Anda di halaman 1dari 3

JADIKAN PERBEDAAN

SEBAGAI PEMERSATU BANGSA


Bicara soal Indonesia. Indonesia merupakan negara yang dikenal dunia dengan
multikulturnya. Dari budaya, suku, agama, bahkan bahasa yang beragam walaupun masih
satu wilayah di Indonesia. Penduduk Republik Indonesia berjumlah sekitar 210 juta orang,
yang terdiri dari sekitar 300 suku, dan yang menggunakan sekitar 580 bahasa dan dialek.
Mereka menghuni 6000 pulau dari seluruh jumlah kepulauan sebesar 17 508 pulau. Di antara
penduduk yang begitu besar itu (ke-4 di dunia) kira-kira 87,18% memeluk agama,
Islam 6,96% Kristen, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Konghucu, 0,13%
agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.
Jika dilihat dari data-data di atas kita dapat melihat bahwa Indonesia memang
beragam. Keberagaman yang ada dalam masyarakat Indonesia merupakan hal yang telah
melekat pada masyarakat Indonesia yang disebut sebagai identitas nasional. Identitas nasional
merupakan keunikan atau kekhasan suatu negara sehingga dapat dikenali oleh orang–orang di
dunia. Dengan adanya identitas nasonal, masyarakat akan lebih memahami negaranya sendiri
dan dapat menguatkan intergritas dan juga ketahanan nasional di Indonesia.
Lagu Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, bendera
merah putih, dan Pancasila merupakan identitas yang hanya dimiliki oleh negara Indonesia.
Identitas nasional ini juga dijadikan sebagai acuan dalam berbangsa dan bernegara, karena
merepresentasikan bangsa Indonesia yang satu, atas seluruh perbedaan yang ada di Indonesia.
Namun, akan menjadi semu jika melihat kenyataan yang terjadi dalam bangsa dan negara kita
saat ini. Maraknya tindakan intoleransi membuat bangsa ini seakan terseok-seok dan
kehilangan nyali. Masyarakat semakin mudah untuk dipecah belah karena perbedaan yang
dimiliki. Entah karena perbedaan agama, suku, kebudayaan ataupun aspek yang lain. Mereka
mementingkan kepentingan golongan berdasarkan suku, agama, ras, kebudayaan atau
golongan, sehingga kericuhan di sana sini pun terjadi.
Kericuhan yang terjadi di Palu, Wamena, dan daerah-daerah yang lain menjadi bukti
sikap intoleransi yang mulai timbul dalam bangsa kita. Hal ini tentu saja beranjak dari adanya
perbedaan dalam masyarakat. Perbedaan – perbedaan tersebut tidak bisa diterima oleh
masyarakat sekitar sehingga terjadilah kericuhan yang bisa saja berakibat pada pecahnya
persatuan dan kesatuan bangsa.
Berita-berita hoax yang tersebar dalam masyarakat pun menjadi salah satu pemicu
retaknya persatuan dan kesatuan bangsa. Maraknya berita-berita hoax dalam tanah air yang
timbul akibat manusia-manusia yang tak bertanggung jawab. Mereka yang mudah termakan
tipu muslihat pun tersulut emosinya dan menimbulkan kericuhan yang tidak hanya
berpengaruh pada satu dua orang saja, melainkan berpengaruh pada masyarakat sekitar
bahkan seluruh tanah air. Konflik-konflik ini tentu tak hanya mengancam integrasi bangsa
kita, melainkan sekaligus menjadi batu sandungan kita sebagai bangsa dalam mengisi
cita-cita kemerdekaan bersama, yaitu bersatu. Bangsa akan menjadi hebat manakala
mampu melahirkan produk-produk unggulan yang bisa memahami dan menghormati pihak
lain. Peduli kepada keumatan manusia, yaitu menghargai dan menerima manusia lain apa
adanya.
Banyaknya isu politik, ditambah dengan konflik di sana-sini yang melibatkan agama,
ras, atau etnis kadang membuat kita meragukan negeri ini. Sulit untuk tetap menegakkan
nasionalime di negara yang penuh dengan guncangan mengenai perdamaian, apalagi untuk
generasi muda yang masih mencari mana yang benar atau sebaliknya.
Jika hal ini terus terjadi maka bagaimana kita akan menghargai jasa-jasa para
pahlawan yang telah gugur demi bangsa dan negara ini. Bhineka Tunggal Ika: Berbeda-beda
tetapi tetap satu. Dimanakah makna dari semboyan itu? Dimanakah makna dari isi sumpah
pemuda yang telah dikumandangkan pahlawan kita?
Baiklah kita jangan menyia-nyiakan pengorbanan para pahlawan kita. Marilah kita
bersatu membentuk Indonesia yang aman, damai, dan maju. Buatlah Ibu Pertiwi kembali
tersenyum. Hal itu hanya bisa kita lakukan jika kita sebagai anak bangsa dapat
merepresentasikan prinsip dari Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan kita. Apalah gunanya
perseturuan, kericuhan, pertentangan, yang ada semua itu akan membawa kita pada
perpecahan.
Ada banyak perbedaan di Indonesia. Ketersediaan menerima perbedaan menjadi
fondasi utama terciptanya persatuan dalam kemajemukan masyarakat, bangsa dan negara.
Jika kita membiarkan perbedaan itu, memenangkan ego dan tidak mau membangkitkan rasa
toleransi, maka tentu saja bangsa dan negara kita akan terpecah belah.
Menyatukan perbedaan bukanlah hal yang mungkin untuk dilakukan, tetapi bersatu
dalam perbedaan tentu saja bisa kita lakukan bukan? Beberapa cara kita lakukan untuk
menghargai kebergaman, yaitu dengan ikut memelihara, melestarikan, dan mengembangkan
budaya yang ada dalam masyarakat, tidak merendahkan adat suku lain, saling menghormati
budaya yang ada. Jika kita mau menerapkan hal-hal sederhana yang seperti itu, maka
perbedaan bukanlah masalah bagi kita. Melainkan akan menjadi kekayaan dan keunikan bagi
Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita semua saling menghargai agar tercipta persatuan
demi mencapai Indonesia yang maju.

BIODATA
El-Shaddai Nugraha atau sering disapa Elsa, lahir dan dibesarkan di Sangalla, 28 Juni
2002. Ia adalah salah satu siswa SMAN 5 Tana Toraja yang saat ini sedang duduk di bangku
kelas XII IBB. Blabla ini bercita-cita untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas
Diponegoro jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Di tengah – tengah kesibukannya sebagai
pelajar, ia terkadang meluangkan waktunya untuk menulis. Capaian terbesarnya untuk saat
ini dalam menulis adalah ia mendapat juara 2 dalam lomba menulis esai persahabatan Jepang
dan Sulawesi Selatan 2019 tingkat provinsi. Dengan capaian itu, ia semakin ingin
meningkatkan kemampuannya dalam menulis dan menjadi manfaat bagi orang lain lewat
tulisannya.

Anda mungkin juga menyukai