Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW Yang kita nanti nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “ INTELEGENSI KOGNISI DAN METAKOGNISI “.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan
pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Pada makalah ini,akan membahas tentang
intelegensi,kognisi dan metakognisi. Semua hal tersebut saling berkaitan dengan kemampuan
berpikir.

Disebut intelegensi, karena penjelasannya menggunakan pendekatan pengukuran atau psikometri.


Sedangkat disebut kognisi karena penjelasannya menggunakan proses pendekatan pemerosesan
informasi.Sementara dalam metakognisi terkandung self regulated yang dalam konteks belajar
disebut self regulated learning, atau pengaturan sendiri dalam belajar, atau secara singkat diartikan
sebagai “kemandirian belajar”. Karena self regulated learning perlu dibahas secara mendalam ,maka
akan dibahas secara tersendiri dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

A.Intelegensi

1.Apa itu hakikat intelegensi ?

2.Bagaimana ciri-ciri intelegensi ?

3.Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi?

4.Apa pengaruh intelegensi terhadap keberhasilan belajar?

B.Kognisi

1.Apa itu kognisi ?

2.Bagaimana pendekatan kognisi terjadi ?

C.Metakognisi

1.Apa itu pengertian Metakognisi?

2.Apa itu komponen metakognisi ?

3.Apa yang dimaksud dengan indikator metakognisi ?

1.3 Tujuan

Dari berepa-berapa permasalahan diatas,pembuatan makalah ini bertujuan untuk


mengetahui pengertian hingga pengaruh intelegensi terhadap belajar, pengertian kognisi dan
bagaimana pendekatan kognisi dapat terjadi,pengertian metakognisi hingga indikator yang terdapat
dalam metakognisi.Diharapkan dengan adanya maklah ini,para pembaca dapat memahami kaitan
intelegens,kognisi dan metakognesi dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Inteligensi
1.1 Hakikat Intelegensi
Perkataan intelegensi dari kata lain intelligere yang berarti mengorganisasikan,
menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organizer, to relate, to bind
together).Istilah inteligensi kadang-kadang atau justru sering memberikan pengertian yang
salah,yang memandang inteligensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan
tunggal, padahal menurut ahli, inteligensi mengandung bermacam-macam
kemampuan.Namun demikian, pengertian inteligensi itu sendiri memberikan berbagai macam
arti para ahli.
Menurut panitia istilah padagogik Stern (Walgito,2010:210) intelegensi adalah “daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut
tujuannya”.Dari pengertian diatas orang intelegensi akan lebih cepat dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapinya pada orang intelegensi akan cepat dapat mengadakan
adjustment terhadap massalah atau situasi yang baru.
Thorndike (Walgito, 2010:211) mengemukaan pendapatnya bahwa orang dianggap intelegen
apabila responnya merupakan respon yang baik atau sesuai dengan stimulus yang
diterimanya.
David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungan nya secara efektif. Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung,
melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari
proses berpikir rasional itu.
Banyak tokoh yang mendeskripsikan intelegensi sebagai kemampuan individu memecahkan
masalah (problem solving) ada juga pakar yang mendeskripsikan intelegensi sebagai
kemampuan dan berdaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa intelegensi adalah kemampuan individu dalam mendayagunakan potensi yang ada
pada dirinya sebagai upaya memecahkan sesuatu permasalahan untuk berdaptasi pada
lingkungannya.
1.2 Ciri-ciri intelegensi
a. intelegensi tidak bisa dilihat secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
b. intelegensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan
dan pemecahan masalah yang timbul darinya.
1.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi intelegensi
Seperti yang telah kita ketahui bahwa intelegensi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut (Senjaya,2010).
1. Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukan bahwa individu-individu yang berasal dari
suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkorelasi
tinggi (kurang lebih 0,50), orang yang kembar (kurang lebih 0,90), yang tidak
bersanak saudara (kurang lebih 0,20).
2. Pengaruh faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena
itu ada hubungan antara pemberian makan bergizi dengan intelegensi seseorang.
Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang
amat penting selain guru, rangsangan rangsangan yang bersifat kognitif emosional
dari lingkungan juga memagang peranan yang amat penting, seperti pendidikan,
latihan berbagai keterampilan, (khususnya pada masa masa peka)
3. Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang
kemampuan individu, sedangkan IQ hanyalah hasil dari suatu test intelegensi itu
( yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi ). Stabilitas
intelegensi tergantung perkembangan organik otak.
4. Pengaruh faktor kematengan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tiap organ ( fisik maupun psikis ) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
5. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi.
6. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan yang mendorong
manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
7. Kebebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu
dalam menyelesaikan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan meilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
1.4. Pengaruh intelegensi terhadap keberhasilan belajar
Intelegensi seorang ini, diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan pelajar yang
dicapainya. Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar biasanya berkolerasi searah dengan
tingkat intelegensi. Artinya, semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, maka semakin
tinggi prestasi belajar yang dicapainya. Bahkan menurut sebagian besar ahli, intelegensi
merupakan modal utama dalam belajar dan mencapai hasil yang optimal. Anak yang
memiliki skor IQ dibawah 70 tidak mungkin dapat belajar dan mencapai hasil belajar seperti
anak-anak dengan skor IQ normal, apalagi dengan anak-anak jenius . Kenyataannya bahwa
anak-anak memiliki IQ yang berbeda-beda. Ada anak-anak yang cepat menerima informasi
baru dan ada anak yang lamban dalam menerima informasi baru.
Dalam bidang akademis, tingkat kecerdasan atau intelegensi ( IQ) seseorang individu tidak
dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar individu tersebut.
Semakin tinggi kemampuan intelegensi individu tersebut maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses dibidang akademis. Tentunya, perbedaan tersebut mejadi warna didalam
kelas. Maka dari itu, guru harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan kapasitas
intelegensi siswa. Perbedaan intelegnsi yang dimiliki oleh siswa bukan berarti membuat guru
harus memandang rendah kepada siswa yang kurang, tetapi guru harus mengupayakan agar
pembelajaran yang diberikan dapat membantu semua siswa, tentu saja dengan perlakuan
metode yang beragam.
Usaha guru yang perlu untuk menyikapi perbedaan siswa tersebut dan membantu siswa
sesuai dengan potensinya sesuai dengan intelegensinya diantaranya:
1. Guru menyikapi perbedaan individu dan membantu siswa dengan membimbing,
dan mengarahkan agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi,
minat dan bakatnya.
2. Selain itu motivasi diperlukan siswa dan tugas guru memberikan motivasi terbaik
agar siswa tersebut mampu menerima serta memahami materi yang telah
disampaikan serta bertujuan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran. Upaya yang dilakukan guru untuk membangkitkan keinginan siswa
untuk belajar
● Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan
belajar yang dialaminya
● Meminta kesempatan kepada orang tua siswa agar memberikan
kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.
B. KOGNISI
2.1 Apa Pengertian Kognisi?
Kognisi adalah proses mental yang terjadi mengenai sesuatu yang
didapatkan dari kegiatan berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses
yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi
pengetahuan melalui aktifitas mengingat, menganalisis, memahami,
menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa.
2.2 Bagaimana Pendekatan Kognisi Terjadi ?
Menurut Darlene V.Howard (1983) mengemukakan pandangan dari
pendekatan kognisi dapat dikemukakan sebagai berikut :
Pertama, pendekatan kognisi lebih menekankan pada cara mengetahui(
knowing ) dan bukan cara memberikan respons ( responding).
Pendekatan ini memiliki kecenderungan untuk menemukan cara ilmiah
dalam proses mental seseprang individu dalam upaya memperoleh
penguasaan (acquisition) pengetahuan. Ini berarti penekanan
pendekatan kognitif bukan terletak pada hubungan stimulus – respons
tetapi pada apa yang terjadi dalam proses mental tersebut.
Kedua, Pendekatan kognisi lebih menekankan pada struktur mental
atau pengaturan/perorganisasian. Penekanan tentang fungsi pengaturan
dijelaskan oleh Jean Piaget yang telah memberikan kontribusinya
dalam pengertian tentang perkembangan manusia khususnya
perkembangan kognisi. Piaget menyatakan bahwa semua mahluk hidup
dilahirkan dengan keahlian yang berbeda, yaitu keahlian untuk
mengatur pengalaman, dan keaahlian ini merupakan faktor
pendorong(impetus) dalam perkembangan kognisi.

C. METAKOGNISI
3.1 Apa itu metakognisi ?
Metakognisi berhubungan dengan kognisi. Istilah meta berasal dari bahasa Yunani,
artinya lebih tinggi( bandingkan dengan metafisik, metaempiris, metafora, metaetika,
dll). Metakognisi secara etimologis artinya sesuatu yang lebih tinggi dari atau diaatas
kognisi, termasuk pengetahuan tentang kognisi itu sendiri . Metakognisi meliputi 3
macam pengetahuan, yaitu :
a. Pengetahuan Declaratif yaitu pengetahuan “ yang dapat dinyatakan, biasanya
secara verbal “ , memalui ceramah, buku, tulisan, pertukaran kata-kata, bahasa
sandi notasi matematika, dan sebagainya.
b. Pengetahuan Prosedural adalah pengetahuan “ mengenai cara melakukan sesuatu
“, seperti membagi pecahan atau membersihkan kargurator, pengetahuan
prosedural harus didemonstrasikan.
c. Pengetahuan Kondisional adalah pengetahuan “ mengenai mengapa dan kapan ‘,
melalui pengetahuan deklaratif ataupun proecedural ( schraw dan markman, 1993,
dalam woolfoolk, 1998 ).
3.2 Komponen Metakognisi
Menurut Baker dan Brown ada 2 tipe metakognisi, yaitu :
a. Pengetahuan tentang kognisi ( metakognitipe dan knowledge ) pengetahuan
metakognisi adalah pengetahuan yang diperoleh tentang proses-proses kognitif yaitu
pengetahuan yang digunakan untuk mengontrol proses kognitif.
b. Pengalaman metakognisi ( metacognitive experiences ) pengalaman atau regulasi
metakognisi adalah pengaturan kognisi dan pengalaman belajar seseorang yang
mencakup serangkaian aktifitas yang dapat membantu dalam mengontrol kegiatan
belajarnya.
3.3 Indikator Metakognisi
Kemampuan metaakognisi berkaitan dengan proses berpikir siswa tentang berpikirnya
agar menemukan strategi yang tetap dalam memecahkan masalah
Menurut Swartz dan Perkins ( mahromah, 2012 ), kemampuan metakognisi terdiri
dari beberapa tingkatan, yaitu :
1. Tacit use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
tanpa berpikir tentang keputusan tersebut.
2. Aware use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan kesadaran siswa
mengenai apa dan mengapa siswa melakukan pemikiran tersebut.
3. Strategic use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan individu
dalam proses berpikirnya secara sadar dengan menggunakan strategi-strategi
khusus yang meningkatkan ketepatan berpikirnya
4. Reflace tipe use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan refleksi individu
dalam proses berpikirinya sebelum dan sesudah atau bahkan selama proses
berlangsung dengan mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil
pemikirannya.
Tujuan
Dari beberapa permasalahan diatas, pembuatan makalah ini bertujuan untuk
mengetahui pengertian hingga pengaruh intelegensi terhadap belajar, pengertian
kognisi dan bagaimana pendekatan kognisi dapat terjadi, pengertian metakognisi
hingga indikator yang terdapat dalam metakognisi. Diharapkan dengan adanya
makalah ini, para pembaca dapat memahami kaitan intelegensi, kognisi dan
metakognisi dalam proses pembelajaran.

Kesimpulan
Inteligensi memiliki pengertian dari beberapa beberapa ahli. Dari pengertian beberapa
ahli mengenai intelegensi, dapat disimpulkan bahwa intelegensi itu sendiri adalah
kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap masalah yang di hadapinya.
Segi inteligensi seseorang dapat diukur melalui IQ (Intelligence Quotient). Faktor –
faktor yang mempengaruhi inteligensi seseorang dapat dilihat dari faktor bawaan,
lingkungan, stabilitas itelegesi dan IQ dll. Peranan inteligensi dalam proses pendidikan
merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berhasil atau gagalnya
belajar seseorang.
Pendekatan kognisi lebih menekankan pada cara mengetahui (knowing) dan
bukan cara memberikan respons (responding), pendekatan kognisi lebih menekankan
pada struktur mental atau pengaturan/pengorganisasian, dan mempersepsikan
individu sebagai makhluk yang aktif, konstruktif, berencana, dan bukan makhluk yang
pasif menerima stimulus dari lingkungan.
Pengetahuan metakognisi juga diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki
seseorang dan tersimpan di dalam memori jangka panjang yang dapat diaktifkan atau
dipanggil kembali sebagai hasil suatu pencarian memori yang dilakukan secara sadar
dan disengaja, atau diaktifkan tanpa disengaja atau secara otomatis muncul ketika
seseorang dihadapkan pada permasalahan tertentu. Oleh karena itu, semua proses
psikologis dalam intelegensi, kognisi dan metakogisi saling berkaitan satu sama lain
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya yang saling
berkaitan dengan kemampuan berpikir individu itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai