuatu yang bisa berubah dan bisa disesuaikan dengan kondisi yang dialami
seseorang, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menganggap aneh seorang
suami yang pekerjaan sehari-harinya memasak dan mengasuh anak-anaknya,
sementara istrinya bekerja di luar rumah.

C. Perilaku Menolong

1. Mendifiniskan Altruisme Dan Perilaku Porposial

Secara khusus, altruisme adalah tingkah laku prososial yang dimotivasi oleh
keinginan membantu orang lain karena perhatian murni terhadap kebutuhan
mereka. Perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang tanpa pamrih
atau tidak mementingkan din sendiri sampai tindakan menolong yang
sepenuhnya dimotivasi oleh diri sendiri.
2. Prespektif Teoritis Tentang Tolong Menolong

Perilaku menolong merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh


seseorang dengan tujuan untuk memberikan keuntungan dan meningkatkan
kualitas hidup kepada orang lain yang diberikan secara pamrih atau tidak
pamrih, terpaksa atau tidak terpaksa dan tergantung pada keadaan serta situasi
pada saat melakukan tindakan menolong.
3. Sipenolong: Siapa Yang Mungkin Menolong

Clarke mendefinisikan perilaku menolong sebagai sebuah bagian dari


perilaku prososial yang dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan untuk
memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang.
4. Intervensi Orang Sekitar:Membantu Orang Asing Dalam Membutuhkan

Telah dikemukakan bahwa membantu tanpa adanya imbalan yang jelas


muncul dari mekanisme psikologis terdekat yang menjadikan membantu orang
lain secara subyektif bermanfaat bagi pelakunya.
5. Merawat: Membantu Keluarga Dan Teman
Menurut Afolabi individu yang memiliki interaksi anggota keluarga yang
baik akan menunjukkan perilaku prososial yang tinggi. Interaksi orang tua-anak
yang menunjukkan adanya kehangatan, kelekatan, dan dukungan dapat
meningkatkan kecenderungan seorang remaja melakukan perilaku prososial.
Selain keluarga, remaja juga berinteraksi dengan temannya, yaitu dengan
adanya afeksi antara remaja dengan temannya dan juga ditemukan adanya
hubungan positif dengan perilaku prososial remaja.
6. Mencari Dan Menerima Pertolongan

Allah Subḥānahu wa Ta'ala mengajak untuk saling tolongmenolong dalam


kebaikan dengan beriringan ketakwaan kepadaNya. Sebab, dalam katakwaan
terkandung ridha Allah. Sementara saat berbuat baik, orang-orang akan
menyukai. Barang siapa memadu- kan antara ridha Allah dan ridha manusia,
sungguh kebahagiaannya telah sempurna dan kenikmatan baginya sudah
melimpah.
MATERI V

PSIKOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN, PSIKOLOGI SOSIAL DAN HUKUM

A. Psikologi Sosial dan Kesehatan


1. Prilaku Sehat

Dari segi biologis, perilaku merupakan aktivitas organisme yang mempunyai


bentangan yang luas. Menurut Soekidjo yang dimaksud perilaku adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati langsung. Menurut Solita Sarwono perilaku manusia
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan demikian, perilaku adalah respons/reaksi seorang individu terhadap
sitimulus yang berasal atau dari dalam dirinya. Para ahli mengatakan bahwa
perilaku sama dengan tindakan atau aktivitas yang dilakukan individu akibat
adanya stimulus atau rangsangan dari luar, sedangkan menurut M. Ichsan yang
dikutip oleh Samsu perilaku adalah suatu proses keadaan mental yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Perilaku hidup sehat di dalamnya terdapat lima faktor yaitu perilaku terhadap
makanan dan minuman, perilaku terhadap kebersihan diri, perilaku terhadap
kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit dan penyakit serta perilaku hidup
yang teratur. Hasil kategorisasi data pada masing-masing faktor perilaku hidup
sehat meliputi perilaku terhadap makanan dan minuman, perilaku terhadap
kebersihan diri, perilaku terhadap kebersihan lingkungan, perilaku terhadap sakit
dan penyakit serta perilaku hidup teratur adalah sebagai berikut. a. Perilaku
terhadap Makanan dan Minuman b. Perilaku terhadap Kebersihan Diri c.
Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan d. Perilaku terhadap Sakit dan
Penyakit e. Perilaku Hidup yang TeraturStres dan Penyakit
2. Coping Kejadian yang Membuat Stres

Stres adalah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya


tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi
kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam diri, atau dari
luar. Rasmun menyatakan 2 Suryanto. 4 stres merupakan respon tubuh yang tidak
spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena
universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari.

Stres memberi dampak secara keseluruhan pada diri individu baik yang
berhubungan dengan fisik, psikologis, intelektual, sosial maupun spiritual anyak
hal yang bisa dilakukan atau digunakan individu untuk mengurangi stres atau
ketegangan psikologik dalam menghadapi problema kehidupan yaitu melalui
coping stres. coping stres sebagai sejumlah usaha untuk menanggulangi,
mengatasi atau berurusan dengan cara yang sebaik-baiknya menurut kemampuan
individu dalam mengatasi stres yang berasal dari berbagai macam problema
psikologis. Ada dua macam coping yaitu:
a. Coping Psikologis yaitu reaksi persepsi atau penerimaan individu terhadap
stresor artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan individu serta
keefektifan strategi coping yang digunakan.
b. Coping psikososial yaitu reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres
yang diterima atau dihadapi oleh individu
3. Gejala, Penyakit, dan Perawatan

Menurut KBBI gejala adalah perihal (keadaan, peristiwa, dan sebagainya)


yang tidak biasa dan patut diperhatikan (ada kalanya menandakan akan terjadi
sesuatu). Gejala atau simtom dalam hal penyakit ialah pengindikasian
keberadaan sesuatu penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan,
berbentuk tanda- tanda atau ciri-ciri penyakit dan dapat dirasakan, seperti
misalnya perasaan mual atau pusing.
Penyakit umum / penyakit adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
virus, bakteri, atau kelainan jaringan pada organ tubuh manusia. Penyakit yang
sering dialami pada masyarakat merupakan salah satu jenis penyakit umum.
4. Psikologi Sosial Tentang Penyakit Kronis
Istilah kronis digunakan untuk menjelaskan suatu penyakit yang bisa diderita
dalam kurun waktu yang lama atau berkembang secara perlahan-lahan. Selain
dari lamanya penyakit diderita, penyakit kronis terbilang lebih kompleks, dan
menyebabkan adanya peurunan kondisi kesehatan seseorang secara bertahap.

B. Psikologi Sosial dan Hukum

1. Psikologi Sosial dan Hukum

Psikologi adalah ilmu yang melakukan deskripsi, eksplanasi, kontrol,


peramalan, pemecahan masalah, dan pemberdayaan terhadap fenomena perilaku
dan proses mental. Definisi keilmuan psikologi semacam ini yang mengarah pada
tujuan pemecahan masalah adalah sesuai dengan pandangan filsuf pendidikan
aliran Progresivisme dan ahli psikologi aliran fungsionalisme Amerika Serikat,
John Dewey, yang menyatakan bahwa produk keilmuan yang dianggap baik,
seperti teori, adalah yang mampu diterapkan untuk memecahkan masalah-
masalah yang dialami oleh manusia.
2. Identifikasi Saksi Mata dan Kesaksian

Saksi adalah manusia biasa, maka banyak hal yang mempengaruhi


kesesuaian antara kesaksian yang diberikan dan fakta yang sebenarnya terjadi.
Ketidaksesuaian ini bersumber pada tiga hal, yakni (a) keterbatasan kemampuan
otak si saksi dalam mengolah, merekam, dan mengingat informasi, (b) bias yang
terjadi dalam persepsi hakim di dalam menilai kebenaran kesaksian, dan (c) cara
penggalian informasi di ruang pengadilan.
Dalam beberapa penelitian ternyata banyak faktor non-hukum yang terlibat di
dalam menilai keabsahan suatu kesaksian. Faktor tersebut adalah jenis kelamin,
suku bangsa, status sosial ekonomi, ketampanan dan perilaku di ruang
pengadilan, dan usia si saksi.
3. Pembelaan Kriminal

Peraturan pengha pusan pidana menetapkan berbagai keadaaan di mana


pelaku yang seharusnya dapat dihukum dengan pasal pidana dapat terbebas dari
jeratan hukum tersebut. Dalam ilmu hukum pidana, terdapat beberapa alasan
penghapus pidana,antara lain:
a. Alasan Pembenar, yaitu alasan yang menghapus sifat melawan hukum dari
suatu tindak pidana. Dalam alasan pembenar ini dilihat dari sisi perbuatannya
(objektif). Misalnya, eksekutor hukuman mati
b. Alasan Pemaaf, yaitu alasan yang menghapus kesalahan dari pelaku tindak
pidana walaupun perbuatannya tetap dianggap melawan hukum. Alasan
pemaaf ini dilihat dari sisi pelakunya (subjektif). Misalnya, orang gila yang
melakukan pengrusakan terhadap fasilitas umum.
c. Alasan Penghapus Penuntutan, yaitu alasan yang digunakan untuk
meniadakan penuntutan dilihat dari kemanfaatan dan kepentingannya untuk
masyara kat. Misalnya, kepala suku yang sangat dihormati dan vital perannya
bagi sukunya dapat dihapuskan tuntutan jika mela kukan suatutindak pidana.
4. Pemilihan Juri dan Pengambilan Keputusan

Juri adalah orang awam di bidang hukum yang diharapkan untuk mendengar
bukti, dan kemudian mengevaluasi kredibilitas dan keandalannya, untuk
mencapai keputusan dengan cara yang adil dan tidak memihak. Model dominan
pengambilan keputusan manusia dalam ilmu-ilmu sosial: teori pilihan rasional.
5. Kontribusi Psikolog Sosial pada Sistem Hukum

Sejauh ini, terdapat empat (kemungkinan) bentuk kontribusi psikologi dalam


praktek beracara di persidangan sebagai berikut:
a. Sebagai saksi ahli, dimana psikolog (atau orang yang memiliki keahlian
dalam bidang psikologi) memberikan keterangan ahli di depan persidangan
sebagaimana dimintakan oleh hakim, jaksa atau pengacara.
b. Sebagai pemberi nasehat ahli diluar persidangan untuk halhal yang terkait
dengan persidangan pada umumnya. Nasehat berupa opini atau hasil
penelitian tersebut dapat diberikan kepada majelis hakim atau badan
peradilan pada umumnya (misalnya Mahkamah Agung).
c. Sebagai hakim ad-hoc, yakni para psikolog profesional yang karena
keahliannya diminta bertugas sebagai hakim 14 anggota dalam majelis hakim
yang menyidangkan kasus tertentu
d. Sebagai pendidik para calon hakim atau pemberi penyegaran pada hakim
senior, yang difokuskan menjadi sebuah awareness course
Dalam konteks saksi ahli, maka terdapat beberapa persoalan yang khas
Indonesia sebagai berikut:

a. Pertama, perihal siapakah yang bisa menjadi atau dipanggil sebagai saksi ahli
psikolog. Bila dipergunakan pengertian bahwa psikolog adalah seseorang
dengan latar belakang pendidikan S-1 Psikologi
b. Kedua, lebih dari soal siapa yang menjadi saksi ahli, yang lebih substansial
terkait saksi ahli adalah mengenai keterangan yang diberikan itu sendiri
dimana perlu terdapat standar atau parameter sehingga bisa dibedakan mana
keterangan saksi ahli yang memenuhi syarat atau yang tidak.
c. Ketiga, sebagai sesuatu yang bersifat fakultatif atau opsional, maka selalu
menarik untuk mengetahui, pada kasus apa saja atau kapan seorang psikolog
dianggap perlu untuk dihadirkan ke depan persidangan

Anda mungkin juga menyukai