Anda di halaman 1dari 31

sDinamika Kelompok

Dosen Pengampu : Ibu, Sherly N. Mamoribo, SKM, M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 5 :
Gelender Kogoya : 2019071014421
Militera Liwia : 2019071014058
Neles Kaway : 2019071014372
Novela Nova Yanuaring : 2019071014325
Sarah Linda Wetipo : 2019071014016
Yully Heselo : 2019071014198

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


JURUSAN / PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHAAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
BAB I
PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aksi masa menjadi hal umum yang dilakukan guna menekan segala bentuk
tindak laku pemerintah yang tidak sesuai dengan kehendak masyarakat. Zaman Pence
rahan didahului dan terkait erat dengan Revolusi Ilmiah. Filsuf sebelumnya yang kary
anya mempengaruhi Zaman Pencerahan termasuk Francis Bacon dan René Descartes.
Beberapa tokoh utama Pencerahan termasuk Cesare Beccaria, Denis Diderot, David H
ume, Immanuel Kant, Gottfried Wilhelm Leibniz, John Locke, Montesquieu, Jean-Jac
ques Rousseau, Adam Smith, Hugo Grotius, Baruch Spinoza, dan Voltaire.

Abad Pencerahan ditandai dengan kemunculan serangkaian gagasan yang


berfokus pada nilai kebahagiaan manusia, pencarian pengetahuan yang diperoleh
melalui penalaran akal dan observasi dengan panca indra, dan cita-cita ideal seperti
kebebasan, kemajuan, toleransi, persaudaraan, pemerintahan konstitusional, dan
pemisahan gereja dengan negara.

Teori psikologi massa pada awalnya berkembang lebih dulu daripada teori
psikologi massa bahkan bisa dianggap sebagai embrio dari teori psikologi massa,
namun karena tingkat ketertarikan para pakar pada massa itu perkembangan teori
psikologi massa mengalami stagnansi dan saat ini dikategorikan sebagai salah satu
cabang ilmu dari psikologi.

Gustave Le Bon menunjukkan dalam Crowd Psychology  perilaku massa pria


berbeda dari individu yang terisolasi. Namun, menurutnya, berakhirnya Ancien
Regime membawa perubahan radikal dalam jiwa masyarakat dan membawa
masyarakat ke dalam "era keramaian".

Psikologi kerumunan/ Psikologi keramaian dicirikan oleh kesatuan mental. Bagi


Gustave Le Bon, kerumunan bukanlah kumpulan individu yang sederhana; sebaliknya
harus dirasakan, dari perspektif psikologis, sebagai entitas tunggal dan tak
terpisahkan, berbeda dari penambahan sederhana elemen terisolasi yang
menyusunnya. Kesatuan mental sedemikian rupa sehingga kerumunan itu sebanding
dengan "jiwa kolektif" yang sementara, yang dibentuk oleh perpaduan jiwa-jiwa
individu ke arah yang sama. "Dalam keadaan tertentu, dan hanya dalam keadaan ini,
menggambarkan psikolog, aglomerasi laki-laki memiliki karakter baru yang sangat
berbeda dari individu yang menyusun aglomerasi ini. Kepribadian yang sadar lenyap,
perasaan dan gagasan semua unit diarahkan ke arah yang sama" (Psychology of
crowds / Psikologi keramaian). 

Untuk menjelaskan lebih tepatnya latar belakang umum di mana keadaan tertentu
memunculkan kesatuan psikologis, Gustave Le Bon membangkitkan "jiwa ras", yaitu
seperangkat karakteristik umum yang diterapkan oleh hereditas kepada semua
individu suatu ras. Tampaknya ajaib dan sumber keracunan, bentuk hipnosis
emosional dan intelektual kolektif ini bagaimanapun tidak akan mengurangi dorongan
keinginan individu sedikit pun, dan lebih khusus lagi bakat apa pun untuk berpikir
kritis, sedemikian rupa sehingga seorang filsuf akan memiliki, dalam kerumunan. ,
nilai intelektual yang sama dengan buta huruf.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Intelektual Abad Pencerahan

Zaman Pencerahan didahului dan terkait erat dengan Revolusi Ilmiah.

1) Filsafat

Upaya untuk membangun ilmu pengetahuan di atas landasan metafisika yang kua
t tidak sesukses metode keraguan yang diterapkan di bidang filsafat yang mengarah pa
da doktrin dualistik tentang pikiran dan tubuh.
Menurut Jonathan Israel, pemikiran-pemikiran filsafat ini meletakkan dua garis p
emikiran Pencerahan yang berbeda: pertama, variasi moderat, mengikuti Descartes, L
ocke dan Christian Wolff, yang mencari akomodasi antara reformasi dan sistem kekua
saan dan iman tradisional, dan kedua, pencerahan radikal, diilhami oleh filosofi Spino
za, yang menganjurkan demokrasi, kebebasan individu, kebebasan berekspresi, dan pe
nghapusan otoritas agama di ranah publik. Ragam moderat cenderung deistik, sedang
kan ragam radikal memisahkan dasar moralitas sepenuhnya dari teologi. Kedua garis
pemikiran itu akhirnya ditentang oleh Kontra-Pencerahan konservatif, yang berusaha
untuk kembali menguatkan otoritas keagamaan.

2) Sains

Kemajuan ilmiah selama Pencerahan antara lain penemuan karbon dioksida (udar
a tetap) oleh ahli kimia Joseph Black, argumen untuk waktu yang dalam oleh ahli geol
ogi James Hutton dan penemuan mesin uap kondensasi oleh James Watt. Eksperimen
Lavoisier digunakan untuk membuat pabrik kimia modern pertama di Paris dan ekspe
rimen Montgolfier Brothers memungkinkan mereka meluncurkan penerbangan beraw
ak pertama dengan balon udara pada 21 November 1783 dari Château de la Muette, d
ekat Bois de Boulogne.

3) Sosiologi, ekonomi dan hukum


Ilmu sosiologi modern sebagian besar berasal dari gerakan ini konsep filosofis Hu
me yang secara langsung mempengaruhi James Madison (melalui Konstitusi AS) dan
seperti yang dipopulerkan oleh Dugald Stewart, menjadi dasar liberalisme klasik.
Pada tahun 1776, Adam Smith menerbitkan The Wealth of Nations, yang sering diang
gap sebagai karya pertama tentang ilmu ekonomi modern karena memiliki dampak la
ngsung pada kebijakan ekonomi Inggris yang terus berlanjut hingga abad ke-21.
Karya ini didahului dan dipengaruhi oleh draf Anne-Robert-Jacques Turgot, Baro
n de Laune, Reflection on the Formation and Distribution of Wealth (Paris, 1766). Sm
ith mengaku berhutang budi kepada mereka dan kemungkinan juga merupakan penerj
emah bahasa Inggris pertama dari draf tersebut. Cesare Beccaria, seorang ahli hukum,
kriminolog, filsuf dan politikus merupakan salah satu intelektual besar di Masa Pencer
ahan.

4) Politik

Masa Pencerahan telah lama dipuji dan dirujuk sebagai fondasi budaya politik
dan intelektual Barat modern. Masa Pencerahan membawa modernisasi politik ke
Barat dengan memperkenalkan nilai-nilai dan institusi demokrasi, dan penciptaan
demokrasi liberal modern. Tesis ini telah diterima secara luas oleh para sarjana di
negara-negara berbahasa Inggris dan telah diperkuat oleh sebuah studi skala besar
yang dilakukan oleh Robert Darnton, Roy Porter dan yang terbaru oleh Jonathan
Israel.

5) Teori pemerintahan

Obbes juga mengembangkan beberapa dasar pemikiran liberal Eropa: hak individ
u; kesetaraan natural semua orang; karakter artifisial dari tatanan politik (yang kemudi
an menyebabkan perbedaan antara masyarakat sipil dan negara). Pandangan bahwa se
mua kekuatan politik yang sah harus merupakan perwujudan perwakilan dan berdasar
kan persetujuan rakyat. Interpretasi hukum liberal yang membiarkan orang bebas mel
akukan apa pun yang tidak dilarang oleh hukum secara eksplisit.
Baik Locke dan Rousseau masing-masing mengembangkan teori kontrak sosial d
alam Two Treatises of Government dan Discourse on Inequality. Meskipun memiliki
karya-karya yang sangat berbeda, Locke, Hobbes dan Rousseau sepakat bahwa kontra
k sosial bermakna bahwa otoritas pemerintah terletak pada persetujuan dari yang dipe
rintah. Hal ini diperlukan bagi manusia untuk hidup dalam suatu masyarakat sipil. Na
mun, ketika satu warga negara melanggar hukum alam baik pelanggar maupun korban
masuk ke dalam keadaan perang yang menyebabkannya hampir tidak mungkin untuk
melepaskan diri. Oleh karena itu, Locke mengatakan bahwa setiap individu setuju unt
uk masuk ke dalam masyarakat sipil untuk melindungi hak alamiah mereka. Manusia
alamiah berasal dari keadaan alamiahnya ketika ketidaksetaraan berkaitan dengan kep
emilikan pribadi ditetapkan.

Rousseau mengatakan bahwa orang-orang bergabung ke dalam masyarakat sipil


melalui kontrak sosial untuk mencapai kesatuan sambil mempertahankan kebebasan i
ndividu. Locke juga dikenal karena pernyataannya bahwa individu memiliki hak atas
"Hidup, Kebebasan, dan Memiliki Properti" dan keyakinannya bahwa hak alamiah at
as properti berasal dari hasil kerja individu itu. Teori Locke tentang hak natural atau a
lamiah telah mempengaruhi banyak dokumen politik, termasuk Deklarasi Kemerdeka
an Amerika Serikat dan Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara Prancis. Dal
am hal ini, kecenderungan para filsuf untuk menerapkan rasionalitas pada setiap masa
lah dianggap sebagai perubahan yang esensial.

Meskipun banyak pemikiran politik Masa Pencerahan yang didominasi oleh ahli t
eori kontrak sosial, David Hume maupun Adam Ferguson mengkritik kubu ini. Esai H
ume, Of the Original Contract, mengemukakan bahwa pemerintah yang berasal dari p
ersetujuan jarang adanya dan pemerintahan sipil nyatanya didasarkan pada kekuatan d
an kebiasaan penguasa. Justru karena otoritas penguasa terhadap subjek, subjek diam-
diam menyetujuinya dan Hume mengatakan bahwa subjek "tidak akan pernah memba
yangkan bahwa persetujuan mereka membuatnya berdaulat".

Sejalan dengan itu, Ferguson tidak percaya bahwa para individu yang membentuk ne
gara. Baik teori kontrak sosial Rousseau maupun Locke bertumpu pada pengandaian h
ak-hak kodrati, yang bukan merupakan produk dari hukum atau kebiasaan, tetapi mer
upakan sesuatu yang dimiliki semua orang dalam masyarakat pra-politik. Oleh karena
itu, hak-hak alamiah ini bersifat universal dan tidak dapat dicabut. Bagi Locke, huku
m alam didasarkan pada keamanan bersama atau gagasan bahwa seseorang tidak dapa
t melanggar hak-hak alamiah orang lain, karena setiap orang adalah setara dan memili
ki hak yang sama yang tidak dapat dicabut. Locke juga menentang perbudakan atas da
sar bahwa memperbudak diri sendiri bertentangan dengan hukum alam karena seseora
ng tidak dapat menyerahkan haknya sendiri: kemerdekaan seseorang adalah mutlak da
n tidak ada yang dapat mengambilnya. Selain itu, Locke berpendapat bahwa satu oran
g tidak dapat memperbudak orang lain karena secara moral merupakan hal yang tercel
a. Meskipun begitu, ia mengatakan bahwa perbudakan tawanan yang sah pada saat per
ang tidak akan bertentangan dengan hak alamiah seseorang.

6) Absolutisme yang tercerahkan

Para pemikir Abad Pencerahan tidak selalu demokratis karena anggapan bahwa
raja yang absolut adalah kunci untuk melakukan reformasi yang dirancang oleh para
intelektual. Voltaire membenci demokrasi dan mengatakan bahwa raja yang absolut
harus tercerahkan dan harus bertindak sesuai dengan akal budi dan keadilan - dengan
kata lain, menjadi "raja filsuf"
Oleh sejarawan, para penguasa ini disebut "despot yang tercerahkan". Mereka ter
masuk Frederick Agung dari Prusia, Catherine Agung dari Rusia, Leopold II dari Tus
cany dan Joseph II dari Austria. Pada masa itu, Joseph terlalu antusias dengan melaku
kan banyak reformasi yang memiliki sedikit dukungan sehingga terjadi banyak pembe
rontakan pecah dan hampir semua program reformasinya dibatalkan. Menteri senior P
ombal di Portugal dan Johann Friedrich Struensee di Denmark juga memerintah berda
sarkan cita-cita Pencerahan. Yang lebih bertahan lama hanya dari segi budaya yang m
emperkuat semangat nasionalis di Polandia. Frederick Agung, raja Prusia 1740-1786,
menganggap dirinya sebagai pemimpin Abad Pencerahan yang didukung oleh para fil
suf dan ilmuwan di istananya di Berlin.

7) Revolusi Amerika dan Prancis

Abad Pencerahan juga sering dikaitkan dengan Revolusi Amerika tahun 1776 dan
Revolusi Prancis tahun 1789—keduanya dipengaruh secara intelektual oleh Thomas
Jefferson secara langsung. Salah satu pandangan tentang perubahan politik yang
terjadi pada masa Pencerahan adalah munculnya konsep "persetujuan dari yang
diperintah" sebagaimana dideskripsikan oleh Locke dalam Two Treatises of
Government (1689). Persetujuan dari yang diperintah merupakan pergeseran
paradigma dari paradigma pemerintahan lama di bawah feodalisme yang dikenal
sebagai "hak ilahi raja-raja". Revolusi pada akhir 1700-an dan awal 1800-an yang
disebabkan oleh pergeseran paradigma pemerintahan ini seringkali tidak dapat
diselesaikan secara damai.

8) Agama

Dia menyatakan esensi agama Kristen adalah untuk mempunyai kepercayaan kep
ada Kristus Sang Penebus dan merekomendasikan untuk menghindari perdebatan yan
g lebih rinci. Dalam Jefferson Bible, Thomas Jefferson melangkah lebih jauh dan men
inggalkan bagian yang berhubungan dengan mukjizat, kunjungan malaikat dan keban
gkitan Yesus setelah kematiannya. Ia mencoba mengekstrak kode moral praktis Kriste
n dari Perjanjian Baru.
Para cendekiawan Masa Pencerahan juga berusaha untuk membatasi kekuatan pol
itik agama yang terorganisir untuk mencegah terjadinya perang agama dan intoleransi.
Spinoza bertekad untuk menghapus teologi kontemporer dalam politik (misalnya deng
an mengabaikan hukum Yahudi). Moses Mendelssohn menyarankan agar tidak memb
erikan otoritas politik kepada agama terorganisir mana pun, tetapi sebaliknya mereko
mendasikan agar setiap orang mengikuti apa yang mereka sangat yakini. Para cendeki
awan ini percaya bahwa agama yang baik yang didasarkan pada moral yang baik dan
kepercayaan pada Tuhan seharusnya tidak memerlukan pemaksaan kepada pemelukny
a. Beberapa mengikuti Pierre Bayle dan berpendapat bahwa ateis memang bisa menja
di orang yang bermoral. Banyak orang yang berrpendapat seperti Voltaire yang meng
atakan bahwa tanpa kepercayaan pada Tuhan yang menghukum kejahatan, tatanan mo
ral masyarakat akan rusak. Bayle (1647–1706) mengamati pada zamannya bahwa, "or
ang yang bijaksana akan selalu mempertahankan penampilan [agama]," dan dia perca
ya bahwa ateis pun dapat memegang konsep kehormatan dan bertindak melampaui ke
pentingan diri mereka sendiri untuk berkreasi dan berinteraksi dalam masyarakat. Loc
ke mengatakan bahwa jika tidak ada Tuhan dan tidak ada hukum ilahi, hasilnya akan t
erjadi anarki moral: setiap individu "tidak dapat memiliki hukum kecuali kehendakny
a sendiri, tidak ada tujuan selain dirinya sendiri. Dia akan menjadi dewa bagi dirinya s
endiri, dan kepuasan keinginannya sendiri adalah satu-satunya tujuan dan akhir dari se
mua tindakannya."

Filsuf Prancis Voltaire mendukung toleransi beragama, dan mengatakan bahwa


"Tidak memerlukan suatu karya seni yang hebat, atau kefasihan yang luar biasa,
untuk membuktikan bahwa orang Kristen harus saling bertoleransi satu sama lain.
Orang Turki itu saudaraku? Orang Cina itu saudaraku?

9) Pemisahan negara dan gereja

Pencerahan Radikal mempromosikan konsep yang memisahkan gereja dan


negara,sebuah ide yang sering dikreditkan ke filsuf Inggris John Locke (1632-1704).
Menurut prinsip kontrak sosialnya, Locke mengatakan bahwa pemerintah tidak
memiliki otoritas dalam ranah hati nurani individu. Karena ranah hati nurani individu
adalah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah atau orang lain.

B. Variasi di berbagai negara

1) Britania raya (Inggris)

Masa Pencerahan Inggris telah diperdebatkan dengan antusias oleh para sarjana.
Terdapat beberapa survei tentang Masa Pencerahan yang memasukkan Inggris. Terda
pat pula survei-survei yang tidak memasukkan Inggris, meskipun beberapa survei ini j
uga mencakup ulasan tentang intelektual besar seperti Joseph Addison, Edward Gibbo
n, John Locke, Isaac Newton, Alexander Pope, Joshua Reynolds dan Jonathan Swift.
Berpikir bebas, sebuah istilah yang menggambarkan mereka yang menentang institusi
Gereja dan kepercayaan literal pada Alkitab, dapat dikatakan telah dimulai di Inggris
sejak tahun 1713, waktu ketika Anthony Collins menulis "Discourse of Free-thinkin
g"-nya, yang menjadi sangat populer. Roy Porter berpendapat bahwa alasan pengabai
an ini adalah asumsi bahwa gerakan Pencerahan utamanya diilhami dari Prancis, bah
wa gerakan itu sebagian besar merupakan a-religius atau anti-pendeta, dan bahwa gera
kan itu secara terang-terangan menentang tatanan yang mapan.Porter mengakui bahw
a, setelah tahun 1720-an, Inggris juga mempunyai para pemikir yang menyamai Dider
ot, Voltaire atau Rousseau. Namun, para intelektual terkemuka seperti Edward Gibbo
n, Edmund Burke dan Samuel Johnson semuanya cukup konservatif dan mendukung t
atanan sosial yang sudah mapan.

2) Skotlandia

Pada Pencerahan Skotlandia, kota-kota besar Skotlandia menciptakan


infrastruktur intelektual yang membuat lembaga-lembaga ilmiah dapat saling
mendukung seperti universitas, perkumpulan membaca, perpustakaan, majalah,
museum, dan pondok-pondok masonik. Jaringan Skotlandia utamanya didominasi
"Calvinis liberal, Newtonian, dan berorientasi 'desain' dalam karakter yang
memainkan peran utama dalam pengembangan lebih jauh tentang Pencerahan
transatlantik". Di Prancis, Voltaire mengatakan bahwa "kami melihat ke Skotlandia
untuk semua gagasan kami tentang peradaban". Fokus Pencerahan Skotlandia
melingkupi masalah intelektual dan ekonomi hingga ilmu sains spesifik seperti dalam
karya William Cullen, seorang dokter dan ahli kimia; James Anderson, seorang ahli
agronomi; Joseph Black, fisikawan dan kimiawan; dan James Hutton, ahli geologi
modern pertama

3) Koloni Anglo-Amerika

Beberapa orang Amerika, seperti Benjamin Franklin dan Thomas Jefferson,


mempunyai peran yang sangat penting dalam membawa ide-ide Pencerahan ke Dunia
Baru dan dalam mempengaruhi para pemikir Inggris dan Prancis.Franklin
berpengaruh untuk aktivisme politiknya dan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dalam
bidang fisika. Pertukaran budaya selama Zaman Pencerahan berlangsung di kedua
arah melintasi Samudra Atlantik. Para intelektual seperti Paine, Locke dan Rousseau
semua mengambil praktik budaya penduduk asli Amerika sebagai contoh kebebasan
alami. Orang Amerika dengan cermat mengikuti ide-ide politik Inggris dan
Skotlandia, serta beberapa pemikir Prancis seperti Montesquieu. Sebagai deis, mereka
dipengaruhi oleh gagasan John Toland (1670-1722) dan Matthew Tindal (1656-1733).

4) Negara-negara bagian Jerman

Reformasi-reformasi ini didukung oleh struktur perkotaan yang kuat di negara itu
dan kelompok komersial berpengaruh serta Saxony pra-1789 yang telah
dimodernisasi di sesuai dengan prinsip-prinsip Pencerahan klasik. Sebelum 1750,
kelas sosial atas Jerman melihat ke Prancis sebagai model intelektual, budaya dan
arsitektur, karena bahasa Prancis adalah bahasa masyarakat kelas atas. Pada
pertengahan abad ke-18, Aufklärung ( Pencerahan) telah mengubah budaya tinggi
Jerman dalam bidang musik, filsafat, ilmu pengetahuan dan sastra. Christian Wolff
(1679–1754) adalah penulis yang menjelaskan Masa Pencerahan kepada pembaca
Jerman dan melegitimasi bahasa Jerman sebagai bahasa filosofis.

Johann Gottfried von Herder (1744–1803) membuat terobosan baru dalam filsafat
dan puisi dengan menjadi pemimpin gerakan proto-Romantisisme Sturm und Drang.
Weimar Klassikisme (Weimarer Klassik) adalah gerakan budaya dan sastra yang
berbasis di Weimar yang berusaha membangun humanisme baru dengan mensintesis
ide-ide Romantis, klasik, dan Pencerahan. Drama Schiller mendemonstrasikan
semangat gelisah generasinya dan menggambarkan perjuangan pahlawan melawan
tekanan sosial dan kekuatan takdir.

Musik Jerman, yang disponsori oleh kelompok sosial kelas atas, menjadi sangat
dihargai di bawah komposer Johann Sebastian Bach (1685-1750), Joseph Haydn
(1732-1809) dan Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791). Di Königsberg yang
terpencil, filsuf Immanuel Kant (1724–1804) mencoba mendamaikan rasionalisme
dan keyakinan agama, kebebasan individu dan otoritas politik. Karya Kant termasuk
dasar-dasar metafisika yang terus membentuk pemikiran Jerman – dan bahkan seluruh
filsafat Eropa – hingga abad ke-20.

Gerakan Pencerahan Jerman mendapat dukungan dari pangeran, bangsawan dan kelas
menengah dan secara permanen mengubah budaya Jerman. Namun, terdapat pula
konservatisme di kalangan elit yang memperingatkan agar tidak bertindak terlalu
jauh.
Pada tahun 1780-an, pendeta Lutheran Johann Heinrich Schulz dan Karl Wilhelm
Brumbey merasa kesal karena khotbah mereka karena mereka diserang oleh
Immanuel Kant, Wilhelm Abraham Teller dan lain-lain. Universitas-universitas
Jerman kemudian menciptakan kelompok elit tertutup yang dapat memperdebatkan
isu-isu kontroversial di antara mereka sendiri, tetapi tidak menyebarkannya ke publik
karena dipandang terlalu berisiko.
5) Italia

Buku teksnya "Diceosina, o Sia della Filosofia del Giusto e dell`Onesto" (1766)
adalah upaya untuk menengahi antara sejarah filsafat moral di satu sisi dan masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat komersial abad ke-18. Beccaria sekarang
dianggap sebagai salah satu bapak teori kriminal klasik serta penologi modern.
Beccaria terkenal dengan mahakaryanya On Crimes and Punishments (1764), sebuah
risalah (kemudian diterjemahkan ke dalam 22 bahasa) yang menjadi salah satu kritik
pertama atas penyiksaan dan hukuman mati. Karya Beccaria ini menjadi salah satu
karya terpenting dalam filosofi anti hukuman mati.

6) Spanyol dan Amerika Latin

Ketika raja Charles II dari Hapsburg Spanyol terakhir meninggal pada 1700,
terjadi konflik besar Eropa tentang suksesi dan nasib Spanyol dan Kekaisaran
Spanyol. Di bawah Perjanjian Utrecht tahun 1715, Bourbon Prancis dan Spanyol tidak
dapat bersatu dan Philip kemudian melepaskan hak atas takhta Prancis. Pembatasan
politik tidak menghalangi pengaruh Prancis yang besar pada Zaman Pencerahan di
Spanyol, raja-raja Spanyol, Kekaisaran Spanyol. Philip baru berkuasa secara efektif
sampai tahun 1715 dan mulai menerapkan reformasi administrasi untuk mencoba
menghentikan kejatuhan Kekaisaran Spanyol. Kekaisaran juga membatasi kekuasaan
Gereja Katolik dan pendeta, mendirikan militer tetap di Amerika Spanyol, mendirikan
raja muda baru dan mengatur ulang distrik administratif menjadi daerah-daerah
intensi.
Kekaisaran Spanyol juga mengirimkan ekspedisi ilmiah untuk menegaskan
kedaulatan Spanyol atas wilayah yang diklaimnya tetapi tidak dapat dikendalikan.
Ekspedisi botani mencari tanaman yang bisa berguna bagi kekaisaran. Salah satu
tindakan terbaik Charles IV, seorang raja yang tidak terkenal karena penilaiannya
yang baik, adalah memberikan kebebasan kepada ilmuwan Prusia, Baron Alexander
von Humboldt untuk bepergian dan mengumpulkan informasi tentang kekaisaran
Spanyol selama lima tahun, ekspedisi yang didanai sendirinya. Observasinya tentang
Spanyol Baru, yang diterbitkan sebagai Political Essay on the Kingdom of New Spain
tetap menjadi teks ilmiah dan sejarah yang penting.
Ketika Napoleon menginvasi Spanyol pada tahun 1808, Ferdinand VII turun tahta
dan Napoleon menempatkan saudaranya Joseph Bonaparte di atas takhta itu.
Konstitusi ini membatasi kekuasaan raja dengan menciptakan monarki konstitusional
dan mendefinisikan warga negara sebagai orang-orang yang tinggal di bawah
Kekaisaran Spanyol yang bukan keturunan Afrika. K
onstitusi Spanyol hanya berlaku dari tahun 1812 hingga 1814 karena Napoleon
dikalahkan dan Ferdinand dikembalikan ke tahta Spanyol. Sekembalinya, Ferdinand
menolak konstitusi itu dan menegakkan kembali aturan absolut. Invasi Perancis ke
Spanyol juga memicu krisis legitimasi kekuasaan di Spanyol Amerika, dengan banyak
daerah mendirikan junta untuk memerintah atas nama Ferdinand VII. Sebagian besar
tanah Amerika yang dikuasai Spanyol berjuang untuk kemerdekaan dan hanya
menyisakan Kuba dan Puerto Riko, serta Filipina sebagai komponen luar negeri dari
Kekaisaran Spanyol. Semua negara yang baru merdeka dan berdaulat menjadi
republik pada tahun 1824, dengan konstitusi tertulis.

7) Portugal
Setelah gempa bumi Lisbon 1755 yang menghancurkan sebagian besar kota Lisb
on, Marquis of Pombal menerapkan kebijakan ekonomi penting untuk mengatur kegia
tan komersial (khususnya dengan Brasil dan Inggris), dan untuk menstandarisasi kuali
tas di seluruh negeri (misalnya dengan memperkenalkan industri terintegrasi pertama
di Portugal). Rekonstruksi distrik tepi sungai Lisbon yang disusun secara sistematis di
lakukan untuk memfasilitasi perdagangan dapat dilihat sebagai penerapan langsung da
ri Ide-ide pencerahan untuk pemerintahan dan urbanisme. Ide urbanistiknya, juga men
jadi contoh pertama dalam skala besar dari teknik gempa yang secara kolektif dikenal
sebagai gaya Pombaline.

Dalam literatur, ide-ide Pencerahan pertama di Portugal dapat ditelusuri kembali


ke diplomat, filsuf, dan penulis António Vieira (1608-1697), yang menghabiskan seba
gian besar hidupnya di Brasil kolonial. Dokter António Nunes Ribeiro Sanches juga
merupakan tokoh Pencerahan yang penting yang berkontribusi pada Encyclopédie dan
menjadi bagian dari pengadilan Rusia.

Invasi Napoleon ke Portugal selanjutnya mempunyai konsekuensi yang besar terh


adap monarki Portugis. Dengan bantuan angkatan laut Inggris, keluarga kerajaan Port
ugis dievakuasi ke Brasil, koloni terpentingnya. Brasil mendeklarasikan kemerdekaan
dari Portugal pada tahun 1822, dan menjadi monarki.
8) Rusia

Di Rusia, pemerintah mulai aktif mendorong proliferasi seni dan pengembangan


ilmu pengetahuan pada pertengahan abad ke-18. Pencerahan Rusia berpusat pada
kemajuan individu dan mendorong kehidupan yang tercerahkan. Salah satu pengaruh
yang kuat adalah prosveshchenie yang menggabungkan agama, ilmu pengetahuan dan
komitmen untuk penyebaran pembelajaran. Namun, Pencerahan Rusia tidak memiliki
semangat skeptis dan kritis seperti Pencerahan di Eropa Barat.

9) Polandia

Para pemimpin ini antara lain Raja Stanislaw II Poniatowski dan reformis Piotr
Switkowski, Antoni Poplawski, Josef Niemcewicz dan Jósef Pawlinkowski, serta
Baudouin de Cortenay, seorang dramawan Polonized. Orang-orang yang melawan
gerakan Pencerahan antara lain Florian Jaroszewicz, Gracjan Piotrowski, Karol
Wyrwicz dan Wojciech Skarszewski.
Gerakan Pencerahan mengalami kemunduran dengan Pemisahan Polandia Ketiga
(1795) – sebuah tragedi nasional yang mendorong munculnya periode singkat
penulisan sentimental – dan berakhir pada tahun 1822, yang kemudian digantikan
oleh Romantisisme.

10) Historiografi

Istilah "Pencerahan" muncul dalam bahasa Inggris pada akhir abad ke-19 dengan
referensi kepada filsafat Prancis sebagai padanan istilah Prancis Lumières (digunakan
pertama kali oleh Dubos pada tahun 1733 dan sudah mapan pada tahun 1751).
Sebelum akhir abad kesembilan belas para sarjana Inggris setuju bahwa mereka
berbicara tentang "Pencerahan".
ertrand Russell memandang Pencerahan sebagai fase dalam perkembangan progresif
yang dimulai dari zaman kuno Dia berfokus pada sejarah gagasan pada periode 1650
hingga akhir abad ke-18 dan menyatakan bahwa gagasan itu sendiri yang
menyebabkan perubahan yang akhirnya mengarah pada revolusi paruh kedua abad ke-
18 dan awal abad ke-19.

11) Rentang waktu

Terdapat sedikit konsensus mengenai waktu dimulainya Zaman Pencerahan itu. B


eberapa sejarawan dan filsuf berpendapat bahwa Zaman Pencerahan ditandai oleh filo
sofi Descartes `1637 dari Cogito, ergo sum ("Saya berpikir, oleh karena itu saya ada"),
yang menggeser dasar epistemologis dari otoritas eksternal ke kepastian internal Di P
rancis, banyak yang mengutip publikasi Isaac Newton, Principia Mathematica (1687),
yang dibangun di atas karya ilmuwan sebelumnya dan merumuskan hukum gerak dan
gravitasi universal.Sejarawan Prancis umumnya menempatkan Siècle des Lumières
("Abad Pencerahan") antara 1715 dan 1789: dari awal pemerintahan Louis XV hingga
Revolusi Prancis.Kebanyakan cendekiawan menggunakan tahun-tahun terakhir abad i
ni, sering kali memilih Revolusi Prancis tahun 1789 atau awal Perang Napoleon (180
4-1815) sebagai titik waktu yang tepat berakhirnya Zaman Pencerahan. Beberapa
sejarawan dan filsuf berpendapat bahwa Zaman Pencerahan ditandai oleh filosofi
Descartes `1637 dari Cogito, ergo sum ("Saya berpikir, oleh karena itu saya ada"),
yang menggeser dasar epistemologis dari otoritas eksternal ke kepastian internal.

12) Studi kontemporer

Bumi yang sepenuhnya tercerahkan terpancar di bawah tanda kemenangan benca


na. Memperluas argumen Horkheimer dan Adorno, sejarawan intelektual Jason Josep
hson-Storm berpendapat bahwa gagasan -gagasan Zaman Pencerahan sebagai periode
yang terpisah dari Renaisans awal dan Romantisisme atau Kontra-Pencerahan merupa
kan sebuah mitos. Josephson-Storm menunjukkan bahwa ada periodisasi Pencerahan
yang sangat berbeda dan saling bertentangan tergantung pada bangsa, bidang studi, da
n aliran pemikiran; bahwa istilah dan kategori "Pencerahan" yang mengacu pada revol
usi ilmiah sebenarnya diterapkan setelah terjadinya fakta; bahwa Pencerahan tidak tu
mbuhnya kekecewaan atau dominasi pandangan dunia mekanistik; dan bahwa kaburn
ya gagasan modern awal tentang humaniora dan ilmu alam yang membuat sulit untuk
membatasi Revolusi Ilmiah.

Pada 1970-an, studi Pencerahan diperluas dengan memasukkan bagaimana ide-id


e Pencerahan menyebar ke koloni-koloni Eropa dan bagaimana mereka berinteraksi d
engan budaya asli dan bagaimana Pencerahan terjadi di daerah-daerah yang sebelumn
ya tidak dipelajari seperti Italia, Yunani, Balkan, Polandia, Hongaria, dan Rusia.

Antropolog David Graeber dan arkeolog David Wengrow berpendapat dalam The
Dawn of Everything tahun 2021 bahwa suatu pandangan yang sangat berbeda dari per
iode tersebut muncul dalam literatur, yaitu, bahwa Eropa adalah penerima ide-ide yan
g tercerahkan, bukan sumbernya.

Intelektual seperti Robert Darnton dan Jürgen Habermas berfokus pada kondisi so
sial Pencerahan. Habermas mengatakan bahwa ruang publik borjuis, egaliter, rasional
dan independen dari negara menjadikannya tempat yang ideal bagi para intelektual un
tuk secara kritis meneliti politik dan masyarakat kontemporer.

Josephson-Storm menunjukkan bahwa ada periodisasi Pencerahan yang sangat


berbeda dan saling bertentangan tergantung pada bangsa, bidang studi, dan aliran
pemikiran; bahwa istilah dan kategori "Pencerahan" yang mengacu pada revolusi
ilmiah sebenarnya diterapkan setelah terjadinya fakta; bahwa Pencerahan tidak
tumbuhnya kekecewaan atau dominasi pandangan dunia mekanistik; dan bahwa
kaburnya gagasan modern awal tentang humaniora dan ilmu alam yang membuat sulit
untuk membatasi Revolusi Ilmiah.

13) Masyarakat dan budaya

Salah satu hal yang penting tentang Zaman Pencerahan adalah munculnya ruang
publik, "sebuah bentuk komunikasi yang memungkinkan terjadinya diskursus publik
urban yang lebih terbuka dan dapat diakses, dan meningkatnya budaya percetakan",
pada akhir abad ke-17 dan ke-18. Unsur-unsur ruang publik antara lain bersifat
egaliter, membahas isu-isu yang merupakan "kepentingan bersama", dan argumen itu
didasarkan pada argumentasi.
Habermas menggunakan istilah "kepedulian bersama" untuk menjelaskan bidang-
bidang pengetahuan dan diskusi politik/sosial yang sebelumnya merupakan wilayah
eksklusif otoritas negara dan agama. Nilai-nilai ruang publik ini termasuk
mengutamakan nalar sebagai hal yang sangat penting, menganggap segala sesuatunya
terbuka untuk dikritik (ruang publik itu kritis), dan menentang segala bentuk
kerahasiaan dalam isu-isu publik.

14) Implikasi sosial dan kultural

Karena fokus pada penalaran akal dibandingkan dengan takhayul, bidang seni
juga berkembang pada Zaman Pencerahan. Penekanan pada pembelajaran, seni dan
musik menjadi populer dengan tumbuhnya kelas menengah. Bidang studi seperti
sastra, filsafat, sains, dan seni rupa mengeksplorasi materi pelajaran yang dapat
dihubungkan oleh masyarakat umum

Musik Haydn dan Mozart, dengan gaya Klasik Wina mereka juga dianggap
paling sesuai dengan cita-cita Pencerahan.

Keinginan untuk mengeksplorasi, merekam, dan melakukan sistematisasi


pengetahuan memiliki dampak yang besar pada publikasi musik. Dictionnaire de
musique karya Jean-Jacques Rousseau (diterbitkan tahun 1767 di Jenewa dan 1768 di
Paris) adalah teks utama di akhir abad ke-18.Kamus yang tersedia secara luas di
Eropa ini memberikan definisi singkat kata-kata seperti `jenius` dan `rasa` dan secara
jelas dipengaruhi oleh gerakan Pencerahan. Teks lain yang dipengaruhi oleh nilai-
nilai Pencerahan adalah karya Charles Burney, A General History of Music: From the
Earliest Ages to the Present Period (1776), yang merupakan survei sejarah dan upaya
untuk merasionalisasi elemen-elemen dalam musik secara sistematis dari waktu ke
waktu.[164] Baru-baru ini, beberapa ahli musik juga meneliti gagasan dan
konsekuensi Zaman Pencerahan. Misalnya, Deconstructive Variations karya Rose
Rosengard Subotnik (dengan subjudul Music and Reason in Western Society )
membahas Die Zauberflöte (1791) karya Mozart dengan menggunakan perspektif
Pencerahan dan Romantis dan menyimpulkan bahwa karya tersebut adalah
representasi musik yang ideal dari Pencerahan.
Ketika ekonomi dan kelas menengah berkembang, terdapat peningkatan jumlah
musisi amatir. Sebelumnya perempuan telah terlibat sebagai penyanyi dalam dunia
musik. Penerbit-penerbit musik mulai mencetak musik yang dapat dipahami dan
dimainkan oleh para musisi amatir. Sebagian besar karya yang diterbitkan adalah
musik keyboard, suara dan keyboard ansambel. Setelah genre awal ini dipopulerkan,
kelompok amatir juga mulai menyanyikan musik paduan suara, yang kemudian
menjadi tren baru. Majalah musik, ulasan dan karya kritis yang sesuai untuk musisi
amatir dan penikmat musik mulai muncul dan berkembang.

B. Teori Psikologi

Le Bon percaya kehidupan modern semakin dicirikan oleh kumpulan orang


banyak. Dalam The Psychology of Crowds (1895; The Crowd), karyanya yang paling
populer, Le Bon berargumen  kepribadian sadar individu dalam kerumunan terendam
dan  pikiran kerumunan kolektif mendominasi; perilaku orang banyak adalah bulat,
emosional, dan intelektual lemah.

Psikologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang


mempelajari mengenai perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui
prosedur ilmiah. Secara etimologis istilah “psikologi” berasal dari bahasa latin, yaitu
“psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya pengetahuan. Sehingga
pengertian psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari kejiwaan,
baik manusia maupun organisme lainnya.

a) Pengertian Psikologi Menurut Para Ahli

1. Muhibbin Syah

Menurut Muhibbin Syah, pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari tentang tingkah laku terbuka (berbicara, duduk, berjalan, dan lainnya)
dan tingkah laku tertutup (berfikir, berkeyakinan, berperasaan) pada manusia, baik
selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.

2. Wilhem Wundt
Menurut Wilhem Wundt (1829), pengertian psikologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang berbagai pengalaman yang terjadi pada manusia; seperti
perasaan panca indera, perasaan, pikiran, dan kehendak.

b) Teori psikologi massa

Teori psikologi massa adalah salah satu cabang ilmu dari psikologi yang
berkembang pada pertengahan abad ke 19. Cabang ilmu ini berhubungan dengan
proses perilaku dan pemikiran baik dari anggota massa maupun massa itu sendiri.
Teori psikologi massa seringkali dipengaruhi oleh hilangnya tanggung jawab individu
dan pandangan akan perilaku universal, keduanya bertambah sesuai dengan jumlah
massa.

Individu tokoh yang cukup berpengaruh bahkan dianggap sebagai bapak teori


psikologi massa adalah Gustave Le Bon, beliau menyatakan bahwa massa adalah
sekumpulan individu atau manusia yang berada dalam waktu dan tempat yang sama
yang mempunyai ketertarikan atau point of interest yang sama yang bersifat
sementara.

Teori psikologi massa adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia baik
yang tampak maupun tidak tampak. Jiwa yang tampak atau bisa dilihat seringkali
disebut dengan perilaku, sedangkan jiwa yang tidak tampak dapat berupa ide-ide,
motif, keinginan, dan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia. Secara sederhana
dapat kita simpulkan bahwa teori psikologi massa adalah suatu cabang ilmu-ilmu
yang mempelajari jiwa sekumpulan individu banyak baik yang tampak ataupun tidak
tampak.

Gustave Le Bon melihat psikologi orang banyak yang dimanipulasi oleh para
pemimpinnya. Psikologi orang banyak mengungkapkan  mereka dapat dipengaruhi.
Impulsif dan mudah tersinggung, mereka memang bisa terangsang dengan mudah dan
cepat melalui berbagai emosi yang paling kontradiktif. Gustave Le Bon berpendapat
"mereka sama tidak mampunya dengan keinginan abadi seperti pemikiran"
(Psychologie des crowds). Kemudian secara spontan terjadi di tengah keramaian
sebuah fenomena penularan : ide dominan menyebar di benak yang digalakkan oleh
emosi bersama hingga menggantikan kepentingan kolektif dengan kepentingan
individu. 

c) Penerapan Teori Psikologi Massa

1) Berasal dari teori psikologi massa karena kemajuan pemikiran massa

Teori psikologi massa ini merupakan bidang teori psikologi massa yang relatif
baru karena kemajuan pemikiran massa. Ini menggunakan berbagai teori psikologi
massa analisis kritis dan investigasi untuk mengembangkan model kerja persepsi
psikolog terhadap pengalaman pemikiran massa.

Teori psikologi massa ini digunakan untuk individu secara keseluruhan dan
secara individual. Teori psikologi massa mampu melakukan kegiatan pemikiran
massa yang meliputi konsultasi, desain, dan produksi di berbagai pemikiran massa
seperti televisi, video game, film, dan penyiaran berita.

Teori psikologi massa tidak dianggap sebagai mereka yang ditampilkan di


pemikiran massa (seperti konselor-psikoterapis, dokter, dan lain-lain) tetapi mereka
yang meneliti, bekerja atau berkontribusi ke lapangan.

2) Berhubungan dengan berbagai bidang teori psikologi lain

Ada tumpang tindih dengan berbagai bidang, seperti teori psikologi massa pemikiran
massa, ilmu komunikasi, antropologi, pendidikan, dan sosiologi, belum lagi yang ada
dalam teori psikologi massa itu sendiri. Sebagian besar penelitian yang akan dianggap
sebagai ‘pemikiran massa Teori psikologi massa’ telah datang dari bidang lain, baik
akademis dan diterapkan. 

3) Berhubungan dengan perilaku dalam pemikiran massa sosial

Pada tahun 1920, profesional pemasaran, periklanan dan hubungan individu


mulai melakukan penelitian tentang perilaku dan motivasi untuk aplikasi pemikiran
massa. Penggunaan pemikiran massa selama perang dunia II, menciptakan lonjakan
minat akademis dalam pesan pemikiran massa dan menghasilkan penciptaan lapangan
baru, ilmu komunikasi (lazarsfeld & merton, 2000).

4) Berhubungan dengan dampak tayangan pemikiran massa

Teori psikologi massa menanggapi kekhawatiran sosial yang meluas tentang


anak-anak dan penampilan televisi mereka. Misalnya, peneliti mulai mempelajari
dampak tayangan televisi terhadap kemampuan membaca anak-anak. Kemudian,
mereka mulai mempelajari dampak tayangan televisi kekerasan terhadap perilaku
anak-anak, misalnya, jika mereka cenderung menunjukkan perilaku anti-sosial atau
untuk menyalin perilaku kekerasan yang mereka lihat.

5) Menyangkut persepsi lingkungan terhadap pemikiran massa

Teori psikologi massai pemikiran massa mencakup persepsi pengguna, kognisi,


dan komponen humanistik sehubungan dengan pengalaman mereka terhadap
lingkungan sekitar. Teori psikologi massa juga memanfaatkan

sosial perkembangan dan narasi dan menemukan temuan dari ilmu syaraf. Teori
psikologi massa dan penelitian dalam Teori psikologi massa digunakan sebagai tulang
punggung Teori psikologi massa dan membimbing kedisiplinan itu sendiri.

6) Memiliki banyak dimensi yang tampak di pemikiran massa

Teori psikologi massa dalam Teori psikologi massa yang diterapkan pada
pemikiran massa mencakup banyak dimensi, yaitu teks, gambar, simbol, video dan
suara. Sensory psychology, semiotika dan semantik untuk komunikasi visual dan
bahasa, kognisi sosial dan ilmu syaraf termasuk di antara bidang yang dibahas dalam
teori psikologi massa bidang psikolog ssosial pemikiran massa ini.

7) Menentukan isi konten disesuaikan dengan keadaan psikologi

Pemikiran massa didasarkan pada emosi dan opini individu terhadap karakter.
Konten pemikiran massa didorong dari kenikmatan dan apresiasi dari individu.
Individu membentuk perasaan tentang karakter yang ada, baik positif maupun negatif.
Pemikiran massa bergantung pada konflik antar karakter dan bagaimana individu
bereaksi terhadap konflik.

8. Memiliki informasi luas tak terkecuali

Pemikiran massa tidak sepenuhnya mengecualikan informasi eksternal yang


mengelilingi individu. Melainkan bahwa rangsangan yang dipemikiran massasi
diubah menjadi citra dan kenangan individu agar bisa menjalankan simulasi. Ini
menjelaskan mengapa individu dapat membentuk pengalaman ini tanpa menggunakan
pemikiran massa, karena ini berkaitan dengan relevansi konstruksi dan pemrosesan
internal.

9. Mengatur kerangka kerja

Pemikiran massa menerapkan kerangka kerja yang lebih umum terhadap konsep
hiburan pemikiran massa. Gagasan ini berpotensi menawarkan koneksi konseptual
yang lebih mengarah pada kehadiran. Kegiatan pemikiran massa bermain pameran
konsisten hasilnya dengan penggunaan benda hiburan.

10. Pemikiran massa memberikan kepuasan hiburan & tontonan secara psikologi

Individu menggunakan pemikiran massa untuk kepuasan mereka dan bagaimana


pemikiran massa berubah dalam kehidupan individu sesuai dengan isinya. Pemikiran
massa digunakan untuk kesenangan dan bersifat mandiri. Individu-individu
mempengaruhi pemikiran massa baik secara negatif maupun positif karena dapat
berhubungan dengan apa yang dilihat di dalam lingkungan.

Dengan melihat lebih dalam pada berbagai bentuk pemikiran massa, menjadi
jelas bahwa versi awal membuat percaya pemikiran massa menunjukkan kebutuhan
setiap individu untuk kontrol dan keinginan untuk mempengaruhi lingkungan mereka
saat ini.

11. Pemikiran massa dapat menciptakan emosi secara psikologi

Dolf zillmann mengemukakan model emosi dua faktor. Dua faktor emosi tersebut
mengemukakan bahwa emosi melibatkan komponen Teori psikologi massai sosial dan
kognitif. Zillmann mengemukakan teori psikologi massa “transfer eksitasi” dengan
menetapkan penjelasan untuk efek pemikiran massa kekerasan. Teori psikologi massa
zillmann mengusulkan gagasan bahwa pemirsa secara fisiologis terangsang saat
mereka menyaksikan adegan agresif. Setelah menyaksikan adegan agresif, individu
akan menjadi agresif karena gairah dari tkp.

C. Teori Sugesti dari Le Bond

Sugesti adalah proses dalam interkasi sosial yang biasanya dipergunakan untuk


menjadikan individu menerima cara, perkataan, tingkah laku pihak lain, tanpa lagi
adanya kritik yang diungkapkan terlebih dahulu, sehingga hal ini mengakibatkan
untuk salah seseorang yang dipengaruhi akan segara mengikuti serta melakukannya
tanpa adanya proses berpikir panjang.

Dengan sugestibilitas dan credulity yang ekstrim, kerumunan kemudian


mempersepsikan peristiwa dalam subjektivitas total dimana tidak ada yang tidak
masuk akal, hingga halusinasi kolektif, kemudian mengubah sugesti yang diterima
menjadi tindakan. "Seperti halnya semua makhluk yang disarankan, gagasan yang
telah menyerang otak cenderung diubah menjadi tindakan. Apakah itu istana untuk
dibakar atau tindakan pengabdian untuk dilakukan, orang banyak melakukannya
dengan mudah. Namun, hanya ide sederhana, samar-samar, absolut dan disajikan
dalam bentuk gambar yang mengesankan yang dapat berhasil mencemari orang
banyak, karena pikiran primitifnya tidak mampu memproses teori yang rumit, bahkan
nuansa atau relativitas, yang akan menjadi teori yang rumit. halangan untuk keinginan
langsungnya. "Penalarannya" sebenarnya terdiri dari asosiasi ide dan gambar tanpa
hubungan logis. Dia diberkahi dengan imajinasi yang kuat dan sangat mudah
dipengaruhi, yang cenderung memberikan dimensi misterius dan legendaris pada
peristiwa kolektif.

Psikologi orang banyak membuat mereka bergantung pada seorang pemimpin.


Karena sifat lekas marah dan impulsif, mereka tidak dapat berhasil dalam disiplin diri,
inilah mengapa smereka membutuhkan pemimpin pemersatu yang
mempersonifikasikan aspirasi mereka yang memungkinkan mereka mengatasi
ketidakamanan psikologis mereka. Gustave Le Bon melukis potret dirinya sebagai
berikut: dia adalah orang yang fasih bertindak, diberkahi dengan keyakinan yang tak
tergoyahkan dalam penyebaran ideal di antara kerumunan, yang untuknya dia siap
mengorbankan segalanya; kata-katanya dianggap suci, perintahnya tak terbantahkan,
dan dia diabadikan menjadi legenda; dia membangkitkan dalam benak citra pemandu
yang mampu memimpin orang banyak menuju takdir chimericalnya.

Dikombinasikan dengan dampak politik dan ekonomi global dari pemikiran


massa seluler, menunjukkan bahwa pemikiran massa akan terus mengganggu sistem
dan berpotensi menghasilkan solusi untuk masalah dan menantang imajinasi.

Teori psikologi massa memang diposisikan secara unik untuk memeriksa


pertanyaan-pertanyaan yang muncul, namun dalam menetapkan praktik dan standar
terbaik untuk pemikiran massa positif dan etis dan penggunaan pemikiran massa, dan
menginformasikan perkembangan pemikiran massa dan pemikiran massa harus lebih
dapat bermanfaat bagi individu.

Pemikiran yang berkembang termasuk pemikiran massa literacy, digital


citizenship, transpemikiran massa storytelling, dan penggunaan artificial intelligence
(ai) dan masuk akal dari sejumlah besar analisis data semakin tersedia melalui bidang
ilmu data dan visualisasi data yang sedang berkembang.
Referensi

- https://id.wikipedia.org/wiki/Abad_Pencerahan
 "The Age of Enlightenment: A History From Beginning to End: Chapter 3".
publishinghau5.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 March 2017.
Diakses tanggal 3 April 2017.
 Outram, Dorinda (2006), Panorama of the Enlightenment, Getty Publications,
hlm. 29, ISBN 978-0892368617
 Zafirovski, Milan (2010), The Enlightenment and Its Effects on Modern Societ
y, hlm. 144
  Eugen Weber, Movements, Currents, Trends: Aspects of European Thought
in the Nineteenth and Twentieth Centuries (1992).
  Gay, Peter (1996), The Enlightenment: An Interpretation, W.W. Norton &
Company, ISBN 0-393-00870-3
  Kant, Immanuel (2006). Kleingeld, Pauline, ed. "Toward Perpetual Peace
and Other Writings on Politics, Peace, and History (Rethinking the Western T
radition)" (PDF). David L. Colclasure (translator). Yale University Press. Dia
kses tanggal 31 Januari 2022.
  Vottari, Giuseppe (2003). L'illuminismo. Un percorso alfabetico nell'età de
lle riforme. Alpha Test. hlm. 54. ISBN 978-88-483-0456-6.
  Maddaloni, Domenico (17 November 2011). Visioni in movimento. Teorie
dell'evoluzione e scienze sociali dall'Illuminismo a oggi: Teorie dell'evoluzion
e e scienze sociali dall'Illuminismo a oggi. FrancoAngeli. hlm. 20. ISBN 978-8
8-568-7115-9.
  I. Bernard Cohen, "Scientific Revolution and Creativity in the Enlightenme
nt."
  Sootin, Harry.
  Jeremy Black, "Ancien Regime and Enlightenment.
  Robert Darnton, The Business of Enlightenment: a publishing history of the
Encyclopédie, 1775–1800 (2009).
  Jeremy Black, "Ancien Regime and Enlightenment.
  Robert A. Ferguson, The American Enlightenment, 1750–1820 (1994).
  Israel 2006, hlm. 15.
  Israel 2010, hlm. vii–viii, 19.
  Israel 2010, hlm. 11.
  "Enlightenment – Definition, History, & Facts". Encyclopedia Britannica.
  Petitfils 2005, hlm. 99–105.
  "The Scottish enlightenment and the challenges for Europe in the 21st cent
ury; climate change and energy", The New Yorker, 11 October 2004, diarsipk
an dari versi asli tanggal 6 June 2011
  "Kant's essay What is Enlightenment?". mnstate.edu. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2020-02-17. Diakses tanggal 2022-01-30.
  Manfred Kuehn, Kant: A Biography (2001).
  Kreis, Steven (13 April 2012). "Mary Wollstonecraft, 1759–1797". History
guide.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 January 2014. Diakses tangg
al 14 January 2014.
  Mary Wollstonecraft, A Vindication of the Rights of Woman (Renascence E
ditions, 2000) online
  Bruce P. Lenman, Integration and Enlightenment: Scotland, 1746–1832 (1
993) excerpt and text search
  Sarmant, Thierry, Histoire de Paris, p. 120.
  Ronald S. Calinger, Leonhard Euler: Mathematical Genius in the Enlighte
nment (2016)
  Porter (2003), 79–80.
  Burns (2003), entry: 7,103.
  see Hall (1954), iii; Mason (1956), 223.
  Gillispie, (1980), p. xix.
  James E. McClellan III, "Learned Societies," in Encyclopedia of the Enligh
tenment, ed.
  Porter, (2003), p. 91.
  See Gillispie, (1980), "Conclusion."
  Porter, (2003), p. 90.
  Burns, (2003), entry: 158.
  Thomson, (1786), p. 203.
  M. Magnusson (10 November 2003), "Review of James Buchan, Capital of
the Mind: how Edinburgh Changed the World", New Statesman, diarsipkan da
ri versi asli tanggal 6 June 2011, diakses tanggal 27 April 2014
  Swingewood, Alan (1970). "Origins of Sociology: The Case of the Scottish
Enlightenment". The British Journal of Sociology. 21 (2): 164–180. doi:10.23
07/588406. JSTOR 588406.
  D. Daiches, P. Jones and J. Jones, A Hotbed of Genius: The Scottish Enligh
tenment, 1730–1790 (1986).
  M. Fry, Adam Smith's Legacy: His Place in the Development of Modern Ec
onomics (Routledge, 1992).
  The Illusion of Free Markets, Bernard E. Harcourt, p. 260, 11–14.
  "The Enlightenment throughout Europe". History-world.org. Diarsipkan d
ari versi asli tanggal 23 January 2013. Diakses tanggal 25 March 2013.
  Roland Sarti, Italy: A Reference Guide from the Renaissance to the Present,
Infobase Publishing, 2009, p. 457
  Daniel Brewer, The Enlightenment Past: reconstructing eighteenth-century
French thought (2008), p. 1
  De Dijn, Annelien (2012). "The Politics of Enlightenment: From Peter Gay
to Jonathan Israel". Historical Journal. 55 (3): 785–805. doi:10.1017/s00182
46x12000301.
  von Guttner, Darius (2015). The French Revolution. Nelson Cengage. hlm. 
34–35.[pranala nonaktif permanen]
  "John Locke > The Influence of John Locke's Works (Stanford Encyclopedi
a of Philosophy)". Plato.stanford.edu. Diakses tanggal 14 January 2014.
  Pierre Manent, An Intellectual History of Liberalism (1994) pp. 20–38
  Lessnoff, Michael H. Social Contract Theory.
  Discourse on the Origin of Inequality
  Lorraine Y. Landry, Marx and the postmodernism debates: an agenda for c
ritical theory (2000) p. 7
  Of the Original Contract
  Eltis, David; Walvin, James, ed. (1981). The Abolition of the Atlantic Slave
Trade. Madison: University of Wisconsin Press. hlm. 76.
  Northrup, David, ed. (2002). The Atlantic Slave Trade. Boston: Houghton
Mifflin. hlm. 200.
  David Williams, ed. (1994). Voltaire: Political Writings. hlm. xiv–xv. ISBN 
978-0-521-43727-1.
  Stephen J. Lee, Aspects of European history, 1494–1789 (1990) pp. 258–66
  Nicholas Henderson, "Joseph II", History Today (March 1991) 41:21–27
  John Stanley, "Towards A New Nation: The Enlightenment and National R
evival in Poland", Canadian Review of Studies in Nationalism, 1983, Vol. 10 I
ssue 2, pp. 83–110
  Giles MacDonogh, Frederick the Great: A Life in Deed and Letters (2001)
p. 341
  "Enlightenment ideals of rationalism and intellectual and religious freedom
pervaded the American colonial religious landscape, and these values were ins
trumental in the American Revolution and the creation of a nation without an e
stablished religion".
  Fremont-Barnes, Gregory (2007). Encyclopedia of the Age of Political Rev
olutions and New Ideologies, 1760–1815. Greenwood. hlm. 190. ISBN 978031
3049514.
  "Recognized in Europe as the author of the Declaration of Independence, T
homas Jefferson quickly became a focal point or lightning rod for revolutionar
ies in Europe and the Americas.
  Chartier, 8.
  Voltaire (1763) A Treatise on Toleration
  Margaret C. Jacob, ed.
  Locke, John (1695). Reasonableness of Christianity. "Preface" The Reason
ableness of Christianity, as delivered in the Scriptures.
  R.B. Bernstein (2003). Thomas Jefferson. Oxford University Press. hlm. 17
9. ISBN 978-0-19-975844-9.
  Ole Peter Grell; Porter, Roy (2000). Toleration in Enlightenment Europe.
Cambridge University Press. hlm. 1–68. ISBN 978-0-521-65196-7.
  Baruch Spinoza, Theologico-Political Treatise, "Preface," 1677, gutenberg.
com
  Mendelssohn, Moses (1783). "Jerusalem: Or on Religious Power and Juda
ism" (PDF).
  Goetschel, Willi (2004). Spinoza's Modernity: Mendelssohn, Lessing, and
Heine. Univ of Wisconsin Press. hlm. 126. ISBN 978-0-299-19083-5.
  Thomas Paine, Of the Religion of Deism Compared with the Christian Reli
gion, 1804, Internet History Sourcebook
  Ellen Judy Wilson; Peter Hanns Reill (2004). Encyclopedia Of The Enlight
enment. Infobase Publishing. hlm. 148. ISBN 978-1-4381-1021-9.
  Pagden, Anthony (2013). The Enlightenment: And Why it Still Matters. Oxf
ord University Press. hlm. 100. ISBN 978-0-19-966093-3.
  Bayle, Pierre (1741). A general dictionary: historical and critical: in which
a new and accurate translation of that of the celebrated Mr. Bayle, with the co
rrections and observations printed in the late edition at Paris, is included; and
interspersed with several thousand lives never before published. The whole co
ntaining the history of the most illustrious persons of all ages and nations part
icularly those of Great Britain and Ireland, distinguished by their rank, action
s, learning and other accomplishments. With reflections on such passages of B
ayle, as seem to favor scepticism and the Manichee system. hlm. 778.
  ENR // AgencyND // University of Notre Dame (4 May 2003). "God, Locke
and Equality: Christian Foundations of Locke's Political Thought". Nd.edu.
  Israel 2011, hlm. 11.
  Israel 2010, hlm. 19.
  Israel 2010, hlm. vii–viii.
  Feldman, Noah (2005).
  Feldman, Noah (2005).
  Ferling, 2000, p. 158
  Mayer, 1994, p. 76
  Hayes, 2008, p. 10
  Cogliano, 2003, p. 14
  Peter Gay, ed.
  Roy Porter, "England" in Alan Charles Kors, ed., Encyclopedia of the Enlig
htenment (2003) 1:409–15.
  Karen O'Brien, "English Enlightenment Histories, 1750–c.1815" in José Ra
basa, ed. (2012). The Oxford History of Historical Writing: Volume 3: 1400–1
800. Oxford, England: OUP. hlm. 518–35. ISBN 978-0-19-921917-9.
  Roy Porter, The creation of the modern world: the untold story of the Britis
h Enlightenment (2000), pp. 1–12, 482–84.
  Israel 2011, hlm. 248–49.
  A. Herman, How the Scots Invented the Modern World (Crown Publishing
Group, 2001).
  Harrison, Lawrence E. (2012). Jews, Confucians, and Protestants: Cultura
l Capital and the End of Multiculturalism. Rowman & Littlefield. hlm. 92. ISB
N 978-1-4422-1964-9.
  "The Scottish enlightenment and the challenges for Europe in the 21st cent
ury; climate change and energy", The New Yorker, 11 October 2004, diarsipk
an dari versi asli tanggal 6 June 2011
  J. Repcheck, The Man Who Found Time: James Hutton and the Discovery
of the Earth's Antiquity (Basic Books, 2003), pp. 117–43.
  Henry F. May, The Enlightenment in America (1978)
  Michael Atiyah, "Benjamin Franklin and the Edinburgh Enlightenment," P
roceedings of the American Philosophical Society (Dec 2006) 150#4 pp. 591–
606.
  Jack Fruchtman, Jr., Atlantic Cousins: Benjamin Franklin and His Visionar
y Friends (2007)
  Charles C. Mann, 1491 (2005)
  Paul M. Spurlin, Montesquieu in America, 1760–1801 (1941)
  Encyclopædia Britannica.
  Charles W. Ingrao, "A Pre-Revolutionary Sonderweg."
  Katrin Keller, "Saxony: Rétablissement and Enlightened Absolutism."
  "The German Enlightenment", German History (Dec 2017) 35#4 pp 588–6
02, round table discussion of historiography.
  Gagliardo, John G. (1991). Germany under the Old Regime, 1600–1790. hl
m. 217–34, 375–95.
  Richter, Simon J., ed. (2005), The Literature of Weimar Classicism
  Owens, Samantha; Reul, Barbara M.; Stockigt, Janice B., ed. (2011). Musi
c at German Courts, 1715–1760: Changing Artistic Priorities.
  Kuehn, Manfred (2001). Kant: A Biography.
  Van Dulmen, Richard; Williams, Anthony, ed. (1992). The Society of the En
lightenment: The Rise of the Middle Class and Enlightenment Culture in Germ
any.
  Thomas P. Saine, The Problem of Being Modern, or the German Pursuit of
Enlightenment from Leibniz to the French Revolution (1997)

Anda mungkin juga menyukai