Anda di halaman 1dari 25

HIKAYAT

Pengertian Hikayat

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa,


terutama pada Bahasa Melayu yang berisikan
mengenai suatu kisah, cerita, dan juga dongeng.
Hikayat Umumnya mengisahkan mengenai
kehebatan maupun kepahlawanan seseorang
lengkap dengan keanehan, kesaktian dan juga
mukjizat dari tokoh utama.
Ciri dan Karakteristik
Hikayat
4

Ciri dan Karakteristik Hikayat

Bahasa Istana Sentris


bahasa yang digunakan Pusat ceritanya berada di
pada hikayat itu adalah dalam lingkungan istana.
bahasa Melayu lama Hikayat tersebut seringkali
bertema dan berlatar
kerajaan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan tokoh
yang diceritakan ialah raja
serta Pangeran (anak raja).
5

Ciri dan Karakteristik Hikayat

Pralogis (kemustahilan) Kesaktian


Banyak cerita yang Seringkali kita dapat
terdapat pada hikayat menemukan kesaktian
tidak bisa diterima oleh pada para tokoh dalam
akal. hikayat.
6

Ciri dan Karakteristik Hikayat

Anonim Arkais
Anonim berarti tidak Menggunakan kata arkais,
diketahui dengan secara bahasa yang digunakan
jelas nama pencerita atau pada masa lampau dan
pengarang. Hal tersebut Jarang digunakan dalam
disebabkan karena cerita komunikasi pada masa
yang disampaikan itu kini.
secara lisan.
Contoh : hatta, maka,
titah, upeti
Penggunaan Bahasa Teks
Hikayat
8

Penggunaan Bahasa Teks Hikayat

1. Hikayat menggunakan bahasa Melayu


2. Kosakata yang digunakan biasanya bahasa arkais
3. Konjungsi cerita hikayat biasanya dimulai dengan kata:
alkisah, sebermula, arkian, syahdan, hatta, dan
tersebutlah.
4. Cerita hikayat tokoh utama orang ketiga biasanya berisi:
kehebatan dan kepahlawanan orang ternama.
5. Gaya bahasa banyak menggunakan majas
Nilai Nilai Hikayat
10

Nilai Nilai Hikayat

1. Nilai religi adalah nilai yang dikaitkan dengan ajaran


agama. Nilai religi biasanya ditandai dengan
penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk ghaib,
dosa-pahaa, serta surga-neraka.
2. Nilai-nilai moral adalah nasihat-nasihat yang berkaitan
dengan budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang
dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau
dinikmatinya.
11

Nilai Nilai Hikayat

3. Nilai sosial adalah nasihat-nasihat yang berkaitan


dengan kemasyarakatan. Indikasi nilai sosial dikaitkan
dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Nilai budaya adalah nilai yang diambil dari budaya yang
berkembang secara turun menurun di masyarakat. Ciri
khas nilai-nilai bidaya dibandingkan nilai lainnya adalah
masyarakat takut meninggalkan atau menentang nilai
tersebut karena ‘takut’ sesuatu yang buruk akan
menimpanya.
12

Nilai Nilai Hikayat

5. Nilai estetika berkaitan dengan keindahan dan seni.


6. Nilai edukasi adalah nilai berkaitan dengan pendidikan.
Contoh Hikayat
Hikayat Si Miskin 14
Ini hikayat cerita orang dahulu kala sekali peristiwa Allah SWT menunjukkan kekayaaNnya kepada hambaNya. Maka
adalah seorang miskin laki-biniberjalan mencari rizqinya berkeliling negara antah berantah. Adapun nama raja di dalam
negara itu maharaja Indera Dewa. Namanya terlalu amat besar kerajaan baginda itu. Beberapa raja-raja di tanah Dewa itu
takluk kepada baginda dan mengantar upeti kepada baginda pada tiap-tiap tahun.
Hatta, maka pada suatu hari baginda sedang ramai dihadapi oleh segala raja-raja, menteri, hulubalang, rakyat sekalian di
penghadapannya. Maka Si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si Miskin laki-bini
dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu
dan batu. Maka dilemparilah akan si miskin itu kena tubuhnya habis bengkak-bengkak dan berdarah. Maka segala
tubuhnyapun berlumur dengan darah. Maka orangpun gemparlah. Maka titah baginga “Apakah yang gempar di luar itu?”.
Sembah segala raja-raja itu “ Ya tuanku Syah Alam, orang melempar Si Miskin tuanku”. Maka titah baginda”Suruh usir jauh-
jauh!”. Maka diusir oranglah akan Si Miskin hingga sampailah ke tepi hutan. Maka orang banyak itupu kembalilah. Maka
haripun malamlah. Maka bagindapun berangkatlah masuk ke dalam istanannya itu. Maka segala raja-raja dan menteri,
hulubalang rakyat sekalian itupun masing-masing pulang ke rumahnya. Adapun akan Si Miskin itu apabila malam iapun
tidurlah di dalam hutan itu. Setelah siang hari maka iapun pergi berjalan masuk ke dalam negeri mencari rizqinya. Maka
apabila sampailah dekat kepada kampung orang . Apabila orang yang empunya kampung itu melihat akan dia. Maka diusirlah
dengan kayu. Maka Si Miskin itupun larilah ia lalu ke pasar. Maka apabila dilihat oleh orang pasar itu Si Miskin datang, maka
masing-masing pun datang ada yang melontari dengan batu, ada yang memalu dengan kayu. Maka Si Miskin itupun larilah
tunggang langgang, tubuhnya habis berlumur dengan darah. Maka menangislah ia berseru-seru sepanjang jalan itu dengan
tersengat lapar dahaganya seperti akan matilah rasanya. Maka iapun bertemu dengan tempat orang membuangkan sampah-
sampah. Maka berhentilah ia di sana. Maka dicaharinyalah di dalam sampah yang tertimbun itu barang yang boleh dimakan.
Maka didapatinyalah ketupat yang sudah basidibuangkan oleh orang pasar itu dengan buku tebu lalu dimakannya ketupat
yang sebiji itu laki-bini. Setelah sudah dimakannya ketupat itu maka barulah dimakannya buku tebu itu. Maka adalah segar
sedikit rasanya tubuhnya karena beberapa lamanya tiada merasai nasi. Hendak mati rasanya. Ia hendak meminta ke rumah
orang takut. Jangankan diberi orang barang sesuat hampir kepada rumah orang itupun tiada boleh. Demikianlah Si Miskin itu
sehari-hari.
15

Hatta, maka haripun petanglah. Maka Si Miskin pun berjalanlah masuk ke dalam hutan tempatnya
sediakala itu. Di sanalah ia tidur. Maka disapunya lah darah-darah yang ditubuhnya tiada boleh keluar
karena darah itu sudah kering. Maka Si Miskin itupun tidurlah di dalam hutan itu. Setelah pagi-pagi hari
maka berkatalah Si Miskin kepada isterinya”Ya tuanku, matilah rasaku ini. Sangatlah sakit rasanya tubuhku
ini”. Maka tiadalah beradaya lagi hancurlah rasanya anggotaku ini. Maka iapun tersedu-sedu menangis.
Maka terlalu belas rasa hati isterinya melihat laku suaminya demikian itu. Maka iapun menangis pula seraya
mengambil daun kayu lalu dimamahnya. Maka disapukannyalah seluruh tubuh suaminya sambil ia berkata”
Diamlah, tuan jangan menangis. Sedihlah dengan anteng kita. Maka selaku ini adapun akan si miskin itu
aslinya daripada raja keinderaan. Maka kena sumpah Batara Indera maka jadilah ia demikaian itu. Maka
adalah suaminya itu pun segarlah sedikit tubuhnay setelah itu maka suaminyapun masuk ke dalam hutan
mencari ambat yang muda ayng patut dimakannya. Maka dibawanyalahkepada isterinya. Maka demikianlah
laki-bini.
Hatta beberapa lamanya maka isteri Si Miskin itupun hamillah tiga bulan lamanya. Maka isterinya menangis hendak 16
makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu. Maka suaminya itupun terketukkan antingnyatatkalaia di
Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya
berkata kepada isterinya, “Ayo, hay adinda tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini tiadakah tuan tahu akan hal kita
yang sudah lalu itu jangankan hendak meminta barang suatu. Hampir kepada kampung orang tiada boleh”. Setelah didengar
oleh isterinya kata suaminya demikian itu, maka makinlah sangat ia menangis. Maka kata suaminya, “Diamlah tuan, jangan
menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam
itu kakanda berikan pada tuan”. Maka isterinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah kepasar mencahari buah
mempelam itu. Setelah sampai di kedi orang berjual buah mempelam. Maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun
dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam itu, “Hai miskin. Apa kehendakmu?”
maka sahut Si Miskin, “Jikalau ada belas dan kasihan serat Rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan
yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja
tuan”. Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya maka
ada yang memberi buah mempelam ada yang memberikan nasi ada yang memberikan kain baju ada yang memberikan buah-
buahan. Oleh anak yang daid makan oleh isterinya itu. Maka si Miskin itupun heranlah akan dirirnya oleh sebab diberi orang
pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampirpun tiada boleh.
Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu, maka iapun kembalilah ke
dalam hutan mendapatkan isterinya. Maka katanya, “Inilah tuan, buah memepelam dan segala buah-buahan dan makan-
makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah isterinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka
isterinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. Biarlah aku mati sekali.
Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan isterinya itu seperti orang yang hendak mati.
Rupanya tiadalah berdai lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itupun 17
sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk kedalam sekali. Maka titah baginda, “hai
Miskin, apa kehendakmu. Maka sahut si Miskin, ada juga tuanku lalui sujud kepalanya lalu diletakkannya ketanah, “ampun
tuanku, beribu-ribu ampun tuanku jikalau ada karenanya dauli Syah Alam akan patulah hamba orang yang hina ini hendaklah
memohonkan daun mempelam sah alam yang sydah gugur ke bumi itu barangkali tuanku. Maka titah baginda, “hendak
engkau buatkan apa daun mempelam itu?” Maka sembah si Miskin, “hendak dimakan tuanku.” Maka titah baginda,
“ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini”. Maka diambilakn oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka
diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda
pun berangkatlah masuk ke dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulu-balang rakyat sekalian itupun masing-
masing pulang ke rumahnya arkin. Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh isterinya akan
suaminya dating itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.
Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja
itu juga. Maka si Miskin itu pun pergilah pula memohonkan kepada baginda itu. Maka sujudlah pula ia kepada baginda. Maka
titah baginda, “apa pula kehendamu hay miskin?” Maka sahut si Miskin, “ya tuanku, ampun beribu-ribu ampun” sahut ia sujud
kepalanya lalu diletakkannya ke tanah. Sahut ia berkata pula, “hamba ini orang yang miskin. Hamba minta daun nangka yang
gugur ke bumi, barang sehelai. Maka titah baginda, ”hay Miskin, hendak kau buatkan apa daun nagka? Baiklah aku beri
buahan barang sebiji” Maka diberikan kepada si Miskin itu. Maka ia pun sujud seraya bermohon kembali mendapatkan
isterinya itu.
Maka ia pun sampilah setelah dilihat oleh isterinya itu, suaminya datng itu. Maka disambutnya buah nangka itu. Lalu 18
dimakan oleh isterinya itu. Adapun selama isterinya si Miskin hamil maka banyaklah makn-makanan dan kain baju dan beras
padi dan segala perkakas-perkakas itu diberi orang kepadanya.
Hatta maka dengan hal yang demikian itu maka genaplah bulannya. Maka pada ketika yang baik dan saat yang
sempurna pada malam empat belas hari bulan. Maka bulan itu pun sedang terang. Maka pada ketika itu isteri si Miskin itu pun
beranaklah seorang anak laki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Maka dinamainya akan anaknya itu Markaromah
artinya anak didalam kesukaran. Maka dipeliharakannyalah anaknya itu. Maka terlalu amat kasihsayangnya akan anak itu
tiada boleh bercari barang seketika jua pun dengan anaknya Markaromah itu.
Hatta, maka dengan takdir Allah SWT menganugarahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah tanah hendak
berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka tergalilah kepada
sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka isterinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata
kepada suaminya, “adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja. Maka terlalu
sukacita hatinya laki isteri itu. Maka oleh isterinyadiambilnya emas itu dibawanya kepada suaminya. Maka si Miskin itupun
pergilah kepada saudagar-saudagar yang di dalam negeri antah-berantah itu. Setelah itu maka bertemulah ia dengan
saudagar itu. Maka segeralah ia ditukar oleh saudagar itu. Seraya katany, “marilah tuanhamba duduk dekat hamba disini, dari
mana tuan datang ini dan apakah maksud tuan hamba dating kepada hamba ini?” Maka kata si Miskin itu seraya tersenyum,
“ada juga kehendak hamba ini kepada tuan hamba jikalau tuan hamba boleh menolong akan hamba katakanlah. Maka sahut
saudagar itu, “katakanlah hajat tuan hamba
19

Analisis Hikayat Si Miskin


Tema :
Kunci kesuksesan adalah kesabaran. Perjalanan hidup seseorang yang mengalami
banyak rintangan dan cobaan.

Alur :
Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakan peristiwa tersebut dari awal
permasalahan sampai akhir permasalahan.

Setting/ Latar :
Setting Tempat : Negeri Antah Berantah, hutan, pasar, Negeri Puspa Sari, Lautan,
Tepi Pantai Pulau Raksasa, Kapal, Negeri Palinggam Cahaya.
Setting Suasana : tegang, mencekam dan Ketakutan, bahagia, menyedihkan
20

Analisis Hikayat Si Miskin


Tokoh dan Penokohan :
Si Miskin (Raja Keinderaan/Laki/Maha Raja Indera Angkasa)
- Penurut kepada istri
- Baik hati dan bekerja keras dalam mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya
- Penuh kasih sayang kepada anaknya
- Adil dan Pemurah
- Mudah percaya orang lain tanpa pikir panjang.

Si Miskin (Permaisuri/Bini/Tuan Puteri ratna Dewi)


- Berhati teguh (harus mendapatkan sesuatu yang diinginkannya)
- Setia menemani suaminya dalam suka maupun duka
- Penuh kasih sayang kepada anaknya
21

Analisis Hikayat Si Miskin


Maharaja Indera Dewa
- Iri hati kepada kemasyuran di Kerajaan Puspa Sari
- Jahat, Penghasut, Pembohong

Penduduk Negeri Antah Berantah


-Suka menganiaya kaum yang lemah dan tak berdaya.

Marakarmah
- Berbakti kepada kedua orang tua
- Penyayang kepada adiknya
- Pendendam
- Sakti mandraguna
22

Analisis Hikayat Si Miskin


Nila Kesuma (Mayang Mengurai)
- Berbakti kepada kedua orang tua

Warga Kampung
- Suka menghakimi tanpa melihat sebab dan akibat

Raja Mangindera Sari


- Penolong

Cahaya Chairani
- Baik hati dan suka menolong
23

Analisis Hikayat Si Miskin


Nahkoda Kapal
- Berotak mesum
- Jahat

Nenek Kebayan
- Amanah
- Baik Hati

Sudut Pandang Pengarang :


Orang ketiga serba tahu.
24

Analisis Hikayat Si Miskin


Amanat :
- Seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang adil dan pemurah.
- Janganlah mudah terpengaruh dengan kata-kata oran lain.
- Hadapilah semua rintangan dan cobaan dalam hidup dengan sabar dan rendah
hati.
- Jangan memandang seseorang dari tampak luarnya saja, tapi lihatlah ke dalam
hatinya.
- Hendaknya kita dapat menolong sesama yang mengalami kesukaran.
- Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
- Hidup dan kematian, bahagia dan kesedihan, semua berada di tanan Tuhan,
manusia hanya dapat menjalani takdir yang telah ditentukan.
25

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai