Anda di halaman 1dari 1

Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Demokrasi Terpimpin

Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin belum menunjukkan perkembangan
signifikan dibandingkan masa sebelumnya. Adanya konflik ideologi dalam pemerintahan sangat memengaruhi
kehidupan masyarakat pada masa ini. Kehidupan masyarakat pada masa Demokrasi Terpimpin dapat diuraikan
sebagai berikut.

1. Kehidupan Ekonomi
Pembangunan proyek-proyek mercusuar pada masa Demokrasi Terpimpin menghabiskan biaya
besar. Kebijakan tersebut berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi dan defisit anggaran. Inflasi
pada masa ini juga sangat tinggi, yaitu mencapai 400–700%. Untuk mengatasi masalah perekonomian
tersebut, pemerintah menetapkan berbagai kebijakan ekonomi berikut.
a. Membentuk Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang diketuai oleh Muh. Yamin.
b. Melakukan devaluasi mata uang rupiah.
c. Menyelenggarakan Deklarasi Ekonomi (Dekon).
d. Membentuk Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (Kotoe) dan Kesatuan Operasi (Kesop) dalam usaha
perdagangan.

2. Kehidupan Sosial
Pemerintahan pada masa Demokrasi Terpimpin dianggap gagal menyediakan kebutuhan pakaian
dan makanan bagi masyarakat. Selain itu, biaya kebutuhan hidup terus meningkat. Akan tetapi, tidak
semua masyarakat terkena dampak permasalahan ini. Kondisi tersebut disebabkan sebagian penduduk
Indonesia pada masa itu masih melakukan perdagangan barter.

3. Kehidupan Pendidikan
Peningkatan jumlah sekolah pada masa Demokrasi Liberal mengakibatkan murid-murid sekolah
lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan atas melimpah. Mereka mengharapkan dapat melanjutkan
pendidikannya ke perguruan tinggi. Menanggapi permintaan murid-murid untuk melanjutkan
pendidikannya ke perguruan tinggi, pemerintah pada masa Demokrasi Terpimpin mendirikan universitas
baru di setiap ibu kota provinsi.
Sejak 1959 di bawah koordinasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Prijono, pemerintah
menyusun suatu rencana pengajaran. Kebijakan ini disebut Sapta Usaha Tama. Kebijakan ini meliputi
penertiban aparatur dan usaha-usaha Departemen P dan K, meningkatkan kegiatan seni dan olahraga,
mengharuskan usaha halaman, mengharuskan penabungan, mewajibkan usaha koperasi, mengadakan
kelas masyarakat, serta membentuk regu kerja di tingkat SLTP/SLTA dan universitas.

4. Kehidupan Kebudayaan
Kondisi kesastraan yang semarak mengalami perubahan ketika memasuki masa Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno mulai membatasi kebebasan berkreasi dalam bidang
budaya. Kebijakan ini ditetapkan atas dasar program nation and character building sebagai upaya pencarian
jati diri bangsa. Selain itu, kepentingan politik pada masa Demokrasi Terpimpin terlalu jauh mencampuri
bidang kebudayaan, baik kesenian maupun kesastraan.
Pada masa Demokrasi Terpimpin organisasi kesenian atau kebudayaan terikat dengan pihak-pihak
politik, salah satunya Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Organisasi ini dengan tegas menyatakan diri
sebagai organisasi kebudayaan yang mendukung Partai Komunis Indonesia (PKI). Menanggapi kondisi
budaya Indonesia yang mulai condong ke arah komunis, tiga belas seniman antara lain H.B. Jassin, Wiratmo
Sukito, dan Trisno Sumardjo mengumumkan pembentukan Manifes Kebudayaan. Manifes kebudayaan
dibentuk sebagai respons atas kegiatan yang dilakukan Lekra.
Kemunculan Manifesto Kebudayaan ini memicu pertentangan di kalangan seniman. Pada masa ini
terdapat dua kubu seniman, yaitu kubu Lekra dan kubu Manifesto Kebudayaan (Manikebu). Pertentangan
antara kelompok manifes dan para budayawan komunis dengan sendirinya memanaskan suhu politik.
Pada 8 Mei 1964 aktivitas manifesto dilarang. Dengan larangan itu, lumpuhlah satu usaha mencegah
dominasi PKI di bidang kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai