Disusun oleh :
1. Adryan Naufal
2. Azzam Nibras Ghalib
3. Gugun Gunawan
4. Raihan Ramdani
XI MIPA 2
SMAN 1 SINDANGKASIH
Jalan Raya Sindangkasih Tlp./Fax. (0265)311765 Ciamis
46268 e-mail:smansasindangkasih@gmail.com
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang berkat rahmat-Nya lah
kami dapat meyelesaikan penyusunan karya tulis ini. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhamad SAW,semoga kita dapat
mendapatkan safaat darinya di akhirat kelak.
Pada kesempatan kali ini, kami berkesempatan untuk menyusun karya tulis
tentang study lapangan/wisata edukasi kami di Dieng – Yogyakarta yang telah
dilaksanakan pada tanggal 26-28 Juni 2022. Didalam karya tulis ini, kami selaku
penyusun menyajikan beberapa hal yang kita pelajari khususnya tempat – tempat
wisata yang ada di Dieng dan Yogyakarta.
Harapan kami, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita,
setidaknya untuk sekedar membuka pola berfikir kita tentang budaya dan sosial
yang ada di Dieng dan Yogyakarta.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan karya tulis ini. Terutama pada rekan satu
kelompok atas kerjasamanya, dan Guru pembimbing yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ini.
Sidangkasih,...........2022
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
2.1 Keberangkatan..........................................................................................3
2.9 Malioboro...............................................................................................12
3.1 Kesimpulan...............................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................14
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Keberangkatan
26 Juni 2022, kami para siswa dan siswi SMAN 1 Sindangkasih akan
melaksanakan studytour menuju Dieng dan Yogyakarta. Pada pukul 19.00 WIB,
kami para peserta studytour berkumpul di jalan Mohammad Hatta depan terminal
Sindangkasih. Studytour kali ini menggunakan 4 bus pariwisata Budiman sebagai
alat transportasi. Kami langsung memasuki bus masing – masing untuk
mendapatkan pengarahan dari pemandu kemudian berdo’a untuk keselamatan dan
kelacaran selama perjalanan.
Pada pukul 02.37 WIB kami tiba di Masjid Baitul Qur’an KH Muntaha
Al-Hafidz, Wonosobo. Disini kami mempersiapan diri untuk perjalanan
selanjutnya menuju Dieng. Kami berpindah dari bus pariwisata menuju minibus
karena mempertimbangakan medan yang akan dilalui tidak cukup besar seperti
jalan raya. Perjalanan menuju Dieng dimulai pada pukul 04.15 WIB.
Diperjalanan kami melaksanakan sholat shubuh pada pukul 4.45, kemudian
melanjutkan kembali perjalanan pada pukul 05.00 WIB.
2.2 Batu Angkruk
Tepat pada pukul 05.30 WIB kami tiba di tempat kunjungan pertama kami
di Dieng yaitu Batu Angkruk. Batu Angkruk adalah tempat wisata yang
menyugguhkan keindahan dataran tinggi Dieng. Disini kami dapat menyaksikan
indahnya matahari terbit diantara pegunungan tinggi.
Batu Angkruk memiliki tempat menarik yang menjadi daya tariknya, yaitu
jembatan kaca yang terletak diatas jurang. Di jembatan kaca ini, kami dapat
menikmati indahnya dataran tinggi Dieng yang indah dengan pemadangan
pegunungan berhiaskan awan yang menambah keindahannya . Selain itu, disini
juga terdapat beberapa tempat foto menarik dan gazebo dari bambu untuk
beristirahat.
2.3 Candi Arjuna
Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua di Jawa. Hal itu dibuktikan
dalam prasasti yang ditemukan di sekitar kompleks Candi Arjuna, yang
tertulis tahun 731 Saka atau 808 Masehi. Candi ini pertama kali ditemukan
pada 1814 oleh tentara Belanda, Thedorf Van Elf. Saat ditemukan,
bangunannnya masih tergenang oleh air. Kemudian pada pertengahan abad
ke-19, baru diupayakan pemeliharaan candi, yang dimulai dengan
mengeringkan air telaga di Dieng oleh HC Cornelius dari Inggris pada 1856.
Setelah itu, upaya pemeliharaan dilanjutkan oleh J Van Kirnsberg dari
Belanda, dengan dibantu oleh pemerintah kolonial.
Candi Arjuna memiliki anak tangga untuk menuju pintu masuk candi yang
berada di dibagian barat. Anak tangganya berjumlah delapan, dengan bagian
pinggirnya terdapat penil dengan ujung berkepala naga. Pada bagian pintu
candi terdapat bilik penampil selebar satu meter dengan bagian atas terdapat
ukiran kalamakara (hiasan pintu masuk berfungsi sebagai pengusir roh – roh
jahat). Sedangkan di bagian atap dari ruang penampil berbentuk lancip seperti
rumah limasan. Selain itu, bagian atap Candi Arjuna memiliki bentuk seperti
piramida yang mengerucut. Pramida tersebut terdiri dari tiga tingkat, dimana
setiap tingkat memiliki bilik penampil dengan ukuran yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan bilik penampil dibagian dinding candi.
Candi arjuna masih aktif dijadikan tempat ibadah warga sekitar yang
beragama Hindu. Candi Arjuna berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap
para dewa, terutama Dewa Syiwa.
2.3 Batu Pandang Ratapan Angin
Tepat pada pukul 09.45 WIB kami tiba di Batu Pandang Ratapan Angin.
Ini adalah tempat kunjungan ketiga kami di Dieng. Sebelumya, kami harus
berjalan terlebih dahulu dengan medan menanjak agar dapat menikmati keindahan
di tempat ini.
Batu Pandang Ratapan Angin ini merupakan dua buah batu besar yang
berdampingan dan terletak diatas bukit Dieng. Hembusan angin sering terasa
kencang dan menimbulkan suara mendesis seperti orang meratapi kesedihan,
itulah yang mungkin menjadi alasan mengapa dua buah batu ini diberi nama batu
ratapan.
Tempat ini merupakan tempat yang pas untuk menikmati keindahan
Telaga Warna. Disebelah Telaga Warna terlihat juga Telaga Pengilon dengan
warna air yang jernih. Kedua telaga ini hanya dipisahkan oleh daratan kecil. Satu
keunikan panorama kedua telaga tersebut adalah warna airnya yang berbeda
walaupun lokasinya bersebelahan. Telaga Warna cenderung lebih hijau, sementara
Telaga Pengilon airnya terlihat lebih jernih. Alasan telaga ini disebut Telaga
Warna yaitu karena warna airnya yang kerap berubah- ubah. Terkadang airnya
berwarna hijau, namun terkadang airnya berubah menjadi kuning atau bahkan
berwarna –warni seperti pelangi.
2.4 Kawah Sikidang
Kami tiba di Kawah Sikidang pada pukul 10.50 WIB, ini adalah tempat
kunjungan terakhir kami di Dieng. Kawah Sikidang adalah lapangan perkawahan
di Dataran Tinggi Dieng. Disini, kami berjalan diatas jembatan kayu yang
memanjang dan berkelok sambil menikmati suasana kawah. Kami dapat melihat
letupan-letupan lumpur dan asap yang mengepul dari dasar kawah, kami juga
mencium bau asap yang cukup menyegat.
Kawah Sikidang merupakan kawah aktif terbesar yang ada di Dataran
Tinggi Dieng. Kawah ini memiliki satu telaga air panas kecil dengan air yang
selalu mendidih dan lapangan celah gas dengan titik – titik yag selalu berpindah –
pindah di dalam suatu lapangan seluas lebih kurang 4 hektare. Dari karakter inilah
namanya berasal, karena penduduk setempat melihatnya seperti Kijang ( kidang
dalam bahasa Jawa ) yang melompat – lompat. Dari sisi geologi, kawah ini
tergolong muda. Catatan letusan freatik terakhir terjadi pada tahun 1981.
Kawah Sikidang terbetuk dari letusan gunung berapi di kawasan Dataran
Tinggi Dieng bertahun- tahun lalu dan berada di tanah yang datar, sehingga
pengunjung dapat leluasa melihat lumpur panas meletup- letup dan gas atau asap
yang berwarna putih pekat mengepul di udara. Kawah ini rata-rata berpindah
tempat setiap empat tahun sekali menyebabkan wisatawan berbondong - bondong
menyaksikan aktivitas vulkanik secara langsung melihat semburan lumpur dan
asap dari dasar kawah. Dari semburan itu menyebabkan bau asap yang cukup
menyengat.
Setelah puas menikmati perjalanan di jembatan kayu di atas kawah, kami
langsung melanjutkan perjalanan kami. Kami kembali ke Masjid Baitul Qur’an
KH Muntaha Al-Hafidz, Wonosobo. Setelah sampai kami berpindah ke bus
pariwisata kembali dan melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta.
Sebagai perguran tinggi yang Unggul dan Islami, UMY telah memiki fasilitas
yang lengkap dan memadai yang dapat dinikmati oleh setiap mahasiswa, dimulai
dari jaringan internet yang dapat digunakan disetiap sudut kampus, Cafetaria
Muda Mendunia dan Cafe 1912 dengan berbagai menu makanan, perpustakaan
yang menyediakan literasi bertaraf internasional, setiap kelas sudah dilengkapi
AC dan disetiap gedung dilengkapi lift.
Setelah kunjungan dari kampus UMY, pada pukul 15.10 kami tiba di
Candi Prambanan, candi Hindu terbesar di Indonesia.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu
terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara.
Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur
Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki
ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-
candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, Candi
Prambanan ini memiliki daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun
850M oleh Raka Pikatan,dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung
Maha Sambu, pada masa Kerajaan Medang Mataram.
Pukul 17.35 kami tiba di HeHa Sky View. HeHa Sky View adalah restoran
dengan pemandangan kota Jogja dari ketinggian. HeHa ini berada didaerah
Gunung Kidul , Yogyakarta. Nama unik HeHa ini diambil dari nama pemilik
restoran ini , yaitu Herry Zudianto dan partner bisnisnya bernama Handoyo
Mawardi. HeHa Sky View mengombinasikan tiga konsep wisata yaitu tempat
foto, taman dan cafe.
Di HeHa Sky View, kami diajak untuk menikmati suasana kota Jogja yang
sangat indah dari atas ketinggian. Saat sore hari, terlihat keindahan matahari
terbenam. Warna jingga yang berpadu dengan biru gelap terlihat sangat indah.
Tak hanya itu, saat malam hari Heha semakin indah dengan pemandangan lampu-
lampu kota yang mengesankan dengan dipadu padankan dengan lampu cafe yang
bertengger dengan warna kuning dan putih.
2.9 Malioboro
Malioboro, tempat kunjungan terakhir kami di kota istimewa ini. Setelah
menikmati suasana sore hari di Heha Sky View, pada pukul 20. 27 kami tiba di
Malioboro. Kami akan menikmati malam terakhir kami di Jalan Malioboro.
Malioboro adalah nama salah satu kawasan di Kota Yogyakarta. Jalan ini
menghubungkan Tugu Yogyakarta hingga menjelang kompeks Keraton
Yogyakarta. Jalan Malioboro terkenal dengan para pedagang kaki lima yang
menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang
menjual kuliner Jogja seperti gudeg. Jalan ini juga terkenal sebagai tempat
berkumpulnya para seniman yang sering mengekspresikan kemampuan mereka
seperti bermain musik, melukis, dan lain-lain.
Jalan Malioboro punya arti penting sebagai salah satu pusat perekonomian,
hiburan, wisata, dan kuliner kota Yogyakarta. Penggunaan jalan ini pada
umumnya dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima, pertokoan, penduduk lokal, dan
para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari studytour ini kami dapat memperoleh pengalaman dan wawasan baru.
Banyak tempat wisata menarik yang ada di Dieng dan Yogyakarta. Selain
berwisata, disana kami dapat mempelajari tentang wisata- wisata yang
mengandung sejarah dan budaya seperti Candi Arjuna dan Candi Prambanan.
Kami juga dapat menikmati keindahan dataran tinggi seperti di Batu Angkruk,
Batu Pandang Ratapan Angin dan di HeHa Sky View. Selain itu kami dapat
merasakan secara langsung bagaimana berjalan di atas Kawah Sikidang,
mengunjungi Universitas Muhammadiyah yang merupakan Kampus Islam terbaik
ke-4 di dunia dan kami juga dapat menikmati ramainya suasana malam di
Malioboro. Kami sangat berbahagia dapat menikmati tempat-tempat wisata yang
ada di Dieng dan Yogyakarta.
3.2 Saran
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam peyusunan karya tulis
ini, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.