Anda di halaman 1dari 26

FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Pengembangan kurikulum SD


Kode Mata Kuliah : KPD-616315
Semester : VI / B
Jumlah SKS : 3 (tiga) SKS
DosenPengampu : Drs. Sarengat, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Refi Nabilla 1713053070


Desy Dwi Lestari 1713053071

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat,kehadiran,serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang faktor psikologis dalam pembelajaran.
Dalam proses penyelesaian makalah ini,tentunya saya mengucapkan terima kasih kepada
 Ibu Drs. Sarengat, M.Pd yang sudah memberi bimbingan dalam menyelesaiakan
makalah ini.
 Rekan-rekan yang sudah memberikan masukan,kritik dan saran.
Saya sangat berharap makalah ini berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini untuk kedepannya.
Terimakasih.
Metro, Maret 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................


1.1. Latar Belakang................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
2.1 Motivasi...........................................................................................................
2.2 Tingkat Kecerdasan (Intelegensi)...................................................................
2.3 Minat dan Bakat..............................................................................................
2.4 Ingatan ............................................................................................................
2.5 Pengamatan dan Perhatian...............................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................


3.1 Kesimpulan......................................................................................................
3.2 Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua,
yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motiva¬si intrinsik adalah semua faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga
telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh
yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada
motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar antara lain adalah:
1. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-
orang penting, misal¬kan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebagainya;
4. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta¬huan yang berguna bagi dirinya,
dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan
guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan
memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

2.2 Tingkat Kecerdasan (Intelegensi)


Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu¬an psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-
organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai
pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteli¬gensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan
belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan
lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar,
maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru
atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater.
Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat
superior, superior, rata-rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan
seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar
seseorang.
Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa, karena intelegensi diakui ikut
menentukan keberhasilan belajar seseorang, maka orang tersebut seperti M. Dalyono dalam
Elkan Michael (2017) misalnya secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki
intelegensi baik (IQnya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik.
Sebaliknya,orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam
belajar, lambat berfikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Karenanya Walter B.
kolesnik dalam Elkan Michael (2017) mengatakan bahwa: In most cases there is fairly high
correlation between one’s IQ, and his scholastic success. Usually, the higher a person’s IQ,
the higher the grades he receives. (Slameto dalam Elkan Michael (2017)). Oleh karena itu,
kecerdasan mempunyai peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil dan tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajkaran.
Dan orang yang lebih cerdas umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang
kurang cerdas (Noehi Nasution dalam Elkan Michael (2017)).
Berbagai hasil penelitian, sebagaimana diungkapkan oleh Noehi Nasution, telah
menunjukkan hubungan yang erat antara IQ dengan hasil belajar disekolah. Dijelaskan dari
IQ, sekitar 25% hasil belajar di sekolah dapat dijelaskan dari IQ, yaitu kecerdasan
sebagaimana diukur oleh tes intelegensi. Karena itu, berdasarkan informasi mengenai taraf
kecerdasan dapat diperkirakan bahwa anak-anak mempunyai Iq 90-100 pada umumnya akan
mampu menyelesaikan sekpolah dasar yanpa banyak kesukaran, sedangkan anak-anak
mempunyai IQ 70-89 pada umumnya akan memerlukan bantuan-bantuan khusus untuk
dapat menyelesaikan sekolah dasar. Pada sisi lain, pemuda-pemudi yang mempunyai IQ
diatas 120 padas umumnya akan mempunyai kemampuan untuk belajar di perguruan tinggi.
Pendapat Noehi Nasution dipertegas lagi oleh Raden Cahaya Prabu (1986:45) yang
mengatakan bahwa anak – anak yang taraf intelegensinya di bawah rata -rata, yaitu dull
normal, debil, embicil, dan idiot sukar untuk suskses dalam sekolah. Mereka tidak akan
mencapai pendidikan tingga karena kemampuan potensinya terbatas. Sedangkan anak – anak
yang taraf intelegensinya normal di atas rata – rata seperti superior, gifted atau geinus, jika
saja lingkungan keluarga, masyarakat, dan lingkungan pendidikannya turut menunjang maka
mereka akan dapat mencapai prestasi dan keberhasilan dalam hidupnya. Seperti ditulis oleh
Anwar Prabu Mangkunegara (1993:43), Gertrude Hildreth dalam penelitiannya
menyimpulkan. Anak -anak gifted yang IQnya antara 135 – 145 menunjukkan sikap ramah
dan umumnya sering menjadi pemimpin dari teman – teman sebaya sedangkan anak – anak
gifted dengan IQ 175 banyak yang mengalami kesulitan dalam bergaul dan kurang dapat
memanfaatkan kemampuannya sehingga sering kurang dihargai kawan – kawan sebayanya.
Begitu pula kesimpulan penelitian Lete S. Hollingworth yang menyatakan bahwa anak –
anak gifted yang taraf intelegensinya lebih dari 180 mempunyai kesulitan dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.
2.3 Minat dan Bakat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah
yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,
karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki
minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena
itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan
minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan
tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan
siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru
yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini,
alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya.

