Anda di halaman 1dari 9

MASA PENCERAHAN MENUJU REVOLUSI

1.Pemikiran dari gerakan enlightenment yang membawa ide dan gagasan baru bagi rakyat
Perancis

Gerakan enlightenment atau aufklarung berkembang di Perancis yang diawali dari golongan
filsuf, seniman dan intelektual. Masa aufklarung muncul sebagai respon dari penemuan-
penemuan besar dalam ilmu pengetahuan alam.1 Masa aufklarung ini mendorong perubahan
cara berpikir manusia dimana mulai menggunakan pikiran yang didasari akal dan rasio untuk
menganalisis secara krisis segala fenomena yang terjadi. 2 Oleh karenanya di masa ini orang-
orang mulai berani menyampaikan pendapat mereka masing-masing setelah sebelumnya
terpaku pada dogma-dogma agama yang harus ditaati dan diikuti semua rakyat pada Masa
Kegelapan (The Dark Age) yang dikeluarkan oleh pihak gereja. Sehingga pada masa The
Dark Age para raja dan rakyat tunduk terhadap kekuasaan gereja.3

Aufklarung dapat diartikan sebagai pencerahan dalam bahasa Jerman dan and enlightenment
adalah sebutan aufklarung dalam bahasa Inggris sebagai masa pendewasaan pemikiran
manusia yang sebelumnya pada renaissance hanya sebagai peremajaan pikiran. Aufklarung
ini adalah gerakan baru dalam ilmu filsafat pada abad ke-18 di mana filsafat sebagai poros
utama yang dapat menyeimbangkan dengan ilmu pengetahuan alam.4

Di Jerman tokoh yang paling berdampak dalam masa aufklarung adalah Immanuel Kant di
mana menurutnya manusia memiliki fase hidup dengan tidak menggunakan akal dan rasio
untuk melihat fenomena sehingga dari sini keluarlah istilah ummundigkeit yakni keadaan
yang belum dewasa atau masih remaja.

Di Inggris tokoh di balik aufklarung adalah Edward Herbert di mana ia berpendapat


bahwasanya adanya kedaulatan mutlak dalam berbagai sekte agama. Oleh karena itu Herbert
membantah kepercayaan dogma beragama sehingga pada saat itu rakyat Inggris mulai
menjalankan ajaran agama dengan akal dan validitas.

Sedangkan di Perancis gerakan aufklarung berdampingan dengan gerakan kemasyarakatan,


kenegaraan dan kegerejaan dan tokoh yang mencetuskan gerakan itu adalah Jane Jacquez
Rousseau dan Voltaire. Voltaire berpendapat bahwa manusia berhak merdeka dari segala

1
Darini, 2014
2
ungkapan-ungkapan filsafat sejarah Barat dan Timur karya Sartono Kartodirjo
3
Kartodirjo,1986
4
Hermawan, 2017
bentuk kuasa dari diri eksternalnya. Hingga pada saat itu Prancis memiliki semboyan untuk
gerakan aufklarung ini yaitu ‘Sapare Aude' yang berarti “berani berpikir sendiri”. Sedangkan
J.J Rousseau berpendapat bahwa hidup tidak hanya tentang agama tapi juga diseimbangkan
dengan sains dan budaya (pendidikan) karena menurutnya pendidikan adalah kunci penting
dalam pembentukan kepribadian manusia.

Bersama dengan para filsuf, seniman dan intelektual lain, berikut juga adalah karya-karya
yang melatarbelakangi perubahan-perubahan cara berpikir dan timbulnya rasa pemberontakan
terhadap pemerintah di Prancis :

A.John Locke dengan teori divine right dan karyanya ‘Two Treatises of Government'

Locke adalah seorang filsuf Inggris yang dikenal sebagai filsafat negara liberal. Pada tahun
1670 Locke belum dapat dikatakan sebagai seorang filsuf, tetapi ia mulai mengorganisir
suatu pertemuan saat masih studi di Perancis. Ia dikenal dengan gerakan-gerakan anti
pemerintahan Charles II dan dicurigai sebagai pengkhianat oleh pemerintah Inggris. Locke
menulis buku “dua tulisan tentang pemerintahan” saat berada di Belanda yakni tempat
pelariannya dari Inggris dengan identitas yang dirahasiakan. Dalam bukunya tersebut ia
menjelaskan pandangannya dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat
yaitu terbagi menjadi 3 tahap:

•Tahap keadaan alamiah (The state of nature)

Di tahap ini manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama. Konsep ini serupa
dengan konsep HAM di dalam masyarakat modern.

•Tahap keadaan perang (The state of war)

Pada tahap ini masyarakat telah mengenal hubungan sosial dan harmoni mulai berubah
dikarenakan terciptanya uang. Masyarakat mulai memiliki perbedaan dalam ekonomi dan
terbentuknya status hierarki tuan-buda maupun majikan-pembantu yang menimbulkan
permusuhan, kedengkian, kekerasan dan saling menghancurkan.

•Tahap terbentuknya negara (Commonwealth)

Di mana jalan keluar dari tahap berperang yaitu dengan mendirikan suatu negara
persemakmuran yang menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara. Dalam
perjanjian terbentuknya suatu negara, rakyat diberi dua kekuasaan penting yaitu hak untuk
menghukum setiap pelanggaran kodrat dari Tuhan dan hak mempertahankan diri. Namun
ajaran Ini menimbulkan dua konsekuensi yaitu negara hanya dapat bertindak dalam batas
yang ditetapkan rakyat dan rakyat bersedia melepaskan kebebasan mereka walaupun negara
tetap menjamin hak-hak asasi rakyat. Oleh sebab itu, Locke menentang pandangan kekuasaan
negara absolut.

Menurut KBBI, absolutisme adalah bentuk pemerintahan tanpa undang-undang dasar di mana
semua kekuasaan terletak di tangan penguasa. Absolutisme diperkenalkan pertama kali oleh
Raja Louis XIV (1643-1715) dari Perancis. Hal ini bermula ketika ia memberikan pernyataan
paling ikonik “L’etat, c’est moi” yang artinya “saya adalah negara dan negara adalah saya”.
Dalam konteks pemerintahan absolutisme dikenal dengan bentuk pemerintahan monarki
absolut dan pemimpin negaranya dipilih berdasarkan keturunan seperti yang terjadi pada
Prancis.

B.Jean Jacques Rousseau dalam karyanya The Social Contract yakni demokrasi langsung di
mana rakyat memiliki kebebasan dan kemerdekaan

Teori kontrak sosial yang dikemukakan Jean Jacques Rousseau adalah masing-masing
individu melimpahkan segala perorangannya kepada komunitas sebagai satu keutuhan.
Segala hak alamiah termasuk kebebasan penuh untuk berbuat kehendak, memiliki komunitas,
hidup bersama dan memiliki hak kebebasan yang sama besarnya dengan orang lain oleh
tuntutan kehidupan bersama. Thomas, Locke, dan Rousseau memiliki kesamaan dalam
mengungkapkan teori kontrak sosial ini yakni mereka memiliki sependapat bahwa segala
kewenangan yang dimiliki oleh negara berasal dari rakyat itu sendiri. Kontrak sosial
merupakan sebuah kesepakatan nasional mengenai seberapa besar kewenangan pihak pejabat
negara dan seberapa luas kebebasan warga sehingga dapatlah diwujudkan keadilan dan
pemenuhan moral lintas yang tinggi. Kemauan bersama yang berkualitas dengan sendirinya
menggunakan manusia yang sadar dan tunduk pada hukum.

Bergulirnya sederetan revolusi seperti Revolusi Inggris dan Amerika mendorong kelahiran
teori legitimasi kekuasaan yang menekankan bahwa rakyat adalah penguasa yang sebenarnya
atau pemegang kedaulatan sejati. Dari tinjauan inilah kontrak sosial muncul menjadi jawaban
dari basis filosofis untuk kedaulatan rakyat.
C.Baron de Montesqieu menjelaskan tiga bentuk pemerintahan (Republik, Monarki,
Despotisme) dan pemisahan kekuasaan dalam The spirit of law (I’ Esprit Des lois)

Montesquieu sebagai seorang ahli politik ilmu alam sekaligus filsafat yang mencerahkan
berbagai pemikiran untuk perubahan. Beberapa karyanya membahas tentang refleksi kritik
terhadap semangat abad pencerahan misalnya seputar adat kebiasaan, gaya hidup, sampai
hubungan kekuasaan publik di Perancis.

Berbagai latar belakang politik bisa menjelaskan rasionalisasi pemikiran Montesquieu


tentang pemerintahan terbaik dan pembagian kekuasaan. Kekuasaan yang dipegang oleh Raja
Louis XIV yang sewenang-wenang dan menjalankan pemerintahan tanpa konstitusi
dikarenakan tidak adanya pengawasan dari parlemen karena dewan perwakilan rakyat sudah
dibubarkan oleh Louis VIII. Pada akhirnya tidak ada kepastian hukum bagi seluruh warga
dengan mudah orang dicurigai dan langsung diberikan surat penangkapan (lettre de cachet)
dan dipenjara. Terjadilah kesenjangan dan kecemburuan sosial karena pada saat itu juga
berbagai jenis pajak harus dibayar oleh rakyat.

Rakyat memikul beban bagi kehidupan kaum bangsawan dan gerejawan karena kedua
golongan itu memiliki hak istimewa antara lain memungut pajak dari rakyat dan tidak
dipungut pajak. Belajar latar belakang tersebut, montesquieu merumuskan sistem
pemerintahan terbaik dan sistem pembagian kekuasaan yaitu :

Republik

Menurut montesquieu prinsip nilai yang menjadi penggerak sistem republik adalah civics
virtue dan spirit public dari rakyat dalam cinta pada negara yang tercermin dari patriotisme,
kejujuran, kesederhanaan, dan persamaan. Montesquieu membagi Republik menjadi dua
yaitu :

-Republik demokrasi di mana kedaulatan diserahkan pada lembaga kerakyatan.

-Republik aristokrasi di mana kekuasaan tertinggi diserahkan pada sebagian anggota


masyarakat atau bangsawan.

Monarki

Prinsip yang mendasari sistem pemerintahan monarki adalah rasa hormat kepada penguasa
karena berbagai legitimasi yang mendukungnya baik tradisional maupun agama. Menurut
Montesquieu sikap dasarnya adalah adanya kebangsawanan tetapi berpotensi besar terdapat
penguasa yang sewenang-wenang.

Dispositisme

Prinsip yang mendasari adalah kekuasaan selain wewenang oleh seseorang yang berkuasa
berdasarkan aturannya sendiri. Menurut Montesquieu seorang diplotis adalah seorang yang
tahu dan sadar bahwa dirinya adalah segala-galanya sementara warga negaranya bukan siapa-
siapa. Pada hakikatnya seorang yang malas, glamor dan bebal.

Montesquie menekankan pada kehendak rakyat yang memiliki kekuasaan tertinggi dan bagi
mereka yang paling sesuai sehingga Montesquieu membenci sistem monarki apalagi
depotisme.

Pembagian kekuasaan menurut montesquieu dinamakan Trias Politica. Beberapa asumsi


dasar dari Trias politica bertujuan memisahkan dan membagi kekuasaan dalam cabang
pemerintahan.5

Tujuannya agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan dan terbentuknya kekuasaan mutlak yang
berakhir dengan kekuasaan sewenang-wenang sehingga harusnya tercapailah kebebasan
politik rakyat. Pembagian kekuasaan menghindari penyimpangan otoritas sehingga
montesquieu menyarankan pemisahan kekuasaan melalui pembagian kekuasaan di dalam
negara menjadi tiga :

-Eksekutif yaitu pelaksana peraturan sekaligus pemimpin

-Legislatif yaitu pencipta dan pengatur peraturan, merupakan refleksi dari kedaulatan rakyat
mediator rakyat dan penguasa komunikator serta agregator aspirasi.

-Yudikatif yaitu penengah atau penghakim dan penegak hukum.

2. Keberhasilan Glorious Revolution 1688 di Inggris dalam menghapus Absolutisme

Revolusi Agung atau glorious revolution dinamakan juga Revolusi 1688 adalah peristiwa
penggilingan raja Inggris, Skotlandia dan Irlandia yakni James II (James VII di Skotlandia)
oleh parlemen Inggris dan stand holder Belanda, William. Di mana bentuk pemerintahan
awal dari Inggris pada saat itu adalah monarki absolut yang diganti menjadi monarki

5
Dwiastutuik, 2015
konstitusional. Monarki konstitusional lazimnya digabung dengan demokrasi representatif.
Berbeda dengan monarki absolut yang sepenuhnya kekuasaan di tangan raja, Revolusi 1688
melahirkan suatu pembaharuan sistem pemerintahan Inggris di mana raja masih mempunyai
peranan tradisional di dalam suatu negara tetapi kerajaan sudah di bawah kekuasaan rakyat.

Keberhasilan Inggris ini diketahui oleh rakyat Prancis dan itulah yang membuat mereka ikut
terpancing juga untuk turut menyingkirkan absolutisme di Perancis.

PUNCAK REVOLUSI

Setelah berbagai gagasan dari tokoh-tokoh di atas rakyat mulai sadar dan pikirannya mulai
terbuka akan pembaruan-pembaruan dan ide-ide baru tersebut. Rakyat berunding satu sama
lain dan berencana untuk mulai menyelidiki seluk-beluk pemerintahan dari yang awalnya
tidak memperdulikan hingga akhirnya mereka sadar bahwa pemerintahan Prancis pada saat
itu sangat krisis.

Perancis memiliki ambisi besar turun-temurun untuk melakukan perang dengan negara-
negara lain. Hal ini menyebabkan utang kerajaan menumpuk. Namun Prancis tetap
membantu penyerangan Amerika dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Lafayette
padahal pemerintahannya di ujung tanduk. Setelah pemerintahan berada ditangan Louis XVI
bersama istrinya Marie Antoinette keuangan semakin menipis. Ditambahnya lagi hasil
perekonomian Prancis pada saat itu tengah merosot sehingga penerimaan negara sangat
sedikit dan harga pangan melambung. Padahal raja terlebih ratu membiayai hidupnya yang
begitu mewah dan berperilaku boros dengan memakai kas kerajaan. Kebijakan defisit pada
perekonomian Prancis saat itu menyebabkan Marie dijuluki madame deficit. Pada tahun
1789, beban kerajaan sudah tidak dapat ditanggung lagi oleh kas kerajaan.

Untuk mengatasi masalah keuangan negara Louis XIV mengundang Estate General untuk
mengadakan sidang pada tanggal 10 Juni 1789 dengan susunan :

-Golongan 1 terdiri dari rohaniawan dan gereja

-Golongan 2 terdiri dari bangsawan

-Golongan 3 terdiri dari petani budak dan bourgeouise


Dengan keputusan sidang bahwa golongan 1 dan golongan 2 bebas dari pajak dan dapat
menarik pajak dari golongan 3 sedangkan golongan 3 wajib membayar pajak kepada kerajaan
serta kepada golongan 2 dan 1. Di sini golongan 3 merasa sangat dirugikan.

Bahwasannya semua rakyat sudah mengenal paham baru termasuk kebebasan demokrasi
serta deklarasi yang didalamnya berisi kebebasan hak manusia dan keberanian untuk
berpendapat. Maka, golongan 3 mengundang golongan bangsawan dan gereja yang reformis
untuk bersidang sendiri membahas situasi negara.

Hingga pada 20 Juni 1789 terjadilah Tennis Courth Oath atau Sumpah Lapangan Tenis.
Peristiwa inilah yang menjadi awal Revolusi Perancis. Sumpah ini merupakan perjanjian
yang tantangannya oleh 577 anggota golongan ketiga yang dikeluarkan dari sidang estates
general pada 20 Juni 1789 itu. Mereka menggunakan lapangan tenis dalam ruangan yang
terletak di kawasan dekat istana kerajaan sebagai ruang pertemuan. Mereka menyatakan
bahwa mereka adalah national assembly (majelis Nasional) dan bersumpah bahwa mereka
tidak akan membubarkan diri atau pulang sampai undang-undang dasar atau konstitusi
Perancis yang baru dirumuskan di mana undang-undang atau konstitusi baru ini bertujuan
untuk membatasi kekuasaan raja.

Pemerintahan tidak memperdulikan golongan 3, bahkan dipersulit sedemikian rupa karena


mereka dianggap sebagai ancaman bagi raja sehingga kondisi saat itu mulai memanas dan
kejadian yang menjadi puncaknya adalah pada 14 Juli 1789. Rakyat perancis golongan 3
menyerbu Penjara Bastille, membebaskan tawanan merampas senjata dan bahan peledak.
Peristiwa penyerbuan ini merupakan simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangnya
Raja Louis XVI. Masa pemerintahan yang tidak adanya hukum dan parlemen yang di luar
nalar menyebabkan aspirasi rakyat terus ditolak sehingga tampak jelaslah memang raja
tengah menyalahgunakan kekuasaannya.

Amarah rakyat tak terbendung lagi, kerumunan besar membawa senapan pedang dan
berbagai senjata darurat menyerbu Penjara Bastille. Bangunan kastil itu digunakan raja untuk
memenjarakan tahanan politik dan tentunya itu adalah simbol kesewenang-wenangan raja.
Penjara Bastille merupakan simbol perlawanan terhadap absolutisme dan jalan kerajaan
karena penjara ini digunakan untuk mengurung mereka yang berani dengan menentang
melawan kesewenangan raja. Penjara bastil merupakan gudang persenjataan, dalam peristiwa
ini 7 tahanan tersisa dibebaskan oleh rakyat, persenjataan semuanya direbut dan bangunannya
dihancurkan massa. Puing-puing bastil disebarkan di seluruh jalanan Paris sebagai simbol
penggulingan monarki.

MASA DINGIN PRANCIS

Pada 4 Agustus 1789 diadakan sidang national assembly di mana diputuskanlah


pembentukan pasukan nasional dengan Panglima Jenderal Latayette juga pemutusan untuk
menghapus hak privelege bangsawan dan gerejawan sehingga terwujudlah keadilan bagi
seluruh masyarakat.

Pada 26 Agustus 1790, diumumkanlah deklarasi hak rakyat dan warga negara (Declara-tion
des droits de l’home et Du citoyen) yang berisi tentang Liberte, Egalite, Fraternite.

Semboyan ini pertama kali dicetuskan oleh Maximilien Robespierre dalam pidatonya pada 5
Desember 1790. Dalam pidatonya, Maximilien Robespierre juga mengusulkan untuk
menuliskan kata-kata liberté, egalite, fraternité pada seragam dan bendera, tetapi ditolak.
Barulah pada 1793, seluruh warga Perancis mulai menuliskan semboyan Liberté, égalité,
fraternité, ou la mort! (Kebebasan, keadilan, persaudaraan, atau mati!) di depan rumah
mereka. Pencipta semboyan yakni Maximilien ini lah yang nantinya mengusulkan
pemenggalan raja dan ratu.

Kembali pada 6 Oktober 1789 sebanyak 10.000 orang berkumpul di luar Istana Versailles dan
menuntut agar raja dan ratu dibawa ke Paris. Louis XVI tak bisa memutuskan apa-apa dan
Marie Antoinette mengambil peran politik suaminya bertemu dengan para penasihat duta
besar dan mengirimkan surat pada penguasa Eropa untuk membantu menjalankan
pemerintahan Perancis. Marie Antoinette yang saat itu memiliki selingkuhan yaitu Converse
berusaha menyeledupkan keluarga kerajaan ke luar negeri pada 1791. Namun, mereka
tertangkap dan dibawa kembali ke Paris pada September 1791 dan Louis XVI
menandatangani konstitusi baru yang disusun oleh dewan nasional dengan imbalan Louis
XVI tetap menjadi raja meskipun hanya sekedar simbol. Di Paris, raja memulai tugas-
tugasnya sebagai raja konstitusional.

Pada musim panas 1792 di saat Prancis di ambang perang melawan Austria dan Prussia,
seorang politisi radikal yang tengah naik daun yakni Maximilien de Robespierre menyerukan
agar raja ditumbangkan sehingga permasalahan tuntas dan membuat semua orang jera akan
peristiwa besar ini. Hingga pada september 1792, konvensi nasional membubarkan kerajaan
dan menyatakan berdirinya Republik Perancis lalu memutuskan untuk menangkap raja dan
ratu.

Awal tahun 1793, Louis XVI diadili. Pengadilan kemudian memutuskan Louis XVI bersalah
melakukan penghianatan dan menjatuhkan hukuman mati bagi sang raja. Pada 21 Januari
1793 Louis XVI menjalani hukuman mati dengan cara dipenggal pisau guilotine. Tak
menunggu lama, Marie Antoinette juga diseret ke pengadilan dengan tuduhan dilakukan
penghianatan dan pencurian ditambah tuduhan melakukan kekerasan seksual terhadap
putranya sendiri Louis XVII. Setelah 2 hari sidang dewan juri yang seluruhnya pria, maka
diputuskan Marie Antoinette bersalah atas semua dakwaan dan dijatuhi hukuman mati pada
16 Oktober 1793.

Eksekusi digelar pagi hari disaksikan oleh banyak rakyat dengan maksud untuk memberikan
efek jera pada pemerintahan yang glamor dan sewenang-wenang.

Setelah kejadian puncak revolusi Prancis tersebut, berkobarlah paham liberalisme dan
runtuhlah legitimasi penguasa absolut. Sehingga secara berangsur berubah pula stratifikasi
sosial pada rakyat Prancis saat itu dan terjadi pengenalan sistem pemerintahan baru yang tadi
yaitu monarki konstitusional dengan bentuk Republik.

Anda mungkin juga menyukai