Anda di halaman 1dari 4

KEONG MAS

(Cerita Rakyat Jawa Timur )

Hari ini Pengeran Inu Kertapati melamar Dewi Candra Kirana. Hati Candra Kirana berbunga-
bunga karena bahagia, namun tidak demikian dengan kakaknya, Dewi Galuh. Ya, Dewi Galuh
diam-diam juga mencintai Pangeran Inu Kertapati yang gagah, cerdas dan tampan. “Aku harus
mencari akal! Aku tidak rela kehilangan pujaan hatiku,” gumamnya. Dewi Galuh pun
menyelinap keluar, meninggalkan pesta pertunangan adiknya. Ia menuju rumah seorang nenek
sihir di sudut kota.
Sesampainya di sana, Dewi Galuh menceritakan masalahnya. Ia meminta nenek sihir itu untuk
melenyapkan Candra Kirana. “Jangan khawatir, Bocah Ayu. Besok pagi, adikmu akan lenyap
untuk selama-lamanya. Setelah itu, kau bisa menikah dengan Pangeran Inu Kertapati,” janji
Nenek Sihir. Dewi Galuh lega mendengar penjelasan si nenek. Ia pulang ke istana dengan hati
riang.
Tulisan bergerak bolak balik
Pagi telah tiba. Seperti biasa, Candra Kirana pergi ke tepi pantai un tuk menghirup udara segar
dan berjemur di bawah sinar matahari pagi. Ia tak menyadari kalau seorang nenek sihir tengah
mengawasinya. Nenek sihir itu mengucapkan mantra-mantra, dan tiba-tiba… wusss… angin
kencang bertiup. Tubuh Candra Kirana berubah menjadi keong mas. Nenek sihir itu
melemparkan keong mas tersebut jauh ke tengah lautan. “Kau hanya bisa kembali ke wujud
asalmu jika Pangeran Inu Kertapati menemukanmu! Namun hal itu tak mungkin terjadi… ia
akan segera melupakanmu,” teriaknya.
Sejak saat itu, keong mas alias Candra Kirana hidup terombang-ambing di lautan.
Suatu hari, tubuh Candra Kirana tersangkut pada jala seorang nenek tua. “Keong mas? Wah,
ikan tak kudapat, malah keong mas yang kudapat,” kata nenek itu. Dibawanya keong emas itu
pulang lalu ia menaruhnya di tempayan. Kelelahan, nenek itu pun tertidur. Ketika terbangun
sore harinya, ia bermaksud untuk menanak nasi. Perutnya sudah keroncongan karena seharian
belum makan. “Hah, mimpikah aku?” seru nenek itu terkejut. Di meja dapurnya telah tersedia
nasi dan lauk pauk yang lezat! Ia langsung melahap semua makanan itu.
Hal itu terus berulang. Tiap hari selalu terhidang makanan lezat untuk nenek tua itu. Karena
penasaran, nenek itu memutuskan untuk mengintip siapa yang menyiapkan semua makanan
itu. Tiba-tiba dilihatnya keong mas keluar dari tempayan. Lalu keong mas itu menjelma
menjadi gadis yang sangat cantik. Nenek segera keluar dari persembunyiannya, “Hei, siapa
kau? Mengapa seekor keong mas bisa menjelma menjadi manusia?” tanya nenek itu
mengejutkan Candra Kirana. Candra Kirana pun menceritakan sejarah hidupnya. Ia juga
memohon agar diizinkan tinggal di situ. “Kau boleh tinggal di sini sesuka hatimu. Nenek
percaya, Pangeran Inu Kertapati tak akan tinggal diam,” katanya pada Candra Kirana.
Nenek benar. Di tempat yang lain, Pangeran Inu Kertapati sangat sedih dan kesepian. Ia
memutuskan untuk mencari Candra Kirana. “Sampai ke ujung dunia pun, aku akan
mencarinya,” demikian tekadnya. Rupanya niat Pangeran Inu Kertapati ini didengar oleh si
nenek sihir. Karena itu ia menyamar menjadi seekor burung gagak. Ia akan berpura-pura
membantu Pangeran Inu Kertapati mencari Candra Kirana. “Pangeran, apakah Pangeran
tersesat?” tanya si burung gagak. Saat itu, Pangeran Inu Kertapati baru saja memulai
perjalanannya untuk mencari Candra Kirana. Pangeran Inu Kertapati heran melihat burung
gagak bisa bicara, “Pasti ini burung sakti,” pikirnya.
Pangeran Inu Kertapati lalu menceritakan tujuannya.
“Hmmm… aku akan membantumu untuk menemukan kekasihmu itu,” kata burung gagak.
Tentu saja ia berbohong. Ia malah mengarahkan Pangeran Inu Kertapati ke arah yang
berlawanan.
Pangeran Inu Kertapati kelelahan. Ia memutuskan untuk beristirahat. Tiba-tiba, datanglah
seorang kakek tua menghampirinya.
“Anak Muda, aku lapar sekali. Maukah kau memberikan sedikit makanan padaku?” tanya
kakek itu. Pangeran Inu Kertapati bingung, ia hanya memiliki sedikit buah-buahan. “Maaf,
Kek. Aku hanya punya buah-buahan ini,” diberikannya semua buah itu kepada si Kakek.
“Terima kasih, Anak Muda. Hatimu baik sekali,” jawab kakek itu. Lalu ia mendekati
Pangeran Inu Kertapati dan berbisik, “Berhati-hatilah pada burung gagak di sampingmu ini. Ia
ingin mencelakakanmu.”
Rupanya kakek tua itu adalah seorang yang sakti. Ia lalu mengeluarkan tongkat dan
memukulkannya pada burung gagak itu.Wusss…dalam sekejap, burung gagak itu menjadi
asap dan lenyap ditiup angin. “Sebenarnya apa yang kau cari, Anak Muda?” tanya kakek itu
pada Pangeran Inu Kertapati.
Sekali lagi, Pangeran Inu Kertapati pun berkisah. Kakek tua itu tersenyum dan berkata,
“Jangan khawatir Pangeran. Aku tahu di mana kekasihmu berada. Ia tinggal di sebuah rumah
di Desa Dadapan.” Mendengar hal itu, Pangeran Inu Kertapati segera menuju desa Dadapan.
Sesampainya di desa Dadapan, Pangeran Inu Kertapati melihat sosok Candra Kirana melalui
jendela dapur sebuah rumah. Ia segera mengetuk pintu rumah tersebut. “Permisi… apakah
Candra Kirana tinggal di rumah ini?” teriaknya. Candra Kirana terkejut mendengar suara itu.
“Benarkah itu kekasihku?” tanyanya dalam hati. Ia berlari menghambur ke pintu. Mata
Pangeran Inu Kertapati terbelalak. Ia nyaris tak percaya. Wanita di hadapannya benar-benar
kekasihnya yang hilang!
Demikian pula dengan Candra Kirana. Ia menangis terharu dan segera memeluk kekasihnya.
Saat itu juga, hilanglah kutukan si Nenek Sihir. Ya, seperti yang pernah diucapkan oleh nenek
sihir itu, kutukan itu akan hilang jika Pangeran Inu Kertapati berhasil menemukan Candra
Kirana.
Mereka berdua kembali ke istana. Ayahnya, Raja Kertamarta, menyambut anaknya dengan
gembira. “Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Nak?” tanyanya. Candra Kirana lalu
menceritakan semuanya.
“Siapa yang begitu tega mengirimkan nenek sihir padamu?” tanya ayahnya.
Tiba-tiba, Dewi Galuh yang sejak tadi hanya berdiam diri, menangis dan memeluk kaki
Candra Kirana. “Maafkan aku, adikku. Akulah yang menyuruh nenek sihir itu mengutukmu.
Aku cemburu karena Pangeran Inu Kertapati Iebih menyukaimu daripada aku,” katanya
sambil menangis.
Semua yang ada di situ terkejut. Raja Kertamarta hendak menghukum Dewi Galuh, tapi
Candra Kirana mencegahnya. “Jangan Ayah, Kakak sudah meminta maaf. Aku yakin Kakak
telah menyesali perbuatannya. Bangunlah, Kak. Kami semua telah memaafkanmu,” kata
Candra Kirana. “Terima kasih karena telah memaafkanku, Dik. Aku berjanji, mulai saat ini
aku akan menjadi kakak yang baik untukmu,” kata Dewi Galuh sambil terisak.
Raja Kertamarta pun memeluk kedua putri kesayangannya itu. Candra Kirana bisa kembali ke
istana berkat kegigihan Pangeran Inu Kertapati dan bantuan seorang kakek tua. Pesta
pernikahan akan segera diIaksanakan.

Unsur  Intrinsik Legenda ‘Keong Emas’

1.   Tema                                 : ketabahan hati.


2.   Tokoh
a.    Tokoh utama                         : Inu Kertapati, Dewi Candra, Galuh Ajeng.
b.    Tokoh sampingan                 : Jayanegara, Jaya, Liku, Mbok Rondo.
3.   Perwatakan
1.    Dewi                                    :  rajin, baik hati, suka menolong, suka membantu.
2.    Inu                                       :  baik, ramah, bijaksana.
3.    Ajeng                                   :  jahat, kejam, licik, manja, suka memaksa, ingin menang
sendiri, tidak mau mengalah.
4.    Jayanegara                          : baik, dermawan, bijaksana, menepati janji.
5.    Jaya                                     : baik, bijaksana, menepati janji.
6.    Liku                                      : judes, kejam, licik, suka marah-marah, suka membentak,
sombong.
7.    Mbok Rondo                         : baik, penyayang, gemar menolong.
8.    Mbah Dukun                          : jahat, dapat menyihir orang, licik.
4.   Latar
a.    Latar tempat                         : rumah, sungai, taman, rumah dukun.
b.    Latar waktu                           : siang hari, malam hari.
c.    Latar suasana                        : menyedihkan, menegangkan, mengharukan.
5.   Alur
Alur campuran, karena film tersebut menceritakan masa depan tiba-tiba kembali ke masa lalu,
kemudian kembali menceritakan masa depan.
6.   Sudut Pandang
Sudut pandang orang orang ketiga serba tahu.
7.   Amanat
Amanat/pesan yang dapat kita ambil dari film “ Keong Emas “ adalah :
a.    Orang tua tidak boleh berat sebelah terhadap anak-anaknya. Anak berhak diperlakukan
dengan adil.
b.    Orang tua harus memperlakukan anaknya dengan baik, tidak memperlakukannya seperti
pembantu.
c.    Syukurilah apa yang kita miliki, jangan iri terhadap milik orang lain.
8.   Gaya Bahasa
Legenda Keong Emas didominasi oleh bahasa sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai