Anda di halaman 1dari 27

Pengertian Praaksara atau Prasejarah

Masa Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia belum menganal
tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu zaman tidak ada tulisan.

Setelah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya zaman prasejarah setiap
bangsa berbedabeda berdasarkan perkembangan setiap bangsa tersebut serta informasi yang masuk ke
bangsa itu.

Misalnya bangsa Mesir Kuno meninggalkan zaman praaksara sekitar 4000 SM, bangsa Sumeria dan
Dravida meninggalkan zaman praaksara sekitar 3000 SM, sedangkan bangsa Indonesia meninggalkan
zaman praaksara 400 M.

Sumber utama zaman pra sejarah adalah benda berupa fosil dan artefak.

*Fosil adalah sisa makhluk hidup baik berupa binatang, tumbuhan maupun manusia yang telah membatu.

*Artefak adalah alat-alat yang dipergunakan manusia purba.

*Manusia purba adalah manusia yang hidup pada zaman pra sejarah.

Pembagian Masa Pra Aksara Berdasarkan Geologi

Geologi atau ilmu bumi yaitu ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan.

Maria Sety Tandiayuk


Berdasarkan hal ini, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman- zaman tersebut
sekaligus merupakan pembabakan prasejarah yang terdiri dari:

1. Zaman Arkeozoikum. Merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu.
Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat panas sehingga belum
terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.

2. Zaman Paleozoikum Disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang
lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat derastis di bumi, bumi
mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup pertamakali diperkirakan muncul, yaitu makluk bersel
satu dan tidak bertulang belakang seperti bakteri, serta sejenis amfibi.
3. Zaman Mesozoikum Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira 140 juta tahun
yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile besar (dinosaurus) olah karena
itu jaman ini disebut juga zaman reptile.
4. Zaman Neozoikum Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Kahidupan di
zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam.

Zaman ini di bagi menjadi beberapa:


a. Zaman Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah memeiliki berbagai
jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet.

b. Zaman Sekunder, ditandai dengan munculnya tenda-tanda kehidupan manusia purba.

Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu:


1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es di kutub utara
karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan
manusia mulai ada. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.

2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya hamo sapiens, merupakan nenek
moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.

Jenis-Jenis Manusia Purba pada Masa Pra Aksara


Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia.

Dari hasil penelitian dan penemuan fosil, oleh para ahli purbakala manusia purba banyak di temukan
di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Manusia purba pada masa lampu telah tinggal di beberapa
daerah di Pulau Jawa diantaranya di Lembah Bengawan Solo (Jawa Tengah) dan di Lembah Sungai
Brantas (Jawa Timur). Dia daerah daerah tersebut di atas banyak di temukan fosil manusia purba. Di
Indonesia terdapat beberapa jenis manusia purba diantaranya Meganthropus paleojavanicus,
Pithacanthropus erectus, dan Homo (manusia purba modern).
1. Meganthropus paleojavanicus. Meganthropus paleojavanicus artinya manusia purba yang besar dan
tertua di Jawa. Manusia purba ini memiliki ciri tubuh yang kekar, diperkirakan sebagai manusia purba
yang paling tua diantara manusia purba yang lain. Fosil manusia purba meganthropus paleojavanicus
ditemukan dan diteliti oleh Dr. G.H.R. von Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941. Pertama kali fosil
makhluk ini ditemukan di Sangiran, daerah lembah Bengawan Solo, dekat Surakarta. Dari yang dapat
dilihat ukuran fosil itu, meganthropus paleojavanicus berbadan besar dengan rahang besar, kening
menonjol, dan tulang tebal. Dari keadaan itu, maka makhluk Sangiran tersebut dinamakan
Meganthropus Paleojavanicus (mega = besar, anthropos = manusia, paleo = purba, javanicus =
manusia jawa). Meganthropus hidup sekitar 2 juta tahun sebelum masehi dan hidup dengan makan
tumbuh-tumbuhan. Makhluk tersebut termasuk jenis Homo Hobilis.
2. Pithacanthropus erectus. Pithacanthropus erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Manusia
purba ini memiliki ciri-ciri berbadan tegak, dan memiliki tinggi banadan antara 165-180 cm.
Pithacanthropus erectus merupakan manusia purba yang paling banyak di temukan di Indonesia
diantaranya di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Pertama
kali di temukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Sungai Bengawan Solo, Surakarta, tahun 1891.

Maria Sety Tandiayuk


3. Homo. Homo berarti manusia. Manusia purba jenis ini memiliki ciri yang lebih sempurna di
bandingkan dengan Meganthropus paleojavanicus dan Pithecantropus erectus. Beberapa jenis homo
yang di temukan di Indonesia antara lain.
 Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo. Ditemukan pada tahun 1931-1934, olah Ter Haar
dan Ir. Oppenorth di Ngandong, Lembah Sungai Bengawan Solo. Ciri-ciri Homo Soloensi
yaitu berjalan tegak dengan tinggi badan 180 cm, tengkoraknya lebih besar dari Pithacantropus
erectus.
 Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Ditemukan pada tahun 1889, olah Van
Reitschoten di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Ciri-ciri Homo Soloensi yaitu berjalan tegak
dengan tinggi badan 130-210 cm, tengkoraknya lebih bulat muka tidak terlalu menjorok ke
depan, dan telah memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, tulang dan kayu.
 Homo Sapiens, artinya manusia cerdas. Merupakan generasi terakhir dari manusia purba.
Homo sapiens hidup di Zaman Holosen sekitar 4000 tahun yang lalu. Memiliki ciri-ciri fisik
yang sudah hampir sama dengan manusia modern saat ini.
Jenis Manusia Purba Yang Ditemukan Di Luar Negeri

Beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di luar negeri antara lain :

1. Australoithecus Africanus
Ditemukan oLeh Raymond Dart di Tauung dekat Afsel.
2. Homo Rodhesiennsis
Ditemukan Raymon dan Robert Broom di Broken Hill Rodhesia.
3. Sinanthropus Pekinnensis
Ditemukan Davidson Black di Gua Chokoutien dekat Beijing. Hampir sama
dengan Pithecanthropus Erectus.
4. Homo Netherlanthalensis
Ditemukan Rudolf Virchow di lembah sungai Neander dekat JERMAN 1856.
5. Homo Cro-Magnin
Fosil ditemukan di Gua Cro Magnon barat daya Prancis

Periode masa Pra Aksara Berdasarkan Hasil Budaya

1. Zaman Batu
a. Zaman Batu Tua (Paleolithicum)
- Peralatannya terbuat dari batu yang masih kasar
- Alat yang digunakan terbuat dari tulang dan alat serpih
- Manusianya Pithecanthropus Erectus masih hidup secara nomaden
- Hidup dengan berburu dan meramu.
- Kebudayaan Pacitan dan Ngandong
Pacitan = menurut Von Koenigswald pada th. 1935 menemukan alat-alat
batu berupa kapak genggam. Alat Pacitan disebut dengan chopper (alat penetak)
Ngandong = alat yang terbuat dari tulang atau tanduk binatang
b. Zaman Batu Madya (Mesolithicum)
- Peralatan dibuat dari batu yang mulai dihaluskan
- Alatnya berupa kapak Sumatera
- Bertempat tinggal di gua semi nomaden
- Sudah mengenal seni = lukisan hewan dan cap tangan berwarna merah)
- Sudah mengenal kepercayaan
- Sudah mengenal bercocok tanam dan berladang
- Hasil budaya berupa Kjokkenmodinger (tumpukan kerang) dan Abrissous roche (cap tangan)
c. Zaman Batu Muda (Neolithicum)
- Peralatan dibuat dari batu yang sudah di haluskan
- Alat yang digunakan kapak lonjong dan persegi
- Manusianya jenis Homo dan hidup sudah menetap dan berkelompok
- Mengenal bercocok tanam, bersawah, dan berladang.
- Menganut kepercayaan animisme dan dinamisme
Maria Sety Tandiayuk
- Hasil budaya berupa kapak lonjong dan persegi.

d. Zaman Batu Besar (Megalithicum)


- Batu yang digunakan berukuran besar
- Peninggalannya berdasarkan kepercayaan yaitu:
Menhir : kaki meja
Dolmen : meja dari batu
Waruga : peti kubur kubus (bongkar pasang)
Sarkofagus : peti kubur lesung
Punden Berundak : untuk melakukan upacara
Arca
2. Zaman Logam
a. Zaman Perunggu
Teknik pembuatan barang-barang dari perunggu ada 2 yaitu:
Teknik a cire perdue = teknik cetak hilang
Teknik bivalve = teknik cetak ulang
Adapun barang peninggalannya yaitu:
Nekara
Moko
Kapak corong
Arca
b. Zaman Besi
Peninggalannya berupa
Mata panah
Mata tombak

Periodesasi Masa Pra-Aksara Berdasar Corak Kehidupan


1. Mas Berburu Mengumpulkan Makanan tingkat sederhana
a. Kegiatan pokok berburu dan mengumpulkan makanan
b. Alat yang digunakan batu, kayu,dan tulang. Seperti kapak perimbas untuk menguliti kulit binatang
c. Masih terganntung alam sekitar biasanya tinggal di tepi sungai dan masih nomaden
d. Manusianya Pithecanthropus
e. Pada masa Paleolithicum
2. Masa Berburu Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut
a. Alat yang digunakan memasuki tradisi serpih biah alat-alatnya yaitu alat dari tulang dan kapak
genggam
b. Manusianya Pithecanthropus hidup dengan nomaden secara berkelompok
c. Biasa hidup di gua
d. Termasuk dalam masa Mesolithicum

3. Masa Bercocok Tanam


a. Sudah membentuk perkampungan kecil
b. Manusianya berjenis Homo soloensis dan wajakensis sudah mengenal berladang tetapi tidak menetap
c. Alat-alatnya berasal dari batu yang sudah di haluskan dan sudah mengenal gerabah, seperti kapak
lonjong untuk mencangkul dan beliung persegi untuk mencangkul dan menebang kayu
d. Mengenal sistem kepercayaan
e. Termasuk masa Neolithicum
4. Masa Perundagian / Masa Pertukangan
a. Menyempurnakan pertanian dan peternakan dari masa bercocok tanam
b. Membuat perkampungan yang lebih besar dan sudah menetap (sedenter)
c. Manusianya berjenis Homo Sapiensis yang
d. Alat-alatnya dari logam seperti Moko
e. Solidaritasnya tinggi yang merupakan warisan nenek moyang.
Sistem Kepercayaan Manusia Purba

Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai mengenal
kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya
manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa
prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.
Maria Sety Tandiayuk
a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.

b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba
melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.

c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan
upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan dari batu yang dipahat
dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).

Berakhirnya Masa Praaksara di Indonesia


Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan. Mengapa demikian? Hal ini
berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan. Bangsa
Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria
menggunakan simbol-simbol sebagai huruf yang disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa
Mesir Kuno mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama
dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno
menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu. Huruf
ini disebut hieroglif.

Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi. Para pedagang India
datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan,
sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan. Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu
Yupa, Kutai, Kalimantan Timur. Tulisan tersebut menggunakan huruf Pallawa.

Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia,
sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama
Hindu-Buddha mulai berkembang. Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.

Maria Sety Tandiayuk


Peninggalan Zaman Praaksara lengkap
dengan Gambar dan Pembagian Tiga
Zaman
Peninggalan Zaman Praaksara – Selamat datang di tim Hidup Simpel kali ini kita
akan membahas peninggalan zaman praaksara. Benda-benda peninggalan zaman
praaksara sebagai hasil budaya manusia purba sudah terkubur selama puluhan
ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Dengan kita melihat benda-benda peninggalan zaman praaksara tersebut, kita bisa
berfikir bahwa manusia selalu belajar dari pengalaman yang dialaminya sehari-hari
sebagai guru yang terbaik. Dari pengalaman tersebut mereka menghasilkan alat
yang lebih baik dari alat yang dibuat sebelumnya guna menunjang kegiatan pokok
sehari-hari, seperti mencari dan mengolah makanan serta untuk mempertahankan
hidup.

Faktor daya pikir usaha kerja keras serta pengalaman berpengaruh terhadap
terciptanya kebudayaan dan peradaban yang lebih baik. Berikut hasil-hasil budaya
manusia sebelum masa aksara atau praaksara.

Studi tentang Peninggalan Zaman Praaksara


Tidak diketahui dengan pasti Siapakah pemilik benda-benda itu, dengan cara apa
benda-benda itu dibuat, serta untuk kepentingan apa benda-benda itu diciptakan.
oleh karena itu diperlukan ilmu bantu antara lain geologi arkeologi dan antropologi
budaya.

Geologi diperlukan untuk mengetahui usia usia benda ukur yang terkubur
berdasarkan lapisan bumi. Arkeologi diperlukan untuk mengetahui peninggalan-
peninggalan purbakala atau zaman ketika orang belum mengenal tulisan. Adapun
antropologi budaya diperlukan untuk mengetahui kebudayaan manusia dari
peninggalannya.

Peninggalan Zaman Praaksara


Zaman aksara dibagi menjadi 3 yaitu zaman paleothikum, neolithikum dan
megalithikum. Kita akan bahas kedua-duanya. berikut informasinya.

Peninggalan Zaman paleolithikum


Pertama kita akan membahas peninggalan zaman praaksara tepatnya zaman
paleolithikum, berikut informasinya.

Maria Sety Tandiayuk


1. Kapak genggam

wacana.co

Pada tahun 1935, Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah alat di
Punung Kabupaten Pacitan. Alat-alat tersebut berupa kapak genggam yang terbuat
dari batu dan Lempung. Bentuk fisiknya masih kasar. Alat-alat yang ditemukan di
Pacitan tersebut disebut chopper atau alat penetak.

Baca Juga 51+ Motif Batik Modern Nusantara | Gambar, Desain, Sederhana

alat-alat yang ditemukan di Pacitan kemudian disebut kebudayaan Pacitan. Dari hasil
penelitian kebudayaan Pacitan dibuat dan digunakan oleh jenis manusia
Pithecanthropus. Selain di Pacitan chopper juga ditemukan di Parigi dan Gombong
(Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan). Alat ini juga
ditemukan di luar wilayah Indonesia yaitu di gua choukoutien peking.

2. Kapak Sumatera

agyo92.blospot.com

Maria Sety Tandiayuk


Kapak sumatralith atau pebble adalah sejenis kapak genggam yang terbuat dari batu
kali yang dipecah atau dibelah. Sisi luarnya yang sudah halus tidak diapa-apakan
Sedangkan Sisi dalamnya (tempat belah) dikerjakan lebih lanjut sesuai dengan
keperluannya. Kapak ini ditemukan di kjokkenmoddinger di sepanjang Pantai
Sumatra Timur Laut di antara Langsa (Aceh) dan Medan (Sumatera Utara).

3. Kapak pendek

mhanafin.blogspot.com

Kapak pendek adalah sejenis kapak genggam yang bentuknya kira-kira setengah
lingkaran dan dibuat dengan mukuli dan memecahkan batu tanpa diasah. Tajamnya
terdapat pada sisi lengkung dan tidak diketahui secara pasti Apa kegunaan dari alat
ini. Kapak ini ditemukan di kjokkenmoddinger di sepanjang Sumatera Timur laut, di
antara Langsa (Aceh) dan Medan (Sumatera Utara).

4. Pipisan

hoteldigarut.net

Pipisan adalah batu-batu Penggiling beserta landasannya. Pipisan ini digunakan


tidak hanya untuk menggiling makanan, tetapi juga untuk menghaluskan cat merah
seperti yang terlihat dari bekas-bekasnya. Aktivitas ini di perkirakan berkaitan dengan

Maria Sety Tandiayuk


upacara ritual dan kepercayaan. Alat ini ditemukan di kjokkenmoddinger di sepanjang
Sumatera Timur laut, di antara Langsa (Aceh) dan Medan (Sumatera Utara).

Peninggalan Sejarah Zaman Neolithikum


Setelah kita membahas peninggalan zaman praaksara paleoithikum, saatny kita
membahas peninggalan sejarah neolithikum

1. Kapak persegi

wacana.co

Nama kapak persegi berasal dari von Heine Geldern berdasarkan penampang dari
alat-alatnya yang berupa persegi panjang atau berbentuk trapesium. Alat ini
bentuknya memanjang dengan penampang Alang berbentuk persegi dan bagian
pangkalnya tidak biasa sebagai tempat ikatan tangkai.

Baca Juga Sejarah Dunia Yang Disembunyikan, Konspirasi di Balik Dunia

Selain berfungsi sebagai kapak kapak persegi juga digunakan untuk keperluan lain
bergantung pada ukuran dan bentuknya.

Untuk kapak persegi yang berukuran kecil digunakan untuk memotong kayu
sedangkan kapak persegi yang berukuran lebih besar berbentuk beliung atau Pacul
biasanya digunakan sebagai alat cangkul. Kapak persegi ini dibuat dari bahan batu
api dan batu chalcedon.

Berdasarkan penelitian kapak kapak persegi tersebut berasal dari Asia dan
menyebar ke wilayah Indonesia melalui jalan Barat.

2. Kapak bahu
kapak bahwa adalah sejenis kapak persegi yang pada tangkainya diberi leher
sehingga menyerupai bentuk botol persegi. Pada umumnya di wilayah Indonesia
Maria Sety Tandiayuk
kapak bahu tidak dikenal, hanya di daerah Minahasa Sulawesi Utara kapak ini
ditemukan.

3. Kapak lonjong

wacana.co

Nama kapak lonjong didasarkan pada penampang Alangnya yang berbentuk lonjong
dengan ujung pangkal runcing dan melebar. Bahan yang digunakan dalam
pembuatan kapak lonjong adalah batu kali yang berwarna kehitaman. Kapak kapak
lonjong tersebut memiliki berbagai ukuran dari yang besar sampai yang kecil.

Daerah pusat kapak lonjong adalah Papua selain itu juga ditemukan di siram gorong
Tanimbar Leti Minahasa dan Serawak. Menurut penelitian kapak kapak lonjong
tersebut berasal dari Asia dan menyebar ke wilayah Indonesia melalui jalan Timur.

4. Perhiasan

wacana.co

Maria Sety Tandiayuk


Ternyata masyarakat praaksara sudah terlebih dahulu mengenal perhiasan
diantaranya berupa gelang kalung dan anting-anting. Perhiasan ini pada umumnya
ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah dan bahan yang biasa digunakan adalah
batu-batu indah seperti agat, chalcedon dan jaspis.

5. Pakaian

kerajinan.id

Masyarakat pra aksara juga mengenal pakaian. Hal ini dibuktikan berdasarkan
penemuan alat pemukul kayu yang biasanya digunakan untuk membuat pakaian dari
kulit kayu di Kalimantan dan Sulawesi Selatan. Selain membuat pakaian dari kulit
kayu baik juga sudah pandai menenun tekstil nya agak halus. Namun
peninggalannya tidak bisa diketahui karena tidak tahan lama. Satu-satunya petunjuk
tentang hal tersebut bisa didapat dari adanya hiasan tenunan yang terdapat pada
periuk belanga dari peninggalan zaman praaksara tersebut.