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat
(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar,
Slavin (1994) mendefinisi¬kan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang
siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemam¬puan seseorangyang menjadi
salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung
proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya
pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap segala informasi yang berhubung¬an dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya,
siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain
selain bahasanya sendiri.
Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan
bakat memperbesar kemungkinan keberhasilan usaha tersebut. Akan tetapi, banyak sekali
hal-hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap
orang . dalam linngkup perguruan tinggi misalnya, tidak selalu perguruan tinggi tempat
seorang belajar menjanjikan tempat studi yang benar-benar sesuai denan bakat orang
tersebut. Kemungkinan penghambat lainnya adalah biaya. Suatu lapangan studi yang sesuai
dengan bakat seseorang mungkiin terlalu mahal bagi orang tersebut. Dan penghambat
terbesar di Indonesia adalah belum adanya alat pengukur yang atau tes bakat yang benar-
benar diandalkan.
Dalam kenyataan tidak jarang ditemukan seorang individu dapat menumbuhkan dan
mengembangkan bakat bawaannya alam lingkungan yang kreatif. Istilah darah seni yang
menglir alam tubuh seorang anak dan menyebabkan seorang anak pandai menyanyi dan
menyenanginya karena dididik dan dilatih adalah karena salah satu faktornya orang tuanya
seorang penyanyi. Besarnya minat seorang anak untuk mengikuti jejak untuk mengikuti
jejak langkah orang tuanya, akhirnya menumbuhkan bakat terpendamnya menjadi
kenyataan.
Sebenarnya banyak bakat bawaan (terpendam) yang dapat ditumbuhkan asalkan diberikan
kesempatan dengan sebaik-baiknya. Mengenai hal itu terdapat faktor yang
mempengaruhinya, pertama, faktor anak itu sendiri misalnya, anak tidak atau berkurang
berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau pula mempunyai kesulitan
atau masalah pribadi, sehingga ia mendapatkan hambatan dalam pengembangan diri dan
berprestasi dalam pengembangan dirinya. Kedua, faktor luar anak tersebut bisa menjadi
penghalang perkembangan bakat anak. Tetapi lingkungan yang ramah dan kreatif telah
disediakan bagi anak untuk mengembangkan bakatnya, namun karena anak tidak berhasrat
mengembangkan bakatnya, maka bakat tersebut hanya akan menjadi potensi bawaan yang
bersifat pasif. Gejala perkembangan bakat anak pada bidang-bidang tertentu dapat dilihat
dari kecenderungan perilaku anak dalam mengimplementasikan potensi bakatnya.
2.4 Ingatan
Santrock dalam Rijal, Syamsul (2016) mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi
yang telah diterima melalui tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan
pemanggilan kembali (retrieval). Penelitian ini menggunakan definisi ingatan menurut
Santrock, yaitu informasi-informasi yang berasal dari lingkungan dan informasi ini akan
diproses melalui tahapan : penkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali sehingga
informasi yang masuk tidak terbuang secara sia-sia. Menurut Schelessinger dan Groves,
Ingatan adalah system yang berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam
fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya.
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni :
1. Menerima kesan,
2. Menyimpan kesan, dan
3. Memproduksi kesan.
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan
inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang
disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada
subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan
“titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material
pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang
menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek)
dan sebagainya.

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan
ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum
terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan
belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi
dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan
tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog
pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu
yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian
rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali
material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui
pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.

Kemampuan reproduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah
dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah
dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik,
misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk
merespons tantangan-tangan dunia sekitar. Pendidik dapat mempertajam kemampuan
subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material
pembelajaran yang telah diberikan.

