Anda di halaman 1dari 10

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampuh : 1. Prof.Dr. Syamsul Bachri Thalib,M.Si

2.  Andi Halimah, S.Psi.,M.A 

“Motivasi Berprestasi dan Manajemen Stress Akademik”

Disusun Oleh:

1. Andi Arfanita Harris200701502060

2. Ira Nurhidayah Rahman 200701502145

3. Sindi Agustina 200701502068

4. Nurmala Zainuddin 200701500056

5. Muh. Setiawan Sahib 200701500024

Fakultas Psikologi
Universitas Negeri Makasar
Tahun Ajaran 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motivasi merupakan dorongan seseorang untuk lebih bersemangat


dalam mengerjakan suatu hal, karena itu motivasi merupakan salah satu
pendorong kesuksesan seseorang. Motivasi juga merupakan faktor
pendorong yang penting dalam dunia pendidikan. Bagi para pelajar,
motivasi bisa mendorong mereka untuk berprestasi. Siswa yang memiliki
motivasi yang tinggi akan lebih bersemangat dan berjuang dalam
mengerjakan tugas mereka dibandingkan dengan yang memiliki motivasi
yang rendah. Hal ini tentunya juga akan mempengaruh nilai dan prestasi
mereka. Karena itu motivasi erat kaitannya dengan prestasi.
Manusia merasa bangga ketika mempunyai prestasi yang dapat
dibanggakan sehingga manusia membutuhkan motivasi
berprestasi.Motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk
menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan
untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai suatu
kesuksesan.Motivasi berprestasi dapat menjadi sebuah dorongan untuk
dapat menghadapi setiap tantagan kehidupan sehingga dapat menciptakan
sesuksesan dalam diri individu tersebut.
Namun, tak jarang keinginan seseorang yang begitu besar untuk
menghasilkan prestasi dapat memicu stress. Stress merupakan salah satu
respon psikologi manusia saat dihadapkan dengan suatu tekanan atau
tuntutan baik dari dalam maupun dari luar, yang dianggap sulit untuk
dihadapi. Stres yang paling umum dialami oleh seorang pelajar adalah
stress akademik.Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh American
College Health Association di tahun 2014 terhadap 26% mahasiswa yang
ada di Amerika, sebanyak 30.3% mahasiswa yang menjalani survei
mengalami stres akademik dan 13.5% mengalami depresi selama kurang
lebih setahun terakhir. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen stress
dalam hal akademik. Manajemen stress sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan penggunaan sumber daya secara efektif untuk mengatasi
gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan. Tujuan dari manajemen stress adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup individu agar menjadi lebih baik.
Dari pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk membahas lebih
mendalam mengenai motivasi berprestasi dan manajemen stress akademik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi?


2. Apa hubungan motivasi berprestasi degan hasil belajar akademik?
3. Apa yang dimaksud dengan stress akademik?
4. Bagaimana cara me-manajemen stress akademik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi berprestasi


2. Untuk mengetahui hubungan motivasi berprestasi degan hasil belajar
akademik
3. Uuntuk menetahui apa yang dimaksud dengan stress akademik
4. Untuk mengetahui cara me-manajemen stress akademik

D. Manfaat

1. Mengetahui lebih jelas mengenai motivasi berprestasi


2. Mengetahui dan menambah ilmu mengenai menajemen stress
akademik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Motivasi Berprestasi

Motivasi sangat erat kaitannya dengan kemampuan, sehingga orang


mengatakan ada kemampuan yang terkandung di dalam pribadi orang yang
penuh motivasi. Menurut Staton dalam Soedibyo (1989: 19) motivasi
diartikan sebagai pendorong atau penggerak yang mengkondisikan individu
dan selanjutnya diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Seseorang hanya
akan belajar jika ia mempunyai kemauan untuk belajar. Adanya kemauan
untuk belajar tersebut menunjukkan bahwa individu tersebut mempunyai
motivasi untuk belajar. Hasil penelitian Lioyd and Archer (1977: 70)
melaporkan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara motivasi
berprestasi dengan hasil belajar.
Kisah Terriy Fox digambarkan dalam film The Power of Purpose.
Seorang guru grade enam memperlihatkan film itu kepada anak didiknya
dan meminta muridnya untuk menulis apa yang mereka pelajari dari film
tersebut. Seorang murid menulis, “Saya mempelajari bahwa jika sesuatu
buruk terjadi pada Anda, Anda harus terus maju, terus mencoba. Bahkan
jika tubuh Anda sakit, semanga: Anda tidak boleh lenyap.”
Seperti contoh Terry Fox dan Lance Armstrong, motivasi murid di kelas
berkaitan dengan alasan di balik perilaku murid dan sejauh mana perilaku
mereka diberi semangat, punya arah dan dipertahankan dalam jangka lama.
Jika murid tidak menyelesaikan tugas karena bosan, maka dia kekurangan
motivasi. Jika murid menghadapi tantangan dalam penelitian dan penulisan
makalah, tetapi dia terus berjuang dan mengatasi rintangan, maka dia punya
motivasi besar.
Firmansyah dalam Singer (1986: 26-27) mengatakan bahwa tinggi
rendahnya motivasi seseorang akan menentukan pilihan untuk melakukan,
bagaimana intensitas ia melakukannya, dan bagaimana berat usaha ia
melakukannya atau tingkat kinerja setiap waktu. Seseorang yang memiliki
motivasi berprestasi akan melakukan suatu aktivitas lebih baik, lebih efisien,
lebih cepat, dan lebih bersemangat dan bertanggung jawab. Menurut Straub
(1989: 38) prestasi = belajar + motivasi. Artinya untuk mencapai prestasi
belajar yang baik, faktor latihan adalah mutlak dan harus dilakukan oleh
siswa, tetapi latihan tanpa motivasi hasilnya akan tersendat dan prosesnya
akan lama. Sebaliknya motivasi tanpa latihan tidak mungkin karena
segalanya tidak akan terarah. Boocock (1968: 74) berpendapat bahwa
motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang untuk mereaksi
terhadap situasi untuk mencapai suatu prestasi yang ditampilkan dalam
bentuk tingkah laku. Motivasi berprestasi merupakan motif yang mendorong
seseorang berpacu dengan keunggulan orang lain dan keunggulan diri
sendiri.

B. Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Hasil Belajar Akademik

Esensi pendidikan adalah suatu proses belajar untuk bergerak


(learning to move). Guru pendidikan semestinya memberikan pengalaman
berhasil bagi setiap anak, karena pengalaman berhasil dapat merupakan
sumber motivasi. Motivasi adalah kemauan seseorang untuk memilih,
mengarahkan dan memperkuat perilaku dalam mencapai tujuan. Seseorang
yang memiliki motivasi berprestasi akan melakukan sesuatu dengan
kemauan kuat untuk maju, mengarah pada standar keunggulan, suka
berkompetisi, memilki semangat yang tinggi, percaya akan
kemampuannya, tidak suka membuang waktu, dan belajar dipandang
sebagai jalan menuju cita-cita. Motivasi berprestasi mendorong seseorang
berpacu dengan keunggulan, baik keunggulan sendiri maupun keunggulan
orang lain, serta mendorong seseorang untuk berpartisipasi aktif dalam
suatu kegiatan akademik. Keterlibatan pelajar dalam aktivitas akademik,
selain didorong untuk menyatakan kemampuan dirinya, juga untuk meraih
pengalaman berhasil. Karena itu upaya untuk membangkitkan motivasi
siswa ialah memberikan kepada pelajar untuk meengalami pengalaman
yang akan membuatnya berhasil.

C. Stress akademik

Stres merupakan suatu respon adaptif individu terhadap situasi yang


diterima seseorang sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaannya.
Stres akademik adalah stres yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan
yang terjadi dalam masa pendidikan yang disebabkan oleh tuntutan yang
timbul saat peserta didik berada dalam masa pendidikan dan terjadi apabila
peserta didik tersebut mengalami ketegangan emosi saat ia gagal mengatasi
tuntutan akademiknya. Stres merupakan bagian dari kehidupan mahasiswa
dan dapat berdampak pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan
kehidupan kampusnya. Meskipun periode perkuliahan adalah hal
menyenangkan tetapi status dan peran sebagai mahasiswa seringkali
menjadi stressor tersendiri bagi seseorang karena perkembangan aspek
sosial dan kepribadian pada tahapan usia ini adalah mandiri secara sosial
dan berambisi untuk berhasil.
Penyebab stres akademik pada mahasiswa salah satunya adalah
beban akademik yang tinggi. Beban akademik yang dimaksud adalah
ketatnya persaingan dalam mencapai prestasi, tekanan untuk terus
meningkatkan prestasi, ragamnya tugas perkuliahan, ujian-ujian, merasa
salah memilih jurusan kuliah, nilai yang kurang memuaskan, ancaman drop
out, adaptasi dengan lingkungan baru, peraturan waktu yang kacau,
manajemen diri yang kurang bagus, hidup mandiri, kesulitan dalam
peraturan keuangan, mencari tempat tinggal, gangguan hubungan
interpersonal, konflik dengan teman, dosen, pacar dan keluarga, serta
tekanan untuk terus meningkatkan prestasi akademik dan tuntutan IPK yang
tinggi.
D. Manajemen Stress Akademik

