1. Lahirnya sosiologi
Sosiologi sebagai Ilmu tentang Masyarakat. Sejumlah ilmuwan berusaha menjelaskan
adanya hubungan antarmanusia dan perilaku sosial budaya melalui kehidupan
bermasyarakat dan yang sekarang di kenal sebagai ilmu sosiologi.
Di Eithopia pertama kali terjadi pemikiran terhadap konsep masyarakat yang lambat laun
melahirkan ilmu yang dinamai sosiologi tersebut. Hal tersebut didorong oleh beberapa
faktor antaralain karena semakin meningkatnya perhatian terhadap masyarakat dan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya masyarakat Eropa.
Sosiologi lahir pada abad ke-19 yaitu pada saat transisi menuju lahirnya masyarakat baru yang
di tandai oleh beberapa peristiwa atau berubahan besar pada masa tersebut. Beberapa
peristiwa besar tersebut antara lain sebagai berikut :
Plato
Plato adala murid dari Socrates. Ajaran Plato yaitu tentang masyarakat menerangkan
bahwa pada dasarnya masyarakat itu merupakan bentuk perluasan dari individu, dan
menurutnya individu memiliki 3 sifat yaitu nafsu atau perasaan-perasaaan , semangat
atau kehendak, dan kecerdasan atau akal.
Berdasarkan 3 elemen tersebut, Plato juga membedakan adanya 3 lapisan atau kelas
sosial masyarakat yaitu sebagai berikut :
Bagi yang mengabdikanakan hidupnya untuk memenuhi nefsu dan perasaannya
seperti halnya memelihara tubuh manusia, maka dengan demikian juga akan
memelihara nafsu dan perasaan masyarakat. Mereka itulah kelas pekerja tangan
seperti buruh dan budak.
Karena semangat atau kehendak berfungsi melindungi tubuh manusia, yang berarti
harus pula melindungi masyarakat, maka yang bisa melaksanakan hal itu adalah militer.
Karena mereka mengembangkan akal dan kecerdasan untuk membimbing tubuh
manusia, maka mereka bertugas juga mengembangkan akal guna memerintah dan
memimpin masyarakat. Mereka ini termasuk kelas penguasa.
Aristosteles
Menurutnya kelompok manusia yang dasar dan esensial adalah pengelompokan
(asosiasi) antara pria dan wanita untuk memperoleh keturunan, dan asosiasi antara
penguasa dengan yang dikuasai Aristosteles juga memberi tiga bentuk pemerintahan
yang dilihat dari segi jumlah pemegang kepemimpinannya.
Pemerintah oleh seseorang, jika ia memerintah dengan baik disebut monarki
sedangkan bila memerintah dengan buruk disebut tirani. Oleh sejumlah kecil orang
disebut aristrokasi jika baik, dan oligarki juka buruk.
Pemerintahan oleh banyak orang disebut demokrasi, dan itu berlaku untuk
penguasa yang memerintah dengan baik maupun buruk.
Jhon locke
Manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak asasi yang berupa hak hidup,
kebebasan, dan hak atas harta benda.
J.J. Rousseau
Kontrak antara pemerintah dengan yang di perintah menyebabkan tumbuhnya suatu
kolektivitas yang mempunyai keinginan umum.
Ibnu Khaldun
Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku, klan, negara,
dan sebagainya adalah rasa solidaritas.
b. Masa Auguste Comte
Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda
yaitu kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh
Auguste Comte dan oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi.
Istilah sosiologi ia tuliskan dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course
of Positive Philosophy, yang diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan
suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi
harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis bukan pada
kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia
menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori
besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Pada masa penjajahan Belanda ada beberapa karya tulis orang berkebangsaan
belanda yang mengambil masyarakat Indonesai sebagai perhatiannya seperti Snouck
Hurgronje, C. Van Vollenhoven, Ter Haar, Duyvendak dll.
Dalam karya mereka tampak unsur-unsur Sosiologi di dalamnya yang dikupas secara
ilmiah tetapi kesemuanya hanya dikupas dalam kerangka non sosiologis dan tidak sebagai
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Sosiologi pada waktu itu dianggap sebagai Ilmu
pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain Sosiologi ketika itu belum
dianggap cukup penting dan cukup dewasa untuk dipelajari dan dipergunakan sebagai ilmu
pengetahuan, terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.