DISUSUN OLEH
ANDI INTAN 2210101041
SULTHON ALFARUQ 2210101068
A. Latar Belakang
Tidak hanya itu, perasaan stres dan tekanan yang berlebihan juga dapat
mempengaruhi semangat belajar seseorang. Stres dapat menyebabkan
gangguan pada konsentrasi, kinerja, dan kemampuan belajar seseorang.
Tekanan akademik, konflik interpersonal, dan masalah keuangan hanya
beberapa contoh faktor yang dapat menyebabkan stres yang dapat
mempengaruhi semangat belajar seseorang. Oleh karena itu, penting untuk
mengelola stres dengan cara yang sehat, seperti berolahraga, meditasi, atau
terapi.
Untuk menjaga kesehatan mental yang baik dan semangat belajar yang
tinggi, diperlukan perawatan diri yang seimbang dan teratur. Menjaga
keseimbangan antara tugas akademik dan kegiatan rekreasi dapat membantu
mengurangi stres dan meningkatkan semangat belajar
B. Masalah
D. Manfaat
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain;
1. Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis terutama dalam
pentingnya kesehatan mental untuk tingat semnagat belajar.
b) Bagi Mahasiswa
Dapat memahami arti penting kesehatan mental pada setiap individu
c) Bagi Dosen
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumber
data bagi dosen untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental
mahasiswa dkp.
d) Bagi Universitas
Penelitan ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam rangka
meningkatkan kesehatan mental mahasiswa dkp.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teori
Tingkat semangat
Tingkat merupakan ukuran atau skala yang digunakan untuk mengukur
ataupun membandingkan sesuatu dalam suatu kategori tertentu. Tingkat
yang dibahas disini ialah suatu kondisi atau situasi semangat dalam belajar
para mahasiwa. Semangat ialah perasaan yang sangat kuat yang dialami
oleh setiap orang, dapat dlihat sebagai bagian fundamental dari suatu
kegiatan sehingga sesuatu dapat ditujukan kepada pengarahan potensi.
Belajar
(A Ahdar.2019), “Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan
setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari
berbagai materi yang telah dipelajari.
Menurut Sadirman (2011: 26-28), secara umum ada tiga tujuan belajar, yaitu:
1. Untuk Memperoleh Pengetahuan Hasil dari kegiatan belajar dapat
ditandai dengan meningkatnya kemampuan berpikir seseorang. Jadi,
selain memiliki pengetahuan baru, proses belajar juga akan membuat
kemampuan berpikir seseorang menjadi lebih baik.
2. Menanamkan Konsep dan Keterampilan Keterampilan yang dimiliki
setiap individu adalah melalui proses belajar. Penanaman konsep
membutuhkan keterampilan, baik itu keterampilan jasmani maupun
rohani. Dalam hal ini, keterampilan jasmani adalah kemampuan
individu dalam penampilan dan gerakan yang dapat diamati.
Keterampilan ini berhubungan dengan hal teknis atau pengulangan.
Sedangkan keterampilan rohani cenderung lebih kompleks, karena
bersifat abstrak. Keterampilan ini berhubungan dengan penghayatan,
cara berpikir, dan kreativitas dalam menyelesaikan masalah atau
membuat suatu konsep.
3. Membentuk Sikap Kegiatan belajar juga dapat membentuk sikap
seseorang. Dalam hal ini, pembentukan sikap mental peserta didik akan
sangat berhubungan dengan penanaman nilai-nilai sehingga
menumbuhkan kesadaran di dalam dirinya. Dalam proses
menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan pribadi anak didik, seorang
guru harus melakukan pendekatan yang bijak dan hati-hati. Guru harus
bisa menjadi contoh bagi anak didik dan memiliki kecakapan dalam
memberikan motivasi dan mengarahkan berpikir.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar adalah adanya perubahan yang
terjadi secara sadar, dimana tingkah laku seseorang menjadi lebih baik, dan
sifatnya menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.
Kesehatan
(Fertmen, & Allensworth, 2010) menjelaskan kesehatan sebagai suatu
kondisi fisik, mental dan sosial yang sejahtera secara utuh, dan tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan/ disabilitas. kesehatan juga dipandang
sebagai suatu bentuk keseimbangan antara individu (sebagai inang), agents
(seperti bakteri, virus, dan toksin), dan lingkungan, sehingga interaksinya
tidak hanya individu terhadap agent yang namun juga dengan lingkungan
untuk menciptakan kondisi sejahtera tersebut.
(Fretman & Allensworth,2010), Terdapat 3 faktor tingkatan kondisi dan
perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
1. Tingkat individu atau intrapersonal
Karakter individu yang mempengaruhi perilaku seperti
pengetahuan, perilaku, kepercayaan dan ciri kepribadian yang
dimiliki.
2. Tingkat interpersonal
Proses interpersonal dan kelompok primer termasuk keluarga
teman, kelompok teman sebaya, yang memberikan identitas
social, dukungan dan definisi peran.
3. Tingkat populasi (meliputi 3 faktor yaitu institusi/organisasi, modal
social, dan kebijakan publik)
a. Faktor institusi/organisasi. Meliputi peraturan, regulasi
kebijakan, dan struktur informal yang menghambat atau
mendukung perilaku yang diinginkan.
b. Faktor modal social, meliputi hubungan social dan norma
atau standar baik formal maupun informal yang
menghambat atau mendukung perilaku yang diinginkan.
c. Faktor kebijakan public, meliputi kebijakan dan hokum
lokal, provinsi dan nasional yang mengatur dan
mendukung aktivitas kesehatan dan praktik pencegahan,
deteksi dini, control, dan manajemen penyakit.
Mental
(Fajar, 2013), Mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan batin dan watak
manusia. mental merupakan suatu hal yang cukup penting bagi kita mengingat
mental mempengaruhi tidakan atau respon kita terhadap suatu peristiwa atau
kejadian yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Kondisi di mana individu
memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari
potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal
pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
1. Biologis
2. Psikologis
a) Kehilangan
Rasa kehilangan muncul ketika orang terdekat meninggal, hubungan
dengan pasangan berakhir, keguguran, kehilangan pekerjaan, atau
ketika terpisah dari teman dan keluarga. Ketika menghadapi salah satu
kejadian tersebut, maka selanjutnya akan muncul rasa sedih syok,
marah, dan menyesal. Setiap orang memiliki cara dan waktunya sendiri
untuk menyembuhkan duka. Terkadang butuh waktu berminggu-
minggu, berbulan-bulan, bahkan beberapa tahun. Sebelum perasaan ini
mengganggu kesehatan mental, hubungi orang terdekat untuk mendapat
dukungan. Jika perlu, bisa mencari bantuan profesional untuk berdamai
dengan perasaan kehilangan.
b) Kekerasan dalam keluarga
Kekerasan dalam lingkungan keluarga tidak hanya berupa kekerasan
fisik, tapi juga psikologis berupa terlalu mengontrol kehidupan sosial,
ketidakadilan finansial, dan kekerasan verbal. Terjebak pada situasi ini
dalam jangka waktu lama bisa membuat seseorang mengalami
gangguan mental seperti stres pasca-trauma.
c) Kehilangan pekerjaan
Kehilangan pekerjaan, menganggur, kehilangan bisnis, dan rugi dalam
investasi mengakibatkan finansial terganggu. Ketika keuangan tidak
stabil, sangat normal muncul gejala sulit tidur, mudah marah, rasa malu,
dan kehilangan arah yang makin lama akan membuat emosi tidak
teratur.
d) Sosial Budaya
Faktor sosial budaya dipengaruhi kesehatan dalam budaya, seperti
status sosial, hubungan dengan keluarga, hubungan sosial, dan konflik
sosial. Bahkan kondisi sosial budaya yang tidak sehat semakin
berkembang ke ranah digital dengan munculnya hujatan dari warga-net.
e) Mengalami perundungan
Hidup di era digital membuat seseorang dengan mudah melakukan
perundungan secara online dan bersembunyi dibalik akun media sosial.