Ingatan atau memori telah menjadi salah satu pokok bahasan dalam psikologi kognitif.
Psikologi kognitif adalah pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian pada cara kita
merasakan, mengolah, menyimpan dan merespons informasi.
Menurut Richard Atkinson dan Richard Shiffrin (dalam Matlin, 1998), ingatan disimpan
dalam tiga sistem penyimpanan informasi, yaitu memori sensori (sensory memory), memori
jangka pendek (short term memory), dan memori jangka panjang (long term memory).
1. Memori Sensoris
Memori sensoris adalah ingatan yang berkaitan dengan penyimpanan informasi
sementara yang dibawa oleh pancaindera. Setiap pancaindera memiliki satu macam
memori sensoris. Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat
setelah stimulus diambil. Jadi, di dalam diri manusia ada beberapa macam sensori-
motorik, yaitu sensori-motorik visual (penglihatan), sensori-motorik audio
(pendengaran), dan sebagainya. Memori sensorik cukup pendek, dan biasanya akan
menghilang segera setelah apa yang kita rasakan berakhir. Sebagai contoh, ketika anda
melihat. Kita melihat ratusan hal ketika berjalan selama beberapa menit. Meskipun
perhatian tertuju oleh sesuatu yang anda lihat, itu segera terlupakan oleh sesuatu yang
lain yang menarik perhatian anda di antara sekian banyak yang ditangkap indera
penglihatan.
Ketika kita mendengar sesuatu, melihat sesuatu, atau meraba sesuatu, informasi-
informasi dari indera-indera itu diubah dalam bentuk impuls-impuls neural (bentuk
neuron) dan dikirim ke bagian-bagian tertentu dari otak. Proses tersebut berlangsung
dalam sepersekian detik.
Sebenarnya memori sensoris berkapasitas besar untuk menyimpan informasi, akan
tetapi yang disimpan tersebut cepat sekali menghilang, dikatakan bahwa informasi
tersebut akan menghilang setelah sepersepuluh detik, lalu akan menghilang sama sekali
setelah lewat dari satu detik.
Keberadaan memori sensoris mempunyai peran yang penting dalam hidup manusia.
Orang harus menaruh perhatian pada suatu informasi bila informasi itu harus diingat.
Dengan begitu ada proses seleksi dari kesadaran, mana informasi yang diperlukan dan
mana yang tidak.
2. Ingatan Jangka Pendek
Ingatan jangka pendek atau sering disebut dengan short-term memory atau working
memory adalah suatu proses penyimpanan memori sementara, artinya informasi yang
disimpan hanya dipertahankan selama informasi tersebut masih dibutuhkan. Ingatan
jangka pendek adalah tempat kita menyimpan ingatan yang baru saja kita pikirkan.
Ingatan yang masuk dalam memori sensoris diteruskan kepada ingatan jangka pendek.
Ingatan jangka pendek berlangsung sedikit lebih lama dari memori sensoris, selama
anda menaruh perhatian pada sesuatu, anda dapat mengingatnya dalam ingatan jangka
pendek.
Dari ingatan jangka pendek ini, ada sebagian materi yang hilang, sebagian lagi
diteruskan ke dalam ingatan jangka panjang. Jika kita mengingat kembali akan suatu
informasi, informasi dari ingatan jangka panjang tadi akan dikembalikan ke ingatan
jangka pendek. Misal, pada nomor telepon yang telah anda ulang terus sampai anda bisa
menuliskannya, dan nomor tersebut akan tetap tersimpan dalam memori anda selama
anda aktif memikirkannya. Jika anda berhenti memberikan perhatian pada itu, maka
akan terhapus dalam waktu 10-20 detik. Dalam rangka untuk mengingat sesuatu
berikutnya, otak mentransfernya ke memori jangka panjang. Proses mengingat nomor
telepon, pada kenyataannya, suatu cara untuk memindahkan nomor dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang.
Jumlah informasi yang bisa disimpan dalam memori jangka pendek sangat terbatas.
Hanya lima hingga sembilan informasi saja yang dapat berada dalam memori jangka
pendek sekaligus. Setiap kali anda memberikan perhatian ke informasi baru yang
berasal dari memori sensorik, Anda harus mendorong keluar sesuatu yang telah anda
perhatikan sebelumnya. Misalnya, jika ada sesuatu yang mengganggu konsentrasi anda
ketika berlatih mengulang nomor telepon sebelum informasi nomor tersebut mencapai
ke memori jangka panjang, maka informasi akan terlempar keluar dan anda harus
melihat dan mengingat kembali.
Ingatan jangka pendek terdiri dari tiga unit terpisah; putaran fonologi (phonological
loop), gambaran penglihatan-ruang (visuo-spatial sketchpad), dan pelaksana pusat
(central executive).
Putaran fonologi menyimpan dan mengingat kembali kata-kata yang saat itu sedang
dipikirkan. Baddeley (1975) dalam penelitiannya, meminta partisipan mengingat
kembali beberapa daftar pendek berisi kata-kata secara berurutan. Ia menemukan bahwa
partisipan mampu mengingat kata-kata yang mereka sebutkan dalam dua detik.
Kesimpulannya, putaran fonologi dapat menyimpan kata dengan baik dalam dua detik.
Gambaran penglihatan-ruang adalah ketika kita membentuk citra/gambaran mental
tentang sesuatu. Gambaran penglihatan-ruang juga berperan dalam tugas-tugas spasial,
misalnya mencari jalan memutar dan menentukan jarak.
Ingatan jangka pendek bukan hanya sebuah tempat penyimpanan ingatan sementara,
tetapi juga lokasi berpikir secara aktif, tempat menyaring, memilah, dan
menggabungkan informasi lama dengan informasi yang baru, lalu mengambil
keputusan. Proses ini disebut penemuan mental. Penemuan mental merupakan salah
satu fungsi terpenting dalam ingatan jangka pendek. Misalnya, bayangkan sebuah
segitiga, lingkaran, dan empat persegi panjang. Gabungkan ketiganya, gambarlah objek
yang anda ciptakan tersebut. Kini, secara mental anda telah menciptakan objek baru
yang meungkin menyerupai atau tidak menyerupai objek yang anda kenal. Proses
kreatif ini merupakan versi sederhana seorang seniman atau musisi dalam menciptakan
karyanya.
3. Ingatan Jangka Panjang
Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah suatu proses memori atau ingatan
yang bersifat permanen, artinya informasi yang disimpan sanggup bertahan dalam
waktu yang sangat panjang. Kapasitas yang dimiliki ingatan jangka panjang ini tidak
terbatas. Memori jangka panjang adalah gundangnya informasi yang dimiliki oleh
manusia. Ingatan jangka panjang berisi informasi dalam kondisi psikologis masa
lampau, yaitu semua informasi yang telah disimpan, tetapi saat ini tidak sedang
dipikirkan.
Informasi yang disimpan dalam ingatan jangka panjang diduga dapat bertahan dalam
waktu yang panjang bahkan selamanya. Kehilangan ingatan pada ingatan jangka
panjang ini hanya dimungkinkan apabila seseorang mengalami kerusakan fungsional
dari sistem ingatannya.
Proses masuknya informasi ke dalam ingatan jangka panjang tetap melalui tahap
memori sensoris. Pada tahap ini informasi dari luar yang diterima oleh indera diubah
menjadi impuls-impuls neural sesuai dengan masing-masing fungsi indera, kemudian
impuls-impuls neural yang mengandung informasi ini diteruskan ke ingatan jangka
pendek. Setelah informasi masuk ke dalam ingatan jangka pendek, di seleksi
sedemikian rupa mana yang dianggap penting dan tidak, kemudian diteruskan ke
ingatan jangka panjang.
Sebelum masuk ke ingatan jangka panjang, informasi yang telah disaring pada ingatan
jangka pendek, perlu dilakukan proses semantic atau imagery coding. Dalam proses ini
arti dari informasi dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya saat kita mendengar seseorang
yang mengatakan, “Atun dihina oleh Nana sampai sakit hati”, maka kita tidak hanya
mengerti arti masing-masing kata dalam kalimat tersebut, tetapi kita juga berusaha
mengerti apa yang terjadi sebenarnya dari keseluruhan kalimat tersebut. Sebaliknya bila
kita mendengar kata-kata lain yang unsurnya sama, seperti “Nana dihina Atun sampai
sakit hati”, maka kita tahu bahwa yang terjadi sekarang berbeda dari yang pertama.
Dalam kedua kalimat tersebut kalau kita mengingat arti dari kata-kata dalam
keseluruhan kalimat itu, maka kita sedang melakukan semantic coding; tetapi kalau kita
membayangkan reaksi dari Atun atau Budi dalam peristiwa itu, maka kita melakukan
imagery coding.
Jadi, ingatan jangka panjang akan melakukan penyaringan informasi berdasarkan arti
dari informasi tersebut, makna, keadaan emosi, gambaran akibat dan sebagainya, oleh
karena itu penyimpanan informasi dapat berlangsung secara permanen.
Tujuan sebuah informasi dimasukkan ke dalam memori jangka panjang adalah untuk
Anda ingat selamanya. Hebatnya, ingatan yang telah tersimpan dalam ingatan jangka
panjang bisa anda munculkan kembali saat Anda menginginkannya. Kemampuan
mengenang atau menarik ingatan kembali ini disebut recall memory. Ketika seseorang
yang anda sayangi pergi dari sisi anda, mungkin anda akan mengingat kembali
kenangan-kenangan yang tersimpan dalam memori jangka panjang Anda. Anda dapat
mengingat dengan sangat detil bahkan tanpa Anda sadari bahwa Anda telah menyimpan
informasi tersebut. Anda mungkin mengenang tempat di mana Anda menghabiskan
waktu dengan orang tersebut dengan mengingat pemandangan, bau dan bahkan
perasaan dengan akurasi yang mengejutkan. Ingatan jangka panjang itu di bagi menjadi
dua bagian diantaranya yaitu :
1. Ingatan Deklaratif dan Ingatan Prosedural
Dalam upaya memanggil kembali ingatan dari Ingatan jangka panjang dibedakan
menjadi dua, yaitu ingatan jangka panjang eksplisit (ingatan deklaratif) dan ingatan
jangka panjang implisit (prosedural). Ingatan jangka panjang eksplisit (ingatan
