KELOMPOK 2 :
Anggraini Gita Rahayu (G1B119027)
Ambarwati (G1B119028)
Gracesita Lliestasyah Y.S.T (G1B119030)
Natalia Ruthanaya Samosir (G1B119031)
Silvana Medilia Caesar (G1B119035)
Nanda Poniar (G1B119036)
Sorca Ophelia Nanda Saputra (G1B119037)
Nurmardiah (G1B119039)
Vitria (G1B119041)
Dwi Kartika (G1B119043)
DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Fase
1 Prainteraaksi 3 Fase Kerja
2. MENDENGARKAN
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan penuh perhatian.
Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan klien. Tunjukkan
perhatian bahwa perawat mempunyai waktu untuk mendengarkan (Purwanto, Heri, 1994).
3. MENGULANG
Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat
mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi Anna, 1992).
4.
1
KLARIFIKASI
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang
tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam
Suryani, 2005). Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap
perasaan klien sangat penting dalam memahami klien.
5. REFLEKSI
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi
pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat
tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan
terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
Tehnik-tehnik refleksi terdiri dari: (Keliat, Budi Anna, 1992)
Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar.
Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan
6. MEMFOKUSKAN
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah
inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus
pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah penting (Suryani, 2005).
7. DIAM
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran
masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini memberikan waktu pada klien
untuk berfikir dan menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan
dukungan, pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk berkomunikasi
dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus mengambil keputusan (Suryani, 2005).
8. MEMBERI INFORMASI
Informasi yang diberikan pada klien harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang
masalah yang dihadapi klien serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah
(Suryani, 2005).
9. MENYIMPULKAN
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi
poin penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki
pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan. Poin utama dari menyimpulkan yaitu
peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).
11. EKSPLORASI
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang
dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini
bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang
dialami klien.
12. MEMBAGI PERSEPSI
Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005) menyatakan, membagi persepsi (sharing
peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau
pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan
antara respons verbal dan respons nonverbal klien.
13. MENGIDENTIFIKASI
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk
meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam
Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk
memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
14. HUMOR
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence
Nightingale dalam Anonymous (1999) dalam Suryani (2005) pernah mengatakan suatu
pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan
kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Faktor–faktor penghambat dalam proses komunikasi terapeutik adalah : (Purwanto, Heri,
1994)
Kemampuan pemahaman yang berbeda.
Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu.
Komunikasi satu arah.
Kepentingan yang berbeda
Memberikan jaminan yang tidak mungkin
Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi
Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya
Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
Menghentikan/mengalihkan topik pembicaraan
Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan
KESIMPULAN
● Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam
kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi
keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien
dan juga kepuasan bagi perawat.