Peninggalan Zaman Megalithikum


Selanjutnya kita akan membahas peninggalan zaman praaksara tepatnya zaman
megalithikum.

1. Sarkofagus

younameithistory.blogspot.com

Sarkofagus atau keranda adalah peti bangunan megalith berupa peti mati tempat
menyimpan mayat. Bentuknya seperti Palung atau resume yang terbuat dari batu
Maria Sety Tandiayuk
utuh dan diberi penutup. salah satu tempat penemuan sarkofagus adalah di Bali,
bisa juga di temukan di Bondowoso Jawa Timur . Isinya tulang-belulang manusia
barang-barang perunggu dan besi serta manik-manik.

2. Menhir

hotelroomsearch.net

Menhir adalah tiang atau tugu terbuat dari batu yang didirikan sebagai tanda
peringatan dengan melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda
pujaan. Menhir banyak ditemukan di dataran tinggi pasemah yaitu pegunungan
antara wilayah Palembang dan Bengkulu, Ngada (Flores), Gunung Kidul,
Rembang(Jawa Tengah), Sungai Talang Koto dan daerah lainnya.

3. Dolmen

wikimedia.org

Dolmen adalah meja batu berkakikan menhir tempat sesajen dan pemujaan kepada
nenek moyang yang berfungsi sebagai penutup sarkofagus atau keranda. Dolmen
banyak ditemukan di daerah Besuki Jawa Timur. Di daerah tersebut biasanya
dinamai pandhusa.

Maria Sety Tandiayuk


4. Kubur batu

onewebid.blogspot.co.id

Kubur batu adalah peti mati yang terbuat dari batu. Keempat Sisinya berdindingkan
papan-papan batu begitu pula alas dan bidang atasnya dari papan batu. Peninggalan
megalitik ini banyak ditemukan di daerah pasemah Wonosari Cepu dan Cirebon.

Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat. Bangunan ini terbuat
dari batu besar yang utuh. Waruga banyak ditemukan di daerah sulawesi utara dan
tengah.

5. Arca atau patung

lucedelsoleg.blogspot.com

Arca atau patung adalah bangunan peninggalan zaman praaksara yang terbuat dari
batu berbentuk binatang atau manusia yang melambangkan nenek moyang dan
menjadi pujaan. Peninggalan megalitik ini banyak ditemukan di dataran tinggi
pasemah Lembah bada Sulawesi Tengah.

Maria Sety Tandiayuk


7. Punden berundak

materi-sekolah.com

Punden berundak adalah bangunan megalith berupa susunan batu bertingkat


sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang. Peninggalan megalitik ini antara
lain ditemukan di Lebak sibedug, Banten Selatan, Leles (Garut) dan Kuningan.
Dalam perkembangan selanjutnya punden berundak merupakan dasar bagi
pembuatan candi Keraton atau bangunan keagamaan lainnya.

@@@ Maria Sety Tandiayuk @@@

Maria Sety Tandiayuk


T U G A S

Mata Pelajaran : IPS

Nama : Maria Sety Tandiayuk

Kelas : VII A

SMP KATOLIK BIAK

Maria Sety Tandiayuk


Pemanasan global

Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu rata-rata dari
1940 sampai 1980.

Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-
rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama
seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas
manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30
badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan
tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah
kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian
besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut
diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah
kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan
jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan
yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi
perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-
konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani
dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Daftar isi

 1Penyebab pemanasan global


o 1.1Efek rumah kaca
o 1.2Efek umpan balik
o 1.3Variasi Matahari
 2Mengukur pemanasan global
 3Model iklim
 4Dampak pemanasan global
o 4.1Iklim mulai tidak stabil
o 4.2Peningkatan permukaan laut
o 4.3Suhu global cenderung meningkat
o 4.4Gangguan ekologis
o 4.5Dampak sosial dan politik
Maria Sety Tandiayuk
 5Perdebatan tentang pemanasan global
 6Pengendalian pemanasan global
o 6.1Menghilangkan karbon
o 6.2Persetujuan internasional
 7Lihat pula
 8Referensi
 9Pranala luar

Penyebab pemanasan global


Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut
berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi,
ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra
merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap
di atmosfer Bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya,
planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya
telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -
18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas
tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih
banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,
pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan
oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di
udara, kelembapan relatifudara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi
menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia
yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari
bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada
beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit
direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan
jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model
yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan
berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCCke
empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh
es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang
terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan
terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan
menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang
berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah
mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan
melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]

Variasi Matahari

Maria Sety Tandiayuk


Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.