deklaratif) adalah ingatan yang kita munculkan kembali ke kesadaran untuk
digunakan dengan sengaja, artinya ketika berusaha mengingat sesuatu kita
melakukannya dengan sadar. Wilayah dari otak dimana ingatan deklaratif disimpan
adalah lobus temporal. Ada dua bentuk dasar ingatan deklaratif: episodik dan
semantik. Ingatan Episodic dihubungkan dengan waktu tertentu dan tempat, dan bisa
dianggap kenangan pribadi, seperti pengalaman dari peristiwa tertentu. Ingatan
Semantic adalah memori yang berkaitan dengan penyimpanan informasi faktual
yang tidak terkait dengan pengalaman tertentu.
Ingatan jangka panjang implisit (ingatan prosedural) adalah kebalikan dari ingatan
eksplisit, yaitu ingatan yang memungkinkan kita mengerjakan sesuatu tanpa harus
berpikir. Contohnya saat kita berjalan atau berbicara, dalam aktivitas ini kita tidak
lagi direpotkan bagaimana kita me-recall ingatan jangka panjang kita tentang kata-
kata, cara merangkai kata, arti kata, cara melangkah, dan lain sebagainya, hal ini
berjalan secara otomatis tanpa harus menghadirkan kesadaran dari kita.
Ingatan prosedural tidak mudah untuk dijelaskan. Ingatan prosedural ini tidak hanya
dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai
kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya
melakukan akrobat di sirkus. Dengan ingatan prosedural tanpa sadar dan berpikir
kita bisa melakukan sesuatu. Ingatan prosedural digunakan dalam hal-hal seperti
naik sepeda, belajar mengetik, belajar memainkan alat musik atau belajar berenang.
Kita dapat mengendarai mobil dari satu tempat ke tempat lain sepanjang hari tanpa
menyadari proses mengemudi hampir sepanjang waktu, dan benar-benar aman.
Sekali sebuah ingatan prosedural telah dilatih secara mental atau dipraktekkan
secara fisik sampai dengan kuat dalam ingatan jangka panjang, bisa tahan sangat
lama. Sebagai contoh, anda masih bisa naik sepeda setelah terakhir kali anda
melakukannya bertahun-tahun yang lalu.
2. Ingatan Episodik dan Ingatan Semantik
Para ahli di bidang ingatan ini membagi ingatan jangka panjang menjadi ingatan
episodik dan ingatan semantik. Ingatan episodik adalah ingatan tentang peristiwa-
peristiwa, sedangkan ingatan semantik adalah ingatan atau pengetahuan kita tentang
fakta-fakta.
Ingatan episodik (tentang peristiwa) dan ingatan semantik (fakta) diolah di ingatan
bagian otak yang berbeda. Adalah Tulving, seorang ahli di bidang ingatan, membuat
sebuah eksperimen untuk mengetahui bagian otak yang mengolah ingatan episodik
dan ingatan semantik. Dalam eksperimennya, emas radioaktif disuntikkan ke dalam
aliran darahnya sendiri. Lebih dari 250 detektor radiasi ditempatkan di sekitar
kepalanya, sehingga bisa diamati ke mana saja darah yang mengandung radioaktif
tersebut mengalir di dalam otaknya. Ia menemukan bahwa ketika mengingat
peristiwa-peristiwa dalam hidupnya, bagian depan otaknya menjadi lebih aktif,
sedangkan ketika ia mengingat fakta-fakta, bagian belakang otaknyalah yang lebih
aktif.Namun demikian, dalam penelitiannya yang terbaru, Tulving menemukan
hubungan di antara kedua ingatan jangka panjang ini. Salah satu kemungkinannya
adalah ingatan semantik berasal dari ingatan episodik. Misalnya saja jika anda ingat
bahwa dua hari yang lalu anda kehujanan (ingatan episodik; peristiwa kehujanan),
maka dengan sendirinya anda juga akan mengetahui bahwa dua hari yang lalu itu
hujan (ingatan semantik; fakta hujan). Ini menunjukkan bahwa fakta-fakta (ingatan
semantik) akan lebih mudah diingat jika kita mengingat atau menghubungkannya
dengan suatu pengalaman atau peristiwa (ingatan episodik).Ingatan episodik dan
ingatan semantik memiliki perbedaan cara kerjanya dalam menyimpan dan
mengorganisasikan informasi. Ingatan episodik menyimpan informasi dalam bentuk
gambaran (bayangan) yang diorganisasikan berdasarkan pada kapan dan di mana
peristiwa-peristiwa terjadi. Sedangkan ingatan semantik menyimpan informasi
dalam dalam bentuk jaringan hubungan ide yang telah dianalisis.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa diduga ingatan yang telah masuk ke dalam
ingatan jangka panjang akan bertahan lama bahkan selamanya, dan manusia
memiliki kemampuan untuk mengenang atau memanggil kembali ingatan tersebut
saat dibutuhkan. Namun tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan
masuk dan tinggal seluruhnya dalam ingatan. Ada faktor-faktor yang ternyata dapat
mempengaruhi daya kerja ingatan, antara lain :
a. Faktor usia, ingatan paling tajam pada diri manusia kurang-lebih pada masa
kanak-kanak (10-14 tahun) dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat mekanis
yakni ingatan untuk kesan-kesan penginderaan. Sesudah usia tersebut
kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi akan tetapi
untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis) dan ini
berlangsung antara usia 15-50 tahun.
b. Kondisi fisik, misalnya kelelahan, sakit dan kurang tidur dapat menurunkan daya
kerja atau prestasi ingatan.
c. Faktor emosi. Dalam hal ini seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik,
apabila peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan, sedangkan
kejadian yang tidak menyentuh emosi seringkali diabaikan.
d. Minat dan Motivasi. Dalam pengalaman sehari-hari, kita sering mengamati
remaja yang tidak lupa suatu lirik lagu walaupun dalam bahasa asing. Orang-
orang yang sering bepergian, mempunyai ingatan tentang ilmu bumi yang jauh
lebih baik daripada yang tidak pernah kemana-mana. Artinya disini seseorang
yang mengingat segala sesuatu tentang hal yang disukainya jauh lebih baik dari
pada hal yang tidak disukainya. Jelaslah minat sangat meningkatkan motivasi
dan pada gilirannya akan meningkatkan daya ingat. Menurut Kurt Lewin (1890-
1947), seorang psikolog jerman, minat dan motivasi berarti konsentrasi energi
(forces) pada sektor (region) tertentu dalam kesadaran. Konsentrasi energi inilah
yang menyebabkan suatu hal tidak begitu saja dilupakan.
2.5 Pengamatan dan Perhatian
a. Pengamatan
Manusia mengenali dunia wadah atau dunia riil, baik dirinya sendiri maupun dunia
sekitar tempatnya berada dengan melihat, mendengar, membau, atau mencecap. Cara
mengenal objek yang demikian itu disebut mengamati: sedangkan melihat, mendengar,
dan seterusnya itu disebut modalitas pengamatan. Hal yang diamati itu dialami dengan
sifat-sifat: disini, kini, sendiri, dan bermateri.
Sedangkan menurut Drs. Muhibbin Syah, M. Ed. Pengamatan artinya proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata
dan telinga. Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan mampu mencapai
pengamatan yang benar dan obyektif sebelum mencapai pengertian. Karena obyek
pengamatan seolah-olah menyampaikan suatu pesan, misalnya melihat sebuah pesawat
TV mengandung ajakan untuk menghidupkan pesawat itu sehingga muncullah gambar di
layar dan terdengar suara orang berbicara. Terutama sifat terstrktur dan mengandung
makna menunjukkan pada kenyataan, bahwa manusia sendiri ikut menciptakan dunia
pengamatannya sendiri. Apa yang diamati dan caranya mengamati tergantung pula pada
pengalaman, perhatian, perasaan, keinginan, dan dugaan seseorang. Maka dunia
pengamatan selain mengandung unsur obyektivitas juga mengandung unsur
subyektivitas. Unsur subyektivitas dalam pengamatan memungkinkan untuk belajar.
Dunia pengamatan biasanya dilukiskan menurut aspek pengaturannya, supaya
memungkinkan subjek melakukan orientasi. Adapun pengaturan tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Pengaturan sudut pandang ruang. Menurut sudut pandang ruang ini dunia
pengamatan dilukiskan dalam pengertian-pengertian: atas bawah, kiri-kanan, jauh-
dekat, tinggi-redah, dan sebagainya.
b) Pengaturan menurut sudut pandangan waktu. Menurut sudut pandangan waktu di
dunia pengamatan dilukiskan dengan pengertian-pengertian: masa lampau, kini dan
masa yang akan datang dalam berbagai variasinya.
c) Pengaturan menurut sudut pandangan Gestalt. Suatu gestalt adalah suatu yang
merupakan kebulatan dan dapat berdiri sendiri lepas dari yang lain. Misalnya rumah,
orang, meja, dan lain sebagainya.
d) Pengaturan menurut sudut pandangan arti. Objek-objek yang diamati kita beri arti
atau kita amati menurut artinya. Sebuah pabrik, rumah, sekolah, rumah gereja, garasi
mobil, dipandang dari bangunan menunjukkan banyak persamaan satu sama lain,
tetapi dipandang dari segi artinya menunjukkan hal yang sangat berbeda satu sama
lain. Dunia pengamatan digambarkan justru menurut artinya itu. Demikian pula
bunyi lonceng pabrik, dan bunyi lonceng gereja menurut bunyinya banyak
persamaannya, tetapi menurut artinya sangat berbeda satu sama lain.
Modalaitas pengamatan dibedakan menurut pancaindra yang dipergunakan untuk
mengamati, yaitu penglihatan, pendengaran, rabaan, pembauan, atau penciuman, dan
pencecapan.
1. Penglihatan
Dari kelima modalitas pengamatan yang telah mendapatkan penelitian psikologis
secara meluas dan mendalam adalah penglihatan.
Menurut objeknya masalah penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu
melihat bentuk, melihat dalam, melihat warna.
 Penglihatan terhadap bentuk yaitu penglihatan terhadap objek dimensi dunia.
Setiap objek penglihatan tidak dilihat secara terpisah-pisah, melainkan sebagai
objek yang saling berhubungan, misalnya objek yang dekat dan yang jauh, objek
yang pokok dan melatarbelakangi.
 Penglihatan terhadap warna yaitu penglihatan terhadap objek psikis dari warna.
Objek psikis yang dimaksudkan disini menyangkut nilai-nilai psikologis dari
warna yang meliputi: nilai efektif dari warna dan nilai lambang atau simbolis
dari warna
 Penglihatan terhadap dalam yaitu penglihatan terhadap objek yang berdimensi
tiga. Gejala penting yang tampak dalam penglihatan ini adalah konstansi volume
dari jarak yang berbeda-beda kita melihat suatu benda, ternyata memperoleh
kean bahwa volume benda itu tidak berbeda, melainkan sama, tidak berubah
besarnya, melainkan konstan besarnya.
2. Pendengaran
Mendengar atau mendengarkan adalah menangkap atau menerima melalui indra
pendengaran. Pendengaran yang dimaksud yaitu terhadap bunyi-bunyi yang
bersangkutan. Ini berarti, bahwa apa yang baru saja didengar tidak akan segera
hilang, melainkan masih terngiang dan masih turut bekerja dalam apa yang didengar
atau terdengar pada saat berikutnya. Jadi apa yang telah didengar atau terdengar dan
yang baru saja terdengar secara bersama-sama membentuk suatu kesatuan yang
mengatasi sifat keterbatasan daripada waktu.
Pendengaran dan suara itu memelihara komunikasi vokal antara makhluk yang satu
dengan lainnya. Bunyi binatang dan manusia sebenarnya adalah pernyataan, dan
dimengerti oleh binatang dan manusia lain dalam suatu arti tertentu. Karena hal yang
demikian itu maka bunyi dapat berfungsi 2 macam yaitu sebagai tanda dan sebagai
lambang.
Bunyi atau suara dapat digolongkan atas dasar dua cara:
1. Berdasarkan atas keteraturan dapat kita bedakan antara gemerisik dan nada
2. Selanjutnya nada biasa dibeda-bedakan atas dasar tinggi rendahnya,
intensitasnya, dan timbrenya.
Kalau kepekaan terhadap tinggi rendahnya suara itu besar sekali, maka kepekaan
terhadap intensitas nada adalah kecil, artinya nada-nada yang berbeda sedikit saja
frekwensinya dapat diamati perbedaannya, sedangkan nada-nada yang berbeda
sedikit intensitasnya tidak dapat diamati perbedaannya.
3. Rabaan
Istilah raba mempunyai dua arti:
1. Meraba sebagai perbuatan aktif, yang meliputi juga indra keseimbangan atau
kinestesi.
2. Pengalaman raba secara pasif, yang melingkupi pula beberapa indra, atau
kemampuan lain yaitu:
 Indra untuk sentuh dan tekanan
 Indra untuk mengamati panas
 Indra untuk mengamati dingin
 Indra untuk merasa sakit
 Indra untuk vibrasi
Perabaan menggunakan fungsi kulit badan. Bagaimanakah penangkapan suatu
objek perabaan sangat dipengaruhi oleh kepekaan pada kulit di bagian-bagian
badan. Apabila kita menekankan benda tajam pada setiap bagian kulit kita, maka
kita dapat mengamati perbedaan kepekaan setiap bagian kulit itu dalam
menerima rangsang objek perabaan. Pada kulit kita terdapat dua macam titik
kepekaan yaitu titik tekanan dan titik sakit.
4. Pembauan
Arti psikologis bau dan pembauan (penciuman) masih sedikit sekali diteliti oleh para
ahli, walaupun dalam kehidupan sehari-hari secara populer kita telah menyaksikan
pengaruh bau-bauan kepada aktifitas manusia, seperti bau-bauan tertentu
menimbulkan kegairahan, dan bau-bau tidak enak tertentu menimbulkan rasa muak.
Dan kesemuanya itu berpengaruh terhadap aktifitas yang dilakukan oleh subjek yang
membau bau-bau tersebut.
Namun, Wasty Soemanto mendefinisikan membau atau mencium yaitu menangkap
objek yang berupa bau-bauan dengan menggunakan hidung sebagai alat pembau.
Kualitas bau-bauan sangat bervariasi. Kuat dan lemahnya penangkapan objek
pembauan sangat tergantung kepada dua hal, yaitu:
1. Kuat lemahnya rangsang atau kualitas objek pembauan
2. Kepekaan fungsi saraf pada hidung
Kualitas rangsang pada objek pembauan dapat ditentukan oleh kuantitas objek
pembauan di sekitar subjek, kelengasan udara, suhu, dan kelembaban udara di sekitar
objek pembauan, serta kuantitas bahan bau-bauan pada objek pembauan. Kepekaan
fungsi saraf pada hidung sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan fisiologis pada
hidung serta kondisi psikologis yang menentukan kualitas perhatian pada diri subjek.
5. Pencecapan
Mencecap adalah menangkap objek yang berupa kualitas rasa benda atau sesuatu
dengan menggunakan lidah sebagai alat pencecap. Mengenai rasa cecapan dari setiap
objek pencecapan adalah bervariasi. Dalam kenyataannya, indra pencecap kita hanya
peka terhadap empat macam rasa cecapan pokok yaitu rasa manis, masam, asin, dan
pahit.
Enak tidaknya rasa makanan tidak hanya tergantung kepada fungsi indra pencecap
saja. Rasa makanan sangat ditentukan oleh:
a. Kualitas kombinasi pada rasa-rasa makanan
b. Fungsi kombinatif antara indra pencecap dengan indra pembau.

b. Perhatian
Menurut Wandana, H Sefri (2014) Perhatian diambil dan dimliki oleh pikiran, perhatian
tersebut dicerna dalam bentuk yang jelas dan tajam, pencernaan perhatiaan tersebut salah
satunya dapat dimungkinkan secara bersamaan atau banyak objek, bisa disebut juga
kereta pemikiran karena bisa diakukan berulang-ulang. Banyak objek yang dimaksud
yaitu banyak yang diperhatikan. Karena kita banyak perhatian ke banyak objek maka
kita akan setres.
Perhatian adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Perhatian timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian
perasaan seperti juga pada proses pengamatan. Bahakan orang dapat tiba, tiba merasa
tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah
laku menarik baginya.
Perhatian dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Proses perhatian kadang-kadang tidak berjalan atas dasar logis rasional,
melainkan berdasakan penilaian perasaan. Salah satu contohnya orang tiba-tiba tertarik
dengan orang lain, seakan-akan dengan sendirinya. Tertariknya ini tidak pada salah satu
cirri tertentu dengan orang itu, tapi keseluruhan cirri pola tingkah lakunya.
Proses perhatian dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secara sadar dan cukup nyata
dalam hubungan dua atau lebih orang. Misalnya hubungan cinta kasih antara manusia,
biasanya didahului dengan perhatian. Dengan demikian perhatian hanya akan
berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, bila
terdapat saling pengertian.
Tokoh-tokoh teori individualism, Adam Smith (1759) dan Herbert Spencer (1870)
menerangkan Prinsip-prinsip perhatian untuk menerangkan tindakan-tindakan yang
semata-mata mengejar keuntungan sendiri atas dasar pikiran, tetapi juga dikemudikan
oleh perhatian terhadap orang lain, yang tanpa itu sebenarnya kehidupan sosial itu tidak
mungkin ada.
Adam Smith membedakan dua bentuk dasar daripada perhatian :
1. Yang menimbulkan respons yang cepat hamper seperti reflex. Misalnya :
 Kalau kita melihat orang dipukul tongkat dengan keras kita merasa ngeri.
 Bila kita melihat pemain akrobat yang sedang berjalan di atas tali yang
tinggi,kita merasa tegang.
 Jika melihat demontrasi terjun paying yang tidak mengembang, kita
memejamkan mata.
2. Yang sifatnya lebih intelektual kita dapat perhatian terhadap seseorang, meskipun
kita tidak merasakan sebagai yang ia rasakan. Kita akan mengucapkan syukur dan
menyatakan perhatian bila seseorang berhasil dalam usahanya, walaupun kita sendiri
tidak berhasil atau susah.
Theodore Ribot (1897) pengarang buku yang berjudul Psychology of the Emotion, ia
menekankan pada peranan perhatian yang dikatakan sebagai a foundation of all social
existence. Ribot membagi perhatian menjadi 3, yaitu :
1. Type primitive atau otomatis, yang dapat diterangkan dengan respon bersyarat.
2. Refleksif, yang mana seseorang sadar dalam dirinya terhadap keadaan jiwanya. Ia
tahu, bahwa ia merasa apa yang dirasakan orang lain, biarpun ia sendiri tidak
mengalaminya.
3. Type yang intelektual, yaitu rasa setia, rasa toleran, dan philantropi: bentuk ini tidak
diarahkan pada orang tertentu, tetapi mempunyai corak-corak yang lebih umum dan
abstrak.
Menurut Max Scheler perhatian itu dibagi dalam delapan bentuk, yaitu:
1. Einfuhlung, yaitu proses yang primitif, proses refleks sepertiyang dikatakan oleh
smith, Spencer, Ribot, dan lain-lain. Jika diterjemahkan dalam bahasa inggris
mungkin dengan kata: empathy yang menunjukan motor tiruan, yang tidak
didasarkan padadasar pikiran.
2. Meiteinander fuhlung. Yang menekankan pada pengertian “perasaan spontan” yaitu
kalau dua orang atau lebih bereaksi dengan cara yang sama pada rangsangannya
yang sama (misalnya reaksiyangdiberikan penonton bioskop).
3. Gefuhls anstechung. Menunjukan tertekannya perasaan melalui induksi dan tidak
sosial seperti mobs.
4. Einsfuhlung.Yaitu kalau terjadi pengamatn perasaan misalkan anak bermain boneka
mengamati ibunya.
5. Nachfuhlung. Ini lebih disadari dan dibedakan seperti pernyataan: “saya tahu apa
yang engkau rasakan”. Dalam hal semacam ini kita dapat membedakan dengan jelas
perasaan kita sendiri dengan perasaan orang lain.
6. Mitgefuhl. Yaitu bila orang dapat dengan tepat menimbang perasaan orang lain dan
biasanya menilainya secara positif.
7. Menshenliebe. Yaitu kalau orang tidak hanya mengetahui keadaan jiwa orang lain,
tetapi menaruh hormat kepadanya.
8. Akomische Person und Gottes liebe. Yaitu perhatian yang mistis yang menjadi dasar
religi dan pandangan hidup kesatuan jiwa dengan Tuhan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam
menentukan intensitas anak dalam melakukan pembelajaran.
Adapun faktor-faktor psikologis dalam pembelajaran tersebuut, yaitu :
1. Motivasi
2. Tingkat kecerdasan (Intelegensi)
3. Minat dan Bakat
4. Ingatan
5. Pengamatan dan Perhatian

3.2 Saran
Daftar Pustaka

Elkan, Michael. 2017. Makalah Faktor Psikologis Dalam Belajar. Tersedia :


http://sitirizqyu.blogspot.com/2017/03/makalah-faktor-psikologis-dalam-belajar.html?m=1
(diakses pada 30 Maret 2020)

Hasibuan, S Wandana. 2014. Makalah Psikologi Umum Perhatian. Tersedia :


http://99swh.blogspot.com/2014/07/makalah-psikologi-umum-perhatian.html?m=1 (diakses
pada 30 Maret 2020)

Muhibbin, Syah. 2003. Psikoloigi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo

Rijal, Syamsul. 2016. Makalah Psikologi Pendidikan Tentang Ingatan


http://taneterilau.blogspot.com/2016/03/makalah-psikologi-pendidikan-tentang.html?m=1
(diakses pada 30 Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai