Anda di halaman 1dari 27

DEFINISI ANALISIS KEBUTUHAN ANAK USIA DINI

Ayu Ratna Sari


Rahayu Kurniasih
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini IAIN Metro Lampung
ABSTRAK

Analisis kebutuhan anak usia dini adalah salah satu usaha untuk mengetahui segala
sesuatu yang dibutuhkan anak pada usia 0-6 tahun agar anak siap melanjutkan pendidikan ke
tahap selanjutnya,untuk membentuk generasi yang baik kebutuhan anak usia dini harus
terpenuhi anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sering disebut golden age.
Dengan menganalisis kebutuhan anak maka dapat mengoptimalkan perkembangan karena
akan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pada usianya.

Kata Kunci: Analisis,Kebutuhan,Anak Usia Dini

ABSTRACT
Analysis of early childhood needs is one of the efforts to find out everything that
children need at the age of 0-6 years so that children are ready to continue their education to
the next stage, to form a good generation. Early childhood needs must be fulfilled. Early
childhood is children aged 0 -6 years which is often called the golden age. By analyzing the
needs of children, it can optimize development because it will be adjusted to the needs of the
age.

Keywords: Analysis, Needs, Early Childhood

1
A. PENDAHULUAN
Menurut kamus bahasa Indonesia Analisis adalah kata bantu penguraian suatu
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan
antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna
keseluruhan; proses pencarian jalan keluar yang berangkat dari dugaan akan
kebenarannya; penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keberadaan
yang sebenarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui
keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dsb). Analisa berasal
dari kata Yunani Kuno “analusis” yang berarti melepaskan. Analusis terbentuk dari
dua suku kata yaitu “ana” yang berarti kembali dan “luein” yang berarti melepas.
Sehingga pengertian analisa yaitu suatu usaha dalam mengamati secara detail pada
suatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya
atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.
Analisis merupakan sebuah kegiatan untuk meneliti suatu objek tertentu secara
sistematis, guna mendapatkan informasi mengenai objek tersebut, sebagai contoh
dalam dunia bisnis, pihak manajemen dalam sebuah perusahaan melakukan analisis
untuk mendapatkan informasi mengenai target pasar, produk yang akan dibuat,
strategi pemasaran dan lain sebagainya.
Menurut Murray kebutuhan (Needs) adalah konstruk mengenai kekuatan di
bagian otak yang mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berfikir, dan berbuat
untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan. Need bisa dibangkitkan oleh
proses internal, tetapi lebih sering dirangsang oleh faktor lingkungan. Biasanya, need
dibarengi dengan perasaan atau emosi khusus, dan memiliki cara khusus untuk
mengekspresikannya dalam mencapai pemecahannya.1
Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan
perkembangan. Anak usia dini memiliki rentang usia yang sangat berharga dibanding
dengan usia-usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasan yang luar biasa. Usia
tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, dan berada pada proses perubahan
berupa pertumbuhan, perkembangan, pematangan, dan penyempurnaan, baik pada

1
Alwisol, Psikologi Kepribadian,(Malang: UMM Press, 2007), Hal. 218
2
aspek jasmani maupun rohaninya yang berlangsung seumur hidup, bertahap, dan
berkesinambungan.
Jadi, Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini adalah suatu proses untuk meneliti
sesuatu untuk mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan anak usia dini pada usia 0-
6 tahun agar anak bisa bertahan hidup serta agar anak siap melanjutkan pendidikan
selanjutnya.

B. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ANALISIS
Menurut kamus bahasa Indonesia Analisis adalah kata bantu penguraian
suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta
hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman
makna keseluruhan; proses pencarian jalan keluar yang berangkat dari dugaan
akan kebenarannya; penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui
keberadaan yang sebenarnya.
2. PENGERTIAN KEBUTUHAN
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk
mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan.2
Menurut Murray kebutuhan (Needs) adalah konstruk mengenai kekuatan di bagian
otak yang mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berfikir, dan berbuat
untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan. Need bisa dibangkitkan
oleh proses internal, tetapi lebih sering dirangsang oleh faktor lingkungan.
Biasanya, need dibarengi dengan perasaan atau emosi khusus, dan memiliki cara
khusus untuk mengekspresikannya dalam mencapai pemecahannya
Sebagai contoh,ketika para bayi mulai belajar berjalan,kemampuan
mereka untuk menjelajahi lingkungan menjadi meluas dan pergerakkan mereka
ini, pada gilirannya, mempengaruhi perkembangan kognitif mereka. Demikian
juga perkembangan dalam keterampilan berbahasa memengaruhi kemampuan
anak-anak untuk membangun hubungan-hubungan social dengan orang dewasa
dan anak-anak yang lain dan pada gilirannya keterampilan-keterampilan dalam
interaksi sosial ini dapat mendukung atau menghambat perkembangan bahasa
mereka.

2
Ibid hal. 218

3
Dimensi-dimensi perkembangan anak-fisik, social, emosi, kognitif dan
spiritual- berhubungan satu sama lain. Perubahan dalam satu dimensi memengruhi
dan dipengaruhi oleh dimensi lain. Perkembangan dalam satu dimensi dapat
membatasi atau memfasilitasi perkembangan pada dimensi-dimensi lainnya.3
Sebagai contoh,ketika para bayi mulai belajar berjalan,kemampuan mereka
untuk menjelajahi lingkungan menjadi meluas dan pergerakkan mereka ini, pada
gilirannya, mempengaruhi perkembangan kognitif mereka. Demikian juga
perkembangan dalam keterampilan berbahasa memengaruhi kemampuan anak-anak
untuk membangun hubungan-hubungan social dengan orang dewasa dan anak-anak
yang lain dan pada gilirannya keterampilan-keterampilan dalam interaksi sosial ini
dapat mendukung atau menghambat perkembangan bahasa mereka.
Karena dimensi-dimensi perkembangan tersebut berhubungan satu sama lain,
kita seharusnya menyadari betul hal ini dan menggunakan kesadaran ini untuk
mengorganisasikan pengalaman-pengalam belajar anak, membantu anak-anak
berkembang secara optimal dalam semua dimensi perkembangan dirinya. Sebagai
pendidik, misalnya, kesadaran akan adanya hubungan antar semua bagian
perkembangan ini, bermanfaat untuk perencanaan kurikulum untuk berbagai
kelompok usia anak. Kurikulum untuk bayi, anak-anak batita (bayi sampai usia tiga
tahun) dan anak usia prasekolah hampir pasti digerakan oleh kebutuhan untuk
mendukung perkembangan yang sehat pada semua bagian diri anak. Sementara untuk
anak-anak usia sekolah dasar perencanaan kurikulum diarahkan sebagai usaha-usaha
untuk membantu anak-anak mengembangkan pemahaman-pemahaman konseptual
yang dapat diaplikasikan pada mata pelajaran yang dipelajari.
Untuk membentuk generasi terbaik, kebutuhan anak usia dini harus terpenuhi.
Anak usia dini adalah anak dengan usia 0-6 tahun. Beberapa orang menyebut fase
atau masa ini sebagai golden age karena masa ini sangat menentukan seperti apa
mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan. Tentu saja
ada banyak faktor yang akan sangat mempengaruhi dalam perjalanan mereka menuju
kedewasaan, tetapi apa yang mereka dapat dan apa yang diajarkan pada mereka pada
usia dini akan tetap membekas dan bahkan memiliki pengaruh yang dominan dalam
menentukan setiap pilihan dan langkah hidup mereka. Ada tiga kebutuhan mendasar
bagi seorang anak pada usia dininya, yaitu

3
Muazar Habibi,Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini,(Yogyakarta,Deepublish,2018),Hal.1
4
a. Nutrisi: nutrisi saat hamil Sejak seorang ibu mengetahui dirinya hamil, dia
harus memotivasi dirinya untuk memberikan gizi terbaik pada janinnya.
Dengan makan makanan bergizi tinggi dan menghindari hal-hal yang dapat
merugikan perkembangan janinnya.
1) Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam organik yang didesekresi oleh kedua belah
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. ASI bukan minuman,
namun ASI merupakan satu-stunya makanan tunggal paling sempurna
bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat
gizi yang dibutuhkan bayi. ASI ekslusif atau lebih tepat disebut
pemberian ASI secara ekslusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, bubur nasi, ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan4
ASI ekslusif di awal kehidupan bayi Pemberian ASI ekslusif adalah
tonggak pertama untuk membentuk generasi yang sehat dan cerdas.
Sangat disarankan untuk tidak memberikan makanan atau minuman
selain ASI (termasuk susu formula), karena bayi hanya mebutuhkan
ASI di masa 6 bulan pertama kehidupannya.5
2) Makanan Pendamping ASI yang tepat Pengenalan makanan semi
padat pertama pada anak bisa dimulai setelah anak berusia 6 bulan.
Sebaiknya mulai dikenalkan makanan yang mengandung karbohidrat
yang dihaluskan dan dicampur dengan ASI.
3) Pemberian gizi yang seimbang pada anak usia batita dan balita Pada
masa batita dan balita, seorang anak sudah makan makanan keluarga
yang dikenalkan sejak usia 1 thn. Gizi seimbang harus diperhatikan
dan kalo bisa hindarkan dari pemakaian penyedap rasa.
b. Stimulasi
Stimulasi sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak. Stimulasi
bisa dimulai sejak anak dalam kandungan dengan memperdengarkan hal- hal

4
Yonatan Kristianto, “Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan
Pendamping ASI Pada Bayi Umur 6-36 Bulan” dalam jurnal STIKES, (Kediri: STIKES RS.
Baptis), Vol. 6 No. 1/Juli 2013, h.100
5
Muazar Habibi,Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini,(Yogyakarta,Deepublish,2018),Hal.1
5
yang positif, membacakan buku, menceritakan kejadian sehari-hari pada janin.
Menginjak kelahirannya, permainan secara fisik dapat menstimulasi bayi, baik
menstimulasi pendengaran dengan mengajaknya membaca buku, bernyanyi,
bunyi- bunyian. Menstimulasi penglihatan dengan memperlihatkan warna-
warna cerah. Termasuk bermain, bermain adalah hak anak untuk lebih
meningkatkan kecerdasannya. Dengan bermain, banyak hal yang bisa dicapai
pada anak usia dini, dan jangan pernah menganggap bermain adalah hal yang
tidak penting.
c. Kasih sayang adalah hal sangat mutlak yang harus diberikan pada anak. Otak
anak memiliki 100 milyar sel, dengan kasih sayang dan stimulasi yang tepat
sel- sel tersebut akan saling bersambungan. Marilah kita limpahi anak-anak
kita dengan kasih sayang dan bukan dengan kemanjaan.
Pemahaman pendidik terhadap konsep kasih saying mendasari
bagaimana sikap pendidik dalam menjalankan proses pendidikan sehingga
anak didik dapat belajar dengan suasana kehangatan dan menyenangkan.6
Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia
ditakdirkan oleh Allah memiliki kasih sayang terhadap sesamanya. Dalam hal
pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa
anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. Orang tua (ayah dan ibu) sudah
seharusnya menumpahkan kasih sayang terhadap anaknya selama mereka
membimbingnya sampai mencapai dewasa. Begitu juga guru sebagai
pendidik, harus menyadari bahwa kasih sayang merupakan syarat mutlak
dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya, baik di dalam kelas,
maupun di luar kelas. Tanpa kasih sayang pendidik tidak akan bermakna apa-
apa.
1) Makna Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik di antara
dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh
adanya perasaan sayang. Saling mengasihi, saling mencintai,
saling memperhatikan dan saling memberi. Dengan demikian,
maka dapat dikatakan bahwa, kasih sayang merupakan
kebutuhan asasi manusia, sehingga akan memperngaruhi

6
Uyoh Sadulloh, Pedagogik, (Bandung, Alfabeta, Cv, 2011), Hal 155

6
kehidupannya. Anak-anak yang besar dalam limpahan kasih
sayang orang tua akan menjadi anak-anak yang memiliki
ketajaman hati nurani. Dengan kasih sayang yang dilimpahkan
orang tuanya, anak nantinya akan mampu memperlukan orang
lain dengan penuh kecintaan.
2) Kasih sayang yang berlebihan dan hidup tanpa kasih sayang
a) Kasih sayang berlebihan
Kasih sayang orang tua memang penting tapi kalau
berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak
diharapkan. Kasih sayang itu seperti air atau makanan,
kalau diberikan dengan ukuran yang tepat dan dengan
jumlah yang tepat, maka akan memberikan hasil yang
optimal, tapi kalau tidak demikian akan berubah
menjadi sesuatu yang tidak baik. Kasih sayang yang
berlebihan untuk anak-anak sangat merugikan bagi
perkembangan anak didik dan mungkin dapat dikatakan
sebagai suatu penghianatan.kasih yang berlebihan dapat
menimbulkan dampak negative diantaranya;7
 Akan tumbuh sikap yang ingn selalu diperlukan
secara istimewa.
 Anak yang selalu dimanja dapat mengalami
masalah dalam kehidupan rumah tangganya
dikemudian hari, mungkin ia akan minta
dilayani secara sempurna.
 Anak yang dibesarkan dalam asuhan kasih
sayang berlebihan dapat menjadi anak yang
sangat rentan dengan masalah, kehilangan
kepercayaan diri, tidak berani mengambil
resiko, tidak mau mengalami pekerjaaan-
pekerjaan yang penting dan selalu
mengharapkan uluran tangan orang lain.

7
Ibid Hal 158
7
 Anak tidak mau mengembangkan diri karena
merasa cukup dengan apa yang diterimanya.

b) Hidup tanpa kasih sayang


Menurut Husain Mazhahiri, bahwa kecinttan/kasih
sayang meninggalkan bekasnya secara positif padaa
anak, dan menjadikan perilakunya dimasa yang akan
datang memiliki sifat kasih sayang dan kecintaan. Jadi
anak yang hidup tanpa kasih sayang orang tuanya,
pada masa yang akan datang setelah ia dewasa akan
menampakkan kebenciannya terhadap masyarakat
sekitarnya, dan menunjukkan ketidakpeduliannya
terhadap orang lain. Ia tidak menunjukkan jiwa tolong
menolong dan belas kasih sayang terhadap masyarakat
sekitarnya, sehingga ia menjadi manusia yang tidak
berperasaan.
3) Kasih Sayang Anak Dalam Keluarga
Tanggung jawab orang tua anak dalam keluarga bukan hanya
memberi asupan makanan, kecukupan gizi dan perlindungan
fisik semata. Apabila pengaruh pengaruhnya berhenti pada
batas potensi potensi pertumbuhan rohani dan kejiwaan, tanpa
tumbuh di dalam batin mereka gangguan gangguan. Jauh
daripada itu orang tua memikul tanggung jawab untuk
menyelamatkan anak mereka dari azab api neraka. Keluarga
yang sanggup mempersiapkan generasi yang baik adalah
keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan naluri anak.
Secara fitrah, kebutuhan naluri anak cenderung pada unsur
spiritualnya (kasih sayang). Kebutuhan terhadap kasih sayang
dari orang tua pada fase awal, ikut menentukan kepribadian
anak pada priode berikutnya. Seorang anak yang tidak
diberikan kasih sayang dalam keluarga sering mengalami

8
gejolak jiwa. Gejolak jiwa anak dapat terjadi karena fondasi
iman yang tidak tokok.8
Pengalaman awal dalam menerima pengetahuan dari orang tua
akan memberi pengaruh terhadap perkembangan anak pada
fase berikutnya. perkembangan yang dimaksud adalah proses
atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Ungkapan
tersebut senada dengan definisi yang dikemukakan oleh
Alizabeth B. Hurlock, sebagaimana dikutip oleh Nurwadjah.
Menurutnya perkembangan adalah serangkaian perubahan
proggresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan
dan pengalaman. J.P. Chaplin mendefinisikan perkembangan
dengan empat pengertian, yaitu (1) Perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari sejak
lahir hingga mati; (2) Pertumbuhan; (3) Perubahan dalam
bentuk dan integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam
bagian-bagian fungsional; dan (4) Kedewasaan atau
kemunculan pola-pola dari tingkah laku yang tidak dipelajari.9
4) Kasih sayang di sekolah
Dalam proses pendidikan di sekolah di mana peran orang tua
digantikan oleh guru, pola hubungan guru-anak perlu dilandasi
kasih sayang agar terjalin ikatan perasaan yang dapat
mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Peranan kasih
sayang dalam pendidikan di sekolah merupakan bagian yang
tak terpisahkan dalam pembentukan sikap, kepribadian dan
perilaku anak di samping peran keluarga dan masyarakat.
d. Perkembangan anak berlangsung dalam sebuah tahapan yang relatif teratur di
mana kemampuan-kemampuan, keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-
pengetahuan lanjut anak terbangun atas kemampuan-kemampuan,
keterampilan-keterampilan, dan pengetahuan-pengetahuan anak sebelumnya.
Riset-riset perkembangan manusia menunjukkan bahwa tahapan-tahapan

8
Nurbayani, “Pembinaan Iklim Kasih Sayang Terhadap Anak Dalam Keluarga”, (Surabaya:
UIN Ar-Raniry), h.39-40
9
Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Hati yang Selamat Hingga Kisah
Lukman), (Bandung: Marja, Cet. I, 2007), Hal 11
9
pertumbuhan dan perubahan anak usia 9 tahun pertama rentang kehidupan
relatif stabil dan dapat diprediksikan tahapannya.10
Perubahan-perubahan yang dapat diramalkan ini terjadi pada semua
bagian perkembangan— fisik, emosi, sosial, bahasa, dan kognitif—meskipun
bagaimana perubahan-perubahan ini mewujud dan makna yang dilekatkan
pada perubahan tersebut mungkin bervariasi menurut kontek budaya.
Pengetahuan mengenai perkembangan yang khas untuk setiap rentang usia
anak membantu para orangtua atau pendidik untuk mempersiapkan
lingkungan belajar dan merencanakan tujuan-tujuan kurikulum yang reaslistik
dan pengalaman-pengalaman belajar yang tepat menurut perkembangan anak.
e. Perolehan perkembangan bervariasi untuk setiap anak, termasuk untuk
keberfungsian semua dimensi perkembangan dalam diri anak. Keragaman
individual paling tidak dalam dua makna: keragaman dari rata-rata/normatif
arah perkembangan dan keunikan setiap anak sebagai individu.
Setiap anak adalah seorang pribadi unik dengan pola dan waktu
pertumbuhan bersifat individual, sebagaimana halnya untuk kepribadian,
temperamen, gaya belajar, latar belakang dan pengalaman keluarga. Semua
anak memiliki kelebihan, kebutuhan-kebutuhan, dan minat-minat masing-
masing; sejumlah mungkin memiliki kebutuhan belajar dan perkembangan
yang khusus. Pemahaman tentang keragaman yang luas bahkan pada anak-
anak usia kronologis (usia yang dihitung sejak anak lahir) yang sama,
hendaknya mengantarkan kita pada kesadaran bahwa usia anak hanyalah
sebuah gambaran kasar untuk kemasakan perkembangan anak.
Pengakuan bahwa keragaman individual bukan hanya diharapkan tapi
juga dihargai menuntut kita sebagai orang dewasa ketika berinteraksi dengan
anak-anak memperlakukan mereka secara tepat dengan keunikannya masing-
masing. Penekanan perlakuan anak secara individual sesuai dengan keunikan
masing-masing anak tidaklah sama dengan “individualisme.” Alih-alih
demikian, pengakuan ini menuntut kita untuk tidak menganggap anak hanya
sebagai anggota kelompok usia, kemudian mengharapkan mereka untuk
menampilkan tugas-tugas perkembangan kelompok usia tersebut tanpa
mempertimbangkan keragaman kemampuan adaptasi setiap individu anak.
10
Muazar Habibi,Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini,(Yogyakarta,Deepublish,2018),Hal.2-
26
10
Memiliki pengharapan tinggi terhadap anak adalah penting, tetapi
memiliki harapan-harapan yang kaku menurut norma kelompok tidak
mencerminkan kenyataan yang terjadi bahwa adanya perbedaan yang nyata
dalam perkembangan dan belajar individual anak dalam tahun-tahun awal
kehidupan. Harapan norma kelompok dapat memberi dampak yang sangat
merusak terutama untuk anak-anak dengan kebutuhan perkembangan dan
belajar yang khusus.

f. Pengalaman-pengalaman awal memberikan pengaruh yang bersifat kumulatif


maupun tertunda terhadap perkembangan anak; ada periode-periode optimal
untuk jenis-jenis perkembangan dan belajar tertentu. Pengalaman-pengalaman
awal anak, baik positif atau negatif, bersifat kumulatif dalam arti bahwa jika
sebuah pengalaman frekuensi kejadiannya jarang, maka hal tersebut juga
memiliki pengaruh minimal. Jika pengalaman-pengalaman positif atau negatif
sering terjadi, mereka memberikan dampak yang sangat kuat, lama, dan
bahkan memiliki dampak seperti bola salju.

g. Sebagai contoh, pengalaman seorang anak prasekolah bersama anak-anak


dalam tahun-tahun prasekolah membantu dia mengembangkan keterampilan-
keterampilan sosial dan kepercayaan diri yang memungkinkan dia memiliki
teman-teman/persahabatan dalam tahun-tahun pertama sekolah dan
pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menguatkan kompetensi sosialnya.
Sebaliknya, anak-anak yang gagal untuk mengembangkan kompetensi sosial
minimal dan diabaikan atau ditolak teman-teman sebayanya memiliki resiko
tinggi untuk drop out sekolah, menjadi anak-anak dan remaja nakal, dan
menunjukkan permasalahan kesehatan mental ketika mereka dewasa.
Pola-pola yang sama dapat diamati pada bayi-bayi yang menangis dan
menunjukkan usaha-usaha sejenis dalam berkomunikasi yang ditanggapi
secara teratur, memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Demikian juga,
ketika anak-anak memiliki atau tidak memiliki pengalaman literasi sejak dini,
seperti dibacakan secara teratur, keberhasilan mereka selanjutnya dalam
belajar membaca sangat dipengaruhi oleh hal tersebut. Mungkin yang paling
meyakinkan adalah hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
pengalaman-pengalaman sosial dan sensorik motorik selama tiga tahun

11
pertama kehidupan secara langsung mempengaruhi perkembangan neurologis
otak, dengan implikasi-implikasi penting dan menetap terhadap kapasitas-
kapasitas anak untuk belajar.
Pengalaman-pengalaman awal juga dapat memberi pengaruh yang
bersifat menunda, baik positif atau negatif, terhadap perkembangan
selanjutnya. Sejumlah bukti menyarankan bahwa mengandalkan penguatan
ekstrinsik (dari luar) seperti permen atau uang untuk membentuk perilaku
anak, merupakan sebuah strategi yang efektif dalam jangka pendek, sementara
motivasi intrinsik (dari dalam) lebih efektif untuk membentuk perilaku dalam
jangka panjang. Sebagai contoh, memberi uang kepada anak untuk membaca
dalam jangka panjang merusak keinginan anak untuk membaca sebagai
kesenangan dan budaya.

Pada dimensi tertentu dalam rentangan kehidupan, beberapa bentuk


perkembangan dan belajar terjadi sangat optimal. Sebagai contoh, tiga tahun
pertama kehidupan menjadi periode paling optimal untuk perkembangan
bahasa verbal (Kuhl 1994). Meskipun keterlambatan-keterlambatan dalam
perkembangan bahasa, baik karena kerusakan fisik atau lingkungan, dapat
diperbaiki kemudian, penanganan sejenis menuntut pertimbangan-
pertimbangan tersebut. Demikian juga, tahun-tahun prasekolah tampaknya
menjadi periode optimal untuk perkembangan motorik yang mendasar dan
karenanya keterampilan-keterampilan motorik mendasar lebih mudah dan
lebih efisien dicapai pada periode usia ini.

Anak-anak yang memiliki banyak kesempatan dan dukungan orang


dewasa untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan motorik besar
(berlari, melompat, melempar, dll) selama periode ini memiliki keuntungan
kumulatif menjadi lebih baik dan mampu dalam menguasai keterampilan-
keterampilan motorik yang lebih kompleks pada tahun-tahun berikutnya.
Sebaliknya, anak-anak yang memiliki pengalaman awal terbatas kemungkinan
besar mengalami kesulitan untuk menguasai kompetensi fisik dan
menunjukkan keterlambatan ketika mencoba berpartisipasi dalam aktivitas-
aktivitas olahraga tingkat lanjut.

12
h. Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh kontek social
cultural yang majemuk. Bronfenbrenner menyediakan sebuah model ekologis
untuk memahami perkembangan manusia. Bronfenbrenner menjelaskan
bahwa perkembangan anak paling baik dipahami dalam kontek keluarga,
setting pendidikan, komunitas, dan masyarakat yang lebih luas. Kontek-
kontek yang beragam ini berhubungan satu sama lain dan semuanya memiliki
pengaruh terhadap anak yang sedang berkembang. Sebagai contoh, bahkan
seorang anak diasuh dalam keluarga yang mencintai dan mendukungnya,
komunitas yang sehat dipengaruhi oleh bias-bias masyarakat yang lebih luas,
seperti rasisme atau seksisme, dan kemungkinan memperlihatkan pengaruh
negatif dari stereotif negative dan diskriminasi.

Kultur merupakan pola-pola keyakinan dan perilaku, baik eksplisit dan


implisit, yang diwariskan kepada generasi penerusnya oleh masyarakat atau
kelompok social, kelompok religi, atau kelompok etnis di mana mereka
tinggal. Karena kultur seringkali didiskusikan dalam kontek diversitas atau
multikulturalisme, orang seringkali gagal untuk mengenali peran dominan
yang yang dimainkan budaya dalam mempengaruhi perkembangan semua
anak-anak. Setiap budaya menstruktur dan memaknai perkembangan dan
perilaku anak. Sebagaimana yang dikemukakan Bowman, “aturan-aturan
perkembangan adalah sama untuk semua anak, tetapi kontek-kontek social
membentuk perkembangan anak ke dalam konfigurasi-konfigurasi yang
berbeda”. Guru-guru anak usia dini perlu memahami pengaruh kontek-kontek
sosiokultural dalam belajar, mengenali kompetensi yang sedang berkembang
pada anak-anak, dan menerima sebuah cara yang beragam pada anak-anak
untuk mengekspresikan pencapaian-pencapaian perkembangan yang mereka
peroleh.
Para guru seharusnya mempelajari budaya dari mayoritas anak didik
terutama budaya mereka memiliki budaya yang berbeda dengan peserta
didiknya. Meskipun demikian, mengakui bahwa perkembangan dan belajar
dipengaruhi oleh kontek-kontek social dan cultural bukan berarti menuntut
para guru untuk memahami semua nuansa setiap budaya yang mereka temui
dalam praktek-praktek mereka; hal ini akan menjadi tugas yang tidak
mungkin. Lebih dari itu, pengakuan fundamental ini membuat para guru peka

13
terhadap kebutuhan untuk mengakui bagaimana pengalaman cultural yang
mereka miliki membentuk perspektif mereka dan untuk menyadari bahwa
perspektif yang majemuk harus dipertimbangkan dalam keputusan-keputusan
tentang perkembangan dan belajar anak-anak.

Anak-anak mampu belajar untuk berfungsi di dalam lebih satu kontek


budaya secara simultan. Meskipun demikian, jika para guru menetapkan
ekspektasi-ekspektasi yang rendah untuk anak-anak berdasarkan budaya dan
bahasa rumah mereka, anak-anak tidak dapat berkembang dan belajar secara
optimal. Pendidikan seharusnya merupakan sebuah proses yang memiliki nilai
tambah. Sebagai contoh, anak-anak yang bahasa utamanya bukan bahasa
Inggris seharusnya mampu untuk belajar bahasa Inggris tanpa dipaksa untuk
menyerah pada bahasa ibu mereka. Demikian juga, anak-anak yang terbiasa
memakai bahasa Inggris mendapatkan keuntungan dari belajar bahasa lainnya.
Tujuannya adalah bahwa semua anak belajar untuk berfungsi dengan baik
dalam masyarakat secara keseluruhan dan bergerak secara nyaman di antara
kelompok orang-orang yang memiliki latarbelakang yang sama maupun
berbeda.

i. Anak-anak adalah pembelajar aktif, mengalami langsung pengalaman fisik


dan sosial sebagaimana halnya pengetahuan yang ditransmisikan secara
kultural untuk menyusun pemahaman-pemahaman mereka sendiri tentang
dunia yang ada di sekitar mereka. Anak-anak memiliki kontribusi terhadap
perkembangan dan belajar mereka sendiri sebagaimana halnya mereka
berusaha untuk menanggapi pengalaman-pengalaman harian mereka di
rumah, program usia dini dan komunitas. Prinsip-prinsip dari praktek yang
sesuai dengan tahapan perkembangan didasarkan pada teori-teori dominan
yang memandang bahwa perkembangan intelektual dari sebuah perspektif
konstruktivis-interaktif.
Sejak lahir, anak-anak secara aktif terlibat dalam menyusun
pemahaman-pemahan mereka sendiri dari pengalaman-pengalaman dan
pemahaman-pemahaman ini dimediasi oleh dan secara pasti terhubungan
kepada kontek sosiokultural. Anak-anak usia dini secara aktif belajar dari
mengamati dan berpartisipasi dengan anak-anak dan orang dewasa lain,

14
termasuk di dalamnya adalah para orangtua dan para guru. Anak-anak
membentuk hipotesis mereka sendiri dan membuktikannya melalui interaksi
sosial, manipulasi fisik, dan melalui proses-proses berpikir mereka sendiri—
mengamati apa yang terjadi, merefleksikan dalam temuan-temuan mereka,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan memformulasikan jawaban-jawaban.
Ketika objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan orang-orang lain menunjukkan
hal yang berbeda dengan model yang secara mental telah tersusun dalam diri
anak, anak dipaksa untuk menyesuaikan model atau mengubah struktur
mental untuk mempertimbangkan informasi baru. Selama masa usia dini,
anak-anak secara kontinyu memproses pengalaman-pengalaman baru untuk
membentuk ulang, memperluas, dan mereorganisasi struktur-struktur mental.
Ketika para guru dan orang dewasa menggunakan berbagai strategi
untuk mendorong anak-anak melakukan refleksi atas pengalaman-pengalaman
mereka melalui sebuah perencanaan, maka pengetahuan dan pemahaman yang
diperoleh menjadi mendalam. Dalam pernyataan prinsip ini, istilah
pengalaman fisik dan sosial digunakan dalam kontek yang luas termasuk
ekspose anak terhadap pengetahuan fisik, belajar melalui pengalaman
menggunakan benda-benda ( mengamati bahwa bola yang dilempar ke udara
jatuh kembali), dan pengetahuan sosial, termasuk hal-hal penting yang secara
kultural ditransmisikan agar anak-anak berfungsi dengan baik di dunia ini.
Sebagai contoh, anak-anak secara progresif menyusun pemahaman mereka
atas berbagai symbol, akan tetapi yang mereka gunakan (seperti system
alphabet atau numeric) merupakan sesuatu yang ditransmisikan kepada
mereka oleh orang-orang dewasa dalam budaya mereka.Dalam tahun-tahun
belakangan ini, diskusi-diskusi mengenai perkembangan menjadi
terpolarisasi.
Teori Piaget menekankan bahwa perkembangan struktur kognitif
tertentu merupakan prasyarat bagi belajar (contoh perkembangan
mempengaruhi belajar), sementara penelitian lainnya telah
mendemonstrasikan bahwa pengajaran tentang konsep-konsep spesifik atau
strategi-strategi dapat memfasilitasi perkembangan struktur kognitif menjadi
lebih matang (belajar mempengaruhi perkembangan). Usaha-usaha terkini
untuk mengatasi dikotomi yang jelas ini mengakui bahwa esensinya kedua
perspektif teoritis tersebut adalah benar dalam menjelaskan aspek-aspek

15
perkembangan kognitif selama usia dini. Pengajaran yang strategis tentu saja
dapat meningkatkan belajar anak-anak. Dengan demikian, pengajaran
langsung kemungkinan besar tidak efektif dan gagal jika tidak disesuaikan
dengan pengetahuan dan kapasitas-kapasitas kognitif anak dalam setiap
tahapan perkembangannya.

j. Perkembangan dan belajar merupakan hasil interaksi antara maturasi biologis


dan lingkungan, baik fisik maupun sosial, di mana anak-anak tinggal di
dalamnya. Prinsip ini menunjukkan bahwa manusia merupakan produk
hereditas (biologis) dan lingkungan dan kedua kekuatan ini berhubungan satu
sama lain.
Para penganut behavioris (aliran perilaku) memfokuskan pada
pengaruh-pengaruh lingkungan sebagai penentu belajar, sementara para
penganut maturasionis (aliran kemasakan biologis) menekankan pentingnya
hereditas—karakteristik biologis bawaan. Setiap perspektif benar sampai
tingkatan tertentu dan selebihnya keduanya tidak mampu untuk menjelaskan
belajar atau perkembangan. Sekarang ini, perkembangan dilihat sebagai hasil
dari proses transaksional yang interaktif antara individu yang sedang tumbuh
dan berkembang dengan pengalaman-pengalaman dalam lingkungan fisik dan
social. Sebagai contoh, sebuah bawaan genetik kemungkinan memprediksi
pertumbuhan yang sehat, tetapi nutrisi yang tidak mencukupi dalam tahun-
tahun awal kehidupan mengganggu terpenuhinya potensi tersebut. Disabilitas
yang parah, baik disebabkan hereditas atau lingkungan, kemungkinan dapat
diperbaiki melalui intervensi yang sistematik dan tepat. Demikian juga halnya,
seorang anak dengan temperamen yang dibawanya—sebuah kecenderungan
psikologi dalam menanggapi situasi tertentu—membentuk dan dibentuk oleh
bagaimana anak-anak lain dan orang-orang dewasa berkomunikasi dengan
anak tersebut

k. Bermain merupakan sebuah instrumen penting bagi perkembangan sosial,


emosional, dan kognitif anak-anak, juga sebagai sebuah refleksi atas
perkembangan mereka. Memahami bahwa anak adalah konstruktor-
konstruktor aktif atas pengetahuan yang dimiliki dan bahwa perkembangan
dan belajar sebagai hasil proses interaktif, para guru anak usia dini mengakui

16
bahwa bermain bagi anak merupakan sebuh kontek yang sangat mendukung
untuk proses-proses perkembangan tersebut.
Bermain memberi anak-anak kesempatan-kesempatan untuk
memahami dunia, berinteraksi dengan orang lain dalam cara-cara yang secara
sosial diterima, mengekspresikan dan mengontrol emosi-emosi, dan
mengembangkan kapabilitas-kapabilitas simbolik mereka. Permainan anak
memberi orang-orang dewasa pencerahan-pencerahan atas perkembangan
anak-anak dan kesempatan-kesempatan untuk mendukung pengembangan
strategi-strategi baru. Vygotsky meyakini bahwa bermain mengarahkan
perkembangan, sebagai contoh, permainan simbolik dapat mempromosikan
perkembangan abilitas-abilitas representasi simbolik. Bermain menyediakan
sebuah kontek bagi anak-anak untuk mempraktekkan keterampilan-
keterampilan yang baru dikuasai dan juga berfungsi sebagai sudut
pengembangan kapasitas-kapasitas untuk menjalankan peran-peran sosial
yang baru, mencoba tugas-tugas yang baru atau yang menantang, dan
memecahkan permasalahan yang komplek yang mungkin bisa atau tidak akan
bisa mereka tangani.
Penelitian menunjukkan pentingnya permainan sosiodrama sebagai
bagian dari kurikulum belajar untuk anak-anak usia 3 sampai 6 tahun. Ketika
para guru menyediakan sebuah organisasi tematik untuk bermain,
menawarkan dukungan, ruang, dan waktu yang tepat, dan menjadi lebih
terlibat dalam permainan dengan memperluas dan mengelaborasi atas
gagasan-gagasan anak, maka bahasa dan keterampilan-keterampilan literasi
anak dapat ditingkatkan.
Selain mendukung perkembangan kognitif, bermain juga menyediakan
sejumlah fungsi penting bagi perkembangan fisik, emosi, dan sosial anak-
anak. Anak-anal mengungkapkan dan merepresentasikan gagasan-gagasan,
pemikiran-pemikiran, dan perasaan-perasaan mereka ketika terlibat dalam
bermain simbolik. Selama bermain, seorang anak belajar untuk mengatasi
emosi, untuk berinteraksi dengan orang lain, untuk mengatasi konflik-konflik,
dan untuk mendapatkan perasaan kompeten. Melalui bermain, anak-anak juga
dapat mengembangkan imajinasi-imajinasi dan kreativitas-kreativitas mereka.
Oleh karena itu, inisiatif anak dan dukungan guru dalam bermain merupakan

17
komponen esensial dalam praktek yang sesuai dengan tahapan perkembangan
anak.

l. Perkembangan tingkat lanjut dicapai ketika anak-anak memiliki kesempatan-


kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru
dikuasai, sebagaimana juga mereka mengalami sebuah tantangan dalam level
di atas penguasaan mereka sekarang ini. Penelitian-penelitian
mendemonstrasikan bahwa anak-anak perlu untuk mampu menegosiasikan
sebagian besar tugas-tugas belajar dengan sukses untuk memelihara motivasi
dan keteguhan mereka. Dihadapkan pada kegagalan yang berulang,
kebanyakan anak-anak berhenti untuk mencoba. Implikasinya adalah bahwa
pada sebagian besar waktu para guru seharusnya menyediakan anak-anak
dengan tugas-tugas yang dengan usaha-usahanya mereka dapat menyelesaikan
dan mempresentasikannya sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.
Pada saat yang sama anak-anak secara kontinyu menghadapi situasi-
situasi dan stimulasi-stimulasi yang memberi mereka kesempatan untuk
bekerja pada tingkat kemampuan mereka yang sedang berkembang.
Selanjutnya, dalam sebuah tugas yang berada di atas jangkauan independensi
anak, orang-orang dewasa dan teman sebaya yang lebih kompeten
memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan dengan
menyediakan dukungan-dukungan yang memungkinkan anak mampu
mengambil langkah selanjutnya.
Perkembangan dan belajar merupakan proses-proses dinamik yang
menuntut orang-orang dewasa memahami dan mengamati anak-anak secara
lebih dekat dan kontinum agar sesuai dengan kurikulum dan mengajari anak-
anak kompetensi-kompetensi emergensi, kebutuhan-kebutuhan, dan minat-
minat mereka, dan membantu anak-anak untuk maju lebih jauh dengan
memberi target pengalaman-pengalaman pendidikan sampai pada level
kapasitas-kapasitas anak-anak yang memang sedang berubah, sehingga
membuat mereka menjadi tertantang, bukan frustasi. Manusia, terutama anak-
anak, sangat dimotivasi untuk memahami apa yang sebagian besar mereka
pahami dan untuk menguasai sebagian besar apa yang mereka mampu
lakukan. Prinsip belajar adalah pertama-tama anak-anak dapat melakukan
sesuatu dalam sebuah kontek suportif dan kemudian secara mandiri dan

18
berada dalam sebuah kontek yang lebih beragam. Rogoff menggambarkan
proses belajar yang dibantu orang dewasa sebagai “partisipasi terbimbing”
untuk menekankan bahwa anak-anak secara aktif berkolaborasi dengan orang
lain untuk bergerak maju menuju sebuah level pemahaman dan keterampilan
yang lebih kompleks.

m. Anak-anak menunjukkan cara-cara yang berbeda dalam mengetahui dan


belajar, dan cara-cara yang berbeda dalam merepresentasikan apa yang
mereka ketahui. Pada kurun waktu tertentu, para teoritisi belajar dan ahli
psikologi perkembangan telah mengakui bahwa manusia terlahir untuk
memahami dunia dalam cara-cara yang beragam dan bahwa setiap individu
cenderung memiliki preferensi atau model belajar tertentu. Studi-studi
perbedaan dalam modalitas belajar telah menemukan hal yang kontras antara
pembelajar visual, auditori, atau taktil. Sementara karya yang lain telah
mengidentifikasi jenis pembelajar mandiri atau dependen.
Gardner memperluas konsep ini dengan berteori bahwa manusia paling
tidak memiliki tujuh “intelegensi.” Sebagai tambahan terhadap kecerdasan
tradisional yang penting bagi keberhasilan sekolah yaitu kecerdasan bahasa
dan logika matematis, setiap individu paling tidak memiliki kecerdasan dalam
bidang-bidang lain: musikal, spasial, kinestetik tubuh, intrapersonal dan
interpersonal. Malaguzzi menggunakan metaphor “100 bahasa” untuk
menggambarkan modalitas yang beragam yang digunakan anak-anak untuk
memahami dunia dan merepresentasikan pengetahuan mereka. Proses-proses
merepresentasikan pemahaman yang mereka miliki, dengan bantuan guru-
guru, dapat membantu anak-anak memperdalam, memperbaiki, dan
memperluas pemahaman mereka.
Prinsip modalitas yang beragam memberi implikasi bahwa para guru
seharusnya menyediakan bukan hanyak kesempatan-kesempatan setiap anak
secara individual menggunakan preferensi model belajarnya sebagai menjadi
modal kekuatan mereka tetapi juga kesempatan-kesempatan untuk membantu
anak-anak mengembangkan intelegensi-intelegensi yang mereka sadari tidak
begitu menonjol.

19
n. Anak-anak berkembang dan belajar dengan sangat baik dalam kontek sebuah
komunitas di mana mereka aman dan dihargai, kebutuhan-kebutuhan fisik
mereka terpenuhi, dan mereka merasa secara psikologis aman.
Maslow mengkonseptualisasikan sebuah hierarki kebutuhan-kebutuhan
dimana belajar tidak mungkin terjadi kecuali kebutuhan-kebutuhan fisiologis
dan psikologis untuk aman terpenuhi lebih dahulu. Karena keamanan dan
kesehatan fisik sekarang-sekarang ini seringkali terancam, program-program
untuk anak usia dini harusnya bukan hanya menyediakan nutrisi, keamanan,
dan kesehatan yang adekuat tapi juga pastikan layanan-layanan yang lebih
komprehensif, seperti fisik, gigi, kesehatan mental, social.
Perkembangan anak-anak dalam semua bagiannya dipengaruhi oleh
abilitas mereka untuk membangun dan memelihara sebuah hubungan primer
yang positif secara konsisten dengan orang-orang dewasa dan anak-anak yang
lain. Hubungan-hubungan primer ini berawal dalam keluarga tetapi kemudian
meluas seiring berjalannya waktu termasuk guru-guru anak-anak dan anggota-
anggota komunitas; oleh karena itu, praktek-praktek yang sesuai dengan
tahapan perkembangan seharusnya memperhatikan dengan baik kebutuhan-
kebutuhan fisik, sosial, dan emosi sebagaimana halnya perkembangan
intelektual.

3. PENGERTIAN ANAK USIA DINI


Anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembanan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih
lanjut.11
Anak adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat,bahkan dikatakan sebagai lompatan
perkembangan.anak usia dini memiliki rentang usia yang sangat berharga
dibanding usia-usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya sangat luar
biasa.anak usia dini berada dalam proses perkembangan (development),sebagai

11
Imam musbikin,Buku Pintar Paud (jogjakarta,Laksana,2010) hal 35-36
20
perubahan yang di alami oleh setiap manusia secara individual dan berlangung
sepanjang hayat mulai dari masa konsepsi sampai meninggal12.
Menurut baharuddin mustofa, anak usia dini merupakan anak yang berada
pada rentang usia antara satu hingga lima tahun. Pengertian ini didasarkan pada
batasan pada psikologi perkembangan yang meliputi bayi (infancy atau babyhood)
berusia 0-1 tahun,usia dini, (earlychildhood) berusia 1-5 tahun, masa kanak-kanak
akhir (latechildhood) berusia 6-12 tahun. Pengunaan istilah anak usia dini dalam
PAUD mengidentifikasi kesadaran yang tinggi pada pihak pemerintah dan sebagai
pemerhati pendidikan untuk menangani pendidikan anak-anak secara professional
dan serius. Penanganan anak usia dini, khususnya dalam bidang pendidikan sangat
menentukan kualitas pendidikan bangsa yang akan mendatang.pada masa anak
usia dini ini, kualitas hidup seseorang memiliki makna dan pengaruh luar biasa
untuk kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, pada masa perkembangan anak
ketika masa “ the golden age”. Periode usia dini dalam perjalanan kehidupan
manusia merupakan periode penting bagi pertumbuhan otak, intelegensi,
kepribadian, memori, dan aspek perkembangan yang lainnya. Definisi anak usia
dini menurut National Association for the education young children (NAEYC)
menyatakan bahwa anak usia dini atau “earlychildhood” merupakan anak yang
berada pada usia nol sampai dengan delapan tahun. Pada masa tersebut merupakan
proses pertumbuhan proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek dalam rentang kehidupan manusia.13

4. ASPEK-ASPEK KEBUTUHAN ANAK


Dalam Al-Qur’an,uraian mengenai pemenuhan kebutuhan dasar seorang anak
baik ketika masih dalam proses janin maupun ketika telah lahir,ditemukan dalam
berbagai ragam bentuk ungkapan,ungkapan tersebut terkadang dalam bentuk
uraian yang bergandengan dengan kisah panjang perjalanan kehidupan seorang
tokoh yang dimulai dari proses kelahiran hingga kejayaan nya sebagai seorang
utusan maupun dalam bentuk dalil yang tidak beriringan dengan aspek sejarah.

12
Mulyasa,Manajemen Paud,(Bandung,Remaja Rosdakarya,2014),Hal 16
13
Ahmad mushlih dkk, Analisis kebijakan PAUD mengungkap Isu-isu menarik seputar AUD,
(Jawa tengah: Mangku bumii,2018), hal 33-34
21
Ungkapan kebutuhan ini dapat dilihat dalam kisah Nabi Musa as,yang di jamin
Allah SWT,dalam mendapatkan nutrisi melalui ibu kandung nya dan selanjutnyaia
berpisah karena kekejaman Fir’aun.Kisah Maryam melahirkan Isa as,yang
menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sang ibu dalam proses
kehamilan dan menjelang kelahiran Ya’qub yang memelihara sejumlah anak-anak
nya dan memberikan berbagai kebutuhan-kebutuhan mereka.kebutuhan tersebut
terdiri dari fisik-biologis,psikologis,sosiologis,religius-spiritual.
a. Kebutuhan Fisik Biologis
Kebutuhan manusia yang bersifat materi untuk pertumbuhan jasmani,fisik
manusia akan bertumbuh secara normal dan sempurna bila didukung oleh
pemenuhan aspek-aspek kebutuhan yang berhubungn dengan aspek
tersebut.kebutuhan dalam bidang ini dapat seperti pemenuhan berbagai menu
makanan yang sehat dan memenuhi kebutuhan sel-sel yang ada dalam diri
manusia.
Pemenuhan kebutuhan fisik dilakukan melalui konsumsi makanan
yang mengandung kadar gizi yang sempurna dan menghindari makanan yang
dapat merusak perkembangan,untuk pemenuhan kebutuhan fisik,makanan
yang harus dikonsumsi sesuai dengan yang disrukan Allah SWT.makanan
tersebut adalah makanan yang halal dan thaiyyibah.makanan yang halal dan
thaiyyibah adalaha yang memiliki semua jenis makanan yang secara nalar
manusia dapat dipertimbangkan kulitasnya dan diterima dalam segi hal yang
baik karena mengandung hal-hal yang bermanfaat dan tidak ada zat-zat yang
membahayakan baik bagi jasmani maupun rohani.
Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan daya kekuatan fisik
seorang ibu hamil terutama ketika melakukan aktivitas dan peningkatan
kegiatan kerja sangat dibutuhkan untuk keseimbangan keadaannya
tersebut.seorang ibu di anjurkan makan maknanan yang mengandung banyak
kalsium.cacat fisik anak sejak dalam kandungan ditandai dengan ketidak
sempurnaan berbagai organ tubuh,hal tersebut dapat memberikan dampak
cacat fisik permanen disebabkan kesalahan konsumsi makanan atau obat
ketika masa mengandung.
b. Kebutuhan psikologis
Kebutuhan psikologis atau kejiwaan pada anak dapat diwujudkan ketika masih
dalam kandungan,proses pembentukan nya sangat tergantung pada tingkat

22
kesiapan ibu dalam memberikan respon pada bayi yang dikandung.kejwaan
anak akan tumbuhs secara normal atau tidak normal sangat ditentukan oleh
perilaku dan reaksi orang tua terhadap berbagai situasi yang di hadapi.
Kecukupan gizi dan perawatan kehamilan yangtepat dari seorang ibu
adalah bagian yang dapat mengembangkan emosi dan kecerdasan berkualitas
seorang anak yang dilahirkannya.demikian pula tahap-tahap perkembangan
kejiwaan seorang anak.potensi kejiwaannya akan tumbuh sehingga ia
membutuhkan reaksi-reaksi yang dapat mengarahkan dirinya menuju
kesempurnaan proses kematangan.
c. Kebutuhan Sosiologis
Kebutuhan untuk hidup berinterkasi terhadap orang lain merupakan hal
yang juga tidak kalah penting dengan kebutuhan lainnya,proses pemenuhan
kebutuhan sosial pada anak khususnyamasa awal kelahiran nya merupakan hal
yang sangat menentukan perkembangan sosialnya.
Keluarga adalah faktor terdekat dan terutama pemberian kebutuhan
sosial anak,dalam lingkungan keluarga anak mendapatkan corak sosial yang
berkembang ke arah depannya.keluarga yang membatasi diri dalam gerak
interaksi sosial,perilaku keluarga terhadap tetangga,teman seusianya dan
sebagainya turut memberikan kesan pada perilaku sosial anak.
Kebutuhan untuk hidup sosial pada anak merupakan bagian penting
dalam hadist,anak membutuhkan sejumlah pengajaran untuk hidup sosial dan
berdampingan dengan orang lain dengan penuh kesopanan.seorang anak
membutuhkan pemahaman terhadap pentingnya sikap dan tatakrama dalam
pergaulan.pemberian pendidikan sosial pada ank dapat berbentuk gambaran
yang bersifat realistik,pemberian pengertian yang mudah dipahami oleh anak
dan dapat diterjemahkan secara langsung oleh daya fikir anak.

d. Kebutuhan terhadap Agama


Sentuhan agam yang baik dimulai dari seorang ibu yang sedang hamil
dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an ketika bayi sedang berada dalam
kandungan,didoakan oleh bapaknya,disebutkan nama-namaAllah dalam
Asmaul husna dan selalu di ajak bicara dalam kebaikan ketika bayi masih
dalam perut ibu,itu merupakan bentuk realisasi pemberian kebutuhan
beragama dari orang tua kepada anaknya sejak dini.

23
Kondisi beragama yang luhur dapat pijakan utama bagi setiap bentuk
tindakan kecintaan dan bukti pemeliharaan terhadap anak,proses
perkembangan spiritual anak juga sangat ditentukan oleh ruang dan waktu
yang diberikan oleh lingkungan dan keluarga atau orang tua dalam masa-masa
proses awal perkembangannya.dalam lingkungan sosial yang lebih
luas,pemberian kesempatan dan layanan ke agamaan yang tepat akan dapat
memperteguh pemenuhan kebutuhan tersebut.
Seorang ibu dan bapak dapat memberikan nasehat paling utama kepada
anaknya,dan nasehat tersebut disampaikan melalui pendekatankasih sayang
dan penuh kasih sayang,pendekatan secara persuasif dan disiplin dalam
mengajarkan tauhid harus cukup waktu yang memadai dengan tujuan untuk
mengokohkan prinsip bahwa kemusyrikan adalah perbuatan dzalim yang
sangat dibenci dalam agama.14
Untuk membentuk generasi terbaik, kebutuhan anak usia dini harus terpenuhi.
Anak usia dini adalah anak dengan usia 0-6 tahun. Beberapa orang menyebut fase
atau masa ini sebagai golden age karena masa ini sangat menentukan seperti apa
mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan. Tentu saja
ada banyak faktor yang akan sangat mempengaruhi dalam perjalanan mereka menuju
kedewasaan. Ada tiga kebutuhan mendasar bagi seorang anak pada usia dininya,
yaitu:
o. Nutrisi: nutrisi saat hamil Sejak seorang ibu mengetahui dirinya hamil, dia
harus memotivasi dirinya untuk memberikan gizi terbaik pada janinnya.
Dengan makan makanan bergizi tinggi dan menghindari hal-hal yang dapat
merugikan perkembangan janinnya.
4) ASI ekslusif di awal kehidupan bayi Pemberian ASI ekslusif adalah
tonggak pertama untuk membentuk generasi yang sehat dan cerdas.
Sangat disarankan untuk tidak memberikan makanan atau minuman
selain ASI (termasuk susu formula), karena bayi hanya mebutuhkan
ASI di masa 6 bulan pertama kehidupannya.
5) Makanan Pendamping ASI yang tepat Pengenalan makanan semi
padat pertama pada anak bisa dimulai setelah anak berusia 6 bulan.

14
Kharuddin,Mencetak Generasi Anak Sholeh Dalam Hadits,(Yogyakarta,Deepublish,2018),Hal 66-
76

24
Sebaiknya mulai dikenalkan makanan yang mengandung karbohidrat
yang dihaluskan dan dicampur dengan ASI.
6) Pemberian gizi yang seimbang pada anak usia batita dan balita Pada
masa batita dan balita, seorang anak sudah makan makanan keluarga
yang dikenalkan sejak usia 1 thn. Gizi seimbang harus diperhatikan
dan kalo bisa hindarkan dari pemakaian penyedap rasa.
7) Stimulasi
p. Stimulasi sangat penting untuk tumbuh kembangnya anak. Stimulasi bisa
dimulai sejak anak dalam kandungan dengan memperdengarkan hal- hal yang
positif, membacakan buku, menceritakan kejadian sehari-hari pada janin.
Menginjak kelahirannya, permainan secara fisik dapat menstimulasi bayi, baik
menstimulasi pendengaran dengan mengajaknya membaca buku, bernyanyi,
bunyi- bunyian. Menstimulasi penglihatan dengan memperlihatkan warna-
warna cerah. Termasuk bermain, bermain adalah hak anak untuk lebih
meningkatkan kecerdasannya. Dengan bermain, banyak hal yang bisa dicapai
pada anak usia dini, dan jangan pernah menganggap bermain adalah hal yang
tidak penting.
q. Kasih sayang adalah hal sangat mutlak yang harus diberikan pada anak. Otak
anak memiliki 100 milyar sel, dengan kasih sayang dan stimulasi yang tepat
sel- sel tersebut akan saling bersambungan. Marilah kita limpahi anak-anak
kita dengan kasih sayang dan bukan dengan kemanjaan.15

5. MEMAHAMI ANALISIS KEBUTUHAN ANAK USIA DINI


Pada periode ini,anak mengalami perkembangan yang sangat pesat
menyangkut pertumbuhan fisik dan otaknya,analisis kebutuhan anak usia dini
yang utama adalah menyangkut dua hal yaitu: memberikan asupan makanan
bergizi dan memberikan rasa aman secara psikologis.
Banyak ahli yang menilai bahwa periode 5 tahun sejak kelahiran akan
menentukan perkembangan anak selanjutnya,baik ahli pendidikan,pakar psikologi
anak,maupun kalangan ahli gizi melihat betapa pentingnya pola pengasuhan orang
tua saat anak balita.pola asuh orang yang baik akan mendukung perkembangan

15
Muazar Habibi,Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini,(Yogyakarta,Deepublish,2018),Hal.4-5
25
fisik,mental dan otak anak namun pola pengasuhan ini berhubungan erat dengan
pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan anak.16
6. PENUTUP
Jadi, Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini adalah suatu proses untuk meneliti
sesuatu untuk mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan anak usia dini pada usia
0-6 tahun agar anak bisa bertahan hidup serta agar anak siap melanjutkan
pendidikan selanjutnya.
Kebutuhan adalah konstruk mengenai kekuatan di bagian otak yang
mengorganisir berbagai proses seperti persepsi, berfikir, dan berbuat untuk mengubah
kondisi yang ada dan tidak memuaskan. Anak Usia Dini adalah anak yang berada
pada usia 0-6 tahun.

16
Yusuf Ck Arianto,Pola Asuh Anak dan Ibu Hamil,(Yogyakarta,Venom Publisher,2018),Hal
96
26
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, Psikologi Kepribadian,(Malang: UMM Press, 2007)

Muazar Habibi,Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini,(Yogyakarta,Deepublish,2018)

Uyoh Sadulloh dan Agus Muharram, Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Bandung, Alfabeta, Cv,
2011)

Nurbayani, “Pembinaan Iklim Kasih Sayang Terhadap Anak Dalam Keluarga”, (Surabaya:
UIN Ar-Raniry)

Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Hati yang Selamat Hingga Kisah Lukman),
(Bandung: Marja, Cet. I, 2007),

Imam musbikin,Buku Pintar Paud (jogjakarta,Laksana,2010)

Mulyasa,Manajemen Paud,(Bandung,Remaja Rosdakarya,2014)

Ahmad mushlih dkk, Analisis kebijakan PAUD mengungkap Isu-isu menarik seputar AUD,
(Jawa tengah: Mangku bumii,2018)

Kharuddin,Mencetak Generasi Anak Sholeh Dalam Hadits,(Yogyakarta,Deepublish,2018)

Yusuf Ck Arianto,Pola Asuh Anak dan Ibu Hamil,(Yogyakarta,Venom Publisher,2018)

Yonatan Kristianto, “Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makanan
Pendamping ASI Pada Bayi Umur 6-36 Bulan” dalam jurnal STIKES, (Kediri: STIKES RS.
Baptis), Vol. 6 No. 1/Juli 2013

27

Anda mungkin juga menyukai