BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Nasional (SKN) yang tangguh. Di Indonesia SKN telah ditetapkan pada tahun 1982.
SKN tersebut telah berperan besar sebagai acuan dalam penyusunan garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) bidang kesehatan, penyusunan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan dan juga sebagai acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arah
berbagai tantangan strategis yang mendasar baik eksternal maupun internal yang perlu
kelayakan kesehatan yang merata dan terjangkau pada seluruh masyarakat baik secara geografis
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai
fungsi yang lebih luas menyangkut fungsi peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan
Masyarakat masih memandang bahwa pelayanan kesehatan dari rumah sakit sebagai suatu
pelayanan jasa yang bersifat sosial, sehingga dianggap tidak etis untuk menerapkan prinsip profit
maximation dalam industri pelayanan kesehatan. Rumah sakit sesuai dengan sifatnya, tidak
bertujuan mencari laba atau non profit, tapi bukan berarti rumah sakit tidak mencari laba dalam
operasinya. Semenjak otonomi daerah fungsi rumah sakit mengalami pergeseran yakni dari
fungsi sosial menuju fungsi ekonomi. Laksono (2005) mengatakan bahwa keberadaan rumah
sakit sebagai fungsi sosial yang nonprofit, pada akhir abad sekarang telah berubah menjadi
Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pelayanan ini bersifat
dasar spesialistik dan sub spesialistik dengan mengutamakan sarana kesehatan dengan
penyakit dan pemulihan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Di
rumah sakit mempunya beberapa ruang baik untuk pengobatan, pelayanan, informasi dan bagian
rekam medik.
Catatan medis merupakan dokumen hukum permanen yang harus berisi informasi yang
cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta mencatat
hasilnya. Karena dokumentasi di dalam catatan medis dilakukan oleh berbagai penyedia layanan
asuhan kesehatan seperti dokter, perawat, terapis dan sebagainya dan karena dilakukan sebagai
aktifitas kedua setelah melakukan asuhan kesehatan kepada pasien, dokumentasi tidak selalu
setepat dan selengkap yang dibutuhkan atau diinginkan. Seorang dokter yang sedang sibuk bisa
tidak sengaja menulis catatan kemajuan pada catatan medis yang salah, seorang perawat yang
dipanggil untuk membantu pasien lalu lupa unutk mencatat obat yang diberikan. Analisa yang
teratur terhadap catatan medis harus dilakukan untuk mengelola isinya supaya memenuhi
tujuannya sebagai alat komunikasi informasi asuhan pasien, sebagai bukti perjalanan penyakit
dan pengobatannya untuk berbagai review hukum, reimbursement dan evaluasi sejawat dan
untuk mengisi dat klinis bagi aktifitas administratif, riset dan pendidikan (Huffman,1998).
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1996 kepada semua petugas
kesehatan wajib untuk menyimpan semua rahasia kedokteran, termasuk berkas rekam medis.
Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang diberikan kepada
pasien oleh Dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang mana dengan adanya bukti tertulis
tersebut maka rekam medis yang di berikan dapat dipertanggungjawabkan, dengan tujuan upaya
penunjang tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rekam medis.
Rekam medis diartikan sebagai suatu dokumen yang berisi catatan mengenai identitas pasien,
pemeriksaan tindakan pengobatan dari rekam medis lain pada sarana kesehatan yang dicatat
secara berkesinambungan, selama diberikan pelayanan di rumah sakit baik rawat jalan, rawat
inap maupun gawat darurat. Rekam medis merupakan suatu bagian yang ada di suatu rumah
sakit, sehingga secara otomatis rekam medis mempunyai peran yang sangat penting demi
kelangsungan dan perkembangan rumah sakit yang bersangkutan dengan rekam medis ini, tidak
hanya melayani pasien semata tetapi masih banyak hal-hal yang harus dikerjakan oleh rekam
medis, dapat mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar pada rekam medis, perkembangan dan
kemajuan rekam medis tergantung pada pelayanan rekam medis karena merupakan ujung
tombak rekam medis yang dapat membawa nama baik rumah sakit tersebut.
Dari studi pendahuluan di RSU Datu Sanggul Kabupaten Tapin dalam pengelolaan dan dan
pengolahan data rekam medis masih menggunakan secara manual dalam pembuatan laporan-
laporan internal seperti laporan kunjungan pasien rawat inap, rawat jalan, poliklinik dan
kunjungan kamar operasi yang semuanya masih dikerjakan secara manual. Sedangkan laporan
eksternal seperti RL1 (Rekap Laporan untuk data kegiatan rumah sakit), RL2a (Rekap Laporan
untuk data keadaan mordibitas pasien rawat inap) dan lain-lain masih dikerjakan secara manual
sehingga petugas agak lambat mengerjakannya. Kalau pun menggunakan komputer atau Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) yang ada pada unit rekam medis masih hanya
sebatas pendaftaran dan penginputan data pasien rawat inap sehingga pemanfaatannya dinilai
belum optimal. Dan survey awak kepada petugas rekam medis mengatakan job description
mereka tidak jelas yang mana menjadi tanggung jawab dan kejelasan job sebagai unit rekam
medis. Dan pada unit rekam medis di RSUD Datu Sanggul juga belu adanya ketetapan petugas
khusus untuk melakukan pengolahan data, pendaftaran dan petugas di ruang penyimpanan status
Di unit rekam medis RSUD Datu Sanggul petugas masih bekerja merangkap sebagai
operator dan admitting office atau pendaftaran rawat inap sehingga pekerjaan pokok sebagai
petugas rekam medis sering terbengkalai, sehingga semua ini mengakibatkan terlambatnya
petugas dalam menyajikan statistik kegiatan pelayanan rumah sakit dan fungsi unit rekam medis
Akan tetapi walau demikian keadaannya RSUD Datu Sanggul, seperti halnya Rumah Sakit
Umum Daerah lainnya selalu berusaha dan berupaya untuk selalu memberikan pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat Kabupaten Tapin dan sekitarnya, hal ini dapat dilihat dari pihak
manajemen RSUD Datu Sanggul dan pemerintah Kabupaten Tapin yang telah melakukan
berbagai langkah strategis untuk pengembangan rumah sakit, mulai dari pembangunan gedung
yang baru, penambahan fasilitas dan peralatan kesehatan, serta melakukan pengembangan
sumber daya manusia (pegawai) dengan memberikan kesempatan para pegawai mengikuti
pendidikan formal dan non formal untuk menunjang kegiatan pelayanan ksehatan khususnya di
bagian rekam medis, yang mana bagian i ni merupakan ujung tombak dan pintu utama yang ada
pada setiap rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka timbul keinginan
untuk melakukan penelitian tentang “Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Tapin”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengajka permasalan
“Bagaimana Gambaran Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Tapin?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran pelaksanaan tugas pengelolaan Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum
a. Mengidentifikasi sarana dan prasarana pada unit rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Tapin.
b. Mengidentifikasi apakah sistem Kearsipan Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Tapin sudah memenuhi standar sebagai Rumah Sakit Umum Daerah.
c. Mengidentifikasi alur Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapin.
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Peneliti
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam hal pengembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan serta keterampilan bagi mahasiswa dalam bidang pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Rumah Sakit merupakan suatu tempat dan juga sebuah fasilitas, sebuah institusi,
sebuah organisasi yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, ditambah dengan penjelasan
lain. Rumah Sakit juga merupakan suatu tempat bekerja tenaga kesehatan yang berhubungan
langsung dengan pasien dalam upaya pelayanan kesehatan. Untuk itu rumah sakit dapat
dipandang bertanggung gugat atas kesalahan dan atau kelalaian tenagakesehatan yang bekerja di
menyatakan bahwa rumah sakit umum adalah merupakan rumah sakit yang memberikan
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang
7
Rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan
kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan
berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan (Wolper dan pena 1987).
Sementara itu menurut WHO (1957) dalam Widyorini (1998) menyatakan bahwa :
"The hospital is an integral part of social and medical organization, the function of which is to
provide for the population complete health care both curative and whose outpatient service
reach out to the family and as home environment, the hospital is also a center for the training of
health workers and for bio social research". Definisi menurut di WHO menyebutkan bahwa
rumah sakit oleh WHO (1957) diberikan batasan yaitu suatu bahagian menyeluruh dari
organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatann lengkap kepada masyarakat
baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan
lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian
biososial.
Sedangkan menurut Siregar (2003) menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu
organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan
oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah
medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
Menurut Milton Roemer dan Friedman dalam bukunya Doctors in hospitals yang
a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan terapeutiknya.
e. Bertanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi
populasi di sekitarnya.
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberi pelayanan kedokteran spesialis
dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit kelas A ini telah ditetapkan sebagai tempat
pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.
Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis luas dan subspesialis membatas. Dimana rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukota
Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis yang disediakan yakni
pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan bedah anak serta pelayanan kebidanan
dan kandungan.
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit bersifat transisi karena pada suatu saat ditingkatkan
menjadi rumah sakit bebas C pada saat ini kemampuan rumah sakit kelas D hanyalah
memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit
kelas C, rumah sakit kelas D ini juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari
PUSKESMAS.
5. Rumah sakit kelas E
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (Spesialis Hospital) yang menyelenggarakan
hanya satu macam pelayanan kedokteran saja pada saat ini banyak rumah sakit kelas E yang
telah ditemukan rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dan lain
sebagainya.
Didalam membahas pengertian rekam medis terlebih dahulu akan dikemukakan arti
dari rekam medis itu sendiri. Rekam medis disini diartikan sebagai "keterangan baik yang tertulis
maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, penentuan fisik laboratorium, diagnosa
segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang
dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat" (Prawirohardjo S,
2002). Kalau diartikan secara dangkal, rekam medis seakan-akan hanya merupakan catatan dan
dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih dalam rekam medis mempunyai
makna yang lebih luas dari pada catatan biasa, sesudah tercermin segala informasi menyangkut
seorang pasien yang akan dijadikan dasar didalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya
pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar kegiatan
pencatatan. Akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam
medis. Sedangkan kegiatan pencatatan sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada
penyelenggaraan rekam medis. Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan
yang dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data
medik pasien selama pasien itu mendapat pelayanan medik di rumah sakit. Dan dilanjutkan
dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta
pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan / peminjaman apabila
dari pasien atau untuk keperluan lainnya. (Protap RM, 1999 : 56)
Yang bertanggung jawab atas pemilikan dan pemanfaatan Rekam Medis adalah
Direktur Rumah Sakit, pihak Direktur bertanggung jawab atas hilang, rusak, atau pemalsuannya,
termasuk penggunaannya oleh badan atau orang yang tidak berhak. Isi rekam medis dimiliki oleh
pasien yang wajib dijaga kerahasiaannya, terutama oleh petugas kesehatan yang bertugas di
ruangan selama pasien dirawat, tidak seorangpun diperbolehkan mengutip sebagian atau seluruh
Rekam Medik sebuah Rumah Sakit untuk kepentingan pihak-pihak lain atau perorangan, kecuali
yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Protap RM, 1999 : 57)
Batas rekam medik sebuah rumah sakit tidak boleh dikirimkan ke tempat keperawatan
lain jika seandainya pasien dirujuk untuk mendapatkan perawatan lanjutan di institusi atau rumah
sakit lain, yang dikirimkan cukup resume (kesimpulan) saja. Kelalaian dalam pengelolaan dan
pemanfaatan rekam medis dapat dikenakan sanksi oleh Dirjen Yanmed atau Direktur Rumah
Sakit yang bersangkutan. (Buku Pedoman Catatan Medik seri 7 revisinya dibuat berdasarkan
Rekam medis rumah sakit merupakan komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan
manajemen rumah sakit, rekam medik rumah sakit harus mampu menyajikan informasi lengkap
tentang proses pelayanan medis dan kesehatan di rumah sakit, baik dimasa lalu, masa kini
maupun perkiraan masa datang tentang apa yang akan terjadi. Aspek Hukum Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) tentang pengisian rekam medik dapat memberikan sanksi hukum bagi
rumah sakit atau petugas kesehatan yang melalaikan dan berbuat khilaf dalam pengisian lembar-
lembar rekam medik. Ada dua kelompok data rekam medik rumah sakit di sebuah rumah sakit
yaitu kelompok data medik dan kelompok data umum (Permenkes, 1992 : 28).
a. Data Medik
Data medik dihasilkan sebagai kewajiban pihak pelaksana pelayanan medis, paramedik dan
ahli kesehatan yang lain. Mereka akan mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan
pengobatan pasien dengan menggunakan alat perekam tertentu, baik secara manual dengan
Petunjuk teknis rekam medik rumah sakit sudah tersusun tahun 1992 dan diedarkan ke seluruh
organisasi Rumah Sakit di Indonesia. Ada dua jenis rekam medik rumah sakit (Permenkes, 1992:
28).
Rekam Medis untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat darurat yang berisi
identitas pasien, hasil anemnesis (keluhan utama, riwayat sekarang, riwayat penyakit yang
pernah diderita, riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan atau yang
lainnya), diagnostik kerja, dan pengobatan atau tindakan, pencatatan data ini harus diisi
Rekam medis untuk pasien rawat inap, hampir sama dengan isi rekam medis untuk pasien
rawat jalan, kecuali persetujuan pengobatan atau tindakan, catatan konsultasi, catatan perawatan
oleh perawat dan tenaga kesehatan lainnya, catatan observasi klinik, hasil pengobatan, resume
b. Data Umum
Data umum dihasilkan oleh kelompok kegiatan non medik yang akan mendukung kegiatan
kelompok data medik di poliklinik. Beberapa contoh kegiatan Poliklinik adalah kegiatan
dan sebagainya. Data umum pendukung didapatkan dari kegiatan pemakaian ambulans,
pemesanan makanan, kegiatan kepegawaian, keuangan dan sebagainya (Permenkes, 1992: 28).
Di dalam uraian tujuan dan kegunaan rekam medik ini terdapat dua pengertian yang
Tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan
rekam medis yang baik dan benar, tidak mungkin tertib administrasi rumah sakit akan berhasil
sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tujuan rekam medis secara
rinci akan terlihat dan analog sebab kegunaan Rekam Medis itu sendiri (Dirjen Yankes, 1993:
10).
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain, (Dirjen Yankes 1993: 10).
1) Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan
berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam
2) Aspek Medis
Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan / perawatan yang harus diberikan kepada seorang
pasien.
3) Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya
jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha untuk menegakkan hukum
4) Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data / informasi
5) Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data /
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu
6) Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data /
informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan
kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran
7) Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber
ingatan yang harus di dokumentasikan dan dipakai sebagai bahan untuk pertanggung jawaban
Dengan melihat beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis mempunyai kegunaan
yang sangat luas, menurut Depkes RI, 1999 kegunaan dari Rekam Medis yaitu :
1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian
2. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan / perawatan yang harus diberikan kepada seorang
pasien.
3. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun Dokter dan tenaga kesehatan
dan lainnya.
6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
7. Sebagai dasar ingatan perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien dan sumber
Sebelum menentukan suatu sistem yang akan dipakai perlu terlebih dahulu mengetahui
bentuk penyusunan penyimpanan yang ada dalam pengelolaan Rekam Medis. Ada dua cara
pengurusan penyimpanan dalam penyelenggaraan Rekam Medis, yaitu (Dirjen Yankes, 1993: 7)
a. Sentralisasi
Sentralisasi ini diartikan penyimpanan Rekam Medis seorang pasien dalam satu kesatuan baik
catatan kunjungan poliklinik maupun catatancatatan selama seorang pasien dirawat. Sistem ini
Kebaikannya:
1) Mengurangi terjadinya penggandaan dalam pemeliharaan dan penyimpanan arsip dari Rekam
Medis.
3) Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah distandarisasikan.
Kekurangannya :
1) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap.
b. Desentralisasi
Dengan cara desentralisasi terjadi pemisahan antara rekam medis poliklinik dengan rekam medis
penderita di rawat. Rekam medis poliklinik disimpan di satu tempat penyimpanan, sedangkan
rekam medis penderita di rawat disimpan di bagian pencatatan medis (Dirjen Yankes, 1993: 8).
Kebaikannya:
Kekurangannya:
1) Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis.
Secara teori cara sistem sentralisasi lebih baik dari pada cara sistem desentralisasi,
tetapi pada pelaksananya sangat tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing rumah sakit.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi yang berkaitan dengan situasi dan kondisi anatara lain (Dirjen
a. Karena terbatasnya tenaga yang terampil, khususnya yang menangani pengelolaan rekam medis.