Stress memiliki banyak dampak terhadap kehidupan individu contohnya


saja mengalami kecemasan. Ketika individu mengalami kecemasan yang
terus menurus maka akan mengganggu aktivitasnya dalam kegiatan sehari-
sehari. Oleh karena itu individu harus memiliki kendali atas diri nya agar
kecemasan tersebut tidak meningkat. Beberapa hal yang penting yang dapat
berpengaruh pada kecemasan individu yakni cara Individu dalam mengelola
stress. Seseorang yang memiliki pengelolaan stress dengan baik mampu
menggunakan sumber daya dengan efektif untuk mengatasi ganguan serta
kekacauan mental, emosional yang timbul akibat tekanan dan kondisi yang
diluar prediksi (Burla et al., 2019). Tujuan daripada manajemen stress untuk
memperbaiki kualitas hidup individu agar menjadi lebih baik. Selain itu cara
meminimalisir kecemasan adalah dengan regulasi emosi. Regulasi emosi
merupakan salah satu alternatif untuk menjadi solusi agar induvidu tetap
bertahan dan mengatur respon emosinya agar dapat menghadapi kecemasan
yang dialaminya (Putri & Handayani, 2020). Untuk memanajemen stress
individu harus mampu mengadaptasikan dirinya dengan masalah dan
tuntutan-tuntutan yang muncul.

Selain manajemen stress, dibutuhkan kelola emosi yang baik dari


individu agar dapat mengelola emosi-emosi yang menyebabkan kecemasan.
Sebuah penelitian mengatakan emosi mengacu pada perasaan dan pikiran
yang khas, suatu keadaan psikologis, biologis serta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak (Critchley & Garfinkel, 2017). Sejalan
dengan penelitian yang menemukan seseorang yang dapat mengelola emosi
dengan baik ,ia cenderung mampu menilai,memahami emosi secara obyektif
dan mengungkapkannya (Mikulincer & Shaver, 2019). Pengelolaan emosi
yang baik juga dapat memandu proses berfikir, mendalami pengetahuan
tentang hal-hal penyebab rasa cemas, serta menunjang pertumbuhan
emosional dan intelektual. Ahli menjelaskan bahwa pengelolaan emosi
seorang pelajar sangat dibutuhkan dalam menciptakan kinerja dan
kemampuan indivdiu yang tinggi (Braun et al., 2020). Seorang pelajar yang
mampu memahami, membedakan, dan menggunakan emosi atau perasaan
secara baik tahu bagaimana untuk tetap termotivasi meskipun ia berada
didalam kondisi yang tertekan. Sependapat dengan penelitian lain yang
mengatakan bahwa pengelolaan emosi yang baik akan berpengaruh positif
terhadap kualitas kinerja (Sari et al., 2020).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor pendorong penting dalam
dunia pendidikan. Dan mengarah perbuatan dalam suatu aktivitas pembelajaran
yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman atau
latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua orang berpikir bahwa
motivasi belajar adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk
mencapai suatu standar kesuksesan mereka, tetapi juga banyak orang terlalu
ambius dalam mencapai kesuksesan mereka dengan tidak baik seperti akan
memicu stres mereka jika motivasi kesuksesan mereka itu tidak berhasil, dan
mereka akan menjadi stres dengan keadaan itu. Stres paling umum sering
terjadi pada pelajar karena jika prestasi mereka menurun maka itu sangat
berpengaruh pada nilai mereka dan mereka akan menyalahkan diri mereka
sendiri atau juga bisa karena motivasi dari orang-orang terdekat mereka sudah
tidak ada lagi. Maka itu dibutuhkan manajemen stres karena itu manajemen ini
sebagai salah satu untuk mengatasi gangguan autau kekacauan mentalmatau
emosi, tujuan dari manajemen ini juga untuk memperbaiki kualitas hidup
individu agar menjadi lebih baik.
B. Saran
Agar seorang pelajar tetap termotivasi saat melakukan hal yang baik maka
orang-orang terdekat dengan mereka harus tetap ada menemani mereka dan
harus memberikan motivasi-mmotivasi yang baik dan benar agar mereka tetap
semangat. Dan jika mereka stres maka kita harus menenangkan mereka dengan
cara menghibur mereka dengan mengajak mereka untuk pergi berjalan-jalan
untuk menghilangkan rasa stres dan memberikan arahan yang sesuai dengan
masalah yang mereka alami. Apabila juga sedang mengalami emosi maka hal
yang perlu kita lakukan juga sama halnya dengan kita harus menenangkan
mereka dengan cara mengajak mereka ke tempat yang mereka suka dan mereka
juga harus berpikir hal-hal yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah, Helmy. 2009. Jurnal Pendidikan Jasmani Indoensia. Hubungan


Motivasi Berprestasi Siswa Dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani.

Putri, dkk. 2018. Pengaruh Stress Akademik Terhadap Academic Help Speeking
pada Mahasiswa Psikologi UNLAM Dengan Indeks Prestasi Kumulatif
Rendah. Jurnal Kognisia, 1(2). 28-37.

Santrock, John, W. 2008. Psikologi pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Sari, Permata, dkk. 2020. Bulletin of Counseling and Psychotherapy. Pengaruh


Manajemen Stress dan Kelola Emosi Terhadap Tingkat Kecemasan Siswa
di Masa New Normal, Volume 2 (2).

Anda mungkin juga menyukai