Anda di halaman 1dari 9

A.

Sistem laporan dan informasih puskesmas

Sistem Informasi Puskesmas minimal mencakup:

Pencatatan dan pelaporan kegiatan puskesmas dan jaringannya. Survei lapangan laporan
kegiatan puskesmas dan laporan jejaring fadilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
Laporan kegiatan puskesmas diselenggarskan melalui Komunikasi Data.Sistem informasi
puskesmas merupakan bagian dari sistem informadi kesehatan Kabupaten Kota.Puskesmas
wajib menyampaikan laporan kegiatan puskesmas secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota. Sistem informasi puskesmas telah menyesuaikam dengan perkembangan
sistem kesehatan dan kebijakan saat ini dan sesuai kebutuhan program sehingga menjadi satu
satunya pelaporan di Puskesmas,tidak semua yang dicatat perlu dilaporkan ,serta mekanisme
pelaporanya jelas.

Sistem Informasi Puskesmas minimal mencakup: Pencatatan dan pelaporan kegiatan


puskesmas dan jaringannya. Survei lapangan laporan kegiatan puskesmas dan laporan jejaring
fadilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya. Laporan kegiatan puskesmas diselenggarskan
melalui Komunikasi Data.
Sistem Informasi Puskesmas adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk
membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas dalam
mencapai sasaran kegiatannya.

Tujuan sistem informasi manajemen di puskesmas adalah untuk meningkatkan kualitas


manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan
secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang

B. Manajemen Puskesmas
UU 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
Manajemen Puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, penilaian dan pertanggungjawaban yang secara sistematik
dilaksanakan Puskesmas dalam rangka menyelenggarakan tugas dan fungsi sehingga
menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien.
Ruang Lingkup Pelayanan
1. Kuratif (pengobatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Promotif (peningkatan kesehatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
C. Manajemen Obat Puskesmas Dan Manajemen kesehatan

Manajemen obat adalah suatu kemampuan atau ketrampilan untuk menyediakan obat
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat sasaran serta tepat penggunaan secara efisien
dengan melaksanakan serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pengendalian persediaan, pendistribusian dan penggunaan.
obat merupakan barang yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang sakit. Pentingnya
obat dalam pelayanan kesehatan memberikan konsekuensi yang besar pula dalam anggaran
obat. Anggaran obat di rumah sakit untuk obat dan alat kesehatan yang dikelola instalasi
farmasi mencapai 50-60% dari seluruh anggaran rumah sakit. Berbagai rumah sakit
melaporkan bahwa keuntungan dari obat yang dijual di rumah sakit merupakan hal yang
paling mudah dilakukan dibandingkan dengan keuntungan dari jasa yang lain, misalnya
radiologi, pelayanan rawat inap ataupun pelayanan gizi.
Manajemen kesehatan sering disebut sebagai suatu proses kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur dan menggerakkan para petugas sumber daya manusia dalam merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi semua kegiatan pelayanan kesehatan
dalam organisasi dalam upaya untuk:
(1) Mengetahui adanya persoalan pelayanan kesehatan
(2) Mendefinisikan persoalan pelayanan kesehatan
(3) Mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan pelayanan kesehatan
(4) Data dan informasi yang timbul dalam pelayanan kesehatan
(5) Menyusun alternatif penyelesaian persoalan pelayanan kesehatan
(6) Mengambil keputusan pelayanan kesehatan dengan memilih salah satu alternatif
penyelesaian dan melaksanakan keputusan serta tidak lanjut untuk mencapai tujuan yang
harus di capai

D. Pemanfaatan dan pemeliharaan alat-alat kesehatan

Pemeliharaan rutin dan berkala alat kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh
Seksi Alat Kesehatan dan PKRT. Selain kalibrasi alat kesehatan, perbaikan alat kesehatan
yang rusak juga merupakan upaya dari pemeliharaan rutin dan berkala alat kesehatan.

Tujuan pemeliharaan alat kesehatan


Adanya pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan keandalan dan keamanan alat
tersebut agar aman untuk pasien dan penggunanya. Selain itu, adanya pemeliharaan alat
kesehatan dapat membantu organisasi atau pengguna untuk membentuk manajemen
pemeliharaan yang lebih baik.
E. Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Pegawai Puskesmas

Puskesmas merupakan UPTD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab


menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Menurut Permenkes
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinkes Kabupaten/Kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia. Terkait dengan mutu pelayanan di puskesmas, saat ini kegiatan yang dilaksanakan
oleh Puskesmas rata- rata masih berupa kegiatan rutinitas dan relative identik/tidak berbeda
sedikit pun satu sama lain.

Menurut Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/ II/2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis


dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar
terdekat dengan masyarakat menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di srata pertama pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan
puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Menurut
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas Pasal 6, ada 3 (tiga) fungsi puskesmas,
yaitu: pertama, penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di
wilayah kerjanya. Puskesmas dalam hal ini berwenang: melaksanakan perencanaan
berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang
diperlukan; melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan

Menurut Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004, Puskesmas Upaya kesehatan wajib


tersebut adalah:
a. Upaya Promosi Kesehatan.
b. Upaya Kesehatan Lingkungan.
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga
Berencana.
c. Upaya Perbaikan Gizi.
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular.
E.Upaya Pengobatan

Mutu di puskesmas adalah suatu proses yang di lakukan oleh pimpinan bawahan dan
semua yang bekerja di ingkungan dengan mengikuti tata cara atau aturan yang di tetapkan
oleh kementerian kesehatan ( kemenkes ). Meliputi SOP ( Standar Operasiona Prosedur) serta
acuan-acuan lain seperti SOP PROTA (Prosedur Tetap) adalah standar yang harus di lakukan di
puskesmas guna mencapai pelayanan yang memuaskan bagi Masyarakat.

Untuk menunjang mutu di butukan tenaga sumber daya manusia yang berkopeten serta
profesioanal di bidangnya masiang – masing, di butuhkan sumber dana dalam proses
pelaksanaan manajemen puskesmas. Di butuhkan alat dan sarana - prasarana yang memadai
sehingga proses mutu itu bisa tercapai.

Mutu ini harus dilakukan berkesinambungan atau berkelanjutan dari tahun ke tahun mutu
juga perlu dilakukan evaluasi juga perlu dilakukan peningkatan, mengkuti kebutuhan dari
pelayanan sehingga kita bisa mempertahankan mutu tersebut.

Contoh dari mutu setiap pelayanan di puskesmas memiliki SOP atau standar operasional
prosedur atau PROTA ( prosedur tetap ) yang sudah di buat. Contoh petugas LAB harus
menggunakan jas LAB henskun atau APD dalam melakukan pelayanan pemeriksaan di
laboratorium itu sudah prosedur tetap.

Jika tidak melakukan prosedur tetap kemungkinan pelayanan itu tidak bermutu :Terhadap
dirinya sendiri dia bisa terkontaminasi atau terinveksi akibat kesalahan kerja. Setiap unit
mempunyai SOP setiap jenis kegiatan mempunyai SOP miniloka karya (Minilok) pertemuan di
puskesmas.

Ruang pertemuan susunan meja untuk rapat berbentuk leter U atau setenga lingkaran
dengan pemimpin di depan supaya peserta bisa menghadap ke depan dan di tentukan jangka
waktu dan tanggal di setiap bulan minilok sesuai standar. Pemabahasan di minilok adalah data
atau masala tahun lalu yang akan di rencanakan atau yang sudah kita rencanakan untuk kita
laksanakan di tahun baru atau bulan baru.

Uraian diatas menunjukan bahwa puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembangunan kesehatan, karena:

1). Pusksesmas sebagai tulang punggung pelayanan kesehatan. Puskesmas berfungsi sebagai
penapisan pertama dalam sistem rujukan. Setiap orang yang akan berobat ke pelayanan
kesehatan tingkat lanjut/fasyankes sekunder/rumahsakit harus meminta rujukan
dulu ke puskesmas.

2). Fokus utama puskesmas adalah pelayanan primer tanpa mengabaikan pelayanan sekunder
(kuratif dan rehabilitatif). Pelayanan kesehatan primer adalah promotif dan preventif yang
mendorong meningkatnya peran dan kemandirian masyarakat dalam mengatasi berbagai faktor
risiko kesehatan.
3). Keberhasilan pelayanan kesehatan primer akan mendukung pelaksanaan
program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), karena akan mengurangi jumlah pasien yang di
rujuk.

4).Mengurangi biaya pelayanan kesehatan yang bersifatkuratif. Dan

5). Pelaksanaan pelayanan kesehatan primer di daerah yang baik akan mendukung
pembangunan kesehatan nasional

Besarnya peran puskesmas tersebut, memerlukan sumber daya manusia kesehatan yang cukup
dan bermutu. Karena sumber daya manusia kesehatan berperan sebagai penggerak dan
pemberi pelayanan dalam pembangunan kesehatan. Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 1 dinyatakan bahwa “tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan”. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, menyatakan bahwa dalam perencanaan tenaga kesehatan, pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, baik dalam jumlah, jenis,
maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan
kesehatan. Untuk menetapkan jenis, jumlah, dan kualifikasi tenaga kesehatan tersebut sesuai
dengan kebutuhan pembangunan kesehatan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
(PP). Namun demikian, hingga saat ini PP yang diamanatkan dalam undang-undang tenaga
kesehatan tersebut belum ada dan masih diberlakukan PP No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan .

F. Sumber Pembiayaan Puskesmas Dan Alokasi Pembiayaan (Dana Book)

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Adalah bantuan dana dari pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota melaksanakan
pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan menuju
Millennium Development Goals (MDGs) dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan
jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
promotif dan preventif

Dari sekian banyak upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas, dana BOK utamanya
digunakan untuk mendukung upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang
meliputi:
1. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
2. Imunisasi
3. Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Promosi Kesehatan
5. Kesehatan Lingkungan
6. Pengendalian Penyakit

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan di Puskesmas secara optimal,


tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan manajemen Puskesmas yang
mencakup:
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas
Kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas yang dimaksud adalah penyusunan
perencanaan kegiatan Puskesmas yang akan dilaksanakan selama satu tahun
dari berbagai sumber daya termasuk salah satunya adalah BOK.
2. Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan proses penyusunan rencana kegiatan
yang telah direncanakan selama satu tahun menjadi kegiatan bulanan yang
disepakati (POA bulanan) untuk dilaksanakan, termasuk kegiatan-kegiatan yang
akan dibiayai dari BOK.
3. Evaluasi
Penilaian pencapaian program dan kegiatan Puskesmas dalam kurun waktu satu
tahun dari yang direncanakan tersebut di atas.

Pengusulan dan pencairan anggaran untuk setiap Puskesmas harus mengikuti prosedur berikut:
1. Puskesmas membuat Plan of Action (POA) yang merupakan satu kesatuan dengan
POA Puskesmas.
2. Berdasarkan POA tersebut, Puskesmas mengusulkan kebutuhan dana untuk
kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Bendahara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota akan mencairkan permintaan dana
Puskesmas berdasarkan persetujuan atas hasil verifikasi Tim Pengelola BOK
Tingkat Kabupaten/Kota.
4. Untuk pencairan dana berikutnya dapat dilakukan dengan tetap membuat POA dari
hasil lokakarya mini dan melampirkan laporan pemanfaatan dana sebelumnya serta
laporan SP2TP/SP3.
5. Untuk Puskesmas terpencil/sangat terpencil, periode pencairan dana dapat diatur
berdasarkan kesepakatan Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Upaya Kesehatan
a. Biaya transportasi petugas Puskesmas, Pustu, Poskesdes, kader kesehatan,
dan dukun beranak untuk pelayanan luar gedung yang meliputi:
1) Dari Puskesmas ke desa/dusun/Posyandu/ sasaran
2) Dari desa ke dusun/Posyandu/sasaran
3) Dari dusun ke sasaran/Posyandu (di lingkungan dusun tersebut)
b. Biaya transportasi rujukan dari desa ke Puskesmas, dari Puskesmas ke rumah
sakit terdekat untuk peserta Jampersal dengan kasus risiko tinggi, komplikasi
kebidanan, dan bayi baru lahir.
c. Biaya penginapan, bila diperlukan sesuai peraturan yang berlaku (untuk desa
terpencil/sulit dijangkau)
d. Uang harian, bila diperlukan sesuai peraturan yang berlaku (untuk desa
terpencil/sulit dijangkau)
e. Pembelian bahan PMT penyuluhan dan PMT pemulihan untuk balita usia 6-59
bulan dengan gizi kurang