Ketentuan dan prosedur penyimpanan rekam medis lainnya (Dirjen Yankes, 1993: 8)
a. Pada saat rekam medis dikembalikan ke bagian rekam medis, harus disortir menurut nomor
sebelum disimpan. Hal ini membantu menentukan rekam medis yang diperlukan tetapi tidak ada
b. Hanya petugas-petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis, pengecualian
diberikan kepada pegawai rumah sakit yang bertugas pada sore hari dan malam hari. Dokter-
dokter, staf Rumah Sakit, pegawai-pegawai dari bagian lain tidak diperkenankan mengambil
c. Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus segera diperbaiki untuk
d. Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik, untuk menentukan salah
simpan dan melihat kartu pinjaman yang rekam medisnya masih belum dikembalikan.
f. Petugas yang mengepalai kegiatan penyimpanan harus membuat laporan rutin kegiatan yang
meliputi:
1) Jumlah rekam medis yang dikeluarkan tiap hari dari rak penyimpanan untuk memenuhi
permintaan.
Alur rekam medis pasien rawat jalan dari mulai pendaftaran hingga penyimpanan
rekam medis secara garis besar (Menurut Depkes) adalah sebagai berikut (Depkes, 1997: 15)
Jalan.
b. Pasien dengan membawa karcis mendaftar ke tempat penerimaan pasien Rawat Jalan.
1) Petugas tempat penerimaan, pasien Rawat Jalan mencatat pada buku register nama pasien,
nomor Rekam Medis, identitas, dan data sosial pasien dan mencatat keluhan pada kartu
poliklinik.
2) Petugas tempat penerimaan pasien membuat kartu berobat untuk diberikan kepada pasien, yang
3) Pasien ulangan yang sudah memiliki kartu berobat disamping harus memperlihatkan karcis juga
harus menunjukan kartu berobat kepada petugas akan mengambil berkas Rekam Medis pasien
ulangan tersebut.
a. Kartu poliklinik dikirim ke poliklinik yang dituju sesuai dengan keluhan pasien, sedangkan
b. Petugas poliklinik mencatat pada buku Register Pasien Rawat Jalan nama, nomor rekam medis,
c. Petugas di Poliklinik (perawat) membuat laporan atau rekapitulasi harian pasien Rawat jalan.
d. Petugas rekam medis memeriksa kelengkapan pengisian Rekam Medis dan untuk yang belum
e. Petugas rekam medis membuat rekapitulasi setiap akhir bulan, untuk membuat laporan dan
f. Berkas Rekam Medis pasien disimpan menurut nomor Rekam Medisnya (Januarsyah, 1999: 79).
Arsip adalah setiap catatan (record atau warkat) yang tertulis, tercetak, atau ketikan,
dalam bentuk huruf, angka atau gambar, yang mempunyai arti dan tujuan tertentu sebagai bahan
komunikasi dan informasi, yang terekam komunikasi dan informasi, yang terekam pada kertas
(kartu, formulir), kertas film (slide, film-strip, mikro film), media komputer (pita tape, piringan,
Pengertian arsip di negara kita diatur dalam Undang-undang nomor 7 tahun 1971
tentang :"KETENTUAN POKOK KEARSIPAN" pada bab I pasal I yang berbunyi. a) Naskah-
naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintah dalam
bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka untuk
pelaksanaan kegiatan pemerintah. b) Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan
Swasta dan/atau perorangan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggak maupun
Sesuai dengan perkembangan kemajuan peralatan data dan informasi yang sudah sampai
kepada era komputerisasi, maka arsip masa kini dapat terekam pada kertas, kertas film
Karena itu sekarang terdapat dua jenis arsip ditinjau dari sudut hukum dan perundang-
fotokopy atau film) sebagai tanda keabsahan dari isi arsip bersangkutan, arsip otentik dapat
b. Arsip tidak otentik, yaitu adalah arsip yang diatasnya tidak terdapat tanda tangan asli dengan
tinta. Arsip ini dapat berupa fotokopy, film, mikrofilm, keluaran (output atau print-out) komputer,
Beberapa contoh arsip dapat disebutkan di sini : surat perjanjian, teleks, telegram,
faktur, memo, laporan, kartu, formulir, daftar, gambar, foto, peta, kuitansi, cheque, cetak-biru,
table, graft, film, mikrofilm, microfische, side, data-data, akte, hasil fassimile, media komputer
Menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1971, pengertian arsip adalah (Depkes, 1971: 43)
a. Naskah-naskah yang di buat dan diterima oleh Lembaga-lembaga dan Badan-badan Pemerintah
dalam bentuk corak apa pun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka
b. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima olah Badan-badan Swasta atau perorangan, dalam
bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka
a. Arsip Dinamis (active record), yaitu adalah arsip yang dipergunakan secara langsung dalam
dipergunakan secara langsung dalam penyelenggarakan administrasi negara. Jadi arsip Dinamis
adalah semua arsip yang masih berada di berbagai kantor, baik kantor Pemerintah, swasta, atau
pelaksanaan, dan kegiatan administrasi lainnya. Arsip dinamis dalam bahasa Inggris di sebut
1) Arsip dinamis aktif, yaitu arsip yang masing-masing digunakan secara langsung dalam
penyelesaian suatu kegiatan, sehingga arsip aktip ini juga merupakan berkas kerja.
2) Arsip inaktif, yaitu arsip yang sudah tidak digunakan secara langsung dalam penyelesaian
kegiatan, karena kegiatan selesai tetapi sewaktu-waktu masih diperlukan sehingga masih
disimpan.
b. Arsip Statis (Archive), yaitu adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk
penyelnggarakan sehari-hari administrasi negara. Jadi arsip Statis adalah arsip-arsip yang
disimpan di Arsip Nasional (ARNAS) yang barasal dari arsip (dinamis) dari berbagai kantor.
(caption) dari warkat yang disimpan baik berupa huruf maupun angka yang disusun menurut
urutan tertentu. Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis urutan, yaitu urutan abjad dan urutan angka.
Sistem penyimpanan yang berdasarkan urutan sistem abjad, sistem geografis, dan sistem subjek.
Sedangkan yang berdasarkan urutan angka adalah sistem numerik, sistem kronologis dan sistem
subjek numerik.
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan termaksud, maka arsip mempunyai arti yang sangat
penting, yaitu untuk menyusun rencana program pelaksanaan kegiatan berikutnya. Karena
dengan adanya arsip akan dapat diketahui bermacam-macam informasi yang sudah dimiliki,
sehingga dapat ditentukan sasaran yang akan dicapai. Oleh sebab itu, peranan arsip dapat
4. Barometer kegiatan suatu organisasi mengingat setiap kegiatan pada umumnya menghasilkan
arsip.
dengan akan disimpannya suatu warkat. Ada 2(dua) macam penyimpanan yaitu penyimpanan
warkat yang belum selesai proses (File pending) dan penyimpanan warkat yang sudah di proses
(FileTetap).
File pending file tindak lanjut (follow-up file) adalah file yang digunakan untuk penyimpanan
sementara sebelum suatu warkat selesai di proses. File ini terdiri dari map-map yang diberi label
tanggal yang berlaku untuk 3 (tiga) bulan. Setiap bulan terdiri dari 31 map tanggal, yang meliputi
31 map bulan-bulan yang sedang berjalan, 31 map bulan berikutnya, dan 31 map bulan
berikutnya lagi. Pergantian bulan ditunjukan dengan pergantian penunjuk (guide) bulan yang
jumlahnya 12. Warkat yang dipending sampai waktu tertentu misalnya dapat dimasukan dalam
map di bawah bulan dan tanggal yang dikehendaki. Sesudah selesai diproses barulah warkat
yang dipending itu disimpan pada file penyimpanan. File pending biasanya ditempatkan pada
salah satu laci dari almari arsip (filing cabinet) yang dipergunakan.
warkat. Memang pengalaman menunjukan bahwa banyak dokumen atau warkat yang hilang pada
prosedur permulaan, sedang kalau sudah sampai ke penyimpanan, kecepatan penemuan dokumen
memegang peranan. Dan kecepatan ini banyak tergantung kepada sistem yang dipergunakan,
Kalau dirinci secara seksama, maka langkah-langkah atau prosedur penyimpanan adalah
a. Pemeriksaan
Langkah ini adalah langkah persiapan menyimpan arsip dengan cara memeriksa setiap lembar
arsip untuk memperoleh kepastian bahwa arsiparsip tersebut sudah "siap untuk disimpan" maka
surat tersebut harus dimintakan dulu kejelasannya kepada yang berhak dan kalau terjadi bahwa
surat yang belum ditandai sudah disimpan, maka pada kasus ini dapat disebut bahwa arsip
b. Mengindeks
Mengindeks adalah pekerjaan yang menentukan pada nama atau subjek apa, atau kata tangkap
lainnya surat akan disimpan, pada sistem abjad kata tangkapnya adalah nama pengirim yaitu
nama badan pada kepala surat untuk jenis surat masuk dan nama individu untuk jenis surat
keluar dengan demikian surat masuk dan surat keluar akan tersimpan pada satu map dengan kata
c. Memberi tanda
Langkah ini lazim juga disebut pengkodean, dilakukan secara sederhana yaitu dengan memberi
tanda garis atau lingkaran dengan warna yang mencolok pada kata lengkap yang sudah
ditentukan pada langkah pekerjaan mengindeks, dengan adanya tanda ini maka surat akan
disortir dan disimpan, disamping itu bila suatu saat nanti surat ini dipinjam atau keluar file,
petugas akan mudah menyimpan akan kembali surat tersebut berdasarkan tanda (kode)
d. Menyortir dahulu
penyimpanan. Langkah ini diadakan khusus untuk jumlah volume warkat yang banyak, sehingga
niscaya akan selalu bolak-balik dari laci ke laci pada waktu penyimpanan dokumen, disamping
berkali-kali membuka dan menutup laci yang sangat menyita energi dan tidak sistematis apalagi
dikerjakan dengan berdiri yang sangat melelahkan. Untuk sistem abjad, pengelompokan didalam
sortir dilakukan menurut abjad, untuk sistem numerik dikelompokan menurut kelompok angka,
untuk sistem geografis dikelompokkan menurut nama tempat, dan untuk sistem subjek suratsurat
e. Menyimpan
Langkah terakhir adalah penyimpanan, yaitu menempatkan dokumen atau arsip sesuai
dengan sistem penyimpanan dan peralatan yang dipergunakan, sistem penyimpanan akan
menjadi efektif dan efesien bilamana didukung oleh peralatan dan perlengkapan yang memadai
dan sesuai ke empat sistem tersebut di atas akan sangat sesuai bilamana mempergunakan almari
arsip, sedangkan bila menggunakan order map surat tersebut harus dilubangi terlebih dahulu
dengan mempergunakan perforator, dan jika akan menyimpan atau mengambil surat tersebut
diikuti melalui lubang-lubang perforatornya. Untuk memudahkan komite rekam medis atau
medical record committee. Semua bagian yang berkepentingan dalam rumah sakit bisa
diikutsertakan dalam komite ini yang ketuanya dan anggota-anggotannya dijabat secara
Tenaga yang mampu untuk memimpin bagian rekam medik ini sekurang-kurangnya
seorang medical recor librarian atau medical record officer yaitu tenaga-tenaga yang telah
mengikuti pendidikan khusus atau kursus di luar negeri. Jika rumah sakit tidak mempunyai
tenaga dengan kualifikasi tersebut, bisa digantikan dengan tenaga-tenaga yang telah diupgrade
oleh Departemen Kesehatan c.q Direktorat Rumah Sakit melalui training untuk medical record
technician. Tenaga-tenaga pelaksana lainnya yang mendampingi medical record librarian atau
medical record officer haruslah tenaga-tenaga medical record technician atau medical record
clerk
Untuk mengatasi kekurangan tenaga yang berkemampuan memimpin bagian ini bisa
ditunjuk tenaga medis (dokter) dengan predikat sebagai supervisor. Supervisor bertanggung
jawab akan terlaksananya pekerjaan-pekerjaan di bagian rekam medis dan harus mampu
mendidik tenaga-tenaga yang ada untuk melaksanakan setiap pekerjaan yang ditugaskan.