Beberapa tahun terakhir semakin sering muncul berita tentang dampak
buruk dari perundungan online. Ketika seseorang terus menerus
mengalami perundungan fisik dan verbal, ia akan merasa tidak berdaya
dan kesepian. Hari-harinya akan dipenuhi pikiran apakah besok ia akan
mengalami hal yang sama dan apakah akan berdampak semakin buruk
jika melaporkan kejadian tersebut.
f) Kesepian dan Isolasi Sosial
Kesepian merupakan perasaan sedih ketika sedang sendirian dalam
jangka waktu panjang. Sedangkan isolasi sosial merupakan situasi saat
terpisah dari komunitas dan lingkungan. Banyak hal yang bisa membuat
seseorang terjebak dalam kondisi tersebut, antara lain meninggalnya
orang terdekat, hubungan tidak sehat dengan keluarga, gangguan
kesehatan fisik keluarga, pensiun, dan kehilangan tujuan hidup.
g) Lingkungan
Lingkungan yang positif dapat memberikan dampak baik bagi jiwa,
sedangkan tinggal di lingkungan penuh polusi dan berisik tanpa disadari
akan mempengaruhi kesehatan mental.
Cara medapatkan kesehatan yang baik yaitu, menerima dan menghargai diri
sendiri, menjaga hubungan sosial yang baik, aktif berkegiatan fisik, makan
makanan yang bergizi, dan istirahat yang cukup. Kesimpulannya kesehatan mental
ialah keadaan ssejahtera dimana individu menyadari potensi yang dimilikinya,
mampu menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta
mampu memberikan konstribusi bagi lingkungannya. Dengan demikian, kesehatan
mental mencangkup aspek-aspek fisik, psikologis, dan sosial.
Mahasiswa
Ternyata belajar saja tidak cukup. Nyatanya dalam belajar penting sekali
menjunjung tinggi kejujuran, integritas, gotong royong, keadilan, empati dan
kepekaan diri terhadap lingkungan. Bahkan tidak sekedar itu saja loh, mahasiswa
pun secara tidak langsung sebenarnya dituntut untuk berfikir secara kritis, ilmiah
berdasarkan nilai-nilai.
Mahasiswa tidak seperti siswa SMA atau SMP, dimana yang belajar secara
monoton atau penerima ilmu dari guru. Lebih dari itu, seorang mahasiswa sebagai
pembawa, penyebar nilai-nilai dan penyampai ilmu yang sudah dipelajari.
Fungsi mahasiswa
Semangat ialah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang,
dapat dlihat sebagai bagian fundamental dari suatu kegiatan sehingga
sesuatu dapat ditujukan kepada pengarahan potensi.
Belajar merupakan adanya perubahan yang terjadi secara sadar, dimana tingkah
laku seseorang menjadi lebih baik, dan sifatnya menetap sebagai hasil dari latihan
dan pengalaman.
Pengaruh kesehatan
mental terhadap tingkat
Metode membuat
semangat belajar keputusan
mahasiswa
METODOLOGI PENELITIAN
B.Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan metode studi kasus. Creswell (2014) menjelaskan, studi kasus adalah
sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengeksplorasi, menjelaskan, atau
memahami fenomena dalam konteks nyata dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data. Studi kasus dapat dilakukan pada berbagai disiplin ilmu,
termasuk ilmu sosial, kesehatan, teknik, bisnis, dan lain-lain. Dalam melakukan
studi kasus, penting untuk memilih kasus yang representatif dan relevan untuk
tujuan penelitian yang ingin dicapai. Selain itu, penting juga untuk melakukan
analisis yang cermat dan mendalam terhadap data yang telah dikumpulkan agar
dapat memberikan hasil yang akurat dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan praktik.
C. Objek Penelitian
3. Angket
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
angket. Angket akan diberikan kepada mahasiswa untuk mengetahui informasi
mengenai pengaruh kesehatan mental terhadap tingkat semangat belajar
Mahasiswa Program Studi Perbankan Dan Keuangan 2022 Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian adalah menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono
(2017:142) angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
E.Instrumen Penelitian
Penelitian akan menggunakan Google form. Google form adalah alat yang
memungkinkan mengumpulkan informasi dari pengguna melalui survei ataupun kuis
yang dipersonalisasi. Informasi tersebut kemudian dikumpulkan dan secara otomatis
terhubung ke spreadsheet. Spreadsheet diisi dengan survei dan respons kuis. Hal ini
akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data secara online. Berikut
merupakan link yang digunakan untuk melakukan pengumpulan jawaban, yaitu :
https://forms.gle/vxQZL76A4zT9NnYz6