Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN

SISTEM RUJUKAN
UPT PUSKESMAS LAMURUKUNG

KECAMATAN TELLU SIATTINGGE

KABUPATEN BONE

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat akan akses pelayanan kesehatan, sediaan farmasi,
dan alat kesehatan secara nasional memang telah mengalami peningkatan, namun di daerah terpencil,
tertinggal, perbatasan, pulau-pulau kecil terdepan dan terluar masih belum cukup terpenuhi.
Kebutuhan akan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan pun belum cukup memadai, baik jumlah,
jenis, kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan, serta distribusinya yang belum merata. Jumlah
dokter di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, yaitu
19 orang dokter per 100.000 orang penduduk.
Sesuai dengan dasar Sistem Kesehatan Nasional tahun 2009, upaya penyelenggaraan
kesehatan perlu mengacu pada dasar-dasar:
1. Hak asasi manusia.
2. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis.
3. Komitmen dan Tata Kepemerintahan yang Baik.
4. Dukungan Regulasi.
5. Antisipatif dan Pro Aktif.
6. Responsif Gender.
7. Kearifan Lokal.

Akan tetapi pembangunan kesehatan yang belum merata terutama dalam hal pemerataan
prasarana dan fasilitas penunjang bagi stakeholder kesehatan yang ada di daerah maka diperlukan
tindakan rujukan dari stakeholder kesehatan yang memiliki fasilitas kurang ke stakeholder yang
memiliki sarana lebih maju.

Rujukan adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk memberikan
informasi, untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan dapat berwujud
alat bukti, nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut
ditemukan.

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan


pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan. Sistem rujukan dapat berjalan secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal
dalam arti rujukan dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu.
Secara horizontal dalam arti rujukan antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

Untuk dapat mewujudkannya dan demi terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh


semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, maka diperlukan
suatu sistem rujukan yang tepat sehingga dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mengetahui dan memetakan segala aspek-aspek sistem rujukan yang mencakup sarana
prasarana dan pelaksanaan rujukan yang ada di Puskesmas Sambas, Kecamatan Sambas,
Kabupaten Sambas untuk kemudian dielaborasi dan diintegrasikan sejalan dengan pelaksanaan
sistem rujukan yang sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui tentang pelaksanaan rujukan yang ada di Pukesmas Sambas, Kecamatan
Sambas , Kanbupaten Sambas.
b. Mengetahui tentang prosedur sistem rujukan yang berlangsung di Pukesmas Sambas ,
Kecamatan Sambas, Kanbupaten Sambas.
c. Mengetahui tentang kelengkapan sarana prasarana dalam kaitan pelaksanaan rujukan
yang berlangsung di Pukesmas Sambas , Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas.
d. Mengetahui tentang pemanfaatan sumber daya yang terdapat di Puskesmas dalam kaitan
pelaksanaan rujukan yang berlangsung di Pukesmas Sambas, Kecamatan Sambas,
Kabupaten Sambas.

C. MANFAAT
Hasil ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Puskesmas
Sebagai data,masukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk evaluasi kelengkapan sarana
prasarana, ketepatan prosedur maupun keefektivitasan dari pelaksanaan sistem rujukan dan
dapat melaksanakan sistem rujukan yang sesuai Sistem Kesehatan nasional di Pukesmas
Lamurukung , Kecamatan Tellu Siattingge, Kabupaten Bone.
2. Petugas Kesehatan
Menambah masukan tentang ketepatan prosedur maupun indikasi dalam pelaksanaan sistem
rujukan.
BAB II

METODOLOGI

A. KERANGKA ACUAN

Dalam membuat kerangka acuan, digunakan cara pendekatan sistem yaitu sebagai berikut:

INPUT

1. Man

Mahasiswa kepaniteraan komprehensif, kepala puskesmas, pembimbing, tenaga kerja

fungsional Puskesmas Lamurukung.

2. Money

Swadana mahasiswa kepaniteraan komprehensif.

3. Material

Data Laporan Manajemen dan Kinerja Puskesmas Lamurukung.

4. Metode

Observasi dan wawancara dengan tenaga kerja fungsional Puskesmas Lamurukung.

5. Machine

Alat tulis, laptop, komputer, printer.


PROSES

1. Perencanaan (P1)

a. Menentukan judul laporan

b. Pertemuan dengan Kepala Puskesmas Batealit untuk mendapatkan izin melakukan kegiatan
di wilayah kerja Puskesmas Lamurukung.

c. Pertemuan dengan tenaga kerja fungsional Puskesmas Lamurukung.

2. Pergerakan dan Pelaksanaan (P2)

a. Pengorganisasian melalui pertemuan dengan pendamping


b. Pengambilan data-data material yang diperlukan berupa laporan Manajemen dan
Kinerja Puskesmas Lamurukung.
c. Melakukan observasi dan wawancara dengan tenaga kerja fungsional Puskesmas
Lamurukung.
d. Melakukan pencatatan hasil observasi dan wawancara dengan tenaga kerja fungsional
Puskesmas Lamurukung.

3. Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)

a. Menganalisa sistem rujukan Puskesmas Lamurukung.

b. Menilai pelaksanaan sistem rujukan Puskesmas Lamurukung.

OUTPUT

1. Mengetahui sistem rujukan Puskesmas Lamurukung.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis sistem rujukan Puskesmas Lamurukung.

3. Mengetahui pelaksanaan sistem rujukan Puskesmas Lamurukung.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Dasar Pemikiran

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat, yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok.
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan
bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 10.000 penduduk.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan
(promotif) dan pemullihan kesehatan (rehabilitatif) yang ditujukan kepada semua penduduk dan
tidak dibedakan jenis kelamin dan golongn umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup
usia.

B. Fungsi dan Peran Puskesmas


Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama mempunyai tiga fungsi sebagai berikut:
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan.
Memiliki makna bahwa puskesmas harus mampu membantu menggerakkan (motivator dan
fasilitator) dan turut serta memantau pembangunan yang diselenggarakan di tingkat kecamatan
agar dalam pelaksanaannya mengacu, berorientasi, serta dilandasi oleh kesehatan sebagai
faktor pertimbangan utama. Diharapkan setiap pembangunan yang dilaksanakan seyogyanya
yang mendatangkan dampak positif terhadap kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga.
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh
masyarakat.
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuyan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar,
tanpa atau dengan bantuan pihak lain.
3. Upaya Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan puskesmas bersifat
holistik, komprehensif/menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok (basic health service), yang sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi
pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan medik. Pada umumnya pelayanan kesehatan
tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient service).
Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah kerjanya, puskesmas merupakan
sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara bermutu, terjangkau, adil dan merata.
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
• Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif, dengan pendekatan kelompok masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan
bersama masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan luar gedung di wilayah kerja
puskesmas.
• Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan rehabilitatif dengan
pendekatan individu dan keluarga pada umumnya, melalui upaya rawat jalan dan rujukan.
• Pada kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat dipertimbangkan puskesmas dapat
memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan antara sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.

C. Pengertian Sistem Rujukan

Rujukan adalah sarana dan prasarana yang digunakan sebagai alat untuk memberikan
informasi, untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan dapat berwujud
alat bukti, nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut
ditemukan.

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan


pelimpahan wewenang atau tanggung jawab secara timbal balik, terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan. Sistem rujukan dapat berjalan secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal
dalam arti rujukan dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu.
Secara horizontal dalam arti rujukan antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

D. Jenis Rujukan
a) Sistem rujukan menurut azas penyelenggaraan puskesmas (Kepmenkes No. 128 Tahun 2004)
dibagi menjadi:
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik
perorangan yang antara lain meliputi:
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan lain-
lain.
b. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga
yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli
pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.

2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan


masyarakat yang meluas meliputi:
a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain bantuan laboratorium dan teknologi
kesehatan.
b. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan
sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta
penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi
bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan masal, pemeriksaan air
minum penduduk, dan sebagainya.

Gambar 1. Skema pelaksanaan azas rujukan menurut Kepmenkes No. 128 Tahun 2004
.

b) Sistem rujukan dalam bidang obstetri dibagi menjadi:


1. Rujukan Terencana, rujukan ke rumah sakit yang telah disiapkan dan direncanakan jauh-jauh
hari bagi ibu risiko tinggi. Ada 2 macam rujukan terencana yaitu :
a. Rujukan Dini Berencana (RDB), untuk ibu dengan resiko tinggi yang masih sehat dan
belum inpartu, belum ada komplikasi persalinan, ibu masih dapat berjalan sendiri atau
naik kendaraan umum, dan tidak membutuhkan alat ataupun obat.
b. Rujukan Dalam Rahim (RDR), meliputi rujukan In Utero bagi janin dengan masalah
dan janin risiko tinggi yang masih sehat (misalnya kehamilan dengan riwayat obstetrik
jelek pada ibu diabetes mellitus, partus prematurus iminens). Bagi janin, selama
pengiriman rahim ibu merupakan alat transportasi dan inkubator alami yang aman,
nyaman, hangat, steril, murah, mudah, memberi nutrisi dan O 2, tetap pada hubungan
fisik dan psikis dalam lindungan ibunya. Pada jam-jam krisis pertama bayi langsung
mendapatkan perawatan spesialistik dari dokter spesialis anak. Manfaat RDB/RDR:
pratindakan diberi KIE, tidak membutuhkan stabilisasi, menggunakan prosedur, alat,
obat standar (obat generik), lama rawat inap pendek dengan biaya efisien dan efektif
terkendali, pasca tindakan perawatan dilanjutkan di puskesmas.
2. Rujukan Tepat Waktu (RTW), rujukan untuk ibu dengan gawat darurat obstetrik, perdarahan
antepartum, preeklampsi berat/eklampsia, dan ibu dengan komplikasi persalinan dini yang
dapat terjadi pada semua ibu hamil dengan atau tanpa faktor resiko.

c) Sistem rujukan menurut tata hubungannya dibagi menjadi:


1. Rujukan Internal, adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas
induk.
2. Rujukan Eksternal, adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun
vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

d) Sistem rujukan menurut lingkup pelayanannya dibagi menjadi:


1. Rujukan Medis:
• Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan lain-
lain.
• Pengiriman bahan (spesiemen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
• Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan
mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan Kesehatan:
• Rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan
promotif, yang antara lain meliputi bantuan.
• Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau
berjangkitnya penyakit menular.
• Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
• Penyidikan sebab keracunan, bantuan tekhnologi penanggulangan keracunan dan bantuan
obat-obatan atas terjadinya keracunan massal.
• Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk pengungsi atas terjadinya
bencana alam.
• Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air bersih bagi
masyarakat umum.
• Pemeriksaan spesiemen air di Laboratorium Kesehatan dan sebagainya.

E. Jenjang Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan, maka jenjang pelayanan kesehatan dibagi menjadi
lima jenjang, yaitu:
1. Tingkat rumah tangga.
Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.
2. Tingkat masyarakat.
Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya posyandu, polindes,
saka bakti husada, dan lain-lain.
3. Fasilitas pelayanan tingkat pertama.
Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit fungsional dibawahnya,
yaitu praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter keluarga, dan lain-lain.
4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua.
Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesialis) oleh Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4),
Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Balai Kesehatan Kerja Masyarakat (BKKM),
Balai Kesehatan Olah Raga Masyarakat (BKOM), Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten atau kota, rumah sakit swasta, klinik
swasta, dinas kesehatan kabupaten atau kota, dan lain-lain.
5. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga.
Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan) oleh rumah sakit
provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi dan departemen kesehatan.

F. Jalur Rujukan
Jalur rujukan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan:
1) Antara masyarakat dengan puskesmas.
2) Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas.
3) Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap.
4) Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat:
1) Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota.
2) Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas
sektoral.
3) Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu mananggulangi, bisa
diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono, 2005).
G. Keuntungan Sistem Rujukan
1. Pelayanan dan pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologis
memberikan rasa aman pada pasien dan keluarga pasien.
2. Penataran yang diadakan secara teratur dan berkala akan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah, sehingga semakin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya
masing – masing, serta meningkatkan kewaspadaan tenaga kesehatan akan kasus-kasus sulit
tertentu yang harus segera dirujuk.
3. Memudahkan masyarakat di daerah terpencil agar dapat memperoleh pelayanan tenaga ahli dan
fasilitas kesehatan dari jenjang yang lebih tinggi.
H. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria
pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus
disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan
di sarana kesehatan yang lebih mampu.
TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu
pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai
berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien.
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien.
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien.
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.

1. Prosedur standar merujuk pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk
menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.
2. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus.
3. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
5. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/Paramedis yang kompeten
dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
6. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar petugas
dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut
mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
c. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.
3. Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan).
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2.
 Lembar pertama dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan.
 Lembar kedua disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku register
rujukan pasien.
5. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat
tujuan rujukan.
6. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang
bersangkutan.

2. Prosedur standar menerima rujukan Pasien.


a. Prosedur Klinis:
1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan.
2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk perawatan
selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b. Prosedur Administratif:
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima untuk
ditempelkan di kartu status pasien.
2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima pasien sesuai
aturan masing-masing sarana.
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan medis dan
diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien.
4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap atau pulang
paksa).
5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/perawatan yang akan
dilakukan kepada petugas/keluarga pasien yang mengantar.
6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas/RSUD yang
bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih mampu dengan membuat surat
rujukan pasien rangkap 2, kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien,
prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.

3. Prosedur standar membalas rujukan pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib mengembalikan pasien
ke RS/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya perlu di
follow up oleh Rumah Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi pengobatan
dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah Sakit/ Puskesmas/
Polindes/Poskesdes pengirim.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah memungkinkan
untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit / Puskesmas tersebut dalam keadaan:
a. Sehat atau Sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d. Pasien sudah meninggal.
3. Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus memberikan
laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada Rumah Sakit/ Puskesmas/Polindes
/Poskesdes pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari
Rumah Sakit / Puskesmas.
b. Prosedur Administratif:
1. Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan rujukan untuk setiap
pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah Sakit/Puskesmas/
Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan untuk
memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan
berkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone,
faksimili dan sebagainya.

4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.
2. Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit/Puskesmas yang
terakhir merawat pasien tersebut.
3. Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau (follow up)
kondisi klinis pasien sampai sembuh.
b. Prosedur Administratif:
1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register pasien
rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan
memberi tanda tanggal/jam telah ditindaklanjuti.
2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan telah diterima.
I. Persiapan Rujukan
1. Persiapan Tenaga Kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh minimal dua tenaga
kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk tatalaksana
kegawatdaruratan medis, maternal dan perinatal.
2. Persiapan Keluarga, beritahu pasien dan keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien, serta
alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut mengantar pasien ke tempat
rujukan.

3. Persiapan Surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas pasien, alasan rujukan,
tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan pada pasien.
4. Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
5. Persiapan Obat, membawa obat–obatan esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk.
Jenis-jenis obat yang dibutuhkan diantaranya:
a. Epinephrin
b. Lidokain
c. Sulfas atropin
d. Dopamin
e. Magnesium sulfat
f. Morfin
g. Kortikosteroid
h. Natrium bikarbonat
i. Kalsium glukonat/Kalsium klorida
j. Furosemide
k. Diazepam

6. Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang memungkinkan pasien berada
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan secepatnya.
Kelengkapan ambulance, alat, dan bahan yang diperlukan:
a. Tas PP (Kit PP)
Tas PP sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tahan air. Isi tas PP:
1. Pembalut gulung
2. Pembalut segitiga
3. Kassa steril
4. Plester
5. Kapas putih
6. Plester cepat (misal Tensoplast, dll)
7. Cairan antiseptik
8. Cairan pencuci luka rivanol
9. Obat-obatan
10. Alat medis tambahan
11. Gunting
12. Pinset
13. Senter
14. Peniti
15. Buku catatan dan alat tulis
16. Stetoskop
17. Tensimeter
18. Termometer
b. Alat pelindung diri
c. Sepatu bot
d. Perlengkapan medis
1. Alat pemeriksaan
2. Emergency kit
e. Airways and breathing set
1. Ventilator mobile/portable
2. Tabung oksigen portable
3. Suction unit
4. Bag valve mask
5. ETT
6. Laringoscope
7. Pulse Oxymetri
8. Oxyhood
f. Circulation set
1. Vena sectie set
2. Hanging blood pressure monitor
3. Automatic external defibrilator
4. EKG monitor
5. Intraosseus needle
g. Trauma set
1. Necsplint/collar splint
2. Long spine board
3. Wound toilet set
4. Minor surgery set
h. Alat angkut evakuasi
1. Scoope stretcher
2. Stretcher beroda
i. Lain-lain
1. Infus set
2. Bantal, sarung bantal, sprei, selimut
3. Kantung muntah
4. Box tissue
5. Satu pak gelas
6. Satu pak tissue basah
7. Empat liter air steril/NaCl
8. Empat buah alat pengikat lunak
9. Kantung sampah
j. Obat-obatan
k. Alat komunikasi
1. Radio medik
2. Mobile phone

7. Persiapan Uang, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.
8. Persiapan Donor Darah, siapkan kantung darah sesuai golongan darah pasien atau calon pendonor
darah dari keluarga untuk berjaga–jaga dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah.

J. Mekanisme Rujukan
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita:
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu, dan puskesmas.
2. Menentukan tempat rujukan.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita tidak
mungkin dikirim.
5. Melakukan persiapan rujukan.
6. Pengiriman penderita.
7. Tindak lanjut penderita:
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dari tempat rujukan.
b. Melakukan kunjungan rumah pada penderita yang memerlukan tindakan lanjut tetapi
memiliki hambatan melapor.
A) Mekanisme Rujukan Puskesmas Lamurukung
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita:
 Keputusan untuk melakukan rujukan dilakukan apabila puskesmas tidak dapat
memberikan pelayanan medis dan/atau pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
pasien.
 Instalasi gawat darurat: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
 Rawat inap: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
 Rawat jalan: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga BP.
 PONED: dilakukan oleh bidan.
2. Menentukan tempat rujukan:
Sebagian besar pasien dirujuk ke RSUD Tenriawaru dan RS Hapsah, atas saran dan
penjelasian dari perawat, bidan, atau dokter jaga, dengan persetujuan pasien dan keluarga.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga.
 Memberikan informasi mengenai alasan pasien dirujuk kepada pasien dan keluarga
pasien.
 Instalasi gawat darurat: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat inap: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga UGD.
Rawat jalan: dilakukan oleh perawat dan dokter jaga BP.
PONED: dilakukan oleh bidan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
 Tidak dilakukan pemberitahuan terlebih dahulu bahwa akan ada penderita yang
dirujuk.
5. Melakukan persiapan rujukan.
a. Persiapan Tenaga Kesehatan, tidak terdapat ketentuan jumlah tenaga medis yang
harus ikut mendampingi pasien dan keluarga pasien hingga sampai di tempat
rujukan.
b. Persiapan Keluarga, pasien dan keluarga pasien diberikan informasi mengenai alasan
dilakukan rujukan.
c. Persiapan Surat, keluarga pasien diberi surat pengantar/surat rujukan yang berisi
identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat–obatan yang telah diberikan pada
pasien.
Pasien rujukan PONED diberikan surat rujukan dari puskesmas, surat dibuat rangkap
tiga, satu untuk dibawa pasien dan keluarga sebagai pengantar ke tempat rujukan, satu
disimpan oleh bidan, satu disimpan di instalasi PONED puskesmas. Dilakukan
pencatatan pasien yang dirujuk di buku rujukan.
Pasien rujukan instalasi gawat darurat dan rawat inap diberikan satu surat rujukan sebagai
pengantar ke tempat rujukan. Tidak dilakukan pencatatan rujukan pasien dari instalasi
gawat darurat dan rawat inap.
Pasien rujukan pasien rawat jalan/BP dilakukan untuk kepentingan pendataan
asuransi/jaminan kesehatan, dicatat di buku rujukan. Surat rujukan memiliki format yang
berbeda dengan surat rujukan instalasi gawat darurat, rawat inap, dan PONED. Surat
dibuat rangkap dua, satu untuk pasien dan satu untuk disimpan puskesmas.

Gambar 1. Surat rujukan Puskesmas Lamurukung.


.
Isi surat rujukan Puskesmas Lamurukung. terdiri atas kop surat, nomor surat, perihal,
tempat dan tanggal penulisan surat, tempat rujukan yang dituju, identitas pasien (nama,
umur, dan alamat pasien), diagnosa/diagnosa sementara, gejala, tindakan dan pengobatan
yang telah dilakukan, serta tempat untuk tanda tangan Kepala Puskesmas Batealit. Surat
ditandatangani oleh Dokter, dapat ditandatangani oleh Perawat.
d. Persiapan alat, obat, dan kendaraan.
 Kendaraan yang digunakan sebagai ambulance Puskesmas adalah Toyota Kijang
F60 standard tahun pembuatan 2004 dengan kapasitas silinder 1781cc bernomor
polisi K 9597 C atas nama pemilik Pemerintah Kabupaten Bone. Kondisi
ambulance dirasa kurang nyaman untuk pasien, keluarga pasien, dan tenaga
medis yang ikut mengantar karena AC tidak dingin yang mungkin dikarenakan
adanya gangguan pada freon AC tersebut. Ketersediaan oksigen pada saat
mengantar juga harus menjadi perhatian serius,oksigen sebaiknya harus selalu
berada dalam kondisi penuh dan air oksigen yang selalu terisi. Lampu sirine
berwarna biru menyala kurang terang dan pengeras sirine perlu diadakan servis
agar suara yang dihasilkan lebih keras. Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan
perhatian untuk perbaikan ambulance ke depannya:
 Tidak terdapat Tas PP
 Tidak terdapat alat pelindung diri
 Tidak terdapat perlengkapan medis di dalam mobil ambulance, tenaga
medis menyiapkan sendiri perlengkapan medis yang diperlukan saat itu
 Tidak terdapat airway dan breathing set
 Tidak terdapat circulation set
 Tidak terdapat trauma set
 Alat angkut berupa stretcher beroda
 Tidak terdapat infus set, kantung muntah, kantung sampah, dan
perlengkapan tambahan lain di dalam mobil ambulance. Obat-obatan, infus
set, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan saat itu disiapkan sendiri oleh
tenaga medis sesaat sebelum merujuk pasien.
 Tidak terdapat alat komunikasi di dalam mobil ambulance. Untuk berkomunikasi
digunakan alat komunikasi pribadi milik keluarga pasien atau tenaga medis yang
ikut mengantar.

Gambar 2. Mobil ambulance tampak depan.


Gambar 3. Mobil ambulance tampak belakang.

Gambar 4. Bagian dalam mobil ambulance.


Gambar 5. Kelengkapan mobil ambulance berupa tabung oksigen.

6. Pengiriman penderita.
 Dilakukan dengan mobil ambulance milik puskesmas, kelengkapan mobil ambulance
kurang, tidak memiliki sopir ambulance tetap.
 Tidak ada ketentuan jumlah tenaga medis yang harus ikut mengantar dan
mendampingi pasien dan keluarga ke tempat rujukan.

7. Tindak lanjut penderita:


 Puskesmas melakukan pelayanan medis lanjutan kepada penderita yang datang ke
puskesmas setelah selesai mendapatkan pelayanan (pengobatan rawat jalan, rawat
inap, pemeriksaan penunjang tertentu) di tempat rujukan.
 Puskesmas memberikan surat pengantar rujukan ke tempat rujukan sesuai permintaan
pasien untuk mendapatkan pelayanan medis di tempat rujukan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Secara keseluruhan,manajemen sistem rujukan di Puskesmas Lamurukung. sudah sesuai dengan


pelaksanaan sistem rujukan yang berpedoman kepada Sistem kesehatan Nasional. Tenaga medis yang
ditunjuk merujuk oleh Kepala Puskesmas Lamurukung., juga sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Akan tetapi, ada beberapa kekurangan yang masih ada:

a) Kurang lengkapnya sistem pencatatan dan pendataan rujukan.


b) Kondisi kendaraan yang kurang nyaman.
c) Kelengkapan alat maupun sarana dan prasarana yang diperlukan

Semoga kekurangan tersebut dapat diatasi demi peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Lamurukung.

Saran-saran:

a. Perlunya dibuat suatu susunan form tertulis yang tetap setiap melakukan tindakan rujukan.
b. Diperlukan pencatatan dan pelaporan untuk kepentingan evaluasi seusai merujuk apakah sesuai
dengan Sistem Kesehatan Nasional.
c. Sebaiknya surat rujukan dibuat dalam dua rangkap.
d. Perlunya dipertimbangkan pengadaan alat-alat maupun sarana dan prasarana medis dan nonmedis
untuk diintegrasikan secara komprehensif pada mobil ambulance puskesmas.
e. Perlunya komunikasi yang intensuif antara puskesmas dengan pihak yang merujuk dan pihak
tempat rujukan, terkait persiapan sebelum merujuk maupun pada saat penerimaan pasien di
tempat rujukan (pentingnya pemberitahuan melalui telepon terlebih dahulu pada tempat rujukan)
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI:


Pedoman Pengembangan dan Pembinaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia,
Direktorat Rumah Sakit, Departemen Kesehatan R.I, Jakarta, Tahun 1978.
2. Departemen Kesehatan RI:
Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Tahun 2005.
3. Departemen Kesehatan RI:
Sistem Informasi Rumah Sakit Di Indonesia (Sistem Pelaporan Rumah Sakit Revisi V), Keputusan
Menkes RI No.1410/Menkes/SK/X/2003, Tanggal 1 Oktober 2003, Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Jakarta Tahun 2003.
4. Notoatmodjo Soekidjo:
http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2008/07/14/sistem-rujukankesehatan-di-indonesia. Konsultasi
tanggal 24 Januari 2011.
5. Nasution, Abdul Bari., Adriaansz, George., Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Buku Acuan

Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

6. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo Trihono. 2005. Arrimes Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta :
Sagung Seto

7. www.puskel.com/4-macam-sistem-rujukan-upaya-kesehatan/
8. www.scribd.com/poedji-rochjati
LAMPIRAN

CONTOH FORM RUJUKAN


PEMERINTAH KABUPATEN BONE
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS LAMURUKUNG
Alamat : Jl. Pendidikan Desa Lamuru Kec. Tellu Siattinge Kode Pos 92752
Telp. (0481) 2920747 Email : lamurukungpuskesmas@gmail.com

SURAT RUJUKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


NO. : / / / 2020 / UPT PKM L.Kung

Kepada
Yth. Kepala……………………………
………………………………………
di.
Watampone

Mohon pemeriksaan dan pengobatan lanjut terhadap penderita :


Nama : ………………………………………………………..
Umur : ……………………………………………………….
Jenis Kelamin : ……………………………………………………….
Alamat : ……………………………………………………….
Diagnosa Sementara : ……………………………………………………….

Keterangan : ……………………………………………………….

Atas bantuan dan perhatian TS di ucapkan terimah kasih

Lamuru,…………………….. 2020
Dokter UPT Puskesmas,

dr. H. Isyar Mirdal, S. Ked


Nip. 19860810 201412 1 001

An. Kepala……………………………………………………

Penerima Rujukan

NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN BONE
DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS LAMURUKUNG
Alamat : Jl. Pendidikan Desa Lamuru Kec. Tellu Siattinge Kode Pos 92752
Telp. (0481) 2920747 Email : lamurukungpuskesmas@gmail.com

SURAT RUJUKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


NO. : / / / 2020 / UPT PKM L.Kung

Kepada
Yth. Kepala……………………………
………………………………………
di.
Watampone

Mohon pemeriksaan dan pengobatan lanjut terhadap penderita :


Nama : ………………………………………………………..
Umur : ……………………………………………………….
Jenis Kelamin : ……………………………………………………….
Alamat : ……………………………………………………….
Diagnosa Sementara : ……………………………………………………….

Keterangan : ……………………………………………………….

Atas bantuan dan perhatian TS di ucapkan terimah kasih

Lamuru,…………………….. 2020
Dokter UPT Puskesmas,

dr. Agus Durman


Nip. 19900804 201903 1 015

An. Kepala……………………………………………………

Penerima Rujukan

NIP.

Anda mungkin juga menyukai