Anda di halaman 1dari 4

RESENSI BUKU NON FIKSI

Identitas Buku

Judul : Diamond In The Rough


Penulis : Nathania Christy
Kategori : Motivasi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kota penerbit : Jakarta :
Tahun terbit : 2014
Jumlah halaman : 201

Isi setiap bab

Bab 1 :
Berisi tentang awal mula perjalanan Nathania Christy -atau yang biasa dipanggil
Nia- dalam meraih mimpi-mimpinya. Nia mulai bercerita tentang bagaimana mimpi
menjadi motivasi besar penentu keberhasilannya dalam meraih beasiswa. Secara
ringkas, ia menuliskan siklus mimpinya yang prosesnya dimulai dengan:
Bermimpi -> berjuang untuk menggapai mimpi itu -> mendapatkan mimpi itu-
> menjalaninya -> mulai bermimpi hal-hal baru yang lebih besar.
Nia juga menyukai mimpi yang step by step. Pada awalnya Nia bercita-cita
untuk bisa mendapatkan beasiswa di Singapura, lalu ia bercita-cita bisa sekolah di
Victoria JC. Diluar dugaan, nilainya mengalahkan mimipinya, sehingga ia bisa masuk
ke Raffles JC yang peringkatnya lebih tinggi.
Nia memulai pendidikan di Singapura dengan bersekolah di Bukit Panjang
Goverment High School setelah itu melanjutkan pendidikan di Raffles Junior College,
sebuah sekolah bergengsi yang tidak sembarangan orang bisa masuk ke sekolah
tersebut, bahkan warga negara Singapura sendiri. Di Singapura, bersama dengan
peraih beasiswa dari negara lain, Nia mendapat julukan scholars. Perlu diketahui
bahwa Nia memperoleh beasiswa tersebut dari Departemen Pendidikan Singapura.
Pemerintah Singapura mengeluarkan uang sekitar 280 milliar untuk warga negara
asing agar bisa meraih pendidikan gratis di Singapura. Kebijakan tersebut memang
cukup aneh, namun tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing warga negara
Singapura.

Bab 2 :
Menceritakan tentang perjuangan Nia dalam menempuh pendidikan di
Singapura. Sistem pendidikan di Singapura yang sangat ketat dan disiplin
membuatnya harus belajar mati-matian. Seseorang yang sudah terkenal pintar dan
selalu mendapat nilai A, bisa saja tiba-tiba mendapat nilai E karena ia tidak belajar.
Makanya, pelajar di Singapura selalu belajar setiap hari. Mereka membaca nuku
dimanapun berada.
Di Singapura tidak hanya dalam bidang pendidikan, persaingan dalam berbagai
bidang sangatlah ketat hal tersebut tidak terlepas dari budaya Singapura yang bernama
“kiasu” yang berarti “takut kalah” atau lebih tepatnya, selalu mau lebih dulu, selalu
mau menang, dan selalu mau menjadi yang terbaik. Karena semua teman-teman Nia
selalu kiasu, mau tidak mau akhirnya Nia harus ikut kiasu juga. Jika tidak, mungkin
nilainya akan menjadi paling rendah dan beresiko diberhentikannya beasiswanya.
Selain orang asli Singapura, murid-murid perek, yaitu penerima beasiswa dari
China (PRC = People’s Republic of China, disingkat Nia dan teman-temannya
menjadi perek) mereka juga adalah kelompok orang-orang jenius yang memiliki
kebiasaan ekstrim dalam belajar. Mereka biasanya belajar hingga jam 1 atau jam 2
subuh, dan dilanjutkan dengan mandi, menggunakan seragam, kemudian barulah
mereka tidur. Jadi begitu mereka bangun pagi, mereka langsung berangkat ke sekolah.
Sekolah di Singapura yang hanya menekankan kemenangan membuat sistem
pendidikan mereka menjadi berbentuk sistem menghafal model answer atau jawaban,
mengikuti silabus, mengerjakan soal sepuluh tahun. Ternyata ketiga cara belajar orang
Singapura itu membuat mereka kehilangan orisinalitas dan kreativitas. Sekilas,
pendidikan di Singapura memang tampak kejam. Tapi hasilnya negara mereka
menjadi maju. Rakyatnya pintar-pintar karena mereka rajin.

Bab 3 :
Bab ini berisi cerita Nia tentang Singapura. Singapura adalah salah satu negara
maju di asia tenggara yang merupakan negara tetangga kita sendiri. Singapura terkenal
dengan kota-kotanya yang bersih dan bebas macet. Pada bab ini Nia berbagi sedikit
cerita tentang Singapura. Yang pertama adalah tentang bahasanya yang biasa disebut
dengan Singlish (Singaporean English). Orang Singapura memiliki logat yang unik.
Misalnya, menambahkan kata “lah!” diakhir kalimat dan menggunakan akhiran “meh”
saat bertanya atau “ar” untuk pertanyaan yang lebih sopan.
Yang kedua berbicara tentang gedung-gedungnya. Singapura terkenal dengan
Hotel Mandarin Meritus-nya yang berbentuk seperti kepala gajah lengkap dengan
telinga dan belalainya. Belalainya seakan mengisap air yang merupakan simbol
kemakmuran. Kemudian ada Singapore Flyer, panggung terapung terbesar di dunia,
dan ada pula The Helix Bridge yang merupakan jembatan curved double helix bridge
pertama di dunia. Masih ada gedung Esplanade yang menjadi pusat seni dan
pertunjukan, Gardens by the Bay yang memiliki koleksi tanaman dari seluruh dunia,
dan terakhir ada Marina Bay Sands yang bentuknya menyerupai susunan tiga kartu
remi, bagian atasnya berbentuk kapal yang menghubungkan ketiga kartu tersebut.
Selanjutnya tentang teman-teman Nia yang tidak seperti teman-temannya di
Indonesia yang cenderung lebih suka melakukan hal-hal yang kini dianggap kekinian
seperti, pergi ke mall, nonton di XXI, nonkrong di cafe, membicarakan tentang gosip-
gosip yang sedang hangat, dan sebagainya. Sangat berbeda dengan teman-teman Nia
di Singapura yang lebih suka memikirkan dan membicarakan hal-hal yang berat
seperti membicarakan tentang masalah ekonomi disuatu negara dan lain-lain. Hal unik
lain lagi dari Singapura adalah anak mudanya harus diajari bagaiman caranya pacaran
karena mereka terlalu sibuk dengan ambisi mereka dan terlalu fokus belajar hingga
mereka tidak punya waktu untuk berpacaran. Kalaupun sudah pacaran dan menikah
banyak dari mereka yang tidak mau punya anak, karena mereka berpikir bahwa anak
yang kelak akan lahir hanya akan menderida dengan sistem yang ditetapkan
pemerintah Singapura agar menjalani hidup serba terencana dan penuh perjuangan.
Dan yang terakhir adalah pemerintah Singapura memiliki hobi kampanye dan
kampanyenya juga aneh, misalnya mereka mengkampanyekan agar semua rakyat
Singapura memberi senyum dan menyapa “halo” kepada orang asing, kampenye agar
rakyat Singapura rajin, kampanye agar rakyatnya mau berpacaran, kampanye
berbicara bahasa Inggris dengan baik dan benar karena rakyat Singapura lebih terbiasa
menggunakan singlish.

Bab 4 :
Berisi tentang motivasi-motivasi yang dibagikan oleh Nia untuk para pembaca
khususnya anak muda agar lebih semangat dalam meraih mimpi-mimpi meskipun
harus melalui banyak tantangan dan kesulitan. Seperti yang Nia katakan “keindahan
merupakan hasil dari proses”. Dalam buku tersebut Nia menggambarkan dirinya dan
pembaca sebagai sebuah berlian yang harus dipoles sedemikian rupa agar menjadi
sebuah berlian yang indah. Nia mengartikan berlian tersebut bahwa dia dan kita
berharga, kuat, kita akan bersinar, kita harus diproses, kita harus menjadi kebanggaan,
dan kita harus bisa menajamkan orang lain.
Cara untuk bersinar seperti berlian, yaitu dengan menginvestasikan waktu kita
untuk pendidikan, baik formal atau informal. Belajarlah sebanyak-banyaknya,
gunakanlah kebebasan kita untuk melakukan hal yang berguna. Nia juga berbagi
bagaiman cara menjadi pintar yaitu, dengan menyaring apa yang masuk ke otak kita,
belajar cara belajar, buat diri kita dikelilingi oleh orang-orang pintar karena pengaruh
lingkungan pada diri kita sangat besar, masukkan isi suatu hal ke otak sekali saja, lalu
pertajam isi itu, dan terakhir ambil kata kunci dari apapun yang kita baca dan buatkan
singkatan yang lucu agar mudah diingat. Dan untuk bersinar seperti berlian kita harus
punya kebiasaan yang baik meskipun itu akan sulit. Seperti yang Nia katakan
“bersyukurlah saat keadaan tidak enak. Kesengsaraan menimbulkan ketekunan. Dan
ketekunan menimbulkan tahan uji. Dan kita akan keluar sebagai individu yang lebih
kuat”.

Bab 5 :
Mengisahkakan tentang keberhasilan Nia dalam studinya selama 4 tahun di
Singapura. Buku ini dibuat Nia agar pembacanya bisa mengukir kisah mereka sendiri.
Agar anak muda Indonesia bangkit dan berprestasi, tidak mudah menyerah dalam
kesulitan sebab kesulitan itu seperti proses untuk mengasah kita menjadi seperti
berlian. Dan itu disadari Nia setelah ia melewati semuanya. Nia ingin agar anak
Indonesia belajar setinggi-tingginya, keliling dunia, dan akhirnya nanti mengubah
Indonesia menjadi lebih baik. Karena kesuksesan milik semua orang. Siapapun itu.
Nia berpesan pula jika kita sudah diproses, dan kita keluar sebgai berlian, bersinarlah.
Bersinarlah untuk orang lain, dan bukan untuk diri sendiri.

Kelebihan :
Berisi banyak informasi dan motivasi agar pembaca khususnya para remaja dari
SD bahkan sampai perguruan tinggi juga memiliki semangat untuk meraih mimpi-
mimpi dan bersinar seperti berlian.

Kekurangan :
buku ini memiliki kekurangan dari segi penyajian., yaitu:
1. Bab demi bab rasanya kurang runtut. 
2. Terlalu banyak kata-kata dalam bahasa inggris yang diselipkan.

Anda mungkin juga menyukai