Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN KOGNITIF

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Penilaian Peserta Didik


Yang dibina oleh Ibu Dra. Elia Flurentin, M.Pd.

Oleh :
Kelompok 2 / Offering C12
1. Berliana Ayu Febriyani (190351620413)
2. Diana Dahniar (190351620411)
3. Fika Wulandari (180351619033)
4. Syelia Dwi Paulin (190351620455)
5. Yuraida Fatimah Dwiya Chofifah (180351619045)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
Februari 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Perkembangan Kognitif .......................................................... 3


2.2 Karakteristik Perkembangan Kognitif .................................................. 7
2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif............ 9
2.4 Implementasi Pendidikan terhadap Perkembangan Kognitif ............... 13

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 17


3.2 Saran ..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mendapatkan,
mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah
laku yang tampak. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks dan saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi ataupun
materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil dan
mempelajarinya secara terpisah-pisah akan kehilangan makna. Teori ini
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya.
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah
maupun dalam lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat
diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan
peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan
kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga
kependidikan yang bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif
peserta didik perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang
perkembangan kognitif pada anak didiknya.Orang tua juga tidak kalah
penting dalam kognitif anak karena, perkembangan dan pertumbuhan anak
dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua
belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, proses

1
perkembangan kognitif, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif anak.
Seiring dengan perkembangan kognitifnya, anak-anak usia sekolah
mulai berusaha mengetahui tentang pikiranya sendiri, tentang bagaimana
ia belajar dan mengingat situasi-situasi yang dialami setiap hari, muali
menyadari proses-proses kognitifnya dan bagaimana seseorang dapat
meningkatkan penilaian kognitif mereka, serta memilih strategi-strategi
yang cocok untuk meningkatkan kinerja kognitif mereka. Para ahli
psikologi menyebut tipe pengetahuan ini dengan metakognitif
(metacognitive), yaitu pengetahuan tentang kognisi (Wellman, 1988).
1.1.1 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dari hakikat perkembangan kognitif ?
2. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif ?
4. Apa implementasi pendidikan terhadap perkembangan kognitif ?
1.3 TUJUAN
1. Dapat mengetahui hakikat perkembangan kognitif
2. Dapat mengetahui karakteristik perkembangan kognitif
3. Dapat menjelaskan faktor – faktor yang memperngaruhi
perkembangan peserta didik
4. Dapat mengetahui implementasi pendidikan terhadap perkembangan
kognitif

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT PERKEMBANGAN KOGNITIF


2.1.1 Deskripsi
Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran.
Pikiran adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk
pemahaman, penalaran, pengetahuan dan pengertian. Kognitif
adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat
kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang dengan berbagai
minat terutama ditujukan kepada ide-ide dan belajar.
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak
berkembang dan berfungsi untuk dapat berpikir. Perkembangan
kognitif adalah gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf,
serta adaptasi dengan lingkungan (Ahmad Susanto 2011:47).
Menurut Vygotsky, kognitif anak-anak tumbuh tidak hanya
melalui tindakan terhadap objek, melainkan juga oleh interaksi
dengan orang dewasa dan teman sebayanya. Bantuan dan petunjuk
dari guru dapat membantu anak meningkatkan keterampilan dan
memperoleh pengetahuan. Sedangkan teman sebaya yang
menguasai suatu keahlian dapat dipelajari anak-anak lain melalui
model atau bimbingan secara lisan. Artinya, anak-anak dapat
membangun pengetahuannya dari belajar melalui orang dewasa
(guru dan tidak semata-mata dari benda atau objek). Sedangkan
Piaget menyatakan bahwa anak-anak mengkonstruksi pengetahuan
dengan melakuakan transformasi,mengorganisasi, dan melakukan
reorganisai terhadap pengetahuan sebelumnya (Santrok, 2009: 66).
2.1.2 Tahap Perkembangan Kognitif
Pola perkembangan kognitif menurut Piaget melalui empat
tahapan (Slamet Suyanto, 2005:53). :

3
1. Sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini anak lebih banyak
menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi
dengan lingkungan disekitarnya. Anak pada tahap ini peka dan
suka terhadap sentuhan yang diberikan dari lingkungannya.
Pada akhir tahap sensorimotor anak sudah dapat menunjukan
tingkah laku intelegensinya dalam aktivitas motorik sebagai
reaksi dari stimulus sensoris. Ciri – cirinya :
a. Anak belajar mengembangkan dan menyalurkan
jasmaninya dengan perbuatan mentalnya menjadi
tindakan-tindakan atau perbuatan yang teratur dan
pasti.
b. Anak berfikir melalui perbuatan dan gerak.
c. Memiliki kemampuan untuk makan, melihat,
memegang, berjalan, dan berbicara.
d. Pada tahap ini, anak belajar mengaitkan simbol benda
dengan konkretnya, hanya saja masih kesulitan.
e. Pada akhir tahap ini pula anak mulai melakukan
percobaan coba-cpba berkenalan dengan benda-benda
konkret(dengan menyusunnya, mengutakatik,dan lain-
lain).
2. Praoperasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak mulai
menunjukan proses berpikir yang lebih jelas di bandingkan
tahap sebelumnya, anak mulai mengenali simbol termasuk
bahasa dan gambar.Ciri – ciri tahap praoperasional:
a. Anak mengaitkan pengalaman yang ada di dunia luar
dengan pengalaman pribadinya.
b. Anak tidak dapat membedakan antara kejadian-
kejadian yang sebenarnya(fakta) dengan khayalan
(fantasi). Oleh karena itu, jika dia berdusta
„berdustanya‟itu bukan karena moralnya jelek, tetapi
karena kelemahanya.

4
c. Pada tahap berfikir pre-konseptual (usia 2-4 tahun),
dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan
bahasa, gambar, dan permainan khayalan.
d. Pada tahap berfikir intuitif (usia 4-7 tahun), dimana
pada tahap ini representasi suatu objek didasarkan pada
persepsi pengalaman sendiri, tidak pada penalaran.
3. Konkret operasional (7-11 tahun), pada tahapan ini anak sudah
mampu memecahkan persoalan sederhana yang bersifat
konkrit, anak sudah mampu berpikir berkebalikan atau berpikir
dua arah, misal 3 + 4 = 7 anak telah mampu berfikir jika 7 – 4
= 3 atau 7 – 3 = 4, hal ini menunjukan bahwa anak sudah
mampu berpikir berkebalikan. Ciri – cirinya adalah:
a. Sebaran umur dari sekitar 7-11 atau 12 tahun kadang-
kadang lebih.
b. Pada permulaan tahap ini, egoismenya mulai
berkurang.
c. Dapat mengelompokkan benda-benda yang mempunyai
beberapa karakteristik ke dalam himpunan dan
himpunan bagian dengan karakteristik khusus dan
dapat melihat beberapa karakteristik suatu benda secara
serentak.
d. Mampu berkecimpung dalam hubungan kompleks
antara kelompok-kelompok.

4. Formal operasional (11 tahun ke atas), pada tahap ini anak


sudah mampu berpikir secara abstrak, mampu membuat
analogi, dan mampu mengevaluasi cara berpikirnya (Slamet
Suyanto, 2005:53). Ciri – ciri tahap formal operasional :
a. Tidak memerlukan perantara operasi konkret lagi untuk
menyajikan abstraksi mental secara verbal.
b. Mulai belajar merumuskan hipotesis (perkiraan)
sebelum ia berbuat.

5
c. Dapat merumuskan dalil/teori menggeneralisasikan
hipotesis, dan mengetes bermacam hipotesis.
d. Dapat berfikir deduktif dan induktif, dapat memberikan
alasan-alasan dari kombinasi pernyataan dengan
menggunakan konjungsi disjungsi,negasi, dan implikasi
dalam memahami induksi matematika.

2.1.3 Istilah Proses Perkembangan Kognitif


1. Skema (pemahaman)
Hal ini menunjukan struktur mental, pola berpikir yang
digunakan seseorang untuk berpikir mengatasi suatu situasi
tertentu di lingkungannya.
2. Adaptasi
Proses penyesuaian pemikiran dengan memasukan
informasi baru ke dalam pemikiran individu. Piaget
mengatakan anak-anak menyesuaikan diri dengan dua cara,
yaitu asimilasi dan akomodasi.
3. Asimilasi
Keadaan dimana seorang anak menyatukan informasi baru
ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak. Sebagai
contoh anak TK yang sudah mengetahui konsep bilangan,
ketika diajarkan konsep penjumlahan anak akan melakukan
integrasi antara konsep bilangan yang sudah dipahaminya
dengan penjumlahan.
4. Akomodasi
Meliputi penyesuaian struktur kognitif untuk menyusun
skema baru karena skema yang dimilikinya tidak dapat lagi
menggolongkan pengalaman baru yang dimilikinya. Seorang
anak melihat kucing dan menghitung jumlah kakinya
kemudian anak melihat ayam yang kakinya dua, melihat
cacing tidak berkaki, terjadi kebingungan, lalu anak berfikir
yang menghasilkan skema baru bahwa binatang ada yang

6
berkaki dan ada yang tidak. e. Equlibrium Proses belajar
melewati tahap disequlibrium menuju tahap equlibrium.
Equilibrium adalah kemampuan seseorang untuk
menyeimbangkan antara asimilasi dan akomodasi.
Disequilibrium (misal: kok ada binatang tidak berkaki?),
kemudian menuju tahap equilibrasi (mencari jawaban) dan
akhirnya menjadi equilibrium (ditemukan solusi).
5. Equilibration
Merupakan kompensasi untuk gangguan eksternal.
Perkembangan intelektual menjadi kemajuan terus menerus
dari satu ketidak keseimbangan structural kekeseimbangan
yang baru yang lebih tinggi (Paul Suparno, 2001).

2.2 KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF


Karakteristik perkembangan anak usia dini merupakan masa
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat membutuhkan
perkembangan masa lanjutnya. Anak – anak umumnya memiliki
karakteristik seperti: unik, egosentris, aktif dan energik, rasa inigin tahu
yang kuat dan antusias tentang banyak hal, eksplorasi dan berjiwa
pelualangan, senang dan kaya fantastik, masih mudah frustasi, masih
kurang mempertimbangkan dalam melakukan sesuatu, daya perhatian
pendek, bergairah untuk belajar serta banyak belajar dari permainan yang
semakin menunjukkan minat terhadap teman (Sudarna 2014:16).
Menurut Piaget dalam Upton 2012:159. Egosentrisme anak
memandang dunia hanya dengan sudut pandang mereka sendiri dan
mereka tidak memiliki kesadaran bahwa orang lain memiliki sudut
pandang yang berbeda.Adapun karakteristik perkembangan kognitif yaitu
terjadinya perubahan berpikir dari mulai berpikir simbolik, egosentris
hingga intuitif yang berarti adanya kemajuan kognitif.
Pokok bahasan kognitif dapat meliputi :
1. Perkembangan memori
2. Perkembangan pemikiran kritis

7
3. Perkembangan kreativitas
4. Perkembangan bahasa (Desmita.2009).
Menurut teori Vigotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari
interaksi sosial masing-masing individu dalam konteks budaya. Terdapat
empat konsep menurut Vigotsky:
1. Konsep Sosiokultural yaitu perkembangan pemikiran anak
dipengaruhi oleh interaksi sosial dalam konteks budaya di
mana dia dibesarkan (Danoebroto, 2015: 194)
2. Zona perkembangan proksimal ( zone of proximal
development ) yang berarti bahwa pembelajaran terjadi saat
siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan
kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of
proximal development. Perkembangan dengan konsep
tersebut menyadari bahwa kemampuan menyelesaikan
masalah sendiri termasuk kedalam perkembangan ini.
3. Scaffolding dimana pada konsep ini menekankan dukungan
tahap demi tahap untuk belajar dan pemecahan masalah
sebagai suatu hal penting dalam pemikirankonstruktivitas
modern (Mappalotteng, 2008:7).
4. Bahasa dan Pikiran yang berarti bahwa bahasa berperan
penting dalam proses perkembangan kognitif anak.

8
2.3 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
KOGNITIF
Sebagai seorang pendidik, guru harus mengetahui tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi peserta didik terutama adalah gaya pengasuhan
dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan lebih diterapkan pada anak-
anak yang merupakan cikal bakal perkembangan kognitif karena ketika
anak diasuh secara tidak sesuai dengan semestinya, ini akan berakibat
pada perkembangan kognitif anak, bahkan pada perkembangan mental
anak tersebut. Lingkunganpun sangat berpengaruh pada perkembangan
kognitif, semakin buruk lingkungan maupun pergaulan seseorang maka
kemungkinan pengaruh lingkungan pada perkembangan kognitif anak
semakin besar. (Wibowo, 2016)
Menurut Sujiono (2006 : 25) Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut :
1. Faktor hereditas atau keturunan
Taraf intelegensi seorang anak sudah ditentukan sejak anak
tersebut dilahirkan.
2. Faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor
lingkungan dimana tempat ia berada.
3. Kematangan
Tiap organ tubuh manusia, baik fisik maupun psikis
dapat dikatangan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

9
4. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri anak
yang mempengaruhi perkembangan intelegensinya.
5. Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan. Sedangkan
bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang
masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
6. Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai kebebasan manusia
dalam berpikir.
Perkembangan kognitif yang terjadi pada manusia sepanjang
hidupnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung antara lain
faktor keturunan, faktor lingkungan, kematangan, pembentukan, minat dan
bakat, serta faktor kebebasan. Masing-masing orang memiliki faktor
tersendiri yang mempengaruhi perkembangan kognitifnya yang dapat
berjalan dengan cepat ataupun lambat.
Sedangkan menurut Piaget dalam Yanuarita (2014:
70) Pertumbuhan mental mengandung dua macam proses
yaitu perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah perubahan
struktur sedangkan belajar adalah perubahan isi. Proses perkembangan
kognitif dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
1. Hereditas
Hereditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang
baru lahir untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, lebih dari
itu, hereditas akan mengatur waktu jalannya perkembangan pada
tahuntahun mendatang.
2. Pengalaman
Pengalaman dengan hereditas fisik merupakan dasar
perkembangan struktur kognitif .dalam hal ini sering kali disebut
sebagai pengalaman fisis dan logika matematis.
3. Transmisi Sosial

10
Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan
pengaruh budaya terhadap ola berpikir anak.
4. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri
setiap individu akan terdapat proses ekuilibrasi yang
mengintegrasikan ketiga faktor tadi, yaitu hereditas, pengalaman,
dan transmisi sosial.
Perkembangan kognitif sendiri sudah dapat dipersiapkan sejak
dalam kandungan sampai dewasa. Asupan gizi yang sehat dan seimbang
menjadi fondasi bagi perkembangan kognitif. Calon bayi juga dapat
dirangsang dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan seperti,
mengajak bercakap-cakap, mendengar musik, melakukan relaksasi,
menjaga stabilitas emosi pada ibu. Setelah lahir, rangsangan yang
diberikan juga tetap diberikan
Salah satu perkembangan fisik yang mempengaruhi perkembangan
kognitif menurut Darsinah (2011) adalah perkembangan otak. Otak
berkembang paling pesat pada masa bayi. Pada masa kanak-kanak otak
tidak bertumbuh dan berkembang sepesat masa bayi. Pada masa awal
kanak-kanak, perkembangan otak dan sistem syaraf berkelanjutan. Otak
dan kepala bertumbuh lebih pesat daripada bagian tubuh
lainnya. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan dengan kesempatan
untuk mengalami suatu pengalaman melalui rangsangan dari lingkungan
menjadi sumbangan terbesar bagi lahirnya kemampuan-kemampuan
kognitif pada anak. Artinya, perkembangan kognitif menjadi optimal jika
ada kematangan dalam pertumbuhan otak serta ada rangsangan dari
lingkungannya.
Dalam postingan Wiriana (2008) menjelaskan tentang faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif adalah:

11
2.3.1 Gaya Pengasuhan

Baumrind menekankan tiga tipe gaya pengasuhan yang dapat


mempengaruhi perkembangan kognitif, pada anak (Wiriana, 2008),
yaitu :

1. Gaya pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting


Gaya pengasuhan otoriter adalah suatu gaya yang
membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk
mengikuti perintah-perintah orangtua dan menghormati
pekerjaan dan usaha. Orangtua yang otoriter menetapkan
batasan-batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang pada
anak untuk berbicara atau bermusyawarah. Perkembangan
kognitif anak juga menjadi kurang optimal karena kurang ada
kesempatan untuk mengekspresikan rasa ingin tahu,
mengembangkan kreativitas serta menyelesaikan masalah secara
mandiri
2. Gaya pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting)
Gaya pengasuhan Otoritatif adalah merupakan
pengasuhan yang mendorong anak untuk tetap mandiri tapi
masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-
tindakan mereka. Orangtua mampu menunjukkan kehangatan
dan kasih sayang sekaligus memungkinkan untuk melakukan
musyawarah dalam menghadapi persoalan
Pengasuhan otoritatif diasosiasikan dengan
kompetensi sosial yang baik pada anak. Perkembangan
kognitif diprediksikan menjadi lebih optimal karena anak
memiliki kesempatan untuk mengembangkan kreativitas,
kemampuan untuk menyelesaikan masalah (problem
solving) namun tetap mengetahui norma atau aturan yang
berlaku, maupun mengembangkan rasa ingin tahu tanpa
mengalami ketakutan

12
2.3.2 Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan juga memberikan andil yang cukup besar
terhadap perkembangan kognitif anak. Lingkungan dalam konteks ini
adalah lingkungan di luar rumah atau keluarga. Lingkungan pertama
yang berpengaruh adalah sekolah,pengaruh teman sebaya (peers),
status sosial ekonomi, peran gender dalam keluarga, dan media masa.

2.4 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBANGAN


KOGNITIF
Perkembangan kognitif anak merupakan perkembangan yang
berkaitan dengan kecerdasan anak yang diperlihatkan melalui kemampuan
mengingat, mengenal, dan memahami berbagai obyek. Kemampuan untuk
mengerti atau memahami berbagai obyek ini sangat penting, karena hal itu
akan menentukan jenis penyesuaian pribadi dan sosial yang dilakukan
anak. Anak akan mudah menyesuaikan pribadi dan sosialnya jika mereka
memiliki pengertian dan pemahaman yang cukup banyak tentang orang,
peristiwa atau benda. Aspek kognitif menurut Jean Piaget adalah “aspek
intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu yang di dalamnya
terdapat aspek persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan
pemecahan persoalan. Inteligensi merupakan kemampuan untuk berpikir
abstrak dan menyelesaikan masalah secara efektif” (Depdiknas, 2005 : 5).
Dalam dunia pendidikan, perkembangan kognitif merupakan faktor
utama dalam perkembangan pendidikan. Implementasi perkembangan
kognitif yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan diantaranya :

2.4.1 Implemetasi Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran menurut


Brunner (1966) :
1. Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang
dewasa. Guru perlu memperlihatkan fenomena atau
masalah kepada anak. Hal ini dapat dilakukan melalui
kegiatan wawancara atau pengamatan terhadap objek.

13
2. Anak, terutama anak usia dini dan pendidikan SD kelas
rendah,akan belajar dengan baik apabila mereka memanipul
asi objek yang dipelajari, misalnya dengan melihat,
merasakan, mencium, dan sebagainya. Pendekatan
pembelajaran diskoveri atau pendekatan pembelajaran
induktif lainnya akan lebih efektif dalam proses
pembelajaran.
3. Pengalaman baru yang berinteraksi dengan struktur kognitif
menarik minat dan mengembangkan pemahaman
anak. Oleh karena itu,pengalaman baru yang dipelajari anak
harus sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki anak.
4. Dalam pembelajaran, Bruner menggunakan cara belajar
discovery learning (belajar penemuan) yang digagas sesuai
dengan pencarian pengetahuan atau ilmu secara aktif yang
dilakukan oleh si pembelajar atau siswa. Hasilnya adalah
apa yang ditemukan akan memberikan pengetahuan yang
benar - benar bermakna bagi si pembelajar.
Dengan demikian, cara belajar Bruner dalam bingkai kognitif
melibatkan tiga proses yang bersamaa. Pertama, memperoleh
informasi baru, artinya adanya penghalusan dan penambahan dari
informasi yang dimiliki seseorang sebelumnya. Kedua,
transformasi informasi, artinya cara yang dilakukan oleh seseorang
dalam menerapkan pengetahuan barunya yang sesuai dengan
tugasnya. Ketiga, menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Disini adanya penilaian mengenai apakah cara kita memperlakukan
pengetahuan sudah cocok dengan tugas yang ada.
2.4.2 Implementasi Teori Piaget dalam Pembelajaran :
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak
tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran
jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan
anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

14
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang
penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam
kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi
jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak
didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui
interaksi spontan dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek-praktek yang diarahkan
untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam
pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan
perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh
anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama
namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang
berbeda.
5. Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan
pemikiran anak, artinya ketika anak-anak
mencoba memecahkan masalah, penalaran merekalah yang
lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru
penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk
jawaban yang salah, tetapi sebaliknya menanyakan
bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah, dan diberi
pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
6. Guru dapat menemukan menemukan dan menetapkan
tujuan pembelajaran materi pelajaran atau pokok bahasan
pengajaran tertentu.
7. Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery).
Artinya disini adalah agar pembelajaran yang berpusat pada
anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak
belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang
dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan
menyelesaikan masalah sendiri.

15
2.4.3 Implikasi teori Vygotsky dalam pembelajaran menurut Oakley
(2004:48-50) yaitu sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran yang diberikan oleh guru harus sesuai
dengan tingkat perkembangan potensial siswa. Siswa
seharusnya diberikan tugas yang dapat membantu mereka
untuk mencapai tingkat perkembangan potensialnya.
2. Vygotsky mempromosikan penggunaan pembelajaran
kolaboratif dan kooperatif, dimana siswa dapat saling
berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing ZPD
mereka.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu
pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua.
Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk
berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah
sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari
dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan
dan penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun
teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau
kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada prinsipnya tidak
statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan kognitif manusia. Berdasarkan asumsi itulah, Piaget
berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan
baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi
Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi.
Dalam memahami perkembangan kognitif, perlu mengetahui
proses perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik
perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami semua
pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta
didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan
yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing,
sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai
dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.

17
3.2 SARAN
1. Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar
dapat ikut berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan
kognitif.
2. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu
untuk mengawasi perkembangan kognitif setiap anak dan peserta
didik sesuai karakteristik perkembangan kognitif anak.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada.
Media Group
Bruner, J. S. 1966. Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvad
University.
Danoebroto, Sri Wulandari, 2015. Teori Belajar Konstruktivis Piaget dan
Vygotsky. Jurnal: Indonesian Digital Journal of Mathematics
andEducation Vol 2 No 3: 191-198.
Darsinah. 2011. Perkembangan Kognitif. Surakarta: Qinant
Depdiknas.2005. Panduan Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Direktorat PPTK dan KPT Dirjen Dikti.
Desmita.2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Mappalotteng, Abdul Muis. 2008. Sumbangan Vygotsky’s Terhadap
Pemahaman Pemagangan Kognitif Sebagai Suatu Proses Pengembang
an Pendidikan Vokasi Orang Dewasa Di Era Global. Seminar Nasional
Pendidikan tanggal 26 Januari. Lampung: FKIP UNILA.
Oakley, Lisa. 2004. Cognitive Development. London: Routledge-Taylor & Francis
Group
Paul Suparno. 2001. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
Santrok, Jhon W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Selemba Humanika
Slamet Suyanto. 2005. Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sudarna. 2014. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Berkarakter Melejitkan
Kepribadian Anak Secara Utuh. Yogyakarta: Distribusi Nasional.
Sujiono Yuliani Nurani, dkk. 2006. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Upton, Penney. 2012. Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Wellman.1988. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 137

19
Wibowo, 2016. Manajemen Kinerja, Edisi Kelima. Jakarta: PT.Rajagrafindo
Persada.
Wiriana. 2008. Perkembangan Kognitif Pada Anak. Diakses pada 25 Juli 2017
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-
padaanak)
Yanuarita, Andri. 2014. Rahasia Otak dan Kecerdasan Anak. Sukoharjo:
Teranova Books.

20

Anda mungkin juga menyukai