Anda di halaman 1dari 3

Antropologi Dasar Artikel Pembanding Topik SUSHI: Globalization through Food Culture

Kelompok: Tanjung Yanugroho Bagus Rizki K Burhanudin Nurseto Mradiptya Nurhidayanto Andi Setyawan S 315623 315625 315739 315821 315865

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2013

Komentar Materi Makanan dan Globalisasi Berbicara tentang food and globalisation, mungkin yang akan muncul di dalam benak kita adalah katakata seperti McDonald ataupun Starbucks Coffee. Kedua produk budaya tersebut sering disebut-sebut sebagai salah satu bentuk imperialisme budaya yang berasal dari negara barat yang berkembang menjadi budaya global yang juga diadopsi oleh negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia. Globalisasi kerap kali dikatakan sebagai Amerikanisasi, seiring dengan kenyataan banyaknya barangbarang produksi Amerika yang masuk ke negara-negara di dunia. Dalam hal makanan, produk McDonald dan Starbucks Coffee adalah contoh-contoh produk hasil globalisasi yang telah dianggap sebagai local culture yang diterima oleh negara-negara yang di dunia. Walaupun orang Indonesia umumnya mengkonsumsi nasi sebagai pemenuhan kebutuhan karbohidrat, anak-anak muda terlihat mulai menjauhi makan nasi. Sebagai gantinya mereka makan roti dan keju yang lebih dikenal sebagai makanan yang dikonsumsi secara global seperti halnya donat. Tren makan roti dan keju kira masih akan berlanjut di masa-masa mendatang dengan kenyataan bahwa orang Indonesia khususnya anak muda masih terus mengadopsi pola-pola konsumsi yang berasal dari budaya barat. Hal ini menunjukkan bahwa budaya luar mulai dapat menggeser pola keseharian dan budaya konsumsi masyarakat. Budaya massa membaurkan dan mencampuradukkan segala sesuatu, menghasilkan apa yang disebut budaya homogen, dengan demikian budaya massa menghancurkan segala nilai, Karena penilaian mengimplikasikan adanya diskriminasi/pembedaan. Budaya massa teramat sangat demokratis: ia secara mutlak menolak untuk mendiskriminasikan atas, ataupun antara, apa pun maupun siapa pun. (Strinati, 2003, hlm.18) Selain itu ada hal lain yang masih terkait dalam gagasan homogenitas budaya populer, yaitu gagasan bahwa dalam kondisi posmodermsaat semua hal bercampur menjadi satupara pengguna produk budaya akan menjadi lebih sulit memilih antara ekonomi dan budaya populer. Bidang konsumsiapa yang kita beli dan apa yang menentukan apa yang kita belisemakin dipengaruhi oleh budaya populer. Konsumsi semakin terikat dengan budaya populer karena budaya populer semakin menentukan konsumsi. (Strinati, 2003, hlm.257) Sangat banyak makanan yang telah masuk ke negeri kita dan secara pelan namun pasti, telah mengubah budaya kebiasaan masyarakat. Makanan dari jauh dianggap sebagai makanan istimewa yang jarang ditemui. Hal ini juga akhirnya membawa kultur budaya dimana makanan itu berasal. Bahkan, makanan yang berasal dari luar negeri juga memunculkan kesan prestige di kalangan masyarakat. Budaya prestige juga mengubah pola makan masyarakat, kebiasaan memotret makanan menjadi hal yang tidak bisa ditinggalkan untuk memakan makanan yang khas, ataupun makanan yang menimbulkan kesan tersebut. Mungkin inilah salah satu bentuk symbol jati diri masyarakat bahwa dengan memperlihatkan makanan yang dimakan menunjukkan tingkatan status sosial. globalisasi telah secara dramatis berbeda untuk negara yang berbeda, ia mencatat bahwa masyarakat yang telah berhasil mereka globalisasi sendiri telah umumnya mendapatkan manfaat dari itu. Contohnya

Jepang merupakan salah satu negara tersebut. Terlepas dari manfaat tak terbantahkan globalisasi yang diperoleh Jepang, termasuk panggilan "sushi" banyak yang berpendapat bahwa efek di seluruh dunia globalisasi mungkin menghancurkan dan bahwa kekuatan pasar dapat menyebabkan peningkatan polarisasi negara-negara kaya dan miskin. Banyak sekali makanan yang telah mengglobalisasi budaya dari masing-masing negara. Sikap yang perlu kita lakukan adalah mendewasakan diri dalam menerima kebudayaan dari luar. Tetap menghargai serta menganggap budaya local merupakan budaya asli yang menjadi tanggung jawab kita. Persaingan globalisasi memang harus kita ikuti secara arif.

Anda mungkin juga menyukai