Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas merupakan institusi dimana fungsi utamaya adalah


memberikan pelayanan kepada pasien sebaik-baiknya itu secara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitasi.Maka dengan itu Puskesmas merupakan peran
yang paling strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia.Pusat Kesehatan Masyarakat yang lebih dikenal dengan
sebutan Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas, yakni unit organisasi
di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota yang melaksanakan tugas teknis
operasional dan bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
satu atau sebagian wilayah kecamatan.
Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan oleh Puskesmas dan
jaringannya, yang meliputi Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas
Keliling, dan Bidan di Desa merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
kepada masyarakat, berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan
berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional;
Selain itu Puskesmas dan jaringannya secara langsung juga
bertanggungjawab dalam meningkatkan kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat dalam lingkungan yang sehat melalui pendekatan azas pertanggungjawaban
wilayah, azas peran serta masyarakat, azas keterpaduan lintas program dan lintas
sektor serta azas rujukan
Puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan umum, dapat dipastikan
membutuhkan keberadaan sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanan puskesmas kepada para pengguna
(pasien) dan lingkungan terkait. Dengan lingkup pelayanan yang begitu luas,
tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses
pelayanan di puskesmas. Banyaknya variabel di puskemas turut menentukan
kecepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan
puskesmas.
1
Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan
pasien, data-data arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan
cara-cara yang manual. Selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari
pengelolaan data juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan
sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai komputer sebagai
alat bantu untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak
program komputer yang secara khusus didesain untuk manajemen data di
puskesmas.
Sistem Informasi di Puskesmas sangat diperlukan selain mempermudah
akses pelayanan juga pelayanan dapat dijalankan semaksimal mungkin, dimana
sistem informasi merupakan rangkaian atau komponen terdiri dari pengumpulan
data yang kemudian diproses menjadi sebuah informasi yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan. Dikarenakan pentingnya sistem informasi kesehatan pada
puskesmas, penulis bermaksud meneliti mengenai sistem informasi kesehatan
yang terdapat pada puskesmas timbangan, Indralaya.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan sistem informasi manajemen kesehatan di


puskesmas timbangan, Indralaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui penerapan sistem informasi manajemen kesehatan di


Puskesmas Timbangan, Indralaya.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui peranan system informasi kesehatan poli umum di


puskesmas timbangan, Indralaya.
b. Mengetahui kendala mengenai sistem informasi manajemen
kesehatan di puskesmas timbangan, Indralaya.
c. Mengetahui solusi sistem informasi manajemen di puskesmas
timbangan, Indralaya.
d. Mengetahui alternatif pemecahan system informasi manajemen
kesehatan di puskesmas timbangan, Indralaya.
e. Mengetahui sekilas mengenai profil puskesmas timbangan,
Indralaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai bentuk pengalaman nyata dalam menerapkan konsep teori


dengan riset di lapangan dan sebagai bahan informasi dalam memperluas
atau memperkaya wawasan bagi peneliti maupun pembaca/pemerhati
kesehatan masyarakat khususnya mengenai penerapan system informasi
manajemen kesehatan poli umum di Puskesmas Timbangan, Indralaya.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan informasi baru


serta sebagai sarana menambah pengetahuan dan dapat menjadi bahan
perbandingan atau referensi .
3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan tambahan referensi ilmu kesehatan pada komunitas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Lingkup materi dalam penelitian ini adalah mengenai profil puskesmas


timbangan, Indralaya, penerapan system informasi kesehatan, peran
simkes pada poli umum di Puskesmas Timbangan, Indralaya, masalah
mengenai system informasi manajemen kesehatan di puskesmas
timbangan, solusi simkes di puskesmas timbangan, serta alternative
pemecahannya.
2. Lingkup Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di puskemas timbangan, Indralaya.

3. Lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-13 Mei 2011.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
2.1.1.Definisi
Sistem Informasi manajemen Kesehatan merupakan tatanan berbagai
komponen data dan informasi kesehatan yang saling terkait satu dengan yang
lainnya untuk menghasilkan data dan informasi tentang kondisi kesehatan dan
kinerja kesehatan di suatu wilayah. (Tiar : 2009).
Kadang disebut juga sistem informasi kesehatan (SIK) atau health
information system (HIS). Dalam bahasan tentang administrasi atau manajemen
secara umum, materi tentang sistem informasi manajemen jarang dibahas
tersendiri secara khusus, karena pada umumnya unsur-unsurnya dianggap sudah
terintegrasi (build-in) di dalam hampir semua fungsi, unsur atau komponen dari
sistem manajemen organisasi secara keseluruhan, karena dalam setiap tahap
pengambilan keputusan dalam proses manajemen hampir selalu memerlukan
dukungan data informasi.Sistem informasi kesehatan dikembangkan untuk
mendukung manajemen kesehatan yang merupakan bagian dari sistem kesehatan.
Sistem informasi manajemen kesehatan sebagai sub sistem dalam sistem
administrasi kesehatan merupakan kesatuan/rangkaian kegiatan-kegiatan yang
mencakup seluruh jajaran upaya kesehatan diseluruh jenjang administrasi yang
mampu memberikan informasi kepada :
1. pengelola, yaitu para administrator atau manajer kesehatan untuk dasar
pertimbangan menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam
menjalankan fungsi-fungsi administrasinya.
2. masyarakat, dalam upaya untuk meningkatkan kemampuannya untuk
menolong dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.Sumber
daya organisasi antara lain man, money, macine, method, material, dan juga
data/informasi. Peran utama dari data/informasi pada hakekatnya adalah pada
dukungannya terhadap fungsi-fungsi administrasi/manajemen dalam
pengelolaan program kesehatan.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita rasakan bagaimana sulitnya
menentukan kebijakan atau pengambilan keputusan yang baik bila data/informasi
yang akan dipakai untuk mendasarinya kurang atau tidak cukup tersedia. Tanpa
dukungan data/informasi yang baik kebijakan yang kita ambil akan kurang tepat
atau keliru.
2.1.2. Tujuan dan manfaat

Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan


ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang berhasil
guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang akurat, tepat
waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk:
1. Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian
2. Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya
penanggulangannya
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
4. Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kesehatan
Sasaran dalam upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi
kesehatan meliputi:
1. Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi
dan atau tersedianya tenaga fungsional pengelola data/ informasi yang
terampil di seluruh tingkat administrasi
2. Ditetapkannya kebutuhan esensial data/ informasi di tiap tingkat dan
pengembangan instrumen pengumpulan dan pelaporan data
3. Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat
administrasi secara teratur, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan
atau atas permintaan dari pengguna data/ informasi
4. Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam
rangka pemantapan dan pengembangan otomasi pengolahan data di
seluruh tingkat administrasi
5. Pengembangan bank data kesehatan, pengembangan jaringan komunikasi
komputer dan informasi

1.1.3. Masalah-Masalah dalam Pengembangan SIKNAS dan SIKDA

Untuk mewujudkan SIKNAS yang diharapkan, sampai saat ini masih


dijumpai sejumlah kelemahan yang bersifat klasik, antara lain:
1. Sistem informasi kesehatan masih terintegrasi
Depkes RI memiliki berbagai sistem informasi kesehatan, tetapi belum
terintegrasi. Sistem informasi kesehatan itu antara lain:
a. Sistem informasi puskesmas

b. Sistem informasi rumah sakit

c. Sistem informasi kewaspadaan pangan dan gizi

d. Sistem informasi obat

e. Sistem informasi sumber daya manusia kesehatan, yang mencakup:

1. Sistem informasi kepegawaian kesehatan

2. Sistem informasi pendidikan tenaga kesehatan

3. Sistem informasi diklat kesehatan

4. Sistem informasi tenaga kesehatan

a. Sistem informasi IPTEK kesehatan/ jaringan litbang kesehatan

1. Sebagian besar daerah belum memiliki kemampuan memadai

Daerah masih memerlukan fasilitasi. Adanya proyek ADB, HP5 dan lain-
lain mendorong daerah mengembangkan SIK. Akan tetapi setiap proyek
cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan sendiri dan kurang
memperhatikan kelangsungan sistem.
2. Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal

Era sentralisasi menyebabkan segala sesuatunya serba dari atas


menyebabkan para manajer tidak pernah memikirkan perlunya
memanfaatkan data untuk mendukung pengambilan keputusannya
3. Pemanfaatan data dan informasi oleh masyarakat kurang dikembangkan
Minat masyarakat memanfaatkan data dan informasi semakin meningkat
dengan makin meluasnya pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Namun demikikian tuntutan masyarakat yang mening
kat ini kurang berkembang di bidang kesehatan karena kurangnya respon.

4. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal

Masalah nomor 5 bersumber dari masalah pada nomor 4. Biaya untuk


teknologi telematika memang besar, ditambah lagi dengan apresiasi
terhadap penggunaan teknologi telematika yang masih kurang, akibat
pengaruh budaya (kultur). Apresiasi yang rendah ini dikarenakan oleh
alasan rasio manfaat biaya, yang kurang memadai. Investasi untuk
teknologi telematika yang besar belum dapat menjamin akan
menghasilkan manfaat yang sepadan.
5. Dana untuk pengembangan sistem informasi kesehatan terbatas
Kelemahan ini berkaitan dengan masalah rasio biaya manfaat yang maasih
sangat rendah. Selain investasi, sistem informasi kesehatan juga
memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pemeliharaannya.
6. Kurangnya tenaga purna waktu untuk sistem informasi kesehatan

Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah


tenaga yang merangkap tugas atau jabatan lain. Dibeberapa tempat
memang dijumpai adanya tenaga purna waktu. Akan tetapi mereka tidak
dapat sepenuhnya bekerja mengelola data dan informasi karena imbalan
yang kurang memadai. Belum lagi ditambah dengan rendahnya
keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang informasi, khususnya
teknologi informasi dan manfaatnya.Jabatan fungsional untuk para
pengelola data dan informasi yaitu Pranata Komputer dan Statistisi,
memberikan tunjangan jabatan sebagai imbalan, namun demikian untuk
dapat memangku jabatan-jabatan tersebut diperlukan persyaratan tertentu
yang sulit dipenuhi oleh para pengelola data dan informasi.

2.1.4. Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan maka
strategi pengembangan SIKNAS adalah:
1. Integrasi sistem informasi kesehatan yang ada

Pengertian terintegrasi tidak bermaksud mematikan/ menyatukan semua


sistem informasi yang ada. Sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila
digabungkan akan disatukan. Sistem-sistem informasi lainnya,
pengintegrasian lebih berupa pengembangan: pembagian tugas, tanggung
jawab dan otoritas-otoritas dan mekanisme saling hubung. Dengan integrasi
ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu
dan sinergis membentuk SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab
akan memungkinkan data yang dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas
yang baik. Otaritas akan menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam
pengumpulan data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang berbeda-beda
mengenai suatu hal. Mekanisme saling hubung, khususnya dengan Pusat Data
dan Informasi Departemen Kesehatan akan menjamin dapat dilakukannya
pengolahan dan analisis data secara komprehensif.
1.1.5. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing)
data dan Informasi Terintegrasi
Pertimbangan akan perlunya mengkoordinasikan lima jenis pengumpulan
data yang masing-masing memiliki kekhasan dan kepentingan yang sangat
signifikan, yaitu:
a. Surveilans, yang meliputi surveilans penyakit, gizi, kesehatan lingkungan
dan pemantauan ketersediaan obat
b. Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT kabupaten/ kota ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, dari UPT provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi ke Departemen Kesehatan
(kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan
yang terintegrasi dan terkoordinasi.
c. Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada,
seperti program pemberantasan malaria
d. Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang
sudah berjalan seperti ketenaga kesehatan (Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain)
e. Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari
pengumpulan data rutin, yang meliputi baik yang berskala nasional
(seperti Survei Kesehatan Nasional), maupun yang berskala provinsi dan
Kabupaten/ Kota (SI IPTEK Kesehatan / Jaringan Litbang Kesehatan)
1.1.5. Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah

Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di


unit-unit pelayanan kesehatan (khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK
kabupaten/ kota, dan SIK provinsi. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di
Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun
luar gedung
b. Mengolah data

c. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

d. Memelihara bank data


e. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien
dan manajemen unit puskesmas
f. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
Sistem Informasi Kesehatan di rumah sakit memiliki tanggungjawab
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Memantau indikator kegiatan-kegiatan penting rumah sakit (penerimaan
pasien, lama rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu dan
lain-lain)
b. Memantau kondisi finansial rumah sakit (cost recovery)

c. Memantau pelaksanaan sistem rujukan

d. Mengolah data

e. Mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan/ Pemerintah setempat

f. Memelihara bank data

g. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien


dan manajemen unit rumah sakit
h. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya

Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/ Kota memiliki


tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Mengolah data dari unit-unit pelayanan kesehatan dan sumber-sumber lain

b. Menyelenggarakan survei/ penelitian bilamana diperlukan

c. Membuat profil kesehatan kabupaten/ kota untuk memantau dan


mengevaluasi pencapaian Kabupaten/ kota untuk memantau dan
mengevaluasi pencapaian Kabupaten/ Kota sehat
d. Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan kabupaten/ kota ke dinas
kesehatan provinsi setempat dan pemerintah pusat
e. Memelihara bank data

f. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,


manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
g. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
Sistem Informasi Kesehatan propinsi memiliki tanggungjawab untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah
propinsi dan sumber-sumber lain
b. Menyelenggarakan survei/ penelitian bilamana diperlukan

c. Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi


pencapaian propinsi sehat
d. Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat

e. Memelihara bank data

f. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,


manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
g. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
Fasilitasi pengembangan SIK daerah dilaksanakan dengan terlebih
dahulu membantu menata sistem kesehatannya, membantu pengadaan
perangkat keras, perangkat lunak, rekruitmen dan pelatihan tenaga kesehatan.

1.1.5. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen

Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen diawali


dengan mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
menyajikan data dan informasi kesehatan. Misalnya dalam rapat dengar pendapat
dengan DPRD harus dapat disajikan, kemasan-kemasan data dan informasi yang
menggambarkan kecenderungan masalah-masalah kesehatan rakyat dan kerugian
yang diakibatkannya. Pembahasan rancangan anggaran harus disajikan kemasan
data dan informasi tentang cost benefit dari kegiatan-kegiatan yang diusulkan.
Selain itu dikembangkan pula publikasi berkala cetak atau elektronik atau akses
online.

1.1.6. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat

Pemanfaatan fasilitas intranet dan internet karena penggunaannya sudah


meluas di masyarakat. Depkes menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga-tenaga
fungsional pengelola data dan informasi kesehatan.
2.1.9.Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi

Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi berlangsung paralel


dengan kegiatan 3,4 dan 5. Depkes menyusun Rencana Induk Penataan Kerangka
Teknologi Informasi (Information Technology Framework Rearrangement
Master Plan) dan Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia
Informasi (Information Human Resource Development Master Plan). Depkes juga
menerbitkan standar dan pedoman, serta advokasi agar terpenuhi sesuai rencana
induk.

2.2 . Puskesmas
2.2.1.Definisi
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.

2.2.2. Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah


tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat .
Indikator Kecamatan Sehat:

1) lingkungan sehat,

2) perilaku sehat,

3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

4) derajat kesehatan penduduk kecamatan.


Sementara misi puskesmas adalah sebagai berikut :
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di


wilayah kerjanya
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
2.2.3. Sejarah Perkembangan Puskesmas

Sejarah dan perkembangan puskesmas di Indonesia mulai dari


didirikannya berbagai institusi kesehatan seperti balai pengobatan, balai
kesejahteraan ibu dan anak, serta diselenggarakannya berbagai upaya-upaya
kesehatan seperti usaha hygiene dan sanitasi lingkungan yang masing-masing
berjalan sendiri-sendiri.Pada pertemuan Bandung Plan (1951) dr.J.Leimena
mencetuskan pemikiran mengintegrasikan berbagai institusi dan upaya tersebut
dibawah satu pimpinan agar lebih efektif dan efisien.Konsep ini kemudian
diadopsi oleh WHO.
Konsep pelayanan yang terintegrasi lebih berkembang dengan
pembentukan team work dan team approach dalam pelayanan kesehatan (1956).
Gagasan ini dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan
kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari
Dinas Kesehatan Kabupaten di setiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak
tahun 1969/1970.Penggunaan istilah puskesmas pertama kali dimuat pada Master
Plan of Operation for Strenghtening National Health Service in Indonesia Tahun
1969. Dalam dokumen tersebut disebutkan puskesmas terdiri atas 3 tipe puskemas
(tipe A, tipe B, tipe C). Kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional ke III
tahun 1970 menetapkan hanya ada satu tipe puskesmas dengan 6 kegiatan pokok.
Perkembangan selanjutnya lebih mengarah pada penambahan kegiatan
pokok seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kemampuan pemerintah serta keinginan program ditingkat pusat, sehingga
kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok,bahkan DKI Jakarta
mengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok.Melalui rakerkesnas tersebut timbul
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama kedalam
suatu organiisasi yang dipercaya dan diberi nama PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT ( Puskesmas ) dan puskesmas waktu itu dibedakan menjadi 4
macam :
1. Puskesmas tingkat Desa

2. Puskesmas tingkat Kecamatan


3. Puskesmas tingkat Kawedanan

4. Puskesmas tingkat Kabupaten

Pada rakernas ke II 1969 pembagian puskesmas dibagi menjadi 3 kategori


1. Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh

2. Puskesmas tipe B dipimpin oleh dokter tidak secara penuh

3. Puskesmas tipe C dipimpin oles paramedik

2.2.4. Fungsi Puskesmas

Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Puskesmas sebagai fasilits


pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai 3 (tiga) fungsi sebagai berikut :
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.

