Anda di halaman 1dari 3

PERANG BUBAT

Karya: ABU AVI

Gajah Mada terduduk bersila, saat ia bersumpah


GAJAH MADA : Saya Gajah Mada, Patih Amangkubumi Kerajaan Majapahit bersumpah, tidak akan makan garam sebelum menguasai Nusantara. Saya mengucapkan Sumpah
Palapa
Suasana berganti adegan perang.

Pertempuran demi pertempuran menyisakan darah, tangisan , sumpah seapah, dan dendam. Sementara itu, satu persatu kerajaan nusantara takluk kepada gajah mada dan
menjadi bagian dari kekuasaan Majapahit. Fade out, suasana duka berganti
Ratu Tribuanattunggadewi segang bercengkrama dengan gayatri di taman Istana
RATU T : Kita mendapat kabar bahwa Gajah Mada telah berhasil menguasai Nusantara
GAYATRI : Kecuali… Padjajaran
RATU T : Padjajaran sangat kuat. Sekuat Majapahit
GAYATRI : Kita perempuan sebenarnya kurang pantas berbicara politik. kita bicarakan saja mengenai anakmu, Hayam Wuruk.
RATU T : Ada apa dengan anakku?
GAYATRI : Jangan berlagak bodoh, Hayam Wuruk sudah cukup dewasa untuk kita nikahkan.
RATU T : Kakak benar, Bagaimana kalau kita temui dia?
Hayam wuruk sedang melamun saat tumenggung memberinya sebuah gitar klasik. Hayam wuruk lalu memainkan gitar itu, dan tiba-tiba dalam bayangannya muncul sosok putri
jelita Dyah Pitaloka.
RATU T : Kakak, kenapa anakku hayam wuruk bertingkah aneh begitu, lihat...
GAYATRI : Bangun, anak prabu!! Tidak baik engkau berpanjang lamunan.
HAYAM WURUK : Iyah, eh... apa? Ibu? Uwa? Tadi..
RATU T : ha ha… Begini anakku, ibu dan uwamu sudah cukup tua, sudah cukup usia untuk menimang-nimang cucu.
HAYAM WURUK : Maksud ibu?
RATU T : Maksud ibu, Engkau harus secepatnya menikah, anakku!
HAYAM WURUK : Hamba, bagaimana baiknya uwa dan bunda saja.
RATU T : begitulah seharusnya, anakku.... para pelukis!! kemarilah
PARA PELUKIS : Kami siap menerima perintah
RATU T : Pergilah kalian ke seluruh pelosok negeri, carilah perempuan yang cantik parasnya, baik keturunannya dan teguh agamanya. Lukislah wajah mereka dan bawa
kepadaku.
Di live show, Siti Nurlatifah siap menggelar konser akbar
MC : Hadirin yang berbahagia, selamat malam, selamat datang di konser tunggal spektakuler yang pastinya akan menghibur hadirin semua, kita dengarkan sebait lagu dari
suara emas penyanyi kita… Siti Nurlatifah!!!
SITI NURLATIFAH : Hai penonton! Senang sekali bise jumpe bareng siti. Semoga malam ini siti dapet menghibur kalian semua, Sebait lagu melayu, buat anda
Di tempat shooting, para crew tengah siap-siap melakukan pengambilan gambar.
SUTRADARA : Bagaimana? Semua kru telah siap?
SUTRADARA : OK… semua siap, camera, rool on, Action!!
AKTRIS : Tawes! Kesini kamu!
AKTOR : Ada perlu apa nyonya bawal?
AKTRIS : Mengapa kamu masak goreng ikan asin rasanya manis begini, tawes? Hmm terlalu
AKTOR : Maafkan tawes, nyonya. Semua ini salah tawes, tolong jangan pecat tawes nyonya, kasihanilah tawes, nyonya bawel, eh maksud saya nyonya bawal
AKTRIS : Aku bisa memaafkanmu dalam banyak hal, tapi masalah ikan asin. Tidak tawes. Kau! Pergi tawes. Pergiii!
SUTRADARA : CUT! Aduh expresi kalian itu kurang! kamu kurang total dalam bikin wajah kamu sedih, marah… oke, kita break dulu.
Pelukis mengintip Pitaloka di taman bunga yang sedang bermain dengan para dayang istana lainnya.
Suasana kembali ke istana Majapahit. Sang Ratu Tribuanattunggadewi, gayatri, Hayam Wuruk dan para petinggi di Istana sedang menunggu sekembalinya para pelukis.
PARA PELUKIS : Hormat kami, semoga yang mulya berjaya dan panjang usia.
PELUKIS 1 : Ampun, Ratu. Inilah hasil lukisan kami..
Hayam wuruk melihat lukisan itu dengan dingin tak bersemangat. Namun ia terkejut dan terpesona oleh Lukisan dyah Pitaloka
GAYATRI : Cantik sekali parasnya! Siapakah dia?
PELUKIS II : Tentu saja baginda tahu siapa Putri Dyah Pitaloka, Putri Padjajaran
RATU T : Bagaimana? Kau menyukainya?
HAYAM WURUK : Saya… emm.. saya… ini, bu! Maksudnya adalah seperti itu. Emm, gimana ya? Waduuh!
RATU T : (Tersenyum) kakak, anakku tidak mau mengaku. Kau saja yang bertanya.
GAYATRI : Kau mau memberikan jawaban hatimu pada uwamu?
HAYAM WURUK : Padjajaran adalah pesaing Majapahit. Kelak paman patih gajah Mada akan berperang melawan Padjajaran untuk membuktikan sumpahnya. Saya tidak mau
menikahi Dyah Pitaloka tanpa persetujuan dari paman Patih.
GAYATRI : Kamu benar. Ini akan menjadi masalah besar. Sebaiknya kita cari calon yang lain, kare…
HAYAM WURUK : Tapi hamba mencitai Dyah Pitaloka
GAYATRI : Bagaimana kau bisa mencintai seorang wanita yang belum kau kenal. Jangan konyol, anak prabu!
RATU T : Saya akan mengirim surat kepada Padjajaran. akan ku undang Maharaja Sri Baduga beserta keluarga untuk datang ke Istana Majapahit.
GAYATRI : Apa yang kau bicarakan ini, adik dewi?
RATU T : Saya akan menikahkan putraku dengan perempuan yang ia cintai. Dengan atau tanpa persetujuan Gajah Mada. Maafkan adikmu, kakak!
Di Istana Padjajaran, Maharaja Sri Baduga sedang membaca surat dari Majapahit
HYANG BUNISORA : Ampun Maharaja Linggabuana, Hamba membawa surat dari Majapahit untuk baginda.
SRI BADUGA : Jadi, Hayam Wuruk bermaksud menikahi putriku, Dyah Pitaloka
HYANG BUNISORA : Mohon prabu jangan bertindak gegabah
SRI BADUGA : Mangagumkan… aku ingin calon suami dari anakku seorang yang sederajat, gagah perkasa seperti Hayam Wuruk.
HYANG BUNISORA SURADIPATI : Ampun Prabu, menurut hamba. Dalam tradisi kita tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu
ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang sedang melebarkan kekuasaannya.
SRI BADUGA : Hayam wuruk seorang raja muda yang baik, tidak mungkin dia melakukan tindakan memalukan seperti dugaanmu itu, Bunisora. Kepada seluruh pejabat kerajaan, 1
aku perintahkan kalian untuk bersiap-siap berangkat ke majapahit.
Ilustrasi malam berganti pagi, rombongan padjaajaran siap berangkat.
Di tempat yang lain

