Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN TUTOR MATERNITAS I

KASUS II

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

CIKA OKTAVIA (G1B119001)


MAOLIA JUNIANA (G1B119004)
MUTIARA PRASANI (G1B119006)
WAHYU EKA SAPUTRI (G1B119013)
FENNI DWI ANANDA (G1B119014)
RATI ELVI AGUSTINA (G1B119015)
SILVI SALSABILA (G1B119016)
RAHADATUL MARDHIYAH (G1B119017)
ELZA HILMY FARDIYAH (G1B119018)
EVA DAYA NABABAN (G1B119025)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala kelimpahan
Rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah sehingga kedepannya dapat lebih baik
lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 2 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4


2.1 Konsep Dasar Persalinan...........................................................................4
2.2 Kebutuhan Biologis, Psikologis, Sosial, Spiritual Ibu dan Keluarga pada
Masa Intranatal..........................................................................................17
2.3 Asuhan keperawatan pada Ibu Bersalin Portus Kala I, II, III, IV..............19
2.4 Pendidikan Kesehatan Ibu pada Masa Intranatal.......................................40

BAB III : TINJAUAN KASUS...........................................................................42


3.1 Kasus ........................................................................................................42
3.2 STEP I (Identifikasi Kata Sulit).................................................................44
3.3 STEP II (Identifikasi Masalah)..................................................................49
3.4 STEP III (Analisis Masalah)......................................................................50
3.5 STEP IV (Mind Mapping).........................................................................55
3.6 ASKEP INTRANATAL............................................................................56

BAB IV : PENUTUP...........................................................................................69
4.1 Kesimpulan................................................................................................69
4.2 Saran..........................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dokumentasi Keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan
Keperawatan yang menggunakan proses keperawatan yang memiliki suatu
nilai hukum yang sangat penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka
semua implementasi keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat tidak
mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung gugat.
Dokumentasi keperawatan dapat dikatakan sebagai pegangan untuk
paraperawat dalam mempertanggung jawab kan dan membuktikan
pekerjaannya atau tindakan yang perawat lakukan. Oleh sebab itu, ada
beberapa kaidah atau aturan yang harus ditaati oleh perawat didalam
melakukan pendokumentasian perawatan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
mutupelayanan kesehatan adalah dengan adanya sistem pendokumentasian
yang baik. Sistem pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan
manfaat antara lain sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan, sarana
untuk dapat mengikuti perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan
data penelitian dan pendidikan, mempunyai nilai hukum dan merupakan
dokumen yang sah. Pendokumentasian Keperawatan Maternitas merupakan
salah satuproses pelayanan profesional keperawatan yang ditujukan kepada
Wanita Usia Subur (WUS) berkaitan dengan sistem reproduksi, kehamilan,
melahirkan, nifas, antara kehamilan dan bayi lahir sampai umur 40 hari,
beserta keluarganya.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menyusun makalah tentang
pendokumentasian pada populasi khusus yaitu Maternitas khususnya
padaIntranatal.Intranataladalah serangkaian kejadian yang berakhir
denganpengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukupbulan,
disertaidenganpengeluaran plasenta dan selaput janindari tubuh ibu. Intranatal

1
merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janindan uri) yang dapat
hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.
Di negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama setelah
melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya.
Sekitarseperempat hingga separuh kematian bayi berumur kurang dari satu
tahun terjadi dalam minggu pertama. Seorang ibu harus memasuki proses
persalinan dan melahirkan dengan pengetahuan yang cukup mengenai tahap-
tahap persalinan, cara mengatasi rasa sakit tanpa obat-obatan, dan efek
samping yang mungkin timbul karena pemakaian obat-obatan
untukpersalinan. Oleh sebab itu diperlukan peranan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada ibu bersalin.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis dapat
merumuskan masalah :
a. Bagaimana konsep tantang persalinan?
b. Apa saja kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis,spiritual ibu dan
keluarga pada masa intranatal?
c. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu bersalin partus normal pada kala
I, kala II, kala III, kala IV?
d. Bagaimana pendidikan kesehatan yang ditujukan pada ibu dan keluarga di
masa intranatal?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu memahami Asuhan KeperawatanIntranatal.
1.3.2 TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa mampu memahami Konsep Dasar Persalinan.
b. Mahasiswa mampu memahami Kebutuhan Bio, Psiko, Sosio, Spiritual
Ibu dan Keluarga pada masa Intranatal.
c. Mahasiswa mampu memahami asuhan Keperawatan pada Ibu Bersalin
Partus Normal pada Kala I, II, III, Dan IV.

2
d. Mahasiswa mampu memahami Pendidikan Kesehatan pada Ibu dan
Keluarga di Masa Intranatal.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 MANFAAT UNTUK MAHASISWA
a. Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai Asuhan Keperawatan
Intranatal.
b. Makalah ini dapat dijadikan referensi materi pembelajaran mengenai
Asuhan Keperawatan Intranatal.
1.4.2 MANFAAT UNTUK MASYARAKAT (PEMBACA)
a. Makalah ini dapat dijadikan pedoman untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang baik bagi masyarakat.
b. Makalah ini dapat memberi informasi bagi masyarakat mengenai
Asuhan Keperawatan Intranatal.
1.4.3 MANFAAT UNTUK INSTITUSI
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PERSALINAN


2.1.1 DEFINISI
Persalinan merupakan proses keluarnya bayi, plasenta dan
selaput ketuban dari rahim ibu dengan usia kehamilan yang cukup
bulan yaitu setelah 37 minggu tanpa adanya penyulit persalinan.
Persalinan dikatakan normal apabila pengeluaran hasil konsepsi
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain
dengan atau tanpa bantuan. (Reeder SJ,2011)
2.1.2 ETIOLOGI
Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua
hormon yang dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon
esterogen berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim
serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, prostaglandin, danmekanis. Sedangkan,
hormon progesteron berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot
rahim, menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan otot rahim
dan otot polos relaksasi (Sulistyawati, dkk, 2013).
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses
persalinan belum diketahui sehingga hanya ada teori-teori antara lain
disebabkan oleh hormon, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
tekanan pada saraf, dan nutrisi. Dengan demikian dapat disebutkan
beberapa teori yang dapat menyebabkan persalinan menurut Rohani
(2013) sebagai berikut:
a. Teori Kerengangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu. Setelah batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus terus membesar dan
menjadi tegang yang mngekibatkan iskemia otot-otot uterus.

4
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadimulaiumur kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi
progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim
lebihsensitive terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesterontertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi
kontraksi BraxtonHicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin
meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan
15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.Pemberian
prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.Prostaglandin
dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.
2.1.3 TANDA PERSALINAN
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi
penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk ke dalam
pintu atas paggul (PAP). Gambaran lightening pada primigravida
menunjukkan hubungan normal antara power (his) ; passage (jalan
lahir ) ;passanger(penumpang). Pada multipara gambarannya
menjadi tidak jelas seperti primigravida, karena masuknya kepala
janin ke dalam panggul terjadi bersamaan dengan proses persalinan
(Sulistyawati, 2013). Berikut adalah tanda-tanda dimulainya
persalinan menurut Jenny J.S Sondakh (2013):

5
a. Terjadinya his persalinan
Saat terjadi his ini pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan,
sifatnya teratur, interval lebih pedek, dan kekuatan makin besar,
serta semakinberaktivitas (jalan) kekuatan akan
makinbertambah.
b. Pengeluaran lendir dan darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan
pada serviks yang akan menimbulkan pendataran dan
pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir yang terdapat
pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh darah pecah sehingga
terjadiperdarahan.
c. Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban
Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan
lengkap. Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses
persalinan akan berlangsung kurang dari 24 jam.
d. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yakni
pelunakan serviks, pendataran seviks, dan pembukaanserviks.

6
2.1.4 TAHAP PERSALINAN
a. Kala I
Kala I sering disebut juga fase pembukaan.Pada faseini ditandai
dengan kontraksi yang semakin lama semakin
meningkatbaikfrekuensi, durasi dan intensitasnya. Selain itu
pada kala I juga ditandai dengan melunaknya servik. Kala I
berlangsing selama pembukaan 0 sampai pembukaan serviks
lengkap (10 cm). Dalam kala I di bagi menjadi 2 fase yaitu Fase
Laten dan Fase Aktif. (Damayanti, 2014)
1) Fase Laten
Fase laten adalah tahapan awal dari kala I. Fase laten
dimulai dari pembukaan 0 sampaipembukaan 3 cm. Fase
laten membutuhkan waktu 8 jam (Damayanti,2014)
2) Fase Aktif
Fase aktif terjadi setelah melalui fase laten.Dalam fase
aktif,frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus
meningkat secara bertahap. Fase aktif dibagi menjadi 3
yaitu :
a) Fase akselerasi merupakan fase dimana pembukaan
3 menjadi 4 cm. Waktu yang dibutuhkan dalam fase
ini adalah 2jam.
b) Fase dilatasi maksimal merupakan fase
dimana pembukaan servik terjadi secara cepat
yaitu dari pembukaan 4 sampai pembukaan 9 dalam
waktu 2 jam.
c) Fase deselerasi merupakan fase dimanaterjadi
perlambatan pembukaanservik dari pembukaan 9
sampai pembukaan lengkap. Dalam fase ini
membutuhkan waktu 2 jam.(Sursilah,2010)

7
b. Kala II
Kala II persalinan merupakan salah satu faktor penentu
kelahiran,maka dari itu kala II sering disebut dengan kala
pengeluaran bayi.Kala II dimulai setelah terjadi pembukaan
lengkap sampai bayi dilahirkan. Dalam fase kala II lendir
darah yang dikeluarkan akan menjadi lebih banyak. Selama fase
kala II kontrakasi yang terjadi akan semakin meningkat,
sehingga pasien akan merasa ingin mengejan secara terus
menerus. Selain itu rektum akan terasa seperti tertekan
sehingga menimbulkan rasa seperti ingin BAB. (Oxoen, 2010)
Ketuban yang pecah akan menimbulkan keluaran cairan
yang mendadak, hal ini menjadi tanda pembukaan
lengkap. Ketuban pecah akan diikuti dengan rasa ingin
mengejan terus- menerus karena tertekannya
fleksusfrankenhauser. Dengan gabungan antara kekuatan hisdan
mengejan makaakan mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka jalan lahir dengan suboksiputdibawah simfisis,
secara berurutan lahir dahi, muka dan dagu melewati
perinium.(Oktarina,2016)
Setelah kepala lahir, makabayi akan melakukan putaran
paksi luar yaitu penyesuaian kepala dengan punggung.
Berputarnya bahu kedepan berlawanan arah dengan putaran
kepala kedepan. Kemudian bahu depan akan lahir dibawah
simfisis pubis, setelah itu bahu belakang lahir melalui perinuim
dengan gerakan flexi lateral. Setelah bahu dikelurkan, maka
anggota tubuh yang lain akan lahirsaat ibu mengejan lagi
tanpa mekanisme khusus dan tanpa kesulitan. (Hakimi, 2010)
Batas normal pada kala II persalinan yaitu 2 jam untuk
nulipara dan1 jam untuk multipara dan ditambah satu jam untuk
masing-masing jika mendapatkan analgetik epidural. (Leveno,
2009)

8
c. Kala III
Kala III disebut juga kala pengeluaran Uri atau plasenta.
Kala III dimulai sejak bayi dilahirkan sampailahirnya plasenta
lengkap. Rata-rata waktu yang dibutuhkan pada kala III
adalah 15-20 menit untuk multipara dan nulipara. Dalam kala
III dibagi menjadi 2 fase yaitu fase pelepasan plasenta dan
fase pengeluaran plasenta. Menurut Schultz, mekanisme
pelepasan plasenta dimulai dari bagian tengah hingga terjadi
bekuan retroplasenta. Tanda pelepasan dari tengah ini
mengakibatkan tidakadaperdarahan sebelum plasenta tersebut
benar-benar lahir. Setelah plasentalepas dan menempati segmen
bahwah rahim, kemudian melalui servik dan vagina dikeluarkan
ke introitus vaginal(Oktarina,2016)
d. Kala IV
Kala IV terjadi setelah plasenta lahir lengkap dan berakhir
setelah 2 jam plasenta lahir. Hal yang haru diperhatikan
selama kala IV adalah observasi adanya perdarahan primer
postpartum pada 2 jam pertama. Perdarahan yang mungkin
terjadi berasal dari plasenta rest, lupa episiotomi maupun
perlukaan pada serviks. (Damayanti,2014)

2.1.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


a. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan
adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan
aksidari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam
persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya
adalah tenaga meneran ibu.His atau kontraksi uterus adalah
kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.His dibedakan menjadi
dua yakni his pendahuluan dan his persalinan. His pendahuluan
atau his palsu (falselaborpains), yang sebetulnya hanya

9
merupakan peningkatan dari kontraksi braxtonhicks.His ini
bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian
bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan nyeri yang
memancar daripinggang ke perut bagian bawah. His
pendahuluan tidak mempunyai pengaruh terhadap serviks. His
persalinanmerupakansuatukontraksi dari otot-ototrahim yang
fisiologis, akan tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis
lainnya danbersifatnyeri.Kontraksi rahim bersifat otonom yang
artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan,namun dapat
dipengarui dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari
tangan (Rohani, 2013).
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran saat
buang air besar, tetapi jauh lebih kuat lagi. Ketika kepala sampai
pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan
pasien menekan diafragmanya kebawah. Tenaga meneran
pasien akan menambah kekuatan kontraksi uterus. Pada saat
pasien meneran, diafragma dan otot-otot dinding abdomen
akan berkontraksi. Kombinasi antara his dan tenaga meneran
pasien akan meningkatkan tekanan intrauterus sehingga
janinakan semakin terdorong keluar. Kekuatan sekunder tidak
mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks
lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk mendorong
janin keluar. Apabila dalam persalinan melakukan
valsavamaneuver (meneran) terlalu dini, dilatasi serviks akan
terhambat. Meneran akan menyebabkan ibu lelah dan
menimbulkan traumaserviks.
b. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian tulang
yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang vagina).
Janin harus berhasil menyesuikan dirinya dengan jalan lahir yang
relatif kaku.Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus

10
ditentukan sebelum persalinan dimulai.Tulang panggul dibentuk
oleh gabungan tulang ilium, tulang iskium, tulang pubis, dan
tulang-tulangsakrum.
Tulang ilium atau tulang usus merupakan tulang terbesar
dari panggul yang membentuk bagian atas danbelakang
panggul. Bagian atas merupakan penebalan tulang yang
disebut krista iliaka. Ujung depan dan belakang krista iliaka
yang menonjol yakni spina iliakaanterosuperior dan spina
iliakapostesuperior. Terdapat benjolan tulang mamanjang di
bagian dalam tulang ilium yang membagi pelvis mayor dan
minor, disebut lineainominata atau lineaterminalis yang
merupakan bagian dari pintu ataspanggul.
Tulang isikum atau tulang duduk terdapat di sebelah
bawah tulang usus, sebelah samping belakang menonjol yang
disebut spina ichiadika. Pinggir bawah tulang duduk sangat
tebal (tuberichiadika) yang berfungsi menopang badan
saatduduk.
Tulang pubis atau tulang kemaluan terdapat di sebelah
bawah dan depan tulang ilium dengan tulang duduk dibatasi
oleh formenobturatorium.Tangkai tulang kemaluan yang
berhubungan dengan tulang usus disebut ramus superior tulang
pubis. Di depan kedua tulang ini berhubungan melalui artikulasi
atau sambungan yang disebutsimfisis.
Tulang sakrum atau tulang kelangkangan yang terletak
diantara kedua tulang pangkal paha. Tulang ini berbentuk
segitiga dengan lebar di bagian atas dan mengecil di bagian
bawah. Tulang sakrum terdiri dari 5 ruas tulang yang
berhubungan erat. Permukaan depan licin dengan lengkungan
dari atas ke bawah dan dari kanan ke kiri. Pada sisi kanan dan
kiri di garis tengah terdapat lubang yang dilalui oleh saraf
yang disebut foramen sakralia anterior. Tulang kelangkang

11
yang paling atas mempunyai tonjolanbesar ke depan yang
disebut promontorium. Bagian samping
tulangkelangkangberhubungan dengan tulang pangkal paha
melalui artikulasi sarco-illiaca. Ke bawah tulang kelangkang
berhubungan dengan tulang tungging atautulangkoksigis.
Tulang koksigis atau tulang tungging merupakan tulang
yang berbentuk segitiga dengan ruas3 sampai 5 buah yang
menyatu. Pada tulang ini terdapat hubungan antara tulang
sakrum dengan tulang koksigis yang disebut artikulasi sarco-
koksigis.Diluar kehamilan artikulasi hanya memungkinkan
mengalami sedikit pergeseran, tetapi pada kehamilan dan
persalinan dapat mengalami pergeseran yang cukup longgar
bahkan ujung tulang koksigis dapat bergerak ke belakang
sampai sejauh 2,5 cm pada proses persalinan.
Panggul memiliki empat bidang yang menjadi ciri khas
dari jalan lahir yakni pintu atas panggul (PAP), bidang terluas
panggul, bidang tersempit panggul, dan pintu bawah panggul.
Jalan lahir merupakan corongyang melengkung ke depan
panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm. Pintu atas panggul
menjadi pintu bawah panggul seolah-olah berputar 90 derajat
terjadi pada bidang tersempit panggul. Pintu bawah panggul
bukan merupakan satu bidang tetapi dua bidangsegitiga.
Pintu atas panggul (PAP) merupakan bagian dari pelvis
minor yang terbentuk dari promontorium, tulang sakrii,
lineaterminalis, dan pinggir atas simfisis.Jarak antara simfisis
dan promontorium sekitar 11 cm. Yang disebut konjungata
vera. Jarak terjauh garis melintang pada PAP adalah 12,5 sampai
13 cm yangdisebut diametertransvera.
Bidang dengan ukuran terbesar atau bidang terluas
panggul merupakan bagian yang terluas dan berbentuk seperti
lingkaran. Bidang ini memiliki batas anterior yakni pada titik

12
tengah permukaan belakang tulang pubis. Pada lateral sepertiga
bagian atas dan tengah foramen obturatorium, sedangkan batas
posterior pada hubungan antara vertebra sakralis kedua dan
ketiga.
Bidang dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit
panggul merupakan bidang terpenting dalam panggul yang
memiliki ruangyangpaling sempit dan di tempat ini paling sering
terjadi macetnya persalinan.Bidang ini terbentang dari apeks
sampai arkussubpubis melalui spina ichiadika ke sakrum,
biasanya dekat dengan perhubungan antara vertebra sakralis ke 4
danke 5 Bidang tersempit panggul memiliki batas-batas yakni
pada tepi bawah simfisis pubis, garis putih pada
fasia yang menutupiforamen obturatorium, spina ischiadika,
ligamentum sacrospinosum, dan tulang sakrum.
Pintu bawah panggul ialah batas bawah panggul sejati.
Dilihat dari bawah, struktur ini berbentuk lonjong, seperti
intan, di bagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis, di
bagian lateral dibatasi oleh tuberositaisikum, dan dibagian
posterior dibatasi oleh ujung koksigeum.
Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai dimana
bagian terendah janin turun ke panggul pada proses
persalinan.Bidanghodge tersebut antaralain:
1) Hogde I merupakan bidang yang dibentuk pada lingkaran
PAP dengan bagian atas simfisis dan promontorium.
2) Hogde II yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi bagian
bawah simfisis.
3) Hogde III yakni bidang yang sejajar Hodge I setinggi
spinaischiadika.
4) Hogde IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I setinggi
tulang koksigis(Sulistyawati,2013)

13
c. Passanger (Janin dan Plasenta)
Perubahan mengenai janin sebagai passenger sebagian
besar dalah mengenai ukuran kepala janin, karena kepala
merupakan bagian terbesar dari janin dan paling sulit untuk
dilahirkan. Adanya celah antara bagian-bagian tulang kepala
janin memungkinkan adanya penyisipan antara bagian tulang
sehingga kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan
ukuran, proses ini disebut molase (Sulistyawati,2013).

Menurut Sulistyawati (2013), Plasenta dan tali pusat


memiliki struktur berbentuk bundar atau hampir bundar
dengan diameter 15 cm sampai 20 cm dan tebal 2 cm sampai 2
sampai 2,5 cm, berat rata-rata 500 gram, terletak di depan atau
di belakang dinding uterus ke atas arah fundus. Bagian
plasenta yang menempel pada desidua terdapat kotiledon disebut
pers maternal, dan dibagian ini tempat terjadinya pertukaran
darah ibu dan janin. Tali pusat merupakan bagian yang sangat
penting untuk kelangsungan hidup janin meskipun tidak
menutup kemungkinan bahwa tali pusatjuga menyebabkan
penyulit persalinan misalnya pada kasus lilitan tali pusat
(Sulistyawati,2013).
Air ketuban atau amnion merupakan elemen yang
penting dalam proses persalinan. Air ketuban ini dapat dijadikan
acuandalammenentuan diagnosa kesejahteraan janin. Amnion
melindungi janin dari trauma atau benturan, memungkinkan
janin bergerak bebas, menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap
hangat, menahan tekanan uterus, dan pembersih jalan
lahir(Sulistyawati,2013).
d. Psikologis
Faktor Psikologis menurut Rohani (2013) yakni :
1) Melibatan psikologis ibu, emosi, dan persiapanintelektual

14
2) Pengalaman melahirkan bayisebelumnya

3) Kebiasaanadat

4) Dukungan orang terdekat pada kehidupanibu


e. Penolong
Peran dari penolong peralinan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin,
dalam hal ini tergantungdari kemampuan dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan (Rohani, 2013).

2.1.6 KEBUTUHAN DASAR SELAMA PERSALINAN


Selama proses persalinan, pasien sangat membutuhkan
pemenuhan kebutuhan dasar, yang dimaksud kebutuhan dasar adalah
kebutuhan yang sangat penting dan mutlak untuk dipenuhi selama
proses persalinan antaralain:
a. Makan dan minum per oral
Pemberian makanan pada pasien yang kemungkinan
sewaktu-waktu memerlukan tindakan anestesi tidak disetujui,
karena makanan yang tertinggal di lambung akan
menyebabkan aspirasi pneumoni. Dikarenakan pada proses
persalinan, motilitas lambung; absorpsi lambung; dan sekresi
asam lambung menurun. Sedangkan cairan tidak terpengaruh
dan akan meninggalkan lambung dengan durasi waktu yang
biasa, oleh karena itu pada pasien sangat dianjurkan untuk
minum cairan yang manis dan berenergi sehingga kebutuhan
kalorinya akan tetapterpenuhi.
b. Akses Intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan infus pada
pasien. Kebijakan ini diambil dengan pertimbangan sebagai
jalur obat, cairan, darah untuk mempertahankan keselamatan

15
jiwa sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat dan untuk
mempertahankan suplai cairan bagipasien
c. Posisi dan Ambulasi
Posisi yang nyaman sangat diperlukan bagi pasien.
Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu
justru akan membantu proses penurunan kepala janin sehingga
persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama tidak ada kontra
indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi yang dapat
diambil antara lain rekumben lateral(miring), lutut-dada, tangan-
lutut, duduk, berdiri, berjalan, danjongkok.
d. Eliminasi selama persalinan
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami
poliuri sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan
eliminasi dapat terpenuhi. Jika pasien masih berada dalam
awal kala I, ambulansi dengan berjalan seperti aktivitas ke
toilet akan membantu penurunan kepala janin. Hal ini
merupakan keuntungan tersendiri untuk kemajuanpersalinannya.
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika
merasakan dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir akan
lebih mendominasidaripadaperasaan tidak nyaman, hal ini
terjadi karena pasien tidak tau mengenai caranya serta
khawatir akan responorang lain terhadap kebutuhannya ini.
Dalam kondisi ini penting bagi keluarga dan bidan untuk
menunjukanrespon yang positif dalam hal kesiapan untuk
memberikan bantuan dan meyakinkan pasien bahwa ia tidak
perlu merasa risih atau sungkan untuk melakukannya.
(Sulistyawati, 2013)

16
2.2 KEBUTUHAN BIOLOGIS, PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL
IBU DAN KELUARGA PADA MASA INTRANATAL
2.2.1 KEBUTUHAN FISIK
a) Kebersihan dan Kenyamanan
Wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat panas dan
berkeringat banyak,karena itu biasanya ia sanagt mendambakan
kesempatan untuk mandi atau bersiran jika bisa. Jika ibu bisa
berdiri maka ia akan senang bila bisa digosok tubuhnya dengan
air dingin dengan spons. Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan
menggosok gigiatau mungkin ingin mengulum es.
b) Posisi
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang
normal dan harus berlangsung. Bidan mendukung ibu dalam
memilih posisi apa pun yang diinginkan atau menyarankan
alternative- alternative apabila tindakan ibu tidak efektif atau
membahayakan diri sendiri atau bayi nya. Bila ada anggota
keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendukung ibu
maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang yang
mendukung ibu tersebut.
c) Kontak Fisik
Ibu mungkin tidak ingin berbincang tetapi iamungkin akan
merasa nyaman dengan kontak fisik. Pendamping ibu hendaknya
didorong untuk mau berpegangan tangan dengan
ibu,menggosokpunggung,menyeka wajah dengan spons, atau
mungkin hanya memberikan dukungan. Mereka yang
menginginkan kelahiran aktif bisa mencoba dengan stimulasi
puttingdan klitoris untuk mendorong pelepasan oksitosindari
kelenjerpituitary sehingga akan merangsang kontraksu uterus
secaraalamiah.

17
d) Pijatan
Ibu yang menderita sakit punggung atau nyeri selama
persalinan mungkin akan merasa bahwa pijatan akan sangat
mengerikan . sebagian wanita mungkin akan merasa bahwa
pijatan pada abdominal adalah suatu yang menyenangkan :
belaian ringan diatas seluruh perut dapat menimbulkan rasa
nyaman yaitu dengan menggunakan kedua tangan dan ujung jari
menyentuh daerah simpisis pubis melintas diatas fundus uterus
dan kemudian turun kedua sisi perut.

2.2.2 KEBUTUHAN PSIKOLOGIS


a) Persiapan Untuk Persalinan
Pada suatu tahap dalam masa persalinannya semua wanita akan
menyadari keharusan untuk melahirkan anaknya.
b) Memberikan Informasi
Idealnya setiap wanita yang hamil haruslah memperoleh
kesempatan untuk membentuk hubungan dengan seorang bidan
tertentu agar supaya advis bisa diberikan secara konsisten dan
wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa bebas meminta
informasi. Dengan cara demikian setiap wanita akan bisa
mendapatkan informasi sebanyak yangdiinginkannya.
c) Mengurangi Kecemasan
Meskipun setiap wanita mungkin akan merasa sedikit takut
tentang beberapa aspek dari kehamilan dan persalinan, banyak
diantaranya merasa bahwa hal tersebut tidaklah berdasar.
d) Keikutsertaan Dalam Perencanaan
Pasangan – pasangan yang bisa berpartisipasi dalam perencanaan
asuhan mereka dengan cara ini akan merasa bahwa hal tersebut
akan dianggap penting bagi para pemberi asuhan dan akan
merasa lebih tenang dalam menghadapi seluruh pengalaman
memasuki rumah sakit. Bidan harus ingat bahwa bagi pasangan –

18
pasangan muda, sebuah rumah sakit itu bagaikan benda asing,
lingkungan yang belum dikenal yang dihubungkan dengan sakit
dan mati dan bahwa mungkin saja mereka belum pernah datang
ke tempat seperti itu.

2.2.3 KEBUTUHAN SPIRITUAL


a) Tidak meninggalkan Ibadah merupakan bentuk spiritulitas pada
aspek connecting (menghubungkan diri kepada sesuatu
yangdivine/keIlahian)
b) Kekonsistenan do’a adalah do’a yang langsung (shalat), atau
mengingat Tuhan dan membaca kitab sesuai dengankepercayaan
c) Menyeimbangkan fisik dan psikis yang dialaminya dengan
spiritual pada aspek connecting (menghunungkan sesuatu kepada
yang lebihbesar/keilahian/devine).

2.2.4 KEBUTUHAN SOSIAL


a) Memanggil ibu sesuai namanya
b) Menganjurkan pada ibuuntuk bertanya dan membicarakan rasa
takut atau kekhawatirannya dan menghormati praktik-praktik
tradisional yang tidak merugikan kesehatanibu
c) Menjaga privasiibu
d) Menghargai dan memperlakukan ibu sesuaimartabatnya
e) Menganjurkan ibu untuk ditemanisuami/keluarganya

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU BERSALIN PORTUS


KALAS I, II, III, IV
A. PENGKAJIAN
a. Pengkajian kala I
1. Integritas Ego
a) Dapat senang atau cemas
b) Nyeri/Ketidak nyamanan

19
c) Kontraksi reguler, peningkatan frekuensi, durasi dan
keparahan.
2. Keamanan
Irama jantung janin paling baik terdengar pada umbilicus
(tergantung posisi janin)
3. Seksualitas
Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin lender merah
muda, kecoklatan, atau terdiri dari  plak lendir
4. Prioritas keperawatan
a) Meningkatkan emosi dan fisik klien/pasangan terhadap persalinan.
b) Meningkatkan kemajuan persalinan
c) Mendukung kemampuan koping klien/pasangan
d) Mencegah komplikasi maternal/bayi.
5. Secara Khusus
a) Memeriksa tanda-tanda vital
b) Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan
karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus:Frekwensi,
Interval, Intensitas, Durasi dan Tonus istirahat
c) Penipisancerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada
kehamilan pertama dan seorang diikuti pembukaan dalam
kehamilan berikutnya
d) Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang
menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan
kemajuan persalinan:
1) Palpasi abdomen  (Leopold) untuk memberikan informasi
jumlah fetus,letrakjanin,penurunan janin
2) Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, foetus, station.
3) Tes diagnostik dan laboratorium
4) Spesimen urin dan tes darah
5) Ruptur membran
6) Cairan amnion : Warna ,karakter dan jumlah

20
b. Pengkajian kala II
1. Aktivitas Istirahat
a) Kelelahan
b) Ketidaknyamanan melakukan dorongan sendiri/tehnik relaksasi
c) Latargi
d) Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi : Td dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi
3. Integritas ego : dapat merasa kehilangan kontrol
4. Eliminasi
a) Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada
kontraksi disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan
uterus
b) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
c) Distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus dikeluarkan
selama upaya mendorong
5. Nyeri/ketidaknyamanan
a) Merintih/meringis selama kontraksi
b) Amnesia dan diantara kontraksi mungkin terlihat
c) Rasa terbakar/meregang di perineum
d) Kaki gemetar selama upaya mendrong
6. Pernapasan : frekuensi napas meningkat
7. Keamanan
a) Diaporesis
b) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8. Seksualitas
a) Serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%
b) Peningkatan perdarahan pervaginam
c) Penonjolan rektum dengan turunya janin
d) Membran dapat ruptur jika masih utuh
e) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

21
c. Pengkajian kala III
1. Aktivitas Istirahat : perilaku senang sampai keletihan
2. Sirkulasi
a) TD meningkat saat curah jantung meningkat kemudia kembali
normal dengan cepat
b) Hipotensi dapat terjadi sebagai responanalgetik
c) Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
3. Makanan/cairan: kehilangan darah
4. Nyeri/ketidaknyamanan: tremor kaki/menggigil
5. Keamanan
a) Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan danya
robekan atau laserasi
b) Perluasan epiostomi/laserasi jalan lahir
6. Seksualitas
a) Darah berwarna kehitaman dari vagina terjadi saat plasenta lepas
dari endometrium, biasanya 1-5 menit setelah bayi lahir
b) Tali pusat memanjang

d. Pengkajian kala IV
1. Aktivitas Istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk aatu
berenergi.
2. Sirkulasi
a) Nadi biasanya lambat (50-70) karenahipersensitivitas vaginal
b) TD mungkin rendah terhadap responanastesi atau meningkat
terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
c) Mungkin edema paa ekstremitas dan wajah
d) Kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml.
3. Integritas ego
a) Reaksi emosional bervariasi, seperti eksitasi tidak berminat (lelah),
kecewa

22
b) Takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada
neonatal.
4. Eliminasi
a) Hemoroid sering ada dan menonjol
b) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisispubis atau
terpasang kateter
c) Diuresis terjadi jika tekanan bagian presentas menghambat aliran
urine.
5. Makanan/cairan: haus/lapar, mual
6. Neurosensasi
a) Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada anestesi
spinal
b) Hiperfleksi
7. Nyeri/ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma epiostomi
8. Keamanan
a) Suhu tubuh sedikit meningkat (dehidrasi, pengerahan tenaga)
b) Perbaikan epiostomi utuh
9. Seksualitas
a) Fundus keras terkontraksi
b) Drainase vagina/loklea jumlahnya sedang, merah gelap dengan
bekuan kecil
c) Perineum bebsa dari kemerahan, edema dan ekimosis
d) Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara
e) Payudara lunak, puting tegang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kala I
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan,
hiperkapnea
3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal

23
4. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan suplai darah
5. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
penurunan aliran darah

b. Kala II
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi, dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola
kontraksi semakin intensif
2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran
balik vena, perubahan pada tahanan vaskular sistemik
3. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan
pesalinan, pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep

c. Kala III
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnyaintake, muntah dan diaphoresis
2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis
melahirkan
3. Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi
selama melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta

d. Kala IV
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan, kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis
2. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau
peningkatan perkembangan anggota keluarga

24
C. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
a. Kala I
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan: nyeri berkurang
Kriteria evaluasi :
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang
b. Pasien tampak relaks atau tenang diantara kontraksi

Intervensi Rasional
1. Kaji derajat nyeri secara verbal dan non 1. Mengetahui skala nyeri pasien
verbal. sehingga dapat ditentukan
intervensi yang tepat

2. Anjurkan berkemih 1-2 jam, palpitasi di 2. Mempertahankan kandung kemih


atas simpisispubis. bebas distensi yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan.
3. Ajarkan pasien untuk mengedan yang 3. Mengejan yang efektif
efektif dan relaksasi saat tidak ada his. meminimalkan nyeri dan tenaga
yang dikeluarkan sehingga pasien
tidak kelelahan.

4. Berikan analgetik/alfafrodin 4. Membantu meringankan rasa nyeri


hidroklorida atau meperidin
hidroklorida per IV/IM diantara
kontraksi.

2. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan,


hiperkapnea
Tujuan: tidak terjadi cerera janin
Kriteria evaluasi:
a. DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)

25
b. Tidak ada perubahan periodik yang berbahaya
Intervensi Rasional
1. Pantau DJJ 1. DJJ harus di rentang 120-160 x/menit dengan
variasi rata-rata percepatan dalam respon terhadap
aktivitas maternal, gerak janin dan kontraksi
uterus
2. Catat kemajuan 2. Persalinan lama dengan perpanjangan fase laten
persalinan dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stres
berat, infeksi dan hemorargi karena rupturuteri
menempatkan janin pada resiko tinggi terhadap
hipoksia dan cedera

3. Lakukan pemeriksaan 3. Abnormalitas seperti presentasi wajah, dagu dan


leophod posterior memerlukan intervensi khusus untuk
mencegah persalinan lama.
4. Posisikan janin miring 4. Meningkatkan perfusi plasenta, mencegah
sindrome hipotensi terlentang.
5. Kolaborasi dalam 5. Menambah O2 ibu untuk ambilan fekal
pemberian O2

3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal


Tujuan: perubahan eliminasi urine teratasi sehingga memudahkan
kemajuan dalam persalinan
Kriteria evaluasi:
a. Pasien mengosongkan kandung kemih dengan cepat
b. Pasien bebas dari cedera kandung kemih

Intervensi Rasional
1. Catat dan bandingkan masukan dan haluaran 1. Keseimbangan intake dan output
urine cairan sehingga tidak terjadi
dehidrasi

26
2. Anjurkan untuk sering berkemih 1-2 jam 2. Tekanan dari bagian presentasi
dari kandung kemih sering
menurunkan sensasi dan
mengganggu pengosongan
komplit.
3. Palpasi di atas simpisispubis 3. Mendeteksi adanya urine dalam
kandung kemih dan derajat
kepenuhan.
4. Kolaborasi dalam melakukan kateterisasi 4. Distensi kandung kemih dapat
menyebabkan atoni, menghalangi
turunnya janin, menimbulkan
trauma pada presentasi janin.

4. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan


perubahan suplai darah
Tujuan: tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
Kriteria evaluasi:
a. DJJ dan variabilitas denyut dalam batas normal (120-
160x/menit)
b. TTV dalam batas normal terutama respirasi normal (16-
20x/menit)

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya faktor maternal/kondisi yang 1. Situasi resiko tinggi
menurunkan uteroplasenta. mempengaruhi sirkulasi,
kemungkinan dimanifestasikan
dengan hipoksia.
2. Pantau DJJ setiap 15-30 menit 2. Bradikardi atau takikardi
merupakan indikasi dari
kemungkinan penurunan yang
memerlukan intervensi khusus.

27
3. Periksa DJJ segera setelah ketuban pecah 3. Mendeteksi distres janin karena
(periksa setiap 15 menit). prolaps tali pusat.

4. Pertahankan dan catat warna, jumlah amnion saat 4. Pada presentasi vertex, hipoksia
ketuban pecah. lama menyebabkan cairan
amnion berwarna mekonium
karena vagal yang
merilekskanspingter anal.
5. Anjurkan pasien miring kiri. 5. Menurunkan resikohipoksia pada
janin dan resikoprolaps plasenta.
6. Napas dalam merilekskan otot-
6. Ajarkan pasien menarik napas dalam. otot sehingga tidak terjadi
kelelahan.

5. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan


aliran darah
Tujuan: tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria evaluasi:
1) TTV dalam batas normal
a. TD : 100-120/60-80 mmHg
b. RR : 16-20x/menit
c. N : 60-80x/menit
d. S : 36,5-37,4oC
2) DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)

Intervensi Rasional
1. Kaji TTV diantara kontraksi. 1. Selama kontraksi TD biasanya meningkat
5-10mmHg, kecuali selama fase transisi.
Peningkatan tahanan curah jantung dapat
terjadi bila ada hipertensi intrapartal yang
selanjutnya meningkatkan tekanan darah.

28
2. Kelebihan retensi cairan menempatkan
klien pada resiko terhadap perubahan
2. Pantau adanya edema dan luasnya, pantau sirkulasi, dengan kemungkinan
DJJ. insufisiensiuteroplasenta dimanifestasikan
sebagai deselerasi lanjut.
3. Catat masukan parenteral dan oral dan 3. Tirah baring meningkatkan curah jantung
haluaran secara akurat. Ukur berat jenin dan haluaran urine dengan penurunan
bila fungsi ginjal menurun. berat jenis urine. Peningkatan berat jenis
dan/atau reduksi dalam haluaran urine
menandakan dehidrasi atau kemungkinan
terjadinya hipertensi.
4. Tes urin terhadap albumin 4. Menandakan spasme glomerulus, yang
menurunkan reabsorpsi albumin. Kadar
lebih dari +2 menandakan gangguan
ginjal, kadar +1 atau lebih rendah
mungkin terjadi karena katabolisme otot
yang terjadi pada latihan atau peningkatan
metabolisme pada periode intrapartal.

b. Kala II
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian
presentasi, dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi
semakin intensif
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria hasil:
a. Mengungkapkan penurunan nyeri
b. Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan
kontrol, istirahat di antara kontraksi.

Intervensi Rasional
1. Identifikasi derajat ketidaknyamanan dan 1. Mengklarifikasi kebutuhan ;

29
sumbernya memungkinkan intevensi yang
tepat
2. Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap 2. Memberikan
kontraksi informasi/dokumentasi legal
tentang kemajuan kontinu ;
membantu mengidentifikasi
pola kontraksi abnormal,
memungkinkan pengkajian dan
intervensi segera
3. Berikan dukungan dan informasi yang
3. Pertahankan supaya pasangan
berhubungan dengan kemajuan persalinan
tetap mendapatkan informasi
tentang perkiraan kelahiran ;
menguatkan bahwa upaya-
upaya yang dilakukan itu
berarti
4. Anjurkan klien atau pasangan untuk mengatur
4. Upaya mengejan spontan yang
upaya mengejan dengan spontan, daripada
bukan terus menerus
dilakukan terus-menerus, mendorong selama
menghindari efek negatif dai
kontraksi
valsava manuver berkenaan
denan penurunan kadar
oksigen ibu dan janin
5. Pantau penonjolan perineal dan rektal,
5. Pemutaran anal ke arah luar
pembukaan muara vagina dan tempat janin
dan penonjolan perineal terjadi
saat verteks janin turun,
menandakan kebutuhan untuk
persiapan kelahiran
6. Bantu klien memilih posisi optimal untuk
6. Posisi yang tepat dengan
mengejan (Mis jongkok, rekumben lateral, posisi
relaksasi jaringan perineal
semi fowler atau penggunaan kursi melahirkan).
mengoptimalkan upaya
Kaji keefektifan upaya untuk mengejan ; bantu
mengejan, memudahkan
klien untuk merelakskan semua otot dan
kemajuan persalinan,

30
beristirahat diantara kontraksi menurunkan ketidaknyamanan
dan menurunkan kebutuhan
terhadap penggunaan forsep

2. Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran


balik vena, perubahan pada tahanan vaskular sistemik
Tujuan : tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria evaluasi :
a. Mempertahankan tanda vital yang tepat terhadap tahap
persalinan
b. Menunjukkan DJJ dan variabilitas dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Pantau TD dan nadi (setiap 5-15 menit). 1. Peningkatan curah jantung 30%-
Perhatikan jumlah dan konsentrasi haluaranurin 50% terjadi pada tahap
pengeluaran, penajaman pada
puncak kontraksi uterus dan
kembali secara lambat pada
status prakontraksi, saat
kontraksi menurun atau berhenti
2. Anjurkan klien untuk inhalasi/ekhalasi selama 2. Valsava manuver yang lama dan
upaya mengejan, dengan menggunakan teknik berulang, terjadi bila klien
glotis terbuka dan menahan napas tidak lebih dari menahan napas saat mendorong
5 detik. Katakan pada klien untuk mendorong terhadap glotis yang tertutup,
hanya bila ia merasakan dorongan untuk akhirnya mengganggu aliran bali
melakukannya (dorongan tidak boleh dipaksakan) vena dan menurunkan curah
jantung, TD dan tekanan nadi
3. Pantau DJJ setelah kontraksi atau upaya 3. Mendeteksi bradikardia janin
mengejan dan hipoksia berkenaan dengan
penurunan sirkulasi maternal dan
penurunan perfusi plasenta yang
disebabkan oleh valsava

31
manuver atau posisi yang tidak
tepat
4. Anjurkan klien/pasangan memilih posisi 4. Posisi rekumben tegak dan
persalinan yang mengoptimalkan sirkulasi seperti lateral mencegah oklusi vena
posisi rekumben lateral, posisi fowler atau kava inferior dan obstruksi aorta,
berjongkok mempertahankan aliran balik
vena dan mencegah hipotensi
5. Atur infus IV sesuai indikasi ; pantau pemberian 5. Jalur IV harus tersedia pada
oksitosin dan turunkan kecepatan bila perlu kasus perlunya memperbaiki
hipotensi atau menaikkan
pemberian obat kedaruratan

3. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan


pesalinan, pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep
Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria evaluasi :
a. Otot-otot perineal rileks selama upaya mengejan
b. Bebas dari laserasi yang dapat dicegah
Intervensi Rasional

1. Bantu klien/pasangan dengan posisi yang tepat, 1. Membantu meningkatkan


pernapasan dan upaya untuk rileks peregangan bertahap dari
perineal dan jaringan vagina
2. Bantu sesuai kebutuhan dengan manuver tangan ; 2. Menungkinkan melahirkan
berikan tekanan pada dagu janin melalui lambat saat kepala bayi telah
perineum ibu saat tekanan pengeluaran pada distensi di perineum 5 cm ;
oksiput dengan tangan lain menurunkan trauma pada
jaringan ibu
3. Bantu dengan episiotomi garis tengah atau 3. Episiotomi dapat mencegah
mediolateral bila perlu robekan perineum pada kasus
bayi besar, persalinan cepat dan
ketidakcukupan relaksasi

32
perineal
4. Bantu dengan penggunaan forsep pada kepala 4. Trauma jaringan ibu meningkat
janin, bila perlu karena penggunaan forsep, yang
dapat mengakibatkan
kemungkinan laserasi atau
ekstensi episiotomi

c. Kala III
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurangnyaintake, muntah dan diaphoresis
Tujuan: pemenuhan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1) TTV dalam batas normal
a. TD : 100-120/60-80 mmHg
b. RR : 16-20x/menit
c. N : 60-80x/menit
d. S : 36,5-37,4oC
2) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV dan DJJ. 1. Monitor TTV dilakukan karena
efek samping okxytocin yang
sering terjadi adalah hipertensi dan
peningkatan DJJ menandakan
dehidrasi.
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi. 2. Segera beri minum melalui oral
jika ditemukan tanda-tanda
dehidrasi.
3. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta. 3. Pelepasan harus terjadi dalam
waktu 5menit setelah kelahiran,
lebih banyak waktu yang
diperlukan plasenta untuk lepas

33
makan lebih banyak darah hilang.
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan perenteral 4. Membantu memenuhi kebutuhan
cairan.

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis


melahirkan
Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria evaluasi:
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
b. Pasien tampak relaks
c. Pasien tidak merintih kesakitan
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi napas dalam. 3. Relaksasi napas dalam membantu
mengontrol nyeri sehingga nyeri
4. Lakukan massage pada daerah fundus untuk dirasakna berkurang.
menurunkan nyeri dan resiko perdarahan 4. Massage membantu merelakskan
otot-otot dan mencegah
perdarahan.

3. Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi


selama melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta
Tujuan : tidak terjadi cedera terhadap ibu
Kriteria hasil : Bebas dari cedera maternal
Intervensi Rasional
1. Palpasi fundus dan masase dengan perlahan 1. Memudahkan pelepasan
plasenta
2. Masase fundus secara perlahan setelah 2. Menghindari

34
pengeluaran plasenta rangsangan/trauma berlebihan
pada fundus
3. Bersihkan vulva dan perineum dengan air dan 3. Menghilangkan kemungkinan
larutan antiseptik steril, berikan pembalut. kontaminan yang dapat
mengakibatkan infeksi saluran
asenden selama periode
pascapartum
4. Rendahkan kaki klien secara simultan dari
4. Membantu menghindari
pijakan kaki
regangan otot

5. Kolaborasi pemberian oksitosin IV, posisikan


5. Meningkatkan
kembali uterus di bawah pengaruh anastesi, dan
kontraktilitasmiometrium
berikan ergonovin maleat IM setelah penempatan
uterus
uterus kembali

6. Kolaborasi pemberian antibiotik profilaktik

6. Membatasi potensial infeksi


endometrial

d. Kala IV
1. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan, kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
a. Pasien tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
b. Saluran urine adekuat
c. Mukosa bibir lembab

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, terutama suhu. 1. Peningkatan suhu menandakan
dehidrasi

35
2. Pantau DJJ. 2. Pada awalnya DJJ meningkat
karena dehidrasi dan kehilangan
cairan.
3. Ukur masukan cairan dan haluaran urine. 3. Mengetahui adanya dehidrasi
sehingga dapat segega dilakukan
4. Berikan masukan cairan peroral/parenteral intervensi yang tepat.
4. Mengganti kehilangan cairan.

2. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan


Tujuan: nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria evaluasi:
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
b. Pasien tampak relaks
c. Pasien tidak merintih kesakitan

Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau
berat diberikan obat sesuai
indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat
pasien relaks sehingga nyeri
dapat berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi napas dalam. 3. Relaksasi napas dalam
membantu mengontrol nyeri
sehingga nyeri dirasakna
berkurang.
4. Lakukan massage pada daerah fundus untuk 4. Massage membantu merelakskan
menurunkan nyeri dan resiko perdarahan otot-otot dan mencegah
perdarahan.

36
3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi.
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria evaluasi:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. TTV dalam batas normal terutama suhu

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV terutama suhu. 1. Perubahan suhu menandakan terjadinya
infeksi.
2. Kaji tanda-tanda infeksi. 2. Adanya tanda-tanda seperti kalor, dolor,
rubor, tumor dan fungsiolaesia menandakan
terjadinya infeksi segera berikan intervensi
yang tepat.
3. Tehnik aseptik menurunkan resiko terjadinya
3. Pertahankan tehnik aseptik. infeksi kepada pasien ataupun perawat.
4. Antibiotik sesuai indikasi membantu
menghambat mekanisme terjadinya infeksi
4. Kolaborasi dalam pemberian sehingga pasien tidak mengalami efek
antibiotik dan kaji efek samping samping yang tidak diinginkan.

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau


peningkatan perkembangan anggota keluarga.
Tujuan: penerimaan anggota baru dalam keluarganya

37
Kriteria evaluasi:
a. Ibu mengatakan merasakan kebahagiaan memiliki bayi.
b. Ibu tampak menyusui bayinya dengan penuh cinta
c. Ibu tampak menerima kehadiran bayi.
Intervensi Rasional
1. Observasi interaksi ibu dan bayi serta 1. Kontak mata, posisi menghadap
keluarganya. wajah menandakan penerimaan
yang baik atas kehadiran bayinya.
2. Catat adanya pengungkapan atau perilaku yang 2. Perilaku atau pengunggkapan
menunjukkan kekecewaan. secara verbal mengenai
kekecewaan terhadap kelahiran,
berikan KIE tentang keadaan bayi
dan penanganan yang tepat.
3. Berikan ibu menyusui bayinya. 3. Menyusui secara dini memberikan
kesempatan kepada bayi lebih
dekat dengan ibu dan
mendapatkan nutrisi penting dari
ASI.
4. Anjurkan pasien dan keluarga menggendong 4. Kedekatan ibu, bayi dan keluarga
bayinya memberikan kehangatan pada bayi
sehingga bayi menjadi tenang.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun atau ditentukan sebelumnya
berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang
dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto&Wartonah,
2003).

E. EVALUASI
a. Kala I
1. Nyeri berkurang dan terkontrol

38
2. Tidak terjadi cedera janin
3. Perubahan eliminasi urine teratasi
4. Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
5. Tidak terjadi penurunan curah jantung

b. Kala II
1. Nyeri berkurang atau terkontrol
2. Klien mempertahankan tanda vital yang tepat
3. Klien tampak mengejan

c. Kala III
1. Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat
2. Nyeri berkurang atau terkontrol
3. Tidak terjadi cidera

d. Kala IV
1. Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
2. Nyeri berkurang atau terkontrol
3. Tidak terjadi infeksi.

2.4 PENDIDIKAN KESEHATAN IBU PADA MASA INTRANATAL


a) Ajarkan klien teknik mengedan.
b) Ajarkan keluarga klien dalam kehadiran pendamping selama proses
persalinan.
c) Mengajarkan perubahan posisi dan pergerakan. Karena penolong
persalinan tidak boleh memaksakan posisi yang telah dipilih ibu
d) Ajarkan memberikan sentuhan. Sentuhan mungkin akan membantu ibu
rileks dengan cara pasangan menyentuh atau mengusap bagian tubuh
ibu. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan
sumber kenikmatan saat ibu sakit, lelah,dan takut.

39
e) Beri dukungan psikologis, meningkatkan perasaan aman dengan
memberi dukungan dan memupuk rasa percaya dan keyakinan pada
diri ibu bahwa ia mampu untuk melahirkan. Berikan kenyamanan,
berusaha menenangkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani
proses persalinan. Memberikan perhatian agar dapat menurunkan rasa
tegang sehingga dapat membantu kelancaran proses persalinan.
f) Ajarkan mesase. Karena pemijatan secara lembut akan membantu ibu
merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan.
g) Mengajarkan teknik pernapasan dalam persalinan.
h) Ajarkan mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
i) Ajarkan cara mengobservasi kesejahteraan janin dan tanda-tanda
hipertermi serta kelainan lain yang harus segera dilaporkan bila terjadi.

40
BAB III
TIJAUAN KASUS

3.1 KASUS
Ny. A usia 17 tahun, agama Islam, IRT, pendidikan SD, suku Sumatera
dibawa ke ruang bersalin RS mengaku hamil anak pertama dan sudah
waktunya melahirkan. Keluhan pasien perut mules, menjalar ke pinggang,
dan keluar lendir merembes dari jalan lahir. Pasien mengatakan mules sejak
sekitar 8 jam yang lalu jam 24.00 wib. Pasien tampak meringis kesakitan dan
memegang perut bagian bawah dan pinggangnya.Berdasarkan anamnesa
G1P0A0, mengaku HPHT 20-1-2020, skala nyeri 5, mules/nyeri hilang
timbul, semakin bertambah dan lama. Pemeriksaan fisik menunjukkan TD
110/90 mmHg, Nadi 80 x/mnt, R 20 x/mnt, suhu 36,5 celcius, BB 65 kg,
tampak strie pada perut pasien. Kontraksi uterus dalam 10 menit frekuensi 3
kali, durasi 20 detik, intensitas sedang.Pemeriksaan Leopold 1 menunjukkan
bokong di fundus dan TFU 2 jari di bawah prosessus xifoideus.Leopold II
posisi punggung kiri, DJJ 140 x/mnt.Leopold III presentasi kepala, kepala
janin masuk PAP.Leopold IV divergen. Pemeriksaan dalam diketahui portio
tebal, selaput ketuban utuh, pembukaan serviks 3 cm .
Ny. A dan suaminya (Tn B) tampak cemas. Tn B tidak tahu apa yang
meski dilakukan untuk membantu mengurangi nyeri istrinya.
Pada pukul 14.00, dalam 10 menit kontraksi 3 kali, durasi 35 detik, DJJ
140 x/mnt, pembukaan 5

Kala II

Pada pukul 21.00 WIB ibu mengeluh kontraksi semakin kuat, ingin
meneran, nyeri skala 9. Kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik, DJJ
155 x/mnt, pembukaan lengkap, presentasi belakang kepala, penyusupan
kepala molage berjauhan. Perawat dan bidan mendekatkan partus set dan
pasien diposisikan lithotomi. Ibu dilakukan episiotomy 3 cm pada perineum.