Dana BOK tidak boleh dimanfaatkan untuk:


a. Upaya kuratif dan rehabilitatif
b. Gaji, uang lembur, insentif
c. Pemeliharaan gedung (sedang dan berat)
d. Pemeliharaan kendaraan
e. Biaya listrik, telepon, dan air
f. Pengadaan obat, vaksin, dan alat kesehatan
g. Biaya konsumsi untuk penyuluhan
h. Pencetakan
i. ATK dan penggandaan untuk kegiatan rutin Puskesmas

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan di masing masing Puskesmas, pengelola


keuangan wajib membukukan dalam buku kas tunai atas semua transaksi yang terjadi.
Sedangkan bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan di tingkat
Puskesmas adala sebagai berikut:
1. Biaya perjalanan dinas yang tidak menginap (transportasi, uang harian)
Bentuk pertanggungjawabannya berupa kuitansi dengan lampiran bukti
transportasi, bon pembelian bensin, surat pernyataan riil yang ditandatangani
petugas yang bersangkutan dan diketahui oleh kepala Puskesmas, serta laporan
perjalanan dinas.
2. Biaya perjalanan dinas yang menginap (transportasi, uang harian, uang
penginapan)
Bentuk pertanggungjawabannya berupa surat tugas, kuitansi dengan melampirkan
rincian biaya, bukti transportasi/bon pembelian bensin, surat pernyataan riil yang
ditandatangani petugas yang bersangkutan dan diketahui oleh kepala Puskesmas,
serta laporan perjalanan dinas.

3. Rapat
Bentuk pertanggungjawabannya berupa kuitansi total pengeluaran dengan lampiran
surat undangan, daftar hadir, bukti biaya konsumsi, daftar penerimaan transportasi,
dan notulen rapat.
4. Pembelian barang, penggandaan, alat tulis kantor
Bentuk pertanggungjawabannya berupa kuitansi dengan melampirkan faktur
barang.
5. Orientasi/refreshing
Bentuk pertanggungjawabannya berupa kuitansi dengan lampiran kerangka acuan
(TOR), bukti-bukti pengeluaran (bahan, penggandaan, sewa ruang
pertemuan/gedung, jadwal kegiatan, daftar hadir peserta, dan laporan kegiatan).
6. Pengiriman laporan pertanggungjawaban
Bentuk pertanggungjawabannya berupa bukti transportasi atau bukti pengiriman
lewat pos

G. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan

Partisipasi masyarakat mempunyai pemahaman yang luas, salah satunya adalah berkaitan
dengan keterlibatan masyarakat untuk mempertahanan kesehatannya secara mandiri,
bertanggung jawab dengan memanfaatkan sumber daya dan dana yang ada. Partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan berkaitan dengan keterlibatan masyarakat secara aktif
dalam  melakukan penilaian permasalah, penyusunan rencana, pelaksanaan kegiatan,
memantau pelaksaan kegiatan serta melakukan evaluasi. Namun seringkali partisipasi
masyarakat dalam sebuah program diartikan secara sempit yang mengukur partisipasi
masyarakat hanya dari tingkat penggunaan layanan atau melibatkan masyarakat dalam proses
konsultasi penyusunan kegiatan. Namun sayangnya model partisipasi seperti ini tidak akan
menjamin peran masyarakat dalam sebuah upaya promkes karena menunjukkan partisipasi
yang pasif.

Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan berkaitan dengan keterlibatan masyarakat


secara aktif dalam melakukan penilaian permasalah, penyusunan rencana, pelaksanaan
kegiatan, memantau pelaksaan kegiatan serta melakukan evaluasi. Upaya mendorong
partisipasi masyarakat dapat promosi kesehatan dilakukan dengan cara peningkatan
pengetahuan, ketrampilan atau skill maupun membuka ruang pada masyarakat untuk dapat
berperan sebagai produsen dan konsumen, prosumers, yang secara aktif turut serta dalam
upaya upaya promosi kesehatan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun pihak
swasta.

Anda mungkin juga menyukai