PERMAISURI : Dyah! Anakku, kemarilah, nak!


PITALOKA : Bunda memanggil saya
PERMAISURI : Duduklah, bunda perlu berbicara kepadamu
PITALOKA : Kelihatannya serius, Bunda!
PERMAISURI : Bunda ingin tahu, apakah Dyah sudah mempunyai kekasih?
PITALOKA : Hmm… tidak, kenapa?
PERMAISURI : Mencintai seseorang, barangkali?
PITALOKA : Tidak, bunda… Bunda kenapa, sih!
PERMAISURI : Ada utusan dari Majapahit membawa surat untuk ayahmu. Isi surat itu, baginda hayam Wuruk bermaksud menikahimu.
PITALOKA : Ha ha ha
PERMAISURI : Ini serius, anakku! Bahkan ayahmu telah menyetujuinya.
PITALOKA : Kenapa ayah memutuskan pernikahanku tanpa bicara dulu sama dyah!, Bunda?
PERMAISURI : Kalau Dyah tidak mau menikah, Bunda akan membujuk ayahmu agar membatalkan pernikahan.
PITALOKA : Dyah… emm, jangan bunda!
PERMAISURI : Katakanlah… Apakah Dyah tidak menyukai Hayam Wuruk
PITALOKA : Sebenarnya… Ah, Bunda! Dyah tidak bisa mengatakannya keras-keras. Bunda sini aja (berbisik)
PERMAISURI : Ha ha ha… Dyah dyah! Lalu kenapa tadi Dyah marah?
PITALOKA : Karena ayahanda tidak sopan. Dasar ayah!
PERMAISURI : Ha ha ha… sayang, kita akan merayakan pesta besar-besaran. Dua kerajaan besar akan bersatu. Ini peristiwa yang benar-benar luar biasa.
Di Kerajaan Majapahit
TUMENGGUNG : Ampun Baginda, arak arakan dari Padjajaran telah sampai ke desa Bubat.
RATU T : Syukurlah
HAYAM WURUK : Ibu, Hatiku Berdebar.
PENGAWAL : Maha Patih Gajah Mada beserta rombongan memasauki Istana
GAJAH MADA : Hamba menghadap baginda raja Hayam Wuruk beserta Ibu dan Uwa Gayatri
GAYATRI : Senang melihatmu kembali.
GAJAH MADA : Hamba telah berhasil menaklukan hampir seluruh kerajaan Nusantara dan Negara-Negara di Asia Tenggara
HAYAM WURUK : Kami turut bersuka cita. Paman adalah Patih Majapahit yang gagah perkasa.
GAJAH MADA : Semua yang hamba lakukan demi kejayaan Majapahit
RATU T : Kalau begitu pergilah kalian beristirahat.
GAJAH MADA : Maaf yang mulya, hamba melihat pasukan Padjajaran mendekati Majapahit. Ini ancaman besar
RATU T : Rombongan Maharaja Sri Baduga datang dengan damai untuk memenuhi undangan yang saya buat.
GAJAH MADA : Maaf yang mulya, hamba tidak faham. Undangan apa?
RATU T : Baginda Hayam Wuruk akan menikahi putri Padjajaran bernama Citra Resmi Dyah Pitaloka.
GAJAHMADA : Bagaimana mungkin acara besar ini tidak dibicarakan dahulu dengan hamba? Bukankah hamba ini seorang Patih Mangkubumi yang bertanggung-jawab terhadap
pemerintahan.
RATU T : Saya pikir ini acara keluarga
GAJAH MADA : Yang Mulya Ratu, hamba telah mengucapkan sumpah Palapa yang harus hamba pegang teguh. Namun, kalau memang tekad paduka Hayam Wuruk menikahi Dyah
Pitaloka telah bulat. Hamba tidak memaksa.
HAYAM WURUK : Tidak, paman patih! Saya menghormati sumpah palapa yang menjadi cita-cita Majapahit. Hamba mempercayakan semua ini kepada Paman Patih.
GAJAH MADA : Terimakasih, Hamba yakin paduka Rajasanegara bijaksana
TUMENGGUNG : Ampun prabu! Mahapatih Padjajaran Anusapaken bermaksud menemui Prabu Hayam Wuruk.
HAYAM WURUK : Persilahkan untuk menghadap, Silahkan, Paman
PENGAWAL : Mahapatih Padjajaran Anusapaken memasuki ruang istana
ANUSAPAKEN : Hormat yang mulya Prabu Rajasanegara. Hamba Patih Anusapaken membawa pesan dari baginda Maharaja Sri Baduga.
GAJAH MADA : Katakanlah.
ANUSAPAKEN : Maharaja Sri Baduga mempersilahkan Prabu Hayam Wuruk menjemput Putri Dyah Pitaloka di desa Bubat.
GAJAH MADA : Sampaikan kepada rajamu. Paduka Hayam Wuruk bersedia menjemput Dyah Pitaloka dengan syarat. Padjajaran harus menyatakan takluk kepada majapahit dan
menyerahkan Putri Dyah Pitaloka sebagai upeti
ANUSAPAKEN : Gajah Mada! Tiada hati nurani tersisa padamu. Rasa cinta terhadap majapahit menjadikanmu penjajah bagi bangsa lain. Kau sungguh memalukan!!
GAJAH MADA : Sudah selesai bicaranya? Kau datang ke sini bukan untuk menceramahiku kan, Anusapaken? Aku tidak menghendaki kata-kata kotor dan darah menodai istana ini.
ANUSAPAKEN : Aku Patih Anusapaken. Kau jangan mengancamku!
GAJAH MADA : Bila perlu, aku bisa membunuhmu di sini.
ANUSAPAKEN : Baik, aku pergi karena tugasku. Bukan karena takut menghadapi kalian. (berlalu meninggalkan Istana dengan ketus)
GAJAH MADA : Bersiaplah kalian. Tampaknya kita akan menghadapi perang
KOOR : Siap, yang mulya!
Di desa bubat, Prabu Linggabuana, keluarga dan petinggi Padjajaran sangat terpukul dengan berita yang dibawa oleh Anusapaken.

PATIH ANUSA : Ampun yang mulya prabu, hamba membawa berita dari patih Gajah Mada.
SRI BADUGA : Kau kelihatan gugup… kuharap kau membawa berita baik, patih.
PATIH ANUSA : Ampun Prabu, mengenai rencana pernikahan pangeran hayam wuruk dan Putri Dyah Pitaloka, Gajah Mada tidak keberatan..
SRI BADUGA : Sudah kudaga…. Ha ha ha, akhirnya aku akan segera menjadi seorang kakek.
PATIH ANUSA : Namun dengan syarat, Padjajaran tunduk di bawah kekuasaan majapahit dan menyerahkan putri Dyah Pitaloka sebagai upeti.
SRIBADUGA : Gajah Mada!!! Lancang! Aku tidak percaya, mereka telah menghina martabat keluargaku!!
SRI BADUGA : Tuhanku, Hamba pantang lari, tak sudi menyerah. Lindungilah keluarga hamba, Anakku, Dyah Pitaloka, kesinilah…
DYAH PITALOKA : Iya ayah…
SRI BADUGA : Bila ayah sedang sakit, obatnya cukup melihatmu tersenyum saja, anakku. Maafkan ayah karena telah membawama pada situasi sulit seperti ini.
DYAH PITALIKO : Dyah tidak sedih ayah, Dyah bangga menjadi anak ayah.
DENTA : Saya utusan dari majapahit meminta…
Tak sempat Geni menyelesaikan kalimatnya, dengan cepat Patih Anusapaken menghunuskan pedang menembus jantungnya. Saat itulah, peperanganpun terjadilah. Dyah pitaloka
pun ikut berperang menerjang pasukan majapahit.
Maharaja Sri Baduga dan seluruh pasukannya tewas, para istri petinggi padjajaran melakukan bela mati di dekat jenazah suaminya, yang hidup tinggallah sendiri, Dyah
Pitaloka yang berdiri di dekat jenazah ayah dan ibunya dengan tangan masih memegang pedang yang berlumuran darah. Sesaat kemudian datanglah gajah mada, Hayam wuruk,
Ratu Tribuanattunggadewi dan Gayatri mencoba mendekati Dyah Pitaloka.
2
DYAH PITALOKA : Aku telah kehilangan ibu, ayah, paman, bibi, uwa, semuanya!! dan semua yang menyayangiku. Inikah yang kau sebut cita-cita adiluhung sumpah palapamu, Gajah
Mada?
GAJAH MADA : Tuhan, aku telah memenuhi sumpahku. Nusantara telah aku taklukkan.
HAYAM WURUK : Dyah Pitaloka, kamukah itu? Dyah maafkan aku (bersimpuh dan menangis) aku tidak bermaksud menyakitimu.

Ketika hayam wuruk mengangkat wajahnya, Dyah Pitaloka telah menghunuskan pisau menembus ulu hatinya. Darahpun keluar deras membasahi gaun putihnya. Ketika Dyah Pitaloka hendak terjatuh, Gayatri dengan cepat
menahan dan memeluk Dyah Pitaloka di pangkuannya. Gayatri menangis dan mencoba menghentikan pendarahan sedangkan Ratu Tribuanattungga dewi memalingkan wajahnya sambil menangis tak kuasa menahan sedih.
Gajah Mada duduk bersila dan memejamkan matanya.
DYAH PITALOKA : (dalam keadaan sekarat) Aku kira kau bersungguh-sungguh hendak menikahiku, Hayam Wuruk..
HAYAM WURUK : (Berteriak memanggil) Jangan pergi, kalau dyah tidak mau menikah denganku, biarlah. Tapi jangan mati dyah, jangan kau siksa aku seperti. Ibu jangan diam saja,
tolong dyah ibu, jangan biarkan dia mati, saya tidak mau Dyah mati, ibu. Uwa, uwa tolong uwa
DYAH PITALOKA : (mengulurkan tangannya hendak menyentuh hayam wuruk namun tak sampai. Dyah Pitaloka meninggal)
HAYAM WURUK : Tidak mungkin, bagaimana aku bisa membunuh seorang yang sangat kusayangi (berteriak) Dyah Pitaloka!!
ULAMA : CUUUUUUT!!!! Astaghfirullah… bunuh diri amat dimurkai oleh Allah. Mari kita perbaiki cerita sumpah palapa ini agar dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Camera, Rool On, Action
PENGAWAL : Mahapatih Padjajaran Anusapaken memasuki ruang istana
ANUSAPAKEN : Hormat yang mulya Prabu Rajasanegara. Hamba Patih Anusapaken membawa pesan dari baginda Maharaja Sri Baduga.
GAJAH MADA : Katakanlah.
ANUSAPAKEN : Maharaja Sri Baduga mempersilahkan Prabu Hayam Wuruk menjemput Putri Dyah Pitaloka di desa Bubat.
GAJAH MADA : Sampaikan kepada rajamu. Paduka Hayam Wuruk bersedia menjemput Dyah Pitaloka dengan syarat. Padjajaran dan Majapahit harus saling melengkapi dalam
kekurangan dan bersedia berbagi di dalam kelebihan.
ANUSAPAKEN : Patih Gajah Mada sungguh bijaksana,

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai