Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DINAMIKA KELOMPOK

KELOMPOK : 6
NAMA-NAMA KELOMPOK
1. ANI WONDA (2019071014056)
2. ENDIANA GOMBO (2019071014346 )
3. HONORIA FORMOSA KAYEP (2019071014135)
4. KARINA WIDYASARI (2019071014029)
5. RISPA RUMAIKEWI (2019071014137)
6. YANIKE REREI (2019071014364)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA PAPUA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan
sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya.Dengan menggunakan pikiran, naluri,
perasaan, dan keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan
lingkungannya.Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan
dalam suatu masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan
dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan
suatu proses interaksi sosial. Interaksi social terbentuk karena dipengaruhi oleh tindakan
social, kontak social, dan komunikasi social.
Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari
masyarakatnya.Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan
yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan
maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri,
mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Psikologi Sosial ?
2. Apakah Hubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu lain ?
3. Bagaimana cara menerapkan Psikologi Sosial dalam masyarakat ?
4. Bagaimana cara menganalisa masalah – masalah sosial ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Psikologi Sosial
2. Untuk mengetahuiHubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu lain
3. Untuk mengetahui cara menerapkan Psikologi Sosial
4. Untuk mengetahuicara menganalisa masalah – masalah sosial
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Sosial


Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang prinsip
prilaku manusia. Sedangkan manusia itu sendiri tidak bisa hidup sendirian, karena ia
memang pada dasarnya adalah makhluk sosial. Ilmu pengetahuan yang mempelajari
sistem sosial disebut sosiologi.
Sistem sosial itu misalnya keluarga, organisasi dan masyarakat. Dalam sistem
sosial itu akan terjadi suatu proses sosial yang kompleks seperti perubahan sosial dan
sosialisasi pada anak-anak. Jadi disini tampak bahwa sebagian area psikologi ternyata
tumpang tindih dengan sosiologi.Area yang berbau psikologi dan sosiologi itulah yang
dimaksud dengan psikologi sosial.
Psikologi sosial  adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau
pengaruh sosial terhadap perilaku manusia.Bidang ini sangat luas, mencakup berbagai
bidang studi dan beberapa disiplin ilmu. Psikologi sosial juga digunakan dalam berbagai
disiplin dan industri; banyak orang memanfaatkan prinsip-prinsip psikologi sosial bahkan
tanpa menyadari hal itu ketika mereka mencoba untuk mengendalikan kelompok,
pengaruh pendapat seseorang, atau menjelaskan mengapa seseorang berperilaku dengan
cara tertentu.
Akar psikologi sosial diletakkan di akhir 1800-an, ketika psikologi sebagai suatu
disiplin ilmu yang berkembang di Eropa.Ketika Perang Dunia Pertama banyak psikolog
melaju ke Amerika Serikat, psikologi sosial mulai muncul sebagai suatu disiplin yang
berbeda di tahun 1920.Salah satu pengaruh utama di lapangan adalah Kurt Lewin.
Psikologi Sosial mengkaji interaksi interpersonal, menganalisis cara seseorang
berinteraksi dengan orang lain, baik secara tunggal atau dalam bentuk kelompok
besar. Psikologi sosial juga membahas pengaruh budaya seperti iklan, buku perilaku,
film, televisi, dan radio, melihat bagaimana hal ini berdampak pada manusia. Seperti
banyak ilmuwan,  psikologi sosial seperti menggunakan metode empiris untuk
melakukan penelitian di bidang mereka. Metode ini sering melibatkan eksperimen yang
dapat membawa isu-isu etis yang kompleks. Salah satu percobaan paling terkenal
psikologi sosial adalah Stanford Penjara Percobaan yang dilakukan oleh dr. Philip
Zimbardo , yang akhirnya dihentikan karena keluar kendali.

B. Hubungan Psikologi Sosial dengan Cabang Psikologi lain


1. Psikologi Sosial dengan Psikologi Perkembangan.
Psikologi perkembangan adalah ilmu psikologi yang mempelajari faktor-faktor
mengenai perkembangan manusia sejak lahir hingga meninggal. Psikologi
perkembangan berhubungan erat dengan psikologi sosial. Contohnya: saat seorang
anak baru saja mengenal dunia luar dan mulai memiliki teman sebayanya. Dapat
dijabarkan bahwa psikologi perkembangannya yaitu anak yang baru saja mengenal
dunia luar dan psikologi sosialnya yaitu anak tersebut memiliki teman (bergaul
dengan lingkungannya).
2. Psikologi Sosial dengan Psikologi Belajar
Psikologi belajar adalah ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana keefektifan
pengajaran. Psikologi belajar ini membahas mengenai cara seseorang melakukan
kegiatan belajar. Psikologi belajar adalah gabungan antara psikologi sosial dan
psikologi perkembangan.Contoh hubungan antara psikologi sosial dan psikologi
belajar yaitu seseorang yang berai melakukan suatu hal baru ketika ada orang-orang
terdekatnya memberi semangat misalnya saja orangtua, teman atau sahabat.
3. Psikologi Sosial dengan Psikologi Kepribadian
Psikologi kepribadian adalah ilmu psikologi yang mempelajari tentang keunikan
keunikan dari invidu. Psikologi kepribadian membandingkan individu satu dengan
individu yang lain. Psikologi kepribadian terkadang berlawanan dengan psikologi
sosial namun saling berkaitan satu sama lain. Contonya: ketika kita berada di antara
sebuah kelompok sosial kita harus mengenal kepribadian dari kelompok sosial
tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam bergaul.
4. Psikologi Sosial dengan Psikologi Abnormal
Psikologi abnormal adalah ilmu psikologi yang mempelajari keabnormalan
seseorang.Psikologi abnormal berkaitan dengan psikologi sosial dan psikologi
kepribdian.Contoh hubungan psikologi abnormal dengan psikologi sosial yaitu
bagaimana sikap seseorang dalam lingkungan kita.
5. Psikologi Sosial dengan Psikologi Klinis
6. Psikologi klinis adalah ilmu
Psikologi yang menerapkan psikologi untuk memahami dan memulihkan kondisi
psikologis seseorang dan mencagah terjadinya keabnormalan.Psikologi klinis
berhubungan dengan psikologi abnormal dan psikologi sosial.Contoh hubungannya
dengan psikologi sosial yaitu untuk memulihkan kondisi psikologis seseorang, kita
dapat meminta bantuan pada orang-orang terdekatnya, sehingga diketahui latar
belakang sosial dan penyebab dia mengalami gangguan psikologis.
7. Psikologi Sosial dengan Psikologi Umum
Psikologi umum adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia denagn
lingkungannya.Psikologi umum jelas sangat berkaitan dengan psikologi sosial.
Contohnya saja ketika kita ingin mengetahui tentang lingkungan disekitar kita makan
kita harus mengetahui aspek-aspek psikologisnya dulu   

C. Cara Menerapkan Psikologi Sosial


Ketika masyarakat belum mengetahui sepenuhnya manfaat psikologi sosial, maka
dampaknya para ahli di bidang itu menjadi miskin dalam hal financial Mereka tidak
mampu menjual ilmunya.Pada umumnya masyarakat menghendaki agar psikologi sosial
memenuhi dua tuntutan yaitu masalah relevansi dan masalah keadaan alat pengukurnya.
Tuntutan-tuntutan pertama, topik-topik yang diteliti dalam psikologi sosial
hendaknya relevan dengan masalah-masalah yang sedang terjadi di masyarakat.Jadi hasil
penelitian hendaknya dapat menyelesaikan masalah sosial yang ada.Relevansi ini
hendaknya juga menyangkut metodologinya. Kritik yang sering muncul adalah topik
penelitiannya relevan, namun metodologinya tidak seiring sejalan , atau sebaliknya.
Hasilnya sama saja, yaitu tidak diperhatikan oleh masyarakat dan hanya menjadi
penghuni perpustakaan saja.
Menerapkan psikologi sosial berarti menerangkan tingkah laku sosial yang nyata
dengan menggunakan teori yang diperoleh dari penelitian dalam laboratorium.Namun
timbul berbagai problem mengenai metode ekperimen dalam laboratorium ini.
Problem pertama, bahwa hasil dari penelitian laboratorium biasanya artificial
(buatan), bukan berasal dari lingkungan yang nyata.Aibatnya para ahli mengalami
kesulitan dalam melakukan generalisasi.
Problem kedua adalah masalah-masalah sosial itu penyebabnya dari berbagai
faktor.Sedangkan penelitian dalam laboratorium hanya mengukur dua atau tiga variable
saja.Dikahwatirkan hasil penelitian tidak dapat “memotret” keadaan yang sebenarnya.
Problem ketiga, adalah bahwa hasil dari laboratorium kebanyakan lebih
merupakan tiruan atau cerminan dari cara-cara orang berprilaku umumnya.Jarang ada
hasil penelitian yang menawarkan bentuk-bentuk prilaku sosial yang baru.
Problem keempat adalah yaitu beberapa teori dalam psikologi sosial mengontrol
beberapa prilaku sosial.Ini karena dikhawatirkan prilaku itu dapat menganggu jalannya
eksperimen.
Bagaimanapun juga hasil penelitian psikologi sosial tetap bermanfaat bagi kita
semua dalam memahami fenomena psikologi sosial yang ada disekliling kita.Saran dari
masyarakat untuk menerapkan psikologi sosial ada dua.Pertama, sebaiknya penelitian
psikologi sosial dilakukan di lapangan saja (real setting) bukan hanya di
laboratorium.Kedua, agar memperbaiki interaksi sosial.Tuntuta kedua dari masyarakat
terhadap psikologi sosial adalah masalah validitas alat pengukur dan metodologinya.
Belum jelas apakah yang diukur oleh alat pengukur itu dan apa yang diukur. Jika
pengukurannya tidak valid maka hasil penelitiannya sulit akan dipercaya.
Pada tahun 1973 Catwright telah mengupas 169 penelitin tentang keberanian
mengambil resiko (risky-shift-phenomeneon) pada umumnya, penelitian itu
mengemukakan bahwa individu lebih berani mengambil keputusan yang beresiko tinggi
ketika ia berada dalam sebuah kelompok, daripada ketika ia sendirian. Hampir semua
penelitian itu ternyata :
1. Menggunakan angket yang sama dengan yang asli,
2. Merupakan duplikat dari penelituan yang asli
3. Mean score atau nilai rata-rata dari jawaban angket untuk kelompok ternyata lebih
benar daripada score individu. Ini menunjukkan bahwa benar individu dalam
kelompok memang lebih berani mengambil keputusan yang berisiko ketimbang
ketika ia sendirian
Menurut Catwright, hasil penelitian itu tentu saja membingungkan karena
tidak sesuai dengan pendapat ahli pada umumnya. Mereka berpendapat bahwa
individu dalam kelompok cenderung melakukan konformitas, dan menolak
kreativitas serta hal-hal yang berisiko tinggi.Penelitian yang asli tidak diragukan
lagi validitas atau keasliannya sedangkan penelitian yang lainnya dianggap tidak
valid karena tidak sesuai dengan situasi yang nyata (real setting). Para peneliti itu
tidak memeriksa fenomena itu dengan alat lain dan juga tidak memeriksa
sebelumnya apakah fenomena itu benar terjadi dalam situasi yang nyata.
D. Cara Menganalisa Masalah Sosial
Pertanyaan tersebut sangat relevan karena orang pada umumnya sudah mengalami
kebingungan yang sangat serius, ketika berhadapan dengan masalah-masalah sosial. Ini
dapat dipahami karena masalah sosial itu biasanya tidak dapat berdiri sendiri dan saling
bertali-temali dengan faktor lain yang mungkin saja ada di luar jangkauan psikologi
sosial.
Untuk itu Fisher telah memberikan saran tentang cara memilah dan memilih
masalah sosial. Ia mengajukan delapan tingkatan dalam melihat masalah sosial Pertama
disebut dengan tingkat individu.Termasuk dalam tingkatan ini ialah karakteristik
kepribadian, motif dan sikap.Semuanya itu adalah penentu yang sangat kuat dalam segala
masalah sosial.Variable individu ini untuk membandingkan antara satu orang dengan
orang yang lainnya. Pada tingkatan ini konsep tentang teori peran sangat berguna.Konsep
itu membahas tentang prilaku yang sesuai untuk peran yang sedang disandang
individu.Jadi disini konsep peran tersebut merupakan tali penghubung dengan system
sosial secara kesuluruhan.
Kedua, yaitu interpersonal.Pada tingkatan ini masalah yang relevan yaitu
hubungan interaksi sosial antara dua orang.Pada tahapan ini berbagai persoalan yang
menarik yaitu komunikasi, daya tarik interpersonal, pengaruh dan sebagainya.Hubungan
dyadic ini merupakan hubungan yang paling penting dari semua permasalahan sosial
yang ada.Bila hubungan pada tingkat ini tidak beres, kemungkinan besar hubungan sosial
pada tingkat berikutnya juga kacau.
Tingkat ketiga yaitu tingkat hubungan antara kelompok dengan individu.Pada
tahap ini untuk pertama kalinya dibahas berbagai persoalan yang sifatnya tidak
memandang individu tetapi kelompok. Contohnya iklim kelompok, norma kelompok,
jaringan komunikasi. Penekanan pada tahap ini ialah apa saja cara-cara yang dilakukan
kelompok untuk mempengaruhi individu. Mempengaruhi itu bisa berarti memaksa,
membujuk, mepencundangi, mengisolasi, atau bahkan memecut individu untuk lebih
berprestasi.
Tingkat keempat yaitu tingkat hubungan antar kelompok.Sama seperti hubungan
antar individu yang mengenai istilah daya tarik interpersonal, maka kelompok pun juga
mempunyai daya tarik yang berbeda-beda. Dampaknya satu kelompok mungkin
mempunyai anggota yang banyak, sedangkan sekelompok lain hanya sedikit. Perbedaan
karakteristik kelompok ini sering menyebabkan perseteruan antar kelompok yang
mungkin dipicu oleh masalah prasangka, diskriminasi. Hubungan antar kelompok pun
juga bias mempengaruhi tingkat keteguhan anggota untuk tetap berada dalam kelompok
(cohesive).
Tingkat kelima yaitu tingkat organisasi.Pada tingkat ini dibicarakan tentang
organisasi-organisasi yang terstruktur dan yang tidak terstruktur.Organisasi terstruktur
adalah organisasi bisnis, lembaga, sekolah, dan sebagainya.Sedangkan organisasi tidak
terstruktur yaitu gerakan sosial dansebagainya.Penelitian yang ada pada umunya
membahas tentang kelompok dalam organisasi, seperti kelompok buruh dan kelompok
manajemen dalam suatu organisasi bisnis.
Tingkat keenam adalah tingkat masyarakat.Pada tingkatan ini permaslahan
menjadi sangat kompleks karena terlalu banyaknya faktor yang mempengaruhi
masyarakat.Oleh karena itu pada tingkatan ini ahli psikologi sosial biasanya tidak bekerja
sendirian.Ia harus meminta pertolongan dari ahli sosiologi antropologi, dan sebagainya.
Tingkatan ketujuh yaitu tingkat bangsa.Artinya secara politik sekelompok besar
orang diikat oleh faktor geografis, budaya dan identitas bangsa.Pada tingkat ini masalah
yang timbul umumnya sebagai akibat dari kebijakan nasional, undang-undang negara,
norma-norma budaya serta perubahan sosial. Contoh persoalan sosial pada tingkat ini
ialah masalah racism, sexism( deskriminasi berdasarkan ras, suku, bangsa, jenis kelamin)
dan kemiskinan.
Tingkatan kedelapan adalaah tingkat internasional atau hubungan antar bangsa.Ini
sudah merupakan hubungan yang sifatnya global. Pada tingkatan ini, seorang politikus
akan sangat diuntungkan bila ia juga menguasai psikologi sosial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikologi sosial sebagai ilmu yang merupakan cabang ilmu pengetahuan psikologi
pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan situasi-situasi sosial, seperti situasi kelompok,situasi massa dan
sebagainya termasuk di dalamnya interaksi antara orang dan hasil kebudayanya.
Psikologi sosial memiliki hubungan yang sangat erat dengan cabang-cabang psikologi
lainnya.Dalam menerapkan psikologi sosial sangat sulit sekali menemukan hasil
penelitian yang dapat dipercaya keasliannya dan validitasnya.Maka dari itu dalam
memilih penelitian psikologi sosial harus lebih teliti dari banyaknya duplikasi dalam
penelitian-penelitian yang dilakukan terkait dengan ilmu psikologi sosial.

B. Saran
Saran yang kami ambil dari Psikologi sosial adalah Pendekatan terhadap bidang tersebut
berfokus pada individu dan mencoba untuk menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan,
dan perilaku individu dipengaruhi oleh orang lain. psikologi menekankan situasi sosial yang baru
terjadi dan interaksi sosial antara seseorang dan variabel situasi, psikologi ini sangat penting di
kehidupan manusia. Saran yang kami ambil agar ilmu pskologi ini akan tetap selalu di
kembangkan di berbagai negara supaya setiap masalah yang terjadi tentang psikologi sosial dapat
teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mulawarman, Mulawarman, and Aldila Dyas Nurfitri. "Perilaku pengguna media sosial
beserta implikasinya ditinjau dari perspektif psikologi sosial terapan." Buletin
Psikologi 25.1 (2017): 36-44.
2. Hermawan, Agus. "Psikologi Sosial." (2020).
3. Wahyu, Agung Minto, and Mochammad Sa’id. "Produktivitas selama work from home:
Sebuah analisis psikologi sosial." Jurnal Kependudukan Indonesia 2902 (2020): 53.
4. Subqi, Imam. "Psikologi Sosial." (2020).
5. Rahmawati, Intan. Pengantar Psikologi Sosial. Bumi Aksara, 2022.
6. Diwyarthi, Ni Desak Made Santi, et al. "PSIKOLOGI SOSIAL." (2021).
7. https://www.academia.edu/20335871/PENGENALAN_PSIKOLOGI_SOSIAL

Anda mungkin juga menyukai