Artikel utama: Variasi Matahari

Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa variasi dari matahari, dengan kemungkinan diperkuat
oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.[6] Perbedaan
antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya
aktivitas matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak
tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas matahari menjadi kontributor utama pemanasan
saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi
penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan
dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-
industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan
bahwa matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global
selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan
berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh matahari; mereka
juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah
dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan
meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh matahari sekalipun, sebagian besar
pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa
mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari matahari pada seribu
tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat
"keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap
pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak
ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985, baik melalui
variasi dari output matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[14]

Mengukur pemanasan global

Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa

Maria Sety Tandiayuk


Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah
komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun
1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical
Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan
menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak
mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi
yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang
menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak
memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak
dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan
dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang
disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang
tepercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang
lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih
akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi.
Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun
terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998
menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate
Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat
Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas
manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCCmemprediksi peningkatan suhu rata-
rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi
sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah
dilepaskan sebelumnya. Karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau
lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. [15]
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan
masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun
sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia
akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.

Model iklim

Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES A2, yang
mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.

Artikel utama: Model iklim global

Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan
prinsip-prinsip dasar dinamika fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa
penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan
bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat.[16] Walaupun digunakan
asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa depan, sensitivitas
iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan
pemodelan iklim, IPCCmemperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-

Maria Sety Tandiayuk


penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati
dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil
pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim.[17] Model-
model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945
disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa
pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan berdasarkan
skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari laporan Khusus terhadap skenario emisi (Special
Report on Emissions Scenarios/SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan
menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif,
walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara
penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik
positif.[18][19][20]
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-
model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah
ini.[21] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim
mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.

Dampak pemanasan global


Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk
mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwantelah membuat beberapa
prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air
laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Iklim mulai tidak stabil
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi
utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-
gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan
Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin
sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu
pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah yang hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para
ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan
pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca,
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang
lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya
Matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus
air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk
setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen
dalam seratus tahun terakhir ini[22]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat
menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca
menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.

Peningkatan permukaan laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya
akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es
di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di
seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para
ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inci) pada abad ke-21.

Maria Sety Tandiayuk


Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm
(40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan
banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika
tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-
negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,
sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm
(20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru
juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka
laut ini akan menutupi sebagian besar dari Everglades, Florida.
Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari
sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian selatan Kanada, sebagai
contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat
tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat
menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena
sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk
bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi
ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan
musnah.
Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan
gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malagizi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan
peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utaradapat menyebabkan penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran)
dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk
ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malagizi, defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (waterborne
diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya
kejadian demam berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang
biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq aedes
aegypti), virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya
adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara
alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga
akan berdampak perubahan iklim (climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan
kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim
hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi
pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi
gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran
pernapasan seperti asma, alergi, coccidioidomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

Perdebatan tentang pemanasan global


Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat
masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang
telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan
pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi
manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan
suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di
beberapa daerah.
Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang
masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi
pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20;
bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total
pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer,

Maria Sety Tandiayuk


lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya
pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang
menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal
sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan
berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang
menyebabkan udara menjadi lebih bersih.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan
penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak
memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric
Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para
pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan
adanya kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius
(0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup
berarti.[22]
Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan
di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfertersebut
benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan
Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas
masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi,
pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.

Pengendalian pemanasan global


Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah
yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan
global pada masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil
melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim pada masa depan.
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan
dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu
populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat,
dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya,
mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara
perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama,
mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen
karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua,
mengurangi produksi gas rumah kaca.
Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara
pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis,
dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai
level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena
tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian
atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan
kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke
permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di
bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di
salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke
permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat
kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.
Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada
saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada
pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber
energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah
mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida
lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun
demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon
dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya
yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Persetujuan internasional
Artikel utama: Protokol Kyoto

Maria Sety Tandiayuk


Kerja sama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada
tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brasil, 150 negara berikrar untuk menghadapi
masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang
mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang
dikenal dengan Protokol Kyoto.
Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang
memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi
mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling
lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikatmengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang
lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa,
yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122
negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam
pengurangan emisi gas.
Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W.
Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya
yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak
dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Protokol Kyoto tidak berpengaruh
apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah
kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun
2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya
perjanjian ini mulai 16 Februari2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera,
ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu
tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang
dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035.
Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika
Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan
lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa
biaya ekonomiyang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 miliar dollar
AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa
biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 miliar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan
dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang
lebih efisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun
berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit
dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah
berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi
produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk
menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan penalti yang wajib
diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang
sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil
keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini
disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya,
seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih
rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun
1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena
kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada
dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada
di Uni Eropa.

Maria Sety Tandiayuk


Masterplan SKPT Biak Numfor
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Kelautan dan Perikanan c.q Direktorat
Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Direktorat Perencanaan Ruang Laut berkepentingan untuk
mengembangkan potensi kelautan dan perikanan melalui kegiatan Penyusunan Masterplan dan
Bisnisplan SKPT di Pulau Biak, Kabupaten Biak Numfor. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
(SKPT) adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan
sistem manajemen kawasan yang berprinsip pada integrasi, efisiensi, kualitas dan akselerasi tinggi.
SKPT didefinisikan sebagai pusat bisnis kelautan dan perikanan terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir
berbasis kawasan. Tujuan SKPT adalah membangun dan mengintregasikan proses bisnis kelautan dan
perikanan melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di pulau-pulau kecil
dan/atau kawasan perbatasan secara berkelanjutan.
Sumberdaya kelautan dan perikanan Kabupaten Biak Numfor memiliki potensi yang cukup besar yang
meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan dan pariwisata. Potensi
tersebut ditandai dengan banyaknya pulau-pulau kecil, indahnya panorama alam, letaknya yang
strategis dan cukup memadainya infrastruktur yang ada. Berdasarkan hal tersebut, sangat tepat jika
Kabupaten Biak Numfor dikembangkan menjadi kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu
(SKPT).
Potensi lestari (MSY) perikanan tangkap di WPP 717 sebesar 603.688 ton/tahun dengan tingkat
pemanfaatan saat ini mencapai 336.618 ton/tahun (55,76%) (Tahun 2015). Jenis armada penangkapan
ikan (kapal/perahu) yang digunakan nelayan terdiri atas perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan
kapal motor. Jenis alat tangkap yang digunakan terdiri atas pancing, jaring insang (gillnet) dan alat
tangkap lainnya.
Kegiatan budidaya yang dilakukan oleh masyarakat terdiri atas budidaya laut dan budidaya air tawar
(kolam). Untuk budidaya laut terdiri atas budidaya rumput laut, budidaya karamba jaring tancap dan
karamba jaring apung. Untuk budidaya air tawar terdiri atas budidaya ikan di kolam. Jenis komoditi
budidaya laut adalah rumput laut, ikan kerapu, ikan baronang, kepiting, teripang dan kekerangan. Jenis
komoditi budidaya air tawar adalah ikan mas dan ikan nila.
Jenis pengolahan ikan pada umumnya masih tradisional dan berskala rumahtangga. Jenis pengolahan
antara lain terdiri atas pengolahan ikan asap (asar), ikan asin dan abon ikan. Bahan baku untuk
pembuatan ikan asap dan abon ikan adalah ikan cakalang/tuna, sedangkan bahan baku untuk
pembuatan ikan asin adalah ikan julung-julung dan batu-batu.
Kabupaten Biak Numfor memiliki potensi ekosistem pesisir yang terdiri atas terumbu karang (9.711,88
Ha), padang lamun (2.048,66 Ha) dan hutan mangrove (7.236,23 Ha). Kabupaten ini juga memiliki
potensi pariwisata dengan obyek dan daya tarik wisata terdiri atas wisata bahari, wisata sejarah, wisata
budaya.
Komoditi unggulan perikanan tangkap terdiri atas ikan tuna, ikan cakalang, ikan kembung, ikan kerapu,
ikan kakap, udang, dan lobster. Rumput laut, ikan kerapu, ikan baronang, kepiting, teripang dan
kekerangan merupakan komiditi unggulan perikanan budidaya. Wilayah pemasaran hasil perikanan
umumnya masih terbatas di wilayah nusantara, yakni ke Makassar, Denpasar, Surabaya dan Jakarta.
Perlu upaya untuk pengembangan pasar ekspor langsung via udara ke negara tujuan, yakni ke
Australia, Hongkong, Cina, Singapura, Taiwan dan Jepang dengan mewujudkan penerapan Sistem
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Selain itu perlu membangun kerjasama dengan
mitra eksportir tuna segar (loin tuna), tuna/ikan beku, dan ikan hidup (kerapu).Pengembangan
perikanan budidaya dilakukan di Distrik Biak Barat, Biak Utara, Numfor Barat, Numfor Timur, Orkeri,
Poiru, Swandiwe dan Distrik Yendidori. Potensi pengembangan terdiri atas budidaya kerang/teripang
(616,563 Ha), budidaya ikan dalam karamba jaring apung (919,390 Ha), budidaya rumput laut (678,431
Ha) dan budidaya tiram mutiara (167,024 Ha).
Pengembangan pengolahan hasil perikanan diarahkan di pusat-pusat SSWP, yaitu Distrik Biak Kota,
Yendidori, Andei, Pasi, dan Orkeri yang memiliki sentra komoditas perikanan. Selain itu,
pengembangan kawasan pelelangan ikan terdapat di Bosnik, Distrik Biak Timur; dan pelabuhan ekspor-
impor untuk komoditas perikanan melayani skala kabupaten dan regional (KAPET BIAK).
Pengembangan pariwisata bahari diarahkan ke: (1) Wilayah Pengembangan Utara (Distrik Biak Utara,
Warsa); (2) Wilayah Pengembangan Timur (Distrik Biak Kota, Biak Timur); (3) Wilayah Pengembangan
Selatan (Distrik Yendidori); (4) Wilayah Pengembangan Numfor (Numfor Timur, Numfor Barat); dan (5)
Wilayah Pengembangan Padaido.
Kawasan PPI Fandoi di Distrik Biak Kota sangat cocok untuk dijadikan sebagai pusat dari kegiatan
SKPT dan menjadi lokasi pembangunan Gudang Beku Terintegrasi (ICS). Hal ini diperkuat oleh realitas
bahwa Kawasan PPI Fandoi memiliki akses jalan, dukungan listrik yang cukup serta dukungan air
bersih melalui PDAM, memiliki Berita Acara Pelepasan Hak Atas Tanah serta adanya dukungan dan
komitmen dari Pemerintah Daerah melalui Surat Penetapan Lokasi Pembangunan Gudang Beku
Terintegrasi oleh Bupati Biak Numfor nomor 523.4/54.a tanggal 21 Juni 2016.
Berdasarkan aspek ekonomi, aktivitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat menguntungkan dan
layak untuk diusahakan/dikembangkan karena berdasarkan hasil analisis yang dilakukan: (1) analisis
usaha nilai R/C lebih besar dari 1, dan (2) analisis kelayakan usaha nilai NPVnya positif, nilai IRRnya
lebih dari tingkat suku bunga yang berlaku (lebih dari 18 %) dan nilai B/Cnya lebih besar dari 1.
Indikasi program untuk pembangunan SKPT di Kabupaten Biak Numfor terdiri atas:

Maria Sety Tandiayuk


 Klaster produksi perikanan tangkap: Pengadaan Kapal 5 GT dan 10 GT dan Alat Tangkap sebanyak
25 unit, Revitalisasi Pusat Pendaratan Ikan (PPI), Penyediaan Dermaga Apung, Pengadaan Kapal 10
GT dan 20 GT dan Alat Tangkap 25 unit, Revitalisasi Dermaga (Yang dibangun KPDT)
 Klaster Budidaya: Revitalisasi BBI, Pengadaan benih, pakan dan obat-obatan untuk budidaya KJA,
Pembangunan Penampungan Ikan Hidup, Pengembangan budidaya rumput laut
 Klaster Penyediaan Industri Pengolahan; Pembangunan ICS 200 ton, Penyediaan Ice Flake,
pengadaan sarana rantai dingin (cool box, kendaraan berpendingin), pembangunan miniplant tuna
loin, penyediaan Ice Flake
 Klaster Penyediaan Infrastruktur dasar; Instalasi Listrik, sarana Air Bersih, jalan, jaringan
telekomunikasi
 Klaster Peningkatan Kualitas SDM Perikanan meliputi; Pelatihan, penyuluhan, dan pemberdayaan
masyarakat kelautan dan perikanan
 Klaster Pendampingan Keberlanjutan Usaha meliputi; Fasilitasi akses permodalan usaha bidang
kelautan dan perikanan dengan lembaga pembiayaan Bank dan Non Bank, fasilitasi penguatan
kelembagaan usaha, fasilitasi perluasan akses pasar
 Klaster Peningkatan Investasi sektor Kelautan dan Perikanan; Mempromosikan potensi dan peluang
investasi Kabupaten Biak, menyiapkan kebijakan kemudahan investasi sektor KP khusus Kabupaten
Biak
 Klaster Penguatan sarana pendukung bisnis perikanan; Pembangunan dan pengembangan sistem
perkarantinaan ikan, pengendalian mutu, keamanan hasil perikanan, dan keamanan hayati ikan,
Pembangunan sarana dan prasarana pengawasan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan.
 Penelitian dan pengembangan: pembangunan Technopark, Pembangunan Biak Fisheries Industrial
Esteate, Review Regulasi dan Penyusunan Kebijakan yang mempermudah investasi, Promosi
potensi dan peluang investasi Kabupaten Biak, Penyusunan rencana Ekspor Gateway dari Biak ke
negara potensial untuk produk perikanan.

MENUMPUKNYA SAMPAH DI PINGGIR PANTAI

Maria Sety Tandiayuk


MENUMPUKNYA SAMPAH DILAUT

IKAN-IKAN DILAUT MATI KARENA MEMAKAN SAMPAH PLASTIK

IKAN-IKAN MATI KARNA MINYAK

Maria Sety Tandiayuk


Maria Sety Tandiayuk

Anda mungkin juga menyukai