Memiliki makna bahwa Puskesmas harus mampu membantu


menggerakkan (motivator, fasilitator) dan turut serta memantau
pembangunan yang diselenggarakan di tingkat kecamatn agar dalam
pelaksanaannya mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan
sebagai faktor pertimbangan utama. Diharapkan setiap pembangunan yang
dilaksanakan seyogyanya yang mendatangkan dampak positif terhadap
kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga.

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang


bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan
tokoh mayarakat.Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas
yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuyan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya
dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak.
3. Upaya Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan


puskesmas bersifat holistic, komprehensif/menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan
yang bersifat pokok (basic health service), yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Pelayanan kesehatan tingkat
pertama meliputi pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan
medik.Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat
pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient service).

Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas


merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan
pelayanan kesehatan secara bermutu,terjangkau, adil dan merata.Upaya pelayanan
yang diselenggarakan meliputi :
 Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta


sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat melalui upaya
pelayanan dalam dan luar gedung di wilayah kerja puskesmas.
 Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan

rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya,


melalui upaya rawat jalan dan rujukan.

Pada kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas


dapat memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan antara sebelum dirujuk
ke Rumah Sakit.

2.2.5. Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja puskesmas dalam


melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi,
sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumberdaya, beban
kerja puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus memperhatikan dalam upaya
untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas tanggung jawab pembangunan
dalam wilayah Kecamatan, meningkatkan sinergisme pembangunan dalam
wilayah Kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan, dan meningkatkan
kinerjaApabila dalam satu wilayah Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas
maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu
Puskesmas sebagai Koordinator pembangunan kesehatan di Kecamatan.
Sesuai dengan luas wilayah, keadaan geografis, sulitnya sarana
transportasi dan kepadatan penduduk, dalam upaya untuk memperluas jangkauan
dan mutu pelayanan kesehatan, Puskesmas ditunjang dengan unit pelayanan
kesehatan yang lebih sederhana dalam bentuk :
1. Puskesmas Pembantu adalah Unit Pelayanan Kesehatan yang sederhana
dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan yang
dilakukan Puskesmas dalam masyarakat lingkungan wilayah yang lebih
kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan
kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Tugas pokok adalah
menyelenggarakan sebagian program kegiatan puskesmas sesuai dengan
kompetensi tenaga dan sumberdaya lain yang tersedia.
2. Puskesmas Keliling adalah merupakan tim pelayanan kesehatan
puskesmas keliling, terdiri dari : tenaga yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor/perahu bermotor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi
yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi menunjang
dan membantu melaksanakan program kegiatan puskesmas dalam wilayah
kerja.yang belum terjangkau atau lokasi yang sulit dijangkau oleh sarana
kesehatan.
3. Disamping institusi tersebut di atas, ada Bidan di Desa yang mempunyai
peran spesifik.Bidan di Desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di
desa dalam rangka meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan Puskesmas, mempunyai wilayah kerja satu-dua desa dan
bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.Tugas pokok umum adalah
memelihara dan melindungi kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya,
sedangkan secara khusus bertanggung jawab terhadap program kesehatan
ibu dan anak termasuk Keluarga Berencana.

Dalam keadaan tertentu misalkan letak puskesmas jauh dari rumah sakit,
sulitnya keadaan medan puskesmas menuju rumah sakit, sulitnnya sarana
transportasi menuju rumah sakit, daerah rawan kecelakaan/rawan bencana lain-
lain, maka puskesmas dapat diberi tambahan ruangan untuk rawat inap sementara
dan fasilitas tindakan operasi terbatas.
Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas dengan tambahan ruangan dan
fasilitas tempat perawatan untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa
tindakan operatif terbatas atau perawatan sementara.Fungsinya sebagai “Pusat
Rujukan Antara” yang melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dirujuk ke
rumah sakit.

2.2.6. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai tugas untuk menetapkan struktur


organisasi puskesmas dengan pertimbangan beban kerja dan potensi sumber daya
yang tersedia di Puskesmas. Pola organisasi puskesmas sebagai berikut :
1. Kepala

2. Wakil Kepala (disesuaikan beban kerja dan kebutuhan puskesmas dan


yang menetapkan ada atau tidak adalah Dinas Kesehatan Kabupaten dan
Kota).
3. Unit tata usaha

Unit fungsional Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan satuan organisasi


dalam unit tata usaha, sebagai berikut :
1. Unit Perencanaan
2. Unit Keuangan

3. Unit Perlengkapan

4. Unit Umum

2.2.6.1. Tugas Pokok

1. Kepala Puskesmas :

Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan


puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan
fungsional.
2. Kepala urusan tata usaha

Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat


menyurat serta pencatatan dan pelaporan.
3. Unit I

Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga


berencana dan perbaikan gizi.
4. Unit II

Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit


menular khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium
sederhana.
5. Unit III

Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga


kerja dan manula.
6. Unit IV

Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan


sekolah dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan
khusus lainnya.
7. Unit V

Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya


masyarakat dan penyuluhankesehatan masyarakat, kesehatan remaja
dan dana sehat.
8. Unit VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap

9. Unit VII

Melaksanakan kegiatan kefarmasian.

2.2.7. Sistem Rujukan

1.Pengertian

Seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23


Tahun 1972 tentang Sistem Rujukan adalah suatu system penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab
timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya.
2. Jenis Rujukan

Rujukan secara konseptual terdiri atas :

a) Rujukan Medik yang pada dasarnya menyangkut masalah


pelayanan medik perorangan yang antara lain meliputi :
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostic, pengobatan,
tindakan operasi dan lain-lain.
2) Rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik
yang lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan atau
mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
melakukan tindakan, memberi pelayanan, alih pengetahuan
dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
a) Rujukan Kesehatan Masyarakat pada dasarnya menyangkut
masalah kesehatan masyarakat luas yang meliputi
1) Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium
kesehatan, teknologi kesehatan.
2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli
untuk penyidikan sebab dan asal usul penularan penyakit serta
penanggulangannnya pada bencana alam dan gangguan
kamtibmas.
3) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin,
pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan specimen jika
terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk.
3.Jalur Rujukan Kesehatan

a). Rujukan Pelayanan Medis

1) Antara masyarakat dengan puskesmas

2) Antara Puskesmas Pembantu/Bidan di Desa dengan Puskesmas

3) Intern antara petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat Inap

4) Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Labratorium atau


fasilitas pelayanan lainnya.
b). Rujukan Pelayanan Kesehatan

1) Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

2) Dari Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik


intrasektoral maupun lintas sektoral.
3) Jika rujukan di Kabupaten/Kota masih belum mampu
menanggulangi, dapat diteruskan ke Provinsi/Pusat.

2.3. Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas


2.3.1.Definisi

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmasmerupakan sistem informasi


di tingkat puskesmas untuk mengelola data dan menghasilkan informasi bagi
pengambil keputusan manajerial tingkat puskesmas.Sistem informasi kesehatan
adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan
informasitentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat Puskesmas
mulai dari datadiri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan
kesehatan masyarakat . (Wayan K : 2009)

2.3.2.Tujuan Pengembangan SIK Puskesmas

Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas


adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui sistem informasi yang
terintegrasi di semua unit pelayanan Puskesmas sehingga dapat meningkatkan
kecepatan proses pada pelayanan, mempermudah akses data, pelaporan dan
akurasi data sehingga menjadi lebih baik.Tujuan umum proyek Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas adalahmeningkatkan status kesehatan
khususnya bagi masyarakat kurang mampu, dengan carameningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan dan penggunaan fasilitaspelayanan.
Tujuan Khusus :

1) Membantu pemerintah dalam penyelenggaraan proses desentralisasi

2) Membantu pemerintah dalam pengelolaan dana tambahan bagi kesehatan

3) Membantu pemerintah dalam advocacy sector Kesehatan

4) Membantu provinsi dan kabupaten/kota untuk menyempurnakan sistem


informasikesehatan yang ada untuk mendukung desentralisasi. Sistem
yang baru akan terdiridari informasi yang diperoleh dari fasilitas
pelayanan kesehatan, masyarakat dandata survailans epidemologi.

2.3.3. Latar Belakang penggunaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)


Puskesmas
Latar belakang digunakannya system informasi kesehatan di Puskesmas
sendiri dikarenakan oleh hal – berikut, yakni :
1) Belum adanya ke-validan data mengenai orang sakit, penyakit, bumil,dll
dalam wilayahsuatu puskesmas.
2) Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna laporan ke Dinas
KesehatanKabupaten.
3) Memasuki Era Otonomi Daerah mutlak diperlukan Informasi yang tepat,
akurat dan upto date berkenaan dengan data orang sakit, ketersediaan obat,
jumlah ibu hamil,
4) masalah imunisasi dll.

2.3.4.Mamfaat Pengembangan SIK Puskesmas

Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Puskesmas (SIK) Puskesmas


adalah dapat meningkatkan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat melalui
penerapan Sistem informasi Kesehatan Puskesmas yang terintegrasi dari semua
unit pelayanan. Demikian pula dapat menyajikan informasi secara cepat, tepat dan
dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan puskesmas dapat dipakai untuk
pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan berbagai jenis
manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada
masyarakat.( Prayekti : 2008)

2.3.4.1.GambaranSistem Informasi Kesehatan (SIK) PuskesmasSIK


Puskesmas terdiri dari tujuh Sub Sistem yaitu :

1. Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data


kependudukan terdiri dari family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi
wafat dan mutasi pindah.
2. Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data ketenagaan.
Data yang diolah adalah data pribadi, anak, riwayat kepangkatan, riwayat
jabatan, riwayat pendidikan, riwayat penjenjangan, riwayat latihan
teknis/fungsional, data riwayat penghargaan serta data penugasan pegawai.
3. Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data sarana
dan prasarana, seperti peralatan medis, kendaraan, gedung, tanah dan
peralatan lainnya.
4. Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data keuangan
secara garis besar saja yaitu mencakup besar pembiayaan menurut
kegiatan dan sumber biaya.
5. Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data
pelayanan kesehatan, terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem
rawat jalan yang meliputi pelayanan dasar (BP,GIGI, KIA,Imunisasi,
Laboratorium) dan pelayanan puskesmas keliling, rawat inap, rekam medis
dan manajemen obat. Pelayanan luar gedung meliputi sub sistem KIA dan
GIZI, Kesling dan TTU, Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM,
dan PERKESMAS.
6. Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-
laporan, meliputi laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan
program.
7. Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem
seperti: membuat backup dan restore data, data recovery, user list and
right assignment, user shortcut, short message over network.( Prayekti :
2008)

2.3.5.Implementasi
Kegiatan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
Puskesmas dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan anggaran
yang ada.Kegiatan dalam melaksanakan uji coba implemetasi SIK
Puskesmas terdiri dari :

1. Sosialisasi SIK :

Kegiatan Sosialisasi SIK berupa kegiatan pertemuan antara


Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Puskesmas.Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan SIK
Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Puskesmas menyangkut latar belakang pengembangan SIK,
arsitektur komputer, cakupan data, cara komunikasi data, sarana
pendukung dan kebijakan pendukung SIK.
2. Penyesuain Input dan Output SIK

Kegiatan ini juga berupa pertemuan yang dilaksankan di


Kabupaten/Kota di wilayah puskesmas yang dipakai uji coba
SIK.Tujuan kegiatan ini untuk memperkenalkan SIK Kabupaten
dan Puskemas. Penyesuaian kebutuhan data program antara
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
serta Puskesmas yang dipakai uji coba serta membahas format
pelaporan.
3. Instalasi SIK

Kegiatan ini dilakukan Tim dari Data Mandiri yang didampingi


Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi ke tempat lokasi puskesmas
yang dipakai uji coba SIK berupa menginstal SIK Puskesmas,
Instal anti virus, mensetting jaringan serta kegiatan lain sesuai
kebutuhan puskesmas yang diuji coba. Kegiatan ini bertujuan
agar komputer jaringan dan piranti lunak SIK di masing –
masing puskesmas yang dipakai uji coba di Provinsi Bali
terpasang dan terhubung.
4. Pelatihan Manajer dan Operator SIK
Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melatih petugas manajer
dan operator SIK di setiap puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota agar memiliki skill untuk mengoperasikan SIK.
Peserta untuk pelatihan manajer SIK terdiri dari 1 orang petugas
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta 2 orang dari setiap
puskesmas yang dipakai untuk uji coba SIK, sedangkan untuk
peserta pelatihan operator SIK semua
peserta pelatihan manajer SIK, ditambah 1 orang petugas dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota serta 7 orang dari setiap puskesmas yang
dipakai uji coba SIK.
5. Pendampingan SIK

Kegiatan pendampingan SIK dilaksanakan dengan mengunjungi setiap


puskesmas yang dipakai uji coba SIK oleh Tim Data Mandiri yang
didampingi oleh Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi.Tujuan pendampingan
SIK adalah untuk menjamin kelancaran pengoperasian SIK di masing-
masing puskemas uji coba serta memberikan bimbingan teknis
pengoperasian SIK. Tim pendamping dari data mandiri akan mendampingi
operator SIK secara teratur dari masing – masing unit sampai operator SIK
dianggap mampu mengoperasikan SIK.
6. Monitoring SIK

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil


perkembangan hasil program SIK Puskesmas.
7. Penyempurnaan SIK

Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan piranti lunak SIK


sesuai hasil rekomendasi hasil uji coba.Kegiatan ini berupa pertemuan,
perbaikan software serta pendampingan SIK di masing-masing puskemas.

SIK Puskesmas yang dikembangkan memiliki dua tipe atau model yang
dapat diterapkan sesuai dengan ketersediaan komputer pada puskesmas, adapun
model tersebut adalah:

1. Model A

Model ini dalam melakukan pelayanan dalam gedung, dilakukan secara


online dan penginputan data dilakukan pada saat tengah berlangsung.
Model ini membutuhkan setidaknya 5 unit komputer yang ditempatkan
pada loket, apotek, dan ruang pelayanan ( BP, KIA, GIGI, dll).
2. Model B

Komputer yang dibutuhkan pada model ini hanya 2 unit, yang dapat
diletakkkan pada loket dan ruang pelayanan (BP). Pada model data
pelayanan BP diinputkan pada saat pelayanan dan data pelayanan yang
lain diinputkan setelah pelayanan. Hal ini menuntut petugas khusus entry
data setelah pelayanan untuk ruang pelayanan yang tidak tersedia
komputer.( Prayekti : 2008)

2.3.6. Paska Implementasi

Penerapan Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas (SIK) Puskesmaas


yang telah dilaksanakan perlu dilakukan suatu evaluasi sistem.Evaluasi sistem
informasi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengembangan
system informasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan baik dari segi
waktu, biaya maupun teknis.Evaluasi sistem dilakukan juga untuk mengetahui
efektifitas implementasi dan dampak positif pelayanan kesehatan yang diberikan.

Dalam melakukan evaluasi ada beberapa hal yang dapat dipergunakan


yakni : wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dapat dilakukan
terhadap pengguna, baik pengguna langsung ataupun pengguna tidak
langsung.Observasi dapat dilakukan dengan mengamati secara langsung sistem
komputerisasi sedangkan dokumentasi dapat dilakukan dengan melihat dokumen-
dokumen yang dihasilkan oleh sistem komputerisasi, apakah lebih tepat, cepat dan
akurat dibandingkan dengan dokumen yang dihasilkan oleh sistem sebelumnya.

Banyak teori yang menjelaskan mengenai model untuk menilai kesuksesan


sistem informasi.Salah satunya adalah teori Technology Acceptance Model
(TAM) yang diperkenalkan oleh Davis tahun 1986. Berdasarkan teori tersebut
maka penerapan Sistem Informasi Puskesmas (SIK) Puskesmas dievaluasi dengan
fokus utama pada komponen manfaat/kegunaan yang dirasakan oleh user, sikap
pengguna terhadap penggunaan teknologi dan mengetahui kemudahan
penggunaan oleh user.( Prayekti : 2008)

BAB III
PEMBAHASAN

1.1. Profil Puskesmas Simpang Timbangan

Puskesmas Simpang Timbangan merupakan unit terkecil bagian dari Dinas


Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir, didirikan pada tahun 1984 dan telah mengalami
beberapa kali perubahan lokasi. Dan renovasi terakhir Tahun 2010. Pelayanan
Puskesmas bertujuan untuk tercapainya masyarakat yang berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Wilayah Puskesmas Simpang Timbangan Kabupaten Ogan
Ilir serta meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan angka kematian dalam
usia produktif akibat kecelakan, kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu-
lintas.
Profil Puskesmas Timbangan ini menggambarkan hasil kegiatan dalam
Tahun 2010. Menyajikan data tentang keadaan umum, visi, misi, motto, sarana
dan prasarana serta hasil kegiatan. Diharapkan kepada Puskesmas Simpang
Timbangan dapat menunjang tercapainya Kabupaten Ogan Ilir Sehat dan
Sejahtera

1.2.Visi dan Misi Puskesmas Simpang Timbangan

a. Visi

Tercapainya masyarakat yang Berprilakku Hidup Bersih dan Sehat di


Wilayah Puskesmas Simpang Timbangan, Kabupaten Ogan Ilir.
b. Misi

– Memelihara dan meningkatkan Mutu Pemerataan dan Keterjangkauan


Pelayanan Kesehatan yang diselenggarakan.
– Mendorong Kemandirian Hidup Sehat bagi Keluarga dan Masyarakat

– Memberikan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu

– Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Profesional dan Berkualitas.

a. Motto

Pelayanan yang terbaik, Siap Melayani Anda

1.1. Gambaran Umum Puskesmas Simpang Timbangan.

a. Lokasi

Puskesmas Simpang Timbangan terletak di Kelurahan Timbangan


Kecamatan Indralaya Utara
b. Bangunan
Dibangun pada tahun 1984, rehab terakhir tahun 2010 untuk Luas tanah ±
1000m2, memiliki 3 bangunan ( bangunan utama puskesmas, KIA dan
Rumah Dokter)
c. Sarana Transportasi
Satu buah mobil Operasional Pusling, 1 buah mobil Ambulance, 3 buah
sepeda motor.
d. Unit Gawat Darurat 24 Jam

e. Pelayanan Rawat Inap (Umum dan Kebidanan)

1.1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Simpang Timbangan

Sebagai Puskesma Rawat Inap :

a. Fasilitas

– Pelayanan Unit Gawat Darurat 24 Jam

– Pelayanan Rawat Jalan:

✔ Poli Umum

✔ Poli Gigi

✔ Pelayanan KIA, KB, MTBS, Gizi, TB, Poli Usila

– Pertolongan Persalinan

– Pelayanan Rawat Inap (Umum dan Kebidanan)

– Pelayanan Penunjang:

✔ Laboratorium

✔ Apotik

✔ Klinik IMS

1.1. Data Kepegawaian

PNS/CPNS (38 orang) terdiri dari:

– Dokter umum : 2 orang

– Dokter Gigi : 1 orang

– Bidan : 6 orang

– Sarjana Kesehatan Masyarakat : 2 orang


– Perawat S1 : 1 orang

– Perawat S1 (Ners) : 2 orang

– Perawat (Akper) : 11 orang

– Perawat (SPK) : 2 orang

– Perawat Gigi : 2 orang

– Ahli Madya Rekam Medis : 1 orang

– Tenaga Laboratorium (SMAK): 1 orang

– Pengelola Obat : 2 orang


– LOPK/Pekarya Kesehatan : 2 orang

– Bidan Desa : 2 orang

1.1. Keadaan Umum Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Timbangan

– Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin dan kota


Palembang.
– Sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Tanjung Batu

– Sebelah barat berbatasan dengan Desa Payakabung dan Kota Prabumulih

– Sebelah Timur berbatasan dengan Indralaya Selatan

1.1. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Timbangan.

Luas wilayah kerja Puskesmas ± 6025 km2, meliputi 1 Kelurahan dan 3 Desa.
Terdiri dari:
– Kelurahan Timbangan : 519 ha

– Desa Permata Baru : 300 ha

– Desa Tanjung Pering : 2975 ha

– Desa Tanjung Baru : 2750 ha

1.1. Data Dasar

– Jumlah Penduduk : 10.035 jiwa


Laki-laki : 4818 jiwa
Perempuan : 5217 jiwa

– Jumlah KK : 3043 jiwa

– KK Miskin : 1190 Jiwa

– Jumlah Rumah 2455

– Jumlah Dusun 10
1.1. asaran Kesmas Tahun 2010

– Bayi 189

– Balita 420

– Bumil 230

– Bulin 237

– PUS 1472

– WUS 2287
– Lansia : 795

– Jumlah Jiwa Askeskin : 1190

– Jumlah Sekolah
PAUD :4 TK :2
SD :5 SMP :2
SMU Unggulan :1 SMK :1
SLB :1
– Jumlah Pustu :-
– Jumlah Panti Jompo :1
– Poskesdes :3
– Posyandu :6
– Kader : 45 orang
– Mata Pencaharian Penduduk :
Petani : 30 %
Pedagang : 25 %

PNS, TNI, Polri : 35 %

Lain-lain : 15 %

1.1. Hasil Kegiatan Tahun 2010

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

a. Promosi Kesehatan

– Jadwal Penyuluhan di Puskesmas Setiap Hari

– Penyuluhan Posyandu setiap bulan

– Penyuluhan oleh petugas setiap bulan

– Penyuluhan Kader Posyandu

a. KIA dan KB
– K1 pencapaian : 95,8 % (Target 95 %)
– Bufas Pencapaian : 87,4 % (Target 90 %)
– K4 Pencapaian : 90,4 % (Target 90 %)
– Persalinan Nakes : 87,4 % (Target 90 %)
– TT1 Pencapaian : 63 % (Target 95 %)
– Vit.A Bufas Pencapaian : 87,4 % (Target 95 %)
– TT2 Pencapaian : 65 % (Target 90 %)
– KIE ASI Pencapaian : 89,2 % (Target 90 %)
– Nakes Pencapaian : 9,5 % (Target 20 %)
– Non Nakes Pencapaian : 3,0 % (Target 10 %)

1.1. Upaya Pengobatan

Jumlah kunjungan Poli Tahun 2010

– Umum : 2016 orang

– Askes : 615 orang

– Jamkoskes : 5378 orang

– Jakesmas : 166 orang

– Total : 8175 orang

1.1.10 Penyakit Terbanyak

– ISPA 817
– Gastritis 518
– Peny. Kulit Alergi 391
– Penyakit Gigi 376
– Rheumatic 310
– Hypertensi 306
– Thypoid 267
– Diare 248
– Febris 144
– Peny. Kulit Infeksi 116
1.15. SIK di Poli Umum Puskesmas Simpang Timbangan

Sistem informasi kesehatan yang digunakan di puskesmas Simpang


timbangan masih secara manual, belum komputerisasi, termasuk sistem
informasi di bagian poli umum masih menggunakan sistem pencatatan dan
pelaporan pasien secara tertulis.
Kebutuhan informasi yang teridentikasi di poli umum puskesmas Simpang
Timbang yaitu kunjungan pasien perbulan.

1.16. Tujuan dan Manfaat SIK di Puskesmas Timbangan

Tujuan sistem informasi kesehatan di puskemas simpang timbangan yaitu


untuk membentuk suatu sistem informasi kesehatan yang berdaya guna dan
mampu memberikan informasi secara akurat , tepat waktu, dan dalam bentuk
yang sesuai dengan kebutuhan puskesmas. Sistem informasi kesehatan yang
dihasilkan tersebut diharapkan dapat menjadi acuan ataupun sebagai dasar
pengambilan suatu keputusan maupun kebijakan dalam rangka peningkatan
kinerja pelayanan kesehatan di Puskesmas Simpang Timbangan

1.17. Kelebihan dan kekurangan SIK di Puskesmas Timbangan

a. Kelebihan

Karena sistem informasi kesehatan yang digunakan di puskesmas simpang


timbangan masih bersifat manual sehingga kelebihan yang dirasakan
sedikit sekali. Kelebihannya :
 Petugas tidak harus mahir menggunakan komputer dan aplikasinya

 Petugas tidak harus mengikuti pelatihan khusus penggunaan sistem


informasi kesehatan berbasis komputer dan multimedia
 Tidak memerlukan dana yang besar.

a. Kekurangan

– Sistem informasi kesehatan di puskesmas Simpang Timbangan masih


bersifat manual sehingga proses lambat dan rumit.
– Resiko kehilangan data-data pasien cukup besar.
54
– Pencatatan dan pelaporan informasi-informasi kesehatan yang
dibutuhkan cenderung tidak lengkap.

55
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem informasi kesehatan yang digunakan di puskesmas simpang


timbangan masih secara manual, belum komputerisasi. Sehingga lebih
banyak memiliki kekurangan atau kendala dari pada kelebihannya.
Kekurangan system informasi kesehatan di puskesmas timbangan:
– Sistem informasi kesehatan di puskesmas Simpang Timbangan masih
bersifat manual sehingga proses lambat dan rumit.
– Resiko kehilangan data-data pasien cukup besar.

– Pencatatan dan pelaporan informasi-informasi kesehatan yang


dibutuhkan cenderung tidak lengkap.
Salah satu cara yang dilakukan oleh petugas kesehatan di puskesmas
simpang Timbangan untuk meminimalisir kekurangan dari system
informasi kesehatan yang masih bersifat manual, seperti kehilangan data
adalah dengan merekap setiap data baik LB1, laporan kematian, laporan
apotek dan sebagainya, sebanyak tiga lembar, yang mana satu lembar
untuk laporan ke dinas kesehatan, satu lembar untuk puskesmas dan satu
lembar untuk arsip petugas yang bersangkutan.

A. Saran

1. Menggunakan sistem informasi kesehatan yang berbasis komputer dan


teknologi sehingga pengumpulan data lebih cepat dan data tidak hilang.
2. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan para petugas kesehatan di
Puskesmas Simpang Timbangan tentang sistem informasi kesehatan
melalui kegiatan penyuluhan maupun pelatihan
3. Mengadakan pelatihan tentang penggunaan dan pemanfaatan sistem
informasi berbasis komputerisasi
4. Pemerintah daerah kabupaten Ogan Ilir menganggarkan dana untuk
penyediaan sistem informasi kesehatan yang berbasis komputer dan
multimedia pada puskesmas di wilayah kerjanya sehingga bisa tercipta
siknas yang terpadu.
56
5. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan berupa fasilitas media
berupa computer sebagai alat bantu pengelolaan data di puskesmas serta

57
program computer yang di desain sedemikian rupa untuk manajemen data
. Hal ini agar dapat memudahkan petugas puskesmas dalam pelaksanaan
system informasi kesehatan
6. Hendaknya hal tersebut diiringi dengan membentuk staf khusus yang
bertanggung jawab dan mengelola system informasi kesehatan di
puskesmas ,diantaranya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
khusus dalam hal penanganan data dan komputerisasi.
Daftar Pustaka

Anonim. 2010.
http://bursakerjaindonesia.info/lowongan-kerja/tujuan
puskesmas.php. Diakses tanggal 30 April 2011
Anonim. 2007. http://www.bahtiarlatief.co.cc/2010/03/puskesmas.html

Diakses tanggal 30 April 2011


Anonim.2007.
_pdf=1&id=27.Diakses 30 april 2011

Gsianturi.Sistem Informasi Kesehatan di Era Desentralisasi


Memburuk.http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?
newsid1093927714,74159,.(tanggal akses : 8 Mei 2011)

Junaedi.PENAWARAN APLIKASI SISTEM INFORMASI


PUSKESMAS
(SIMPUS).http://sisteminformasimanajemenkesehatan.blogspot.co m/.
(tanggal akses : 8 Mei 2011)

Nashir, M. 2009.Sistem Manajemen Data Puskesmas dalam Menunjang Sistem


Informasi Dinas Kesehatan Kota Pekalongan.Surakarta :Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Prayekti. 2008. http://prayekti.wordpress.com/2008/07/07/pengembangan-sistem-


informasi-kesehatan-sik-puskesmas-di-provinsi-bali/ Diakses tanggal 30
april 2011
Simkes.SISTEM INFORMASI KESEHATAN PENCATATAN DAN

PELAPORAN KIA PUSKESMAS

MARIPATIhttp://srinopi.blogspot.com/2007/12/sistem-informas
kesehatanpencatatan.html. (tanggal akses : 8 Mei 2011)
Sukamto, Maulana. 2009. Rencana Tingkat Puskesmas.
http://ngaliyansehat.org/files/RTP%20PUSKESMAS%20NGALIYAN
%20SMG.pdf . Diakses tanggal 30 April 2011

Wikipedia.2010.http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat.

Diakses tanggal 30 April 2011

Anda mungkin juga menyukai