Tenaga-tenaga khusus bisa diupgrade tersendiri oleh tiap rumah sakit dalam pekerjaan: coding,
indexing, filling, dan data collecting. kualifikasi khusus tenaga-tenaga tersebut lebih baik
menunjang kelangsungan hidup masyarakat agar hidup sehat dan sejahtera, di rumah sakit
mempunyai beberapa ruang baik untuk pengobatan, pelayanan, informasi, bagian rekam medis.
Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang diberikan
kepada pasien oleh Dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang mana dengan adanya bukti tertulis
tersebut maka rekam medis yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan, dengan tujuan sebagai
penunjang tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rekam medis.
Sebagai salah satu bagian yang ada di suatu rumah sakit, secara otomatis rekam medis
mempunyai peran yang sangat penting demi kelangsungan dan perkembangan rumah sakit
karena rekam medis tidak hanya melayani pasien semata tetapi masih banyak hal-hal yang harus
dikerjakan oleh rekam medis, yakni menunjang tercapainya tertip administrasi dalam rangka
upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan media komunikasi antara dokter
dengan tenaga ahli didalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien,
dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit serta melindungi kepentingan
hukum bagi pasien, rumah sakit maupun Dokter dan tenaga kesehatan dan lainnya. Secara
ringkas bagaimana gambaran pelaksanaan dan tugas pengelolaan manajemen pelayanan Rekam
Gambar 1. Kerangka Konsep Fenelitian Prosedur dan kearsipan Rekam Medis di RSUD Datu Sanggul
Kabupaten Tapin
C. Keterbatasan Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan adanya
1. Penelitian ini hanya sebatas menggambarkan Prosedur dan kearsipan Rekam Medis di RSUD
Datuk Sanggul Kabupaten Tapin, jadi tidak dapat mengetahui bagaimana pengaruh dari prosedur
2. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, sehingga dalam proses penjaringan data melalui
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
lebih jauh tentang Prosedur dan Pengarsipan Rekam Medis di RSUD Datu Sanggul Kabupaten
Tapin.
Yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di bagian Rekam
Medis RSUD Datu Sanggul Kabupaten Tapin yang berjumlah 5 orang pegawai, sedangkan
teknik dalam pengambilan sampel penulis menggunakan teknik tontal sampling atau secara
keseluruhan populasi dijadikan sampel. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
b. Pegawai Bagian Kasir di Ruangan Rekam Medis RSUD Datu Sanggul Kabupaten Tapin 2
pegawai.
c. Pegawai Bagian Penerimaan Pasien Ruang Rekam Medis RSUD Datu Sanggul Kabupaten Tapin 2
pegawai.
30
Dengan memperhatikan latar belakang dan perumusan permasalahan tersebut, maka
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Belum pertanyaan
memenuhi
standar
4 Prosedur Langkah-langkah pemberian pencatatan Dilaksanakan Pedoman
pelayanan rekam melalui (kertas, berkas, wadah) atau dengan baik wawancara
medis media (elektronik) yang digunakan oleh dengan
tenaga kesehatan sebagai penunjang Tidak pertanyaan
untuk meriwayatkan semua informasi dilaksanakan
tentang kegiatan pelayanan kesehatan dengan baik
yang diterima pasien mulai dari datang
hingga keluar dari instansi pelayanan
kesehatan
1. Jenis data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama melalui observasi langsung
dilapangan.
b. Data sekunder, data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis seperti dokumen, arsip-arsip
buku-buku, jurnal-jurnal hasil penelitian atau berupa keputusan-keputusan dan lain sebagainya
yang berkaitan dengan strategi peningkatan kompetensi sumber daya manusia aparatur.
Berdasarkan pada jenis dan sumber data yang diperlukan, cara pengumpulan data yang
digunakan meliputi :
1. Observasi. Jenis observasi yang digunakan adalah jenis observasi tidak berstruktur (unstructured
observation). Penggunaan jenis observasi ini agar terbebas dari dugaan-dugaan awal yang akan
penelitian berlangsung.
2. Dokumentasi. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang dilaksanakan dengan
cara mengumpulkan data yang bersumber pada arsip dan dokumen yang berada pada lokasi
penelitian.
Dalam penelitian ini analisa data dilakukan secara kualitatif yaitu hanya dengan
menggunakan penalaran tanpa mengunakan rumus statistik atau data perhitungan, sehingga
diperoleh gambaran yang jelas tentang Bentuk Pelayanan prosedur dan Pengarsipan Rekam
Tapin. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah mulai dari bulan November sampai dengan
Januari 2010.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan dan judul penelitian yang telah diuraikan hasil penelitian mengenai
Rumah Sakit Umum Daerah Datu Sanggul Rantau dibangun sejak tahun 1980 dengan
sumber pembiayaan berasal dari APBN yang dialokasikan melalui DIP Proyek Pembangunan
RSU prop/Kab/Kodya Kalimantan Selatan. Luas lahan 18.720 m² dengan luas bangunan 4210 m²
dengan kapasitas 50 buah tempat tidur. Tepat pada tanggal 12 Nopember 1993 diresmikan oleh
RSU Datu Sanggul Rantau merupakan satu-satunya rumah sakit milik Kabupaten Tapin
sejak tanggal 18 Oktober 2004 berubah tipe yang pada mulanya masih berstatus Tipe D naik
setingkat menjadi rumah sakit Tipe C dengan kapasitas 75 tempat tidur, menyelenggarakan
bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Untuk itu, RSU Datu Sanggul terus
berbenah seiring dengan perkembangan zaman untuk dikembangkan terus baik fisik, peralatan
dan sumber daya manusia serta manajemen yang bermutu dalam upaya meningkatkan derajat
Seiring dengan komitmen pemerintah Kabupaten Tapin dengan persetujuan berbagai pihak,
maka pengembangan RSU datu Sanggul secara bertahap diperluas dengan pembangunan
gedung-gedung baru dan penambahan fasilitas lainnya dengan luas kurang lebih 9.953 m².
Misi:
2. Jenis Pelayanan
a. Rawat Jalan
1) Poli Anak
2) Poli KIA/PKBRS
4) Poli Gigi
b. Rawat Inap
c. Pelayanan Penunjang
1) Instalasi Laboratorium
2) Instalasi Farmasi
5) Instalasi Radiologi
7) Loundry
8) Kasir
3. Ketenagaan
Jumlah tenaga yang bekerja pada unit/instalasi Rumah Sakit Umum Daerah Datu Sanggul
d. Apoteker : 2 orang
B. Hasil Penelitian
Data khusus penelitian ini didapat melalui pengisian lembar observasi yang dilakukan oleh
disajikan secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi menurut umur responden,
Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Rekam Medik RSU Datu
Sanggul Rantau
Tahun 2010
1. 15 tahun – 25 tahun 1 20
2. 26 tahun - 35 tahun 2 40
Total 5 100
Berdasarkan tabel 4.1 diatas terlihat bahwa umur responden di wilayah kerja Puskesmas
Binuang yang paling banyak dalam penelitian ini adalah 26 tahun – 35 tahun dan 36-45 tahun
(40%), dan yang paling sedikit adalah 15-25 tahun sebanyak 1 responden 20%).
2. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Ruang Rekam Medik
RSU Datu Sanggul Rantau
Tahun 2010
1. SLTA 4 80
2. SPK 1 20
Total 5 100
Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan responden di ruang Rekam
Medik RSU Datu Sanggul Rantau yang paling banyak dalam penelitian ini adalah SLTA yaitu
sebanyak 4 responden (80%) dan yang paling sedikit adalah SPK yaitu 1 responden (20%).
Tabel 4.3
Sarana Dan Prasarana Unit Rekam Medis RSU Datu Sanggul
Rantau Tahun 2010
1. Sudah Memadai 4 80
2. Belum Memadai 1 20
Total 5 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas terlihat bahwa sarana dan prasarana rekam medis RSU Datu
Sanggul Rantau yang paling banyak dalam penelitian ini adalah sudah memadai (80%), dan yang
4. Sistem Kearsipan
Tabel 4.4
Sistem Kearsipan Di Unit Rekam Medis RSU Datu Sanggul
Rantau Tahun 2010
No Sistem Kearsipan Jumlah Persentase
1. Memenuhi Standar 3 60
2. Belum Memenuhi 2 40
Standar
Total 5 100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas terlihat bahwa sistem kearsipan rekam medis RSU Datu Sanggul
Rantau yang paling banyak dalam penelitian ini adalah sudah memenuhi standar (60%), dan
yang paling sedikit adalah belum memenuhi standar memadai sebanyak 2 responden (40%).
Tabel 4.5
Alur Rekam Medis Di Unit Rekam Medis RSU Datu Sanggul
Rantau Tahun 2010
Total 5 100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas terlihat bahwa alur rekam medis RSU Datu Sanggul Rantau
yang paling banyak dalam penelitian ini adalah sudah mem dilaksanakan dengan baik (100%),
dan yang tidak ada yang menyatakan alur rekam medis tidak dilaksanakan dengan baik.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bagian pembahasan ini akan diulas mengenai hasil penelitian yang telah dilaksanakan
yaitu tentang gambaran posedur dan pengarsipan rekam medis RSU Datu Sanggul Rantau.
Dari data yang diperoleh melalui metode observasi terhadap 5 responden didapatkan hasil
bahwa 4 (80%) menganggap bahwa sarana dan prasarana untuk ruang medk sudah mencukupi.
Alat-alat penunjang seperti komputer, lemari file, kartu lama dan baru serta kelengkapan file
(data medik dan data penunjang) sudah ada diruangan rekam medik. Hal ini menunjukkan
bahwa sarana dan prasana rekam medik RSU Datu Sanggul Rantau sudah mencukupi sehingga
diharapkan dapat melakukan pelayanan terhadap pasien rawat jalan atau rawat inap dengan baik.
39
Rekam medis rumah sakit yang merupakan suatu komponen penting dalam pelaksanaan
kegiatan manajemen rumah sakit harus mampu menyajikan informasi lengkap tentang
pelayanan medis dan kesehatan rumah sakit baik dimasa lalu, ataupun di masa sekarang.
Sehingga sarana dan prasarana yang menunjang terhadap pelayanan rekam medis sangat
diperlukan (Protap;1999). Akan tetapi, menurut sebagian besar responden mencukupinya sarana
dan prasarana penunjang pelayanan rekam medis tidak didukung dengan jumlah tenaga yang
bekerja di ruang rekam medik dan tidak adanya tenaga yang mempunyai pendidikan khusus
tentang rekam medis (D.III rekam medis) menyebabkan tidak dapat dimanfaatkannya sarana dan
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan mengenai memenuhi standar atau tidaknya
sistem kearsipan rumah sakit Datu Sanggul. Dari 5 responden yang dilakukan observasi 3
diantaranya menganggap bahwa sistem kearsipan rekam medis di RSU Datu Sanggul sudah
memenuhi standar, sedangkan 2 lainnya menganggap sistem kearsipan rumah sakit kurang
memenuhi standar.
Alur rekam medis yang dilakukan Unit Rekam Medis rumah sakit Datu Sanggul yang
menggunakan sistem desentralisasi sehingga memisahkan antara rekam medis rawat inap dan
rawat jalan, pekerjaan yang dilakukan petugas rekam medis menjadi lebih ringan dan membuat
alur rekam medis lebih mudah dengan jumlah tenaga yang tidak mencukupi. (Dirjen
Yankes,1993).
Selain mempunyai beberapa keuntungan seperti waktu yang lebih efisien serta mengurangi
beban kerja yang dilaksanakan petugas, sistem desentralisasi juga dipilih karena dianggap sesuai
1. Di RSU Datu Sanggul belum adanya tenaga yang berpendidiksn khusus yang menangani
2. Dana yang dimiliki pemerintah daerah untuk mengelola rumah sakit sangat terbatas.
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan mengenai alur rekam medis rumah sakit Datu
bahwa alur rekam medis di RSU Datu Sanggul sudah dilaksanakan dengan baik.
Pada rumah sakit Datu Sanggul, setiap pasien rawat jalan baik lama ataupun baru diterima di
Tempat Penerimaan Pasien (TPP), yang kemudian pasien akan memperoleh nomor pasien yang
akan digunakan sebagai kartu pengenal yang harus dibawa setiap kunjungan rawat jalan
berikutnya. Kemudian pasien akan diwawancarai oleh petugas guna mendapatkan identitas yang
akan diisikan pada formulir ringkasan klinik yang diantaranya berisi tentang nama, alamat, umur
pasien, poliklinik yang dituju serta nomor rekam medis pasien yang juga akan dipakai sebagai
Kemudian setelah selesai pencatatan, pasien diberi lembar rekam medis yang diserahkan
kembali kepada pasien untuk dibawa pasien ke poliklinik ditujukan oleh petugas. Setelah itu
pada saat pemeriksaan dokter menulis hasil diagnosis, riwayat penyakit dan pengobatan pada
lembar rekam medis tersebut. Kemudian petugas poliklinik melakukan pencatatan pada buku
register pasien rawat jalan dan kemudian petugas poliklinik mengirim seluruh berkas rekam
medis dan rekapitulasi harian pasien rawat jalan ke Unit Rekam Medis.
Untuk pasien rawat inap, pasien langsung datang ke Tempat Penerimaan Pasien (TPP) di
Unit Gawat Darurat (IGD) yang dibuka selama 24 jam. Penyelesaian administrasi baik pasien
yang diputuskan untuk dipulangkan atau dirawat inap atau dirujuk diselesaikan setelah pasien
mendapat pertolongan. Untuk pasien yang dirawat inap, pasien atau keluarga diwawancarai oleh
petugas Sentral Opname tentang nama, alamat, umur, pekerjaan dan kemudian dicatat di buku
register rawat inap untuk mendapatkan nomor rekam medik. Setelah itu pasien diantar keruangan
oleh petugas.
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Sebanyak 4 (80%) responden dan hasil observasi menyatakan bahwa sarana dan prasarana Unit
Rekam Medis sudah memadai, namun dari hasil observasi dapat dilihat bahwa belum adanya
2. Sistem kearsipan rekam medis RSU Datu Sanggul menggunakan sistem desentralisasi.
3. Seluruh responden menganggap bahwa alur rekam medis sudah dijalankan dengan baik, tapi
B. Saran
Diharapkan bagi pihak rumah sakit untuk dapat menambah tenaga yang mempunyai
pendidikan khusus yang sesuai dengan keahliannya dalam hal ini adalah pendidikan khusus
tentang rekam medik agar sarana dan prasarana yang sudah ada dapat dimanfaatkan dengan
maksimal.
43
Diharapkan juga kepada pihak manajemen atau Direktur RSUD Datu Sanggul untuk
memberikan pelatihan atau pendidikan kepada para pegawai di unit Rekam Medis guna
meningkatkan pengetahuan para pegawai tentang rekam medis yang akhirnya dapat
Diharapkan agar para petugas agar lebih meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, dan
meningkatkan pendidikan terkait dengan keilmuan (rekam medis). Kelengkapan rekam medis
Aditama, (2002) Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi Kedua, Jakarta: Universitas Indonesia.
Agus M algozi, (2006), Rekam Medis (http//www.apkies.com/iris html), diakses Juli 2008
Amsyah, Z. (2005). Manajemen Kearsipan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama APKIES IRIS (2000),
Rekam Medis (http//www.apkies.com/iris.html, diakses Juli 2008).
Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi Ketiga, Jakarta: Binaputra Aksara
Boy S. Sabarguna. (2004) Pemasaran Rumah Sakit. Yogyakarta: Konsorsium RSI: 1-21
Depkes RI, (1997) Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik.
Depkes RI, (2004) Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Ditingkat Provinsi, Kab/Kota
Serta Rumah Sakit, Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Edna K Hufman terjemahan Erkadius. (1998) Health Information Management II. Padang
Sunayro dan wijono D (1998). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Surabaya: Aitlangga University
Press.
Soekidjo Notoatmodjo. (1996). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka. Jakarta.