Anda di halaman 1dari 9

NASKAH DRAMA

Narator : Selamat siang penonton,

Izinkan saya memperkenalkan diri.

Saya Icel sebagai narator dalam drama ini.

Saya akan memperkenalkan tokoh-tokoh dan pemeran dari drama


“JATUHNYA KERAJAAN BANTEN KE TANGAN VOC PADA MASA
KESULTANAN SULTAN AGENG TIRTAYASA”.

1. Sultan Ageng Tirtayasa diperankan oleh PANDU


2. Sultan Haji diperankan oleh FRANDY
3. Pangeran Arya Purbaya diperankan oleh CHRISTIAN
4. Sesepuh diperankan oleh FIRAAS
5. W. Ceaff diperankan oleh AGIARA
6. Wilma diperankan oleh XENA
7. Istri Sultan Ageng Tirtayasa diperankan oleh ELIZ
8. Pengawal 1 diperankan oleh GALANG
9. Pengawal 2 diperankan oleh RAFI
10.Tentara VOC 1 diperankan oleh IO
11.Tentara VOC 2 diperankan oleh DAYYAN
12.Nelayan 1 diperankan oleh REZVAN
13.Nelayan 2 diperankan oleh KEANU

Selamat menyaksikan!
Babak 1

Di sebuah wilayah di ujung Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Banten sekitar tahun 1526
berdirilah sebuah kerajaaan islam. Sultan pertama dari Kerajaan Banten adalah Syarief
Hidayatullah, adik dari Sunan Gunung Jati. Sampai generasi kelima, kerajaan Banten berjalan
dengan lancar dan terus berkembang. Kesedihan pun tidak dapat dihindarkan ketika Sultan
kelima tiada. Namun setelah kesedihan atas kehilangan seorang pemimpin di Kerajaan Banten,
hadirlah tokoh baru yang dijadikan panutan bagi penduduk Kerajaan Banten, ialah Sultan Ageng
Tirtayasa. Puncak kejayaan pun bisa tercapai, tapi siapa yang bisa menyangka bahwa kejayaan
itu akan hilang? Awal kisah saat acara penyerahan kekuasaan dari sultan kelima kepada Sultan
Ageng tirtayasa berlangsung pada sore hari. Penobatan pengangkatan sultan Ageng Tirtayasa
berlangsung meriah namun khidmat. Sesepuh menyerahkan jabatan kepada sultan.

Sesepuh : ” Aku serahkan jabatan ini kepadamu, semoga engkau dapat menjalankan tugas
sebagai mana mestinya.

(Prolog)
Ucapan sultan adalah janji dan perbuatan sultan adalah tindakan yang akan ditiru oleh orang
banyak, tindakan dan pilihan sultan akan menentukan nasib orang banyak maka berlakulah
bijaksana dan adil.

Sesepuh : “Aku percaya kau dapat melakukan nya Pangeran Dipati.”

Sultan Ageng : “ Terimakasih, Insyaallah aku dapat melakukan semuanya dengan baik dan
benar, aku juga masih membutuhkan bimbingan dari para tetua dan sesepuh aku memohon
bantuannya.”

(Penonton bertepuk tangan)

Sultan Haji : ” Selamat Ayahanda atas penobatanmu sebagai Sultan Kerajaan Banten.
Sultan Ageng : “ Terima kasih anakku.”
Babak 2
Sudah berbulan - bulan sejak hari penobatan itu Sultan Ageng melakukan tugas - tugas
nya, seperti membuat irigasi, memperhatikan kesejahteraan rakyat, menemukan solusi untuk
mengatasi permasalahan sosial, dan tugas lainnya dengan baik. Kerajaan Banten pun
berkembang pesat karena kelihaian Sultan Ageng dalam mengelola kerajaanya dan oleh sebab itu
Belanda mulai datang dan memata - matai keluarga Sultan dan lingkungan kerajaannya.

W. Caeff : “Wilma, benar sekali apa yang di katakan oleh jendral. Banten sanagat strategis,
tanah nya yang subur akan sangat menguntungkan kita. Pihak VOC harus segera menguasainya.”
Wilma : “ Tapi, kita harus memikirkan bagaimana cara menguasai Banten. Kita tidak
mungkin langsung menyerang Istana dan Sultan. Kesultanan Banten memiliki angkatan perang
yang tangguh, dan sultan yang bijak dalam mengambil keputusan.”
W. Caeff : “ Kita akan terus memata – matai keluarga sultan. Kemudian kita bisa
menghancurkannya.”

Beberapa minggu kemudian, segerombolan nelayan datang ke Istana Sultan untuk


melaporkan apa yang telah mereka alami.

Sultan Ageng : “ Ada apa wahai rakyatku?”

Nelayan 1 : “ Maaf baginda, tadi pagi prajurit VOC datang.”


Nelayan 2 : “Mereka menghancurkan kapal-kapal kami”

Sultan Ageng : “VOC? Berani - berani nya mereka!


Sesepuh, kirim 100 prajurit kesana dan balas hancurkan kapal dagang mereka. Usir mereka dari
Banten, dan pastikan rakyat tidak celaka!”
Sesepuh : “ Baik Sultan!”
Babak 3
Pengusiran Belanda dilakukan oleh tentara-tentara yang Sultan Ageng kirimkan di
dermaga-dermaga kerajaan Banten. Pasukan yang Sultan Ageng kirimkan berhasil mengusir
kapal-kapal dangan VOC. Beberapa tahun kemudian di ruang kerjanya, Sultan Ageng tampak
sedang memikirkan sesuatu dan kemudian ia memanggil putra-putranya.

(Di dalam ruang kerja Sultan Ageng)


Sultan Ageng : “Pengawal …. !”
Pengawal 1 & 2 : “Iya Baginda?”
Sultan Ageng : “Tolong panggilkan Sultan Haji dan Pangeran Arya!”
Pengawal 1 & 2 : “Baik Baginda.”

(Pengawal 1 & 2 pun pergi menemui Sultan Haji dan Pangeran Arya)

Pengawal 1 : “Sultan Haji dan Pangeran Arya diminta untuk menghadap Baginda.”
Sultan Haji & Pangeran Arya : “Baiklah”

(Sultan Haji & Pangeran Arya pergi menemui Sultan Ageng)

Sultan Ageng : “ Duduklah. Karena kalian sudah cukup dewasa, aku ingin kalian membantuku
dalam menjalankan pemerintahan dan menjalankan tugas, kau Sultan Haji selaku Putra Mahkota
maka aku memberi kau tugas untuk menjaga kesejahteraan rakyat Banten.”
Sultan Haji : “ Tapi, Ayah..”
Sultan Ageng : “ Ayah yakin kamu pasti bisa.”
Sultan Haji : “Baiklah .. Terimakasih ayah, aku akan berusaha sebaik mungkin”
Sultan Ageng : “ Dan kau Arya Purbaya, aku ingin kau menjaga kedamaian rakyat Banten dan
mengambil alih keamanan di kerajaan Banten ini.”
Arya Purbaya : “ Baik Ayah”
Malam pun tiba, saat makan malam keluarga, Sultan menanyakan kegiatan apa saja yang telah
dilakukan oleh Sultan Haji dan Arya Purbaya.

Sultan Ageng : “ Putraku, apa yang telah kalian lakukan hari ini?”
Sultan Haji : “ Aku telah memberikan bantuan sembako kepada rakyat yang tidak mampu
ayah.”
Sultan Ageng : “ Bagus, bagaimana denganmu Purbaya?”
Arya Purbaya : “ Aku telah menjaga daerah konflik dan mendatanginya langsung ayah, setelah
ayah memberikan tugas itu setelah itu pula tidak ada konflik yang terjadi, aku berhasil
mengendalikan nya ayah.”
Sultan Ageng : “ Bagus Purbaya kau telah melakukan tugasmu dengan sangat baik, aku sangat
bangga padamu.”
Arya Purbaya : “ Terimakasih ayah.”

Setelah percakapan makan malam selesai, pada keesokan harinya Sultan Haji yang cemburu
karena ayahnya lebih memuji Arya Purbaya pergi menemui W. Ceaff dan Wilma, ia dihasut agar
menyerang kerajaan milik ayahnya sendiri untuk menunjukan kekuatanya. Sultan Haji yang
sedang tak dapat berfikir jernih pun menyetujuinya.

Setelah dari pertemuan antara Sultan Haji dengan W. Ceaff dan Wilma, dalam perjalanan pulang
ke istana. Sultan Haji berpapasan dengan adiknya yang sedari tadi mencarinya

Arya Purbaya : “Kakak! Darimana saja kamu? Akhirnya kau kembali, kami semua mencarimu.”
Sultan Haji : “Tidak usah memanggilku kakak lagi, memangnya aku tak tahu busukmu
seperti apa.”
Arya Purbaya : “Tunggu, aku bisa menjelaskan semuanya Kak aku mohon!”
Sultan Haji : “ Dwaas! Kau bilang kau putra mahkota. Kau tak pantas menjadi seorang putra
mahkota, dan tak akan pernah pantas!”
Arya Purbaya : “ Aku bisa jelaskan semuanya kak! Kau salah paham, aku tidak pernah punya
keinginan untuk merebut posisimu di kerajaan. Kau yang lebih pantas daripada aku.”
Sultan Haji : “ Aku sudah tak percaya, aku bisa lebih dari seorang putra mahkota hahaha liat
saja nanti.”
Tiba-tiba W. Ceaff dan Wilma datang diantara keributan kakak beradik itu, membuat suasana
semakin panas.

Wilma : “ Hello verlieze, kau pantas untuk dimusnahkan. Kesultanan Banten butuh orang
yang lebih tangguh seperti kakakmu, tapi sayang Sultan lebih memilihmu.”
Arya Purbaya : “ Itu semua tidak benar! Dan kalian tidak usah ikut campur masalah keluargaku
ini, aku yakin sultan bisa menyelesaikan semuanya.”
W. Ceaff : “ Oh ya, lebih baik kita bertemu dengan sultan terlebih dahulu, melawan orang
sepertimu hanya membuang waktu saja.”

(Tiba-tiba Sultan Ageng datang)

Sultan Ageng : “ Ada apa kalian mencari saya? Pergi kalian! Memang dengan kalian berhasil
mempengaruhi putraku Sultan Haji, kalian sudah berhasil menduduki kesultanan ini? Kekuasaan
tertinggi masih ditanganku!”
W. Ceaff : “ cih, sultan seperti ini pantas memimpin kesultanan? Baru seperti ini saja sudah
bisa kutangkap.”
Arya Purbaya : “ Ayah, larilah! Biarkan aku yang menyelesaikan semuanya. Kau harus mencari
tempat aman agar tidak celaka.”
Sultan Ageng : “ Tapi.. hooosh baiklah demi rakyatku”
Sultan Haji : “ Apa-apaan seorang sultan melakukan itu? seharusnya ayah lah yang melawan,
buka kamu purbaya! Pecundang! Tak pantas memimpin Banten!”
Arya Purbaya : “ Aku melakukan itu, karena ayah harus aman. Lawanmu adalah aku, jangan
libatkan ayah ataupun Belanda bodoh yang kau bawa ini. Kita buktikan siapa yang pantas
menjadi pengganti ayah suatu saat nanti.”

(Pertengkaran antara Sultan Haji dan Arya Purbaya pun tidak dapat terhindarkan)

Sultan Ageng : “ Hentikan! seorang putra mahkota bukan seperti ini cara membuktikan
kekuatannya!”
Arya Purbaya : “ Ayah menyingkirlah! Ini terlalu berbahaya, kau harus selamat, kau harus tetap
memimpin kerajaan banten ini, kau adalah sultan ter.......

(Tiba-tiba W. Ceaff bergerak hendak menusuk sultan dari arah belakang)

Arya Purbaya : “Ayah awas dibelakangmu!”)

(Sultan pun berhasil terlumpuhkan oleh W. Ceaff)


Arya Purbaya : “ Ayah! Kakak, apa yang kamu lakukan!? Ia ayah kita kak, bertandinglah seperti
seorang pemenang, bukan pecundang, bukan menyakiti orang orang disekitar kita! Pengecut,
penakut, kekuatanmu hanya ditangan orang2 yang ingin memanfaatkan kita! Sadarlah kak
mereka hanya ingin membuat kita tambah sengsara, mereka ingin merebut kerajaan ini, kak!”
Sultan Haji : “ Diam kamu, Purbaya! Kau ingin bernasib sama seperti sultan? Cheaff Wilma
tangkap Purbaya! Aku ingin dia mati perlahan lahan. Bawa dia ke pengasingan terjauh dan
biarkan sampai dia membusuk disana.”

(Tentara VOC pun datang menangkap Pangeran Arya)

Arya Purbaya : “ Aku belum menyerah Sang Putra Mahkota! Kau akan mengetahui segalanya
nanti, kau akan mengetahui busuknya belanda nanti! Kesultanan banten akan runtuh tidak lama
lagi jika kau tetap melibatkan mereka. Lihat saja nantiiiiiii!”

Setelah perkelahian berhenti dan Pangeran Arya Purbaya telah di bawa oleh VOC untuk
diasingkan, suasana menjadi hening, Sultan Haji menarik nafas dan menghembuskannya dengan
kuat.
Babak 4

Beberapa hari kemudian, W. Ceaff & Wilma beserta Tentara VOC datang masuk ke dalam istana
dan langsung menemui Sultan Haji.

Sultan Haji : “ Apa apaan kalian langsung masuk kesini tanpa izin pengawalku? ”
W. Ceaff : “Kami kan sudah bagian dari kerajaan, tentu saja kami bisa masuk kesini kapan
saja.”
Sultan Haji : “ Aku pemimpin kerajaan ini sekarang dan kau bukan bagian dari kesultananku!
Sekarang cepat sebutkan apa yang kamu mau dan angkat kaki dari kerajaanku.”
Wilma : “ Hey sultan tak tahu diuntung! Kau bisa seperti ini dengan bantuan siapa?
Tuyul? Dukun desa? Cih, bertindaklah lebih sopan dan tunduk kepada kami!”
W. Ceaff : “ Benar itu Gusti! Dan kami kesini menginginkan kau untuk membuat aturan
yang melarang perdagangan dari pihak lain selain VOC. Blokade juga kapal-kapal dagang
sehingga hanya kami lah yang menguasai ini!”
Wilma : “ Dan juga kami minta agar kekuasaan perdagangan diserahkan kepada kami,
sesuai dengan perjanjian.”
Sultan Haji : “ Apa apaan kalian ini?! Kalian mau memonopoli perdagangan disini, hah?
Perjanjian hanya memperbolehkan kalian kembali berdagang di Banten, bukan memonopoli!
Tidak! Pengawal! Bawa dua belanda ini pergi dari sini!”

Tentara VOC : “ Steek je hand op putra mahkota! Or i will kill you right on your own palace!”

W. Ceaff : “ Kukira kau cukup pintar dalam menghadapi kami, haha ternyata tidak sama
sekali.”
Wilma : “ Seluruh pengawalmu sudah kuhabisi, dan pos pos penjagaan sudah diduduki
oleh koloni kami. Ada kata-kata terakhir yang ingin kau sampaikan, Putra mahkota?”
Sultan Haji : “ Kurang ajar! Pengkhianat! Padahal aku akan memberikanmu koin emas
sebanyak apapun yang kau mau tapi ternyata kau menginginkan kerajaanku! verrader!”
W. Ceaff : “ kami tak butuh koinmu bodoh, kerajaanmu lah yang akan mensejahterakan
negara kami.”
Sultan Haji : “AGGGHHHH” (Ditembak tentara VOC)
Wilma : “ Yah.. dia sudah mati. Buang dia ke laut agar menyatu dengan ayahnya Ceaff,
hubungi kolonel kita karena malam ini kita akan berpesta atas kemenangan kita.”
Tentara VOC : “ Klaar commandant!”
Akhirnya kesultanan Banten pun jatuh ke tangan VOC. Sejak saat itu, rakyat Banten benar-benar
mengalami penyiksaan yang sangat berat. Sewa tanah yang besar, penyiksaan, kelaparan, dan
segala bentuk penjajahan yang diatur oleh VOC benar-benar menyulitkan mereka. Padahal,
hanya berawal dari kesalahpahaman dan rasa dengki, tetapi bisa berakibat fatal terhadap orang
lain.
Amanat yang dapat kita ambil dari cerita di atas adalah bahwa kita tidak boleh terlalu
mempercayai orang yang baru saja kita kenal agar tidak ada fitnah dan kesalahpahaman seperti
sang Sultan Haji. Kita juga harus menghormati serta menyayangi keluarga kita. Cinta orangtua
kepada anak nya adalah cinta yang tak bersyarat dan tulus, maka celakalah Sultan Haji yang
durhaka menyerang orangtua serta adiknya yang mencintainya hanya karena kekuasaan.

SEKIAN PERSEMBAHAN DRAMA DARI KAMI.

SALAM MERDEKA

TERIMAKASIH

BYE BYE

Anda mungkin juga menyukai