41
Bayi lahir spontan pada pukul 23.00, berat badab 3000 gr, panjang badan 48
cm, lingkar kepala 30 cm, menangis spontan.

Kala III
Ibu diberikan injeksi oksitosin 1 ampul IM dan 23.30 plasenta lahir
lengkap.
Kala IV
Ibu dilakukan observasi. Kontraksi uterus baik. TD 100/80 mmHg, Nadi
76x/mnt, suhu 37 celsius, respirasi 18 x/mnt. Perdarahan normal

42
3.2 STEP 1 (IDENTIFIKASI KATA SULIT)
1. G1P0A0

G : Gravida (kehamilan)

P : Partisipasinya (melahirkan)

A : Abortus (Keguguran, dengan usia kandungan < 20 minggu)

G1P0A0 : Kehamilan pertama, belum pernah melahirkan dan belum


pernah abortus.

2. Strie atau stretch marks, atau juga dikenal dengan istilah striae, merupakan
kondisi pada kulit di mana muncul garis-garis beruntai pada kulit. Stretch
marks dapat terjadi pada kulit di bagian perut, payudara, pinggul, bokong,
atau paha. Seiring berjalannya waktu, garis dapat tampak semakin samar.
3. TFU atau Fundus uteri merupakan nama latin dari puncak rahim.
Pengukuran puncak tertinggi rahim atau tinggi fundus uteri (TFU) perlu
digunakan dalam menghitung berat janin.
4. Prosessus xifoideus adalah bagian bawah tulang dada(sternum)yg seperti
ujung/taju pedang.
5. DJJ (Denyut Jantung Janin) merupakan suatu indikator yang digunakan
untuk memantau kondisi kesehatan janin didalam kandungan. Normal
berkisar antara 120-160 bpm/menit.
6. PAP,itu singkatan dari Pintu Atas Panggul. Pada wanita hamil yang kepala
janinnya sudak masuk je PAP (Pintu Atas Panggul), menandakan bahwa
kelahiran sudah dekat. Bagian inlet pelvis/ pintu atas panggul (PAP)
merupakan bidang yang dibatasi oleh krista pubis di bagian anterior, linea
inominata di bagian lateral, dan sakrum yang membatasi bagian posterior.
7. Divergen adalah bila ujung-ujung jari kedua tangan tidak dapat saling
dipertemukan.
8. Molageadalah indicator tentang seberapa jauh kemampuan kepala bayi
dapat menyesuaikan diri dengan bagian panggul ibu yang akan dilalui

43
9. Episiotomy adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang dilakukan
unuk memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu proses
kelahiran bayi. Perlebaran ini dapat dilakukan di garis tengah atau dari
sebuah sudut dari ujungbelakang dari vulva, dilakukan di bawah bius lokal
dan dijahit kembali setelah melahirkan.
10. Injeksi oksitosinadalah salah satu bentuk hormon alami buatan manusia.
Hormon ini bekerja dengan membuat rahim berkontraksi dan untuk
meningkatkan kekuatan kontraksi rahim. Obat ini umum digunakan saat
proses melahirkan, terutama untuk mempercepat atau setelah melahirkan
guna mengontrol perdarahan.
11. Pemeriksaan Leopold adalah pemeriksaan dengan metode perabaan yang
berfungsi untuk memperkirakan posisi bayi dalam rahim. Pemeriksaan ini
umumnya dilakukan saat menjalani pemeriksaan kandungan rutin di
trimester tiga kehamilan, atau saat kontraksi sebelum persalinan.
12. Portio adalah istilah medis untuk mulut rahim.
13. Oksitosin adalah hormon pada manusia yang berfungsi untuk merangsang
kontraksi yang kuat pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah
dalam membantu proses kelahiran. Selain itu, Hormon ini juga berfungsi
untuk mensekresi air susu dengan merangsang kontraksi duktus laktiferus
kelenjar mammae pada ibu menyusui.
14. Px adalah bagian bawah tulang dada yang berbentuk seperti taju pedang.
15. HPHT adalah hari pertama haid terakhir seorangwanita sebelum hamil.
Cara menentukan HPHTadalah dengan melakukan anamnesis pada ibu
secara tepat karena apabila terjadi kesalahan, makapenentuan usia
kehamilan juga menjadi tidak tepat. Beberapapertanyaan yang bisa
diajukan adalah sebagaiberikut: kapan ibu mengeluarkan haid terakhir
sebelum haid, apakah pada tanggal tersebut sudahbersih atau masih baru
keluar darah haidnya, berapa lama menstruasinya, berapa banyak
menstruasinya(jika hanya sedikit maka kemungkinan sudah terjadinidasi.
Dihitung secara rinci hari-hari yang sudahdilalui dimulai dari HPHT
sampai tanggal waktu perhitungan.

44
16. .Mules (verbal pasien) Mulas akibat kontraksi biasanya diikuti keluarnya
lender bercampur darah, yang menandai kesiapan bayi dilahirkan dan
persalinan dilakukan. Rasa mulas akibat kontraksi sangat kuat dan
kencang hingga terasa lebih berat dibanding mulas biasa
17. Kontraksi uterus pada persalinan.Kontraksi uterus (his) merupakan
kekuatan fisiologis yang utama selama kala II. His yang terjadi pada
responden bersifat normal, yaitu kontraksi uterus terjadi 3 – 4 kali dalam
10 menit selama 40 – 60 menit dengan interval 2 – 3 menit
18. Lepold 1

- Untuk mengetahui usia kandung

- Untuk mengetahui bagian janin apa yang berada di fundus uteri

19. Leopold 2
Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada
letak lintang tentukan dimana kepala janin
20. Leopold 3
Untuk menentukan bagian janin yang terdapat di bagian bawah perut ibu,
serta apakah bagain janin tersebut sudah memasuki PAP
21. Leopold 4
Untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian
bagian bawah janinbawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa
jauh bagian bawah janin telah memasuki PAP.
22. Fundus adalah titik tertinggi dari uterus/rahim.
23. Presentasi kepala adalah situasi saat persalinan dimana janin dalam
posisi longitudinal dan kepala masuk ke panggul terlebih dahulu.
24. Janin masuk PAP, artinya janin telah masuk ke Pintu Atas Panggul yang
menandakan bahwa wanita hamil akan dekat dengan waktu persalinan.
25. Portio tebal adalah suatu istilah yang dipakai dalam dunua medis yang
berati mulut rahim yang tebal.

45
26. Pembukaan serviks adalah proses membukanya leher rahim
atau serviks per sentimeter (cm) sebagai jalur lahir bayi saat persalinan
atau melahirkan.
27. Pemeriksaan dalam merupakan pemeriksaan rutin dalam ilmu kebidanan
dan kandungan selain inspeksi (pemeriksaan dari luar) yang terdiri atas
vaginal touch (colok vagina) dan inspekulo (melihat saluran kelamin luar
dengan menggunakan alat spekulum).
28. Pembukaan tiga
Rahim mengalami dilatasi atau pembukaan sebesar tiga cm pada
saat pembukaan tiga. Pada saat ini, Mama sudah memasuki kontraksi
aktif dalam proses persalinan. Ciri-ciri yang terjadi saat pembukaan tiga :
Kontraksi semakin sering biasanya hanya berselang setengah sampai satu
jam
29. Pembukaan lima
Tahap ini pembukaan pada mulut rahim sudah sekitar lima cm. Ciri-ciri
yang terjadi saat pembukaan lima : Durasi kontraksi semakin lama bisa 1-
5 menit, adapun rentangnya tetap mulai setengah hingga satu jam.
30. Makna meneran di KBBI adalah menahan dan menekan nafas seperti
orang melahirkan/mengejan
31. Pembukaan Lengkap Saat Melahirkan, Ketahui Lebar Jalan Lahir Bayi.
Leher rahim (serviks) sudah terbuka sebesar 1 sentimeter. Pada fase ini,
ibu hamil mulai mengalami kontraksi yang ditandai dengan rasa mulas dan
nyeri di bagian punggung dan pinggang.
32. Presentase belakang kepala adalah posisi yang normal atau normoposisi.
Presentase belakang kepala dengan petunujuk ubun-ubun kecil di
belakang dapat di sebelah kiri belakang, kanan belakang, dan dapat pula
ubun-ubun kecil terletak melintang baik kanan maupun kiri dan ini adalah
posisi yang tidak normal atau malposisi.
33. Penyusupan (Molase) tulang kepala janin. Penyusupan adalah indikator
penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat

46
penyusupannya atau tumpang tindih antara tulang kepala semakin
menunjukan risiko disporposi kepala panggul ( CPD).
34. Partus set adalah set alat bedah yang digunakan oleh petugas medis untuk
persalinan normal.
Partus set terdiri dari:
 2 pasang (handscoon (sarung tangan steril)
 1 buah kateter nelaton
 2 buah klem koher
 1 buah ½ kohe
 1 gunting episiotomy
 1 gunting tali pusat
35. Plasenta lengkap atau yang juga sering disebut dengan ari-ari adalah organ
dalam kandungan yang dapat ditemukan pada masa kehamilan yang
tersusun atas ratusan pembuluh dan vena halus, bentuknya seperti
gumpalan hati mentah, dengan warna merah tua
36. Perdarahan normal adalah keluarnya darah dari jalan lahir segera setelah
melahirkan dan masih dianggap normal jika jumlahnya tidak melebihi 500
cc.
37. .Posisi janin punggung kiri atau disebur Oksiput posterior kiri, yaitu posisi
dimana punggung bayi menghadap ke sisi kiri ibu dengan bagian belakang
kepala menghadap sisi belakang tubuh ibu.
38. Kehamilan aterm adalah Bayi yang lahir pada usia kehamilan 29 hingga 36
minggu disebut bayi prematur. Sementara itu, bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 hingga 42 minggu (280-300 hari) disebut sebagai bayi yang
lahir dalam waktu normal/aterm. Usia kehamilan lebih dari 42 minggu
disebut sebagai kehamilan lewat minggu atau serotinus.

47
3.3 STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH)
1. Apa penyebab keluarnya lendir merembes pada jalan lahir ?
2. Apa yang perlu dilakukan sejak ibu yg dikasus tersebut merasa mulas ?
3. Apakah DJJ pada kasus 140x/mnt normal ? Jika iya mengapa ?
4. Apa yang menandakan terjadinya kala 1, kala 2, kala 3 dan kala 4 ?
5. Berdasarkan kasus disebutkan bahwa usia ibu 17 tahun, untuk usia
tersebut rahim ibu masih lemah, apa saja resiko yang akan dialami ibu
saat persalinan dan apa saja faktor penghambat dalam persalinan
tersebut?
6. Apa penyebab lama kontraksi pada kala 1 dan 2 terkait kasus tidak
normal? Dan apa kah hal tersebut berbahaya dalam proses persalinan
serta berbahaya bagi keselamatan ibu dan janin ?
7. Apa saja tanda tanda yang sering terjadi pada ibu yang akan
membutuhkan persalinan ?
8. Apakah ada perbedaan kala pada kemahilan anak pertama dan kehamilan
anak yang kedua atau lebih ?

48
3.4 STEP 3 (ANALISIS MASALAH)
1. Dikarenakan adanya pertambahan hormon baru sehinggal menyebab kan
adanya lendir.lendir ini disebut leukorrhea. Lendir ini pada umum nya hal
yang normal pada ibu hamil muda maupun tua tapi jika lendir yang keluar itu
banyak lebih baik langsung periksa ke dokter. Boleh juga karena untuk
membuka jalan lahir, lendir tersebut merupakan tanda-tanda akan terjadinya
kehamilan. Lendir tersebut merupakan Leucorrea (Sekret keputihan atau
keabu-abuan dan sedikit apek) lendir ini merupakan adaptasi fisiologi
kehamilan dari ibu akibat produksi hormon estrogen dan progesteron. Lendir
ini berfungsi sebagai sawar terhadap infeksi selama kehamilan.

2. Pada kasus tersebut, mulas ibu merupakan tanda fase persalinan dini. Selama
fase tersebut, tubuh ibu akan bekerja keras untuk menyiapkan diri menghadapi
kontraksi yang lebih intensif dan persalinan. Sangat direkomendasikan ketika
masih dalam fase persalinan dini, ibu melakukan hal-hal berikut:
1) Beristirahat
Ibu hamil beristirahat atau tidur sebanyak yang ibu bisa.Jangan
menghabiskan energi dengan berteriak-teriak apalagi sampai histeris. Ibu
harus menjaga kondisi tubuh tetap fit karena persalinan dan mengejan
akan sangat menguras energi. Dengarkan suara rekaman gemericik air,
musik atau apapun yang bisa membuat ibu tenang.
2) Relaksasi
Jika merasa gelisah atau tidak nyaman, fokuslah pada aktivitas yang
santai.Minta pasangan untuk memijat atau sekedar menyalakan
aromaterapi.Atur napas, tarik panjang lewat hidung dan buang perlahan
lewat mulut.
3) Makan minum
Kebutuhan tubuh sangat penting di awal persalinan.Jika haus, segera
minum untuk menghindari dehidrasi.Makan makanan sehat yang mudah

49
dicerna yang memberi energi. Seperti telur rebus, ikan, daging serta roti
dan susu.
4) Menyarankan ibu untuk beristirahat tidur dg posisi nyaman seperti
meninggikan kepala dan meletakan bantal di bawah kaki supaya asam
lambung tidak naik ke kerongkongan. Bisa jg dg tidur miring agar mulas
berkurang.

3. DJJ pada kasus normal yaitu 140x/mnt. Karena DJJ yang normal berkisar
antara120-160 x/mnt.

4. Yang menandakan terjadinya kala 1, kala 2, kala 3 dan kala 4


1) Kala I ( kala pembukaan 0 – 10)
Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai
membuka. Dan ditandai dengan perubahan serviks yang progresif yang
diakhiri dengan pembukaan lengkap (10cm) yang berlangsung kirakira 13
jam.
2) Kala II ( kala pengeluaran bayi)
Ditandai dengan rasa ingin meneran bersamaan dengan adanya kontraksi,
rasa tekanan pada rektum/vagina, Vulva-vagina membuka, peningkatan
pengeluaran lendir bercampur darah.Dan Ditandai dengan seorang ibu
ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, dan ibu biasanya
merasakan peningkatan tekanan pada vagina seperti ingin membuang air
besar, serta peningkatan pengeluaran lendir darah. Kemudian perineum
mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka,labia mulai
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva
3) Kala III ( kala pengeluaran plasenta)
Ditandai dengan bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. Dan
ditandai dengan perubahan bentuk dan tinggi fundus,tali pusat
memanjang,serta semburan darah tiba-tiba.

50
4) Kala IV ( kala pengawasan)
Dimulai saat plasenta lahir dan berakhir 2 jam setelahnya. Kala
pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam.Yang tujuannya
untuk mengobservasi persalinan.Dan sebagai permulaan dengan menyusui
bayi karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi.

5. Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
a. Resiko bagi ibunya :
1) Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput
ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian
proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya
sobekan pada jalan lahir.
2) Persalinan yang lama dan sulit.
Merupakan persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun
janin.Penyebab dari persalinan lama dipengaruhi oleh kelainan letak janin,
kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan
persalinan yang salah.
3) Kematian ibu saat melahirkan.
Disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

b. Dari bayinya :
1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan/prematur. Yaitu kurang
dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan
janin zat yang diperlukan berkurang.
2) Berat badan lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram.hal ini
dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20
tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu
hamil.

51
3) Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan
genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan
hormon.

4) Kematian bayi.
kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian
perinatal, yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan
asfiksia.Untuk mengurangu terjadinya komplikasi persalinan atau nifas,
sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC sesuai standar,
sehingga perkembangan janin dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi
dapat di pantau secara berkala dan dapat atau diminimalisir sedini
mungkin.

Faktor penghambat pada proses persalinannya yakni:

1) Emosional ibu belum stabil dan mudah tegang.


2) Organ reproduksi yang belum kuat untuk melahirkan.
3) Tekanan darah tinggi karena organ reproduksi belum siap untuk
mengandung.
4) Otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
5) Panggul terlalu sempit.

6. Hal tersebut normal terjadi, karena pada kala 1 itu biasa terjadi selama 18-24
jam. Dimana pada Kala 1 terjadi proses pembukaan lengkap. Pada kala 1
terdapat 2 fase. Yaitu fase laten, dimana pada fase ini terjadi penipisan serviks,
penurunan janin dan pembukaan 3 dengan durasi 8 jam. Yang kedua adalah
fase aktif yang terjadi selama > 7 jam hingga pembukaan lengkap.

52
7. Adapun tanda-tanda persalinan:
1) Ibu ingin mengejan
2) Perineum menonjol
3) Vulva dan anus membuka
4) Terjadinya his persalinan yang bersifat:
a. Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan.
b. Sifat teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar.
c. Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.
d. Makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah.
e. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda).
5) Terjadi perubahan servix yang menimbulkan:
a. Pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis
lepas.
c. Terjadinya perdarahan karena pembuluh darah kapiler karena
pergeseran serviks.

8. Tidak ada perbedaan kala pada anak yang pertama dan anak yang kedua/lebih.
Hanya saja, persalinan paad anak kedua/lebih itu biasanya dilakukan pada
kondisi yang lebih siap serta mental yang lebih siap juga. Lalu, proses
mengejan pada anak kedua/lebih bisa dilakukan dengan lebih efektif dan
pandai dalam mengatur nafas.

53
3.5 STEP 4 (MIND MAPPING)

Ny. A 17 thn

Ruang Bersalin RS

Keluhan:
DO:
tampak meringgis kesakitan dan memegang perut baggian
bawah pinggang dan dilakukan pemeriksaan leopold, tampak
strie pada perut
DS:
Klien mengatakan perut mules, menjalar ke pinggang dan keluar
lender merembes dari jalan lahir.

Pemeriksaan fisik: Anamnesa G1P0AD


TD : 110/90 mmHg Mengaku HPHT 20-1-2020,
N : 80x/mnt skala nyeri 5, mules/nyeri
RR : 20x/mnt hilang timbul.
Suhu : 36,5 0c
BB : 65 kg

Kala 1 (pembukaan)
Kala 2 (pengeluaran janin)
Kala 3 (penegeluaran plasenta)
Kala 4 ( pengawasan/observasi)

Asuhan Keperawatan
Intranatal

54
3.6 ASKEP INTRANATAL
a. Kala 1
1) Pengkajian
Tahap pertama persalinan dimulai dengan kontraksi uterus
yang teratur dam diakhir dengan dilatasi serviks lengkap.
Perawatan dimulai ketika wanita mulai melaporkan salah satu atau
lebih hal-hal berikut:
 Awitan kontraksi uterus yang progrresif, teratur, yang
meningkat kekuatan, frekuensi dan durasinya
 Rabas vagina yang mengandung darah (bloody show)
 Rabas cairan dari vagina (selaput ketuban pecah spontan)
Hal-hal yang harus di kaji saat melakukan pengkajian kala
1 sebagai berikut:
 Riwayat Kesehatan
 Informasi Identifikasi seperti nama, umur, GPA,
menstruasi, HT dan HPL
 Riwayat kehamilan sekaran seperti ANC, hasil lab,
USG, komplikasi atau masalahriwayat kehamilan
dahulu: jumlah, komplikasi, BBL, jarak kelahiran,
lamanya persalinan dan keadaan anak
 Riwayat medis dan keluarga
 Persiapan kelas persalinan
 Pemeriksaan Fisik
 Tanda vital
 Review sistem: sistem neurologi, kardiovaskular,
hematologi, respirasi, gastrointestinal, urinari,
muskuloskeletal, genital, membran mukosa dan kulit
 Pemeriksaan abdomen: observasi adanya jaringan
parut, bentuk dan ukuran abdomen, palpasi Leopold,
Auskultasi djj, pola kontraksi uterus

55
 Pengkajian Panggul
 Penipisan dan dilatasi serviks
 Posisi serviks anterior, posterior atau midposisi
 Selaput ketuban
 Presentasi dan posisi jika memungkinkan
 Adanya molding atau kaput
 Station
 Kapasitas panggul
 Kondisi rektum dan perineum
 Pengkajian Perilaku Ibu
 Mood atau affek
 Tanda-tanda kecemasan
 Lapangan pandang
 Body language
 Tingkat energi
2) Masalah Keperawatan Kala I
 Kecemasan
 Nyeri
 Kelelahan
 Tidak efektifnya koping individu
 Resiko tinggi infeksi
 Perubahan perfusi jaringan sistemik
 Perubahan persepsi-sensori
 Tidak efektifnya pola nafas
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
 Kurangnya volume cairan
 Perubahan eliminasi urin
 Gangguan mobilisasi fisik
 Kurangnya perawatan diri:Hygiene

56
3) Intervensi dan Implementasi Keperawatan

No Intervensi Implementasi
1. Memberikan dukungan  Sikap hangat, supportif
emosional dan empati
 Semua prosedur
dijelaskan sebelum
dilakukan
 Meminta izin saat akan
melaksanakan prosedur
 Orientasikan keluarga
dan klien pada ruangan
 Pertimbanngkan
masalah budaya yang
di anut klien
2. Meningkatkan Istirahat  Support untuk
dan Kenyamanan ambulasi dan istirahat
pada posisi minimal
ditinggikam 30 derajat
 Shower atau mandi dan
massage
 Mendengarkan musik
bernada lembut
 Menonton televisi
untuk distraksi
 Anjurkan ibu untuk
minum dan
mengosongkan kemih
tiap 1-2 jam
3. Mencegah Infeksi  Intervensi keperawatan

57
berhubungan dengan bervariasi sesuai
Pecah Ketuban Lama tingkatan
 Monitering status fetus
 Mencegah infeksi
dengan membatasi
pemeriksaan dalam,
monitoring tanda-tanda
infeksi seperti
takikardia, takipnea
atau demam dan
takikardi fetus
 Catat TTV tiap 1-2 jam
 Melakukan vulva
hygiene
 Kolaborasi pemberia
antibiotik
4. Meningkatkan Nutrisi dan  Untuk memenuhi
Hidrasi asupan cairan dan obat
bisa dengan
pemasangan IV
 Pembatasan asupan
cairan dan makanan
saat dilakukan
manajemen aktif
persalinan dengan
tujuan untuk
mnegurangi resiko
muntah dan aspirasi
5. Meningkatkan Eliminasi  Instruksikan ibu untuk
Kandung Kemih berkemih minimal per
2 jam

58
 Katerisasi dilakukan
bila usaha
mengosongkan
kandung kemih secara
alami gagal
 Pertahankan teknik
aseptik saat katerisasi
6. Mendorong ambulasi dan  Berjalan meningkatkan
perubahan posisi kenyamanan dan
minimal kontraksi
lebih efektif
 Berdiri sesuai gravitasi
untuk mendukung
proses persalinan
 Jika pecah ketuban, ibu
dianjurkan untuk di
tempat tidur
7. Kontrol usaha meneran  Bantu ibu untuk
menghindari meneran
sebelum pembukaan
lengkap
 Jelaskan alasan tidak
boleh meneran sebelum
pembukaan lengkap
 Bimbing nafas pendek
dengan mengeluarkan
nafas melalui bibir saat
kontraksi
 Pertahankan kontak
mata sambil
membimbing nafas

59
bersama
 Lakukan pemeriksaan
dalam saat ibu tiba-tiba
meneran
8. Mencegah Hiperventilasi  Kaji tanda dan gejala
hiperventilasi: mati
rasa dan tingling pada
bibir, pusing dan
bingung
 Hindari bernafas terlalu
cepat atau terlalu dalam
b. Kala II
1) Pengkajian
Monitoring kondisi fisiologis ibu dan janin, meliputi
tekanan darah, nadi, dan pernafasan setiap 5-30 menit, suhu setiap
2 jam, DJJ, durasi dan intensitas kontraksi, tingkat energi klien,
pembukaan serviks, station dan kondisi selaput ketuban
2) Diagnosis Keperawatan
 Resti cedera ibu dan bayi berdasarkan penggunaan valsava
manuver
 Tidak efektifnya koping individu berdasarkan pemimpinan
persalinan kontradiksi dengan usaha meneran fisiologis
 Cemas, berdasarkan ketidakmampuan defekasi
 Resti cedera ibu berdasarkan posisi kaki ibu tidak sesuai
 Nyeri, berdasarkan distensi perineum
 Resti infeksi berdasarkan trauma jaringan dan faktor
lingkungan

3) Intervensi dan Implementasi Keperawatan

No Intervensi Implementasi

60
1. Mempertahankan  Lakukan scrub
Teknik aseptik dan perineum
Alat-alat Steril  Alasi ibu dengan
underpad steril bawah
 Pakai cap,masker,
gaun steril, dan
sarung tangan steril
 Siapkan partus steril
2. Mendukung ibu  Metode meneran
meneran tradisional: valsava
manuver
 Meneren dengan
membuka glotis
 Meneran semi fowler
3. Menyiapkan untuk  Penyebab ruptur:
episiotomi kepala anak terlalu
cepat lahir, anak
besar, persalinan
buatan (Vakum, EF),
vagina sempit, posisi
okisipito posterior,
arcus pubis sempit,
pereniium kaku
 Indikasi epiisiotomi:
prematur, presentasi
bokong, perimenum
kaku, anak besar,
perineum tipis
diperkirakan robek
 Jenis episiotomi:
medial, lateral, dan

61
mediolateral
c. Kala III
Beberapa hal yang harus dilakukan nakes saat kala III antara lain
adalah monitoring kondisi fisiologis ibu dan bayi, melahirkan plasenta,
mengkaji saluran reproduksi, menjahit episiotomi, lerasi perineum dan
saluran vagina, monitoring tanda pendarahan postpartum, dan identifikasi
respon keluarga terhadap bayi.
1) Diagnosis Keperawatan
 Resiko tinggi infeksi berdasarkan trauma daerah jalan lahir
 Resiko tinggi cedera berdasarkan propalus uteri
 Resiko tinggi kurangnya volume cairan berdasarkan
pendarahan
2) Intervensi dan Implementasi Keperawatan

No Intervensi Implementasi
1. Meningkatkan Adaptasi  Observasi tanda-
Fisiologis Maternal tanda pelepasan
plasenta
 Bantu melahirkan
plasenta
 Perawat siap
melakukan massage
uterus
 Pemberian uterus
tonika dan jika
darah yang keluar
>500 mL pasang
infus
2. Massage Fundus Uteri  Perawat
menggunakan dua
tangan untuk
massage fundus,

62
satu tangan di atas
fundus uteri tangan
lain di atau simpisis
 Lakukan message
secara gentle
 Dilakukan bila
uterus teraba lembek
dan tidak keras
 Jelaskan mengapa
mesage fundus
penting
3. Mengkaji Plasenta,  Dengan plasenta
Selaput Ketuban dan arah maternal, tarik
Tali Pusat selaput sampai batas
akhir untuk
menentukan selaput
lengkap tidak ada
robekan
 Inspeksei
permukaan
maternal: cek
kotiledon untuk
memastikan semua
lengkap dan utuh,
observasi area
terlepas, robek,
infark dan
klasifikasi
 Inspeksi arah fetal:
cek lokasi insersi
tali pusat, dan

63
perubahan
pembuluh darah
 Inspeksi tali pusat:
cek jumlah
pembuluh darah (2
arteri 1 vena),
panjangnya tali
pusat, adanya
varikositis dan
kelainan lainnya
4. Mengukur darah yang  Diukur dari tempat
hilang plasenta atau tempat
penampung darah
yang lain secara
langsung
 Perkirakan jumlah
darah dari gaun,
handuk, sponge dan
lantai
 Bila dengan
episiotomi perkiraan
300-400 mL
 Tambahan
pendarahan bisa dari
robekan serviks,
vagina, perineum,
dan episiotomi
 Monitoring tanda-
tanda shock
hipovolemik
 Periksa Hb dan Ht

64
5. Monitoring  Okstitosin (pitosin
Komplikasi: ansintosinon)
pendarahan postpartum  Ergo agent termasuk
dengan pemberian ergotrate
uterustonika (ergonovin) dan
methergin.
Kontraindikasi bila
ibu hipertensi atau
mendapat anestesi
lokal karena
beresiko
menyebabkan
instabilitas
vesomotor
 Prostaglandin:
prostin, citotec
untuk pendarahan
postpartum karena
atonia uterus, atau
jika oksitosin dan
methergin tidak
efektif

d. Kala IV
Tahap recovery, 2 jam pertama setelah melahirkan, pengkajian ibu:
TD, Nadi< TFU, kandung kemih, Lokea, Perineum
1) Diagnosis Keperawatan
 Resti kurangnya volume cairan berdasarkan relaksasi
uterus setelah persalinan

65
 Retensi urin berdasarkan dampak persalinan pada sensani
berkemih
 Nyeri berdasarkan gangguan integritas kulit akibat
persalinan
 Resti gangguan parenting berdasarkan kelelahan
 Resti cedera ibu berdasarkan ambulasi dini
2) Intervensi dan implementasi Keperawatan

No Intervensi Implementasi
1. Mencegah Pendarahan  Kaji jumlah pendarahan
 Kaji TTV
 Kaji kontraksi uterus,
palpasi uterus
 Kaji lokea: jumlah dan
konsistensinya
 Kaji adanya hematoma
dan laserasi jalan lahir
 Fasilitasi laktasi
2. Mencegah Distensi  Palpasi kandung kemih
Kandung Kemih  Jelaskan pentingnya
miksi
 Support untuk miksi
secara alami
 Bila gagal lakukan
katerisasi
3. Mempertahankan  Yakinkan kondisi ibu
Keamanan stabil saat akan ambulsai
dini
 Kaji TD karena bisa
terjadi hippotensi
ortostatik karena efek
splanchnic engorgement

66
 Bila klien mendapat
analgesik tunggu sampai
kondisinya stabil

67
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta
dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang
dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.
(Rustam Muchtar,1998). Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi
pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur),mempunyai onset
yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24
jam sejak saat awitannya, mempunyai janin tunggal dengan
presentase puncak kepala, terlaksana tanpa bantuan artificial, tidak
mencakup komplikasi, plasenta lahir normal. Persalinan normal disebut
juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak  belakang
kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24
jam.Bentuk-Bentuk Persalinan:Persalinan spontan, Persalinan Bantuan,
Persalinan Anjuran menjelang kelahiran sang bayi, ada beberapa hal yang
perlu dipersiapkan. Terutama barang – barang keperluan ibu dan sang bayi
yang nantinya akan dibawa ke rumah sakit.Tanda – Tanda
MelahirkanGejala paling sering menjelang persalinan adalah rasa mulas.
Perut terasa seperti kram, mirip saat menstruasi. Ada juga yang merasa
mual, kembung, dan nyeri punggung. Bahkan ada yang diare atau
pusing.Menjelang persalinan, sistem pencernaan Ibu akan melambat.Kala
dalam persalinan : Kala 1 (dari pembukaan 1 sampai lengkap),Kala II (dari
pembukaan lengkap sampai bayi lahir),Kala III (dari bayi lahir hingga
plasenta lahir).

68
4.2 SARAN
Dengan ada nya makalah ini semoga tenaga medis saat Dalam
menolong persalinan agar berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan
normal serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik dalam
penanganannya lebih memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan
mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Untuk keluarga
HendaknyaHendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada
ibu, dan selalu membantu ibu dalam proses persalianan dan memenuhi
kebutuhannya.

69
DAFTAR PUSTAKA

Sylvana, Fatma. 2018. Keseimbangan Fisik, Psikis, dan Spiritual IslamPada


Masa Kehamilan dan Persalinan. Jurnal Psikologi Islam, Vol. 5, No. 1 (2018):
1—12. file:///C:/Users/WIN10P~1/AppData/Local/Temp/54-Article%20Text-
127-1-10-20180627.pdf

Nur, Erma. 2018. Dukungan Sosial bidan Dalam Persalinan. Jurnal Kesehatan
Karya Husada/Vol.6, No. 2 Tahun 2018.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

https://www.scribd.com/doc/153856564/penkes-intranatal (Diakses Tanggal 29


Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai